Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA-SEMISOLIDA

STERIL

SALEP MATA STERIL AMFOTERISIN

Kelompok : P-II-2
Shift : Senin
Anggota Kelompok :
Pusparani Krisnamurthi 10708010
Fiki Firmawan 10708053
Anzilia Rizka Yunita 10708059
Yuce Mutiara Sari 10708069
Yohanna Christanti 10708080

Asisten :
Tanggal percobaan : 11 Oktober 2010
Tanggal laporan : 18 Oktober 2010

LABORATORIUM STERIL
PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2010
I. TUJUAN
1. Menentukan formula dalam pembuatan salep mata steril dengan zat aktif
amfoterisin.
2. Menentukan cara sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan salep mata steril
amfoterisin.
3. Mengevaluasi sediaan salep mata steril amfoterisin.

II. PENDAHULUAN
Salep merupakan sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakain
topikal serta pada selaput lendir, seperti pada mukosa mata. Dasar salep yang
digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok, yaitu dasar salep senyawa
hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dan dasar
salep larut dalam air.
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata dan merupakan bentuk
sediaan untuk mata selain tetes mata (larutan). Sediaan salep mata menguntungkan
bila dilihat dari segi bioavailabilitas, karena waktu kontaknya yang lama sehingga
jumlah obat yang diadsorpsi banyak. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan
dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat Uji Sterilitas <71>.
Proses sterilisasi dilakukan pada produk akhir atau semua bahan jika salep dibuat
secara aseptis. Bahan obat yang ditambahkan ke dasar salep berbentuk laarutan atau
serbuk halus. Salep mata harus bebas dari partikel kasar dan harus memenuhi syarat
Kebocoran dan Partikel Logam pada Uji Salep Mata <1241>.
Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas
pada pemakaian pertama, untuk mencegah kontaminan saat penggunaan berikutnya
perlu ditambahkan zat bakteriostatik dan fungistatik, namun zat tersebut tidak perlu
ditambahkan bila formulanya sendiri telah bersifat bakteriostatik dan fungistatik.
Wadah termasuk penutup untuk salep mata tidak boeh berinteraksi secara fisika atau
kimia dalam bentuk apapun dengan sediaan yang dapat mengubah kekuatan, mutu
atau kemurnian di luar persyaratan resmi pada kondisi umum, sejak proses produksi,
distribusi, sampai sediaan ada di tangan konsumen.
Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi
obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu
tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat. Vaselin adalah dasar salep mata yang
banyak digunakan.
Dalam pembuatan salep eksipien yang boleh ditambahkan hanya untuk
meningkatkan kestabilan, zat pewarna tidak boleh ditambahkan dalam salep mata
walaupun dengan tujuan memberi warna akhir sediaan.

III. TINJAUAN PUSTAKA


Amfoterisin berfungsi sebagai antifungi dan antibiotik. Zat ini dapat menghambat
pertumbuhan jamur pada konsentrasi yang dicapai secara klinis. Zat ini bekerja
dengan cara mengganggu permeabilitas membran sel fungi tertentu dengan berikatan
dengan sterol terutama ergosterol. amfoterisin dapat bekerja aktif melawan Absidia
spp., Aspergillus spp., Basidiobolus spp., Blatomyccesdermatitidis, Candida spp.,
Coccidioides immitis, Conidiobolus spp., Cryptococcus neoformans, Histoplasma
capsulantum, Mucor spp., Paracoccidioides brasiliensis, Rhizopus spp.,
Rhodhotorula spp., Sporothrix Schenckii, organisme lain yang dilaporkan sensitive
terhadap amfoterisin termasuk algae Prothotheca spp. dan Protozoa Leishmania serta
Negleria. Amfoterisin tidak aktif melawan bakteri (termasuk Ricketsia) dan virus.

IV. FORMULASI
Zat Aktif
Amfoterisin ( Pharmaceutical Codex hal 731-733)
C47H73NO17 BM = 924.1 g/mol
Pemerian Serbuk kuning ke jingga ( Pharmaceutical Codex hal 731)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol, larut dalam dimetil sulfoksida
dan propilen glikol. Kelarutannya dalam air dapat ditingkatkan dengan
penambahan natrium lauril sulfat atau natrium dioksikolat
Stabilita
 Panas
 Hidrolisis
 Cahaya Larutannya tidak tahan terhadap cahaya,
 pH Inaktif pada pH rendah, stabilitas maksimum tercapai ketika ditambahkan
dapar fosfat sitrat pada pH 5-7
Kesimpulan : Amfoterisin harus dilindungi dari cahaya dan pH yang terlalu rendah
Bentuk zat aktif yang digunakan : non-elektrolit
Bentuk sediaan : salep
Cara sterilisasi sediaan : Sterilisasi awal dengan oven pada 170oC selama 1 jam
Kemasan : tube yang tertutup rapat

Eksipien
Article I. Parafin (Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6thed., 2009, hal.474-475)
(CnH2n+2)

Pemerian Padatan tidak berbau, tidak berasa, jernih, tidak berwarna atau putih.
(Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6thed., 2009 hal 474)
Kelarutan Larut dalam kloroform, eter, minyak yang mudah menguap, dan minyak
yang hangat. Sedikit larut dalam etanol. Praktis tidak larut dalam aseton,
etanol 95%, dan air. Parafin dapat dicampur dengan kebanyakan lemak
jika melebur dan beku. (Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6thed.,
2006, hal 474-475)
Stabilita
 Panas Memiliki berbagai rentang titik lebur (Hand Book of Pharmaceutical
Excipients 6th ed., 2006, hal 475) Jika dipanaskan dengan kuat akan
menyala dan terjadi pengarangan.
 Hidrolisis Tidak mengalami hidrolisis
 Cahaya Tahan terhadap cahaya
(Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6th ed., 2006, hal 475)
 pH -
Kesimpulan : Parafin adalah eksipien yang stabil meskipun sifat fisikanya berubah
akibat pengaruh suhu. (Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6th ed., 2006, hal 475)
Cara sterilisasi : Oven pada 170ºC selama 1 jam
Kemasan : Disimpan dalam tempat tertutup rapat dengan suhu tidak lebih dari 40 °C.
(Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6thed., 2009, hal 475)

Article II. Vaselin flavum (Hand Book of Pharmaceutical Excipients 5th ed.,2006, hal
481-484)
Pemerian Padatan berwarna kuning pucat sampai kuning. Tidak berbau, berasa, dan
sedikit bersinar oleh cahaya matahari, bahkan ketika melebur (Hand Book
of Pharmaceutical Excipients 6th ed., 2009, hal 482)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, etanol 95% panas atau dingin,
gliserin, dan air. Larut dalam benzena, karbon disulfida, kloroform, eter,
heksana, dan minyak. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed.,
2009, hal 482)
Stabilita
 Panas Tahan terhadap panas, jarak lebur 38o dan 60o C
 Hidrolisis Tidak mengalami hidrolisis
 Cahaya Dapat teroksidasi bila terkena cahaya
(Hand Book of Pharmaceutical Excipients 5th ed., 2006, hal. 696)
 pH
Kesimpulan :
Cara sterilisasi : Disterilisasi dengan cara panas kering, yaitu dioven dalam suhu 170°C
selama 1 jam. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed., 2009, hal 482)
Kemasan : Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dan
kering. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed., 2009, hal 482)

V. PENDEKATAN FORMULA
Untuk 100 mL sediaan

No Bahan Jumlah Fungsi / alasan penambahan bahan


1 Amfoterisin 1% Zat aktif dan antifungi
2 Parafin cair 20 % Fase minyak
3 Vaselin flavum Ad 100% Basis
VI. PERHITUNGAN TONISITAS, OSMOLARITAS, DAN DAPAR
a) Tonisitas
Karena tidak menggunakan air, perhitungan tonisitas tidak dilakukan
b) Dapar
Dapar tidak dikalkulasi karena sediaan tidak menggunakan air

VII. PENIMBANGAN
Jumlah sediaan yang dibuat : 100 mL

No Nama bahan Jumlah yang ditimbang


1 Amfoterisin 1g
2 Parafin cair 20 g
3 Vaselin flavum Ad 100 g ( 100 g )

VIII. STERILISASI
a) Alat

No. Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)


1. Kaca arloji 7 buah Oven pada suhu 170 ºC selama 1 jam
3. Gelas ukur 50 mL 1 buah Autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit
4. Gelas ukur 10 mL 1 buah Autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit
5. Batang pengaduk 6 buah Oven pada suhu 170 ºC selama 1 jam
6. Kertas saring 2 lembar Autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit
7. Cawan penguap 3 buah Oven pada suhu 170 ºC selama 1 jam
8. Mortar dan Stamper 1 buah Oven pada suhu 170 ºC selama 1 jam
9. Pipet tetes 2 buah Oven pada suhu 170 ºC selama 1 jam
10. Karet pipet tetes 2 buah Direndam dalam alkohol selama 24 jam
11. Gelas kimia 25 mL 5 buah Autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit
12. Gelas kimia 150 mL 1 buah Autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit
13. Spatula 6 buah Oven pada suhu 170 ºC selama 1 jam

b) Wadah

No. Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)


1. Tube 5 g (logam) 5 buah Oven pada suhu 170 ºC selama 1 jam

c) Bahan

No. Nama Bahan Jumlah Cara Sterilisasi


1. Amfoterisin 1g Oven pada suhu 170 ºC selama 1 jam
2. Vaselin flavum Ad sampai 100 g Oven pada suhu 170 ºC selama 1 jam
3. Parafin cair 20 g Oven pada suhu 170 ºC selama 1 jam

IX. PROSEDUR PEMBUATAN

Ruangan Cara pengerjaan


Grey Area  Semua alat dan wadah disterilisasi dengan cara yang sesuai.
(Ruang  Semua alat dan wadah yang telah disterilisasi dimasukkan ke
Sterilisasi) dalam white area melalui transfer box.
Grey Area  Semua bahan yang dibutuhkan ditimbang dengan cawan porselen
(Ruang steril, yaitu 100 mg amfoterisin, 20 g parafin cair, dan 75 g vaselin
penimbangan) flavum.
 Semua bahan dimasukkan ke white area melalui transfer box.
White Area  Vaselin flavum dan parafin cair dicampurkan dalam satu cawan
(Ruang porselen steril yang sudah dilapisi kain batis steril. Tutup dengan
Pencampuran) kaca arloji, kemudian rapikan kain batis sehingga semua sisa kain
batis berada di atas kaca arloji. Tutup dengan alumunium foil.
 Cawan porselen berisi vaselin flavum dan parafin cair dibawa ke
grey area melalui transfer box untuk dilelehkan.
Grey Area  Cawan penguap berisi parafin cair dan vaseline flavum,
(Ruang dimasukkan ke oven selama 10 menit pada suhu 170oC untuk
sterilisasi) dilelehkan.
 Setelah dilelehkan segera masukkan ke white area melalui transfer
box.
White area  Mortar disterilisasi dengan dilap alkohol 70% kemudian dibakar.
(Ruang LAF)  Basis (lelehan campuran vaselin flavum dan parafin cair) dan
amfoterisin dicampurkan dengan digerus di mortar secara geometris.
 Timbang sebanyak 5 kali, 5 gram campuran sediaan dengan kertas
perkamen yang telah diolesi parafin cair.
 Kertas perkamen berisi sediaan digulung, lalu dimasukkan dalam
tube.
 Tube berisi sediaan ditutup dengan penutup tube.
 Tube yang telah ditutup ditransfer ke ruang evaluasi melalui pass
box.
Ruang evaluasi  Sediaan diberi etiket dan dimasukkan ke dalam kemasan
 Sediaan dievaluasi

X. DATA PENGAMATAN

No. Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Jumlah Hasil Syarat


sampel pengamatan
Menggunakan
viscometer
Tidak
1. Uji Viskositas Brookfield untuk 2 tube
dilakukan
mengukur
viskositasnya
Sediaan diinokulasi
Uji Sterilitas pada agar, diamati
Sediaan steril,
(Farmakope pertumbuhan Tidak
2. 2 tube tidak ditumbuhi
Indonesia IV, mikroba untuk dilakukan
mikroba
855-863) inkubasi beberapa
hari.
Bobot bersih
rata-rata dari 10
wadah tidak
kurang dari
bobot yang
Penetapan Isi Bersihkan bagian
tertera pada
Minimum luar tube, dengan 2 g. Kurang
etiket dan tidak
<861> cara yang sesuai dan dari 90%
satu wadah pun
3. (Farmakope timbang. Keluarkan 2 tube dari bobot
yang bobot
Indonesia ed. isi secara kuantitatif. yang tertera
bersih isinya
IV, 1995, hal Lalu timbang tube pada etiket.
kurang dari
997) kosong
90% dari bobot
yang tertera
pada etiket
untuk bobot 60
g atau kurang.
Bersihkan bagian
luar tube dengan dari 10 sampel
kain penyerap, tube tidak boleh ada
Uji Kebocoran
diletakkan dengan satupun yang
Tube
posisi horizontal di bocor, atau
(Farmakope
4. atas lembaran kertas 2 tube kebocoran yang
Indonesia ed.
penyerap dalam teramati tidak
IV, 1995.
oven yang dengan lebih dari satu
hal 1086)
suhu yang diatur dari 30 tube
pada 60° ± 3° yang diuji.
selama 8 jam.
5. Uji Partikel Keluarkan isi tube 2 tube Tidak Hitung jumlah
Logam <1061> masukkan ke cawan dilakukan partikel logam
(Farmakope petri lalu panaskan yang berukuran
Indonesia ed. pada suhu 85°C 50 mikrom atau
IV, 1995. selama 2 jam. Jika lebih besar
perlu naikkan suhu
sampai salep
meleleh sempurna. pada setiap
Lalu bekukan pada dimensi :
suhu kamar. Amati persyaratan
adanya partikel dipenuhi jika
dengan jumlah partikel
mengarahkan dari 10 tube
hal 1038)
iluminator dari atas tidak lebih dari
salep dengan sudut 50 partikel dan
45°. Variasikan jika tidak lebih
intensitas iluminator dari 1 tube
sehingga partikel menganung 8
logam dapat dikenali partikel.
dari refleksi
karakteristik cahaya
Oleskan sediaan
pada kaca objek
tipis-tipis hingga
Uji
6. rata pada permukaan 2 tube Homogen
Homogenitas
kaca objek dan
sediaan diamati
homogenitasnya.
Tidak
Uji Diamati warna dan berbau dan
7. 2 tube
Organoleptik baunya. berwarna
kuning

XI. PEMBAHASAN
Salep mata steril amfoterisin dibuat dengan formula vaselin kuning dan
parafin cair sebagai basis dan amfoterisin sebagai zat aktif. Pemilihan dasar salep
tergantung kepada beberapa faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat
yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas, dan ketahanan sediaan jadi. Dalam
beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk menfaparkan
stabilitas yang diinginkan. Misalnya untuk zat aktif yang mudah terhidrolisis
sebaiknya menggunakan dasar salep yang tidak mengandung air, yaitu dasar salep
hidrokarbon.
Dasar salep hidrokarbon dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain
vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat
dicampurkan ke dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang waktu
kontak bahan obat dengan mukosa mata atau topikal, juga bertindak sebagai pembalut
penutup. Dasar salep digunakan terutama sebagai emolien dan sukar dicuci. Tidak
mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. Vaselin kuning (vaselin
flavum) boleh digunakan untuk mata, sedangkan yang putih (vaselin album) tidak
boleh karena masih mengandung H2SO4. Maka dari itu dalam pembuatan salep kali ini
tidak digunakan vaselin album, namun vaselin flavum sebagai salah satu campuran
basis. Selain itu amfoterisin tidak larut dalam air sehingga harus digunakan basis
salep yang tidak mengandung air.
Pembuatan salep mata steril dimulai dengan mensterilisasi semua alat dan
wadah dengan cara yang sesuai. Tube sebagai wadah salep disterilisasi dengan oven
pada 170oC selama 1 jam dengan sebelumnya dibungkus dengan alumunium foil. Alat
dan wadah kemudian dimasukkan ke dalam ruang pencampuran di white area melalui
transfer box.
Bahan untuk basis juga dimasukkan ke dalam ruang pencampuran untuk
dicampur lalu setelah itu disterilisasi sekaligus di lelehkan. Basis terdiri atas parafin
cair dengan titik leleh pada berbagai macam suhu tergantung pada xxxx, serta vaselin
kuning dengan titik leleh (38-60)oC. vaselin flavum dan parafin cair dicampurkan di
dalam cawan porselen yang dilapisi kain batis lalu ditutup dengan kaca arloji,
kemudian kain batis dirapikan dan ditutup dengan alumunium foil sehingga wadah
menjadi kedap. Hal ini dilakukan untuk mencegah penguapan basis pada saat
dimasukkan oven sehingga bisa mengurangi massa basis dan konsntrasi tidak dapat
diketahui dengan jelas, serta mencegah pencemaran. Bahan disterilisasi awal karena
tutup tube terbuat dari plastik sehingga tidak dapat disterilisasi dengan oven maupun
autoklaf. Selain itu saat pelelehan basis dan zat aktif telah dilakukan sterilisasi awal,
sehingga tidak dilakukan sterilisasi lagi di akhir karena tidak efisien (berulang-ulang).
Pengerjaan dilakukan secara aseptik di bawah Laminary Air Flow (LAF).
Basis yang sudah dilelehkan di ruang sterilisasi yang ada di grey area, dimasukkan ke
dalam ruang kelas A di white area. Basis disaring dengan kain batis dengan cara
memeras kain batis tersebut dengan pinset steril. Kemudian basis ditimbang sesuai
jumlah sediaan yang akan dibuat. Untuk pembuatan sebanyak 5 buah salep 5 gram,
ditimbang basis sebanyak sekitar 50 gram untuk dicampurkan dengan amfoterisin
yang telah disterilisasi sekaligus dicairkan sebanyak 0,5 gram. Amfoterisin dalam
bentuk serbuk harus dilelehkan/dicairkan terlebih dulu sekaligus disterilisasi awal,
karena dalam pembuatan salep mata semua bahan yang digunakan harus dalam
bentuk larutan atau serbuk halus untuk mengurangi ukuran partikel besar yang dapat
mengiritasi mukosa mata.
Basis dan zat aktif yang telah dicampurkan di dalam mortar yang telah
disterilisasi dengan pembakaran alkohol 70%, namun tidak dilakukan sterilisasi
dengan alkohol, sehingga mortar dan stamper disterilisasi dengan oven pada suhu
170oC selama 1 jam Kemudian digerus searah dengan stamper sampai campuran
menjadi liat dan tidak cair. Disiapkan tube steril dan kertas timbang yang telah diolesi
parafin cair untuk memudahkan salep dimasukkan ke dalam tube. Salep kemudian
ditimbang di atas kertas timbang steril berlapis parafin cair yang sudah ditara. Bobot
salep yang ditimbang dilebihkan sebanyak 0,5 gram agar sediaan nantinya memenuhi
persyaratan bobot terpindahkan, yaitu 10% dari bobot pada etiket. Kemudian kertas
timbang digulung rapi agar bisa masuk ke dalam tube, bagian bawah kertas ada
baiknya lebih dikerucutkan untuk mempermudah masuknya salep ke dalam tube.
Dengan menggunakan pinset steril, salep diserut perlahan-lahan agar masuk ke dalam
tube. Tube yang sudah berisi salep ditutup dengan alat penutup tube. Penutupan tube
dilakukan di bawah LAF untuk mendukung proses aseptik. Ujung tube digulung
hingga tube terlihat penuh tidak menyisakan ruang kosong. Sediaan siap dimasukkan
ke dalam ruang evaluasi melalui pass box.
Tidak ditambahkan pengawet karena tidak digunakan air dalam formulasi,
dimana air merupakan media yang baik bagi bakteri maupun jamur untuk tumbuh.
Selain itu kemasan yang menggunakan collapsible tube membuat kemungkinan
adanya mikroba kontaminan semakin sedikit karena tidak adanya ruang untuk udara.
Evaluasi untuk sediaan salep mata yang diperlukan adalah Uji Isi Minimum. Uji ini
dipenuhi jika bobot bersih rata-rata isi dari 10 wadah tidak kurang dari bobot yang
tertera pada etiket, dan tidak satu wadahpun yang bobot bersihnya kurang dari 90%
kurang dari bobot yang tertera pada etiket untuk bobot 60 g atau kurang. Pada
evaluasi sediaan, isi salep ditimbang hanya didapat 2 g, kurang dari yang tertera pada
etiket (5 g).
Pada penetapan partikel logam dalam salep mata, uji dipenuhi jika jumlah
partikel dari 10 tube tidak lebih dari 50 partikel dan jika tidak lebih dari 1 tube
mengandung 8 partikel. Prosedur Pada evaluasi kali ini tidak dilakukan penetapan
partikel logam karena waktu yang tidak mencukupi. Syarat ini harus dipenuhi dalam
sediaan salep mata karena terdapat batasan jumlah dan ukuran partikel logam yang
diperbolehkan dalam salep mata. Salep mata tidak boleh mengandung logam yang
dapat mengiritasi mata serta tidak diperbolehkan pula partikel dengan ukuran tertentu.
Uji Sterilitas dan Uji Viskositas tidak dilakukan karena waktu yang tersedia tidak
mencukupi untuk dilakukan evaluasi. Salep mata steril harus memenuhi syarat Uji
Sterilitas karena mikroba dapat membuat mata iritasi. Sedangkan viskositas sediaan
diperlukan untuk memudahkan konsumen serta mengedepankan kenyamanan
pemakaian. Sediaan salep mata steril amfoterisin yang dibuat pada percobaan kali ini
dirasa kurang liat sehingga sebaiknya parafin cair dalam formulasi dikurangi
penggunaannya.
Sediaan salep mata steril amfoterisin ini lolos Uji Kebocoran Tube. Pada Uji
Homogenitas didapat bahwa salep sudah homogen dan tidak terdapat partikel dengan
ukuran besar (tidak terasa kasar pada kulit). Pada Uji Organoleptik didapat bahwa
salep mata steril tidak berbau dan berwarna kuning. Warna kuning didapat dari warna
serbuk amfoterisin dan vaselin flavum.

XII. KESIMPULAN
1. Formula dalam pembuatan salep mata steril amfoterisin yaitu parafin cair 20% dan
vaselin kuning ad sampai 100% sebagai campuran basis dan amfoterisin 1%
sebagai zat aktif.
2. Pembuatan salep mata steril amfoterisin dengan cara sterilisasi awal dengan oven
pada 170oC selama 1 jam.
3. Sediaan salep mata steril amfoterisin lolos Uji Kebocoran Tube dan Uji
Homogenitas, namun tidak lolos Penetapan Isi Minimum, sedangkan Uji Sterilitas,
Uji Batas Logam, Uji Viskositas tidak dilakukan. Berdasar Uji Organoleptik salep
mata steril amfoterisin tidak berbau dan berwarna kuning.

XIII. DAFTAR PUSTAKA


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal.12-13,18
Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6 th. London :
Pharmaceutical Press.
Sweetman, Sean C. 2005. Martindale, the Complete Drug Reference 34th ed. London :
Pharmaceutical Press. Hal.391-395
The Council of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. 1994. The
Pharmaceutical Codex 12th ed. London : Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai