STERIL
Kelompok : P-II-2
Shift : Senin
Anggota Kelompok :
Pusparani Krisnamurthi 10708010
Fiki Firmawan 10708053
Anzilia Rizka Yunita 10708059
Yuce Mutiara Sari 10708069
Yohanna Christanti 10708080
Asisten :
Tanggal percobaan : 11 Oktober 2010
Tanggal laporan : 18 Oktober 2010
LABORATORIUM STERIL
PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2010
I. TUJUAN
1. Menentukan formula dalam pembuatan salep mata steril dengan zat aktif
amfoterisin.
2. Menentukan cara sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan salep mata steril
amfoterisin.
3. Mengevaluasi sediaan salep mata steril amfoterisin.
II. PENDAHULUAN
Salep merupakan sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakain
topikal serta pada selaput lendir, seperti pada mukosa mata. Dasar salep yang
digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok, yaitu dasar salep senyawa
hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dan dasar
salep larut dalam air.
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata dan merupakan bentuk
sediaan untuk mata selain tetes mata (larutan). Sediaan salep mata menguntungkan
bila dilihat dari segi bioavailabilitas, karena waktu kontaknya yang lama sehingga
jumlah obat yang diadsorpsi banyak. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan
dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat Uji Sterilitas <71>.
Proses sterilisasi dilakukan pada produk akhir atau semua bahan jika salep dibuat
secara aseptis. Bahan obat yang ditambahkan ke dasar salep berbentuk laarutan atau
serbuk halus. Salep mata harus bebas dari partikel kasar dan harus memenuhi syarat
Kebocoran dan Partikel Logam pada Uji Salep Mata <1241>.
Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas
pada pemakaian pertama, untuk mencegah kontaminan saat penggunaan berikutnya
perlu ditambahkan zat bakteriostatik dan fungistatik, namun zat tersebut tidak perlu
ditambahkan bila formulanya sendiri telah bersifat bakteriostatik dan fungistatik.
Wadah termasuk penutup untuk salep mata tidak boeh berinteraksi secara fisika atau
kimia dalam bentuk apapun dengan sediaan yang dapat mengubah kekuatan, mutu
atau kemurnian di luar persyaratan resmi pada kondisi umum, sejak proses produksi,
distribusi, sampai sediaan ada di tangan konsumen.
Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi
obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu
tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat. Vaselin adalah dasar salep mata yang
banyak digunakan.
Dalam pembuatan salep eksipien yang boleh ditambahkan hanya untuk
meningkatkan kestabilan, zat pewarna tidak boleh ditambahkan dalam salep mata
walaupun dengan tujuan memberi warna akhir sediaan.
IV. FORMULASI
Zat Aktif
Amfoterisin ( Pharmaceutical Codex hal 731-733)
C47H73NO17 BM = 924.1 g/mol
Pemerian Serbuk kuning ke jingga ( Pharmaceutical Codex hal 731)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol, larut dalam dimetil sulfoksida
dan propilen glikol. Kelarutannya dalam air dapat ditingkatkan dengan
penambahan natrium lauril sulfat atau natrium dioksikolat
Stabilita
Panas
Hidrolisis
Cahaya Larutannya tidak tahan terhadap cahaya,
pH Inaktif pada pH rendah, stabilitas maksimum tercapai ketika ditambahkan
dapar fosfat sitrat pada pH 5-7
Kesimpulan : Amfoterisin harus dilindungi dari cahaya dan pH yang terlalu rendah
Bentuk zat aktif yang digunakan : non-elektrolit
Bentuk sediaan : salep
Cara sterilisasi sediaan : Sterilisasi awal dengan oven pada 170oC selama 1 jam
Kemasan : tube yang tertutup rapat
Eksipien
Article I. Parafin (Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6thed., 2009, hal.474-475)
(CnH2n+2)
Pemerian Padatan tidak berbau, tidak berasa, jernih, tidak berwarna atau putih.
(Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6thed., 2009 hal 474)
Kelarutan Larut dalam kloroform, eter, minyak yang mudah menguap, dan minyak
yang hangat. Sedikit larut dalam etanol. Praktis tidak larut dalam aseton,
etanol 95%, dan air. Parafin dapat dicampur dengan kebanyakan lemak
jika melebur dan beku. (Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6thed.,
2006, hal 474-475)
Stabilita
Panas Memiliki berbagai rentang titik lebur (Hand Book of Pharmaceutical
Excipients 6th ed., 2006, hal 475) Jika dipanaskan dengan kuat akan
menyala dan terjadi pengarangan.
Hidrolisis Tidak mengalami hidrolisis
Cahaya Tahan terhadap cahaya
(Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6th ed., 2006, hal 475)
pH -
Kesimpulan : Parafin adalah eksipien yang stabil meskipun sifat fisikanya berubah
akibat pengaruh suhu. (Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6th ed., 2006, hal 475)
Cara sterilisasi : Oven pada 170ºC selama 1 jam
Kemasan : Disimpan dalam tempat tertutup rapat dengan suhu tidak lebih dari 40 °C.
(Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6thed., 2009, hal 475)
Article II. Vaselin flavum (Hand Book of Pharmaceutical Excipients 5th ed.,2006, hal
481-484)
Pemerian Padatan berwarna kuning pucat sampai kuning. Tidak berbau, berasa, dan
sedikit bersinar oleh cahaya matahari, bahkan ketika melebur (Hand Book
of Pharmaceutical Excipients 6th ed., 2009, hal 482)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, etanol 95% panas atau dingin,
gliserin, dan air. Larut dalam benzena, karbon disulfida, kloroform, eter,
heksana, dan minyak. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed.,
2009, hal 482)
Stabilita
Panas Tahan terhadap panas, jarak lebur 38o dan 60o C
Hidrolisis Tidak mengalami hidrolisis
Cahaya Dapat teroksidasi bila terkena cahaya
(Hand Book of Pharmaceutical Excipients 5th ed., 2006, hal. 696)
pH
Kesimpulan :
Cara sterilisasi : Disterilisasi dengan cara panas kering, yaitu dioven dalam suhu 170°C
selama 1 jam. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed., 2009, hal 482)
Kemasan : Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dan
kering. (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed., 2009, hal 482)
V. PENDEKATAN FORMULA
Untuk 100 mL sediaan
VII. PENIMBANGAN
Jumlah sediaan yang dibuat : 100 mL
VIII. STERILISASI
a) Alat
b) Wadah
c) Bahan
X. DATA PENGAMATAN
XI. PEMBAHASAN
Salep mata steril amfoterisin dibuat dengan formula vaselin kuning dan
parafin cair sebagai basis dan amfoterisin sebagai zat aktif. Pemilihan dasar salep
tergantung kepada beberapa faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat
yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas, dan ketahanan sediaan jadi. Dalam
beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk menfaparkan
stabilitas yang diinginkan. Misalnya untuk zat aktif yang mudah terhidrolisis
sebaiknya menggunakan dasar salep yang tidak mengandung air, yaitu dasar salep
hidrokarbon.
Dasar salep hidrokarbon dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain
vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat
dicampurkan ke dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang waktu
kontak bahan obat dengan mukosa mata atau topikal, juga bertindak sebagai pembalut
penutup. Dasar salep digunakan terutama sebagai emolien dan sukar dicuci. Tidak
mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. Vaselin kuning (vaselin
flavum) boleh digunakan untuk mata, sedangkan yang putih (vaselin album) tidak
boleh karena masih mengandung H2SO4. Maka dari itu dalam pembuatan salep kali ini
tidak digunakan vaselin album, namun vaselin flavum sebagai salah satu campuran
basis. Selain itu amfoterisin tidak larut dalam air sehingga harus digunakan basis
salep yang tidak mengandung air.
Pembuatan salep mata steril dimulai dengan mensterilisasi semua alat dan
wadah dengan cara yang sesuai. Tube sebagai wadah salep disterilisasi dengan oven
pada 170oC selama 1 jam dengan sebelumnya dibungkus dengan alumunium foil. Alat
dan wadah kemudian dimasukkan ke dalam ruang pencampuran di white area melalui
transfer box.
Bahan untuk basis juga dimasukkan ke dalam ruang pencampuran untuk
dicampur lalu setelah itu disterilisasi sekaligus di lelehkan. Basis terdiri atas parafin
cair dengan titik leleh pada berbagai macam suhu tergantung pada xxxx, serta vaselin
kuning dengan titik leleh (38-60)oC. vaselin flavum dan parafin cair dicampurkan di
dalam cawan porselen yang dilapisi kain batis lalu ditutup dengan kaca arloji,
kemudian kain batis dirapikan dan ditutup dengan alumunium foil sehingga wadah
menjadi kedap. Hal ini dilakukan untuk mencegah penguapan basis pada saat
dimasukkan oven sehingga bisa mengurangi massa basis dan konsntrasi tidak dapat
diketahui dengan jelas, serta mencegah pencemaran. Bahan disterilisasi awal karena
tutup tube terbuat dari plastik sehingga tidak dapat disterilisasi dengan oven maupun
autoklaf. Selain itu saat pelelehan basis dan zat aktif telah dilakukan sterilisasi awal,
sehingga tidak dilakukan sterilisasi lagi di akhir karena tidak efisien (berulang-ulang).
Pengerjaan dilakukan secara aseptik di bawah Laminary Air Flow (LAF).
Basis yang sudah dilelehkan di ruang sterilisasi yang ada di grey area, dimasukkan ke
dalam ruang kelas A di white area. Basis disaring dengan kain batis dengan cara
memeras kain batis tersebut dengan pinset steril. Kemudian basis ditimbang sesuai
jumlah sediaan yang akan dibuat. Untuk pembuatan sebanyak 5 buah salep 5 gram,
ditimbang basis sebanyak sekitar 50 gram untuk dicampurkan dengan amfoterisin
yang telah disterilisasi sekaligus dicairkan sebanyak 0,5 gram. Amfoterisin dalam
bentuk serbuk harus dilelehkan/dicairkan terlebih dulu sekaligus disterilisasi awal,
karena dalam pembuatan salep mata semua bahan yang digunakan harus dalam
bentuk larutan atau serbuk halus untuk mengurangi ukuran partikel besar yang dapat
mengiritasi mukosa mata.
Basis dan zat aktif yang telah dicampurkan di dalam mortar yang telah
disterilisasi dengan pembakaran alkohol 70%, namun tidak dilakukan sterilisasi
dengan alkohol, sehingga mortar dan stamper disterilisasi dengan oven pada suhu
170oC selama 1 jam Kemudian digerus searah dengan stamper sampai campuran
menjadi liat dan tidak cair. Disiapkan tube steril dan kertas timbang yang telah diolesi
parafin cair untuk memudahkan salep dimasukkan ke dalam tube. Salep kemudian
ditimbang di atas kertas timbang steril berlapis parafin cair yang sudah ditara. Bobot
salep yang ditimbang dilebihkan sebanyak 0,5 gram agar sediaan nantinya memenuhi
persyaratan bobot terpindahkan, yaitu 10% dari bobot pada etiket. Kemudian kertas
timbang digulung rapi agar bisa masuk ke dalam tube, bagian bawah kertas ada
baiknya lebih dikerucutkan untuk mempermudah masuknya salep ke dalam tube.
Dengan menggunakan pinset steril, salep diserut perlahan-lahan agar masuk ke dalam
tube. Tube yang sudah berisi salep ditutup dengan alat penutup tube. Penutupan tube
dilakukan di bawah LAF untuk mendukung proses aseptik. Ujung tube digulung
hingga tube terlihat penuh tidak menyisakan ruang kosong. Sediaan siap dimasukkan
ke dalam ruang evaluasi melalui pass box.
Tidak ditambahkan pengawet karena tidak digunakan air dalam formulasi,
dimana air merupakan media yang baik bagi bakteri maupun jamur untuk tumbuh.
Selain itu kemasan yang menggunakan collapsible tube membuat kemungkinan
adanya mikroba kontaminan semakin sedikit karena tidak adanya ruang untuk udara.
Evaluasi untuk sediaan salep mata yang diperlukan adalah Uji Isi Minimum. Uji ini
dipenuhi jika bobot bersih rata-rata isi dari 10 wadah tidak kurang dari bobot yang
tertera pada etiket, dan tidak satu wadahpun yang bobot bersihnya kurang dari 90%
kurang dari bobot yang tertera pada etiket untuk bobot 60 g atau kurang. Pada
evaluasi sediaan, isi salep ditimbang hanya didapat 2 g, kurang dari yang tertera pada
etiket (5 g).
Pada penetapan partikel logam dalam salep mata, uji dipenuhi jika jumlah
partikel dari 10 tube tidak lebih dari 50 partikel dan jika tidak lebih dari 1 tube
mengandung 8 partikel. Prosedur Pada evaluasi kali ini tidak dilakukan penetapan
partikel logam karena waktu yang tidak mencukupi. Syarat ini harus dipenuhi dalam
sediaan salep mata karena terdapat batasan jumlah dan ukuran partikel logam yang
diperbolehkan dalam salep mata. Salep mata tidak boleh mengandung logam yang
dapat mengiritasi mata serta tidak diperbolehkan pula partikel dengan ukuran tertentu.
Uji Sterilitas dan Uji Viskositas tidak dilakukan karena waktu yang tersedia tidak
mencukupi untuk dilakukan evaluasi. Salep mata steril harus memenuhi syarat Uji
Sterilitas karena mikroba dapat membuat mata iritasi. Sedangkan viskositas sediaan
diperlukan untuk memudahkan konsumen serta mengedepankan kenyamanan
pemakaian. Sediaan salep mata steril amfoterisin yang dibuat pada percobaan kali ini
dirasa kurang liat sehingga sebaiknya parafin cair dalam formulasi dikurangi
penggunaannya.
Sediaan salep mata steril amfoterisin ini lolos Uji Kebocoran Tube. Pada Uji
Homogenitas didapat bahwa salep sudah homogen dan tidak terdapat partikel dengan
ukuran besar (tidak terasa kasar pada kulit). Pada Uji Organoleptik didapat bahwa
salep mata steril tidak berbau dan berwarna kuning. Warna kuning didapat dari warna
serbuk amfoterisin dan vaselin flavum.
XII. KESIMPULAN
1. Formula dalam pembuatan salep mata steril amfoterisin yaitu parafin cair 20% dan
vaselin kuning ad sampai 100% sebagai campuran basis dan amfoterisin 1%
sebagai zat aktif.
2. Pembuatan salep mata steril amfoterisin dengan cara sterilisasi awal dengan oven
pada 170oC selama 1 jam.
3. Sediaan salep mata steril amfoterisin lolos Uji Kebocoran Tube dan Uji
Homogenitas, namun tidak lolos Penetapan Isi Minimum, sedangkan Uji Sterilitas,
Uji Batas Logam, Uji Viskositas tidak dilakukan. Berdasar Uji Organoleptik salep
mata steril amfoterisin tidak berbau dan berwarna kuning.