Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1995,piroksikam
merupakan salah satu obat analgesik yang mempunyai waktu paruh yang panjang.
Piroksikam mempunyai rumus kimia C15H13N3O4S dengan nama 4 Hidroksi - 2-metil-
N-2-piridil-2H-1,2-benzoyiazin-3-karboksamida1,1-dioksida.
Pemerian serbuk hampir putih atau coklat terang atau kuning terang, tidak berbau,
bentuk monohidrad berwarna kuning. Sangat sukar larut dalam air, dalam asam – asam
encer dan sebagian besar pelarut organik. Sukar larut dalam etanol dan dalam larutan
alkali mengandung air (Ditjen POM,1995).
Obat tradisional yang diperlukan oleh masyarakat adalah obat tradisional yang
mengandung bahan atau ramuan bahan yang dapat memelihara kesehatan, mengobati
gangguan kesehatan, serta dapat memulihkan kesehatan. Bahan– bahan ramuan obat
tradisional seperti bahan tumbuh–tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian atau galenik
yang memiliki fungsi, pengaruh serta khasiat sebagai obat (Depkes RI, 1995).
Saat ini terjadi penyalahgunaan piroksikam yang menjadi bahan campuran obat
tradisional. Piroksikam dalam campuran jamu digunakan untuk meringankan gejala
osteoarthritis dan rheumatoid arthritis (Wilmana, 2007). Jamu yang mengandung
piroksikam akan bekerja lebih cepat dalam menghilangkan rasa efek samping yang
ditimbulkan dari piroksikam akan membahayakan kesehatan misalnya memicu kebocoran
pada lambung dan usus.
Piroksikam mempunyai kelarutan yang rendah. Menurut Farmakope Indonesia
edisi IV, piroksikam sangat sukar larut dalam air (Anonim, 1995). Obat dengan kelarutan
yang rendah mempunyai masalah dalam proses disolusinya (Shargel dkk, 2005) oleh
karena itu diperlukan upaya untuk memperbaiki kelarutannya. Beberapa upaya yang
sudah dilakukan adalah pembentukan dispersi padat obat yang sukar larut dengan
pembawa yang mudah larut (Ruan dkk., 2005; Shah dkk., 2007), mikronisasi (Nagoba
dkk., 2011), pembentukan kompleks (Perrut, 2003), dan rekristalisai. Rekristalisasi dapat
dilakukan dengan beberapa metode misalnya dengan menguapkan solven dari larutan
obat, dengan pembekuan lelehan obat (Bruno dkk., 2000), maupun dengan represipitasi
dengan solven yang tidak mampu melarutkan obat (Kalani and Yunus, 2011; Dixit dan
Kulkarni, 2012)
Pada proses rekristalisasi dengan penguapan solven, bentuk kristal yang diperoleh
salah satunya tergantung dari jenis solvennya seperti yang dilakukan oleh Garekani dkk.
(2001) untuk ibuprofen, Dinnebier dkk. (2000) untuk telmisartan, dan banyak peneliti
lain. Rekristalisasi piroksikam telah dilakukan dengan beberapa metode. Nagoba dkk.
(2011) melakukan rekristalisasi piroksikam dengan penguapan solven kloroform dan etil
asetat, setelah sebelumnya dilakukan represipitasi dengan air. Dixit dan Kulkarni (2012)
juga melakukan penguapan dimetil formmamid dan kloroform dengan teknik frezee
dried.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Piroksikam?
2. Bagaimana sifat-sifat dari Piroksikam?
3. Apa itu Analgetik Anti-Inflamasi Non-Steroid (AINS)?
4. Apa manfaat dan efek samping dari Piroksikam?
5. Bagaimana cara analisa dari Piroksikam?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu Piroksikam
2. Dapat mengetahui sifat-sifat dari Piroksikam
3. Dapat memahami Analgetik Anti-Inflamasi Non-Steroid (AINS)
4. Dapat mengetahui apa saja manfaat dan efek samping dari Piroksikam
5. Dapat mengetahui bagaimana cara menganalisa turunan oksikam (piroksikam)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Piroksikam
Piroksikam adalah salah satu obat AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) yang
merupakan turunan dari oksikam. Secara umum piroksikam bersifat asam,mempunyai
efek anti radang, analgesik, dan antipiretik (Siswandono, 1995). Piroksikam memiliki
waktu paruh yang panjang yaitu 45 jam sehingga apabila sering diberikan maka akan
terjadi penumpukan di dalam tubuh dan terjadi efek toksik dengan segala resikonya.
Karena efeknya sangat kuat maka penggunaannya harus sesuai resep dokter dan tidak
boleh sembarangan digunakan. Namun, saat ini terjadi penyalahgunaan piroksikam yang
menjadi bahan campuran obat tradisional. Piroksikam dalam campuran jamu digunakan
untuk meringankan gejala osteoarthritis dan rheumatoid arthritis (Wilmana, 2007). Jamu
yang mengandung piroksikam akan bekerja lebih cepat dalam menghilangkan rasa sakit,
namun efek samping yang ditimbulkan dari piroksikam akan membahayakan kesehatan
misalnya memicu kebocoran pada lambung dan usus.
Piroksikam merupakan salah satu obat anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang
banyak digunakan untuk pengobatan rheumatik, sebagian besar penyakitrheumatik
membutuhkan pengobatan simtomatik untuk meredakan nyeri (Madhukar, dkk., 2011).
Piroksikam sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer dan sebagian besar
pelarut organik, sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali mengandung air.Efek
samping yang sering terjadi adalah gangguan saluran cerna, salah satunya adalah tukak
lambung (Wilmana dan Gan, 2009).

B. Definisi Dan Sifat Piroksikam


Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1995, piroksikam
merupakan salah satu obat analgesik yang mempunyai waktu paruh yang panjang.
Piroksikam mempunyai rumus kimia C15H13N3O4S dengan nama 4-Hidroksi-2-metil-N-
2-piridil-2H-1,2-benzoyiazin-3-karboksamida 1,1-dioksida. Sifat fisika kimia piroksikam
tertera pada table berikut.

Sifat Fisika Kimia Piroksikam

Sifat Piroksikam
Wujud Padatan
Berat Molekul 331,35 g/mol
Warna putih
Titik leleh 1990C
Sumber: ScienceLab.com (2005)

Piroksikam (gambar 2.4) merupakan serbuk kristalin, tidak berbau, berasa pahit,
dalam bentuk monohidrat berwarna kuning. Tidak larut dalam air, dalam asam encer dan
sikloheksana, sedikit larut dalam metanol, etanol, isopropanol, dalam dimetil formamid
dengan perbandingan 1:10, dimetilsulfoksid (1:50), aseton (1:50), etil asetat (1:80),
kloroform (1:20), dan kelarutannya dalam larutan alkali (1:100) (Florey, 1986).

Struktur Piroksikam (Sumber: Departemen Kesehatan RI, 1995)

C. Analgetik Anti-Inflamasi Non-Steroid (AINS)


Obat analgetik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan salah satu
kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dokter.Obat ini
merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimiawi.Walaupun demikian
obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek
samping.Prototip obat golongan ini adalah piroksikam dengan struktur baru yaitu
oxsikam, derivat asam enolat. Waktu paruh dalam plasma lebih dari 45 jam sehingga
dapat diberikan hanya sekali sehari. Absorpsi berlangsung cepat dilambung, terikat 99%
pada protein plasma.Obat ini menjalani siklus enterohepatik (Wilmana dan Gan, 2009).
Frekuensi kejadian efek samping dengan piroksikam mencapai 11- 46 %, dan 4-
12 % dari jumlah pasien terpaksa menghentikan obat ini.Efek samping yang sering terjadi
adalah gangguan saluran cerna, yang menyebabkan tukak lambung.Efek samping lainnya
adalah pusing, tinitus, nyeri kepala dan eritema kulit.Piroksikam tidak dianjurkan
diberikan pada wanita hamil, pasien tukak lambung dan pasien yang sedang minum
antikoagulan.Indikasi piroksikam hanya untuk penyakit inflamasi sendi, misalnya
rheumatoidarthritis, osteoarthritis, spondilitis ankilosa.Dosis 10-20 mg sehari diberikan
pada pasien yang tidak memberikan respons cukup baik dengan obat anti-inflamasi
nonsteroid (AINS) yang lebih aman (Wilmana dan Gan, 2009).

D. Manfaat Dan Efek Samping Piroksikam


Piroksikam merupakan salah satu turunan oksikam yang umumnya bersifat asam,
yang mempunyai efek antiradang, analgesik dan antipiretik. Piroksikam menimbulkan
efek samping iritasi saluran cerna yang cukup besar. Piroksikam dapat diserap baik dalam
saluran cerna dan 99% obat terikat pada protein plasma (Siswandono, 1995).
Efek samping lainnya yaitu tukak lambung, eritema kulit, sakit kepala, dan tinitus.
Piroksikam tidak dianjurkan diberikan kepada wanita hamil dan pasien tukak lambung.
Dosis pemakaian piroksikam yaitu mulai 10 mg sampai 20 mg sehari yang diberikan
pada pasien (Wilmana, 2007).

E. Anailsa Piroksikam
Piroksikam dapat dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif
dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya HPLC (High Pressure Liquid
Chromatography) dan spektrofotometri, sedangkan untuk analisa kualititatif dapat
menggunakan metode TLC (Thin Layer Chromatography) dan menggunakan reagen
spesifik.
Analisa standar piroksikam menggunakan spektrofotometri pernah dilakukan oleh
Azmi, et al (2009) menggunakan spektrofotometer Shimadzu UV-visible 1601,
piroksikam dari Sigma Chemical Company, dan reagen ferric sulphate. Hasil analisa
menunjukkan panjang gelombang optimum yaitu 504 nm, dimana pada panjang
gelombang ini terbentuk kompleks antara reagen dengan piroksikam.
Selain itu, piroksikam dapat dianalisa menggunakan RP-HPLC dimana kolom
yang digunakan yaitu Inertsil ODS-3V (150mm x 4.6mm) dengan kecepatan 0.8 ml/min,
fasa gerak campuran antara methanol dengan buffer pH 3 dengan perbandingan 55:45
v/v, banyaknya volum yang diinjeksikan ke dalam kolom yaitu 10 μl, dan detektor PDA
(Photo Diode Array) pada panjang gelombang 240 nm. Hasil analisa menunjukkan
retention time piroksikam untuk menghasilkan puncak tertinggi yaitu selama 7,013 menit
dengan luas area 100% (Kumar et al, 2010).
Metode HPLC digunakan untuk menentukan kandungan piroksikam dalam bulk
disperse padat maupun rekristal. Metode ini dipilih karena kemampuannya dapat
memisahkan produk degradasi piroksikam dari piroksikam, sehingga yang terbaca benar-
benar piroksikam (selektif). Kromatogram HPLC menunjukkan hasil yang optimal
dengan komposisi fase gerak methanol air 55:45. Peak larutan standard diukur dengan
replikasi 3 kali, kadar piroksikam dalam sampel dihitung dengan membandingan luas
area peak.

1. Kecepatan alir massa tablet


Berdasarkan data kecepatan alir massa tablet maka diperoleh persamaan :
Y = 22,23(A) + 6,74(B) + 10,68(C) + 0,34(A)(B) - 4,40(B)(C) - 1,18(A)(C) -
69,9(A)(B)C)
Keterangan :
Y = kecepatan alir massa tablet piroksikam (g/detik)
A = proporsi komponen Flowlac (bagian)
B = proporsi komponen Avicel (bagian)
C = proporsi komponen Compritol (bagian)

Berdasarkan nilai koefisien regresi maka Flowlac merupakan faktor yang


paling berpengaruh menaikkan kecepatan alir (22,23). Interaksi ketiga komponen
berpengaruh menurunkan kecepatan alir massa tablet. Avicel type pH-101
mempunyai sifat alir yang jelek (Khan and Rhodes, 1976). Ukuran partikel Avicel
yang kecil (50 μm) dan kerapatan jenis partikel yang rendah menyebabkan gaya
berat Avicel menjadi kecil sehingga fluiditasnya jelek.

Gambar 1. Contour plot kecepatan alir massa tablet (g/detik).

Berdasar contour plot, daerah berwarna abu-abu merupakan daerah optimum dengan
kecepatan alir yang baik (>10 gram/detik) (Siregar, 1999) Gambar 1.

2. Kekerasan Tablet
Tabel Optimasi Kekerasan

Formula Kekerasan SD (n =
tablet (kg) 10)
F1 7,06 0,02
F2 5,15 0,00
F3 2,25 0,01
F4 4,70 0,05
F5 3,60 0,06
F6 5,16 0,04
F7 3,09 0,05

Berdasarkan data kekerasan (Tabel ) diperoleh persamaan terkait SLD sebagai


berikut :
Y = 7,06(A) + 5,15(B) + 2,25(C) - 5,62(A)(B) + 2,02(A)(C) + 10,84(B)(C) -
68,43(A)(B)(C)
Keterangan :
Y = kekerasan tablet piroksikam (kg)
A = proporsi komponen Flowlac (bagian)
B = proporsi komponen Avicel (bagian)
C = proporsi komponen Compritol (bagian)

Berdasarkan nilai koefisien regresi maka Flowlac merupakan faktor yang


paling berpengaruh menaikkan kekerasan tablet (7,06). Interaksi ketiga komponen
Flowlac, Avicel dan Compritol berpengaruh negatif menurunkan kekerasan tablet.
Compritol mempunyai daya kompaktibilitas yang jelek (Gambar 2). Hal ini
diduga disebabkan terjadinya deformasi elastik pada Compritol, sehingga tablet
menjadi rapuh (Alderborn and Nystrom, 1996).

Gambar 2. Contour plot kekerasan tablet piroksikam (kg).

Berdasar counter plot di atas bagian yang berwarna abu-abu merupakan daerah
optimum yang memberikan nilai kekerasan yang baik (≥ 4 kg) (Banker and Anderson,
1994).

3. Waktu hancur tablet piroksikam


Tabel . Optimasi waktu hancur tablet piroksikam

Formula Waktu SD (n = 3)
hancur
(menit)
F1 5,98 0,21
F2 14,12 1,11
F3 328,32 2,75
F4 1,41 0,18
F5 255,60 0,83
F6 182,90 0,60
F7 118,65 1,40
Berdasarkan data waktu hancur (TabelIV) diperoleh persamaan sebagai berikut :
Y = 5,98(A) + 14,12(B) + 32,83(C) - 34,58(A)(B) + 63,0(A)(C) + 33,753(B)(C)
+ 99,51(A)(B)(C)
Keterangan :
Y = waktu hancur tablet piroksikam (menit)
A = proporsi komponen Flowlac (bagian)
B = proporsi komponen Avicel (bagian)
C = proporsi komponen Compritol (bagian)
Berdasarkan nilai koefisien regresi maka Compritol merupakan faktor
yang paling berpengaruh menaikkan waktu hancur tablet (32,83). Flowlac
merupakan senyawa laktosa yang mudah larut dalam air, sehingga tablet mudah
hancur. Avicel termasuk senyawa turunan selulose yang bersifat sukar larut dalam
air, namun ketika kontak dengan air akan mengembang membentuk gel (hidrogel)
membentuk jembatan air, sehingga tablet menjadi hancur. Compritol bersifat
hidrofob sehingga tablet sukar kontak dengan air, sukar terbasahi oleh air,
sehingga tablet susah larut dan hancur (Maswadeh et al., 2006).

Gambar 3. Contour plot waktu hancur tablet piroksikam (menit).

Berdasar contour plot Gambar 3, daerah berwarna abu-abu merupakan daerah


optimum yang memberikan waktu hancur < 15 menit.

4. Kadar piroksikam dalam table


Tabel . Optimasi kadar piroksikam (mg/tablet)

Formula Kadar SD (n = 3)
piroksikam
F1 10,05 0,06
F2 9,36 0,18
F3 9,80 0,14
F4 9,99 0,06
F5 9,83 0,02
F6 9,80 0,04
F7 9,90 0,06
Berdasarkan data pada Tabel V diperoleh persamaan sebagai berikut :
Y = 10,05(A) + 9,36(B) + 9,8(C) + 1,14(A)(B) - 0,5(A)(C) + 1(B)(C) -
0,51(A)(B)(C)
Keterangan :
Y = kadar piroksikam (mg)
A = proporsi komponen Flowlac (bagian)
B = proporsi komponen Avicel (bagian)
C = proporsi komponen Compritol (bagian)

Berdasarkan nilai koefisien regresi maka Flowlac merupakan komponen yang


paling dominan menaikkan kadar piroksikam terlarut (10,05). Avicel dengan sifat
alir jelek mempengaruhi pengisian ruang kompressi pada saat penabletan
sehingga memberikan kadar piroksikam dengan prosentase yang lebih kecil.

Gambar 4. Contour plot kadar piroksikam (mg/tablet).


Berdasar countour plot pada Gambar 4, diperoleh daerah berwarna abu-abu yang
dipilih dan digunakan dalam optimasi formula tablet piroksikam, dengan kadar
piroksikam ≥9,9 mg.

5. Disolusi piroksikam (C45)


Tabel . Optimasi disolusi piroksikam (C45)

Formula Σ SD ( n = 3)
piroksikam
terlarut
(mg)
F1 7,47 0,07
F2 4,10 0,47
F3 6,53 0,23
F4 6,45 0,17
F5 3,24 0,46
F6 3,55 0,32
F7 5,15 0,08
Berdasar data pada Tabel VI diperoleh persamaan sebagai berikut :
Y = 7,47(A) + 4,1(B) + 6,53(C) + 2,66(A)(B) - 13,8(A)(C) - 8,22(B)(C) +
34,23(A)(B)(C)
Keterangan :
Y = disolusi tablet piroksikam pada C45
A = proporsi komponen Flowlac (bagian)
B = proporsi komponen Avicel (bagian)
C = proporsi komponen Compritol (bagian)
Berdasarkan nilai koefisien regresi maka Flowlac paling dominan
memberikan pengaruh positif menaikkan disolusi tablet. Interaksi tiga komponen
Flowlac, Avicel dan Compritol merupakan komponen yang mempengaruhi
disolusi tablet dengan nilai koefisien 34,23.

Gambar 5. Contour plot disolusi tablet piroksikam C45 (mg).

Interaksi ketiga komponen tersebut memberikan pengaruh positif menaikkan


disolusi tablet.
Berdasar contour plot (Gambar 5) daerah optimum ditunjukkan bagian daerah
berwarna abu tua (C45 ≥ 7 mg), meskipun batasan nilai yang dicantumkan USP
XXIII mensyaratkan nilai disolusi pada menit ke 45 (C45 > 7,5 mg). Hal ini
disebabkan sifat piroksikam yang sukar larut, sehingga pada formulasi tablet
piroksikam selanjutnya diperlukan adanya bahan tambahan berupa solubilizing
agent untuk membantu memberikan pelepasan zat aktif piroksikam yang lebih
baik (Aryani, 2004).
BAB III

PENUTUP

Daftar Pustaka

Alderborn, G. and Nystrom, C., 1996, Pharmaceutical Powder Compaction Technology, 419-
440, Marcell Dekker Inc., New York and Bassel.
Aryani, N.L.D., 2004, Pengaruh pH dan PVP K-30 Terhadap Sifat Fisikokimia Piroksikam dan
Uji Pelepasan serta Transpor Membran Piroksikam dari Sediaan Gel secara in vitro,
Tesis, Program Pascasarjana, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Ditjen POM Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi 4 DepKes RI Jakarta 683.
Florey, K. 1986. Analitical Profiles of Drugs Substance, volume 15, 511-530. New
York: Academic Press Inc
Kumar, Vijay R., A, Madhukar, Y, Sanjeeva, Navalgund, Sameer G., dan Mahesh,
Uma. 2010. Analytical method development and validation of Piroxicam by
RP-HPLC. Scholars Reseach Library, 2 (2):217-222.
Maswadeh, H.H.M., Semreen, M.H. and Halim, A.A., 2006, In Vitro Dissolution Kinetic Study
of Theophylline from Hydrophilic and Hydrophobic Matrices, Acta Poloniae
Pharmaceutica and Drug Research, 63 (1), 63-67.
Santoso, S., 2005, Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12, 269-285; 547, Elex
Media Komputindo (kelompok Gramedia), Jakarta.
Siregar C.,1999, Teknologi Farmasi, Sediaan Solida, 27, Penerbit ITB, Bandung.

Siswandono dan Soekardjo B. 1995. Kimia Medicinal. Surabaya: Airlangga


University Press.

Wilmana P. F., Gunawan S. G. 2007. Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi


Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Dalam: Farmakologi dan
Terapi. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp: 237-9.

Anda mungkin juga menyukai