Anda di halaman 1dari 12

PEMBUATAN KRIM NANOPARTIKEL DENGAN METODA HIGH SPEED

HOMOGENIZATION (HSH)

The synthesis of cream nanoparticle by high speed homogenization ( HSH )

Galuh Suprobo* dan Dwinna Rahmi**


*Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Darmaga Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
**Balai Besar Kimia dan Kemasan, Jl. Balai Kimia No. 1 Pekayon Pasar Rebo, Jakarta 13069, e-mail:
dwinna2002@yahoo.com

ABSTRAK

Krim nanopartikel merupakan pengembangan nanoteknologi dibidang kosmetik. High


speed homogenizer (HPH) merupakan salah satu metoda dalam pembuatan krim
nanopartikel. Krim nanopartikel dengan bahan baku alami turunan kelapa sawit yaitu asam
stearat, setil alkohol, setil stearil alkohol menjadi pilihan pada penelitian ini. Variabel
kecepatan homogenisasi pada 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm dan 2500 rpm dimaksudkan
untuk mengetahui pengaruh kecepatan terhadap sifat-sifat krim. Dihasilkan bahwa
perubahan kecepatan homogenisasi dalam reaktor berpengaruh terhadap tampilan fisik dari
segi tekstur, akan tetapi tidak mempengaruhi terhadap kehomogenan, stabilitas dan warna
krim. Dari pengamatan selama 2 bulan penympanan diketahui tidak terjadi perubahan pH
selama penyimpanan untuk keempat variabel. Ukuran partikel semakin meningkat pada
variabel homogenisasi 2000 rpm dan 2500 rpm. Partikel krim yang dihasilkan berukuran
berkisar antara 239,86 – 358,10 nm yang masuk kategoi nanopartikel yang berkisar antara
50 nm sampai 1000 nm. Stabilitas emulsi dari krim nanopartikel yang dihasilkan berkisar
antara 97,20 % sampai 98 %.

Kata kunci: Krim nanopartikel, kosmetika, high speed homogenizer, bahan baku
alami, kecepatan homogenisasi

ABSTRACT

Cream nanoparticles is the development of nanotechnology in cosmetics fields. High speed


homogenizer ( HPH ) is one of methods for creating cream nanoparticle. In this research, the
use of natural materials based palm oil derivated such as stearic acid, cetil alcohol, cetil
stearil alcohol was chosen in cream nanoparticle producing. A variable of speed
homogenization of 1000 rpm, 1500 rpm, 2,000 rpm and 2,500 rpm intended to find out the
properties of cream product. The observation result showed an influence on physical display
in term of texture but not influence in homogeneous, stability and cream color of cream
product. The pH of the product during two month storage for fourth variables are still stable.
The particle size was increased the homogene in speed at 2000 rpm and 2500 rpm. In this
research has produced the cream in particle size from 239.86 to 358.10 nm which enter in
nanoparticle category 50 nm to 1000 nm. Stability of cream nanoparticle product in the range
of 97,20 to 98 %.

Keywords: Cream nanoparcle, cosmetic, high speed homogenizer, natural material,


speed homogiztion

PENDAHULUAN khususnya kosmetik yang sedang tren


back to nature. Oleh sebab itu,
Pemeliharaan kesehatan dan penggunaan bahan baku alami untuk
kecantikan tentunya tidak terlepas dari kosmetik akan menjadi pilihan utama di
produk- produk farmasi dan kesehatan, masa depan karena khasiat dan faktor

1
keamanannya. Kosmetik terdiri dari dengan efek samping yang kecil
campuran beberapa bahan yang telah (Menhnert &Mader 2001; Medha et al.
diformulasikan sedemikian rupa dan 2012).
berfungsi untuk merawat tubuh sesuai Salah satu produk teknologi nano di
dengan tujuan penggunaan kosmetika bidang kosmetika dan farmasi adalah krim
tersebut. Menurut Peraturan Menteri nanopartikel. Menurut Ansel (2005), krim
Kesehatan RI no.220/MenKes/Per/IX/76, didefinisikan sebagai campuran dari dua
kosmetik adalah bahan atau campuran fasa (fasa minyak dan fasa air) yang tidak
bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dapat bercampur, yang distabilkan
dituangkan, dipercikkan atau dengan sistem emulsi dan jika
disemprotkan, dimasukkan, dan ditempatkan pada suhu ruang berbentuk
dipergunakan pada badan manusia padat dan mengandung fase minyak lebih
dengan maksud untuk membersihkan, banyak daripada fase airnya. Emulsi ini
memelihara, menambah daya tarik dan terdiri dari 2 jenis, yaitu tipe air dalam
mengubah rupa serta tidak termasuk minyak (A/M) atau minyak dalam air
golongan obat. Dalam rangka (M/A). Sifat umum krim adalah mampu
meningkatkan fungsi kosmetik, melekat pada permukaan tempat
perkembangan teknologi seperti pemakaian dalam waktu cukup lama
bioteknologi, nanoteknologi ikut berperan sebelum krim ini dicuci atau dihilangkan.
untuk menghasilkan kosmetik yang Krim dapat memberikan efek mengilap,
berdayaguna tinggi. Perkembangan berminyak, melembabkan, dan mudah
nanoteknologi bidang kosmetik fokus tersebar merata, mudah berpenetrasi
pada sistem koloid (colloidal system) pada kulit (Anwar 2012). Krim lebih
termasuk nanoemulsi, nanosuspensi, dan disukai dibandingkan salep karena daya
nanopartikel. Nanopartikel didefinisikan tarik estetiknya, mudah menyebar dengan
sebagai partikel dengan ukuran 1-100 nm. rata, mudah diserap ke dalam kulit jika
Skala ukurannya yang sangat kecil digosokkan, mampu melekat pada
mengakibatkan nanopartikel memiliki luas permukaan kulit dalam waktu yang cukup
permukaan per unit volume yang besar lama serta mudah dicuci (Lachman et al.
sekali, perbandingan atom dalam lapisan 2008). Krim nanopartikel mempunyai
permukaan yang tinggi, dan kemampuan keunggulan dibandingkan dengan krim
untuk menunjukkan efek kuantum (Thassu biasa dilihat dari segi ukuran partikelnya.
et al. 2007; Nagarajan 2008). Menurut Awad et al. (2008), kecilnya
Produk nanopartikel mulai ukuran partikel akan meningkatkan luas
dikembangkan pada awal tahun 1990 permukaaan yang menyebabkan
sebagai alternatif sistem pembawa untuk kelarutan tinggi. Tingginya kelarutan
emulsi, liposom, dan polimer nanopartikel memudahkan partikel tersebut untuk
(Pardeike et al. 2009). Penelitian diserap oleh tubuh.
nanopartikel sedang berkembang pesat Metode pembuatan krim
karena dapat diaplikasikan secara luas nanopartikel di antaranya: high speed
seperti dalam bidang lingkungan, homogenization (HSH), high pressure
elektronik, optis, dan biomedis. Beberapa homogenization (HPH), ultrasound,
ukuran partikel pada bahan kosmetik dan solvent emulsification (SE), solvent
obat, seperti coarse partikel yaitu lebih injection/ solvent displacement dan
kecil dari 10 µm, fine partikel yaitu lebih membrane contractor (Müller et al. 2007).
kecil dari 2,5 µm, ultrafine partikel yaitu Metode pembuatan krim dalam penelitian
lebih kecil dari 0,1 µm, nanopartikel yaitu ini adalah high speed homogenization
1 nm hingga 100 nm juga termasuk 200 (HSH) dengan menggunakan Reaktor PPI
nm hingga 300 nm (ASTM Committee E56 (Pressure Products Industries) yang
on Nanotechnology). Penerapan sebelumnya telah dihomogenisasi dengan
nanoteknologi sudah berkembang ke mixer. Krim nanopartikel sebenarnya
inovasi bahan kosmetik dan system drug dapat dibuat secara konvensional dengan
delivery. Adanya teknologi nano, target menggunakan mixer. Akan tetapi
untuk mengantarkan bahan aktif pada pembuatan krim untuk skala produksi
kosmetik dan obat lebih tepat ke sasaran yang lebih besar membutuhkan suatu alat
yang tentunya dapat menampung bahan pihak peneliti dari Balai Besar Kimia dan
dengan kapasitas besar. Penggunaan Kemasan (Rahmi D et al, 2013). Prinsip
Reaktor PPI dalam pembuatan krim pembuatan krim adalah memanaskan
nanopartikel akan membuat proses fase air dan fase minyak di tempat yang
produksi lebih efektif dan efisien. berbeda lalu dicampurkan pada satu
Perlakuan perbedaan kecepatan wadah. Fase lemak yang berupa asam
homogenisasi pada Reaktor PPI dalam stearat, setil alkohol, dan setil stearil
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh alkohol ditimbang dengan neraca analitik
kecepatan homogenisasi terhadap ukuran lalu dimasukkan ke dalam suatu gelas
partikel dan stabilitas emulsi. piala besar menjadi satu campuran.
Campuran fase lemak tersebut dicairkan
METODE PENELITIAN dengan water bath pada suhu 70 ºC.
Sementara itu fase air yang berupa
Bahan yang digunakan adalah asam gliserin, air demineral, dan trietanolamin
stearat 100 g, setil alkohol 7.5 g, setil stearil (TEA) dipanaskan juga dengan water bath
alkohol 7.5 g, gliserin 50 g, minyak zaitun 5 pada suhu 60 °C. Homogenisasi dilakukan
g yang diperoleh dari PT. Indokimika dengan cara fase minyak dimasukkan
Jayatama Indonesia (Ecogreen secara perlahan ke dalam fase air
Oleochemicals Indonesia). Air demineral menggunakan mixer selama 15 menit.
325 g dan pengemulsi trietanolamin (TEA) Kecepatan homogenisasi yang digunakan
5 g dari Bratachem Indonesia. dalam mixer ini adalah 600 rpm. Proses
Alat-alat yang digunakan adalah secara konvensional ini akan
seperangkat alat kaca, neraca analitik, menghasilkan krim biasa. Pastikan
oven, mikroskop, Mixer merk Labortechnik campuran bercampur sempurna dan suhu
dipakai untuk pembuatan krim dijaga konstan pada kisaran 70 ºC – 80 °C
konvensional, Reaktor PPI (Pressure agar campuran tidak memadat.
Products Industries), dan particle size Homogenisasi lanjutan dilakukan
analyzer (PSA) merk VASCO. dengan menggunakan Reaktor PPI untuk
menghasilkan krim nanopartikel. Hasil
campuran fase lemak dan fase air yang
telah dihomogenisasi dengan mixer
segera dimasukkan pada wadah reaktor
secara perlahan. Minyak zaitun segera
dimasukkan juga pada wadah reaktor.
Pengaturan suhu pada Reaktor PPI
sebesar 72 ºC. Kecepatan homogenisasi
yang digunakan adalah sebesar 1000
rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, dan 2500 rpm.
Dalam hal ini kecepatan homogenisasi
sebagai variabel perubah. Proses ini
Gambar 1. Reaktor PPI (Pressure berlangsung selama 1 jam. Apabila terjadi
Products Industries) ketidakstabilan suhu selama proses maka
perlu dilakukan pengaturan suhu sampai
Pembuatan Krim Nanopartikel dengan mendekati 72 °C. Produk krim
Metode high speed homogenization nanopartikel dimasukkan ke dalam
(HSH) wadah kaca yang sudah dibersihkan dan
disterilkan. Proses selanjutnya adalah
Penelitian ini menggunakan bahan- wadah kaca ditutup rapat dan disimpan
bahan alami yang terdiri dari campuran pada suhu ruangan. Selanjutnya produk
fase minyak dan fase air yang krim nanopartikel siap untuk dilakukan uji
ditambahkan bahan pengemulsi. evaluasi.
Komposisi bahan yang digunakan dalam
pembuatan krim sesuai dengan proses HASIL DAN PEMBAHASAN
pembuatan krim berdasarkan Balsam et
al. (1972) yang telah dimodifikasi oleh
Pembuatan Krim Nanopartikel dengan lipid micropaticles. Setelah itu lipid
Metode high speed homogenization micropaticles akan tersebar dalam larutan
(HSH) surfaktan dingin menghasilkan pre-
Penelitian ini terdiri atas 2 tahapan suspension dingin. Suspensi ini
utama, yaitu pembuatan krim nanopartikel dilewatkan melalui homogenizer tinggi
melalui proses homogenisasi dan pada suhu kamar dengan 5-10 siklus
pengujian evaluasi krim. Uji evaluasi krim, pada 1500 bar (Pardeike et al. 2009).
di antaranya: uji organoleptik, uji pH, Penerapan nanopartikel di bidang
penentuan tipe emulsi krim minyak dalam kosmetik akan lebih baik apabila
air (M/A), pengukuran terhadap distribusi menggunakan bahan- bahan alam yang
dan ukuran partikel serta penentuan tidak memiliki efek samping seperti asam
stabilitas emulsi. Dalam hal ini pengaruh lemak esensial (fatty acid atau fatty
kecepatan homogenisasi dalam alcohol). Secara umum kosmetik dan
pembuatan krim dengan menggunakan produk- produk perawatan diri terdiri dari
Reaktor PPI akan dibandingkan hasilnya empat bahan utama yang berperan
melalui uji evaluasi krim. Homogenisasi sebagai surfaktan, pengemulsi, agen
merupakan proses mengubah dua cairan penstabil produk, dan sebagai emolien
yang sifatnya tidak bercampur menjadi atau pelembab. Pembuatan krim dalam
sebuah emulsi. Efektifitas pengurangan penelitian ini menggunakan bahan- bahan
ukuran partikel dengan menggunakan alami untuk memberikan jaminan
Reaktor PPI dapat dipengaruhi oleh keamanan kesehatan apabila
jumlah bahan yang dihomogenisasi, diaplikasikan pada kulit. Setil alkohol
waktu, dan kecepatan homogenisasi. sering disebut juga sebagai peningkat
Metode yang digunakan dalam konsistensi atau bodying agent (Rowe et
pembuatan krim nanopartikel ini adalah al. 2009). Setil alkohol berfungsi sebagai
HSH. Keuntungan dari metode ini adalah pengemulsi, penstabil, perawatan kulit,
mudah untuk di scale up, terhindar dari emolien, penambah viskositas air dan
pelarut organik, dan waktu produksi yang bukan air serta pembusa. Setil stearil
singkat. Krim yang dibuat dalam penelitian alkohol berfungsi sebagai emolien dan
dapat digolongkan sebagai nanopartikel emulgator. Trietanolamin berfungsi
lemak. Proses produksi nanopartikel sebagai pengatur pH. Air demineral
lemak dengan teknik HSH yang dapat berfungsi sebagai pelarut. Minyak zaitun
dilakukan dengan 2 metode, yaitu pada adalah minyak lemak yang diperoleh dari
suhu dingin dan suhu panas. Proses biji masak olea europaea Linnè (Familia
untuk metode panas yaitu senyawa aktif Oleaceae). Minyak zaitun berupa cairan
dilarutkan atau didispersikan ke dalam kuning pucat atau kuning kehijauan terang
lelehan lemak padat. Hal ini akan yang berfungsi sebagai pelarut dan
menyebabkan lelehan lemak yang perawatan kulit. Gliserin berfungsi sebagai
mengandung senyawa aktif tersebar humektan, pelarut, perawatan kulit, dan
dalam larutan surfaktan pada suhu yang penambah viskositas. Asam stearat
sama (5-10 ºC di atas titik leleh dari lemak berfungsi sebagai emolien, surfaktan,
padat atau campuran lemak) dengan pengemulsi, dan perawatan kulit (Kodeks
adanya kecepatan pengadukan yang Kosmetika Indonesia II 1993). Produk krim
tinggi. Emulsi yang diperoleh umumnya nanopartikel disajikan pada Gambar 2.
disebut pre-emulsion kemudian
dilewatkan melalui homogenizer
bertekanan tinggi yang secara umum 3
siklus pada 500 bar dan 3 siklus pada 800
bar. Teknik homogenisasi dengan metode
dingin prosesnya yaitu lelehan lemak yang
mengandung senyawa aktif didinginkan
terlebih dahulu. Setelah terjadi pemadatan
massa akan menghasilkan butiran-butiran Gambar 2 Krim nanopartikel
lemak yang hancur untuk memperoleh
Tabel 1 Hasil uji organoleptik krim nanopartikel
Kecepatan
Homogenisasi (rpm) Bentuk Warna Bau Homogenitas
1000 emulsi padat putih khas minyak homogen
1500 emulsi padat putih khas minyak homogen
2000 emulsi padat putih khas minyak homogen
2500 emulsi padat putih khas minyak homogen

terjadi ketengikan atau perubahan bau


Emulsi merupakan sistem yang tidak yang tidak sedap. Dalam penelitian ini
stabil. Oleh karena itu dibutuhkan dua hal dilakukan penyimpanan krim di tempat
untuk membentuk emulsi stabil, yaitu yang tidak terpapar cahaya matahari dan
penggunaan alat mekanis untuk pada suhu kamar. Krim yang disimpan
mendispersikan sistem dan penambahan selama 2 bulan menunjukkan tidak
pengemulsi untuk mempertahankan terjadinya perubahan bau, warna, dan
sistem tetap terdispersi. Pembuatan krim pemisahan fase.
dalam penelitian ini sebagian besar Uji homogenitas bertujuan untuk
menggunakan bahan pengemulsi. melihat dan mengetahui tercampurnya
Menurut McClement (2004), pengemulsi bahan-bahan krim. Pengujian ini dilakukan
penting dalam proses homogenisasi yakni secara visual dengan cara mengoleskan
untuk menurunkan tegangan antar muka krim pada kulit dan mengamati rata atau
antara fase air dengan fase minyak. Hal tidaknya bahan krim. Hasil penelitian
ini akan mengakibatkan terjadinya menunjukkan tidak adanya gumpalan-
pengurangan energi bebas yang gumpalan atau pemisahan fase. Krim
diperlukan untuk mengubah dan yang tidak mengalami pemisahan fase ini
mengacaukan droplet serta membentuk dimungkinkan bahan- bahan telah
coating yang protektif di sekeliling droplet tercampur secara homogen dan jumlah
yang akan mencegah koalesen. Cara pengemulsi yang digunakan cukup untuk
kerja pengemulsi dapat diilustrasikan menstabilkan emulsi. Perbedaan
sebagai berikut: bila butir- butir lemak kecepatan pengaduk pada reaktor
telah terpisah karena adanya tenaga ternyata memengaruhi tampilan fisik krim
mekanik (pengadukan), maka butir- butir dari segi tekstur. Semakin besar
lemak yang terdispersi tersebut segera kecepatan pengaduk pada reaktor maka
terselubungi oleh selaput tipis pengemulsi. semakin halus pula tekstur krim yag
Bagian molekul pengemulsi yang nonpolar dihasilkan. Krim yang dibuat pada
larut dalam lapisan luar butir- butir lemak kecepatan pengaduk 2500 rpm
sedangkan bagian yang polar menghadap merupakan krim dengan tekstur yang
ke pelarut (air). paling lembut.

Organoleptik krim nanopartikel Derajat Keasaman (pH)


Uji organoleptik dimaksudkan untuk Nilai pH merupakan salah satu
mengetahui tampilan fisik suatu krim yang parameter penting dalam produk
meliputi bentuk, warna, bau dan kosmetika. Nilai pH adalah derajat
homogenitas. Pengujian ini dilakukan keasaman suatu bahan atau pengukuran
secara visual tanpa bantuan alat khusus. aktivitas hidrogen dalam lingkungan air.
Hasil uji organoleptik (Tabel 1) diperoleh Menurut Iswari dan Latifah (2007), pH
krim dengan wujud padat, berwarna putih produk kosmetik sebaiknya mendekati pH
sesuai dengan bahan fase lemak, berbau kulit, yaitu 5,5. Produk kosmetika yang
khas seperti minyak, dan homogen. memiliki pH yang jauh dengan pH
Perubahan bau pada krim dapat terjadi fisiologis kulit sekitar 4,5-5,5 akan lebih
apabila ada paparan cahaya matahari mudah mengiritasi kulit. Kulit dilapisi oleh
yang berperan sebagai katalisator dan mantel asam yaitu lapisan lembab yang
oksigen dari udara terhadap minyak atau bersifat asam di permukaan kulit. Mantel
lemak. Hal tersebut akan menyebabkan asam ini terbentuk dari asam lemak yang
percepatan oksidasi lemak sehingga berasal dari minyak kulit, asam susu
dalam keringat serta asam amino. Mantel
asam ini berfungsi melindungi kulit dari Penentuan Tipe Emulsi Krim Minyak
kekeringan, infeksi bakteri dan jamur. dalam Air (M/A)
Mantel asam akan rusak bila sering Emulsi merupakan bahan yang
terkena bahan atau kosmetika yang mengandung dua fase yang tidak
mempunyai pH jauh berbeda dengan pH bercampur, biasanya air dan minyak
fisiologis kulit. Pengujian pH krim dalam dengan cairan yang satu terdispersi
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui menjadi tetesan- tetesan kecil (droplet)
keamanan krim saat digunakan sehingga dalam cairan lainnya yang distabilkan
tidak mengiritasi kulit. Menurut dengan zat pengemulsi atau surfaktan
Dahanayake dan Rosen (2000), iritasi kulit yang cocok. Fase yang berbentuk droplet
merupakan proses terjadinya denaturasi disebut fase terdispersi, fase internal atau
protein yang disebabkan oleh adsorpsi fase diskontinyu. Fase cairan tempat
surfaktan oleh kulit. Dalam pembuatan droplet terdispersi disebut fase
krim ini perlu diperhatikan jenis surfaktan, pendispersi, fase eksternal atau fase
kecenderungan surfaktan untuk menyerap kontinyu (Anief 2000). Fase minyak dalam
ke kulit, dan kemudahan surfaktan dalam penelitian ini sebagai fase terdispersi dan
menembus sel membran kulit. Hal inilah fase air sebagai fase pendispersi. Krim
yang akan menjadi faktor penentu utama yang dihasilkan dalam penelitian ini
terjadinya iritasi kulit. termasuk tipe emulsi minyak dalam air
Pengujian pH ini dilakukan dengan (M/A) disebut juga sebagai krim basis
menggunakan pH indikator universal. hidrofilik. Hal ini disebabkan perbandingan
Kertas pH indikator universal dimasukkan jumlah fase air lebih besar daripada fase
ke dalam krim kemudian dicocokkan minyak sehingga dapat diencerkan
warna indikator dengan standar warna pH dengan air (Agoes 2008).
indikator yang tertera pada wadahnya. Uji Penentuan tipe emulsi krim dalam
pH terhadap krim dengan kecepatan penelitian ini dilakukan dengan cara
homogenisasi 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 menambahkan pereaksi kristal violet pada
rpm, dan 2500 rpm ternyata diperoleh nilai krim secara makroskopik dan mikroskopik.
pH yang sama, yaitu sebesar 6. Nilai pH Hasil pengamatan makroskopik krim
ini masih dalam kisaran pH yang nanopartikel (Gambar 3) dilakukan secara
dipersyaratkan oleh SNI 16-4399-1996 visual. Krim yang berwarna putih berubah
Sediaan Tabir Surya, yaitu pH 4,5-8,0. menjadi ungu karena adanya kristal violet.
Pengujian pH ini dilakukan selama 2 bulan Pereaksi kristal violet ini akan larut dalam
penyimpanan krim pada suhu kamar. air sehingga hanya membasahi medium
Hasil menunjukkan bahwa tidak terjadi pendispersi pada tipe emulsi (M/A) minyak
perubahan pH pada krim. dalam air. Pengamatan mikroskopik krim
Perubahan pH dapat terjadi pada nanopartikel (Gambar 4) bertujuan untuk
krim apabila terjadi perubahan suhu pada memastikan dispersi kristal violet dalam
tempat penyimpanan. Menurut Budiman krim. Hasil menunjukkan bahwa kristal
(2008), krim yang disimpan dalam suhu violet terdispersi secara merata dalam
tinggi sekitar 40±2 °C akan mengalami medium pendispersi yaitu fase air. Hal ini
perubahan pH ke arah asam. Hal ini mengakibatkan medium pendispersi
disebabkan oleh terjadinya proses berwarna ungu. Berdasarkan pernyataan
hidrolisis karena adanya peningkatan tersebut maka tipe emulsi krim adalah
suhu. Nilai pH krim tidak boleh terlalu minyak dalam air (M/A) (Lachman et al.
asam karena dapat menyebabkan iritasi 2008). Bagian yang berupa tetesan tidak
pada kulit dan jika pH terlalu basa maka berwarna merupakan fase terdispersi
dapat menyebabkan kulit bersisik. yaitu fase minyak. Dalam hal ini
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat menunjukkan kristal violet tidak dapat larut
disimpulkan bahwa penyimpanan krim dalam fase minyak.
menjadi salah satu faktor yang harus
diperhatikan untuk menjaga kualitas
produk kosmetik.
1000 rpm 1500 rpm 2000 rpm 2500 rpm

Gambar 3 Hasil pengamatan makroskopik krim nanopartikel

Fase minyak
Fase air

1000 rpm 1500 rpm 2000 rpm 2500 rpm


Gambar 4 Hasil pengamatan mikroskopik krim nanopartikel perbesaran 400 kali

Berdasarkan penelitian ini diamati Distribusi dan ukuran partikel


pengaruh kehomogenan partikel dalam merupakan salah satu bagian dari
krim. Semakin kecil ukuran droplet maka karakterisasi nanopartikel. Ukuran partikel
semakin homogen emulsi yang dihasilkan. akan memengaruhi secara langsung
Kehomogenan emulsi ini erat kaitannya terhadap keunikan sifat dari nanopartikel.
dengan stabilitas emulsi. Menurut Suryani Oleh sebab itu, penentuan distribusi dan
et al. (2000), pembentukan emulsi yang ukuran partikel dalam penelitian ini perlu
stabil dipengaruhi oleh konfigurasi partikel dilakukan untuk mengetahui perbedaan
fase terdispersi dalam medium hasil perlakuan homogenisasi terhadap
pendispersi. Semakin kecil ukuran partikel kondisi partikel emulsi. Beberapa teknik
fase terdispersi maka konfigurasi partikel yang dapat digunakan untuk menentukan
fase terdispersi dalam medium ukuran partikel, di antaranya photon
pendispersi akan semakin teratur. correlation spectroscopy (PCS),
Keseragaman ukuran partikel pada fase transmission electron microscopy (TEM),
terdispersi dapat diketahui melalui scanning electron microscopy (SEM),
pengamatan mikroskopik. Pengamatan atomic force microscopy (AFM), dan
mikroskopik menunjukkan bahwa ukuran scanning tunneling microscopy (STM).
partikel tetesan minyak pada fase Distribusi dan ukuran partikel dalam
terdispersi tidak seragam. Adanya penelitian ini dianalisa dengan
perbedaan ukuran partikel dalam menggunakan particle size analyzer
pengamatan mikroskopik ini menunjukkan (PSA). Pengukuran PSA ini didasarkan
ciri ketidakstabilan krim. Ketidaktabilan pada prinsip metode dynamic light
nanopartikel lemak dalam krim kosmetik scattering. Metode dynamic light
disebabkan oleh adanya droplet (butiran- scattering atau sering disebut PCS ini
butiran minyak) yang mengalami agregasi merupakan teknik terbaik untuk
atau pemecahan (Müller et al. 2007). pengukuran rutin ukuran partikel
(Menhnert & Mader 2001). Pengukuran
Pengukuran Distribusi dan Ukuran menggunakan PSA lebih akurat
Partikel dibandingkan dengan scanning electron
microscope (SEM) terutama untuk sehingga dapat menggambarkan
sampel-sampel dalam orde nanometer keseluruhan kondisi sampel.
dan submikron yang memiliki Pengukuran partikel dengan metode
kecenderungan aglomerasi yang tinggi PCS biasanya menggunakan metode
(Lidiyah 2011). Hasil pengukuran PSA basah, yaitu menggunakan media
berbentuk distribusi atau sebaran pendispersi untuk mendispersikan
sehingga dapat digunakan untuk material uji. Metode ini lebih akurat jika
menentukan ukuran partikel. dibandingkan dengan metode kering
Prinsip kerja dari metode PCS ini ataupun pengukuran partikel dengan
adalah mengiluminasikan cahaya laser metode ayakan dan analisa gambar untuk
dan mengukur fluktuasi intensitas sinar sampel-sampel berukuran kecil. Sampel-
yang dihamburkan akibat pergerakan sampel dalam ukuran nanometer dan
partikel pada skala waktu mikrodetik. submikron memiliki kecenderungan
Dalam pengukuran ini yang diukur adalah aglomerasi yang tinggi. Pengukuran
gerak Brownian partikel dalam medium dengan alat PSA dalam penelitian ini
dan mengorelasikan dengan ukuran menggunakan suhu ruang. Suhu ini akan
partikel tersebut. Metode ini mencakup memengaruhi gerakan partikel dalam
rentang ukuran dari beberapa nanometer larutan selama pengukuran. Semakin
sampai 3 mikrometer. Partikel- partikel tinggi suhu maka gerak partikel akan
lebih kecil menyebabkan penghamburan semakin aktif. Hal ini akan berpengaruh
yang lebih kuat pada sudut besar terhadap keakuratan hasil pengukuran.
dibandingkan dengan partikel lebih besar. Sebaran partikel dari sampel yang diuji
Keuntungan dari metode ini adalah dengan PSA dapat ditunjukkan
analisis yang cepat, tidak memerlukan berdasarkan jumlah, volume, dan
kalibrasi, dan peka terhadap partikel intensitas sampel. Metode penghitungan
submikron (Menhnert & Mader 2001). partikel yang terdapat pada alat PSA
Keuntungan lainnya menurut Rawie terdiri dari 3 metode, di antaranya: pade-
(2010), ukuran partikel yang terukur laplace, statistik, dan cumulants. Hasil uji
adalah ukuran dari partikel tunggal akibat PSA atau sebaran partikel dari krim
pendispersian partikel ke dalam media. nanopartikel disajikan pada Gambar 5 dan
Hasil pengukuran yang didapat juga Tabel 2.
berada dalam bentuk distribusi partikel,

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 5 Hasil uji PSA krim nanopartikel dengan kecepatan homogenisasi (a) 1000 rpm,
(b) 1500 rpm, (c) 2000 rpm, (d) 2500 rpm
Tabel 2 Hasil pengukuran distribusi dan ukuran partikel krim nanopartikel
Kecepatan homogenisasi
(rpm) Rentang ukuran (nm) Rerata ukuran partikel (nm)
1000 141,29 - 9.774,96 297,04
1500 40,75 - 2.571,08 239,86
2000 64,58 - 5.890,00 302,14
2500 93,35 - 9.774,96 358,10

Karakteristik dari sebaran partikel adalah waktu homogenisasi yang belum


yang digunakan pada penelitian ini optimum, adanya kontaminan pada
berdasarkan pada sebaran partikel dalam preparasi sampel sehingga cairan krim
intensitas (intensity) dengan metode belum homogen secara merata.
cumulants. Nilai sumbu y pada grafik Cara yang dapat dilakukan untuk
menunjukkan banyaknya partikel yang menghasilkan ukuran droplet emulsi yang
terukur pada alat PSA dan sumbu x diperkecil yaitu dengan meningkatkan
menunjukkan rentang ukuran dari sampel jumlah energi yang diberikan selama
yang diuji. Hasil analisa particle size proses emulsifikasi, selama masih
analyzer (PSA) krim ini menghasilkan tersedia pengemulsi yang cukup untuk
ukuran partikel dengan nilai yang menyelimuti permukaan droplet yang baru
berfluktuasi. Ukuran partikel semakin terbentuk. Ukuran partikel dipengaruhi
meningkat pada perlakuan kecepatan oleh berbagai faktor yang terjadi selama
homogenisasi 2000 rpm dan 2500 rpm. proses pembuatan emulsi seperti
Hal ini disebabkan tingkat kestabilan krim pengadukan atau pencampuran dan juga
masih rendah akibat terjadinya aglomerasi dipengaruhi oleh jumlah pengemulsi.
dan adanya destabilitas emulsi. Ukuran Menurut McClements (2004), beberapa
partikel dalam krim nanopartikel penelitian faktor yang mempengaruhi ukuran droplet
ini berkisar 239,86-358,10 nm. Hal ini yang dihasilkan oleh homogenisasi yaitu
ternyata sesuai dengan ASTM Committee tipe emulsi yang digunakan, suhu karakter
E56 on Nanotechnology yang menyatakan komponen fase-fasenya, dan masukan
bahwa ukuran krim nanopartikel berkisar energi. Ukuran droplet kecil yang
200-300 nm. Krim yang dihasilkan ini dihasilkan oleh homogenisasi dapat
dapat dikategorikan sebagai nanopartikel menimbulkan fase terdispersi. Sebagai
lemak padat. Oleh sebab itu, ukuran akibatnya viskositas semakin meningkat
tersebut ternyata masih dalam rentang dan penyerapan emulsifier dapat
ukuran nanopartikel lemak padat yang meningkat. Ketidakcukupan emulsifier
baik yaitu 50-1000 nm (Musthaba et al. dalam menyelubungi permukaan droplet-
2009). droplet akan menyebabkan koalesen.
Kecepatan putaran homogenizer Intensitas dan lama proses pencampuran
berpengaruh terhadap distribusi ukuran tergantung waktu yang diperlukan untuk
partikel. Semakin meningkatnya melarutkan dan mendistribusikan secara
kecepatan putaran homogenizer, merata.
seharusnya ukuran partikel emulsi yang
dihasilkan semakin kecil. Input energi Stabilitas Emulsi (Fase yang Stabil)
berpengaruh secara langsung terhadap Stabilitas emulsi merupakan
ukuran partikel. Namun dalam penelitian kestabilan suatu bahan dengan emulsi
ini hubungan antara kecepatan yang terdapat dalam bahan tidak
homogenisasi dengan ukuran partikel mempunyai kecenderungan untuk
tidak sesuai dengan teori Müller-Fischer et bergabung dengan partikel lain dan
al. (2006) yang menyatakan bahwa membentuk lapisan yang terpisah. Sistem
semakin besar peningkatan gaya kinetik emulsi pada dasarnya adalah suatu
yang diberikan akan menghasilkan ukuran sistem yang tidak stabil. Hal ini
partikel yang semakin kecil. Faktor yang disebabkan masing- masing partikel
mungkin terjadi dalam pengujian PSA ini mempunyai kecenderungan untuk
bergabung dengan partikel sesama berbanding lurus. Hal ini disebabkan nilai
lainnya membentuk suatu agregat yang stabilitas emulsi berfluktuasi.
akhinya dapat mengakibatkan emulsi
tersebut pecah. Kekuatan dan Fluktuasi nilai stabilitas emulsi (fase
kekompakan lapisan antar muka adalah yang stabil) dalam penelitian ini
sifat yang penting dalam pembentukan menunjukkan bahwa emulsi krim tidak
stabilitas emulsi (Suryani et al. 2000). stabil. Menurut McClement (2004), faktor-
Kestabilan emulsi merupakan proses faktor internal yang memengaruhi
pemisahan emulsi yang berjalan lambat stabilitas emulsi, di antaranya: tipe dan
sehingga proses tersebut tidak teramati konsentrasi bahan pengemulsi, jenis dan
selama selang waktu yang diinginkan. konsentrasi komponen- komponen fase
Pada penelitian ini dianalisis terdispersi dan fase pendispersi,
hubungan pengaruh kecepatan viskositas fase pendispersi, perbandingan
homogenisasi terhadap stabilitas emulsi fase terdispersi terhadap fase pendispersi,
atau fase yang stabil (Gambar 6). dan ukuran partikel. Faktor- faktor
Kecepatan homogenisasi yang semakin eksternal yang memengaruhi stabilitas
meningkat seharusnya akan emulsi adalah pengadukan atau
menghasilkan stabilitas emulsi yang kecepatan putaran homogenisasi yang
semakin meningkat pula. Hasil rata-rata tidak dapat terkontrol dengan baik,
stabilitas emulsi krim berada pada kisaran penguapan, dan suhu.
97 % hingga 98 %. Nilai stabilitas emulsi Kerusakan atau destabilitas emulsi
yang paling tinggi adalah krim dengan terjadi melalui 3 mekanisme utama yaitu
perlakuan kecepatan homogenisasi 1000 kriming, flokulasi, dan koalesen. Kriming
rpm. Kestabilan emulsi krim semakin merupakan proses pemisahan yang
menurun seiring dengan meningkatnya terjadi akibat gerakan- gerakan ke atas/
kecepatan homogenisasi hingga 2000 ke bawah. Hal ini dapat terjadi karena
rpm. Akan tetapi terjadi peningkatan gaya gravitasi terhadap fase-fase yang
kestabilan emulsi pada kecepatan berbeda densintasnya. Flokulasi
homogenisasi 2500 rpm. Menurut merupakan agregasi dari droplet. Pada
McClement (2004), kecepatan putaran flokulasi tidak terjadi pemusatan film antar
homogenizer yang semakin besar dan permukaan sehingga jumlah dan ukuran
waktu homogenisasi yang semakin lama droplet tetap, terjadinya flokulasi akan
akan menghasilkan energi yang semakin mempercepat terjadinya kriming.
besar untuk membuat pengemulsi lebih Koalesen adalah penggabungan droplet-
mampu menstabilkan droplet pada produk droplet menjadi droplet yang lebih besar.
emulsi. Berdasarkan pernyataan tersebut Pada tahap ini terjadi pemusatan film
dapat dikatakan bahwa pengaruh antar permukaan sehingga ukuran droplet
kecepatan homogenisasi terhadap berubah.
stabilitas emulsi dalam penelitian ini tidak

98,95

98,11

97,66
97,45

Gambar 6 Hubungan kecepatan homogenisasi dengan fase yang stabil


Ansel HC. 2005. Pengantar Bentuk
KESIMPULAN Sediaan Farmasi Ed ke-8. Jakarta
(ID): UI Pr.
Krim nanopartikel dengan bentuk Anwar E. 2012. Eksipien dalam Sediaan
padat, putih, berbau khas minyak, dan Farmasi (Karakterisasi dan Aplikasi).
homogen telah berhasil dibuat secara high Jakarta (ID): Dian Rakyat.
speed homogenization (HSH). Uji evaluasi [ASTM] American Standar Testing
menunjukkan tipe emulsi krim Material. 2014. Committee E56 on
nanopartikel adalah minyak dalam air Nanotechnology. Philadelphia (US):
(M/A) dan nilai pH krim masih dalam ASTM.
rentang pH yang disyaratkan oleh SNI 16- Awad T, Helgason T, Kristbergsson K,
4399-1996 Sediaan Tabir Surya, yaitu pH Decker EA, Weiss J, McClements
4,5-8,0. Selain itu, hasil uji distribusi dan DJ. 2008. Solid Lipid Nanoparticles
ukuran partikel menunjukkan bahwa krim as delivery systems for bioactive
dalam penelitian ini dapat dikategorikan food components. Food Biophysics.
sebagai krim nanopartikel sesuai ASTM 3:146–154
Committee E56 on Nanotechnology Balsam MS, SD Gerson, MM Rieger, E
dengan kisaran ukuran partikel 200-300 Sagarin, Sj Strianse. 1972.
nm. Pengaruh peningkatan kecepatan Cosmetics: Science amd
homogenisasi terhadap ukuran partikel Technology. New York (US): J
dan stabilitas emulsi menghasilkan nilai Wiley.
yang berfluktuasi sehingga tidak sesuai Carter JS. 1975. Dispensing for
dengan hipotesa Müller-Fischer et al. Pharmautical Student 12th ed.
(2006). Hipotesa tersebut adalah semakin London (UK): Pitman Medical.
besar peningkatan gaya kinetik Dahayanake M, Rosen MJ. 2000.
(kecepatan homogenisasi) yang diberikan Industrial Utilization of Surfactants:
maka ukuran partikel akan semakin kecil. Princples and Practice. Urbana
Ukuran partikel yang semakin kecil (US): AOCS Pr.
menunjukkan tingkat stabilitas emulsi [Depkes RI]. Departemen Kesehatan
yang tinggi. Republik Indonesia. 1976.
Peraturan Menteri Kesehatan RI
UCAPAN TERIMA KASIH no.220/MenKes/Per/IX/76 tentang
Produksi dan Peredaran
Penulis menyampaikan terima kasih Kosmetika dan Alat Kesehatan
kepada Bapak Umar Habson selaku Menteri Kesehatan Republik
kepala BBKK yang sudah memfasilitasi Indonesia. Jakarta (ID): Depkes RI.
pelaksanaan penelitian di laboratorium Hambali E, Suryani A, Sailah I. 2000.
riset kimia BBKK dan Bapak Ahmad Teknologi Emulsi. Bogor (ID): IPB.
Sjahriza yang sudah memberi masukan Iswari R & Latifah F.2007. Buku
dan saran dalam perbaikan hasil Pegangan Ilmu Pengetahuan
penelitian. Kosmetik. Jakarta(ID): Gramedia
Pustaka Utama.
DAFTAR PUSTAKA Kodeks Kosmetika Indonesia Ed ke-
1.1993. Volume 3.
Agoes G. 2008. Pengembangan Sediaan Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL.
Farmasi Edisi Revisi dan Perluasan. 2008. Teori dan Praktek Farmasi
Bandung (ID): ITB. Industri II Ed ke-3. Jakarta (ID):
Anief M. 2000. Ilmu Meracik Obat. Universitas Indonesia Pr.
Yogyakarta (ID): UGM Pr. Lidiyah. 2011. Peningkatan jumlah
[Anonim]. 2007. Agitated Laboratory nanopartikel kitosan terisi ketoprofen
Reactors. Pressure Products berdasarkan ragam surfaktan dan
Industries. [Internet]. [diunduh 2014 kondisi ultrasonikasi [skripsi]. Bogor
Sep 1]. Tersedia pada: (ID): Sekolah Pascasarjana. Institut
http://www.gotoppi.com/ Pertanian Bogor.
Reactors.html.
McClements DJ. 2004. Food Emulsion lipid nanoparticles Loaded with
Principle, Practices, and ibuprofen. Asian Journal of
Techniques. New York(US): CRC Pharmaceutical Science 4:132–137.
Pr. Pardeike J, Hommonss A, Müller RH.
Medha DJ, Wedny JU, Gert S, Yvette Vk, 2009. Lipid nanoparticles (SLN,
Enrico M. 2012. Journal of NLC) in cosmetics and
Controlled Release. 161(4): 25-37. pharmaceutical dermal products.
Menhnert W, Mader K. 2001. Advanced International Journal of
drug delivery. 47: 165-196 Pharmaceutics. 170-184.
Müller-Fischer N, Suppiger D, Windhab Rahmi D, Yunilawati R, Ratnawati E.
EJ. 2006. Impact of static pressure 2013. Peningkatan stabilitas emulsi
and volmetric energy input on the krim nanopartikel untuk
microstructure of food foam whipped mempertahankan kelembaban kulit.
in a rotor-stator device. J. Food J. Kimia dan Kemasan. 35(1): 30-36.
Engineering. 80 : 306-316. Rawie A. 2010. Technical Paper: Basic
Müller Rh, hommoss A, Pardeike J, Principles of Particle Size Analysis.
Schmidt C. 2007. Lipid nanoparticles Worcestershire (GB): Malvern
(NLC) as novel carrier for cosmetic- Instruments Limited.
spesial feature & state of Rowe RC, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009.
commercialisation. SÖFW-J. 40-46. Handbook of Pharmaceutical
Musthaba MS, Sanjula B, Sayeed A, Alka Excipients. London (UK):
A, Javed A. 2009. Status of Novel Pharmaceutical Press and
Drug Delivery Technology for American Pharmaceutical
Phytotherapeutics. India (IN) : Association.
Hamdard University. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2005.
Nagarajan R. 2008. Nanoparticles: Sediaan Tabir Surya. SNI 16-4399-
Building Blocks of Nanotechnology. 1996. Jakarta (ID): Badan
Di dalam: Nagarajan R & Hatton TA, Standardisasi Nasional.
editor. Nanoparticles: Synthesis, Suryani A, Sailah I, Hambali E. 2000.
Stabilization, Passivation, and Teknologi Emulsi. Bogor (ID): IPB.
Functionalization. Proceedings of Thassu D, Pathak Y, Deleers M. 2007.
the Symposium at the 233rd Nanoparticulate Drug-Delivery
Meeting on the American Chemical System. New York (US): Informa.
Society; Chicago, 25–29 Maret Yen FL, Wu TH, Lin LT, Cham TM, Lin
2007. Washington: American CC. 2008. Nanoparticles formulation of
Chemical Society. hlm. 2–15. Cucuta chijnensis prevents
Pang X, Cui F, Tian J, Chen J, Zhou J, acetaminophen-induced hepatotoxicity
Zhou W. 2009. Preparation and in rats. Food and Chemical Toxicology.
characterization of magnetic solid 46: 1771–1777.

Anda mungkin juga menyukai