Anda di halaman 1dari 31

PENETAPAN KADAR

NIPAGIN DAN NIPASOL DALAM


KRIM PEMUTIH SECARA
SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET
SEMESTER 4A – KELOMPOK 5
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
• ACHTONI AKBAR AL GHIFARI (P24840419001)
• AIDA SALSABILA KAMALIN (P24840419004)
• DESTIANA EKA SARI (P24840419017)
• FARAH OKTAVIANY (P24840419027)
DAFTAR ISI
01 Latar Belakang 04 Persyaratan 07 Kesimpulan

02 Tinjauan 05 Rumus 08 Dokumentasi


Pustaka Perhitungan Sampel

03 Data 06 Perhitungan 09 Daftar Pustaka


Percobaan
BAB 1
PENDAHULUA
N
Latar Belakang
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Kosmetika
adalah bahan atau campuran bahan obat untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan,
dipercikkan, atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan
atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,
menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat. Banyak
orang menganggap bahwa kosmetika tidak akan menimbulkan hal-hal yang
membahayakan manusia karena hanya ditempelkan dibagian luar kulit. Pendapat ini
ternyata salah karena ternyata kulit mampu menyerap bahan yang melekat padanya
(Wasitaatmadja, 1997).

krim pemutih merupakan sediaan kosmetika yang sangat populer dimana banyak
wanita Indonesia yang berlomba-lomba untuk memakai krim pemutih. Sehingga
konsumen harus berhati-hati dalam memilih krim pemutih. Biasanya krim pemutih tidak
lepas dari zat pengawet seperti nipagin dan nipasol. Zat pengawet tersebut berguna
untuk menjaga kestabilan suatu sediaan kosmetika dan memiliki efek alergi pada kulit.
Menu

BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
BAHAN PENGAWET
Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam
jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat
bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba
sehingga kosmetika menjadi stabil .

Kebanyakan pengawet lebih bersifat bakteriostatik daripada bakterisid,


dan merupakan golongan asam (asam parahidroksibenzoat, asam benzoat, asam
borat, asam sorbat, dan garam-garamnya) dan non asam/netral
(klorobutanol,benzyl alkhol, dan beta feniletil alkhol). Pengawet biasanya
mengandung gugus fungsi yang reaktif, yang memegang peran penting dalam
aktivitas antimikroba.
NIPAGIN dan NIPASOL
Farmakope Indonesia Edisi VI

NIPAGIN NIPASOL
Aktivitas Antimikroba
Nipagin dan Nipasol
Nipagin dan nipasol digunakan sebagai pengawet antibakteri dan
antifungi. Mereka mempunyai keuntungan yaitu mereka aktif pada pH 4 sampai 8
walaupun mereka umumnya aktif pada larutan asam, tetapi mempunyai aktivitas
antimikroba baik dalam suasana asam maupun basa. Kelarutan dalam air
tergantung pada panjang rantai alkil. Semakin panjang rantai alkil, kelarutannya
akan berkurang.

Dari hasil penelitian dengan meningkatnya panjang rantai alkil, biasanya


aktivitas penghambatan meningkat. Paraben mempunyai aktivitas antimikroba
spektrum luas terhadap berbagai jenis bakteri gram positif dan negatif, tetapi lebih
efektif pada bakteri positif daripada bakteri negatif. Yang termasuk golongan
paraben yaitu nipagin, nipasol, etil paraben, butil paraben.
Dampak dan Manfaat
Nipagin dan Nipasol
Nipagin dan nipasol digunakan sebagai pengawet antifungi dan
antibakteri dalam kosmetik, farmasi, dan makanan. Pengawet ini banyak
ditemukan dalam kosmetik berbahan dasar air seperti krim dan lotion
dalam konsentrasi maksimal 0,3%, sedangkan dalam makanan
konsentrasi maksimal 0.1%. Batasan yang bisa diterima oleh tubuh
yaitu 10 mg/kg berat badan untuk setiap harinya.

Menurut Material Safety Data Sheet, pengawet ini dapat


menyebabkan iritasi kulit dan alergi kulit yaitu kemerahan pada kulit
selama paparan jangka pendek. Dalam beberapa penelitian lain,
menunjukkan pengawet ini bisa memicu masalah kesehatan serius selama
paparan jangka panjang seperti pencetus kanker payudara dan infertilitas
pada pria karena pengawet ini memiliki efek estrogenik atau dapat
meningkatkan kadar estrogen dalam darah.
KRIM
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air. Sekarang ini batas tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari
emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat
melalui vaginal. (Menurut Farmakope Indonesia Edisi VI)

Sifat umum krim adalah mudah melekat pada permukaan tempat pemakaian
dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim
juga dapat memberikan efek mengkilap, berminyak, melembabkan, dan mudah
tersebar merata
Spektrofotometri UV-VIS
Prinsip Kerja
Spektrofotometri UV-VIS adalah interaksi yang terjadi
antara energi yang berupa sinar monokromatis dari
sumber sinar dengan materi yang berupa molekul

Cara Kerja
Sinar dari sumber radiasi diteruskan menuji
monokromator. Cahaya dari monokromator diarahkan
terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi.
Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian
secara berulang-ulang, sinyal listrik dari detektor diproses,
diubah ke digital dan dilihat hasilnya, selanjutnya
perhitungan dilakukan dengan komputer yang sudah
terprogram.
BAB III
DATA
PERCOBAAN
Prosedur Asli
1. Larutan Uji
Sejumlah cuplikan setara dengan 10 mg metil paraben ditimbang seksama, dimasukkan
kedalam gelas piala 25 ml, ditambah 5 ml etanol 96%, diaduk. Dituangkan kedalam labu
tentukur diencerkan dengan etanol 96% hingga tanda, dikocok dan disaring (A).

2. Baku
Sejumlah lebih kurang 10 mg metil paraben BPFI ditimbang seksama, dimasukkan
kedalam labu tentukur 10 ml, ditambah etanol 96% hingga tanda, dikocok (B).

3. Cara Pemisahan
Larutan A dan B ditotolkan secara terpisah dan dilakukan KLT sebagai berikut :
Fase Diam : Silika gel GF 254, tebal 0,25 mm.
Fase Gerak : Toluen – Asam Asetat Glasial (80 : 20)
Penjenuhan : Dengan kertas saring
Volume Penotolan : Larutan A dan B masing-masing 50 μl.
Jarak Rambat : 15 cm
Penampak Bercak : Cahaya UV 254 nm.
Prosedur Asli
4. Cara Penetapan ●  
Bercak A dan B yang memiliki harga Rf sama, ditandai dan dikerok. Hasil kerokan
bercak A dan B dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, dilarutkan dengan etanol
96% hingga garis tanda, dikocok dan disaring. Dibuat larutan blanko. Larutan bercak A
dan B masing-masing diukur pada panjang gelombang serapan maks ± 257 nm.
Kadar nipagin dan nipasol dalam krim pemutih adalah :

Ket :
Au : Serapan larutan uji (Larutan bercak A)
Ab : Serapan larutan baku (Larutan bercak B)
Bu : Bobot cuplikan yang ditimbang
Bb : Bobot baku
FPu : Faktor pengencer larutan uji
FPb : Faktor pengencer larutan baku
LANGKAH KERJA
LANGKAH KERJA

(B)
Data Sampel
Data Organoleptik Sampel
Data Penimbangan Sampel

Data Penimbangan Baku


Data Pengukuran Abs
RUMUS PERHITUNGAN KADAR
PERHITUNGAN KADAR NIPAGIN
PERHITUNGAN KADAR NIPASOL
HARGA Rf
Persyaratan
Menurut MA PPOMN rentang kadar pengawet yang
diperbolehkan untuk krim pemutih adalah maksimal 0,4%.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan penetapan kadar nipagin dan nipasol dalam
krim pemutih secara spektrofotometri ultraviolet, diketahui bahwa
Placenta Whitening Cream yang diuji mengandung nipagin 0,08%
dan nipasol dengan kadar 0,1%, Placenta Whitening Cream yang
diuji memenuhi persyaratan kadar pengawet karena menurut MA
PPOMN rentang kadar pengawet yang diperbolehkan untuk krim
pemutih adalah maksimal 0,4%.
DOKUMENTASI SAMPEL
SUMBER :
http://dwiyanatoharasdiary.blogspot.com/2012/10/placenta-
whitening-series.html
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta : Dirjen POM
Anwar, E. (2012). Eksipien Dalam Sediaan Farmasi Karakterisasi dan Aplikasi. Jakarta:
Dian Rakyat. Hal. 178, 228.
Wasitaatmadja, M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetika Medik. Jakarta: UI Press. Hal. 26,
36.
Reynold, J.E.F. (1972). Martindale The Extra Pharmacopoeia. Second Edition. Great
Britian: The Pharmaceutical Press. P. 1355-1357.
Sihombing, C.M. (2012). Analisis Metil Paraben pada Kecap dan Saus yang beredar di
Pasaran Kota Medan Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Skripsi. Fakultas
Farmasi USU Medan.
Adina. (2012). Percobaan_menulis: methyl paraben in your cosmetic…is it safe or not.
Available from: adina_twins.blogspot.com/2012/09. Tgl 30 Maret 2013.
Rohman, A. (2012). Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan Kromatografi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 69, 83.
Novita Syahriani Pane. Penetapan Kadar Nipagin dan Nipasol dalam Krim Pemutih
Secara Spektrofotometri Ultra Violet. Medan: Analis Farmasi dan Makanan Universitas
Sumatera Utara; 2013.
http://dwiyanatoharasdiary.blogspot.com/2012/10/placenta-whitening-series.html
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai