Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
Sediaan kosmetik merupakan salah satu bagian dari sediaan farmasetika. Kosmetik
berperan penting untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat tertentu
kosmetik sudah menjadi kebutuhan pokok seperti halnya sandang dan pangan. Umumnya, di
pasaran banyak beredar sediaan kosmetika yang berperan untuk keindahan kulit wajah. Dalam
perkembangan selanjutnya, suatu sediaan kosmetika akan ditambahkan suatu zat ikatan atau
tambahan yang akan menambah nilai artistik dan daya jual produknya, salah satunya dengan
penambahan bahan pemutih yang berbahaya bagi konsumen (Anggraeni et al., 2018).
Kosmetika pemutih adalah kosmetika yang mengandung bahan aktif pemutih dan
penggunaannya bertujuan untuk mencerahkan kulit atau memutihkan kulit. Produk pemutih kulit
sendiri terbagi menjadi 3 golongan yaitu kosmetik, kosmetisikal dan kosmetomedik. Golongan
pertama disebut kosmetik, jika produk itu mempengaruhi fisiologi kulit dan dapat dibeli secara
bebas, contohnya sabun. Golongan kedua disebut kosmetisikal, jika produk itu mempengaruhi
fisiologi kulit tapi masih boleh dibeli secara bebas-terbatas tanpa harus memakai resep dokter,
contohnya produk yang mengandung Alpha Hydroxy Acid (AHA), asam glikolat, arbutin dan
hidrokuinon. Golongan ketiga disebut kosmetomedik, produk-produk ini mempengaruhi fisiologi
kulit dan hanya boleh dibeli dengan resep dokter, contohnya hidrokuinon di atas 2% dan asam
retinoat (Andriyani, 2011)
Salah satu bahan pemutih berbahaya yang ditakutkan terdapat dalam krim adalah asam
retinoat karena asam retinoat dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, teratogenik (cacat
pada janin), dan menyebabkan kanker kulit.
.
Menurut BPOM RI No. HK. 00. 05. 42. 1018 Tahun 2008 asam retinoat juga termasuk
yang penggunaannya dilarang pada sediaan kosmetik dikarenakan dapat menyebabkan kulit kering,
rasa terbakar, dan teratogenik (cacat pada janin). Asam retinoat ini sering dipakai sebagai bentuk
sediaan vitamin A topikal, yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Banyak produk yang
kini beredar di pasaran mengandung beberapa zat yang tidak memenuhi syarat kelayakan
pemakaian (Suhartini et al., 2013)
Asam retinoat di pasaran kadang ditulis sebagai tretinoin. Asam retinoat adalah bentuk
asam dan bentuk aktif dari vitamin A (retinol). Asam retinoat ini sering dipakai sebagai bentuk
sediaan vitamin A topikal, yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Bahan ini sering
dipakai pada preparat untuk kulit terutama untuk pengobatan jerawat, dan sekarang banyak dipakai
untuk mengatasi kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari (sundamage) dan untuk pemutih
(Andriyani, 2011).
Menyadari hal tersebut, bahwa asam retinoat dapat membahayakan para konsumen
sehingga pada praktikum kali ini dilakukan analisis kosmetik untuk mengetahui kadar asam
retinoat pada krim malam dengan metode Spektrofotometri UV-Vis, karena metode tersebut
memiliki tingkat ketelitian yang baik.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengujian sampel asam retinoat dengan menggunakan alat
Spektrofotometri UV-Vis
2. Mahasiswa mampu memahami cara analisis menggunakan instrumen Spektrofotometri UV-Vis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kosmetik
Asam retinoat adalah bentuk asam dan bentuk aktif dari vitamin A (retinol) yang dibentuk
dari all-trans retinol (retinoid dalam bentuk alkohol). Disebut juga tretinoin (all-trans-retinoic acid)
(BPOM, 2011:6).
Asam retinoat adalah senyawa aktif turunan vitamin A dalam bentuk asam yang dibentuk
dari all-trans retinol (retinoid dalam bentuk alkohol). Asam retinoat juga dikenal dengan sebutan
tretinoin (all-trans retinoic acid) yang digunakan dalam terapi jerawat (Combs, 2008).
Asam retinoat memiliki rumus molekul C20H28O2. Berat Molekul 300,44. Pemerian asam
retinoat berupa serbuk hablur, kuning sampai jingga muda. Asam retinoat tidak larut dalam air,
sukar larut dalam etanol dan dalam kloroform (Anonim, 1995).
Penggunaan tretinoin sebagai obat keras hanya boleh dilakukan dengan resep dokter.
Namun kenyataannya ditemukan dijual bebas kosmetik yang mengandung tretinoin (Badan POM,
2006). Asam retinoat atau tretinoin juga mempunyai efek samping bagi kulit yang sensitif, seperti
kulit menjadi gatal, memerah dan terasa panas serta jika pemakaian yang berlebihan khususnya
pada wanita yang sedang hamil dapat menyebabkan cacat pada janin yang dikandungnya (Badan
POM, 2008). Dosis asam retinoat dalam sediaan topikal yaitu 0,025 – 0,1% (Draelos dan Thaman,
2006).
Pada kulit normal, asam retinoat yang dioleskan akan menimbulkan peradangan pada kulit
dengan gejala sensasi rasa agak panas, menyengat, kemerahan, eritema sampai pengerasan kulit,
dapat menyebabkan menurunnya keratinisasi dan produksi sebum sehingga kulit semakin kering
dan tipis. Selain itu terbukti bahwa penggunaan asam retinoat dapat meningkatkan potensi
karsinogen (menyebabkan kanker) akibat radiasi sinar UV–B dan UV–A pada mencit albino dan
berpigmen. Dan telah dilaporkan penggunaan krim asam retinoat sebelum masa kehamilan dan
dalam masa kehamilan menyebabkan cacat pada janin yang dikandung (teratogenik).
4. Spektrofotometri
5. Spektrofotometri Uv-Vis
METODOLOGI
Alat Bahan
1. Beaker Glass, 1. Asam Retinoat p.a
2. Labu Ukur, 2. Aquabidest
3. Pipet Volume, 3. dan Sampel
4. Pipet Tetes,
5. Timbangan Analitik,
6. Batang Pengaduk,
7. Spatula,
8. Kuvet Dan
9. Spektrofotometer Uv-Vis
6.1 Perhitungan
6.2 Hasil
6.3 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Lampiran
Badan POM RI. 2006. Kosmetik Pemutih (Whitening), Naturakos, Vol. 1 No.
1. Edisi Mei 2006. Jakarta.
Badan POM RI. 2008. Bahan Berbahaya Dalam Kosmetik. In: Kosmetik Pemutih
(Whitening), Naturakos, Vol. III No.8. Edisi Agustus 2008.
Jakarta.
Badan POM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011
Tentang Metode Analisis Kosmetika. Jakarta.
Widana dan Yuningrat. 2007. Bahan Pewarna Berbahaya pada Sediaan
Kosmetika. Departemen Kesehatan, Jakarta.