SKRIPSI
OLEH:
WILDA PUTRI PRILIA HUTASUHUT
NIM 151501187
SKRIPSI
OLEH:
WILDA PUTRI PRILIA HUTASUHUT
NIM 151501187
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
Vitamin E sebagai Pelembab Kulit Wajah”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
menyebar dalam bentuk partikel-partikel yang kecil, sehingga objek yang berada
di luar sabun akan terlihat jelas. VCO adalah minyak yang paling kaya akan
sebagai pelembab dan uji efektivitasnya terhadap kulit wajah sukarelawan serta
dengan rata-rata persen peningkatan kadar air sebesar 32,55% dan memenuhi
syarat mutu sabun dengan parameter kadar air 2,8%, total lemak 1,5%, bahan
tidak larut dalam etanol 2,0 %, alkali bebas 0,03%, kadar klorida 0,58% serta
lemak yang tidak tersabunkan 0,2%., memiliki stabilitas fisik dan busa yang stabil
v
Universitas Sumatera Utara
yaitu 76,9%-83,3%, pH 9,0-9,1, serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit.
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan kajian dalam pembuatan sediaan sabun
transparan.
sebesar besarnya kepada ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku dosen
terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., dan Ibu Dr. Sumaiyah,
M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam
kepada Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas selama masa pendidikan dan
Almarhum Bapak Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.Si., Apt dan Ibu Lia Laila,
S.Farm., M.Sc., Apt., selaku dosen penasihat akademik yang telah banyak
memberikan nasihat dan bimbingan selama masa pendidikan serta Bapak dan Ibu
staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama
perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan
Ibunda Aida Fitriana, S.E dan Abangda Baginda Novrialsyah Hutasuhut, S.H serta
vi
Universitas Sumatera Utara
sahabatku grup Benzena, Santuy, Asisten Laboratorium Kosmetologi, sahabat-
selalu membantu dan tiada hentinya memberikan dorongan selama penelitian dan
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
vii
Universitas Sumatera Utara
viii
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN SABUN TRANSPARAN
DENGAN MENGGUNAKAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO) DAN
VITAMIN E SEBAGAI PELEMBAB KULIT WAJAH
ABSTRAK
Latar Belakang: Sabun transparan merupakan salah satu produk inovasi sabun
yang memiliki busa yang lebih halus dibandingkan dengan sabun biasa. Vitamin E
(tokoferol) berperan penting dalam proses perawatan kulit, terutama untuk
membantu memberikan pelembab natural pada kulit. Dengan penambahan vitamin
E akan menambah manfaat kelembaban terhadap kulit wajah dalam pembuatan
sediaan sabun transparan dengan menggunakan .
Tujuan: Memformulasi serta mengevaluasi efektivitas sediaan sabun transparan
yang dibuat menggunakan dan vitamin E sebagai pelembab
kulit wajah.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan
memformulasikan sediaan sabun transparan menggunakan ,
NaOH, asam stearat, etanol 96%, sukrosa, propilen glikol, gliserin, asam sitrat,
TEA, parfum dan vitamin E dengan konsentrasi 1% (F1); 2% (F2); 3% (F3); dan
formula tanpa vitamin E (F0). Evaluasi sediaan sabun transparan meliputi
pemeriksaan fisik sediaan selama 12 minggu pada suhu kamar, pengukuran pH
dan stabilitas busa, uji iritasi (edema, eritema, vasikula), uji efektivitas pelembab
menggunakan ( ) dan uji syarat mutu sabun (kadar air, total
lemak, bahan tidak larut dalam etanol, bahan yang tidak tersabunkan, kadar
klorida, asam lemak bebas).
Hasil: Sediaan sabun transparan yang dihasilkan memiliki stabilitas fisik dan busa
yang stabil yaitu 76,9%-83,3%, pH 9,0-9,1, serta tidak menyebabkan iritasi pada
kulit. Uji efektivitas pelembab menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
vitamin E semakin tinggi kelembaban pada kulit wajah 12 sukarelawan,
efektivitas paling baik sebagai pelembab adalah sabun transparan dengan
konsentrasi vitamin E 3% yaitu dengan rata-rata persen peningkatan kadar air
sebesar 32,55% dan memenuhi syarat mutu sabun dengan parameter kadar air
2,8%, total lemak 1,5%, bahan tidak larut dalam etanol 2,0 %, alkali bebas 0,03%,
kadar klorida 0,58% serta lemak yang tidak tersabunkan 0,2%.
Kesimpulan: Sediaan sabun transparan dapat diformulasikan dengan
meggunakan dan Vitamin E. Sabun transparan dengan
konsentrasi vitamin E 3% memberikan efektivitas paling baik dalam
melembabkan kulit wajah.
Kata Kunci:
ix
Universitas Sumatera Utara
FORMULATION AND TEST THE EFFECTIVITY OF TRANSPARENT
SOAP USING VIRGIN COCONUT OIL (VCO) AND VITAMIN E AS
FACIAL SKIN MOISTURIZER
ABSTRACT
Background: Transparent soap is one of the innovative soap products that had
finer foam compared to ordinary soap. Vitamin E (tocopherol) plays an important
role in the process of skin care, especially to help provide a natural moisturizer on
the skin. With the addition of vitamin E will increase the benefits of moisture on
facial skin in making transparent soap using virgin coconut oil.
Objective: To formulate and evaluate the effectiveness of transparent soap by
using virgin coconut oil and vitamin E as moisturizers for facial skin.
Methods: This study used an experimental method by formulating transparent
soap using virgin coconut oil, NaOH, stearic acid, ethanol 96%, sucrose,
propylene glycol, glycerin, citric acid, TEA, perfume and vitamin E with a
concentration of 1% (F1); 2% (F2); 3% (F3); and formula without vitamin E (F0).
Evaluation of transparent soap included physical examination for 12 weeks at
room temperature, measurement of pH and foam stability, irritation test (edema,
erythema, vascula), moisturizing effectivity test using a skin analyzer (moisture)
and a test of the quality requirements of soap (water content, total fat, insoluble
material in ethanol, unsaponificable material, chloride total, free fatty acids).
Results: The resulting transparent soap had physical stability and stable foam that
was 76.9%-83.3%, pH 9.0-9.1, and did not cause skin irritation. Moisture
effectivity test showed that the higher the concentration of vitamin E the higher
the moisture on the facial skin of 12 volunteers, the highest effectivity as a
moisturizer was transparent soap with a 3% vitamin E concentration that was with
an average percent increase in water content of 32.55% and fulfill the soap quality
requirement with water content parameters of 2.8%, total fat of 1.5%, insoluble
material in ethanol of 2.0%, free alkali of 0.03%, chloride total of 0.58% and
unsaponificable material of 0.2%.
Conclusion: Transparent soap can be formulated using virgin coconut oil and
vitamin E. Transparent soap with a concentration of vitamin E 3% provides the
highest effectivity in moisturizing facial skin.
Keywords:
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
xi
Universitas Sumatera Utara
3.12.6 Penentuan Lemak Tidak Tersabunkan .................................................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 34
4.1 Pemeriksaan Stabilitas Fisik Sediaan ......................................................... 34
4.2 Pengukuran pH Sediaan ............................................................................. 35
4.3 Pengukuran Stabilitas Busa ........................................................................ 36
4.4 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan............................................................... 37
4.5 Pengujian Efektivitas Kelembaban ............................................................ 38
4.6 Penentuan Syarat Mutu Sabun ................................................................... 41
4.6.1 Penentuan Kadar Air ............................................................................... 42
4.6.2 Penentuan Total Lemak........................................................................... 42
4.6.3 Penentuan Bahan Tidak Larut Dalam Etanol .......................................... 42
4.6.4 Penentuan Asam Lemak Bebas/ Alkali Bebas ........................................ 43
4.6.5 Penentuan Kadar Klorida ........................................................................ 43
4.6.6 Penentuan Lemak Tidak Tersabunkan .................................................... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 45
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 45
5.2 Saran ........................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 46
LAMPIRAN ..................................................................................................... 49
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ pertama yang terkena polusi oleh zat-zat yang
terdapat di lingkungan hidup kita. Secara alamiah kulit telah berusaha untuk
melindungi diri dari kekeringan dengan adanya tabir lemak diatas kulit yang
diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya
lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi
tertentu faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu di
menjadikan sabun menjadi lebih menarik. Sabun transparan memiliki busa yang
sabun gliserin. Sabun jenis ini sangat tepat digunakan untuk jenis kulit yang
membersihkan kulit, tetapi juga menimbulkan kesan lembut pada kulit. Dengan
pemakaian sabun. Gliserin dan asam lemak bebas merupakan bahan tambahan
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bahan lainnya yang
1
Universitas Sumatera Utara
dapat digunakan antara lain vitamin E, jojoba oil, lanolin, beeswax, dll (Barel,
dkk., 2001).
peroksidasi lipid yang diinduksi oleh radiasi UV dan beberapa peneliti telah
yang cukup potensial. Hampir semua bagian dari tanaman tersebut dapat
dimanfaatkan. Banyak kegunaan yang dapat diperoleh dari kelapa dan salah satu
adalah minyak yang paling kaya dengan kandungan asam lemak yang
menguntungkan kulit dibandingkan dengan minyak lainnya dan warna VCO yang
bening putih jernih dan mudah larut dalam air. Asam lemak yang paling dominan
dalam VCO adalah asam laurat (HC12H23O2). Kandungan utama pada VCO adalah
asam laurat 46%. Asam laurat sangat diperlukan dalam pembuatan sabun karena
mampu memberikan sifat pembusaan yang sangat baik dan lembut untuk produk
2
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
ini adalah:
dan vitamin E.
dan vitamin E.
3
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk mengetahui kemampuan melembabkan kulit wajah dari sediaan sabun
4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh.
Kulit terdiri dari tiga lapisan, berturut-turut mulai dari yang paling luar
a. Lapisan epidermis
b. Lapisan dermis
5
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.1 Epidermis
Lapisan paling luar yang terdiri atas lapisan epitel gepeng. Unsur
utamanya adalah sel-sel tanduk (keratinosit) dan sel melanosit. Lapisan epidermis
tumbuh terus karena lapisan sel induk yang berada di lapisan bawah bermitosis
terus menerus, sedangkan lapisan paling luar epidermis akan mengelupas dan
berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan lapisan
yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan
perut. Sel-sel epidermis ini disebut keratinosit (Tranggono dan Latifah, 2007).
paling luar yang tersusun dari sel mati berkreatin dan memiliki sawar kulit
pokok terhadap kehilangan air. Apabila kandungan air pada lapisan ini
b. Lapisan lusidum (stratum lusidum), lapisan ini tersusun dari beberapa lapisan
transparan dan di atasnya terdapat lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai
lapisan sel dan terletak di atas lapisan stratum spinosum dan berfungsi untuk
yang paling tebal dari epidermis. Sel diferensiasi utama stratum spinosum
6
Universitas Sumatera Utara
e. Lapisan basal (stratum basale), lapisan basal merupakan bagian yang paling
dalam dari epidermis dan tempat pembentukan lapisan baru yang menyusun
epidermis. Lapisan ini terus membelah dan sel hasil pembelahan ini bergerak
2.1.1.2 Dermis
penyedia nutrisi, imunitas, dan bantuan lain untuk epidermis melalui lapisan
papiler tipis pada epidermis tetapi juga berperan pada pengaturan suhu, tekanan,
Dermis terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin. Serabut
kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia tanpa lemak.
Pada dermis terdapat adneksa kulit, seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar
keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh
darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan
Dermis terbentuk dari sel-sel, serat, dan zat dasar (). Sel-
sel yang paling banyak adalah fibroblas. Sel ini merupakan tempat produksi
komponen dermal lainnya yaitu serat-serat dermis dan zat dasar (Tabor dan Blair,
2009).
Serat yang diproduksi oleh fibroblas ada beberapa tipe sesuai dengan
fungsi mereka :
7
Universitas Sumatera Utara
a. Serat kolagen
Merupakan serat yang paling banyak dan tersusun dari asam amino
b. Serat elastis
Komponen utama serat elastis adalah protein yang disebut elastin. Fungsi
serat ini adalah untuk memberikan elastisitas kulit untuk semua gerakan
c. Zat dasar ( )
yang berfungsi agar nutrisi dan oksigen masuk ke jaringan dan melindungi
2.1.1.3 Subkutan
ini merupakan jaringan sel-sel lemak yang terhubung dengan dermis melalui serat
kolagen dan elastin. Selain sel lemak, sel utama lain yang terdapat pada
Fungsi jaringan subkutan adalah sebagai lapisan pelindung organ vital dari
trauma dan pelindung dari suhu dingin. Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai
cadangan energi dan membentuk struktur tubuh (Baki dan Alexander, 2015).
8
Universitas Sumatera Utara
Lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah dan sel-sel
penyimpanan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan struktur
lainnya. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan meningkat bila makan berlebihan,
sebaliknya bila tubuh memerlukan energi yang banyak maka lapisan ini akan
1. Proteksi (pelindung)
lingkungan luar.
Kulit akan menjaga suhu tubuh agar tetap optimal. Keringat yang keluar
pada saat suhu udara panas berfungsi untuk mendinginkan tubuh. Keluarnya
temperatur.
3. Organ sekresi
Kulit juga berfungsi sebagai organ untuk melepaskan kelebihan air dan
4. Persepsi sensoris
Sebagai alat peraba, kulit akan bereaksi pada perbedaan suhu, sentuhan,
5. Absorpsi
Beberapa zat tertentu bisa diserap masuk ke dalam tubuh melalui kulit
9
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Jenis-Jenis Kulit
Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas lima bagian :
a. Kulit normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, memiliki pH normal, kadar air dan
kadar minyak seimbang, tekstur kulit kenyal, halus dan lembut, pori-pori kulit
kecil.
b. Kulit berminyak
mudah berjerawat.
c. Kulit kering
Merupakan kulit yang tampak kasar, kusam, kulit mudah bersisik, terasa
d. Kulit kombinasi
Merupakan jenis kulit kombinasi yaitu antara kulit wajah kering dan
berkulit kering.
e. Kulit sensitif
kondisi tertentu, misalnya suhu, cuaca, bahan kosmetik atau bahan kimia
(Noormindhawati, 2013).
10
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Kelembaban Kulit
Kulit yang lembab berarti kulit yang memiliki kadar minyak lebih tinggi
mempertahankan kadar air lebih tinggi daripada kulit yang kering. Peran
kelembaban kulit adalah untuk manjaga kadar air yang berada dalam kulit dalam
antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak
tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan
meskipun sedikit (hanya 10%), sangat penting. Air yang terkandung dalam
Pada kulit kering yang terjadi pada keadaan kelembaban udara yang sangat
rendah, penguapan air dari kulit sangat tinggi, atau kelainan kulit tertentu yang
minyak nabati atau minyak hewani yang terkadang bersifat komedogenik, dan
keluar dari kelenjar palit, namun setidaknya dapat membantu dalam segi fisik
proteksi dan pelembut kulit. Pada kondisi tertentu pelembaban diperlukan oleh
kulit untuk mempertahankan struktur dan fungsinya. Berbagai faktor baik dari luar
struktur dan fungsi kulit tersebut, misalnya: udara kering, sinar matahari terik,
11
Universitas Sumatera Utara
angin kencang, umur lanjut, berbagai penyakit kulit atau penyakit maupun
2.2 Pelembab
tujuan supaya kulit menjadi lebih lembut dan elastis dengan meningkatkan hidrasi
kulit. Mekanisme kerja pelembab dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu: oklusif, humektan,
dan emolien. Pelembab yang baik mengandung kombinasi dari ketiga mekanisme
1. Oklusif
film di permukaan kulit dengan tujuan mencegah hilangnya air dari stratum
korneum. Pada umumnya yang tergolong oklusif adalah lemak dan minyak
pelembab yang terbaik tetapi kurang dapat diterima dengan baik karena
parafin, skualen, dimetikon, minyak kedelai, minyak biji anggur, malam lebah,
2. Humektan
menyerap air. Humektan dapat membantu menjerat air dari udara yang
Tetapi humektan dapat juga menarik air dari bagian epidermis dan dermis yang
12
Universitas Sumatera Utara
humektan dikombinasikan dengan bahan oklusif. Mekanisme humektan yang
stratum korneum yang memberikan persepsi kulit halus dengan sedikit kerut.
sorbitol, natrium hialuronat, urea, propilen glikol, asam α-hidroksi, dan gula
(Baumann, 2002).
3. Emolien
Mekanisme kerja dari emolien yaitu mengisi ruang antara keratinosit untuk
sel-sel keratinosit sehingga ujung-ujung sel tidak menggulung. Selain itu, ada
2.3 Sabun
Sabun secara umum didefinisikan sebagai garam alkali dari asam lemak
rantai panjang. Saat lemak atau minyak disaponifikasi terbentuk garam natrium
atau kalium dari asam lemak rantai panjang yang disebut sabun. Sabun dihasilkan
dari dua bahan utama yaitu alkali dan trigliserida (lemak atau minyak) (Barel,
dkk., 2001).
Reaksi kimia pada proses saponifikasi trigliserida dapat dilihat pada Gambar 2.2
CH2 – COOR CH2 – OH
CH – COOR + 3NaOH 3R–COONa + CH – OH
CH2 – COOR CH2 – OH
Trigliserida Alkali Sabun Gliserol
Gambar 2.2 Reaksi Saponifikasi Trigliserida
13
Universitas Sumatera Utara
Molekul sabun terdiri dari rantai karbon, hidrogen dan oksigen yang
disusun dalam bagian kepala dan ekor. Bagian kepala merupakan gugus hidrofilik
yang berfungsi untuk mengikat air, sedangkan bagian ekor merupakan gugus
2006).
untuk membersihkan minyak atau kotoran, ujung nonpolar dari molekul sabun
melarutkan lemak nonpolar dan minyak yang disertai oleh kotoran. Bagian
hidrofilik sabun dapat dilarutkan dalam air. Molekul-molekul sabun akan melapisi
minyak dan lemak membentuk rangkaian yang disebut misel. Molekul sabun yang
hidrofilik akan memberikan polaritas pada misel, sehingga minyak dan lemak
dan lemak yang dilapisi dengan molekul sabun ditarik ke dalam lapisan air dan
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-
asam lemak. Sabun mengandung garam C16 dan C18 namun dapat juga
penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan,
dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. Sifat melembabkan timbul dari
gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan air dan mencegah air itu
14
Universitas Sumatera Utara
Menurut SNI (2016), sabun merupakan sediaan pembersih kulit yang
dibuat dari proses saponifikasi atau netralisasi dari lemak, minyak, wax, rosin atau
asam dengan basa organik atau anorganik tanpa menimbulkan iritasi pada kulit.
(SNI, 2016)
paling tinggi. Sabun transparan dapat memancarkan cahaya yang menyebar dalam
bentuk partikel-partikel yang kecil, sehingga objek yang berada di luar sabun akan
terlihat jelas. Transparansi sabun transparan dikatakan baik apabila objek dapat
pembentukan kristal dalam sabun dan hal ini ditujukan dengan jelas bahwa pada
15
Universitas Sumatera Utara
struktur karakteristik sabun yang terdiri dari kristal seperti serat panjang tidak
terdapat dalam sabun transparan. Dalam molekul sabun, kelompok polar dan
rantai hidrokarbon tersusun secara horizontal dan struktur horizontal ini dibangun
transparansi sangat mempengaruhi kekuatan ikatan Van Der Waals antara rantai
dalam sabun transparan dan tersusun tegak lurus. Maka kristal ini akan
memberikan hasil yang baik saat diamati dibawah cahaya dan sabun terlihat
a. Vitamin E
kental jernih, warna kuning atau kuning kehijauan. Alfa tokoferol dapat berbentuk
padat pada suhu dingin. Golongan alfa tokoferol tidak stabil terhadap udara dan
Gambar rumus bangun Vitamin E (alfa tokoferol) dapat dilihat pada Gambar 2.3
16
Universitas Sumatera Utara
Dalam kosmetik, vitamin E biasanya dimanfaatkan sebagai pelembab dan
untuk mengurangi proses penuaan dini akibat sinar matahari, melawan radikal
Berikut adalah rincian beberapa manfaat dan keunggulan vitamin E yang utama
topikal dan oral sangat bermanfaat untuk menjaga elastisitas kulit, mencegah
b. (VCO)
17
Universitas Sumatera Utara
(pemutihan). Secara fisik minyak kelapa murni harus berwarna jernih
(Setiaji, 2006).
kestabilan minyak dan melindungi ketengikan. VCO dapat disimpan pada suhu
kamar selama bertahun-tahun tanpa perubahan sifat. Minyak ini tidak mudah
tengik karena kandungan asam lemak jenuhnya tinggi sehingga proses oksidasi
(tidak berwarna dan berbentuk kristal seperti jarum) dan bau (ada sedikit berbau
asam ditambah bau caramel). Kelarutan dari VCO yaitu tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam alkohol (1:1). pH VCO tidak terukur, karena tidak larut dalam
air. Namun karena termasuk dalam senyawa asam maka dipastikan memiliki pH
di bawah 7. Berat jenis 0,883 pada suhu 20oC. Persentase penguapan yaitu VCO
tidak menguap pada suhu 21oC (0%). Titik cair 20-25oC, titik didih : 225oC, dan
kerapatan udara (Udara = 1): 6,91. Tekanan uap (mmHg) yaitu 1 pada suhu 121oC
(Darmoyuwono, 2006).
Kandungan utama VCO adalah asam lemak jenuh sekitar 90% dan asam
lemak tak jenuh sekitar 10%. Asam lemak jenuh VCO didominasi oleh asam
laurat. VCO mengandung ± 53% asam laurat dan sekitar 7% asam kaprilat.
Komposisi kandungan asam lemak VCO dapat dilihat dalam Tabel 2.2.
18
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak yang Terkandung Dalam VCO
sabun (sebagai pelembab) dan sampo (mengurangi ketombe). Selain itu banyak
3. Melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet serta mengurangi resiko kanker
19
Universitas Sumatera Utara
c. Asam stearat
Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari
susunan hablur, putih atau kuning pucat, sedikit berbau mirip lemak lilin, larut
dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian
Asam stearat memiliki atom karbon C18 yang merupakan asam lemak
jenuh dan berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada sabun
(Mitsui, 1997).
Sabun yang dibuat dari natrium hidroksida dikenal dengan sebutan sabun
sebutan sabun lunak ( ) (Rizka, 2017). Pada penelitian ini dibuat sabun
padat sehingga alkali yang digunakan adalah NaOH. Natrium hidroksida memiliki
berat molekul 40 serta merupakan basa kuat yang larut dalam air dan etanol.
NaOH dapat berbentuk pellet, serpihan, batang, atau bentuk lain, selain itu juga
memiliki warna yang putih dan bersifat higroskopis, bila dibiarkan diudara akan
e. Gliserin
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, berasa manis dan memiliki sifat higroskopis.
Gliserin mudah bercampur dengan air dan etanol 95% namun praktis tidak larut
dalam kloroform, etanol, minyak lemak dan minyak jarak. Gliserin telah lama
20
Universitas Sumatera Utara
digunakan sebagai humektan ( ), yaitu yang
kulit, mengurangi jumlah air yang meninggalkan kulit, dan memberikan efek
f. Propilen glikol
Propilen glikol merupakan cairan tidak berwarna, kental, praktis cair tidak
berbau sedikit manis, rasa sedikit pedas, menyerupai gliserin. Digunakan sebagai
g. Etanol
Etanol adalah campuran etil alcohol dan air, mengandung tidak kurang
dari 94,7% v/v atau 92,0% dan tidak dari 95,2% v/v 92,7%. C2H5OH sangat
mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P. Etanol tidak berbau
dan tidak berasa tetapi memiliki bau yang khas. Bahan ini memabukkan jika
diminum. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O7
yang mudah larut dalam air dan lemak. Selain sebagai pelarut etanol juga
berfungsi sebagai pemberi efek transparan dan pengawet yang dapat menghambat
(Nugraha, 2015).
21
Universitas Sumatera Utara
h. Gula
konsentrasi gula pasir halus maka tekstur sabun yang dihasilkan akan semakan
keras. Gula pasir halus dan gliserol jika dipanaskan akan membentuk polimer
i. Asam sitrat
Asam sitrat memiliki bentuk berupa kristal putih. Asam sitrat berfungsi
sebagai agen pengelat. Asam sitrat juga berfungsi sebagai penurun nilai pH
2005).
k. Trietanolamin
kuning pucat dan bersifat higroskopik (Depkes RI, 1979). Dalam suatu sediaan
2008).
22
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
sabun (kadar air, total lemak, fraksi tidak larut dalam etanol, asam lemak
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: alat alat gelas
(Fisons).
3.2 Bahan
23
Universitas Sumatera Utara
3.3 Sukarelawan
R/ Asam Stearat 8%
Etanol 15%
Gliserin 13%
Sukrosa 11%
Coco DEA 3%
Asam sitrat 3%
NaCl 0,5%
Akuades 4,5%
24
Universitas Sumatera Utara
Formula yang digunakan :
R/ Asam stearat 8%
23%
Etanol 12%
Propilen glikol 6%
Gliserin 10%
Sukrosa 9,5%
TEA 3%
Asam sitrat 2%
NaCl 0,5%
Akuades 10%
Vitamin E X%
Parfum q.s
glikol, mengganti Coco DEA dengan TEA karena sama-sama sebagai surfaktan,
masing masing adalah : 1%, 2% dan 3% dalam 100 gram. Masing-masing formula
sabun transparan yang dibuat beratnya 100 gram. Formula dasar sabun transparan
25
Universitas Sumatera Utara
tanpa vitamin E dibuat sebagai blanko. Rancangan formula dijelaskan pada Tabel
3.1.
(VCO) pada suhu 70-80oC, lalu dimasukkan propilen glikol dan vitamin E,
aduk hingga homogen. Ditambahkan larutan NaOH 30% ke dalam beaker glass,
diaduk sampai terbentuk stok sabun. Stok sabun kemudian ditambahkan dengan
bahan bahan pendukung seperti etanol 96%, sukrosa, gliserin, asam sitrat, TEA,
NaCl dan air dengan tetap menjaga suhu dan diaduk terus hingga larutan
26
Universitas Sumatera Utara
3.6 Pemeriksaan Stabilitas Fisik Sediaan
meliputi adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan yang telah selesai
dibuat dan yang telah disimpan selama 90 hari pada suhu kamar (National Health
sedian yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling hinga 10 mL. Elektroda
tabung reaksi, lalu diukur tinggi busa yang dihasilkan dan diamkan 5 menit,
kemudian diukur lagi tinggi busa yang dihasilkan setelah 5 menit (Sari, 2017).
27
Universitas Sumatera Utara
b. Kelompok II : 3 orang sukarelawan formula 1 %
pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka yaitu tanpa penutup. Sediaan sabun
telinga sukarelawan dan dibiarkan selama 24 jam kemudian diamati reaksi yang
terjadi. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau
kondisi awal kulit pada area uji yang telah ditandai menggunakan
(VCO) dan vitamin E pada wajah, diaplikasikan setiap hari sebanyak 2 kali sehari
yaitu pagi dan malam hari. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4
28
Universitas Sumatera Utara
3.12 Penentuan Syarat Mutu Sabun
Pada penentuan syarat mutu sabun terhadap kadar air metode yang
digunakan adalah metode gravimetri. Cara kerja : Sejumlah 5 gram sampel sabun
padat dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah dikeringkan dalam oven pada
suhu (105±2)oC selama 30 menit. Sampel kemudian dipanaskan dalam oven pada
suhu (105±2)oC selama 1 jam. Sampel kering didinginkan dalam desikator sampai
panas pada suhu (70-80)oC lalu dimasukkan ke dalam corong pisah. Kemudian,
dalam 20 mL etanol netral 95%, kemudian ditambah beberapa tetes indikator PP.
Larutan dititrasi dengan larutan KOH alkoholis kemudian dicatat volume yang
digunakan. Larutan alkoholis dari hasil titrasi diuapkan, residu yang terbentuk
29
Universitas Sumatera Utara
kemudian dipanaskan pada oven dengan suhu (103±2)oC. Ditimbang bobotnya
Pada penentuan syarat mutu sabun terhadap bahan tak larut dalam etanol
metode yang digunakan adalah metode gravimetri. Cara kerja : Sejumlah 5 gram
sampel sabun dilarutkan dengan 200 mL etanol netral dan dipanaskan dalam
rangkaian alat refluks sampai sabun larut seluruhnya. Sampel yang sudah larut
pada suhu (100-105)0C selama 30 menit. Sampel yang tersisa dalam labu didih
dicuci dengan menggunakan larutan etanol netral. Residu pada kertas saring
dicuci dengan menggunakan larutan etanol netral sampai bebas terhadap sabun.
Residu pada kertas saring dikeringkan dalam oven pada suhu (100-105)0C selama
Keterangan :
Bahan tak larut dalam etanol dalam satuan % fraksi massa
bo : Bobot kertas saring atau cawan gooch kosong (g)
b1 : Bobot contoh uji (g)
b2 : Bobot kertas saring atau cawan gooch kosong dan residu (g)
30
Universitas Sumatera Utara
3.12.4 Penentuan Asam Lemak Bebas/ Alkali Bebas
Filtrat dari penentuan bahan tak larut dalam etanol dipanaskan, masukkan
indikator fenoftalein. Jika larutan tersebut bersifat asam, titrasi dengan larutan
standar KOH sampai timbul warna merah muda yang stabil. Jika larutan tersebut
bersifat alkali, titrasi dengan larutan standar HCl sampai warna merah tepat
hilang. Hitung menjadi NaOH jika alkali atau menjadi asam oleat jika asam.
(BSN,2016).
Rumus perhitungnan:
- Alkali bebas
40
Akali Bebas 100
Keterangan :
Alkali bebas dalam satuan % fraksi massa
V : Bolume HCl yang digunakan (mL)
N : Normalitas HCl yang digunakan
B : Bobot contoh uji (mg)
40 : Berat ekuivalen NaOH
282
Asam lemak bebas 100
Keterangan :
Asam lemak bebas dalam satuan % fraksi massa
V : Volume KOH yang digunakan (mL)
N : Normalitas KOH yang digunakan
B : Bobot contoh uji (mg)
282 : Berat ekuivalen asam oleat (C18H34O2)
31
Universitas Sumatera Utara
dengan larutan standar AgNO3 0,1 N dengan indikator K2CrO4 sampai terbentuk
5,85 x V x N
Kadar klorida x 100
b
Keterangan
Kadar klorida adalah % fraksi massa
V = Volume larutan standar AgNO3 yang dipakai untuk titrasi (mL)
N = Normalitas larutan standar AgNO3
5,85 = Bobot ekuivalen NaCl
b = Bobot contoh uji yang digunakan (g)
dipanaskan di atas penangas air tidak lebih dari 70oC lalu dinginkan. Larutan
diuapkan lalu dikeringkan dalam oven selama 5 menit. Sampel didinginkan dan
standar KOH 0,1N. Setelah titrasi, tambahkan 10 mL larutan standar KOH 2N.
Residu hasil penguapan pelarut dikeringkan lalu ditimbang sampai bobot tetap
(BSN,2016).
100
Lemak tidak tersabunkan 1 2
10000 0
Keterangan :
Lemak tidak tersabunkan dalam satuan % fraksi massa
b0 : Bobot contoh uji (g)
b1 : Bobot hasil ekstrak pertama (g)
b2 : Bobot hasil ekstrak kedua (g)
32
Universitas Sumatera Utara
M : Rata-rata relatif bobot molar dari asam lemak dalam sabun
V : Volume larutan standar KOH 0,1 N yang digunakan dalam penentuan
keasaman pada ekstraksi pertama (mL)
33
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
Hasil dari stabilitas fisik sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data pengamatan stabilitas fisik sediaan sabun transparan yang
menggunakan (VCO) vitamin E
Pengamatan Selama Penyimpanan
Setelah 1 Setelah 4 Setelah 8 Setelah 12
No Formula Awal
Minggu Minggu Minggu Minggu
X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z
1 F0 - - - - - - - - - - - - - - -
2 F1 - - - - - - - - - - - - - - -
3 F2 - - - - - - - - - - - - - - -
4 F3 - - - - - - - - - - - - - - -
Keterangan :
Formula F0 : Sabun Blanko X : Perubahan warna
Formula F1 : Sabun transparan vitamin E 1% Y : Perubahan bau
Formula F2 : Sabun transparan vitamin E 2% Z : Perubahan bentuk
Formula F3 : Sabun transparan vitamin E 3% - : Tidak terjadi perubahan
+ : Terjadi perubahan
dan bagian yang diamati adalah perubahan warna, bau dan bentuk. Dari Tabel 4.1
dapat dilihat bahwa sediaan sabun transparan yang telah selesai dibuat sampai
warna, bau dan bentuk. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan sabun transparan
persyaratan yang diterima. Pengujian ini berguna untuk melihat bagaimana sifat
34
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pengukuran pH Sediaan
dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran 6 dan data hasil pengukuran pH rata-rata
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran pH rata-rata sediaan sabun transparan yang
menggunakan (VCO) dan vitamin E
pH Rata- Rata
No Formula
Awal Setelah 12 Minggu
1 F0 9,1 9,1
2 F1 9,0 9,0
3 F2 9,0 9,0
4 F3 9,0 9,0
Keterangan :
Formula F0 : Sabun Blanko
Formula F1 : Sabun transparan vitamin E 1%
Formula F2 : Sabun transparan vitamin E 2%
Formula F3 : Sabun transparan vitamin E 3%
Dari Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa pH dari sediaan sabun
minggu adalah sabun blanko (F0): 9,1; Sabun transparan vitamin E 1% (F1): 9,0;
minggu.
dihasilkan pada saat 0 minggu dan 12 minggu adalah 9,0-9,1 dan stabil. Kisaran
nilai pH ini memenuhi kriteria standar mutu sabun yaitu 9-11 (Hernani dkk.,
2010).
35
Universitas Sumatera Utara
4.3 Pengukuran Stabilitas Busa
diukur dengan tinggi busa dalam tabung reaksi dengan rentang waktu tertentu.
Menurunnya volume cairan dari busa setelah rentang waktu tertentu setelah busa
Data hasil pengukuran stabilitas busa dari sediaan sabun transparan yang
4.3.
Tabel 4.3 Data hasil pengukuran stabilitas busa sediaan sabun transparan yang
menggunakan (VCO) dan vitamin E
No Formula Awal (cm) Setelah 5 Menit (cm)
1 F0 3,0 2,5
2 F1 2,5 2,0
3 F2 2,5 2,0
4 F3 2,6 2,0
Keterangan :
Formula F0 : Sabun Blanko
Formula F1 : Sabun transparan + vitamin E 1%
Formula F2 : Sabun transparan + vitamin E 2%
Formula F3 : Sabun transparan + vitamin E 3%
Grafik hasil pengukuran stabilitas busa dari sediaan sabun transparan yang
Gambar 4.1
Tinggi busa (cm)
Formula
Gambar 4.1 Hasil pengukuran stabilitas busa dari sediaan sabun transparan yang
menggunakan (VCO) dan vitamin E
36
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
Formula F0 : Sabun Blanko
Formula F1 : Sabun transparan vitamin E 1%
Formula F2 : Sabun transparan vitamin E 2%
Formula F3 : Sabun transparan vitamin E 3%
ketahanan suatu gelembung busa setelah lima menit busa harus mampu bertahan
Tidak ada syarat tinggi busa minimum dan maksimum untuk sediaan
sabun atau . Daya busa yang dihasilkan lebih dikaitkan pada nilai
bahwa sabun yang baik adalah sabun yang menghasilkan banyak busa, padahal
banyaknya busa tidak selalu sebanding dengan kemampuan sabun tersebut untuk
F0, F1, F2 dan F3 secara berturut-turut adalah 83,3 %; 80%; 80%; 76,9%.
Persentase busa diatas 70% dikatakan baik karena masih dapat mempertahankan
mengetahui sifat iritatif sediaan. Uji iritasi dilakukan pada 12 orang sukarelawan.
Metode yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka yaitu tanpa
37
Universitas Sumatera Utara
bagian belakang daun telinga sukarelawan dan dibiarkan selama 24 jam kemudian
Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Dari data hasil uji iritasi di atas dapat dilihat bahwa sediaan sabun
kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadap toksikan kulit. Jika toksikan dilekatkan
38
Universitas Sumatera Utara
pelembab bertujuan untuk mengetahui kemampuan sediaan dalam melembabkan
kulit. Data hasil pengujian efektivitas pelembab dapat dilihat pada Tabel 4.5
Data pada Tabel 4.5 diatas, dapat dilihat hasil pengukuran kelembaban
kulit relawan selama 4 minggu perawatan, kadar air pada kulit sukarelawan
Gambar 4.2.
39
Universitas Sumatera Utara
Waktu (Minggu)
Gambar 4.2 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap kadar air (moisture)
pada kulit wajah sukarelawan
Keterangan : Parameter hasil pengukuran:
Formula F0 : Sabun Blanko 0-29 : Dehidrasi
Formula F1 : Sabun transparan + vitamin E 1% 30-45 : Normal
Formula F2 : Sabun transparan + vitamin E 2% 46-100 : Rehidrasi
Formula F3 : Sabun transparan + vitamin E 3% (Aramo, 2012).
kekeringan dan membantu memberikan pelembab natural pada kulit (IOM, 2000).
Selain itu, menurut Loden dan Maibach (2006), bahwa peningkatan kadar
oksidatif terhadap asam hialuronat. Asam hialuronat berfungi sebagai zat yang
40
Universitas Sumatera Utara
4.6 Penentuan Syarat Mutu Sabun
dalam SNI 3532:2016 meliputi kadar air, total lemak, bahan tidak larut dalam
etanol, asam lemak bebas/ alkali bebas dan lemak tidak tersabunkan. Karakteristik
ini bertujuan untuk mengetahui sifat kimia sabun transparan yang dihasilkan serta
Standar Nasional Indonesia. Hasil penentuan syarat mutu sabun yang diperoleh
sediaan untuk melembabkan kulit wajah relawan, sediaan F3 memiliki hasil yang
lebih baik.
41
Universitas Sumatera Utara
4.6.1 Kadar air
Nilai kadar air yang diperoleh memenuhi syarat kadar air menurut SNI (maksimal
15%). Penentuan kadar air ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya kadar air
dalam sabun. Banyaknya air yang ditambahkan pada produk sabun akan
mempengaruhi kelarutan sabun dalam air pada saat digunakan. Semakin banyak
air yang terkandung dalam sabun maka sabun akan semakin mudah menyusut atau
sabun transparan yang dihasilkan memenuhi syarat total lemak pada sabun
menurut SNI (minimal 65%). Asam lemak memiliki kemampuan terbatas untuk
larut dalam air. Hal ini akan membuat sabun menjadi lebih tahan lama setelah
diperoleh sebesar 2,08%. Nilai bahan yang tidak larut dalam etanol yang diperoleh
masih memenuhi syarat bahan tidak larut dalam etanol menurut SNI (maks 5%).
besar bagian dari sabun yang tidak larut dalam alkohol. Semakin banyak bagian
yang tidak larut dalam alkohol maka semakin sedikit stok sabun yang terdapat
dalam sabun transparan. Selain itu, bagian tak larut dalam alkohol menimbulkan
2011).
42
Universitas Sumatera Utara
4.6.4 Asam lemak bebas/Alkali bebas
artinya sabun transparan yang dihasilkan tidak kelebihan asam lemak, melainkan
memiliki basa yang berlebihan. Hal ini juga dapat dilihat pada saat melakukan
pemeriksaan awal, dimana sabun yang berubah warna menjadi merah setelah di
dilakukan pengujian alkali bebas. Namun apabila tidak terjadi perubahan warna
dilakukan pengujian asam lemak bebas (BSN, 2016). Kadar alkali bebas yang
diperoleh dari hasil pengujian adalah 0,032%. Kadar alkali bebas yang diperoleh
terbentuk. Apabila penambahan NaOH terlalu sedikit maka sabun yang dihasilkan
akan mengandung asam lemak bebas tinggi yang mengganggu proses emulsi
(Firempong, 2011).
0,58%. Nilai kadar klorida yang diperoleh memenuhi syarat kadar klorida
43
Universitas Sumatera Utara
4.6.6 Fraksi yang tidak tersabunkan
diperoleh sebesar 0,21%. Nilai fraksi yang tidak tersabunkan yang diperoleh
masih memenuhi syarat fraksi yang tidak tersabunkan menurut SNI (maks 0,5%).
(Spitz, 1996). Menurut Ketaren (1986), contoh senyawa yang dapat larut dalam
minyak tetapi tidak dapat disabunkan dengan soda alkali yaitu sterol, zat warna
dan hidrokarbon.
44
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
5.1 Kesimpulan
penyimpananselama 12 minggu.
5.2 Saran
45
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, A. 2005. .
Jakarta : Agromedia Pustaka. Halaman 67-94.
Anderson, P. 1996. . Jakarta: EGC.
Halaman 22.
Aramo. 2012. . Sungnam: Aram Huvis Kores Ltd.
Halaman 1-10.
Badan Standarisasi Nasional. 2016. .
Jakarta: Halaman 1-12.
Badan Standarisasi Nasional. 1994.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Halaman 1-10.
Baki, G., Alexander, K.S. 2015.
. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Halaman 235-237.
Barel, A.O., Paye, M., Maibach, H.I. (2001).
. New York: Marcel Dekker Inc. Halaman 485-486.
Baumann, L. 2009. Second Edition. New York: The Mc
Graw Hill Companies. Halaman 3-6, 273-277.
Darmoyuwono, W. 2005. . Jakarta:
PT Indeks Kelompok Gramedia. Halaman 20, 52.
Ditjen POM Depkes RI. 1995. . Edisi Keempat.
Jakarta: Depkes RI. Halaman 323-325.
Ditjen POM Depkes RI. 1979. . Edisi Ketiga. Jakarta:
Depkes RI. Halaman 9, 33.
Ditjen POM Depkes RI. 1985. . Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Halaman 29.
Ditjen POM Depkes RI. 2014. . Edisi V. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 57-59.
Fachmi, C. 2008. Pengaruh Penambahan Gliserin dan Sukrosa Terhadap Mutu
Sabun Transparan. . Fakultas Tekhnik Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. Halaman 12-15.
Febrianti, D.R. 2013. Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair Minyak Atsiri Jeruk
Purut ( Dc.) dengan Kokamidopropil Betain Sebagai
Surfaktan. . Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Semarang. Halaman 27.
Firempong, C.K., Mensah, E. 2011. Chemical characteristics of toilet soap
prepared from neem ( . Juss) .
. 1(4): 1–7.
Fessenden, R.J., Fessenden, J.S. 1992. Jilid 2 Edisi ke-3. Jakarta:
Penerbit Erlangga. Halaman 312.
Hambali, E.A., Suryani, Rival, M. 2005. . Jakarta:
Penebar Plus. Halaman 125.
Harris, M. 2015. Pengaruh Kolagen Tulang Ikan Air Tawar Yang Berbeda
Terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Sabun Mandi Padat.
5(1 :17
Haerani, A. 2018. Antioksidan untuk Kulit. 16(2): 135-151.
46
Universitas Sumatera Utara
Hernani, H. 2010. Formula Sabun Transparan Antijamur dengan Bahan Aktif
Ekstrak Lengkuas ( L.Swartz.),
21(2):192-205.
IOM. 2000. Vitamin E In: Dietary Reference Intake for Ascobic Acid, Vitamin E,
Selenium, and Carotenoids.
. 2(6): 186-283.
Karo, A.Y. 2011. Pengaruh Penggunaan Kombinasi Jenis Minyak Terhadap Mutu
Sabun Transparan. . Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Halaman 38-39.
Ketaren, S. 1986. . Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia. Halaman 21.
Khulafaurrasidin. 2018. Uji Kualitas Sabun dengan Bahan Aditif Minyak
Cengkeh Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Bakteri Staphylococcus
Epidermidis. 2(1): 1-8.
Loden, M. 2009.
3rd Edition. New York : Informa Healthcare USA. Halaman
107.
Marianti, A. 2017. Uji Efektivitas Kelembaban Sabun Transparan Ekstrak
Rumput Laut Cokelat (Sargassum Cristaefolium C. Agardh) dengan
Variasi Konsentrasi Sukrosa J P M
S 2(1): 21-26.
Melian, E. 2018. Formulasi Kaolin Facial Wash dengan Variasi Konsentrasi
Sodium Lauril Eter Sulfat (SLES) Dan Uji Daya Bersihnya Terhadap
Bakteri Penyebab Jerawat (Propionibacterium acnes). . Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Halaman 41-42.
Mitsui, T. 1997. . Amsterdam: Elsevier Science B.V.
Halaman 13-45.
Muliyawan, D., Suriana, N. 2013. . Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo. Halaman 18, 120.
Noormindhawati, L. 2013. . Cetakan Pertama. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo. Halaman 74-75.
Nugraha. 2015. Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair Ekstrak Daun Kumis
Kucing ( (Bl) Miq.). 3(2): 1–
11.
Pearce, E.C. 2011. . Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Umum. Halaman 290.
Prianto, J. 2014. . Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Halaman 60, 118-145.
Purnamawati, D . 2006. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa Dan Asam Sitrat
Terhadap Mutu Sabun Transparan. . Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Halaman 4-7
Putro, D.S. 1997. . Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Halaman 21-22.
Qisti, R. 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan Madu Pada
Konsentrasi yang Berbeda. . Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Halaman 23.
47
Universitas Sumatera Utara
Rizka, R. 2017. Formulasi Sabun Padat Kaolin Penyuci Najis Mughalladzah
dengan Variasi Konsentrasi MInyak Kelapa dan Asam Stearat. .
Fakultas Farmasi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. Halaman 45-46.
Rowe, C.R., Sheskey, P.J., Quinn, M.E. 2009.
. Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press. Halaman 75-76,
441-447, 779-780.
Sari, R. 2017. Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cair dari Ekstrak Kulit Daun
Lidah Buaya. (4)3: 1-17.
Setiaji B., S. Prayugo. 2006. . Jakarta: Penebar
Swadaya. Halaman 20-24.
Soraya, N. 2006. . Jakarta: PT. Angro Media Pustaka.
Halaman 41.
Suhardiyono. 1995. . Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).
Halaman 4-6
Tabor, A., Blair, R. 2009. . USA:
William Andrew. Halaman 5-17.
Tranggono, R.I., Latifah, F. 2007. .
Jakarta: Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama. Halaman 76-77.
Usmania, I., Widya, R.P. 2012. Pembuatan Sabun Transparan Dari Minyak
Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil). . Fakultas Farmasi. Universitas
Sebelas Maret. Surabaya. Halaman 9.
Walters, K. A. 2007. . New
York: Marcel Dekker. Halaman 1311-1325.
Wardani, I.E. 2007. Uji Kualitas VCO Berdasarkan Cara Pembuatan Dari Proses
Pengadukan Tanpa Pemancingan dan Proses Pengadukan dengan
Pemancingan. . Fakultas MIPA. Universias Negri Surakarta.
Surakarta. Halaman 7.
Wasitaatmaja, S.M. 1997. . Jakarta: UI-Press.
Halaman 58.
48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Surat Persetujuan Komisi Etik Pelaksanaan Penelitian Kesehatan
49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Sukarelawan Penelitian
( )
(Informed Consent)
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No.Telp/HP :
( )
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Bagan Pembuatan Formula Sabun
Asam Stearat
Stok Sabun
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Gambar Alat
A B
C D
Keterangan:
A. Neraca Analitik (Dickson)
B. (Aramo)
C.
(Aramo)
D. pH meter dan cairan
kalibrasi
E.
52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Sediaan Sabun Transparan yang Menggunakan
(VCO) dan Vitamin E
A B
C D
Keterangan :
A : Sabun blanko
B : Sabun transparan + vitamin E 1%
C : Sabun transparan + vitamin E 2%
D : Sabun transparan + vitamin E 3%
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Data Hasil Pengukuran pH Sediaan Sabun Transparan Yang
Menggunakan (VCO) dan Vitamin E
Data hasil pengukuran pH setelah selesai dibuat
pH
No Formula Rata-Rata
I II III
Keterangan :
F0 : Sabun blanko
F1 : Sabun transparan + vitamin E 1%
F2 : Sabun transparan + vitamin E 2%
F3 : Sabun transparan + vitamin E 3%
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Perhitungan Stabilitas Busa
F0 = = 83,3%
F1 = = 80%
F2 = = 80%
F3 = = 76,9%
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Hasil Pengukuran pH dan Stabilitas Busa
A B
Keterangan :
A : Hasil pengukuran stabilitas busa
B : Hasil pengukuran pH
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Perhitungan penentuan syarat mutu sabun transparan vitamin E 3%
kadar air
1 2
Kadarair 100%
0
47,6212 46,3964
Kadar air 100%
42,6210
Kadar air 2,87%
total lemak
2 0
Bahan tak larut dalam etanol 100
1
0,543 0,491
Bahan tak larut dalam etanol 100
2,5
Bahan tak larut dalam etanol 2,08
57
Universitas Sumatera Utara
d. Perhitungan penentuan syarat mutu sabun sediaan sabun padat terhadap
alkali bebas
40
Akali bebas 100
40 0,2 0,1
Akali bebas 100
2500
Alkali bebas 0,032
100
Lemak tidak tersabunkan 1 2
10000 0
5 198,68 100
Lemak tidak tersabunkan 0,40 0,29
10000 5
Lemak tidak tersabunkan 0,01066 20
Lemak tidak tersabunkan 0,2132
kadar klorida
5,85 x V x N
Kadar klorida x 100
b
5,85 x 0,05 x 0,1
Kadar klorida x 100
5
Kadar klorida 0,58
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Hasil Penentuan Syarat Mutu Sabun
CA. Hasil penentuan kadar air B. Hasil penentuan total lemak berupa
berupa sampel sabun kering larutan berwarna merah muda
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Salah satu contoh hasil uji efektivitas kelembaban sabun
transparan vitamin E pada wajah sukarelawan
a.. Hasil pengukuran kadar air ( )
- Kondisi awal
60
Universitas Sumatera Utara
- Pemulihan minggu kedua (Minggu 2)
61
Universitas Sumatera Utara
- Pemulihan minggu keempat (Minggu 4)
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Perhitungan Stoikiometri Formula
= 164,28 g/mol
ρ= massa = ρ x volume
= 0,9 g/ml x 23 ml
= 20,7 gram
Mol NaOH
63
Universitas Sumatera Utara
Mol sabun yang terbentuk secara teoritis
64
Universitas Sumatera Utara
Total NaOH yang diperlukan
= 15,12 gram + 0,8 gram
= 15,92 gram
Rendemen = x 100%
= x 100%
= 78,82%
65
Universitas Sumatera Utara