Anda di halaman 1dari 78

HASIL PENELITIAN

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT KACANG


TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP BAKTERI Propionibacterium
acne dan Staphylococcus epidermidis PENYEBAB JERAWAT

WINDA LESTARI
F201601086

Hasil Penelitian ini diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Mengikuti Ujian Komprehensif

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA

KENDARI

2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN HASIL

Hasii ini telah kami setujui untuk diajukan pada Seminar Hasil Program Studi Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari dalam rangka penyempurnaan
penulisan.

Kendari, September, 2020

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

apt. Mus Ifaya, S.Farm.,M.Si apt. Muhammad Ilyas Yusuf, S.Farm.,M.Imun


NIDN : 09 2609 8901 NIDN : 09 0603 8103

Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi

apt. Wa Ode Yuliastri, S.Farm., M.Si


NIDN : 09 2007 8202

ii
ABSTRAK

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari


Program Studi S1 Farmasi
Hasil Penelitian, Juni 2020

WINDA LESTARI (F.2016.010.86)


” Uji Aktivitas Antibakteri Ektrak Etanol Kulit Kacang Tanah (Arachis hypogaea L)
Terhadap Bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis Penyebab
Jerawat”
PEMBIMBING I : apt. Mus Ifaya, S.Farm.,M.Si
PEMBIMBING II : apt. Muhammad Ilyas Yusuf, S.Farm., M.Imun
(x + 75 Halaman + 3 Gambar + 13 Tabel + 3 Lampiran)

Jerawat adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit tersumbat sehingga menimbulkan
kantung nanah yang meradang. Jerawat dapat disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acne
dan Staphylococcus epidermidis. Bakteri ini tidak patogen pada kondisi normal, tetapi bila
terjadi perubahan kondisi kulit, maka bakteri tersebut berubah menjadi invasif. Sampel yang
digunakan adalah kulit kacang tanah spesies Arachis hypogaea L secara empiris masyarakat
menggunakan sebagai masker sebagai pengobatan jerawat yang mengandung beberapa
senyawa metabolit sekunder yang diduga dapat memiliki pengaruh dalam penyembuhan
jerawat. Tujuan penilitian untuk mengetahui potensi kulit kacang tanah spesies Arachis
hypogaea L sebagai aktivitas antibakteri dan konsentrasi efektif antibakteri ekstrak etanol kulit
kacang tanah terhadap bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis
Penelitian ini termasuk penelitian analitik. Pengujian aktivitas antibakteri
menggunakan metode difusi agar. Sampel penelitian adalah Propionibacterium acne dan
Staphylococcus epidermidis. Sampel ektsrak etanol kulit kacang tanah spesies Arachis
hypogaea L dibagi menjadi 3 konsentrasi yaitu 100 ppm, 200 ppm dan 300 ppm dengan
kontrol positif Klindamisin dan kontrol negatif DMSO dan aquadest. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan One-Way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji LSD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit kacang tanah spesies Arachis
hypogaea L memiliki aktivitas terhadap Propionibacterium acne (p<0,05), dan
Staphylococcus epidermidis (p<0,05). Dan hasilnya signifikan dengan kelompok kontrol
positif (p<0,05).

Kata Kunci : Antibakteri, Arachis hypogaea L, Propionibacterium acne, Staphylococcus


epidermidis, Metode sumuran
Daftar Pustaka : 24 (2007 – 2019)

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Yang Telah

Memberikan Rahmat Dan Karunia-Nya Sehingga Penulis Dapat Menyelesaikan Hasil Yang

Berjudul “ Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Kacang Tanah (Arachis Hypogaea

L) Pada Bakteri Propianibacterium Acne Dan Staphylococcus Epidermidis Penyebab

Jerawat Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada

Program Studi S1 Ilmu Farmasi Stikes-MW Kendari.

Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W.

beserta keluarga dan para sahabatnya sebagai pembawa kebenaran sepanjang zaman dan menjadi

panutan terbaik bagi umat manusia serta senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang

sampai saat ini dapat dinikmati oleh seluruh manusia di penjuru dunia. Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa Penyusunan Hasil ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saran-

saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk meningkatkan mutu dari Penulisan

Hasil ini sangat Penulis harapkan.

Proses penulisan tugas akhir ini merupakan sebuah pengalaman yang sangat berharga.

Pengalaman yang tidak hanya memberikan tantangan dalam segi keilmuan tetapi juga sarat

ujian mental dan fisik dalam menuju proses pendewasaan. Sebuah proses eksplorasi yang

tidak pernah berhenti yang mungkin akan sangat berat jika tidak ada pihak-pihak yang

bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membantu memberikan bimbingan,

arahan, dukungan serta motivasi kepada penulis.

Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa menghanturkan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Ibu apt. Mus Ifaya, S.Farm.,M.Si selaku Pembimbing I dan kepada Bapak

iv
apt. Muhammad Ilyas Yusuf, S.Farm., M.Imun selaku Pembimbing II atas semua waktu,

tenaga dan pikiran yang telah diberikannya dalam membimbing, mengarahkan, memberi saran

maupun kritik sehingga Hasil Penelitian ini menjadi lebih baik.

Tak lupa penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Para Tim

Penguji Ibu Selpirahmawati Saranani, S.Farm.,M.Si, Ibu Nur Hatidjah Awaliyah H,

S.Farm.,M.Farm dan Bapak apt. Bai Athur Ridwan, S.Farm., M.Pharm.Sci atas waktu

yang telah diluangkan.

Penulis menyadari sangat jauh dari kesempurnaan serta masih banyak kesalahan dan

kekurangan dalam hasil ini, untuk itu diharapkan saran dan kritik agar hasil ini menjadi lebih

baik lagi dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dibidang farmasi.

Billahi fii sabilil wa fastabiqul khoirot….

La’izzata illa bil islam…

Kendari, September 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN HASIL .......................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian................................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................. 4
E. Kebaruan Penelitian............................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Variabel Terikat....................................................................... 7
1. Jerawat ......................................................................................................... 7
2. Uraian Bakteri............................................................................................... 9
B. Tinjauan Umum Variabel Bebas......................................................................... 12
1. Tinjauan Umum Tanaman Kacang Tanah.................................................... 12
2. Klindamisin................................................................................................... 17
C. Kajian Empiris.................................................................................................... 18
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Dasar Pikir Penelitian......................................................................................... 19
B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian.................................................................... 20
C. Variabel Penelitian ............................................................................................. 20
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif....................................................... 20
E. Hipotesis............................................................................................................. 21
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian............................................................... 23
B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................................. 24
C. Populasi Dan Sampel.......................................................................................... 24
D. Alat dan Bahan yang Penelitian.......................................................................... 24
E. Prosedur Penelitian............................................................................................. 25
1. Pembuatan Sampel Penelitian....................................................................... 25
2. Ekstraksi Sampel Penelitian.......................................................................... 25
3. Skrinig Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Kacang Tanah................................ 25

vi
4.
Sterilisasi Alat............................................................................................... 26
5.
Sterilisasi Media............................................................................................ 27
6.
Pembuatan Media NA (Nutrient agar)......................................................... 27
7.
Pembuatan Suspensi Bakteri Propianibacterium acne dan
Staphylococcus epidermidis.......................................................................... 27
8. Pengujian Diameter Zona Hambat Dengan Metode Sumuran...................... 28
F. Pengolahan dan Analisis Data............................................................................ 28
G. Etika Penelitian................................................................................................... 29
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Data....................................................................................................... 30
a. Analisis Univariat......................................................................................... 30
b. Analisis Bivariat............................................................................................ 33
2. Pembahasan......................................................................................................... 38
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................... 44
B. Saran................................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 45
LAMPIRAN................................................................................................................... 50

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kebaruan Penelitian......................................................................................... 5

Tabel 2. Kategori Diameter Zona Hambat ( Sudrajat dan Ruga, 2012). ....................... 21

Tabel 3. Desain penelitian zona hambat ekstrak etanol kulit kacang tanah terhadap bakteri

Propianibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis............................... 23

Tabel 4. Hasil Rendemen Ekstrak Etanol 96% Kulit Kacang Tanah

(Arachis hypogaea L.) .................................................................................... 30

Tabel 5. Hasil Skrining Fitokimia Kandungan Kimia Ekstrak Kulit Kacang Tanah (Arachis

hypogaea L.).................................................................................................... 31

Tabel 6. Hasil rata-rata diameter zona hambat............................................................... 31

Tabel 7. Grafik diameter zona hambat pada bakteri Propionibacterium acne ............. 32

Tabel 8. Grafik diameter zona hambat pada bakteri Staphylococcus epidermidis......... 33

Tabel 9. Hasil uji normalitas zona hambat Bakteri Propionibacterium acne................ 33

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Zona Hambat Bakteri Staphylococcus epidermidis .... 34

Tabel 11. Hasil uji homogenitas Zona Hambat Bakteri Propionibacterium acne ........ 34

Tabel 12. Hasil uji homogenitas Zona Hambat Bakteri Staphylococcus epidermidis... 35

Tabel 13. Hasil uji Annova Zona Hambat Bakteri Propionibacterium acne................ 35

Tabel 14. Hasil uji Annova Zona Hambat Bakteri Staphylococcus epidermidis.......... 35

Tabel 15. Hasil uji LSD Zona Hambat Bakteri Propionibacterium acne..................... 36

Tabel 16. Hasil uji LSD Zona Hambat Bakteri Staphylococcus epidermidis............... 37

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bakteri Propionibacterium acne (Lengel, 2009)......................................... 10

Gambar 2 . Bakteri Staphylococcus epidermidis (Faradhila, 2015).............................. 11

Gambar 3. Tanaman Kacang Tanah (Dokumentasi pribadi)........................................ 13

Gambar 4. Bagan Kerangka Konsep Penelitian............................................................ 20

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja Ekstraksi dan Uji Fitokimia ............................................... 21

Lampiran 2. Skema Kerja Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Kacang Tanah...... 52

Lampiran 3. Perhitungan penimbangan bahan.............................................................. 53

Lampiran.4 Pengambilan sampel hingga proses evaporator......................................... 55

Lampiran 5. Skrining fitokimia..................................................................................... 58

Lampiran 6. Pengujian aktivitas antibakteri.................................................................. 59

Lampiran 7. Hasil uji statistik....................................................................................... 63

x
DAFTAR SINGKATAN

No. Singkatan Arti


1. BB Beran badan
C Celcius
2 Cm Centimeter
3. DNA Deoxyribo nucleic acid
4. DCM Dilated cardiomyopathy
DMSO Dimethyl sulfoxide
5. EGF Epidermal growth factor
6. E. Coli Eschrichia coli
7. Gc-Ms Gas chromatography mass spectrometry
8. G Gram
9. HCL Asam hidroklorida
10. Kg Kilogram
11. Mg Miligram
12. NA Nutrient agar
13. NaCl Natrium Klorida
P.acne Propionibacterium acne
14. Ml Mililiter
15. Rotavapor Rotary vakum evaporator
16. S. Aureus Staphylococcus aureus
S.epidermidis Staphylococcus epidermidis

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jerawat merupakan suatu penyakit peradangan kronik dari unit pilosebaseus yang

ditandai dengan adanya komedo, papula, pustule, nodul, dan skar (Saragih, et al., 2016).

Menurut catatan studi dermatologi kosmetika Indonesia menunjukan yaitu 60% penderita

jerawat pada tahun 2006, 80% terjadi pada tahun 2007dan 90% pada tahun 2009

(Afriyanti.,2015). Negara maju maupun berkembang penderita penyakit jerawat terjadi

pada pria dan wanita, dengan puncak kejadian pada usia 15 tahun (Lynn, et al., 2016).

Penyebab terjadinya jerawat antara lain faktor genetik, endokrin, psikis, musim, stress,

makanan, keaktifan kelenjar sebasea, infeksi bakteri, kosmetika, dan bahan kimia lain (Al-

Hoqail, 2003).

Peradangan jerawat dapat disebabkan oleh bakteri Propianibacterium acne dan

Staphylococcus epidermidis. Bakteri ini pada kondisi normal tidak patogen, tetapi bisa

menjadi patogen bila terjadi perubahan kondisi kulit yaitu menyebabkan penyumbatan

pada saluran kelenjar sebasea yang berperan dalam pembentukan enzim lipotik pengubah

fraksi sebum menjadi masa padat (Radji, 2011)

Propionibacterium acne termasuk bakteri flora normal pada kulit yang merupakan

bakteri gram positif, dan bersifat anaerob aerotoleran. Bakteri ini berperan dalam

pembentukan jerawat, dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari

lipid kulit sehingga menyebabkan peradangan. Peradangan tersebut menyebabkan bakteri

ini berproliferasi dan memperparah lesi inflamasi dengan merangsang produksi sitokin

proinflamasi (Fauzi, et al., 2017).

1
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang sering ditemukan sebagai flora

normal pada kulit dan selaput lendir manusia. Bakteri ini merupakan penyebab infeksi

kulit ringan yang disertai abses. Bakteri ini juga berperan dalam pelepasan asam oleat,

hasil hidrolisisnya oleh lipase yang diduga berpengaruh terhadap perkembangan jerawat

(Saraswati, F. N. 2015).

Cara untuk menghilangkan dan mengurangi jerawat telah menjadi fenomena yang

dibutuhkan remaja masa kini, sudah banyak bermunculan berbagai produk dan cara untuk

menghilangkan jerawat tersebut, mulai dari penggunaan obat-obat anti jerawat yang

mahal, perawatan ke salon-salon kecantikan hingga cara alami untuk mengatasi jerawat

(Munawwarah, 2017)

Terapi obat sintetik sebagai terapi jerawat dapat diberikan topikal maupun sistemik.

Pemberian terapi berdasarkan tingkat keparahan jerawat. Obat-obatan sintetik untuk

mengatasi jerawat antara lain benzoil peroksida, retinoid, isotretinoid, antibiotik hingga

kontrasepsi oral (Zaenglein, dkk., 2016). Namun penggunaan obat sintetik sering

memberikan efek samping, belum lagi maraknya peredaran obat jerawat yang dijual online

dan berasal dari sumber yang belum jelas, oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk

memberikan informasi mengenai alternatif pengobatan jerawat dengan herbal yang

memiliki aktifitas mengatasi penyebab jerawat (Patel, et al., 2015)

Pengobatan jerawat secara alami dapat menjadi pengobatan alternatif yang dapat

diberikan kepada penderita setelah menunjukkan beberapa gejala tertentu dan juga sebagai

penunjang untuk meminimalisir resistensi bakteri. Penggunaan obat tradisional dinilai

memiliki efek samping yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan obat yang berasal dari

2
bahan kimia sintetis. Selain itu keuntungan lain penggunaan obat tradisional adalah bahan

bakunya mudah diperoleh dan harganya yang relatif murah atau terjangkau (Putri, 2010).

Di alam terdapat banyak tanaman yang memiliki khasiat sebagai antibakteri, salah

satunya tanaman kacang tanah. Secara empiris masyarakat Kabupaten Konawe di

Kelurahan Laosu Kecamatan Bondoala, telah menggunakan kulit kacang tanah sebagai

masker untuk mengurangi jerawat dengan cara ditumbuk kemudian dilarutkan

menggunakan air bersih kemudian digunakan sebagai masker wajah. Kulit kacang tanah

positif mengandung flavanoid, polifenol, alkaloid, dan terpenoid (Dewi, 2011). Senyawa

flavanoid mampu menghambat pertumbuhan bakteri salah satunya bakteri penyebab

jerawat (Yuli, et al., 2017). Senyawa alkaloid diketahui juga dapat menghambat

pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesa dinding sel (Lamothe, et al., 2009).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2011) dengan menngunakan

ekstrak etanol kulit kacang tanah memilki aktifitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia

Coli dan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 100 ppm dapat menghambat kedua

bakteri tersebut. Dan pada penelitian ini akan dilakukan pengujian aktifitas antibakteri

ekstrak etanol kulit kacang tanah terhadap bakteri Propionibacterium acne dan

Staphylococcus epidermidis.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui aktivitas antibakteri kulit

kacang tanah (Arachis hypogaea L) pada bakteri Propionibacterium acne dan

Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif pengobatan

dan pemanfaatan kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L) pada aktivitas antibakteri.

3
B. Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogeae L) memiliki potensi

dalam menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus

epidermidis?

2. Pada konsentrasi berapa ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogeae L) efektif

dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidemidis dan

Propionibacterium acne ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui potensi ekstrak etanol kulit kacang tanah dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis

2. Pada konsentrasi berapa ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogeae L) efektif

dalam menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus

epidermidis

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan informasi yang dapat dipertanggung jawabkan secara

ilimiah mengenai manfaat ekstrak kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L).

2. Manfaat Institusi

Dapat mewujudkan peran STIKES Mandala Waluya Kendari dalam mengkaji

permasalahan yang terjadi dimasyarakat terkait tanaman obat lokal.

4
3. Manfaat Praktis

Dapat menambah pengetahuan dan keahlian dalam pengujian aktivitas

antibakteri ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L) terhadap bakteri

Propianibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis penyebab jerawat

E. Kebaruan Penelitian

Sepengetahuan Peneliti, penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit

kacang tanah (Arachis hypogaea L) terhadap bakteri Propianibacterium acne dan

Staphylococcus epidermidis penyebab jerawat belum pernah dilakukan sebelumnya.

Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah :

Tabel 1. Kebaruan Penelitian


No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan
1. Listiyana Uji Antibakteri Sampel yang Bakteri yang
Candra Dewi Daya Inhibisi Kulit digunakan sama digunakan berbeda.
(2011) Kacang Tanah yaitu Peneliti sebelumnya
Terhadap Aktivitas menggunakan menggunakan
Enzim Xantin kulit kacang tanah bakteri E.Coli dan
Oksidase S. Aureus

2. Arfianto Efektivitas Limbah -Menggunakan -Pengujian yang


birizki, Kulit Kacang sampel yang sama berbeda
(2018) ( Arachis hypogeal -Menggunakan -Menggunakan
L) terhadap metode maserasi bakteri E. Coli, S.
Bakteri E. Coli, S. -Menggunakan Aureus, dan
Aureus , dan pelarut etanol 96 Salmonella sp, dan
Salmonella sp. % menggunakan dosis
ekstrak kulit kacang
tanah sebesar 0,25
gram
3. Surya, dkk Analisis -Menggunakan -Pengujian yang
(2015) Konsistensi sampel yang sama berbeda
Senyawa -Menggunakan -Menggunakan
Antidiabetes teknik Gc-Ms, tidak
5
Pada Kulit metode maserasi menggunakan
Kacang Tanah bakteri
(Arachis -Menggunakan
Hypogaea L.) pelarut methanol,
Menggunakan DCM dan n-heksan
Teknik Gc-Ms
4. Haryoto, dkk Efek -Menggunakan -Pengujian yang
(2010) Antiinflamasi sampel yang sama berbeda
Ekstrak Etanol -Menggunakan -Menggunakan
Kulit Kacang metode maserasi hewan coba
Tanah (Arachis -Menggunakan -Menggunakan
hypogaea L) pelarut etanol pelarut etanol 70 %
pada Tikus Putih -Menggunakan dosis
Jantan Galur ekstrak kulit kacang
Wistar yang tanah 50, 100 dan
Diinduksi 200 mg/kgBB
Karagenin
4 Widyaningrum, Perbedaan -Menggunakan -Pengujian yang
dkk (2019) Variasi Formula sampel yang sama berbeda
Basis Cmc Na -Menggunakan -Menggunakan
Terhadap Sifat metode maserasi pelarut etanol 90 %
Fisik Gel Eks -Menggunakan -Menggunakan dosis
trak Etanol Kulit pelarut etanol ekstrak kulit kacang
Kacang Tanah tanah sebesar 12,5
(Arachis %
hypogaea L). -Tidak menggunakan
bakteri

BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Variabel Terikat

1. Jerawat

Jerawat adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit tersumbat sehingga

menimbulkan kantung nanah yang meradang. Jerawat dapat disebabkan oleh bakteri

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Bakteri ini tidak patogen

pada kondisi normal, tetapi bila terjadi perubahan kondisi kulit, maka bakteri tersebut

berubah menjadi invasif (Mulyani, et al., 2017). Jerawat (acne vulgaris) merupakan

suatu penyakit peradangan kronik dari unit pilosebaseus yang ditandai dengan adanya

komedo, papula, pustula, nodul, kista, dan skar (Saragih, et al., 2016). Jerawat sering

terjadi pada kulit wajah, leher, dada dan punggung. Meskipun jerawat tidak berdampak

fatal, tetapi cukup merisaukan karena dapat menurunkan kepercayaan diri, terutama

mereka yang peduli akan penampilan (Tjekyan, 2008).

Ada 3 jenis jerawat yang sering dijumpai yaitu tipe yang pertama adalah komedo,

komedo adalah pori-pori yang tersumbat, bisa terbuka atau tertutup. Komedo yang

terbuka disebut sebagai blackhead, terlihat seperti pori-pori yang membesar dan

menghitam. Berwarna hitam sebenarnya bukan kotoran tetapi merupakan penyumbat

pori yang berubah warna karena teroksidasi dengan udara. Komedo yang tertutup atau

whiteheads, biasanya memiliki kulit yang tumbuh diatas pori-pori yang tersumbat

maka terlihat seperti tonjolan putih kecil-kecil di bawah kulit. Jerawat jenis ini

disebabkan sel-sel kulit mati dan kelenjar minyak yang berlebihan pada kulit (Dewi,

2009). Tipe yang kedua adalah jerawat biasa atau klasik, jenis jerawat klasik ini mudah

dikenal yaitu terdapat tonjolan kecil berwarna pink atau kemerahan. Hal ini terjadi

7
karena pori-pori yang tersumbat terinfeksi dengan bakteri yang terdapat dipermukaan

kulit, kuas make up, dan jari tangan. Stres, hormone dan udara yang lembab dapat

memperbesar kemungkinan infeksi jerawat karena menyebabkan kulit memproduksi

minyak yang merupakan tempat berkembangbiaknya bakteri. Pengobatan pada tipe ini

dapat diatasi dengan menghambat pertumbuhan bakteri penyebab jerawat dengan suatu

zat antibakteri misalnya benzoil peroksida, tetrasiklin dan lain-lain (Dewi, 2009). Tipe

yamg ketiga adalah Cystic Acne (Jerawat batu atau jerawat jagung), biasanya jerawat

batu memiliki bentuk yang besar dengan tonjolan-tonjolan yang meradang hebat dan

berkumpul diseluruh wajah. Penderita jerawat ini dikarenakan faktor genetik yang

memiliki banyak kelenjar minyak sehingga pertumbuhan sel-sel kulit tidak normal dan

tidak dapat mengalami regenerasi secepat kulit normal (Dewi, 2009).

Jerawat dapat disebabkan oleh aktivitas bakteri seperti Propianibacterium acne,

Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus. Staphylococcus epidermidis

tumbuh cepat pada kondisi kulit yang anaerob yaitu pada saat pori-pori kupit tersumbat

akibat adanya produksi kelenjar minyak yang berlebih. Bakteri ini juga dapat

mensintesis enzim lipase yang dapat mengubah trigliserol pada kelenjar minyak

menjadi asam lemak bebas yang memacu terjadinya infeksi pada kulit. Infeksi ini

membuat jerawat makin bertambah parah dan berwarna kemerahan (Loveckova, et al

2002; Oakley, 2009)

Usaha pengobatan jerawat menurut Wasitaatmadja (2011) dapat dilakukan dengan

3 cara yaitu :

8
a. Pengobatan topical, prinsip pengobatan topical adalah mencegah pembentukan

komedo (jerawat ringan), ditujukan untuk mengatasi menekan peradangan dan

kolonisasi bakteri, serta penyembuhan lesi jerawat. Misalnya dengan pemberian

bahan iritan dan antibakteri topical serta kortikosteroid topikal seperti sulfur

resorsinol, asam salisilat, benzoil peroksida, asam azelat, tetrasiklin

b. Pengobatan sistemik, ditujukan untuk penderita jerawat sedang sampai berat,

dengan prinsip menekan aktivitas bakteri. Menekan reaksi radang, menekan

produksi sebum dan mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan obat

sistemik misalnya (Tetrasiklin, eritromisin dan klindamisin), obat hormonal (etinil

estradiol, antiandrogen siproteron asetat), penggunaan retinoid untuk menekan

hiperkeratinisasi dan atas dasar serta tujuan berbeda dapat digunakan berupa

antiinflamasi nonsteroid, dapson atau seng sulfat

c. Bedah kulit, ditujukan untuk memperbaiki jaringan parut yang terjadi akibat

jerawat. Tindakan dapat dilaksanakan setelah jerawat sembuh bak dengan cara

bedah listrik, bedah pisau, dermabrasi atau bedah laser.

2. Uraian Bakteri

a. Propionibacterium acne

Propionibacterium acnes merupakan bakteri anaerob Gram positif yang toleran

terhadap udara. Sel berbentuk batang yang tidak teratur, bercabang, atau campuran

antara bentuk batang dengan bentuk kokoid. P. acnes dapat tumbuh di udara dan

tidak menghasilkan endospora. Beberapa endospora bersifat patogen untuk hewan

dan tanaman. Jumlah P. acnes pada kulit terkait dengan aktivitas kelenjar sebasea,

9
atau dengan kata lain jumlahnya meningkat setelah adanya pematangan fungsi

kelenjar sebasea yaitu seiring masa pubertas (Jawetz et al., 2012).

Gambar 1. Bakteri Propionibacterium acne (Lengel, 2009)

Klasifikasi Propionibacterium acne (Bruggeman, 2010)

Regnum : Bacteria

Phylum : Actinobacteria

Class : Actinomycetales

Ordo : Propionibaterineae

Family : Propionibacteriuaceae

Genus : Propionibacterium

Spesies : Propionibacterium acne

Propionibacterium acne termasuk bakteri gram-positif, pleomofik dan bersifat

anaerob. Propionibacterium acne memiliki lebar 0,5-0,8. µm dan panjang 3-4 µm,

bakteri ini terbentuk batang dan ujung meruncing atau kokoid (bulat) (Damayanti,

2014).

b. Staphylococcus epidermidis
10
merupakan salah satu bakteri Gram positif berbentuk bulat, biasanya tersusun

dalam rangkaian tidak beraturan seperti anggur dan bersifat anaerob fakultatif.

Bakteri ini merupakan penyebab infeksi kulit ringan yang disertai abses

(Syarurachman et al., 1994).

Gambar 2 . Bakteri Staphylococcus epidermidis (Faradhila, 2015)

Sistematika bakteri Staphyloccocus epidermidis menurut Jawetz, (2010) adalah

sebagai berikut :

Regnum : Protista

Divisi : Schizophyta

Class : Schyzomycetes

Ordo : Eubacteriales

Family : Enterobacteriacaea

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang sering ditemukan sebagai

flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia. Bakteri ini merupakan

penyebab infeksi kulit ringan yang disertai abses. Bakteri ini juga berperan dalam

11
pelepasan asam oleat, hasil hidrolisisnya oleh lipase yang diduga berpengaruh

terhadap perkembangan jerawat (Saising et al., 2008)

B. Tinjauan Umum Variabel Bebas

1. Tinjauan Umum Tanaman Kacang Tanah

a. Klasifikasi

Dalam dunia tumbuhan, tanaman kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut,

(Wijaya, 2011) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Leguminales

Famili : Papilionaceae

Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogaea L

b. Morfologi Tanaman

Kacang tanah adalah tanaman palawija, yang tergolong dalam family

Papilionaceae, genus Arachis. Sebagai tanaman pangan, kacang tanah menduduki

peringkat ketiga setelah padi dan kedelai.Sedangkan dalam komoditas kacang-

kacangan, kacang tanah menduduki peringkat kedua setelah kedelai (Kasno, A., &

Harnowo, D. (2014).

12
Gambar 3. Tanaman Kacang Tanah (Dokumentasi pribadi)

Akar kacang tanah mempunyai akar tunggang, namun akar primernya tidak

tumbuh secara dominan.Yang berkembang adalah perakaran serabut,

yamgmerupakan akar sekunder. Akar kacang tanah akan tumbuh sedalam 40 cm.

Keragaman terlihat pada ukuran, jumlah dansebaran bintil. Jumlah bintil beragam

dari sedikit hingga banyak dari ukuran kecil hingga besar, dan terdistribusi pada

akar utama atu akar lateral. Sebagian besar aksesi memiliki bintil akar dengan

ukuran sedang dan menyebar pada akar lateral. Pada batang kacang tanah

termasuk jenis perdu, tidak berkayu. Tipe percabangan pada kacang tanah ada

empat, yaitu berseling tidak beraturan dengan bunga pada batang utama, sequensial

dan tidak beraturan tanpa bunga pada batang utama. Pigmen antosianin pada

batang kacang tanah memberikan warna berbeda pada tanaman sehingga dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu warna merah dan warna ungu. Tanaman ini

memiliki daun yang kecil berbentuk oval berwarna hijau, bunga berwarna kuning

dengan buah berkulit keras dengan warna coklat serta memiliki serat

dipermukaanya. Buah tersebut apabila dibuka akan terdapat biji kacang tanah yang

13
berwarna coklat muda pada kulit bijinya dan bila kulit bijinya dikupas akan terlihat

biji kacang berwarna putih (Saputra, 2014).

c. Kandungan Tanaman
Kulit kacang tanah mengandung luteolin, karoten, dan isosaponaretin (Yu et

al., 2014), selain itu kulit kacang tanah juga positif mengandung tanin, polifenol,

flavonoid (Dewi, 2011).

d. Manfaat Tanaman

Kulit kacang tanah memiliki manfaat untuk menurunkan asam urat, analgetik

inflamasi dan juga sebagai antibakteri (Junior, et al, 2012). Dan juga dapat

menjaga daya tahan tubuh, mencegah penyakit jantung serta menurunkan resiko

jantung koroner, menurunkan kadar kolestrol, melawan bakteri tuberculosis,

menurunkan tekanan darah tinggi, mengurangi penyakit hemophilia, mengobati

insomnia dan mampu mengurangi keputihan pada wanita (Saputra, 2014).

e. Kandungan Kimia Tanaman

1. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar,

mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam

konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatis yang dihubungkan oleh satuan

tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga (Markham,

1988).

Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Flavonoida merupakan

kandungan khas tumbuhan hijau yang terdapat pada bagian tumbuhan termasuk

daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nektar, bunga, buah buni dan biji.
14
Flavonoida bersifat polar karena mengandung sejumlah hidroksil yang tak

tersulih atau suatu gula (Markham, 1988).

Mekanisme yang dimiliki oleh flavonoid dalam memberikan efek

antibakteri, bekerja dengan cara merusak dinding sel bakteri (Gunawan, dkk.,

2008). Mekanisme kerja flavonoid terjadi akibat reaksi antara senyawa lipid

dan asam amino dengan gugus alkohol pada flavonoid, sehingga dinding sel

mengalami kerusakan dan mengakibatkan senyawa tersebut dapat masuk

kedalam inti selbakteri. Senyawa ini kemudian akan bereaksi dengan DNA

pada inti sel bakteri. Akibat perbedaan kepolaran antara lipid dan penyusun

DNA dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid akan terjadi reaksi

sehingga struktur lipid dari DNA bakteri sebagai inti sel bakteri akan

mengalami kerusakan dan lisis (Cushnie et al., 2005).

2. Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa bersifat basa, mengandung satu atau lebih

atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai sistem dari sistem siklik.

Alkaloida biasanya tanpa warna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan

berbentuk kristal tapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina)

pada suhu kamar. Sebagai basa alkaloida biasanya diekstraksi dari tumbuhan

dengan pelarut alkohol yang bersifat asam lemah, kemudian diendapkan

dengan ammonia pekat (Harbone, 1987).

3. Terpenoid

Terpenoid merupakan komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai

bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan yang disebut

15
minyak atsiri. Minyak atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya dikenal dari

penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan atom hidrogen

dan atom karbon dari senyawa terpenoid yaitu 8:5 dan dengan perbandingan

tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut dapat dikatakan bahwa

senyawa tersebut adalah golongan terpenoid (Harborne, 1987)

Terpen adalah suatu senyawa yang tersusun atas isoprene CH 2=C(CH3)-

CH=CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih

satuan C5 ini. Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa seperti

monoterpen dan seskuiterpen yang mudah menguap, diterpen yang sukar

menguap, dan triterpen dan sterol yang tidak menguap. Secara umum senyawa

ini larut dalam lemak dan terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya

senyawa ini diekstraksi dengan menggunakan petroleum eter, eter, atau

kloroform. Steroid merupakan senyawa triterpen yang terdapat dalam bentuk

glikosida (Harborne, 1987).

4. Polifenol

Senyawa fenol dapat didefinisikan secara kimiawi oleh adanya satu cincin

aromatik yang membawa satu (fenol) atau lebih (polifenol) substitusi hidroksil,

termasuk derivat fungsionalnya. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang

dtemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak

gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat

kelarutan pada suatu pelarut yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus

hidroksil pada senyawa tersebut yang dimiliki berbeda jumlah dan posisinya.

Turunan polifenol sebagai antioksidan dapat menstabilkan radikal bebas


16
dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, polifenol

merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan

dalam buah dan saayuran (Hattenschwiler dan vitousek, 2000)

2. Klindamisin

Klindamisin yang memiliki rumus molekul C18H33CIN2O5S dan berat molekul

424.98302 ini merupakan jenis antibakteri semisintetik yang analog dengan linkomisin

(Compound, 2014).

Mekanisme kerja Klindamisin sebagai antibakterial bekerja menghambat

pertumbuhan atau reproduksi dari bakteri yaitu dengan menghambat sintesa protein.

Mekanisme kerja antibiotik klindamisin yang bekerja mengganggu fungsi subunit

ribosom 30S atau 50S untuk menghambat sintesis protein secara reversibel (Goodman

dan Gilman, 2007).

Klindamisin merupakan jenis antibiotika yang diindikasikan juga untuk mengobati

penyakit akibat infeksi bakteri aerob gram positif sepeti Staphylococcus aureus,

Staphylococcus epidermidis, Streptococci, Pneumococci. Selain itu juga efektif dalam

membasmi bakteri aerob gram negatif seperti Bacteroides fragilis, Fusobacterium

species, bakteri anaerob gram positif seperti Propionibacterium, Eubacterium,

Actinomyces species, Peptostreptococci, Peptococcus, Clostridia, dan Streptococcus

grub B (Buhimschi, 2009).

17
C. Kajian Empiris

Secara empiris pengobatan jerawat telah banyak dilakukan oleh masyarakat, salah

satunya dengan menggunakan tanaman kacang tanah bagian tanaman yang digunakan

adalah kulit kacang tanah sebagai masker untuk mengurangi jerawat. Kulit kacang tanah

memiliki manfaat untuk menurunkan asam urat, analgetik inflamasi dan juga sebagai

antibakteri (Junior, et al., 2012). Dan juga dapat menjaga daya tahan tubuh, mencegah

penyakit jantung serta menurunkan resiko jantung koroner, menurunkan kadar kolestrol,

melawan bakteri tuberculosis, menurunkan tekanan darah tinggi, mengurangi penyakit

hemophilia, mengobati insomnia dan mampu mengurangi keputihan pada wanita (Saputra,

2014). Hal tersebut telah sesuai dengan penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa ekstrak

etanol kulit kacang tanah positif mengandung metabolit sekunder seperti alkaloid,

terpenoid, polifenol dan flavanoid. Dimana pada senyawa flavanoid diketahui mampu

menghambat pertumbuhan bakteri salah satunya bakteri penyebab jerawat. Pada

konsentrasi 100 ppm dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan

Staphylococcus aureus (Dewi, 2011)

18
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Dasar Pikir Penelitian

Jerawat adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit tersumbat sehingga menimbulkan

kantung nanah yang meradang (Mulyani, et al., 2017). Penyebab terjadinya jerawat antara

lain faktor genetik, endokrin, psikis, musim, stres, makanan, keaktifan kelenjar sebasea,

infeksi bakteri, kosmetika, dan bahan kimia lain (Al-Hoqail, 2003). Jerawat dapat

disebabkan oleh aktivitas kelenjar minyak yang berlebihan dan diperburuk oleh infeksi

bakteri. Bakteri penyebab jerawat terdiri dari Propionibacterium acnes (Chomnawang, et

al., 2007), Staphylococcus aureus (Sarlina, et al., 2017), Staphylococcus epidermidis

(Suryana, et al., 2017). Pengobatan yang biasa dilakukan oleh penderita jerawat yaitu

dengan penggunaan kosmetik dan obat-obatan kimia. Pengobatan dengan cara tersebut

memiliki efek samping seperti pada penggunaan obat-obatan antibiotik (klindamisin,

tetrasiklin, dan eritromisin. Tetapi penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat

menyebabkan resistensi (Sholih, et al., 2015). Oleh karena itu, diperlukan adanya terapi

alternatif dari tumbuhan yang berpotensi tinggi sebagai antibakteri.

Adapun tanaman herbal yang dapat digunakan untuk mengobati jerawat yaitu kulit

kacang tanah (Arachis hypogaea L). Kandungan senyawa pada kulit kacang tanah positif

mengandung flavanoid, polifenol, alkaloid, dan terpenoid (Dewi, 2011). Beberapa

kandungan senyawa kulit kacang tanah seperti flavanoid dapat berpotensi sebagai

antibakteri salah satunya bakteri penyebab jerawat (Yuli, et al., 2017).

19
B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Ekstrak Kulit Kacang Tanah Diameter zona hambat

Keterangan :

: Variabel Dependen

: Variabel Independen

: Menyatakan pengaruh antara variabel Dependen dan


Independen
Gambar 4. Bagan Kerangka Konsep Penelitian
C. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat : Variabel terikat pada penelitian ini adalah daya hambat bakteri

Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis

2. Variabel bebas : Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak etanol kulit

kacang tanah (Arachis hypogaea L)

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1. Defenisi Operasional Variabel Dependen

Zona hambat adalah merupakan zona bening yang terbentuk disekitar lubang

yang menunjukan hambatan pertumbuhan bakteri Propionibacterium acne dan

Staphylococcus epidermidis.

20
Kriteria obyektif :

Tabel 2.Kategori Diameter Zona Hambat ( Sudrajat dan Ruga, 2012).


≤ 5 mm Lemah
5-10 mm Sedang
11-20 mm Kuat
> 21 Sangat kuat

2. Defenisi Operasional variabel Independen

Ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L) merupakan hasil yang

didapatkan dari proses ekstraksi sampel kulit kacang tanah.

Kriteria obyektif : dalam satuan gram

E. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah :

P > 0,05 → H0 diterima, Ha ditolak

P < 0,05 → H0 ditolak, Ha diterima

1. ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogeae L) memiliki potensi dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus

epidermidis

H0 = Ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L) tidak memiliki potensi

dalam menghambat bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus

epidermidis

Ha = Ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L) memiliki potensi dalam

menghambat bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis

21
2. Ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogeae L) memiliki konsentrasi efektif

dalam menghambat bakteri Propionibacterium acne dan Propionibacterium acne

H0 = Ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L) tidak memiliki

konsentrasi efektif yang dapat menghambat bakteri Propionibacterium acne dan

Staphylococcus epidermidis

Ha = Ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L) memiliki konsentrasi

efektif yang dapat menghambat bakteri Propionibacterium acne dan

Staphylococcus epidermidis

22
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian laboratorium analitik.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian sederhana yang terdiri dari 6

perlakuan dengan 3 kali replikasi. Tabel desain penelitian dapat dlihat pada tabel 3.

Tabel 3. Desain penelitian zona hambat ekstrak etanol kulit kacang tanah terhadap
bakteri Propianibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis
Rata-rata Hasil Pengamatan (mm)
No Bakteri Konsentrasi Replikasi Replikasi Replikasi Rata-
1 2 3 rata
1 K1
2 K2
3 Propianibacterium K3
4 acne K4
5 K5
6 K6
1 K1
2 K2
3 Staphylococcus K3
4 epidermidis K4
5 K5
6 K6

23
Keterangan :

K1 : Konsentrasi 100 ppm


K2 : Konsentrasi 200 ppm
K3 : Konsentrasi 300 ppm
K4 : K.P (Klindamisin 30 ppm)
K5 : K.N (DMSO)
K6 : K.N (Aquadest)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di laboratorium Farmakognosis-Fitokimia dan Laboratorium

Kimia Farmasi dan Instrumen Stikes Mandala Waluya Kendari. Penelitian ini

dilaksanakan pada Mei-Juni 2020

C. Populasi Dan Sampel

Populasi : Tanaman kacang tanah diperoleh dari Kelurahan Laosu, Kecamatan

Bondoala, Kabupaten Konawe, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Sampel yang

digunakan adalah kulit kacang tanah yang diperoleh dari Kelurahan Laosu, Kecamatan

Bondoala, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

D. Alat dan Bahan yang Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah aluminium foil, batang pengaduk,

beker gelas, Bunsen, blender (Philips), cawan petri, cawan porselin, corong, deksikator,

Erlenmeyer, gelas ukur, gunting, hot plate, handscun (Surgicare), jarum ose, kapas, kertas

saring, kertas label, lampu spiritus, lakban, masker (Sensi), oven, pipet tetes, pingset,

rotary evaporator, spoit, rak tabung, tabung reaksi, dan timbangan analitik.

24
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit kacang tanah, DMSO, etanol

96%, NaCl 0,9%, Bakteri Propianibacterium acne dan Streptococcus epidermidis, dan

media Nutrient agar (NA)

E. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Sampel Penelitian

Kulit kacang tanah yang diperoleh 1300 gram disortasi basah, kemudian ditimbang

beratnya. Setelah itu, dicuci dengan air mengalir hingga bersih,lalu dirajang. Hasil

rajangan dikeringkan dibawah sinar matahari dengan ditutupi kain hitam. Setelah itu,

simplisia ditimbang dan kemudian diserbukkan menggunakan blender (Tristanti dkk.,

2013).

2. Ekstraksi Sampel Penelitian

Metode ekstraksi yang digunakan yaitu dengan metode maserasi. Serbuk kulit

kacang tanah 900 gram dimasukkan ke dalam wadah maserasi dan direndam dengan

menggunakan pelarut etanol 96% Pemisahan residu dan filtrat dilakukan setiap 1 x 24

jam selama 3 kali diiringi penggantian pelarut yang sama. Filtrat dikumpulkan dan

dipekatkan dengan Rotary vacum evaporator pada suhu 50oC hingga diperoleh ekstrak

etanol kental kulit kacang tanah.

3. Skrinig Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Kacang Tanah

Skrining fitokimia dilakukan terhadap bebarapa golongan senyawa diantaranya :

a. Identifikasi Alkaloid

Sebanyak 0,5 mL ekstrak etanol kulit kacang tanah ditambahakan dengan 5 tetes

kloroform kemudian ditambahkan dengan pereaksi mayer. Jika menunjukkan

25
perubahan warna pada larutan, terbentuknya endapan putih menandakan positif

mengandung alkaloid (Satiyarti, 2019).

b. Identifikasi Terpenoid

Sebanyak 1 mL larutan ekstrak etanol kulit kacang tanah ditambahkan dengan

pereaksi Liebermann Burchard. Uji positif steroid menghasilkan warna biru dan

terpenoid menghasilkan warna merah atau violet (Illing et al., 2017).

c. Identifikasi Tanin

Identifikasi tanin diperoleh dengan mencampurkan 1 mL ekstrak etanol kulit

kacang tanah dan 3 tetess larutan FeCl3 10%. Warna yang berubah pada larutan

menjadi hijau kehitaman menandakan positif mengandung tanin (Satiyarti, 2019).

d. Identifikasi Flavonoid

Sampel sebanyak 0,5 mL ekstrak etanol kulit kacang tanah ditambahkan dengan

0,5 mg serbuk magnesium dan 5 ml HCl pekat yaitu tetes demi tetes, adanya

perubahan larutan menjadi merah positif mengandung flavonoid (Satiyarti, 2019).

e. Identifikasi Saponin

Uji Saponin Diambil 1 mL ekstrak etanol kulit kacang tanah dimasukkan ke

dalam tabung reaksi dan ditambahkan air panas, kemudian ditambahkan beberapa

tetes HCl pekat. Uji positif ditunjukan dengan terbentuknya busa permanen ± 15

menit (Illing et al., 2017).

4. Sterilisasi Alat

Sterilisasi dilakukan pada alat-alat yang telah dicuci bersih dan dikeringkan.

Pembakar Bunsen, untuk mensterilkan peralatan seperti ose, jarum, dan spatula dengan

cara membakar ujung peralatan tersebut di atas api bunsen sampai berpijar. Oven untuk

26
mensterilkan cawan petri, pipet tetes, batang pengaduk dan tabung reaksi. Penggunaan

alat ini dengan memasukkan alat-alat tersebut kedalam oven dan dipanaskan dengan

suhu 170ºC selama 1-2 jam (Andriani, 2016). Autoklaf untuk mensterilkan Erlenmeyer,

gelas ukur, gelas kimia. Alat-alat tersebut kemudian ditutup mulutnya dengan kapas

dan dibungkus dengan kertas. Alat-alat yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam

autoklaf dan disterilkan selama 15 menit pada suhu 121ºC (Rambiko dkk., 2016).

5. Sterilisasi Media

Adapun prosedur sterilisasi media dalam penelitian ini yaitu dibungkus media yang

telah dibuat menggunakan kertas, dimasukan kedalam autoklaf, ditutup rapat autoklaf

lalu dikunci rapat, disambungkan pada stok kontak ditunggu hingga mencapai suhu 121
o
C selama 15 menit

6. Pembuatan Media NA (Nutrient agar)

Sebanyak 2,4 gram ditimbang, dimasukan kedalam Erlenmeyer kemudian

ditambahkan dengan aquades sebanyak 120 mL, lalu dipanaskan sampai mendidih

diaduk sesekali selama 1 menit atau sampai serbuk larut sempurna. Kemudian

disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit (Endrawati, 2018)

7. Pembuatan Suspensi Bakteri Propianibacterium acne dan Staphylococcus

epidermidis

Media Nutrient Agar (NA) diambil sebanyak 5 mL dimasukan ke dalam tabung

reaksi. Bakteri uji berupa Propianibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis

yang berasal dari biakan murni masing-masing diambil satu ose dimasukan kedalam

tabung reaksi dengan cara menggoreskan pada media NA kemudian diletakkan pada

sudut kemiringan 30-40o dan dibiarkan memadat, kemudian diinkubasi pada suhu 35-

27
37oC selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan pembuatan suspensi dengan cara diambil

sebanyak 10 mL NaCl 0,9% diambil dengan menggunakan spoit steril dan dimasukan

ke dalam tabung reaksi. Diambil 1 ose biakan bakteri dengan menggunakan ose steril

kemudian dimasukan ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl (Herman, 2018)

8. Pengujian Diameter Zona Hambat Dengan Metode Sumuran

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea

L) dengan metode sumuran, semua perlakuan dilakukan dengan teknik aseptis untuk

meminimalisir terjadinya kontaminasi terhadap biakan pathogen atau biakan lain yang

tidak diharapkan ada dalam penelitian yang dapat mempengaruhi hasil pengujian.

Media Nutrient Agar yang telah disterilkan ditambahkan dengan bakteri 1 mL.

Sebanyak 20 mL media Nutrient Agar dipipet kedalam cawan petri, dibiarkan memadat.

Kemudian dibuat 5 sumuran berisi 5 kelompok perlakuan. Kelompok 1,2 dan 3 berisi

ekstrak etanol kulit kacang tanah dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 100, 200 dan

300 ppm. Kelompok 4 sebagai kontrol positif (Klindamisin 30 ppm) dan kelompok 5

sebagai kontrol negatif DMSO kemudian diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 370C

setelah 24 jam dilakukan pengukuran daya hambat menggunakan jangka sorong

(Winarti, 2018)

F. Pengolahan dan Analisis Data

Hasil penelitian data dianalisis dengan One-way Analysis of Variance (ANOVA)

dengan posthoc LSD’s test. Data dianggap signifikan jika nilai p kurang dari 0,05

28
G. Etika Penelitian

Adapun etika dalam melakukan suatu penelitian yaitu pertama peneliti mengajukan

surat izin melakukan penelitian kepada kepala laboratorium Farmasi STIKES-MW

selanjutnya peneliti menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian dan

terakhir peneliti melakukan penelitian dengan tetap memperhatikan aturan didalam

laboratorium Farmasi STIKES-MW Kendari.

29
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Data

a. Analisis Univariat

1. Hasil Rendemen Ekstrak Etanol Kulit Kacang Tanah

Hasil rendemen ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dapat

dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Rendemen Ekstrak Etanol 96% Kulit Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.)

Pelarut Berat Warna Ekstrak Berat Ekstrak Hasil Rendemen


Simplisia (g) Pekat (g) Pekat (g) (%)

Etanol 900 Kuning 32.64 3.62


96% Kecoklatan

2. Hasil Skrinig Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Kacang Tanah (Arachis


hypogaea L.)

Setelah didapatkan hasil rendemen selanjutnya dilakukan identifikasi

kandungan kimia pada ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.)

dengan menggunakan metode pengujian waena dengan menggunakan pereaksi

dapat dilihat pada tabel 5.

30
Tabel 5. Hasil Skrining Fitokimia Kandungan Kimia Ekstrak Kulit Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L.)

No Skrining Pereaksi Indikator Hasil


Senyawa
1. Flavanoid Serbuk Mg + HCL Terbentuknya warna Positif
merah (+)
2. Alkaloid Pereaksi mayer Terbentuknya endapan Positif
putih (+)
3. Saponin Air panas + HCL Adanya buih/busa Positif
(+)
4. Tanin FeCl3 Terbentuknya warna Positif
Hijau kehitaman (+)
5. Triterpenoid Liebermann- buchard Terbentuknya warna Positif
ungu (+)
6. Steroid Liebermann- buchard Terbentuknya warna Negatif
hijau (-)

berikut merupakan hasil pengukuran zona hambat pada bakteri Propianibacterium

acne dan Staphylococcus epidermidis dengan varian konsentrasi dan dilakukan 3 kali

replikasi, hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil rata-rata diameter zona hambat

Rata-rata Hasil Pengamatan (mm)


N
Bakteri Konsentrasi Replikasi Replikasi Replikasi
o Mean±SD
1 2 3
1 K1 3.6 9 6.6 6.40±2.70
2 K2 16.6 11.6 8.3 12.16±4.17
3 Propianibacterium K3 21.6 16.3 22.6 18.95±3.38
4 acne K4 36.6 34 31.6 34.06±2.50
5 K5 0 0 0  0
6 K6 0 0 0  0
1 K1 8.3 9 7 8.10±1.01
2 K2 16.3 11.3 9.3 12.63±3.51
3 Staphylococcus K3 18.6 17 12.6 16.06±3.10
4 epidermidis K4 28.6 24.3 25 25.96±2.30
5 K5 0 0 0  0
6 K6 0 0 0  0

31
Keterangan :

K1 : Konsentrasi 100 ppm

K2 : Konsentrasi 200 ppm

K3 : Konsentrasi 300 ppm

K4 : K.P (Klindamisin 30 ppm)

K5 : K.N (DMSO)

K6 : K.N (Aquadest)

Berikut merupakan hasil zona hambat dari bakteri Propionibacterium acne,

dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Grafik diameter zona hambat pada bakteri Propionibacterium acne


34.06
Diameter zona hambat (mm)

35
30
25 18.95
20 12.16
15 6.4
10 0 0
5
0

Perlakuan

32
Berikut merupakan hasil zona hambat dari bakteri Staphylococcus epidermidis
dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Grafik diameter zona hambat pada bakteri Staphylococcus epidermidis


Diameter zona hambat (mm) 25.96
30
25
16.06
20 12.63
15 8.10
10
0 0
5
0
m m m n) SO
)
es
)
pp pp pp isi d
0 0 0 am M ua
10 20 30 d (D
(A
q
li n K.
N
N
P
(K K.
K.
Perlakuan

b. Analisis Bivariat

1. Hasil Uji Normalitas

a. Zona Hambat Bakteri Propionibacterium acne

Pada hasil uji normalitas terhadap bakteri Propionibacterium acne

dengan beberapa varian konsentrasi data dianggap terdistribusi normal apabila

p>0.05, pada konsentrasi 100 ppm 0.878, konsentrasi 200 ppm 0.775,

konsentrasi 300 ppm 0.283 dan pada kontrol positif klindamisin 0.978. Hasil ini

telah memenuhi syarat dengan nilai p>0.05.

b. Zona Hambat Bakteri Staphylococcus epidermidis

Pada hasil uji normalitas terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis

dengan beberapa varian konsentrasi data dianggap terdistribusi normal apabila

p>0.05, pada konsentrasi 100 ppm 0.714, konsentrasi 200 ppm 0.780,

33
konsentrasi 300 ppm 0.817 dan pada kontrol positif klindamisin 0.739. Hasil ini

telah memenuhi syarat dengan nilai p>0.05..

2. Hasil uji homogenitas

a. Zona Hambat Bakteri Propionibacterium acne

Setelah data dinyatakan terdistribusi normal selanjutnya dilakukan uji

homogenitas pada bakteri Propionibacterium acne hasil uji homogenitas adalah

0.64 data dianggap homogen apabila p>0.05.

b. Zona Hambat Bakteri Staphylococcus epidermidis

Hasil uji homogenitas pada bakteri Staphylococcus epidermidis adalah

0.89 data dianggap homogen apabila p>0.05.

c. Hasil uji Annova

a. Zona Hambat Bakteri Propionibacterium acne

Setelah memenuhi hasil prasyarat yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas selanjutnya dilakukan uji anova zona hambat pada bakteri

Propionibacterium acne data dianggap signifikan apabila p<0.05, data tersebut

dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Hasil uji Annova Zona Hambat Bakteri Propionibacterium acne
Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
Between Groups 2614.356 5 522.871 73.38 .000
5
Within Groups 85.500 12 7.125
Total 2699.856 17

b. Zona Hambat Bakteri Staphylococcus epidermidis

34
Berikut merupakan hasil uji anova zona hambat pada bakteri

Staphylococcus epidermidis data dianggap signifikan apabila p<0.05, data

tersebut dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Hasil uji Annova Zona Hambat Bakteri Staphylococcus epidermidis
Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
Between Groups 1684.287 5 336.857 65.332 .000
Within Groups 61.873 12 5.156
Total 1746.160 17
d. Hasil Uji lanjutan LSD (Least Significant Differences)

a. Zona Hambat Bakteri Propionibacterium acne

Setelah dilakukan uji ANOVA selanjutnya dilakukan hasil uji lanjutan

LSD (Least Significant Differences) pada bakteri Propionibacterium acne data

dianggap signifikan apabila p<0.05, data tersebut dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Hasil uji LSD Zona Hambat Bakteri Propionibacterium acne
Kelompok Kelompok Pembanding Mean difference Sig.
konsentrasi 200 ppm -5.76667* .021
konsentrasi 300 ppm -13.76667* .000
Konsentrasi 100 ppm kontrol positif klindamisin -27.63333* .000
kontrol negatif DMSO 6.40000* .012
kontrol negatif aquadest 6.40000* .012
konsentrasi 100 ppm 5.76667* .021
konsentrasi 300 ppm -8.00000* .003
Konsentrasi 200 ppm kontrol positif klindamisin -21.86667* .000
kontrol negatif DMSO 12.16667* .000
kontrol negatif aquadest 12.16667* .000
konsentrasi 100 ppm 13.76667* .000
konsentrasi 200 ppm 8.00000* .003
Konsentrasi 300 ppm kontrol positif klindamisin -13.86667* .000
kontrol negatif DMSO 20.16667* .000
kontrol negatif aquadest 20.16667* .000
konsentrasi 100 ppm 27.63333* .000
konsentrasi 200 ppm 21.86667* .000
Kontrol positif konsentrasi 300 ppm 13.86667* .000
klindamisin 30 ppm kontrol negatif DMSO 34.03333* .000
kontrol negatif aquadest 34.03333* .000

35
konsentrasi 100 ppm -6.40000* .012
konsentrasi 200 ppm -12.16667* .000
Kontrol negatif konsentrasi 300 ppm -20.16667* .000
DMSO kontrol positif klindamisin -34.03333* .000
kontrol negatif aquadest .00000 1.000
konsentrasi 100 ppm -6.40000* .012
konsentrasi 200 ppm -12.16667* .000
Kontrol negatif konsentrasi 300 ppm -20.16667* .000
aquadest kontrol positif klindamisin -34.03333* .000
kontrol negatif DMSO .00000 1.000

b. Zona Hambat Bakteri Staphylococcus epidermidis

Berikut merupakn hasil uji lanjutan LSD (Least Significant Differences)

pada bakteri Staphylococcus epidermidis data dianggap signifikan apabila

p<0.05, data tersebut dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Hasil uji LSD Zona Hambat Bakteri Staphylococcus epidermidis
Kelompok Kelompok Pembanding Mean difference Sig.
konsentrasi 200 ppm -2.76667 .161
konsentrasi 300 ppm -6.23333* .006
Konsentrasi 100 ppm
kontrol positif klindamisin -19.00000 *
.000
kontrol negatif DMSO 9.20000 *
.000
kontrol negatif aquadest 9.20000 *
.000
konsentrasi 100 ppm 2.76667 .161
konsentrasi 300 ppm -3.46667 .086
Konsentrasi 200 ppm
kontrol positif klindamisin -16.23333 *
.000
kontrol negatif DMSO 11.96667 *
.000
kontrol negatif aquadest 11.96667* .000
konsentrasi 100 ppm 6.23333 *
.006
konsentrasi 200 ppm 3.46667 .086
Konsentrasi 300 ppm
kontrol positif klindamisin -12.76667 *
.000
kontrol negatif DMSO 15.43333 *
.000
kontrol negatif aquadest 15.43333 *
.000
konsentrasi 100 ppm 19.00000 *
.000
konsentrasi 200 ppm 16.23333 *
.000
Kontrol positif
konsentrasi 300 ppm 12.76667* .000

36
klindamisin 30 ppm kontrol negatif DMSO 28.20000* .000
kontrol negatif aquadest 28.20000* .000
konsentrasi 100 ppm -9.20000* .000
konsentrasi 200 ppm -11.96667* .000
Kontrol negatif
DMSO konsentrasi 300 ppm -15.43333* .000
kontrol positif klindamisin -28.20000* .000
kontrol negatif aquadest .00000 1.000
konsentrasi 100 ppm -9.20000* .000
konsentrasi 200 ppm -11.96667* .000
Kontrol negatif
aquadest konsentrasi 300 ppm -15.43333* .000
kontrol positif klindamisin -28.20000* .000
kontrol negatif DMSO .00000 1.000
2. Pembahasan

Secara empiris masyarakat Kelurahan Laosu Kecamatan Bondoala Kabupaten Konawe

telah menggunakan kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L) sebagai pengobatan untuk

jerawat. Pada penelitian sebelumnya diketahui ekstrak dari kulit kacang tanah memiliki

metabolit sekunder seperti flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Escherichia Coli dan Staphylococcus aureus (Dewi, 2011).

Kandungan metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak etanol kulit kacang

tanah yang berpotensi sebagai antibakteri yaitu alkaloid, flavanoid, tanin dan saponin.

Alkaloid memiliki mekanisme penghambatan dengan cara mengganggu komponen

penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk

secara utuh dan menyebabkan sebagai kematian sel (Juliantina, et al. 2008). Flavanoid

memiliki aktivitas antibakteri dengan cara mengikat asam amino neofilik pada protein,

senyawa saponin memiliki aktivitas dengan cara menghambat atau membunuh bakteri

dengan cara penurunan tegangan permukaan sel sedangkan senyawa tanin bekerja dengan

mengikat dinding protein sehingga pembentukan dinding bakteri terhambat (Debi, 2012)

37
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

apakah kulit kacang tanah memiliki potensi dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis serta untuk mengetahui pada

konsentrasi berapa ekstrak etanol kulit kacang tanah efektif dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis.

Kulit kacang tanah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari perkebunan

Kelurahan Laosu Kecamatan Bondoala Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.

Pemanenan kulit kacang tanah dilihat dari daun-daun telah mulai kening kering dan luruh

berkisar 85-90 hari yang ditandai dengan kulit polong telah mengeras dan bagian dalam

berwarna coklat (Rahmianna, et al., 2013). Kulit kacang tanah yang telah didapatkan

kemudian dicuci lalu dirajang setelah itu dikeringkan tanpa sinar matahari. Perajangan

simplisia dilakukan untuk memperbesar luas permukaan simplisia serta pengeringan yang

dilakukan bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam sampel untuk

menghindari terjadinya mikroorganisme sehingga simplisia tersebut tidak mudah rusak

(Prasetyo dan Entang inoriah, 2013)

Simplisia kulit kacang tanah yang telah diserbukkan sebanyak 900 g dan diekstraksi

menggunakan metode maserasi dan menggunakan pelarut etanol 96%. Maserasi

merupakan proses pengekstrakkan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan. Pada proses maserasi pelarut yang

digunakan adalah pelarut etanol 96%, alasan penggunaan pelarut etanol 96% karena lebih

mudah dalam melarutkan semua zat yang bersifat polar, semipolar, maupun non polar dan

dapat menarik senyawa dari simplisia dengan baik (Trifani, 2012). Proses maserasi

dilakukan dengan merendam kulit kacang tanah selama 3 hari sesekali dilakukan

38
pengangadukan. Pengadukan dilakukan untuk mencegah untuk mencegah terjadinya

keseimbangan antara larutan zat aktif yang terdapat dalam sel dengan larutan zat aktif

yang terdapat di luar butir sel (Dirjen POM RI, 2000).

Hasil dari maserasi disaring hingga didapatkan maserat. Maserat yang telah didapatkan

kemudian dievaporator hingga diperoleh ekstrak etanol kulit kacang tanah setelah itu

ditimbang kemudian dihitung rendemennya. Hasil proses ekstraksi menunjukkan bahwa

hasil dari penyerbukkan kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L) 900 g menghasilkan

32.64 g ekstrak etanol kulit kacang tanah dengan nilai rendemen 3.62% kemudian

dilakukan skrining fitokimia terhadap beberapa golongan senyawa diantaranya identifikasi

flavanoid, alkaloid, saponin, tanin, triterpenoid, dan steroid dan didapatkan hasil positif

kecuali pada uji steroid.

Pengujian aktivitas antibakteri bertujuan untuk menentukan kemampuan ekstrak etanol

kulit kacang tanah dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Dilakukan dengan metode

sumuran. Dimana pada penelitian Prayoga (2013) yang menyatakan bahwa dengan

menggunakan metode sumuran dapat menghasilkan diameter zona hambat yang besar hal

ini diakibatkan karena pada metode sumuran terjadi proses osmolaritas dari konsentrasi

ekstrak dari metode disk.

Bakteri yang digunakan sebelumnya dilakukan peremajaan terlebih dahulu untuk

meregrerasi bakteri agar diperoleh bakteri yang mudah serta tidak terkontaminasi. Media

NA (Nutrient agar) merupakan media yang digunakan untuk pengujian. Pembuatan media

aktivitas antibakteri dengan menggunakan media NA dilakukan dengan cara

mencampurkan serbuk media agar NA dengan aquadest kemudian dihomogenkan diatas

hotplate pada suhu 500C higga media larut, setelah itu dimasukan media agar NA kedalam

39
autoclaf selama 15 menit pada suhu 1210C agar media tersebut tetap steril dan terhindar

dari mikroba lainnya (Herman, 2018). Pada pengujian ini digunakan kontrol negatif yakni

DMSO dan aquades tujuannya untuk membuktikan dalam pembuatan larutan induk tidak

berpengaruh terhadap aktifitas antibakteri

Prosedur kerja pengujian zona hambat yaitu pada lubang sumuran masing-masing diisi

kontrol positif, kontrol negatif, dan ekstrak etanol kulit kacang tanah dengan masing-

masing konsentrasi 100 ppm, 200 ppm dan 300 ppm pada media yang telah diinokulasi

bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis di dalam cawan petri.

Kontrol positif berfungsi untuk membandingkan daya hambat dari kelompok perlakuan

dengan obat kimia yang sering digunakan sebagai antibakteri, sedangkan kontrol negatif

digunakan untuk mengetahui pelarut yang digunakan dapat mempengaruhi hasil uji

antibakteri atau tidak. Penggunaan kedua bakteri ini karena bakteri Propionibacterium

acne dan Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang spesifik dikulit manusia

dari penyebab terjadinya jerawat jenis acne vulgaris. Dimana pada penelitian (Djuanda,

2013) penyebab terjadinya acne vulgaris salah satu diantaranya yaitu peningkatan jumlah

flora folikel (Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis) yang berperan

pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid

sebum.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2011) ekstrak etanol kulit kacang tanah memiliki

kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan S.aureus pada konsentrasi 100

ppm dengan daya zona hambat E.coli 7.7 mm dan S.aureus 9.3 mm memiliki aktivitas

antibakteri yang sedang. Dimana bakteri Staphylococcus aureus termasuk bakteri gram

positif sehingga dapat diasumsikan bahwa ekstrak etanol kulit kacang juga dapat

40
memberikan aktivitas yang sama terhadap bakteri gram positif penyebab jerawat yaitu

Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis. Selanjutnya cawan petri

diinkubasi selama 1×24 jam pada suhu 37 0C kemudian diamati zona bening yang

terbentuk disekitaran lubang sumuran

Berdasarkan pada tabel 5, dapat diketahui bahwa pengujian aktivitas antibakteri

ekstrak etanol kulit kacang tanah pada konsentrasi 100 ppm diperoleh hasil zona hambat

kategori sedang hal ini telah sesuai dengan respon zona hambat yang dilakukan oleh Dewi

(2011) memiliki rata-rata diameter zona bening dengan kategori sedang. Pada konsentrasi

200 ppm diperoleh rata-rata diameter zona bening pada bakteri Propionibacterium acne

sebesar 14.16 mm dan pada bakteri Staphylococcus epidermidis sebesar 12.30 mm hasil

tersebut menunjukkan termasuk kategori kuat. Pada konsentrasi 300 ppm luas diameter

rata-rata zona hambat pada bakteri Propionibacterium acne 18.95 dan pada bakteri

Staphylococcus epidermidis 16.06 mm termasuk kategori kuat. Hal ini telah sesuai dengan

pendapat Jawetz (2005) bahwa semakin tinggi konsentrasi zat aktif maka semakin besar

kemampuan zona hambatnya

Pada pengujian kontrol positif uji daya hambat pada bakteri Propionibacterium acne

34.06 mm dan pada bakteri Staphylococcus epidermidis 25.96 mm, maka dapat

dikategorikan sangat kuat dibandingkan dengan ekstrak etanol kulit kacang tanah. Hal ini

disebabkan karena antibiotik klindamisin merupakan antibiotik yang bekerja mengganggu

fungsi subunit ribosom 30S atau 50S untuk menghambat sintesis protein secara reversibel

(Goodman dan Gilman, 2007). Serta klindamisin aktif terhadap kokus gram positif,

termasuk stafilokokus yang resisten terhadap penisilin juga terhadap bakteri anaerob

(Badan POM RI, 2008)

41
Berdasarkan hasil uji statistik one way ANOVA pengamatan aktivitas antibakteri

ekstrak etanol kulit kacang tanah terhadap bakteri Propionibacterium acne dan

Staphylococcus epidermidis diperoleh hasil yang signifikan. Hal ini ditujukan dengan nilai

signifikan 0.000 yang berarti lebih kecil dari 0.05 (P < 0.05). Jika P<0.05 maka H0 ditolak

sehingga bisa disimpulkan ekstrak etanol kulit kacang tanah memiliki aktifitas antibakteri

Analisis lanjutan LSD pertama dilakukan untuk mengetahui perbedaan setiap

kelompok perlakuan terhadap aktivitas bakteri Propionibacterium acne. Pada pengamatan

aktivitas ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L) terhadap bakteri

Propionibacterium acne menunjukan bahwa setiap kelompok perlakuan dengan

konsentrasi 100 ppm, 200 ppm, dan 300 ppm memberikan perbedaan signifikan jika

dibandingkan dengan kontrol positif (Klindamisin)

Analisis lanjutan LSD berikutnya dilakukan untuk mengetahui perbedaan setiap

kelompok perlakuan terhadap aktivitas Staphylococcus epidermidis. Pada perlakuan

konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm tidak memiliki makna yang berbeda hal ini dapat dilihat

dari nilai signifikan 0.161 lebih besar dari 0.05 yang menunjukan tidak adanya perbedaan

yang signifikan begitupun pada perlakuan konsentrasi 200 dan (100 ppm dan 300 ppm)

dengan nilai signifikan 0.161 dan 0.86 lebih besar dari 0.05, kemudian antara kontrol

positif (klidamisin) dan (100 ppm,200 ppm, 300 ppm) menunjukan perbedaan yang

signifikan 0.00 lebih kecil dari 0.05 yang menunjukan adanya perbedaan yang signifikan.

Berdasarkan penelitian Dewi (2011) bahwa ekstrak etanol kulit kacang tanah

(Arachis hypogaea L) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli

dan Staphylococcus aureus. Dimana Staphylococcus aureus termasuk bakteri gram positif.

Pada penelitian ini digunakan bakteri gram positif penyebab jerawat yaitu

42
Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis dan diperoleh hasil bahwa

ekstrak etanol kulit kacang tanah juga mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri

gram positif lainnya dan konsentrasi paling efektif dalam menghambat pertumbuhan

bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis yaitu pada konsentrasi

300 ppm. Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi semakin banyak kandungan

bahan aktif antibakterinya (Jawetz, 2005)

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada penelitian ini adalah :

1. Ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L) memiliki potensi dalam

mneghambat pertumbuhan bakteri Propianibacterium acne dan Staphylococcus

epidermidis

2. Konsentrasi efektif Ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L) dalam

menghambat petumbuhan bakteri Propianibacterium acne dan Staphylococcus

epidermidis adalah 300 ppm

B. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan diatas disarankan kepada peneliti selanjutnya, yaitu :

1. Perlu dilakukan pengujian terhadap bakteri lain maupun jamur dari ekstrak etanol kulit

kacang tanah

43
2. Perlu dilakukan pengembangan penelitian dibidang formulasi dari ekstrak etanol kulit

kacang tanah

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, RN. 2015. Acne vulgaris pada remaja. Jurnal kedokteran Unila. (Vol.4) 2015

Andriani, R., 2016, Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk Mengatasi


Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum, Jurnal Mikrobiologi, Vol. (1) Hal.
45

Birizki Arfianto. 2018. Efektovitas Limbah Kulit Kacang (Arachis hypogea L) Terhadap
Bakteri E.Coli, S.Aureus, dan Salmonella sp. Jurnal. Program Studi Pendidikan
Biologi. Universitas PGRI. Semarang

Buhimschi, CS., dan Weiner, CP., 2009. Medications in Pregnancy and Lactation: Part (2).
Drugs With Minimal or Unknown Himan Teratogenic Effect, 2009/01/22 ed. Vol.
113, 417-32.

Bruggeman, H. 2010. Skin: Acne and Propianibacterium acne Genomics. Handbook of


Hydrocarbon and Lipid Microbiology, DOI 10. Hal 3216-3223.

Cushnie, T. P. Lamb, A. J., 2005, Antimicrobial activity of flavonoids, International Journal


of Antimicrobial Agents, 26, 343–356

Compound P. 2014. Clindamycin

Depkes RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Bakti Husada. Hal.6.

44
Dewi, C.L.,Subandi., Suharti. 2011. Uji Antibakteri dan Daya Inhibisi Ekstrak Kulit Kacang
Tanah terhadap Aktivitas Enzim Xantin Oksidase. Jurusan Kimia UNM; Hal 1-9

Djide, Natsir. Analisis Mikrobiologi Farmasi . Makassar : Laboratorium Mikrobiologi Farmasi


Fakultas Matematika Dan Il mu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin,
2006.hal 140 -142

Fauzi, N.P., Sulistiyaningsih. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Fraksi Daun
Jawer Kotok Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes ATTC 1223 dan
Staphylococcus epidermidis ATTC 12228, Farmaka,Vol. 15.

Faradhila N.S .2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96 % Limbah Kulit Pisang
Kepok Kuning Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat Staphylococcus epidermidis dan
Propianibacterium acne, Skripsi, Fakultas Farmasi. UIN Syaraif Hidayatullah,
Jakarta

Goodman, A., dan Gilman, H. 2007. Dasar Farmakologi Terapi. Edisi Kesepuluh. Volume 1.
Jakarta: EGC

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Penerbit ITB : BandungHermans, M.H.E. 2005. A General Overview Of Burn Care. Int
Wound J 2005; 2: 3, 206–220

Haryoto, K., S. Yuliati, dan N., Wahyuningtyas. 2010. Efek Antiinflamasi Ekstrak
Etanol Kulit Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) pada Tikus Jantan Galur
Wistar yang Diinduksi Karagenin. Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Pharmacon 11(1): 7-12

Hattenswiller, S. Vitousek, P, M. 2000. The Role of Pholyphenols Interrestrial Ecosystem


Nutrient Cycling. Review PII: S0169-5347(00)01861-9 TREE Vol. 15. 6 Juni 2000

Illing, I., Wulan, S., dan Erfiana., 2017, Uji Fitokimia Ekstrak Buah Dengen. Jurnal Dinamika,
Vol. 8 (1).

Junior, I. K. P., Swastini, D. A., dan Leliqia, N. P. E. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak
Etanol Kulit Kacang Tanah Dengan Metode Maserasi Terhadap Profil Lipid Pada
Tikus Spraque Dawley Diet Lemak Tinggi. Fakultas Mate-matika dan Ilmu
Pengetahuan Alam : Universitas Udayana

45
Juliantina, F. R., Ayu, D.CM., Nirwani, B., Nurmasitoh, T., Tri, B.E. 2008. Manfaat sirih
merah piper crocatum sebagai agen anti bakterial terhadap bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif. JKKI-Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. Vol 1(3)

Kardela, W., Fauziah F. and Mayesri, S., 2018. Biji Melinjo (Gnetum gnemon L). Aktivitas
Sebagai antidiare. Jurnal Farmasi Higea, 10(1), pp.49-56

Kurniawati, A.F, Prijono, S., dan Novita A., 2015. Perbedaan Resiko Multidrug Resistance
Organism (Mdros) Menurut Faktor Resiko dan Kepatuhan Hand Hygiene, Jurnal
Berkala Epidemiologi, Vol. (3)

Lengel, B. 2009. Center for Disease Control and Prevention.

Lynn, D. D., Tamara Umari, Caori A. D., dan Robert P. D. 2016. The Epidemiology of Acne
Vulgaris in Late Adolescene. Adolescent Health, Medicine and Therapeutics. 7: 13-
15
Nuralifah., dkk. 2019. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kacapiring (Gardenia
jasminoides Ellis) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium
acne. Fakultas Farmasi. Universitas Haluoleo : Kendari

Munawaroh, A.l., Dwi Y.N.H., dan YulianW.I., 2015, Studi Komparasi Media Kultur Coco
Blood Malachite Green (CBM) dengan Lowenstein Jensen (LJ) Untuk Diagnosis
Cepat, Spesifik dan Sensitif Pada Sputum Pasien Suspek Tuberculosis, Majalah
Kesehatan FKUB, Vol. 2 (2).

Mulyani, Y.W.T., Hidayat, D., Isbiantoro., Fatimah, Y. 2017. Ekstrak Daun Katuk (Isauropus
androgynous L Merr) Sebagai Antibakteri Terhadap Propianibacterium acne dan
Staphylococcus epidermidis. Jurnal Farmasi Lampung Vol. 6 No. 2. Hal 46-54

Meilina, N.E., dan Aliya N.H., 2018, Review Artikel : Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit
Buah Manggis (Garnicia mangostana L) Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat.
Farmaka Vol. 16 (2)

Patel S., Shah N. 2015. A Review on herbal drugs acting against acne vulgaris. Journal of
Pharmaceutical Science and Bioscientific Research. 5(2): 165-171

Putri, Z. F. (2010). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.)
terhadap Propionibacterium acne dan Staphylococcus aureus multiresisten. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

46
Prayoga, E. 2013. Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L) Dengan
Metode Difusi Disk dan Sumuran Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus. Tesis. 1-33. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Prasetyo., dan Entang I., 2013. Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-obatan (Bahan
Simplisia). Cetakan Pertama. Badan Penerbitan Fakultas Pertanian UNIB. 2013

Radji, M. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran.
Jakarta: EGC.

Rambiko, S.C., Fatimawali., dan Widdhi B. 2016. Uji Sensitivitas Bakteri Penyebab Infeksi
Nosokomial Saluran Kemih Akibat Penggunaan Kateter Terhadap Antibiotik
Ampicilin, Amoxicilin dan Ciprofloxacin Di Rsup Prof. Dr. R.D Kandou Manado,
Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol.5 (1)

Rahmianna, A.A. dan Joko Purnomo. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Polong Kacang Tanah
Berasal Dari Beberapa Kualitas Fisik Benih Dengan atau Tanpa Aplikasi Pestisida
Sebagai Seed Treatment. Hlm 211-216 Dalam Y. Wahyu et al., (Eds). Pros. Seminar
Nasional Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia

Saputra, Lyndon. 2014. Buku Saku Keperawatan Pasien dengan Gangguan Fungsi
Kardiovaskuler. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher.

Saragih, D. F., Hendri Opod, dan Cicilia Pali. 2016. Hubungan Tingkat Kepercayaan Diri dan
Jerawat (Acne vulgaris) pada Siswa-Siswi Kelas XII di SMA Negeri 1 Manado.
Jurnal e-Biomedik (eBm).

Saraswati, F. N. 2015. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol 96% Limbah Kulit Pisang
Kepok Kuning (Musa balbisiana) Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat
(Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acne)
(Bachelor's thesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan.

Suryana, S., Yen Yen Ade Nuraeni, dan Tina Rostinawati. 2017. Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol dari Lima Tanaman Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis dengan
Metode Mikrodilusi M7-A6CLSI. IJPST. 4(1) : 1-9

Tristanti, I., Fatimawali., dan Widdhi, B., 2013, Uji Efek Hepatoprotektor Ekstrak Etanol
Daun Benalu Langsat (Dendrophthoe petandra (L.) Miq.) terhadap Kadar

47
Malondialdehid (Mda) pada Hati Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diinduksi
Karbon Tetraklorida (CCl4), Pharmacon,Vol. 2(3).

Trustinah. 2015. Morfologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah. Balitkabi 40-59.

Vivi endrawati. 2019. Skirining Fitokimia dan Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Umbi
Gadung (Dioscorea hispida dennst) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Skripsi. Program Studi Farmasi. STIKES Mandala Waluya :
Kendari

Venny febriani Hermawan. 2018. Formulasi dan Uji Aktivitas Sediaan Gel Ekstrak Daun
Pucuk Merah (Syzigium myrtifolium Walp) Terhadap Bakteri Propianibacterium
acne dan staphylococcus epidermidis. Skripsi. Program Studi Farmasi. STIKES
Mandala Waluya : Kendari

Zaenglein A., Pathy A., Schlosser B., Alikhan A., Baldwin H., Berson D., Bowe W., Graber E.
2016. Guidelines of care for the management of acne vulgaris. Journal of American
Academy of Dematologi. 74(5): 945-965

48
LAMPIRAN

49
Lampiran 1. Skema Kerja Ekstraksi dan Uji Fitokimia

Kulit kacang tanah

1. Dicabut kacang tanah


2. Dicuci
3. Dirajang
4. Diangin-anginkan

Maserasi kulit kacang tanah

1. Kulit kacang tanah 500 gram


2. Dimasukan dalam wadah maserasi
3. Ditambahkan etanol 96% sebanyak 6000 mL
4. Didiamkan 1 x 24 jam selama 3 kali diiringi
penggantian pelarut yang sama
Ekstrak kulit kacang tanah

Rotavapor

Ekstrak kental kulit kacang tanah

50
Skrining Fitokimia

Identifikasi Identifikasi Identifikasi Identifikasi Identifikasi


alkaloid flavanoid triterpenoid saponin tanin

Lampiran 2. Skema Kerja Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Kacang Tanah

Ekstrak Kental Kulit Kacang Tanah


(Arachis hypogaea L)
BAB III METODE PENELITIAN

Metode Sumuran

P. acne S. epidermidis

Tidak ada daya Ada daya


Daya hambat
hambat hambat

51
Lampiran 3. Perhitungan penimbangan bahan

1. Rendemen ekstrak

bobot total ekstrak


Rendemen ekstrak = x 100 %
bobot simplisia kering

32,64 gram
Rendemen ekstrak = x 100 %
900 gram

Rendemen ekstrak = 3,62 %

2. Pembuatan medium NA
20
x 120 mL = 2,4 gr
1000

3. Pengenceran konsentrasi

Larutan induk 0,25 g ekstrak dilarutkan dalam 50 ml DMSO 5%

Larutan induk = 0,25 g = 250000 µg

250000 µg
= = 5000 µg/ml atau 5000 ppm
50 ml

300 ppm = V1 . N1 : V2 . N2

52
= V1 . 5000 : 10 ml . 300 µl

= 0,6 ml

Volume aquadest yang dibutuhkan 10 ml – 0,6 ml = 9,4 ml

Jadi, untuk membuat konsentrasi 300 ppm dibutuhkan 0,6 larutan induk yang akan

diencerkan dengan 9,4 ml aquadest

200 ppm = V1 . N1 : V2 . N2

= V1 . 5000 . N1 : 10 ml . 200 µl

= 0,4 ml

Volume aquadest yang dibutuhkan 10 ml – 0,4 ml = 9,6 ml

Jadi, untuk membuat konsentrasi 200 ppm dibutuhkan 0,4 larutan induk yang akan

diencerkan dengan 9,6 ml aquadest

100 ppm = V1 . N1 : V2 . N2

= V1 . 5000 : 10 ml . 100 µl

= 0,2 ml

Volume aquadest yang dibutuhkan 10 ml – 0,2 ml = 9,8 ml

Jadi, untuk membuat konsentrasi 100 ppm dibutuhkan 0,2 larutan induk yang akan

diencerkan dengan 9,8 ml aquadest

53
Lampiran.4 Pengambilan sampel hingga proses evaporator

Proses pengambilan kulit kacang tanah Proses pencucian kulit kacang


tanah tanah

54
Proses pembilasan kulit kacang tanah kulit kacang tanah tanah disimpan dalam
wadah kemudian kacang tanah di buka
kulitnya

Proses memblender kulit kacang tanah

hasil serbuk kulit kacang tanah Proses maserasi sampel kulit kacang tanah

55
Proses sesekali pengadukan pada Hasil dari maserasi kulit kacang
saat maserasi tanah

Pemekatan sampel menggunakan Hasil ekstrak dari alat evaporator


alat evaporator

Proses hair dryer ekstrak kulit kacang Hasil ekstrak kental kulit kacang
tanah tanah
56
Lampiran 5. Skrining fitokimia

1. Uji Alkaloid (+) 2. Uji Quinon (+) 3. Uji Tanin (+)

4. Uji Flavanoid (+) 5. Uji Saponin (+) 6. Uji Triterpenoid

57
Lampiran 6. Pengujian aktivitas antibakteri

Proses sterilisasi Penimbangan media NA

Pembuatan media NA Pembuatan larutan induk

58
Penyiapan larutan induk Larutan induk

Pembuatan suspense bakteri Pengujian aktivitas antibakteri

59
Inkubasi bakteri Propinobacterium acne dan Staphylococcus epidermidis

dengan suhu 370C selama 1×24 jam

Uji daya hambat ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L) pada bakteri

Propionibacterium acne

60
Uji daya hambat ekstrak etanol kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L) pada bakteri

Staphylococcus epidermidis

61
Lampiran 7. Hasil uji statistik

Bakteri Propionibacterium acne

Tests of Normalityb,c

Perlakuan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

konsentrasi 100 ppm .196 3 . .996 3 .878

konsentrasi 200 ppm .221 3 . .986 3 .775


Zonahambat
konsentrasi 300 ppm .331 3 . .866 3 .283

kontrol positif klindamisin .176 3 . 1.000 3 .978

a. Lilliefors Significance Correction


b. zonahambat is constant when perlakuan = kontrol negatif DMSO. It has been omitted.

c. zonahambat is constant when perlakuan = kontrol negatif aquadest. It has been omitted.

62
Test of Homogeneity of Variances

Zonahambat

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.847 5 12 .064

Descriptives
Zonahambat

N Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval for Minimum Maxim
Deviation Mean um

Lower Bound Upper Bound

konsentrasi 100 ppm 3 6.4000 2.70555 1.56205 -.3210 13.1210 3.60 9.00
konsentrasi 200 ppm 3 12.1667 4.17892 2.41270 1.7857 22.5477 8.30 16.60
konsentrasi 300 ppm 3 20.1667 3.38575 1.95477 11.7560 28.5773 16.30 22.60
kontrol positif klindamisin 3 34.0333 2.55016 1.47234 27.6984 40.3683 31.50 36.60
kontrol negatif DMSO 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00
kontrol negatif aquadest 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00
Total 18 12.1278 12.60218 2.97036 5.8609 18.3947 .00 36.60

63
ANOVA

Zonahambat

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 2614.356 5 522.871 73.385 .000

Within Groups 85.500 12 7.125

Total 2699.856 17

Multiple Comparisons

Dependent Variable: zonahambat


LSD

(I) perlakuan (J) perlakuan Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
(I-J) Lower Upper
Bound Bound

konsentrasi 200 ppm -5.76667 *


2.17945 .021 -10.5153 -1.0181

konsentrasi 300 ppm -13.76667* 2.17945 .000 -18.5153 -9.0181

konsentrasi 100 ppm kontrol positif klindamisin -27.63333 *


2.17945 .000 -32.3819 -22.8847

kontrol negatif DMSO 6.40000* 2.17945 .012 1.6514 11.1486

kontrol negatif aquadest 6.40000 *


2.17945 .012 1.6514 11.1486
konsentrasi 200 ppm konsentrasi 100 ppm 5.76667* 2.17945 .021 1.0181 10.5153
konsentrasi 300 ppm -8.00000 *
2.17945 .003 -12.7486 -3.2514

64
kontrol positif klindamisin -21.86667* 2.17945 .000 -26.6153 -17.1181
kontrol negatif DMSO 12.16667 *
2.17945 .000 7.4181 16.9153
kontrol negatif aquadest 12.16667 *
2.17945 .000 7.4181 16.9153
konsentrasi 100 ppm 13.76667* 2.17945 .000 9.0181 18.5153
konsentrasi 200 ppm 8.00000 *
2.17945 .003 3.2514 12.7486
konsentrasi 300 ppm kontrol positif klindamisin -13.86667 *
2.17945 .000 -18.6153 -9.1181
kontrol negatif DMSO 20.16667 *
2.17945 .000 15.4181 24.9153
kontrol negatif aquadest 20.16667 *
2.17945 .000 15.4181 24.9153
konsentrasi 100 ppm 27.63333 *
2.17945 .000 22.8847 32.3819
konsentrasi 200 ppm 21.86667 *
2.17945 .000 17.1181 26.6153
kontrol positif
konsentrasi 300 ppm 13.86667 *
2.17945 .000 9.1181 18.6153
klindamisin
kontrol negatif DMSO 34.03333 *
2.17945 .000 29.2847 38.7819
kontrol negatif aquadest 34.03333 *
2.17945 .000 29.2847 38.7819
konsentrasi 100 ppm -6.40000 *
2.17945 .012 -11.1486 -1.6514
konsentrasi 200 ppm -12.16667 *
2.17945 .000 -16.9153 -7.4181
kontrol negatif DMSO konsentrasi 300 ppm -20.16667 *
2.17945 .000 -24.9153 -15.4181
kontrol positif klindamisin -34.03333 *
2.17945 .000 -38.7819 -29.2847
kontrol negatif aquadest .00000 2.17945 1.000 -4.7486 4.7486
konsentrasi 100 ppm -6.40000 *
2.17945 .012 -11.1486 -1.6514

konsentrasi 200 ppm -12.16667* 2.17945 .000 -16.9153 -7.4181


kontrol negatif
konsentrasi 300 ppm -20.16667 *
2.17945 .000 -24.9153 -15.4181
aquadest
kontrol positif klindamisin -34.03333* 2.17945 .000 -38.7819 -29.2847

kontrol negatif DMSO .00000 2.17945 1.000 -4.7486 4.7486

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.


Bakteri Staphylococcus epidermidis
Tests of Normalityb,c

Perlakuan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

konsentrasi 100 ppm .235 3 . .978 3 .714

konsentrasi 200 ppm .219 3 . .987 3 .780


Zonahambat
konsentrasi 300 ppm .211 3 . .991 3 .817

kontrol positif klindamisin .229 3 . .981 3 .739

a. Lilliefors Significance Correction


b. zonahambat is constant when perlakuan = kontrol negatif DMSO. It has been omitted.
c. zonahambat is constant when perlakuan = kontrol negatif aguadest. It has been omitted.

Test of Homogeneity of Variances


Zonahambat

65
Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.515 5 12 .089

Descriptives

Zonahambat

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Minimum Maximum
Mean

Lower Bound Upper Bound

konsentrasi 100 ppm 3 9.2000 2.32594 1.34288 3.4220 14.9780 6.70 11.30
konsentrasi 200 ppm 3 11.9667 2.51661 1.45297 5.7151 18.2183 9.30 14.30
konsentrasi 300 ppm 3 15.4333 3.01386 1.74005 7.9465 22.9202 12.60 18.60
kontrol positif klindamisin 3 28.2000 3.17962 1.83576 20.3014 36.0986 25.30 31.60
kontrol negatif DMSO 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00
kontrol negatif aguadest 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00
Total 18 10.8000 10.13486 2.38881 5.7601 15.8399 .00 31.60

ANOVA

Zonahambat

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 1684.287 5 336.857 65.332 .000

Within Groups 61.873 12 5.156

Total 1746.160 17

Multiple Comparisons
Dependent Variable: zonahambat
LSD

(I) perlakuan (J) perlakuan Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I-J) Lower Bound Upper
Bound

konsentrasi 200 ppm -2.76667 1.85402 .161 -6.8062 1.2729

konsentrasi 300 ppm -6.23333* 1.85402 .006 -10.2729 -2.1938

konsentrasi 100 ppm kontrol positif klindamisin -19.00000 *


1.85402 .000 -23.0396 -14.9604

kontrol negatif DMSO 9.20000* 1.85402 .000 5.1604 13.2396

kontrol negatif aguadest 9.20000 *


1.85402 .000 5.1604 13.2396

66
konsentrasi 100 ppm 2.76667 1.85402 .161 -1.2729 6.8062
konsentrasi 300 ppm -3.46667 1.85402 .086 -7.5062 .5729
konsentrasi 200 ppm kontrol positif klindamisin -16.23333*
1.85402 .000 -20.2729 -12.1938
kontrol negatif DMSO 11.96667 *
1.85402 .000 7.9271 16.0062
kontrol negatif aguadest 11.96667 *
1.85402 .000 7.9271 16.0062
konsentrasi 100 ppm 6.23333 *
1.85402 .006 2.1938 10.2729
konsentrasi 200 ppm 3.46667 1.85402 .086 -.5729 7.5062
konsentrasi 300 ppm kontrol positif klindamisin -12.76667*
1.85402 .000 -16.8062 -8.7271
kontrol negatif DMSO 15.43333 *
1.85402 .000 11.3938 19.4729
kontrol negatif aguadest 15.43333 *
1.85402 .000 11.3938 19.4729
konsentrasi 100 ppm 19.00000 *
1.85402 .000 14.9604 23.0396
konsentrasi 200 ppm 16.23333 *
1.85402 .000 12.1938 20.2729
kontrol positif
konsentrasi 300 ppm 12.76667 *
1.85402 .000 8.7271 16.8062
klindamisin
kontrol negatif DMSO 28.20000 *
1.85402 .000 24.1604 32.2396
kontrol negatif aguadest 28.20000 *
1.85402 .000 24.1604 32.2396
konsentrasi 100 ppm -9.20000*
1.85402 .000 -13.2396 -5.1604
konsentrasi 200 ppm -11.96667*
1.85402 .000 -16.0062 -7.9271
kontrol negatif DMSO konsentrasi 300 ppm -15.43333*
1.85402 .000 -19.4729 -11.3938
kontrol positif klindamisin -28.20000*
1.85402 .000 -32.2396 -24.1604
kontrol negatif aguadest .00000 1.85402 1.000 -4.0396 4.0396
konsentrasi 100 ppm -9.20000*
1.85402 .000 -13.2396 -5.1604

konsentrasi 200 ppm -11.96667* 1.85402 .000 -16.0062 -7.9271


kontrol negatif
konsentrasi 300 ppm -15.43333*
1.85402 .000 -19.4729 -11.3938
aguadest
kontrol positif klindamisin -28.20000* 1.85402 .000 -32.2396 -24.1604

kontrol negatif DMSO .00000 1.85402 1.000 -4.0396 4.0396

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

67

Anda mungkin juga menyukai