Anda di halaman 1dari 90

HASIL PENELITIAN

“UJI AKTIVITAS DEKOKTA BATANG ENAU (Arenga


pinnata Merr ) SEBAGAI ANTIDIABETES PADA
MENCIT (Mus muscullus) DENGAN METODE
TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL”

OLEH :

WAWAN SUDIRA
F201601066

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANMANDALA WALUYA
KENDARI
2020

1
LEMBAR PERSETUJUAN HASIL

Hasil penelitian ini telah kami setujui untuk diajukan pada Seminar Hasil Program
Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari dalam rangka
penyempurnaan penulisan.

Kendari, September 2020

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

AptMus Ifaya,S.Farm.,M.Si Apt Jastria Pusmarani,S.Farm.,M.Sc


NIDN : 09 09098802 NIDN : 09 2007 9001

Mengetahui,
Ketua Program StudiFarmasi

Apt Wa Ode Yuliastri, S.Farm., M.Si

NIDN : 09 2007 8202

2
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata‘ala


yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan Hasill Penelitian yang berjudul “Uji Aktivitas Dekokta Batang
Enau (Arenga pinnataMerr) Sebagai Antidiabetes Pada Mencit (Mus muscullus)
Dengan Metode Tes Toleransi Glukosa Oral” guna memenuhi salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ilmu Farmasi
STIKES-MW Kendari.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan hasill penelitian inimasih
jauh dari kata sempurna oleh karenaitu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun untuk meningkatkan mutu dari penulisan proposal penelitian ini sangat
penulis harapkan.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa pula menghaturkan rasa terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Ibu Apt Mus Ifaya, S.Farm., M.Si selaku
Pembimbing I dan kepada Ibu Apt Jastria Pusmarani, S.Farm.,M.Sc selaku
Pembimbing II atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan dalam
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun hasill penelitian ini.
Demikian Hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak
dan terutama kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di STIKES-MW
Kendari.

Kendari, September 2020

Penyusun

3
DAFTAR ISI
HASIL PENELITIAN 1
LEMBAR PERSETUJUAN HASIL 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR TABEL 6
DAFTAR GAMBAR7
DAFTAR LAMPIRAN 8
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN 9
BAB I 10
PENDAHULUAN 10
A. LatarBelakang...................................................................................................10
B. Rumusan Masalah.............................................................................................13
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................14
D. Manfaat Penelitian............................................................................................14
E. Kebaruan Penelitian..........................................................................................14
BAB II TINJAUAN PUSATAKA 17
A. Tanaman Enau (Arenga piñnata Merr)............................................................17
C. Mencit (Mus muscullus)...................................................................................25
D. Skrining Fitokimia..............................................................................................26
E. Diabetes mellitus..............................................................................................27
F. Obat Diabetes mellitus......................................................................................28
G. Tes Toleransi Glokosa Oral (TTGO)................................................................31
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN 32
A. Dasar PikirPenelitian...........................................................................................32
B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian....................................................................33
C. Variabel Penelitian..............................................................................................33
D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif.......................................................33

4
E. Hipotesis...........................................................................................................34
BAB IV METODE PENELITIAN 36
A. Jenis dan Desain Penelitian..............................................................................36
B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................36
C. Populasi dan Sampel.........................................................................................36
D. Alat dan Bahan Penelitian................................................................................37
E. Prosedur Penelitian...........................................................................................37
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 44
A. Hasil Penelitian.................................................................................................44
B. Pembahasan......................................................................................................49
BAB VI PENUTUP 54
A. Kesimpulan.......................................................................................................54
B. Saran.................................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 58

5
DAFTAR TABEL
1. Kebaruan Penelitian………………………………………………………..……...16

2. Tabel Desain Penelitian…...……………………….………………………….…..35

2. Tabel Hasil Pengamatan…...………………………………………………….…..44

3. Skrining Fitokimia…………………………………………………………….…..45

4. Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Gula Darah………………………………...…46

5. Analisis Pengukuran Kadar Gula Darah………………….……………………….49

6
DAFTAR GAMBAR
1. Tanaman Enau…………………………………………………………………….23
2. Bagan Kerangka Konsep Penelitian………………………………………………34
4. Persen Penurunan Gula Darah……………………………………………….……46
5. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah ……………………………………….……47
6. Hasil Pengukuran Rata-rata KGDP dan KGDSIG………………………………..48

7
DAFTAR LAMPIRAN
1. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak………………………………………………….61
2. Skema Kerja Pengujian Antidiabetes……..………………………………………62
3. Dokumentasi ……………………………………………………………………...63
4. Perlakuan Hewan Uji..……………………………………………….……………66
5.Perhitungan Dosis…………………………………………………………...……..70
6. Hasil Analisis SPSS …………………………………………………………...….75

8
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
No. Singkatan Arti

1. Β Beta

2. BB Berat Badan

3. Cm Centimeter

4. Dl Desiliter

5. DM Diabetes Mellitus

6. DNA Deoxyribo Nucleic Acid

7. KED Kontrol Ekstra Dekokta

8. SIG Setelah Induksi Glukosa

9. Gr Gram

10. IV Intravena

11. kg Kilogram

12. KGDP Kadar Gula Darah Puasa

13. KGDSIG Kadar Gula Darah Setelah Induksi


Glukosa

14. mg Miligram

15. ml Mililiter

16. Mm Milimeter

17. Na CMC Natriun Carboxymetyl Cellulosa

18. U Unit

9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus adalah kompleks, penyakit kronis yang membutuhkan

perawatan medis terus menerus dengan strategi pengurangan risiko multifaktorial

luar kendali glikemik American Diabetes Associaton (ADA, 2019).

Diabetes mellitus adalah Sebuah kondisi yang timbul dari ketidakmampuan

pankreas untuk memproduksi insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat

secara efektif menggunakan insulin yang menghasilkan. Ketiga bentuk yang

paling umum dari diabetes tipe 1, tipe 2 dan gestational International Diabetes

Federation (IDF, 2019).

Prevalensi diabetes mellitus terus meningkat di seluruh dunia, Indonesia

merupakan Negara yang menduduki peringkat ke-6di dunia yang menyebabkan

kematian bagi penderitanya, dengan jumlah penderita DM terbanyak di dunia

setelah china (114,4 juta jiwa), India (72,9 juta jiwa), Amerika Serikat (30,2 juta

jiwa), Brazil(12,5 juta jiwa), dan Mexico (12 juta kiwa). Terdapat sekitar 10,3

juta jiwa penduduk di Indonesia menderita diabetes. Di perkirakan prevalensi

penderita DM di Indonesia akan meningkat mencapai 16,7 juta jiwa pada tahun

2045 International Diabetes Federation (IDF, 2019).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa

secara nasional, prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada rentang usia

55-64 tahun menempati posisi tertinggi sebesar 6,3%, disusul usia 65-74 tahun

10
sebesar 6,0%. Prevalensi nasional DM berdasarkan hasil pengukuran kadar gula

darah pada penduduk umur ≥ 15 tahun yang bertempat tinggal di perkotaan

adalah 10,6% (Kementerian Kesehatan, 2018).

Diabetes Melitus Tipe 2 diperkirakan mencapai prevalensi global sekitar

9% pada orang dewasa yang berusia kurang lebih 18 tahun pada tahun 2014.

Lebih dari 80% kematian DM terjadi pada berpenghasilan rendah dan Negara

menengah. Jumlah pasien DM di dunia pada tahun 2000 sebanyak 171 juta jiwa

dan di perkirakan akan meningkat pada tahun 2030 menjadi 366 juta jiwa serta

menjadi 7 penyebab kematian di dunia (WHO, 2012). DEPKES RI tahun 2009

mengatakan bahwa hampir 80% prevalensi DM adalah penyakit DM tipe 2

indonesia merupakan Negara urutan ke empat dengan prevalensi penyakit DM

tertinggi di bawah China, Amerika Serikat, dan India (Simatupang et al., 2013).

Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya

bangsa dan banyak dimanfaatkan masyarakat sejak berabad-abad yang lalu,

namun demikian pada umumnya efektivitas dan keamanannya belum sepenuhnya

didukung oleh penelitian yang memadai. Mengingat hal tersebut dan menyadari

bahwa Indonesia sebagai megacenter tanaman obat di dunia, sumber daya alam

bahan obat dan obat tradisional merupakan aset nasional yang perlu terus digali,

diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya (Depkes, 2007) .

Berdasarkan studi literatur belum banyak penelitian yang meneliti tentang

aktivitas farmakologi dari Batang Enau. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan

penelitian tentang aktivitas Antidiabetes sebagai upaya untuk mengali,

11
mengembangkan, mengoptimalkan pemanfaatan batang enau sebagai bahan obat

tradisional. Tanaman enau (Arenga pinnata Merr) merupakan tanaman khas

Sulawesi Tenggara sehingga perlu di galih kembali untuk pengujian antidiabetes

terhadap batang enau (Arenga pinnata Merr). Berdasarkan penelitian

sebelumnya, untuk bagian batang enau (Arenga pinnata Merr) belum di teliti

untuk pengujian antidiabetes melainkan gula dari batang enau tersebut, sehingga

perlu dilakukan kembali pengujian antidiabetes pada bagian batang enau, salah

satu factor yang mendukung untuk dilakukan penelitian ini adalah untuk bagian

akar enau mengandung senyawa Flavonoid, Flavonoid yang terkandung dalam

tumbuhan diduga juga dapat memperbaiki cara kerja reseptor insulin, sehingga

memberikan efek yang menguntungkan pada keadaan diabetes mellitus (Fadiah

et al., 2016).

Tanaman enau (Arenga pinnata Merr) memiliki kandungan kimia yakni

ekstrak akar enau mengandung senyawa metabolit sekunder, yaitu flavonoid,

alkaloid, steroid/triterpenoid, tanin, saponin, terpenoid. Flavonoid dalam suatu

tanaman berperan secara signifikan meningkatkan aktivitas enzim antioksidan

dan mampu meregenerasi sel-sel beta pankreas yang rusak sehingga defisiensi

insulin dapat diatasi (Zainudin et al., 2015).

Manfaat batang enau (Arenga piñnata Merr) pohon enau (Arenga piñnata

Merr) adalah salah satu jenis tumbuhan palma yang memproduksi buah, nira dan

pati atau tepung dalam batang (Lempang, 2012).

12
Alasan penggunaanTTGO adalah memiliki kelebihan yaitu dapat

menyimpulkan suatu data mengenai resiko seseorang memiliki diabetes atau

sudah memiliki diabetes melitus. Apabila kadar glukosa darah melebihi normal

tetapi tidak cukup tinggi untuk disebut diabetes maka keadaan ini disebut dengan

pre-diabetes. Pre-diabetes merupakan sebuah kondisi yang bisa menjadi penyakit

diabetes melitus tipe 2.

Alasan digunakan kontrol induksi dalam penelitian ini adalah untuk

membandingkan antara kontrol induksi dengan ekstrak dekokta batang enau

(Arenga pinnata Merr).

Dekokta merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi

simplisia nabati dengan proses pemanasan pada suhu 90 0C pada waktu lebih

lama (30 menit). Hal ini dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa yang

lebih banyak dalam sari (Farmakope edisi IV).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah ekstrak dekokta batang enau (Arenga pinnata Merr) menurunkan

kadar glukosa darah mencit (Mus muscullus) yang diinduksi Tes Toleransi

Glukosa Oral?

2. Apakah dosis 10 20 30 ekstrak dekokta batang enau (Arenga piñnata Merr)

efektif menurunkan kadar gula darah pada mencit?

13
3. Senyawa metabolit sekunder apa yang terkandung dalam tanaman batang enau

(Arenga piñnata Merr).

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu :

1. untuk mengetahui aktivitas ekstrak dekokta batang enau (Arenga pinnata

Merr) pada mencit (Mus muscullus) dalam menurunkan kadar glukosa

darah.

2. Mengetahui dosis ekstrak dekokta batang enau (Arenga pinnata Merr) yang

efektif terhadap penurunan kadar gula darah.

3. mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman

batang enau (Arenga piñata Merr).

D. Manfaat Penelitian

Adapuan manfaat peneltian ini :

1. Menemukan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai penurunan kadar

Glukosa darah.

2. Meningkatkan kredibilitas institusi prodi Farmasi STIKES Mandala Waluya

sebagai pemanfaatan Tanaman Bahan Alam Lokal.

3. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam keilmuan terkhusus dalam

farmakologi.

14
E. Kebaruan Penelitian
Berdasarkan kajian literatur, penelitian tentang Uji Aktivitas Dekokta

Batang Enau (Arenga pinnata Merr) Pada Hewan Coba Mencit (Mus muscullus)

dengan metode Tes Toleransi Glukosa Oral. Berdasarkan pernah dilakukan

sebelumnya. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah :

Tabel 1. Kebaruan Penelitian


No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan

1 Ahmad Uji aktivitas Metode Sampel yang


naufal et al., antidiabetes infusa ekstraksi yang digunakan
2018 kulitbatang kayu sama. berbeda,
manis (Cinnamomun pengujian
Burmanii) pada berbeda,
mencit jantan putih penginduksi
secara in vivo berbeda
2 Mira Pengaruh pemberian Metode Sampel yang
febrinaet infusa daun kersen ekstraksi sama, digunakan
al., 2019 (Muntingi acalabura penginduksi berbeda
L.) terhadap kadar sama, hewan
glukosa darah mencit coba sama
putih (Mus musculus)
yang diberi beban
glukosa
3 Agusprasety Uji aktivitas infusa Metode Sampel yang
a, 2018 dan ekstrak etanol ekstraksi sama. digunakan
daun manggis berbeda,
(Garcinia metodei nduksi
mangostanaL) berbeda,
terhadap penurunan hewan coba
kadar glukosa darah berbeda
pada tikus yang
diinduksi aloksan”
4 Chaiyatul, Efek infusea daun Metode Sampel yang
2013 sirsak (Annona induksi sama, digunakan
muricata L) terhadap metode berbeda,
kadar gula darah tikus ekstraksisama hewan coba
(Rattus novergicus) berbeda
jantan galurwistar

15
yang dibebani glukosa
5 Sri et al., Uji Aktivitas Metode Sampel yang
2019 Antidiabetes Infusa induksi sama, digunakan
Daun Kemuning metode berbeda.
(Murraya Paniculata ekstraksi sama,
L Jack.) Pada Mencit hewan coba
PutihJ antan Yang sama
Diinduksi Glukosa

BAB II
TINJAUAN PUSATAKA

A. Tanaman Enau (Arenga piñnata Merr)

1. Klasifikasi Tanaman

16
Klasifikasi tanaman Enau (Arenga piñnata Merr) (Effendyet al.,2013)

Regnum : Plantae

Sub regnum :Tracheobionta

Division : Magnoliophyta

Classis : Liliopsida

Ordo : Arcales

Family : Arecaceae

Genus : Arenga

Spesies : Arenga piñnata Merr

2. Deskripsi Tanaman

Enau merupakan pohon berbentuk tegak, warna hijau kecoklatan,

berupa roset batang dan berpelepah. Ketinggian tanaman bisa mencapai 25

meter. Batangnya tidak berduri, tidak bercabang, diameter dapat mencapai

65 cm. tanaman ini memiliki daun majemuk dengan panjang 5 meter.

Tangkai daunnya mencapai 1,5 m, panjang helaian daun 1,45cm, dan lebar

7cm. (Effendy et al., 2013). m, panjang helaian daun 1,45cm, dan lebar 7

cm. (Effendyet al., 2013).

3. Morfologi

Pada dasarnya, mulai dari akar, batang, dan daun tanaman aren hampir

sama dengan kelapa. Morfologi tanaman enau (Arenga piñata) adalah:

a. Akar (radix)

17
Akar Familia Arecaceae adalah akar serabut kaku keras dan cukup

besar seperti tambang (Garsinia et al., 2008 ).

b. Batang (caulis)

Palmae berbatang tunggal dan tingginya bisa mencapai 30 m yang

batangnya kokoh ramping. Merupakan tumbuhan monokotil atau

berkeping satu yang berbatang tunggal. Tinggi pohon bisa mencapai 30

m yang batangnya kokoh ramping memanjat. Tinggi batanggnya (caulis)

sangat beragam dan ada yang mencapai 100 meter. Berdasarkan tinggi

batang, famili Arecaceae dapat digolongkan berupa pohon tinggi lebih

dari 10 meter, pohon sedang (2-10 meter) maupun kurang dari 2 meter.

Batang famili Arecaceae ada yang tumbuh tegak ada pula yang

merambat pada pohon lain sebagai liana, bentuk yang seperti ini

terutama dari spesies-spesies Hypaena dan Dypsis (Shukla, 2002).

c. Daun (folium)

Daun-daunnya bertulang menyirip (penninervis) atau bentuknya seperti

kipas, dengan pelepah daun (vagina) atau tangkai daun (petiolus) yang

melebar. Familia Arecaceae umumnya berdaun majemuk. Daun palmately

dan pinnately, membentuk tajuk dari batang kokoh yang tidak bercabang,

dasar petiole luas, berpelepah dan berserat (Bandini, 1996).

d. Bunga (flos)

Perbungaan berupa tandan bunga bercabang, menggantung dengan

panjang mencapai 60 cm atau lebih. Tandan bunga tumbuh pada daerah

18
bekas pelepah daun. Perbungaan dimulai dari pucuk, selanjutnya secara

berturut-turut menyusul pada bagian bawah. Biasanya 2-5 bunga pertama

betina, sedangkan rangkaian bunga pada bagian bawah adalah bunga

jantan. Bunga jantan berwarna kecoklatan, berbentuk bulat telur

memanjang, daun bunga tiga, dan kelopak bunga tiga helai. Bunga betina

warna kehijauan dengan mahkota bunga segitiga beruas-ruas dan bakal

buah memiliki ruang tiga dan putik tiga. Tandan bunga betina aren hanya

menghasilkan sedikit nira, oleh sebab itu tidak disadap dan dibiarkan

tumbuh dan membentuk buah (Lasut, 2012).

e. Buah (fructus)

Buah enau (Arenga piñata) merupakan buah buni (bacca) atau buah

batu (drupa), kadang-kadang tiap-tiap daun buah tumbuh terpisah

menjadi sebuah yang berbiji satu. Buah berry, drupe atau nut, biji

dengan embrio kecil dan endosperm Biji aren berada dalam buah yang

masih belum Kulit luar, halus berwarna hijau pada waktu masih muda,

dan menjadi kuning setelah tua (masak). terlalu matang. Biji aren

mempunyai tekstur yang lembek dan berwarna bening, kulitnya

berwarna kuning dan tipis, dan berbentuk bulat atau lonjong. Biji muda

ini dikenal dengan nama kolang kaling (Effendy et al., 2013).

19
Gambar 1. Tanamanenau (Arenga piñata Merr) (Lempang, 2012)

4. Kandungan Kimia Enau(Arenga piñnata Merr)

Enau memiliki kandungan kimia kimia yang berguna dan dapat

dimanfaatkan oleh tubuh. Ekstrak akar enau mengandung senyawa metabolit

sekunder yaitu Flavanoid, Alkaloid, Steroid/triterpenoid, Tanin, dan Saponin

(Zainudin et al., 2015). Buah aren juga dapat menjaga tubuh tetap sehat

kandungan gizi bermanfaat bagi kesehatan dan bisa memulihkan stamina dan

kebugaran badan, buah enau kaya akan kandungan mineral seperti

potassium, iron kalsium bisa menyegarkan tubuh serta memperlancar

metabolism tubuh buah ini mengandung senyawa hidrokoloid (Julianto,

2014).

5. Khasiat Tanaman

20
Manfaat batang pohon enau (Arenga piñnata Merr) pohon aren adalah

salah satu jenis tumbuhan palma yang memproduksi buah, nira dan pati atau

tepung dalam batang (Lempang, 2012).

Flavonoid dalam suatu tanaman berperan secara signifikan

meningkatkan aktivitas enzim antioksidan dan mampu meregenerasi sel-sel

beta pankreas yang rusak sehingga defisiensi insulin dapat diatasi. Flavonoid

yang terkandung dalam tumbuhan diduga juga dapat memperbaiki cara kerja

reseptor insulin, sehingga memberikan efek yang menguntungkan pada

keadaan diabetes mellitus (Fadiah et al., 2016).

Daging buah enau yang masih muda mengandung lendir yang sangat

gatal jika mengenai kulit, karena lendir ini mengandung asam oksalat. Tiap

untaian buah panjangnya mencapai 1,5-1,8 m, dan tiap tongkol (tanda buah)

terdapat 40-50 untaian buah. Tiap tandan terdapat banyak buah, beratnya

mencapai 1-2,5 kuintal. Buah yang setengah masak dapat digunakan untuk

campuran minuman. Pada satu pohon aren sering didapati 2-5 tandan buah

yang tumbuhnya serempak.

B. Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif

tersebut terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian

pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu

21
dalam mengekstraksinya sedangkan ekstrak merupakan sediaan sari pekat

tumbuh-tumbuhan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-

masing bahan obat, menggunakan menstruum yang cocok, uapkan semua atau

hampir semua dari pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk

ditetapkan standarnya (Doughari, 2012).

Ekstraksi memiliki tujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada

bahan alam yang didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat

kedalam pelarut dengan cara difusi. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh

dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut

diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995).

1. Cara Dingin

Metode ekstraksi dengan cara dingin merupakan metode penarikan

zat aktif dari suatu simplisia pada temperatur ruangan. Beberapa metode

ekstraksi cara dingin diantaranya:

a. Meserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi dari simplisia dengan

menggunakan pelarut selama beberapa waktu disertai dengan beberapa

kali pengadukan pada temperatur kamar/ruangan dan dalam bejana

tertutup rapat. Kemudian simplisia dituangi dengan pelarut hingga

simplisia terendam sempurna.Maserasi dibedakan atas dua, yaitu maserasi

22
kinetik yang merupakan maserasi dengan disertai pengadukan yang terus

menerus atau kontinyu dan remaserasi yang merupakan maserasi yang

dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan

penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Dengan cara tersebut,

diharapkan zat-zat berkhasiat dapat terekstrak dengan sempurna. Maserasi

digunakan untuk mengekstraksi zat-zat yang tidak tahan terhadap

pemanasan (Harbone, 1987; Depkes RI, 2000). Proses pengekstrakan

simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan

atau pengadukan pada temperature ruangan disebut maserasi (Tiwari et

al., 2011).

b. Perkolasi

Perkolasi merupakan proses ekstraksi pada suhu ruangan yang

dimana proses ekstraksi dilakukan dengan cara pelarut yang digunakan

dalam proses ekstraksi mengaliri simplisia secara terus menerus sampai

diperoleh ekstrak atau juga disebut sebagai hasil perkolat (Tiwari et al.,

2011).

2. Cara Panas

Metode ekstraksi dengan cara panas merupakan metode penarikan zat

aktif dari suatu simplisia dengan menggunakan pemanasan atau pada

temperatur tinggi. Beberapa metode ekstraksi cara panas diantaranya.

a. Refluks

23
Refluks merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada

temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut

terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai

3-5 kali hingga didapatkan hasil ekstraksi yang sempurna (Tiwari et

al., 2011).

b. Soxhlet

Soxhlet merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut yang

selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga

terjadi proses ekstraksi secara kontinu dengan jumlah pelarut relatif

konstan dengan adanya pendinginan balik (Tiwari et al., 2011).

c. Digesti

Digesti merupakan proses ekstraksi yang mirip dengan proses

maserasi yang disertai dengan pengadukan secara kontinu pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruang, yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50oC (Tiwari et al., 2011).

d. Infusa

Infusa merupakan proses ekstraksi dengan pelarut air yang

dilakukan pada bejana infusa tercelup dalam penangan air mendidih,

temperatur yang digunakan terukur 96-98oC selama waktu tertentu

(15-20 menit) (Tiwari et al., 2011).

e. Dekok

24
Dekok merupakan sediaan cair yang dibuat dengan

mengekstraksi simplisia nabati dengan proses pemanasan pada suhu

900C pada waktu lebih lama (30 menit). Hal ini dilakukan untuk

memperoleh kandungan senyawa yang lebih banyak dalam sari

(Farmakope edisi IV).

C. Mencit (Mus muscullus)

Mencit sering digunakan dalam penelitian dengan pertimbangan hewan

tersebut memiliki beberapa keuntungan yaitu daur estrusnya teratur dan dapat

dideteksi, periode kebuntingannya relatif singkat, dan mempunyai anak yang

banyak serta terdapat keselarasan pertumbuhan dengan kondisi manusia.

Klasifikasimencit (Mus muscullus) adalahsebagaiberikut (Akbar, 2010).

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata Temperatur tubuh mencit

Class : Mammalia mencapai 360C, suhu rectal mencit

Ordo : Rodentia 35-390C, lama hidup 1-3 tahun,

Family : Muridae umur dewasa 95 hari, lama

Genus : Muss bunting 19-21 hari, siklus kelamin

Species : Mus muscullus poliestrus, berat dewasa jantan 20-

40gr, betina 18-35gr, berat lahir 0,5-1gr, tekanan darah Systolik 133-160mmHg,

Diastolik 102-110mmHg, frekuensi respirasi 163 menit.

25
Mencit (Mus musculus) memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh kecil,

berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari. Kondisi ruang untuk

pemeliharaan mencit (Mus musculus) harus senantiasa bersih, kering dan jauh

dari kebisingan. Suhu ruang pemeliharaan juga harus dijaga kisarannya antara

18-19ºC serta kelembaban udara antara 30-70%. Mencit betina dewasa dengan

umur 35-60 hari memiliki berat badan 18-35 g. Lama hidupnya 1-2 tahun, dapat

mencapai 3 tahun. Masa reproduksi mencit betina berlangsung 1,5 tahun. Mencit

betina ataupun jantan dapat dikawinkan pada umur 8 minggu. Lama kebuntingan

19-20 hari. Jumlah anak mencit rata-rata 6-15 ekor dengan berat lahir antara 0,5-

1,5 g.

D. Skrining Fitokimia

a. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder memiliki atom nitrogen,

yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan dan hewan sebagian besar

senyawa alkaloid bersumber dari tumbuh-tumbuhan terutama angiosperm.

Lebih dari 20% spesies angiosperm mengandung alkaloid (Wink, 2008).

b. Flavonoid

Flavonoid merupakan golongan senyawa fenol alam terbesar dalam

tanaman, dan tersusun oleh 15 atom karbon sebagai inti dasarnya. Tersusun

dari konfigurai C6-C3-C6 yaitu 2 cincin aromatic dan dihubungkan oleh 3

atom karbon yang tidak dapat membentuk cincin ketiga (Imade, 2016).

26
c. Tannin

Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada tanaman dan disintesis oleh tanaman dan kelompok karboksil (aromatic

danalifatik) dari protein. Ikatan kuat antara tanin dan protein akan

berpengaruh terhadap kecernaan protein (Mueller, 2006).

E. Diabetes mellitus

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu gejala klinis yang ditandai dengan

peningkatan glukosa darah dalam plasma (hyprglikemia) (Ferri, 2015). DM tipe

2 adalah bentuk domonan diabetes seluruh dunia, jumlahnya sekitar 90% dari

kasus secara global (John, 2011). DM tipe 2 ini ditandai dengan resistensi

terhadap aksi insulin dan ketidak mampuan untuk memproduksi insulin yang

cukup (Walker et al., 2014).

Diabetes adalah kompleks, penyakit kronis yang membutuhkan perawatan

medis terus menerus dengan strategi pengurangan risiko multifaktorial luar

kendali glikemik American Diabetes Associaton (ADA, 2019).

Diabetes mellitus adalah Sebuah kondisi yang timbul dari

ketidakmampuan pankreas untuk memproduksi insulin yang cukup, atau ketika

tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang menghasilkan. Ketiga

bentuk yang paling umum dari diabetes tipe 1, tipe 2 dan gestational

International Diabetes Federation (IDF, 2019).

27
Adapun penyebab utama diabetes adalah factor lingkungan meliputi usia,

obesitas, resistensi insulin, makanan, aktivitas fisik, dan gaya hidup juga menjadi

penyebab Diabetes Melitus (Richardo et al., 2014).

F. Obat Diabetes mellitus

a. Glibenklamid

Glibenklamid atau biasa disebut gliburide merupakan obat diabetic oral

yang biasanya dibuat dalam bentuk tablet dengan bahan tunggal maupun

campuran. Analisis glibenklamid dalam farmasi dapat dilakukan dengan

beberapa cara diantaranya, HPLC, Spektro UV-VIS. Glibenklamid bekerja

dengan cara menstimulasi pengeluaran insulin dengan cara menghambat

penempelan reseptor sulfonil urea sel beta langhears dan akhirnya

menyebebkan tegangan pembukaan calcium chenel yang akhirnya terjadi

peningkatan kalsium sel b (Vijaya et al., 2014).

b. Obat antidiabetik oral

1. Golongan Sulfonilurea

Tolbutamid termasuk golongan sulfonilurea yang dapat merangsang

keluarnya insulin dari pancreas. Tolbutamid mengandung tidak kurang dari

98,0 % dan tidak lebih dari 101,0% (C12H18N2O3S), terhitung dari zat

28
yang telah dikeringkan. Pemerian dari tolbutamid adalah serbuk hablur

putih, tidak berbau, rasa agak pahit.Tolbutamid merupakan obat turunan

dari karbutamida, dengan menggantikan gugus-P amino dengan gugus

metil efek-efek sulfa dilenyapkan (Tjay dan Rahardja, 2010).

2. Golongan Inhibitor α-Glukosidase

Acarbose merupakan penghambat kompetitif alfa glucosidase usus

dan memodulasi pencernaan pasca prandial dan absorpsi zat tepung dan

disakarida.Akibat klinis pada hambatan enzim adalah untuk meminimalkan

pencernaan pada usus bagian atas dan menunda absorpsi zat tepung dan

disakarida yang masuk pada usus kecil bagian distal, sehingga menurunkan

glikemik setelah makan dan menciptakan suatu efek hemat insulin. Data

farmakokinetik acarbose adalah onset efek pertama kali muncul 0,5 jam,

waktu paruh (t1/2) 1-2 jam, durasi 4 jam (Tjay dan Rahardja, 2010).

3. Golongan Biguanid

Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin yang diproduksi oleh tubuh, tidak merangsang peningkatan

produksi insulin sehingga pemakaian tunggal tidak berakibat hipoglikemia.

Contoh obat golongan biguanid antara antara lain metformin (glucophage).

Golongan Meglitinid ,Obat ini dapat dikombinasikan dengan metformin

digunakan dalampengobatan Diabetes Mellitus Tipe 2 sebagai tambahan

terhadap diet dan olahraga untuk penderita yang hiperglikemiknya tidak

dapat dikontrol secara memuaskan dengan cara-cara tersebut. Contoh obat

29
dari golongan ini antara lain repaglinid (novonorm), nateglinid (starlix)

(Tjay dan Rahardja, 2010).

4. Golongan Thiazolidindion

Golongan ini dapat digunakan bersama sulfonilurea, insulin atau metformin

untuk memperbaiki kontrol glikemia. Contohnya antara lain pioglitazon

(actos), rosiglitazon (avandia) (Tjay dan Rahardja, 2002).

c. Insulin

Insulin kadang digunakan oleh pasien DM Tipe 2 dan ibu hamil yang disertai

Diabetes Mellitus, namun untuk waktu yang singkat. Penggunaan insulin dapat

juga untuk indikasi sebagai berikut (Katzung, 2010).

Ada 4 tipe utama insulin yang tersedia:

a. Ultra-short-acting, yang mempunyai mula kerja sangat cepat dan masa kerja yang

pendek.

b. Insulin reguler, jenis insulin ini bekerja dalam waktu yang pendek dengan mula

kerja cepat.

c. Insulin lente, bekerja dalam waktu menengah.

d. Insulin yang bekerja dalam jangka waktu panjang dengan mula kerja lambat.

G. Tes Toleransi Glokosa Oral (TTGO)

Tes Toleransi Glukosa Oral merupakan tes yang digunakan untuk

menegakkan diagnosis DM saat level glukosa darah kurang tegas, saat

kehamilan, atau untuk skrining DM maupun TGT. Subjek yang akan melakukan

30
pemeriksaan TTGO tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari dan tetap

melakukan kegiatan jasmani seperti biasa 3 hari sebelum pemeriksaan. Subjek

yang diperiksa harus berpuasa setidaknya 8 jam yang dapat dimulai pada malam

hari, namun tetap diperbolehkan minum air putih tanpa gula.

Subjek kemudian akan diperiksa GDP nya pada pagi hari setelah puasa

selanjutnya subjek diberikan glukosa 75gram (orang dewasa) 1,75gram (anak-

anak) yang dilarutkan kedalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit.

Pasien harus berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah 3 jam

setelahnya. Selama proses pemeriksaan ini, subjek yang di periksa tetap

beristirahat (Purnamasari, 2014 Henry et al., 2016).

BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

31
A. Dasar Pikir Penelitian

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang biasanya ditandai

dengan adanya hiperglikemia (Prameswari, 2014). Penyakit DM terjadi akibat sel

beta pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara maksimal sehingga dapat

menyebabkan insulin tidak dapat membawa glukosa masuk ke dalam jaringan

(Piero et al., 2014). Pengobatan yang biasa dilakukan oleh penderita diabetes

mellitus yaitu dengan cara suntikan atau pemberian obat kimia antidiabetes.

Pengobatan dengan cara tersebut memiliki efek samping dan membutuhkan biaya

yang mahal karena penggunaannya dalam jangka waktu yang lama, sehingga

penderita diabetes mellitus menggunakan cara tradisional untuk mengobati dan

mengendalikan kadar glukosa darah. Umumnya bahan yang digunakan adalah

bahan alam berupa tanaman herbal (Suresha et al., 2012 ; Udia et al., 2013).

B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Ekstrak Dekokta Batang Enau Aktivitas Antidiabetes


(Arenga pinnata Merr)

Keterangan :

: Variabel Dependen

: Variabel Independen

: Menyatakan pengaruh antara variabel


independen dan dependen

32
C. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat : Variabel terikat pada penelitian ini adalah penurunan

gula darah

2. Variabel bebas : Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak

dekokta batang enau (Arenga pinnata Merr)

D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1. Defenisi Operasional Variabel Dependen

a. Antidiabetes

Antidiabetes adalah sebuah efek yang dapat ditimbulkan dari suatu

sampel yang dapat memperbaiki sel beta pankreas sehingga dapat

memproduksi insulin secara maksimal.

Kriteria objektif :

1. Memiliki efek antidiabetes : Mempunyai kandungan senyawa yang dapat

bekerja untuk memperbaiki sel beta pankreas

2. Tidak memiliki efek antidiabetes : Tidak mempunyai kandungan

senyawa yang dapat bekerja untuk memperbaiki sel beta pankreas

2. Defenisi Operasional Variabel Independen

a. Dekokta Batang Enau

Dekokta Batang Enau adalah hasil yang didapatkan dari proses

ekstraksi dari batang enau

Kriteria objektif : Dalam satuan mg/kgbb

33
E. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

a. P>0,005 H0 di terima, Ha di tolak


b. P<0,005 H0 di tolak, Ha di terima

Keterangan:

1. H0= ekstrak dekokta batang enau (Arenga pinnata Merr) memiliki potensi

sebagai Antidiabetes pada mencit (Mus musculus).

Ha= ekstrak dekokta batang enau (Arenga pinnata Merr ) tidak memiliki

potensi sebagai Antidiabetes pada mencit (Mus musculus).

2. H0= pada dosis 10,20,30 ekstrak dekokta batang enau (Arenga piñata Merr)

efektif terhadap penurunan kadar gula darah mencit (Mus muscullus).

Ha= pada dosis 10,20,30 ekstrak dekokta batang enau (Arenga piñnata Merr)

tidak efektif terhadap penurunan kadar gula darah (Mus muscullus).

3. H0= ekstrak dekokta batang enau (Arenga piñnata Merr) memiliki senyawa

metabolit sekunder

Ha= ekstrak dekokta batang enau (Arenga piñnata Merr) tidak memiliki

senyawa metabolit sekunder.

34
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yang bertujuan untuk

mengetahui aktivitas ekstrak dekokta batang enau (Arenga pinnata Merr) sebagai

penurunan kadar gula darah. Adapun rancangan penelitiannya adalah sampel

Batang enau (Arenga pinnata Merr) yang akan dibuat dekokta dengan 3

konsentrasi (5%, 10% dan 15%) yang akan diuji aktivitasnya sebagai penurunan

kadar gula dalam darah. Tabel desain penelitian dapat dilihat pada tabel 2:

N Kelompok Hasil Pengamatan Kadar Gula darah


o Perlakuan menit ke-

KGDP KGDSIG 30 60 90 120

1 Kontrol Negatif

2 Kontrol Positif

3 Kontrol Induksi

4 Dekokta5%

5 Dekokta10%

6 Dekokta15%

Keterangan : KGDP = Kadar Gula Darah Puasa

KGDSIG = Kadar Gula Darah Setelah Induksi Glukosa

35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di Laboratorium Farmokognosi-Fitokimia dan

laboratorium Biofarmasetika-Farmakologi STIKES Mandala Waluya Kendari.

Determinasi sampel dilakukan di Fakultas MIPA Universitas Haluoleo.

C. Populasi dan Sampel

Populasi : Tanaman Batang Enau (Arenga pinnata Merr) di peroleh didaerah desa

Rantegola Kec.Bonegunu Kab. Buton Utara Prov. Sulawesi Tenggara.

Sampel : Batang Enau (Arenga pinnata Merr) di peroleh didaerah desa Rantegola

Kec.Bonegunu Kab. Buton Utara Prov. Sulawesi Tenggara.

D. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah dekokta

(panci), Gelas kimia, gelas ukur, neraca hewan, spoit 5 ml, alat pengukur

kadar gula darah, teststrip glukosa darah, , timbangan analitik, rak tabung,

tabung reaksi, penangas air, gunting, batang pengaduk, pipet tetes.

2. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak batang

enau, aquadest, etanol 70%, kapas, Na. CMC 1%,tablet glibenklamd, TTGO,

pereaksi mayer, dragendrof, kloroform, FeCl3, kertas saring. Subjek dalam

penelitian ini adalah mencit (Mus muscullus).

36
E. Prosedur Penelitian

1. Penyiapan Sampel

b. Pengambilan Sampel

Sampel batang enau (Arenga piñnata Merr) diperoleh dari Desa

Abeli, kota kendari, Sulawesi Tenggara.

c. Determinasi Sampel

Determinasi sampel dilakukan di Laboratorium Fakultas MIPA

Universitas Haluoleo.

d. Pengolahan Sampel

Sampel diambil, kemudian dicuci bersih dengan air mengalir, lalu

dirajang

2. Ekstraksi Sampel

Sampel batang enau (Angenga pinnata Merr) sebanyak 20 gram

dimasukkan kedalam wadah dekokta (panci), ditambahkan dengan air suling

hingga 100 mL. Sampel tersebut dimasukan dalam wadah dekokta yang lebih

besar dan telah berisi air dan dipanaskan pada suhu 300C selama 15 menit

sambil sesekali diaduk menggunakan batang pengaduk. Dekokta setelah

dingin disaring menggunakan kain flannel dan jika volume kurang dari 100

mL maka ditambahkan air hangat melalui residu dekokta hingga volumenya

mencapai 100 mL.

37
3. Skrining Fitokimia

a. Pemeriksaan Flavonoid

Ekstrak dibasahkan dengan aseton P, ditambahkan sedikit serbuk halus

asam borat P dan serbuk halus asam oksalat P, dipanaskan hati–hati di atas

penangas air dan dihindari pemanasan yang berlebihan. Kemudian

dicampur sisa yang diperoleh dengan 10 mL eter P dan diamati dengan

sinar ultraviolet 366 nm; larutan berflurorensensi kuning intensif,

menunjukkan adanya flavonoid (Depkes RI, 1979).

b. Pemeriksaan Alkaloid

Sebanyak 500 mg ekstrak ditambahkan dengan 5 mL amoniak 25%

dan digerus dalam mortar lalu ditambahkan 20 mL kloroform dan digerus

kuat. Campuran disaring sehingga diperoleh lapisan air dan lapisan pelarut

organik. Lapisan air ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendroff atau

pereaksi Mayer. Jika terbentuk warna oranye dengan perekasi dragendroff

atau terbentuk endapan putih dengan penambahan pereaksi mayer berarti

ekstrak mengandung alkaloid (Depkes RI, 1979).

c. Uji Triterpenoid/Steroid

Ekstrak yang diperoleh diambil sedikit dan dikeringkan diatas papan

spot tes, ditambahkan 3 tetes anhidrida asetat dan kemudian 1 tetes asam

sulfat pekat. Adanya senyawa golongan terpenoid akan ditandai dengan

timbulnya warna merah sedangkan adanya senyawa golongan steroid

ditandai dengan munculnya warna biru (Depkes RI, 1997).

38
d. Uji Saponin

Sebanyak 500 mg ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan 10 mL air panas, dinginkan dan kemudian dikocok kuat-

kuat selama 10 detik. Terbentuk buih yang stabil selama tidak kurang dari

10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam

klorida 2 N, buih tidak hilang (Depkes RI, 1979).

e. Uji Glikosida

Sebanyak 0,1 mL larutan percobaan diuapkan di atas penangas air,

dilarutkan sisa dalam 5 mL asam asetat anhidrat P. Kemudian

diambahkan 10 tetes asam sulfat P; terjadi warna biru atau hijau,

menunjukkan adanya glikosida (reaksi Liebermann Burchard) (Depkes

RI, 1979).

f. Uji Fenolik

Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu dikocok dengan

sedikit eter. Lapisan eter dikeringkan pada plat tetes, ditambahkan larutan

FeCl3. Terbentuk warna ungu biru menandakan adanya senyawa fenol

(Depkes RI, 1979).

4. Penyiapan Bahan penelitian

a. Pembuatan Ekstrak Batang Enau

Sampel batang enau (Angenga pinnata Merr) sebanyak 20 gram

dimasukkan kedalam wadah dekokta (panci), ditambahkan dengan air

suling hingga 100 mL. Sampel tersebut dimasukan dalam wadah dekokta

39
yang lebih besar dan telah berisi air dan dipanaskan pada suhu 30 0C

selama 45 menit sambil sesekali diaduk menggunakan batang pengaduk.

Dekokta setelah dingin disaring menggunakan kain flannel dan jika

volume kurang dari 100 mL maka ditambahkan air hangat melalui residu

dekokta hingga volumenya mencapai 100 mL.

b. Pembuatan Bahan Pembanding Glibenklamid

Ditimbang tablet glibenklamid sebanyak 5 tablet. Kemudian dihitung

bobot rata-rata tiap tablet. Setelah itu semua tablet dimasukkan kedalam

lumpang dan digerus hingga halus dan homogen. Kemudian dihitung

berat serbuk glibenklamid. Serbuk glibenklamid dimasukkan kedalam

labu ukur kemudian disuspensikan demgan CMC 1% b/v sedikit demi

sedikit hingga homogen, dicukupkan volumenya hingga 100 ml.

c. Pembuatan Bahan Penginduksi Glukosa Oral

Sebanyak 3 gr glukosa dimasukan dalam gelas ukur kemudian

disuspensikan dengan aquadest sedikit demi sedikit hingga homogen,

dicukupkan volumenya hingga 5 ml.

d. Pemilihan Hewan Uji

Hewan yang digunakan yaitu mencit (Mus muscullus) dengan bobot

20-40 gr sehat dan memiliki aktivitas normal.

e. Penyiapan Hewan Uji

Mencit (Mus muscullus) (20-40 g) diadaptasi pada kondisi standar

dan diberi makan dengan diet standar dan air secara ad libitum selama 1

40
minggu. Kemudian diukur kadar glukosa darah awal mencit setelah

dipuasakan selama 12 jam. Selanjutnya model DM dibuat dengan

menginduksi mencit dengan Tes Toleransi Glukosa Oral 120 mg/kg BB.

Glukosa darah diukur setelah 72 jam atau 3 hari setelah induksi Tes

Toleransi Glukosa Oral. Model yang digunakan adalah mencit dengan

kadar glukosa > 200 mg/dl (Hery et al., 2013).

f. Induksi Diabetes Pada Hewan Coba

Pada hari pertama sebelum perlakuan semua mencit dipuasakan,

kemudian diperiksa kadar gula darah puasanya. Setelah itu semua

kelompok mencit diinduksikan diabetes. Induksi diabetes pada hewan

coba ini dilakukan dengan pemberian glukosa monohidrat (0,65 mg/kg

BB) secara intraperitoneal. Kadar gula darah mencit diperiksa kembali

pada hari kedua, 24 jam setelah induksi glukosa. Kadar gula darah normal

mencit yaitu berkisar antara 62,8-176 mg/dl jika melebihi dari angka

tersebut maka mencit dapat dikatakan mengalami diabetes (Sornalakshmi

et al., 2016).

g. Pengelompokan Hewan Uji

Hewan uji mencit (Mus muscullus) putih disiapkan sebanyak 18

ekor, mencit ditimbang dan diberi tanda pengenal pada bagian ekor.

Masing-masing mencit dipuasakan terlebih dahulu selama 18-24 jam,

dengan tujuan agar saluran pencernaan kosong sehingga tidak akan

41
mempengaruhi absorbs dari hewan uji tersebut. Kemudian

dikelompokkan menjadi 6 kelompok. Pada pengujian ini, masing-

masing kelompok terdiri dari 5 mencit yang dimana :

Kelompok I (Kontrol negatif) diberi aquadest 1 %.

Kelompok II (Kontrol positif) diberi glibenklamid 0,45 mg/kg BB.

Kelompok III (Kontrol induksi) diberi TTGO (Glukosa) 3g/kg BB

Kelompok IV diberi dekokta batang enau 5 mg /kgBB.

Kelompok V diberi dekokta batang enau 10 mg /kgBB.

Kelompok VI diberi dekokta batang enau 15 mg /kgBB.

h. Cara Pengambilan Darah

Darah diambil pada ekor mencit (Mus muscullus) Darah diambil

dengan cara melukai mencit dengan pisau kecil. Darah yang keluar dari

ekor lalu diteteskan pada strip gula darah.

i. Pengukuran Kadar Gula Darah

Pengukuran kadar gula darah dalam darah dilakukan dengan

menggunakan alat tes strip gula darah. Alat tes strip Easytouch GCU

(Glucose Cholesterol Uric acid) sebelum digunakan harus dikalibrasi

terlebih dahulu. Dirancang untuk pengukuran kuantitatif dari tingkat

asam urat dalam darah. Pengukuran ini berdasarkan penentuan

perubahan arus yang disebabkan oleh reaksi asam urat dengan reagen

pada elektroda dari strip tersebut. Ketika sampel darah menyentuh area

42
target sampel dari strip, darah secara otomatis ditarik ke dalam zona

reaksi dari strip. Hasil tes akan ditampilkan pada layar setelah 20 detik.

j. Analisis data

Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan metode statistik

ANOVA. Hasil penelitian dinyatakan dalam rata-rata ± SEM.

Signifikansi data dianalisis dengan One-way Analysis of Variance

(ANOVA) (program SPSS 20.0) dengan posthoc LSD’s test. Data

dianggap signifikan jika nilai p kurang dari 0,05.

k. Etika Penelitian

Adapun etika dalam melakukan suatu penelitian yaitu pertama

peneliti mengajukan surat izin melakukan penelitian kepada Kepala

Laboratorium Farmasi STIKES-MW, selanjutnya peneliti menentukan

alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian dan terakhir

peneliti melakukan penelitian dengan tetap memperhatikan aturan

didalam laboratorium Farmasi STIKES-MW Kendari.

43
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Tabel 3. Hasil Pengamatan

N Kelompok Hasil Pengamatan Kadar Gula darah


o

KGDP KGDSIG 30 60 90 120

1 Kontrol Negatif 126,8 212,8 214 207,8 199,2 197

2 Kontrol Positif 99,6 217 88.6 73.6 59.4 52.2

3 Kontrol induksi 113 213 227.2 221 242.8 272.4

4 Dekokta5% 90,2 217 129.4 113 254.4 72.4

5 Dekokta10% 127,8 239,8 120.8 124.2 92 71.6

6 Dekokta15% 127,2 262 139.8 120.2 98 73

Tabel 4. Hasil Identifikasi Kandungan senyawa batang enau (Arenga

pinnata Merr.)

JenisSenyawa InfusaBatangEnau
Alkaloid +
Flavanoid +
Tanin +
Fenol +
Saponin +
Triterpenoid -
Steroid -
Kuinon +
sumber : Hasil skrining fitokimia

44
Berdasarkan tabel 1 hasil identifikasi kualitatif kandungan kimia dekokta

batang enau (Arenga pinnata Merr)yang dilakukan dengan menggunakan

skrining fitokimia didapatkan hasil positif pada dekokta batang enau (Arenga

pinnata Merr) memiliki kandungan senyawa kimia berupa flavonoid, alkaloid,

saponin, tannin, fenol, kuinon Tetapi negatif pada senyawa kimia steroid dan

triterpenoid.

Tabel 5. Persen Penurunan Kadar Gula Darah

Kelompok Persen Penurunan


No

1 Kontrol Negatif 6,39%


2 Kontrol Positif 76,2%
3 Control induksi 27.8%
4 Dekokta 5% 66.6%
5 Dekokta 10% 59.61%
6 Dekokta 15% 70.17%

Berdasarkan persen penurunan kadar gula darah pada tabel 2 kontrol

negative dengan persen penurunan 6,39%, control positif 76,2% control induksi

27,8% dekokta 5% 66,6% dekokta 10% 59,61% sedangkan dekokta 15% adalah

70,17%. yang memiliki efek untuk penurunan kadar gula darah pada penelitian ini

adalah control positif sebanyak 76.2% dekokta 15% sebanyak 70.17% dekokta

5% sebanyak 66.6% dan dekokta 10% sebanyak 59.61%.

45
Gambar 1. Grafik hasil persen penurunan kadar gula dalam darah mencit.

Tabel 6. Hasil Pengukuran Rata-Rata KGDP dan KGDSIG

Kelompok Kadar Rata-Rata Gula Darah


No (mg/dL) ± SD

KGDP KGDSIA
1 Kontrol Negatif 126,8 ± 3,96 212,8 ± 17,41
2 Kontrol Positif 99,6 ± 26,26 217± 41,24
3 Control induksi 113± 10,70 213 ± 27,74
4 Dekokta 5% 90,2 ± 27,85 217 ± 41,24
5 Dekokta 10% 127,8 ± 29,07 239,8 ± 39,59
6 Dekokta 15% 127,2 ± 5,35 262 ± 59,12
Ket : KGDP : Kadar Gula Darah Puasa
KGDSIG : Kadar Gula Darah Setelah Induksi Glukosa

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dijelaskan bahwa kadar rata-rata gula

darah mencit (Mus muscullus) pada kelompok kontrol negatif kontrol positif dan

kontrol ekstrak dekokta mengalami kenaikan setelah diinduksikan dengan

glukosa.

46
Grafik hasil pengukuran kadar gula dalam darah mencit pada menit ke-

30,60,90 dan 120 dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Puasa dan Kadar Gula Darah
Setelah Induksi Glukosa

Keterangan : KGDP = Kadar Gula Darah Puasa

KGDSIG = Kadar Gula Darah Setelah Induksi Glukosa

Tabel 7. Hasil Pengukuran Rata-Rata Kadar Gula Darah Pada Menit ke-30 60 90
dan 120

No Kelompok Kadar rata-rata gula darah mencit (mg/dL) ± SD


Menit ke-

30 60 90 120
1 Kontrol Negatif 214 ± 15.41 207,8 ± 199,2 ± 197 ± 20.44
13.06 21.90

2 Kontrol Positif 88.6 ± 38.63 73.6 ± 27.85 59.4 ± 21.96 52.2 ±19.48

3 Kontrol induksi 227.2 ± 52.84 221 ± 26.07 242.8 ±29.66 272.4 ± 12.89
4 Dekokta5% 129.4 ± 21.51 113 ± 23.87 254.4 72.4 ± 19.62
±37.24
5 Dekokta10% 120.8 ±34.57 124.2 ± 27.03 92 ± 30.14 71.6 ± 16.02

47
6 Dekokta15% 139.8 ± 26.64 120.2± 35.58 98 ± 19.87 73 ± 19.23
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dijelaskan bahwa kadar rata-rata gula

darah mencit (Mus muscullus) pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif dan

ekstrak dekokta pada menit 30, 60, 90 dan 120 mengalami penurunan.

Grafik hasil pengukuran kadar gula dalam darah mencit pada menit ke-

30,60,90 dan 120 dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Mencit

48
Tabel 8. Hasil Analisis LSD Pengukuran Kadar Gula Darah
Uji Statistik
No Waktu Perlakuan Pembanding P
Pengamatan
1. Menit Ke-30 Kontrol Negatif Kontrol Positif ,000 ⃰
Kontrol Positif Kontrol dekokta 5% ,093
Kontrol Positif Kontrol dekokta 10% ,180
Kontrol Positif Kontrol dekokta 15% ,038 ⃰
Kontrol Dekokta 5% Kontrol Negatif ,000 ⃰
Kontrol Dekokta 10% Kontrol Negatif ,000 ⃰
Kontrol Dekokta 15% Kontrol Kontrol Negatif ,001 ⃰
Kontrol Dekokta 5% Kontrol Dekokta 10% ,715
Kontrol Dekokta 5% Kontrol Dekokta 15% ,659
Dekokta 10% Kontrol Dekokta 15% ,423
2. Menit Ke-60 Kontrol Negatif Kontrol Kontrol Positif ,000 ⃰
Kontrol Positif Kontrol dekokta 5% ,027 ⃰
Kontrol Positif Kontrol dekokta 10% ,006 ⃰
Kontrol Positif Kontrol dekokta 15% ,010 ⃰
Kontrol Dekokta 5% Kontrol Negatif Kontrol ,000 ⃰
Kontrol Dekokta 10% Kontrol Negatif ,000 ⃰
Kontrol Dekokta 15% Kontrol Negatif ,000 ⃰
Kontrol Dekokta 5% Kontrol Dekokta 10% ,509
Kontrol Dekokta 5% Kontrol Dekokta 15% ,671
Kontrol Dekokta 10% Kontrol Dekokta 15% ,813
3. Menit Ke-90 Kontrol Negatif Kontrol Positif ,000 ⃰
Kontrol Positif Kontrol dekokta 5% ,029 ⃰
Kontrol Positif Kontrol dekokta 10% ,041 ⃰
Kontrol Positif Kontrol dekokta 15% ,017 ⃰
Kontrol Dekokta 5% Kontrol Kontrol Negatif ,000 ⃰
Kontrol Dekokta 10% Negatif ,000 ⃰
Kontrol Dekokta 15% Kontrol Negatif ,000 ⃰
Kontrol Dekokta 5% Kontrol Dekokta 10% ,876
Kontrol Dekokta 5% Kontrol Dekokta 15% ,816
Kontrol Dekokta 10% Kontrol Dekokta 15% ,698
4. Menit Ke-120 Kontrol Negatif Kontrol Positif ,000 ⃰
Kontrol Positif Kontrol dekokta 5% ,091
Kontrol Positif Kontrol dekokta 10% ,104

49
P Kontrol ositif Kontrol dekokta 15% ,082
Kontrol Dekokta 5% Kontrol Negatif ,000 ⃰
Kontrol Dekokta 10% Kontrol Negatif ,000 ⃰
Kontrol Dekokta 15% Kontrol Negatif ,000 ⃰
Kontrol Dekokta 5% Kontrol Dekokta 10% ,945
Kontrol Dekokta 5% Kontrol Dekokta 15% ,959
Kontrol Dekokta 10% Kontrol Dekokta 15% ,904

Keterangan : P* <0,005 = Berbeda signifikan

B. Pembahasan

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronik yang terjadi ketika

tubuh tidak bisa memproduksi insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak

menggunakan insulin secara efektif yang berakibat penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, protein,

dan lemak (WHO, 2015).

Pengujian antidiabetes menggunakan metode uji toleransi glukosa oral

terhadap mencit (Mus muscullus) jantan. Metode ini bertujuan untuk

meningkatkan kadar glukosa sementara dalam darah (Astuti, 2013). Penelitian ini

menggunakan 6 kelompok perlakuan yang dimana kelompok control negative

diberi aquadest, kelompok kontrol positif diberi glibenklamid, kontrol induksi

diberi Glukosa oral dan kontrol ekstrak dekokta batang enau dengan dosis 5% 10%

dan 15%. Semua kelompok mendapatkan pembebana glukosa sebanyak 1 ml

secara peroral lalu diukur kembali kadar gula darahnya pada menit ke-30.

selanjutnya diberi perlakuan sesuai kelompoknya masing-masing. dilakukan

50
pengukuran kadar gula darah pada menit ke-30 60 90 dan 120. Pengukuran kadar

gula darah mencit dengan menggunakan alat glukometer.

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah batang enau (Arenga

pinnata Merr) sampel ini diambil kemudian dicuci dengan air mengalir lalu

sampel dirajang atau dipotong-potong seperti dadu kemudian dikeringkan dengan

cara diangin-anginkan selama 2-3 hari.

Batang enau (Arenga pinnata Merr) diserbukkkan terlebih dahulu kemudian

dilakukan pemanasan pada suhu 900C pada waktu lebih lama (30 menit). Hal ini

dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa yang lebih banyak dalam sari.

Berdasarkan pada tabel 4 hasil identifikasi kualitatif kandungan kimia dekokta

batang enau (Arenga pinnata Merr)yang dilakukan dengan menggunakan skrining

fitokimia didapatkan hasil positif pada dekokta batang enau (Arenga pinnata Merr)

memiliki kandungan senyawa kimia berupa flavonoid, alkaloid, saponin, tannin,

fenol, kuinon Tetapi negatif pada senyawa kimia steroid dan triterpenoid.

Berdasarkan persen penurunan kadar gula darah pada tabel 5 kontrol

negative dengan persen penurunan 6,39%, kontrol positif 76,2% kontrol induksi

27,8% dekokta 5% 66,6% dekokta 10% 59,61% sedangkan dekokta 15% adalah

70,17%. yang memiliki efek untuk penurunan kadar gula darah pada penelitian ini

adalah kontrol positif sebanyak 76.2% dekokta 15% sebanyak 70.17% dekokta

5% sebanyak 66.6% dan dekokta 10% sebanyak 59.61%.

51
Berdasarkan hasil analisis statistic pada tabel 6 menunjukkan bahwa kadar

gula darah puasa yaitu sebelum induksi glukosa dan kadar gula darah setelah

induksi glukosa mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan bahwa induksi

glukosa dapat menyebabkan kenaikan gula darah sehingga terjadi

peningkatan kadar glukosa darah. Kadar gula darah puasa mencit belum

mengalami hiperglikemi yang ditandai dengan kadar gula darah yang masih

dalam batas normal yaitu dengan nilai 62,8-176 mg/dl, namun setelah diinduksi

glukosa mengalami peningkatan kadar gula darah sehingga menyebabkan

hiperglikemi dengan nilai >176 mg/dL (Fitrianingsih et al., 2012).

Berdasarkan hasil analisis statistik pada tabel 7 menunjukkan bahwa pada

menit ke-30 60 90 dan 120 setelah pemberian perlakuan, diperoleh hasil

pengukuran rata-rata kadar gula darah pada kelompok kontrol positif dan

kelompok ekstrak dekokta mengalami penurunan kadar gula darah akan tetapi

tidak terjadi penurunan pada kelompok kontrol negatif hal ini menunjukan

bahwa ekstrak dekokta batang enau memiliki aktivitas sebagai antidiabetes.

Pada penelitian ini hasil skrining fitokimia batang enau (Arenga pinnata

Merr) mengandung senyawa Flavonoid. Flavonoid diduga secara signifikan

meningkatkan enzim antioksidan dan mampu meregenerasi sel-sel b pancreas

yang rusak sehingga difisiensi insulin dapat diatasi. Flavonoid yang terkandung

52
dalam tumbuhan diduga juga dapat memperbaiki cara kerja reseptor insulin,

sehingga memberikan efek yang menguntungkan pada keadaan diabetes mellitus

(Fadiah et al., 2016).

Berdasarkan hasil analisis statistik pada tabel 8 menunjukkan bahwa pada

menit ke-30 60 90 dan 120 diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna (p<0,05) antara kelompok kontrol positif dan kelompok ekstrak

dekokta dibandingkan kelompok kontrol negatif dengan nilai signifikan (p<0,05).

Tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol positif dan

kelompok ekstrak baik pada menit ke-30 60 90 dan 120 dengan nilai signifikan

(p>0,05) yang artinya antara kelompok kontrol positif dan kelompok ektrak

dekokta mempunyai efek yang sama yang dapat menurunkan kadar gula darah..

Kadar gula darah kelompok ekstrak dekokta mengalami penurunan setelah

diberikan perlakuan ekstrak dekokta tersebut.

Pada menit ke-30 perlakuan positif banding negatif terdapat perbedaan yang

bermakna atau berbeda signifikan dengan nilai P=<0,000 yang artinya ada

perbedaan antara kelompok positif dan negative. Pada kelompok positif banding

kelompok ekstrak 5% dan 10% tidak ada perbedaan bermakna yang nilai P

=<0,093-0,0180 yaitu sama-sama memberikan efek terhadap penurunan gula

darah pada mencit. Untuk kelompok ekstrak banding negative, memiliki

perbedaan bermakna atau berbeda signifikan dengan nilai P*=<0,005 yang artinya

kelompok negative tidak memberikan efek dalam penurunan kadar gula darah

53
pada mencit disbanding kelompok ekstrak. Pada menit ke-60 kelompok negative

banding positif memiliki perbedaan bermakna dengan nilai P*=<0,005. Untuk

kelompok positif banding ekstrak dekokta 5% 10% dan 15% memiliki perbedaan

bermakna dengan nilai P*=<0,005. Pada kelompok ekstrak dekokta banding

negative, memiliki perbedaan bermakna dengan nilai P*=<0,005. sedangkan pada

ekstrak dekokta 5% banding 10% banding 15% tidak memiliki perbedaan

bermakna yang dimana nilai P*=>0,005 yang artinya pada menit ini ekstrak

dekokta sama-sama memiliki efek dalam penurunan kadar gula darah. Pada menit

ke-90 kelompok negative banding positif memiliki perbedaan bermakna dengan

nilai P*=<0,005. pada dekokta 5% 10% 15% banding positif memiliki perbedaan

bermakna dengan niali P*=<0,005. Pada kelompok negative banding ekstrak

dekokta 5% 10% 15% banding negative memiliki perbedaan bermakna dengan

nilai P*=<0,005 yang artinya ekstrak dekokta efektif dalam penurunan kadar gula

darah. sedangkan ekstrak dekokta 5% banding 10% banding 15% tidak memiliki

perbedaan bermakna yaitu sama-sama dalam penurunan kadar gula darah.

Sedangkan pada menit ke-120 pada kelompok negative banding positif memiliki

perbedaan bermakna yaitu dengan nilai P*=<0,005 Pada positif dan ektrak tidak

memiliki perbedaan bermakna dengan nilai P*=>0,005 pada menit ke-120 ini

sama-sama efektif dalam penurunan kadar gula darah. Pada kelompok ekstrak

dekokta banding negative memiliki perbedaan bermakna dengan nilai P*=<0,005.

Sedangkan pada kelompok ektrak dekokta 5% 10% dan 15% tidak memiliki

54
perbedaan bermakna yang artinya sama-sama efektif menurunkan kadar gula

darah.

Pada penelitian ini data-data yang terkumpul dianalisis menggunakan

program SPSS for windows. Tahap pertama dilakukan uji Normalitas

menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov terhadap data kadar gula darah. Jika

hasil uji menunjukan distribusi data adalah normal dan homogen yang masing-

masing hasil uji ditunjukan oleh nilai p (sig) > 0,05. Kemudian dilanjutkan

dengan uji one way ANOVA memberikan nilai p (sig) < 0,05 artinya ada efek

penurunan kadar gula darah terhadap pemberian ekstrak dekokta batang enau,

kemudian dilakukan analisis Uji LSD apabila dari hasil uji one way ANOVA

diketahui adanya perbedaan signifikan, maka dilanjutkan uji LSD yaitu untuk

mengetahui perbedaaan bermakna pada masing-masing kelompok.

Data kadar gula darah sesudah perlakuan diolah menggunakan metode Uji

Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan distribusi data. Hasil pengolahan data

pada uji normalitas dan homogenitas tersebut menunjukkan bahwa data

terdistribusi normal dan homogen dengan nilai signifikansi p > 0,05 sehingga

pengolahan data dilanjutkan menggunakan analisis variasi satu arah (One Way

ANOVA) untuk menentukan perbedaan antar kelompok perlakuan. Analisis

menggunakan variansi satu arah menunjukkan pada perlakuan menit ke- 30 60 90

dan 120 dengan nilai signifikansinya yaitu p<0,05. dengan nilai signifikansi kadar

gula dalam darah mencit (Mus muscullus). Setelah diperoleh adanya perbedaan

55
yang bermakna pada kadar gula dalam darah mencit (Mus muscullus) maka uji

statistik dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui antar kelompok mana yang

terdapat perbedaan bermakna kadar gula darahnya.

Pengukuran kadar gula darah dengan dilakukan dengan metode enzimatik

menggunakan alat ukur glukometer. alat ini lebih efisien karena diperlukan waktu

sekitar 10 detik untuk memperoleh hasil berupa nilai kadar glukosa darah. sampel

darah diambil dengan cara menyayat bagian ekor tikus kemudian diteteskan pada

ke strip Nesco yang terlebih dahulu dipasang pada alat glukometer Nesco setelah

itu terlihat hasil glukosa darahnya (mg/dL). Reaksi kimia yang terjadi yaitu

glukosa dalam sampel darah akan bereaksi dengan enzim glukosa oksidase untuk

membentuk asam glukonat (Howwel, 2008).

56
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian setelah dianalisis secara statistik dan pembahasan

maka dapat disimpulka nbahwa Ekstrak dekokta batang enau (Arenga pinnata

Merr) dengan dosis 5% 10% dan 15% dapat memberikan aktivitas ssebagai

antidiabetes pada mencit jantan yang diinduksi Glukosa Oral.

2. Pada dosis 5% 10% dan 15% dekokta batang enau (Arenga pinnata Merr)

efektif menurunkan kadar gula darah pada mencit.

3. Batang enau (Arenga pinnata Merr) memilki kandungan kimia yaitu : Alkaloid,

Flavonoid, Tanin, Fenol, Saponin dan Kuinon.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan diatas, disarankan kepada peneliti

selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan menggunakan variasi konsentrasi

yang lebih tinggi agar diperoleh konsentrasi optimum dalam penelitian ekstrak

dekokta batang enau (Arena pinnata Merr) sebagai penurunan kadar gula darah

yang diinduksi Glukosa Oral.

57
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Associaton. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus.


Diabetes Care 2019.
Adiyati, P. 2011. RagamJenisEktoparasit Pada Hewan Coba Tikus Putih (rattus
novergicus) galur sparaguedawley, Skripsi Bogor: Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
Alexandru, I.2011. Experimental Use Of Animals In Research Spa. Balneo research
Journal,2 (1) : 65-69.
Budi Akbar.2010.Tumbuhan Dengan Kandungan SenyawaAktif Yang Berpotensi
Sebagai Bahan Antifiertilitas: UIN SyarifHidayatullah : Jakarta.
Chang C.L.Tet al., 2013. Review Article Herbal Therapies for Type 2 Diabetes
Mellitus: Chemistry, Biology, and Potential Application of Selected
Plants and Compounds. Evidence-Based Complementary and Alternative
Medicine. Vol. 2013. Article ID 378657. Hindawi Publishing
Corporation. 33.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.PP.50- 51; 57-58; 65.
Depkes.2007. Kebijakan Obat Tradisional Tahun 2007. Departemen Kesehatan,
Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :Depkes RI
Effendyet al., 2013. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung :Remaja
Rosdakarya.
Ferri,FF.2015. Diabetes Melitus. Elsevier Inc Husain (2010).
Fitrianingsih, S. P dan L,.Purwanti. 2012. Uji Efek Hipoglikemik Air Kulit Buah
Pisang Ambin Putih (Musa (AAA Group) Terhadap Mencit Model Hiperglikemik
Galur Swiss Webster, Prosiding SnaPP2012 : Sains Teknologi dan Kesehatan.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penetapan Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan, Alih Bahasa oleh Koasih, Padmawinata. Bandung Terbitan :
ITB.
Hr, W., Nurtjahjo D.S., A.P., Indah N. 2013. Ekstrak Daun kapulaga Menurunkan
Indeks Atherogenik Dan Kadar Gula Darah Tikus Diabetes Induksi
Alloxan.
Henry, JB., McPherson RA Pincus MR. 2016. Henry’s clinical diagnosis and
management by laboratory methods. Edisi ke-23. Philadelphia: Saunders
Elsevier. hlm. 812-34.
Hidayat, S., S. Hutapea, JR.InventarisTanamanObat Indonesia (I) Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia, Jakarta.

58
Indonesia Medicus Veterinus. 2018.Penurunan Kadar Glukosa Darah dan
Gambaran Histopatologi Pankreasdengan Pemberian GulaAren (Arenga
pinnata) pada TikusJantanGalur Wistar yang Diinduksi Aloksan.
International Diabetes Federation. (2019). IDF diabetes atlas eighth edition 2019.
Brussel: International Diabetes Federation.
IsrayantiV., 2019. Studi Etnomedisin BahanAlam Dikecamatan Sangia Wambulu
KabupatenButon Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara.Skripsi. Prodi
Farmasi STIKES mandala Waluya, Kendari.
Julianto, 2014. KhasiatTersembunyiKolang-Kaling. Jakarta (ID) :SinarTani
Kalay, FGSL. 2014.”Impact Management Practices Inovation Strategy On Company
Performance”. JurnalRisetBisnis dan Manajemen-RJBM (2014) Vol.2 (3)
ISSN : 2148-6689.
Kementerian Kesehatan. (2018). HASIL UTAMA RISKESDAS 2018. In: Riskesdas
2018.Jakarta: Balit bangkes, 071118; 2018:1-200.
Lempang, M, 2012, PohonEnau dan Manfaat Produksinta. Info Teknis EBONI,
Oktober2012 BalaiP enelitian Kehutanan Makassar. Vol.9 No.1
Lucia, E.W.2011. Eksperimen Farmakologik Orientasi Praklinik. Surabaya :Sandrina
Surabaya.
Minarno. E.B. 2015. SkriningFitokimia dan Kandungan Total Flavanoid.
Mueller, H. I. 2006. Unrevelling the conundrum of tannins in animal nutrition and
heelth. J. Sci. Food Agric. 86: 2010-2037. Jurnalsain Indonesia 2016.
P.D., F.G., The Rat Anzccart News. 1993. 6:1–4. [googe.schoolar]
PerkumpulanEndokrinologi Indonesia (PERKENI), 2011. Konsesus Pengolahan
Diabetes Melitus Tipe2 di Indonesia 2011. Semarang: PB PERKENI
Pontoh, 2007. Analisa Komponen Kimia DalamGula dan NiraAren. Laporan pada
Yayasan Masarang :Tomohon
PurnamasariD., 2014. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. In Setiati dkk
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: FKUI, pp:
2323-7.
Ramadani, P., I. Khaeruddin, A. Tjoa& I.F. Burhanuddin. 2008. Pengenalan Jenis-
Jenis Pohon Yang Umum Di Sulawesi Selatan. UNTAD Press. Palu.
Simatupanget al., 2013. Hubungan Antara Penyakit Arteri Periferdengan Faktor
Resiko Kardiovaskular Pada Pasien DM Tipe 2. Jurnal e-Clinic (eCi),
Volume1, Nomor1,Maret 2013,hlm 7-12.
Suharmiati, 2012. Pengujian Bioaktivitas Antidiabetes Melitus TumbuhanObat.
Diankes 11 September 2012.
Sulasiyahet al., 2018. Antioxidan From Turmeric Fermentation product. Jurnal
Kimia Sains
Suiraoka, (2012). PenyakitDegeneratif. Yogyakarta: Nuhamedika
TiwariP..K.B., K.B., K.M. dan K.H 2011,Phytochemical Scraning and Extraction : A
Review. Internationale Pharmaceutical ScienciaVolume . 1: Issue 1.

59
Vijaya, I.K.W.B., Suastra I.W.2014.Development and Validation of RP-HPLC
Method for Determination of Glibenklamid in Pharmaceutical Dosege
Forms. Int,J.ChemTech Res 2014:4(2)
WHO.2012.Diabetes, WHO media centre. Online.WHO
Wink M.2008. Ecological roles of alkaloids :jermanwiley-VCH dan Co.KgaA. Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia 2016

60
LAMPIRAN

61
Lampiran 1. Skema Kerja Pembuatan Dekokta

A. Pengolahan sampel Batang enau(Arenga pinnata Merr)

Batangenau(Arenga pinnata Merr)

 Dicuci
 Ditiriskan
 Dirajang
 Dikeringkan

Simplisia Batang enau (Arenga pinnata)

 Ditimbang 5 gram  Ditimbang 10 gram


 Disiapkanaquadest 100 ml  Disiapkan aquadest 100 ml
 Direbusselama 30 menit pada  Direbusselama 30 menit pada
stabil 90oC stabil 90oC
 Diserkaidengankain flannel  Diserkaidengankain flannel
 Disimpan pada botol yang  Disimpan pada botol yang
000000000000000
telahdikalibrasi telahdikalibrasi

 Ditimbang 15 gram
 Disiapkanaquadest 100 ml
 Direbusselama 30 menit pada
stabil 90oC
 Diserkaidengankain flannel
 Disimpan pada botol yang
telahdikalibrasi

1. Infusa 5%

2. Infusa 10% 62

3. Infusa 15%
Lampiran 2. Skema Kerja Pengujian Efek Antidiabetes

K(-) K(+) KED

Hewan coba diadaptasikan selama 7 hari

Ukur kadar
Puasa selama 18 jam gula darah
puasa

Induksi glukosa monohidrat


24 jamUkur kadar gula darah puasa

Aquadest glibenklamid Ekstrak 5% 10% dan 15%

Ukurkadarguladarah pada menit ke-30,60,90


dan 120

Keterangan :

K (-) : Kontrol Negatif

K (+) : Kontrol Positif

KED : Kontrol Ekstrak Dekokta

63
Lampiran 4. Dokumentasi

Sampel dikirim dari Desa Rantegola Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara
Provinsi Sulawesi Tenggara.

Pencucian sampel

Pemotongan atau perajangan sampel

64
Penjemuran sampel

Penimbangan sampel 5 gram, 10 gram, 15 gram

Perebusan sampel 5%, 10%, 15% pada panci infusa dengan suhu 90oC selama 30
menit

65
Penyaringan sampel

Hasil penyaringan sampel

66
Lampiran 5. Perlakuan Hewan Uji

Penyiapan Hewan Uji

Penyiapan Bahan perlakuan yaitu, Glibenklamid, Glukosa, Aquadest dan Dekokta


batang enau

67
Perlakuan Hewan Coba

Pengukuran Kadar Gula Darah

68
Lampiran 6. Hasil Skrining Batang Enau (Arenga pinnata Merr)

Positif Alkaloid Positif Tanin

Negatif Steroid/Triterpenoid Positif Saponin

Positif Flavonoid

69
Lampiran 7. Tabel Hasil Skrining Fitokimia

JenisSenyawa InfusaBatangEnau
Alkaloid +
Flavanoid +
Tanin +
Fenol +
Saponin +
Triterpenoid -
Steroid -
Kuinon +

70
Lampiran 8. Perhitungan Dosis

A. Perhitungan persen penurunan kadar gula darah

% penurunan = %

Keterangan:
% penurunan = Persentase penurunan kadar glukosa darah

KGDSIG = Kadar Glukosa Darah Setelah Induksi Glukosa

KGD perlakuan = Kadar glukosa darah pada saat perlakuan

1. Rata-rata persentase penurunan kadar glukosa darah untuk kontrol negatif

% penurunan = x 100

= 6,39%

2. Rata-rata persentase penurunan kadar glukosa darah untuk kontrol positif

% penurunan = x 100

= 76,2%

3. Rata-rata persentase penurunan kadar glukosa darah untuk kontrol induksi

% penurunan = x 100

= 27.8%

4. Rata-rata persentase penurunan kadar glukosa darah untuk dekokta 5%

71
% penurunan = x 100

= 66.6%

5. Rata-rata persentase penurunan kadar glukosa darah untuk dekokta 10%%

% penurunan = x 100

= 59.61%

6. Rata-rata persentase penurunan kadar glukosa darah untuk dekokta 10%%

% penurunan = x 100

= 70.17%

B. Perhitungan volume pemerian

1. Perhitungan Dosis Glibenklamid

Dosis Glibenklamid : 5 mg/kgbb


Dosis konversi mencit : 0,026
: 0,013 mg/bb

Dosis maksimal mencit : x Dosis konversi

: 41,88 X 0,013
27,69
: 0,019mg/grbb

Dosis mencit 35 gr : x Dosis konversi

: 35gr X 0,013 = 0,014


27,69gr

72
Volume pemberian =0,016 X 1 ml = 0,13 ml
5

Dosis mencit 31,29 gr : x Dosis konversi

: 31,59gr X 0,013 = 0,014


27,69gr
Volume pemberian =0,014 X 1 ml = 0,28 ml
5

Dosis mencit 34,77 gr : x Dosis konversi

: 34,77gr X 0,013 = 0,016


27,69gr
Volume pemberian =0,014 X 1 ml = 0,32 ml
5

Dosis mencit 40,03 gr : x Dosis konversi

: 40,43gr X 0,013 = 0,018


27,69gr
Volume pemberian =0,014 X 1 ml = 0,6 ml
5

Dosis mencit 34,72 gr : x Dosis konversi

: 34,72gr X 0,013 = 0,016


27,69gr
Volume pemberian =0,014 X 1 ml = 0,32 ml
5

2. Perhitungan Dekokta 5%

Dosis mencit 34,52 gr : BB Mencit


BB Maksimal
= 36,26gr X 1ml

73
41,88gr
Volume pemberian : 0,86 ml

Dosis mencit 27,69 gr : BB Mencit


BB Maksimal
= 27,69gr X 1ml
41,88gr
Volume pemberian : 0,66 ml

Dosis mencit 40,41 gr : BB Mencit


BB Maksimal
= 40,41gr X 1ml
41,88gr
Volume pemberian : 0,96 ml

Dosis mencit 36,96 gr : BB Mencit


BB Maksimal
= 36,96gr X 1ml
41,88gr
Volume pemberian : 0,88 ml

Dosis mencit 32,45 gr : BB Mencit


BB Maksimal
= 32,45gr X 1ml
41,88gr
Volume pemberian : 0,77 ml

Dekokta 10%

Dosis mencit 34,52 gr : BB Mencit


BB Maksimal
= 34,52gr X 1ml
41,88gr
Volume pemberian : 0,8 ml

Dosis mencit 38,52 gr : BB Mencit


BB Maksimal
= 38,52gr X 1ml
41,88gr
Volume pemberian : 0,91 ml

Dosis mencit 41,67 gr : BB Mencit


BB Maksimal
= 41,67gr X 1ml

74
41,88gr
Volume pemberian : 0,99 ml

Dosis mencit 32,86 gr : BB Mencit


BB Maksimal
= 32,86gr X 1ml
41,88gr
Volume pemberian : 0,78 ml

Dosis mencit 41,03 gr : BB Mencit


BB Maksimal
= 41,03gr X 1ml
41,88gr
Volume pemberian : 0,97 ml

Dekokta 15%

Dosis mencit 34,32 gr : BB Mencit


BB Maksimal
= 34,32gr X 1ml
41,88gr
Volume pemberian : 0,81 ml

Dosis mencit 37,88 gr : BB Mencit


BB Maksimal
= 37,88gr X 1ml
41,88gr
Volume pemberian : 0,9 ml

Dosis mencit 40,69 gr : BB Mencit


BB Maksimal
= 40,69gr X 1ml
41,88gr
Volume pemberian : 0,97 ml

Dosis mencit 40,41 gr : BB Mencit


BB Maksimal
= 40,41gr X 1ml
41,88gr
Volume pemberian : 0,96 ml

75
Dosis mencit 41,88 gr : BB Mencit
BB Maksimal
= 41,88gr X 1ml
41,88gr
Volume pemberian : 1ml

C. Perhitungan penimbangan ekstrak

5% 5 X 100% = 5gr
100

10% 10 X 100% = 10gr


100

15% 15 X 100% = 15gr


100

Lampiran 9. Hasil Analisis Data SPSS

76
NPar Tests

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

KGDSIG .228 6 .200* .903 6 .390

PerlakuanMenitKe30 .262 6 .200* .898 6 .362

PerlakuanMenitKe60 .264 6 .200* .842 6 .136

PerlakuanMenitKe90 .320 6 .055 .806 6 .067

PerlakuanMenitKe120 .360 6 .015 .760 6 .025

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

KGDP

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.372 4 15 .290

ANOVA

77
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 4323.867 5 864.773 .530 .751

KGDSIG Within Groups 39165.600 24 1631.900

Total 43489.467 29

Between Groups 82749.100 5 16549.820 12.185 .000

PerlakuanMenitKe30 Within Groups 32597.600 24 1358.233

Total 115346.700 29

Between Groups 84360.700 5 16872.140 24.141 .000

PerlakuanMenitKe60 Within Groups 16773.600 24 698.900

Total 101134.300 29

Between Groups 131419.900 5 26283.980 45.120 .000

PerlakuanMenitKe90 Within Groups 13980.800 24 582.533

Total 145400.700 29

Between Groups 202556.300 5 40511.260 123.004 .000

PerlakuanMenitKe120 Within Groups 7904.400 24 329.350

Total 210460.700 29

78
Oneway
Descriptives

N Mean Std. Std. 95% Confidence Minimum Maximum


Deviation Error Interval for Mean

Lower Upper
Bound Bound

Kontrol Negatif 5 212.80 17.413 7.787 191.18 234.42 199 241

Kontrol Positif 5 220.00 22.956 10.266 191.50 248.50 200 257

Kontrol Induksi 5 213.00 27.749 12.410 178.55 247.45 190 260

KGDSIG Dekokta 5% 5 200.20 1.304 .583 198.58 201.82 199 202

Dekokta 10% 5 227.80 43.147 19.296 174.23 281.37 194 292

Dekokta 15% 5 194.20 6.140 2.746 186.58 201.82 190 205

Total 30 211.33 24.809 4.529 202.07 220.60 190 292

Kontrol Negatif 5 214.00 15.411 6.892 194.86 233.14 200 239

Kontrol Positif 5 88.60 38.630 17.276 40.63 136.57 39 135

Kontrol Induksi 5 227.20 52.846 23.633 161.58 292.82 167 295

PerlakuanMenitKe3
Dekokta 5% 5 129.40 21.513 9.621 102.69 156.11 109 154
0

Dekokta 10% 5 120.80 34.579 15.464 77.86 163.74 77 162

Dekokta 15% 5 139.80 26.650 11.918 106.71 172.89 106 180

Total 30 153.30 59.675 10.895 131.02 175.58 39 295

PerlakuanMenitKe6 Kontrol Negatif 5 207.80 13.065 5.843 191.58 224.02 198 230
0
Kontrol Positif 5 73.60 27.853 12.456 39.02 108.18 39 108

79
Kontrol Induksi 5 221.00 26.077 11.662 188.62 253.38 180 250

Dekokta 5% 5 113.00 23.875 10.677 83.36 142.64 90 150

Dekokta 10% 5 124.20 27.031 12.089 90.64 157.76 95 160

Dekokta 15% 5 120.20 35.584 15.914 76.02 164.38 96 180

Total 30 143.30 59.054 10.782 121.25 165.35 39 250

Kontrol Negatif 5 199.20 21.902 9.795 172.01 226.39 171 230

Kontrol Positif 5 59.40 21.961 9.821 32.13 86.67 35 86

Kontrol Induksi 5 242.80 29.668 13.268 205.96 279.64 193 265

PerlakuanMenitKe9 166.47 -
Dekokta 5% 5 254.40 372.242 716.60 75 920
0 2 207.80

Dekokta 10% 5 92.00 30.141 13.480 54.57 129.43 58 122

Dekokta 15% 5 98.00 19.875 8.888 73.32 122.68 75 125

Total 30 157.63 160.402 29.285 97.74 217.53 35 920

Kontrol Negatif 5 197.00 20.445 9.143 171.61 222.39 172 228

Kontrol Positif 5 52.20 19.486 8.714 28.01 76.39 33 75

Kontrol Induksi 5 272.40 12.896 5.767 256.39 288.41 257 285

PerlakuanMenitKe1
Dekokta 5% 5 72.40 19.629 8.778 48.03 96.77 53 95
20

Dekokta 10% 5 71.60 16.025 7.167 51.70 91.50 48 84

Dekokta 15% 5 73.00 19.235 8.602 49.12 96.88 50 95

Total 30 123.10 85.190 15.553 91.29 154.91 33 285

80
Post Hoc Test

Multiple Comparisons

LSD

Dependent (I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean Std. Sig. 95% Confidence
Variable Difference Error Interval
(I-J)
Lower Upper
Bound Bound

KGDSIG Kontrol Positif -22.600 25.549 .385 -75.33 30.13

Kontrol Indiksi -.200 25.549 .994 -52.93 52.53

Kontrol Ekstrak
-4.200 25.549 .871 -56.93 48.53
Dekokta 5%
Kontrol Negatif

Kontrol Ekstrak
-15.000 25.549 .563 -67.73 37.73
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
-32.000 25.549 .222 -84.73 20.73
Dekokta 15%

Kontrol Negatif 22.600 25.549 .385 -30.13 75.33

Kontrol Indiksi 22.400 25.549 .389 -30.33 75.13

Kontrol Ekstrak
18.400 25.549 .478 -34.33 71.13
Dekokta 5%
Kontrol Positif

Kontrol Ekstrak
7.600 25.549 .769 -45.13 60.33
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
-9.400 25.549 .716 -62.13 43.33
Dekokta 15%

Kontrol Indiksi Kontrol Negatif .200 25.549 .994 -52.53 52.93

81
Kontrol Positif -22.400 25.549 .389 -75.13 30.33

Kontrol Ekstrak
-4.000 25.549 .877 -56.73 48.73
Dekokta 5%

Kontrol Ekstrak
-14.800 25.549 .568 -67.53 37.93
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
-31.800 25.549 .225 -84.53 20.93
Dekokta 15%

Kontrol Negatif 4.200 25.549 .871 -48.53 56.93

Kontrol Positif -18.400 25.549 .478 -71.13 34.33

Kontrol Indiksi 4.000 25.549 .877 -48.73 56.73


Kontrol Ekstrak
Dekokta 5% Kontrol Ekstrak
-10.800 25.549 .676 -63.53 41.93
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
-27.800 25.549 .287 -80.53 24.93
Dekokta 15%

Kontrol Negatif 15.000 25.549 .563 -37.73 67.73

Kontrol Positif -7.600 25.549 .769 -60.33 45.13

Kontrol Indiksi 14.800 25.549 .568 -37.93 67.53


Kontrol Ekstrak
Dekokta 10% Kontrol Ekstrak
10.800 25.549 .676 -41.93 63.53
Dekokta 5%

Kontrol Ekstrak
-17.000 25.549 .512 -69.73 35.73
Dekokta 15%

Kontrol Ekstrak Kontrol Negatif 32.000 25.549 .222 -20.73 84.73


Dekokta 15%
Kontrol Positif 9.400 25.549 .716 -43.33 62.13

Kontrol Indiksi 31.800 25.549 .225 -20.93 84.53

82
Kontrol Ekstrak
27.800 25.549 .287 -24.93 80.53
Dekokta 5%

Kontrol Ekstrak
17.000 25.549 .512 -35.73 69.73
Dekokta 10%

Perlakuan Kontrol Positif 136.200* 23.309 .000 88.09 184.31


Menit Ke-30
Kontrol Indiksi -2.400 23.309 .919 -50.51 45.71

Kontrol Ekstrak
95.400* 23.309 .000 47.29 143.51
Dekokta 5%
Kontrol Negatif

Kontrol Ekstrak
104.000* 23.309 .000 55.89 152.11
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
85.000* 23.309 .001 36.89 133.11
Dekokta 15%

Kontrol Negatif -136.200* 23.309 .000 -184.31 -88.09

Kontrol Indiksi -138.600* 23.309 .000 -186.71 -90.49

Kontrol Ekstrak
-40.800 23.309 .093 -88.91 7.31
Dekokta 5%
Kontrol Positif

Kontrol Ekstrak
-32.200 23.309 .180 -80.31 15.91
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
-51.200* 23.309 .038 -99.31 -3.09
Dekokta 15%

Kontrol Indiksi Kontrol Negatif 2.400 23.309 .919 -45.71 50.51

Kontrol Positif 138.600* 23.309 .000 90.49 186.71

Kontrol Ekstrak
97.800* 23.309 .000 49.69 145.91
Dekokta 5%

Kontrol Ekstrak 106.400* 23.309 .000 58.29 154.51


Dekokta 10%

83
Kontrol Ekstrak
87.400* 23.309 .001 39.29 135.51
Dekokta 15%

Kontrol Negatif -95.400* 23.309 .000 -143.51 -47.29

Kontrol Positif 40.800 23.309 .093 -7.31 88.91

Kontrol Indiksi -97.800* 23.309 .000 -145.91 -49.69


Kontrol Ekstrak
Dekokta 5% Kontrol Ekstrak
8.600 23.309 .715 -39.51 56.71
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
-10.400 23.309 .659 -58.51 37.71
Dekokta 15%

Kontrol Negatif -104.000* 23.309 .000 -152.11 -55.89

Kontrol Positif 32.200 23.309 .180 -15.91 80.31

Kontrol Indiksi -106.400* 23.309 .000 -154.51 -58.29


Kontrol Ekstrak
Dekokta 10% Kontrol Ekstrak
-8.600 23.309 .715 -56.71 39.51
Dekokta 5%

Kontrol Ekstrak
-19.000 23.309 .423 -67.11 29.11
Dekokta 15%

Kontrol Negatif -85.000* 23.309 .001 -133.11 -36.89

Kontrol Positif 51.200* 23.309 .038 3.09 99.31

Kontrol Indiksi -87.400* 23.309 .001 -135.51 -39.29


Kontrol Ekstrak
Dekokta 15% Kontrol Ekstrak
10.400 23.309 .659 -37.71 58.51
Dekokta 5%

Kontrol Ekstrak
19.000 23.309 .423 -29.11 67.11
Dekokta 10%

Perlakuan Kontrol Negatif Kontrol Positif 134.200* 16.720 .000 99.69 168.71
Menit Ke60
Kontrol Indiksi -13.200 16.720 .438 -47.71 21.31

84
Kontrol Ekstrak
94.800* 16.720 .000 60.29 129.31
Dekokta 5%

Kontrol Ekstrak
83.600* 16.720 .000 49.09 118.11
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
87.600* 16.720 .000 53.09 122.11
Dekokta 15%

Kontrol Negatif -134.200* 16.720 .000 -168.71 -99.69

Kontrol Indiksi -147.400* 16.720 .000 -181.91 -112.89

Kontrol Ekstrak
-39.400* 16.720 .027 -73.91 -4.89
Dekokta 5%
Kontrol Positif

Kontrol Ekstrak
-50.600* 16.720 .006 -85.11 -16.09
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
-46.600* 16.720 .010 -81.11 -12.09
Dekokta 15%

Kontrol Negatif 13.200 16.720 .438 -21.31 47.71

Kontrol Positif 147.400* 16.720 .000 112.89 181.91

Kontrol Ekstrak
108.000* 16.720 .000 73.49 142.51
Dekokta 5%
Kontrol Indiksi

Kontrol Ekstrak
96.800* 16.720 .000 62.29 131.31
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
100.800* 16.720 .000 66.29 135.31
Dekokta 15%

Kontrol Ekstrak Kontrol Negatif -94.800* 16.720 .000 -129.31 -60.29


Dekokta 5%
Kontrol Positif 39.400* 16.720 .027 4.89 73.91

Kontrol Indiksi -108.000* 16.720 .000 -142.51 -73.49

85
Kontrol Ekstrak
-11.200 16.720 .509 -45.71 23.31
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
-7.200 16.720 .671 -41.71 27.31
Dekokta 15%

Kontrol Negatif -83.600* 16.720 .000 -118.11 -49.09

Kontrol Positif 50.600* 16.720 .006 16.09 85.11

Kontrol Indiksi -96.800* 16.720 .000 -131.31 -62.29


Kontrol Ekstrak
Dekokta 10% Kontrol Ekstrak
11.200 16.720 .509 -23.31 45.71
Dekokta 5%

Kontrol Ekstrak
4.000 16.720 .813 -30.51 38.51
Dekokta 15%

Kontrol Negatif -87.600* 16.720 .000 -122.11 -53.09

Kontrol Positif 46.600* 16.720 .010 12.09 81.11

Kontrol Indiksi -100.800* 16.720 .000 -135.31 -66.29


Kontrol Ekstrak
Dekokta 15% Kontrol Ekstrak
7.200 16.720 .671 -27.31 41.71
Dekokta 5%

Kontrol Ekstrak
-4.000 16.720 .813 -38.51 30.51
Dekokta 10%

PerlakuanM Kontrol Negatif Kontrol Positif 140.200* 15.265 .000 108.70 171.70
enitKe90
Kontrol Indiksi -43.600* 15.265 .009 -75.10 -12.10

Kontrol Ekstrak
104.800* 15.265 .000 73.30 136.30
Dekokta 5%

Kontrol Ekstrak
107.200* 15.265 .000 75.70 138.70
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak 101.200* 15.265 .000 69.70 132.70


Dekokta 15%

86
Kontrol Negatif -140.200* 15.265 .000 -171.70 -108.70

Kontrol Indiksi -183.800* 15.265 .000 -215.30 -152.30

Kontrol Ekstrak
-35.400* 15.265 .029 -66.90 -3.90
Dekokta 5%
Kontrol Positif

Kontrol Ekstrak
-33.000* 15.265 .041 -64.50 -1.50
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
-39.000* 15.265 .017 -70.50 -7.50
Dekokta 15%

Kontrol Negatif 43.600* 15.265 .009 12.10 75.10

Kontrol Positif 183.800* 15.265 .000 152.30 215.30

Kontrol Ekstrak
148.400* 15.265 .000 116.90 179.90
Dekokta 5%
Kontrol Indiksi

Kontrol Ekstrak
150.800* 15.265 .000 119.30 182.30
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
144.800* 15.265 .000 113.30 176.30
Dekokta 15%

Kontrol Negatif -104.800* 15.265 .000 -136.30 -73.30

Kontrol Positif 35.400* 15.265 .029 3.90 66.90

Kontrol Indiksi -148.400* 15.265 .000 -179.90 -116.90


Kontrol Ekstrak
Dekokta 5% Kontrol Ekstrak
2.400 15.265 .876 -29.10 33.90
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
-3.600 15.265 .816 -35.10 27.90
Dekokta 15%

Kontrol Ekstrak Kontrol Negatif -107.200* 15.265 .000 -138.70 -75.70


Dekokta 10%
Kontrol Positif 33.000* 15.265 .041 1.50 64.50

87
Kontrol Indiksi -150.800* 15.265 .000 -182.30 -119.30

Kontrol Ekstrak
-2.400 15.265 .876 -33.90 29.10
Dekokta 5%

Kontrol Ekstrak
-6.000 15.265 .698 -37.50 25.50
Dekokta 15%

Kontrol Negatif -101.200* 15.265 .000 -132.70 -69.70

Kontrol Positif 39.000* 15.265 .017 7.50 70.50

Kontrol Indiksi -144.800* 15.265 .000 -176.30 -113.30


Kontrol Ekstrak
Dekokta 15% Kontrol Ekstrak
3.600 15.265 .816 -27.90 35.10
Dekokta 5%

Kontrol Ekstrak
6.000 15.265 .698 -25.50 37.50
Dekokta 10%

PerlakuanM Kontrol Positif 144.800* 11.478 .000 121.11 168.49


enitKe120
Kontrol Indiksi -75.400* 11.478 .000 -99.09 -51.71

Kontrol Ekstrak
124.600* 11.478 .000 100.91 148.29
Dekokta 5%
Kontrol Negatif

Kontrol Ekstrak
125.400* 11.478 .000 101.71 149.09
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
124.000* 11.478 .000 100.31 147.69
Dekokta 15%

Kontrol Positif Kontrol Negatif -144.800* 11.478 .000 -168.49 -121.11

Kontrol Indiksi -220.200* 11.478 .000 -243.89 -196.51

Kontrol Ekstrak -20.200 11.478 .091 -43.89 3.49


Dekokta 5%

88
Kontrol Ekstrak
-19.400 11.478 .104 -43.09 4.29
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
-20.800 11.478 .082 -44.49 2.89
Dekokta 15%

Kontrol Negatif 75.400* 11.478 .000 51.71 99.09

Kontrol Positif 220.200* 11.478 .000 196.51 243.89

Kontrol Ekstrak
200.000* 11.478 .000 176.31 223.69
Dekokta 5%
Kontrol Indiksi

Kontrol Ekstrak
200.800* 11.478 .000 177.11 224.49
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
199.400* 11.478 .000 175.71 223.09
Dekokta 15%

Kontrol Negatif -124.600* 11.478 .000 -148.29 -100.91

Kontrol Positif 20.200 11.478 .091 -3.49 43.89

Kontrol Indiksi -200.000* 11.478 .000 -223.69 -176.31


Kontrol Ekstrak
Dekokta 5% Kontrol Ekstrak
.800 11.478 .945 -22.89 24.49
Dekokta 10%

Kontrol Ekstrak
-.600 11.478 .959 -24.29 23.09
Dekokta 15%

Kontrol Ekstrak Kontrol Negatif -125.400* 11.478 .000 -149.09 -101.71


Dekokta 10%
Kontrol Positif 19.400 11.478 .104 -4.29 43.09

Kontrol Indiksi -200.800* 11.478 .000 -224.49 -177.11

Kontrol Ekstrak -.800 11.478 .945 -24.49 22.89


Dekokta 5%

89
Kontrol Ekstrak
-1.400 11.478 .904 -25.09 22.29
Dekokta 15%

Kontrol Negatif -124.000* 11.478 .000 -147.69 -100.31

Kontrol Positif 20.800 11.478 .082 -2.89 44.49

Kontrol Indiksi -199.400* 11.478 .000 -223.09 -175.71


Kontrol Ekstrak
Dekokta 15% Kontrol Ekstrak
.600 11.478 .959 -23.09 24.29
Dekokta 5%

Kontrol Ekstrak
1.400 11.478 .904 -22.29 25.09
Dekokta 10%

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

90

Anda mungkin juga menyukai