Anda di halaman 1dari 11

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology


Vol.,III No.1, Januari 2014

FORMULASI DAN EVALUASI FISIK


SEDIAAN KRIM PELEMBAB DIMETHYLSILANOL HYALURONATE
DENGAN PENAMBAHAN BASIS NANO DAN FASE MINYAK KELAPA MURNI

Sani Nurlaela Fitriansyah1,2, Dolih Gozali2


1
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, 2Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Abstrak
Basis nano merupakan aplikasi hasil nanoteknologi dalam farmasi. Penelitian formulasi dan
evaluasi fisik sediaan krim pelembab dimethylsilanol hyaluronate dengan penambahan basis
nano dan fase minyak kelapa murni dilakukan untuk melihat kestabilan fisik sediaan krim
tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi fisik (pengamatan organoleptis, pH, dan
viskositas), pengujian stabilitas fisik menggunakan metode sentrifugasi, pengamatan distribusi
sediaan krim, dan pengujian iritasi pada kulit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara
fisik sediaan krim dengan fase minyak kelapa murni stabil dan memenuhi standar, bahkan
sediaan krim dengan perbandingan antara basis nano 10% dan fase minyak kelapa murni 10%
memberikan stabilitas dan penampilan fisik terbaik. Hasil distribusi pada sediaan krim,
menunjukkan tidak adanya penumpukan globul dan globul-globul dalam sediaan krim tersebut
terlihat merata Hasil pengujian iritasi sediaan krim pelembab dimethylsilanol hyaluronate 6%
dengan perbandingan antara basis nano 10% dan fase minyak kelapa murni 10% tidak
mengiritasi kulit.

Kata kunci: Krim, pelembab, dimethylsilanol hyaluronate, krim, minyak kelapa murni

Abstract

Nano base is the application of result nanotechnology in the pharmacy field. A research about
the formulation and evaluation of physical stability of dimethylasilanol hyaluronate
moisturizing cream with nano base and the phase of virgin coconut oil had been carried out to
observe the physical stability of the cream dosage form. This research had through the physical
evaluation (which included the organoleptic, pH, and viscosity), the physical stability using
centrifugation method, the distribution of the nano cream dosage form in macroscopic and
microscopic, and a skin irritation test. The result of observation indicated that dosage form of
dimethylsilanol hyaluronate cream between nano bases 10% and 10% phase of virgin coconut
oil gave the stability and the best physical performance so far. The distribution of cream
preparation showed inagglomerate globules and looked smooth. The result of skin irritation test
of 6% dimethylsilanol hyaluronate cream in 10% nano bases and 10% phase of virgin coconut
oil had been proven as-non irritating.

Keywords: Cream, moisturizing, dimethylsilanol hyaluronate, nano cream, virgin coconut oil.

PENDAHULUAN kulit adalah bentuk sediaan krim.


Pemeliharaan kulit membutuhkan Penggunaan krim lebih disukai karena krim
suatu perhatian khusus, karena kulit lebih mudah menyebar dengan rata dan
merupakan lapisan terluar yang menutupi lebih mudah dibersihkan dan dicuci (Ansel,
hampir semua permukaan tubuh manusia 1989). Namun demikian, beberapa
(Harry, 1975). Bentuk sediaan kosmetik pemakaian sediaan krim pada kulit dapat
yang sering digunakan untuk perawatan meninggalkan lapisan putih serta

31
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.1, Januari 2014

mempunyai tekstur yang cenderung terlihat cairan. Penelitian aktivitas dimethylsilanol


kasar. Hal tersebut diakibatkan salah hyaluronate sebagai pelembab telah
satunya oleh ukuran partikel dalam sediaan dilakukan secara in vivo (Exsymol, 2008).
krim tersebut cenderung besar. Minyak kelapa murni mempunyai
Perkembangan teknologi semakin rasa yang lembut dan bau khas kelapa yang
pesat hingga muncul teknologi nano atau unik, dan dalam keadaan cair tidak
sering disebut dengan istilah nanoteknologi. berwarna atau bening. Minyak kelapa murni
Nanoteknologi merupakan istilah yang lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan
digunakan untuk menggambarkan teknologi baku farmasi serta kosmetik. Pemanfaatan
yang berkaitan dengan materi super kecil minyak kelapa murni sebagai bahan baku
(nanopartikel) (Sharma, et. al., 1999). Pada farmasi dan kosmetik didasarkan pada
bidang farmasi dan medis, perkembangan keamanannya dan mudah didapatkan
nanoteknologi telah dicapai dan (Setiaji, 2005). Oleh karena itu, minyak
diaplikasikan dalam kehidupan manusia kelapa murni dapat menjadi salahsatu
(Rochman, 2007). alternatif pemilihan komponen dalam
Aplikasi nanoteknologi dalam membuat sediaan krim.
farmasi pada bidang kosmetik salah
satunya adalah penggunaan basis nano METODOLOGI
(Latiefah, 2008). Basis nano terdiri dari Alat
kombinasi potassium lauroyl wheat amino Alat-alat gelas yang biasa digunakan
acid, palm glyceride dan capryoyl glycine. di Laboratorium Teknologi Non Steril, alat
Telah dilakukan penelitian terhadap sentrifugasi (Hettich® EBA20),
distribusi partikel basis nano dan pengujian homogenizer (Heidelph® RZR2021),
iritasi secara in vitro melalui dermal. Hasil kamera digital (Olympus®), magnetic
penelitian menunjukkan pemakaian basis stirrer (Cimarec®), mikroskop pijar
®
nano tidak menyebabkan iritasi dan dari (Olympus CH 20 BIMF 200), pH meter
segi penampilannya memberikan tekstur (744 Metrohm®), pipet, spatel, timbangan
yang lebih baik, serta distribusi partikelnya digital (Acculab ® VI 200), dan viskometer
lebih homogen (Sinerga, 2006). (Brookfield DV II-Pro)
Penyesuaian dalam membentuk
sediaan krim dengan penambahan basis Bahan
nano salahsatunya dengan menambahkan Basis nano (potassium lauroyl wheat
komponen berbentuk nano atau dapat juga amino acid, palm glycerydes, capryoyl
dengan menambahkan komponen yang glycine), dan dimethylsilanol hyaluronate.
berbentuk cairan. Dimethylsilanol Aquadest, minyak kelapa murni, C12-15
hyaluronate merupakan zat aktif berbentuk alkil benzoat, lesitin, phenochem®

32
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.1, Januari 2014

(fenoxyethanol, etil paraben, metil paraben, beaker glass kemudian ditambahkan lesitin,
propil paraben, butil paraben, dan isobutil C12-15 alkil benzoat dan minyak kelapa
paraben), Sodium polyacryloyldimethyl murni. Setelah itu, dihomogenkan
taurate (Viskolam AT 100P®), dan menggunakan homoginizer selama 10 menit
pengharum columbine 02418® pada rentang 150 -250 rpm. Setelah
homogen dilanjutkan pemanasan pada suhu
Metode 400C supaya semua komponen larut.
1. Persiapan bahan baku Kemudian tahap terakhir dalam
Bahan baku penelitian berupa basis pencampuran ini adalah penambahan
nano (potassium lauroyl wheat amino acid, aquadest sebanyak 25% pada suhu yang
0
palm glycerydes, capryoyl glycine) dan sama yaitu 40 C sambil tetap diaduk.
dimethylsilanol hyaluronate diperoleh dari Setelah benar-benar tercampur kemudian
PT. EXSYMOL, Monaco dan sisa aquadest dimasukkan pada suhu yang
didistribusikan PT. Nardevchem Kemindo, sama pula dan terus diaduk sampai
Jakarta. terbentuk emulsi. Tahap kedua adalah
2. Formula sediaan krim pembentukan massa krim dilakukan pada
Formula sediaan krim terdiri atas suhu ruang dengan menggunakan
formula sediaan krim blanko (X01, X02, dan homoginizer pada rentang putaran 150-250
X03) dan sediaan krim pelembab rpm. Emulsi yang sudah jadi, sedikit demi
dimethylsilanol hyaluronate (X1, X2, dan sedikit ditambahkan ke dalam viskolam
X3). Masing-masing formula sediaan krim yang terdapat dalam beaker glass. Setelah
mempunyai variasi konsentrasi basis nano terbentuk massa krim, ditambahkan zat
yaitu, X1 dan X01 (konsentrasi basis nano aktif, pengawet, dan pengharum.
5%), X2 dan X02 (konsentrasi basis nano Pengadukan terus dilakukan sampai benar-
7,5%), X3 dan X03 (konsentrasi basis nano benar seluruh komponen homogen dengan
10%) (Tabel. 1). sempurna. Perlakuan yang sama dilakukan
3. Pembuatan Krim untuk formula X1, X2, dan X3 dengan
Tahap pertama yaitu pencampuran penyesuaian konsentrasi masing-masing
basis nano dengan komponen lainnya. Pada komponen yang telah ditentukan dalam
suhu ruang, basis nano disimpan dalam rancangan formula sediaan krim.

33
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.1, Januari 2014

Tabel 1. Perancangan Formula Sediaan Krim dengan Penambahan Basis Nano dan Fase
Minyak Kelapa Murni
X1 X2 X3 X01 X02 X03
Komponen
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
Potassium lauroyl wheat amino acid, 5 7,5 10 5 7,5 10
palm glycerides, capryloyl glycine, aqua
Minyak kelapa murni 10 10 10 10 10 10
Lesitin 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
C12-15 Alkil Benzoat 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Dimethylsilanol hyaluronate 6 6 6 - - -
Phenochem® (
Fenoxyethanol, etil 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
paraben metil paraben, propil paraben
butil paraben, isobutyl paraben)
Sodium polyacryloyldimethyl taurate 2 2 2 2 2 2
Pengharum 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes
(columbine 02418® )
Aquadest ad 50 ad 50 ad 50 ad 50 ad 50 ad 50

4. Evaluasi Fisik Sediaan Krim Selama HASIL DAN PEMBAHASAN


Waktu Penyimpanan Perancangan formula
Evaluasi fisik yang dilakukan, Didapatkan tiga formula sediaan krim
meliputi: X1 , X2 dan X3 dengan peningkatan
a. Pengamatan organoleptis, pH, dan konsentrasi pada basis nano secara
viskositas selama 28 hari waktu berurutan sebesar 2,5%. Terhadap ketiga
penyimpanan. hasil perancangan formula ini dilakukan
b. Pengujian stsbilitas fisik menggunakan pengujian selanjutnya.
metode sentrifugasi terhadap sediaan
Persiapan dan Pengumpulan Bahan
krim setelah penyimpanan 28 hari
Basis krim dan dimethylsilanol
(Lachman et al, 1994).
hyaluronate sebagai zat aktif diperoleh dari
c. Pengamatan distribusi sediaan krim
PT.EXSYMOL, Monaco didistribusikan
dilakukan secara makroskopis dan
PT. Nardevchem Kemindo, Jakarta.
mikroskopis.
Bahan kimia lainnya berupa minyak
5. Uji keamanan
kelapa murni diperoleh dari salah satu
Uji keamanan sediaan krim
apotek di Bandung, C12-15 alkil benzoat
menggunaan uji iritasi dengan metode
dan lesitin diperoleh dari Bratachem,
patch test (Wasitaatmadja, 1997).
Bandung, phenochem® (Fenoxyethanol, etil
6. Analisis data
paraben metil paraben, propil paraben butil
Analisis data menggunakan metode
paraben, isobutyl paraben) sebagai
Desain Blok Acak Sempurna (DBSA)
pengawet dan Sodium polyacryloyldimethyl
(α= 0,05) dan dilanjutkan dengan uji
taurate sebagai thickener diperoleh dari PT.
Newman Keuls.
Nardevchem Kemindo, Jakarta, dan

34
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.1, Januari 2014

pengharum (columbine 02418®) diproduksi sedikit demi sedikit ke dalam viskolam.


oleh Sillage Aromatique, Singapura dan Viskolam dalam formulasi ini digunakan
didistribusikan PT. Nardevchem Kemindo, sebagai pengental. Setelah terbentuk massa
Jakarta. krim selanjutnya ditambahkan ke dalamnya
zat aktif, pengawet dan pengharum. Zat
Formulasi Sediaan Krim
aktif harus ditambahkan pada suhu ruang,
Pada penelitian ini dibuat tiga
supaya tidak terjadi perubahan pada kondisi
formula sediaan krim yang bervariasi
fisik dan kimianya.
ditinjau dari konsentrasi basis nano. Dari
Sediaan krim yang telah dibuat
hasil orientasi dipilih metode pembuatan
menunjukkan warna krem dan berbau khas
yang berbeda dengan pembuatan sediaan
parfum columbine 02418. Warna krem pada
krim konvensional, dikarenakan basis nano
krim dihasilkan dari lesitin yang berwarna
perlu mendapatkan perlakuan yang berbeda
kuning kecoklatan dan dari basis nano yang
dari basis konvensional pada umumnya.
berwarna kuning pucat. Pada sediaan
Metode pembuatan dilakukan pada dua
ditambahkan parfum, untuk menutupi bau
lingkungan suhu yang berbeda, karena
khas yang ditimbulkan oleh lesitin.
disesuaikan dengan bahan-bahan yang
digunakan. Pertama pada proses Hasil Pengamatan Evaluasi Fisik
pencampuran basis nano dan minyak 1) Evaluasi Organoleptis
dilakukan pada suhu ruang dengan Hasil evaluasi organoleptis
mengunakan homoginizer selama 10 menit disajikan pada Tabel 2. Sediaan krim
pada rentang 150-20 rpm dengan tujuan mempuyai kestabilan organoleptis yang
supaya semua komponen homogen dan cukup baik dan tidak menunjukkan
partikel-partikel setiap komponen lebih perubahan warna dan bau selama
lembut. Setelah homogen dilanjutkan pada penyimpanan 28 hari waktu penyimpanan.
suhu 400C, supaya fase minyak tercampur Begitupun homogenitas masing-masing
lebih homogen dengan basis nano. formula secara umum masih tetap sama
Selanjutnya aquadest sebanyak 25% dengan keadaan awal kecuali pada formula
ditambahkan ke dalam campuran tersebut dengan sediaan krim dengan basis nano 5%.
pada suhu yang sama yaitu 400C sambil Kehomogenan yang stabil
tetap diaduk. Setelah benar-benar homogen dikarenakan oleh sepadannya komponen-
kemudian sisa aquadest dimasukkan dalam komponen dalam formula sediaan krim
keadaan suhu yang sama sampai benar- tersebut sehingga menyebabkan terbentuk
benar terbentuk emulsi. Tahap selanjutnya massa sediaan krim yang stabil. Pada
yaitu pembentukan massa krim dengan formula ini terdapat sejumlah komponen
menambahkan emulsi yang sudah jadi yang dapat meningkatkan stabilitas krim,

35
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.1, Januari 2014

antara lain penggunaan lesitin yang dipertahankan karena metode pembuatan


mempunyai fungsi untuk menjaga yang tepat, dengan pengadukan yang
konsistensi kekentalan sediaan krim dengan konstan dan lingkungan suhu yang tepat.
cara meningkatkan viskositas krim tersebut. Dengan demikian sediaan krim yang
Penggunaan pengawet yang tepat sehingga dihasilkan akan tetap homogen selama
dapat mempertahankan krim dari cemaran waktu penyimpanan.
jamur dan bakteri. Selain itu, stabilitas dari
sediaan krim yang telah dibuat dapat

Tabel 2. Hasil Pengamatan Organoleptis Selama Waktu Penyimpanan


Hasil Pengamatan Setelah Penyimpanan Hari
Formula Konsistensi Warna Bau Homogenitas
1 28 1 28 1 28 1 28
X1 +++ ++ kr kr kh kh h th
X2 +++ ++ kr kr kh kh h h
X3 +++ ++ kr kr kh kh h h
X01 ++++ +++ kr kr kh kh h th
X02 ++++ +++ kr kr kh kh h h
X03 ++++ +++ kr kr kh kh h h
Keterangan :
+/- : Kuantitas kekentalan
kr : Warna krem
kh : Bau khas
h : Homogen
th : Tidak homogen

7.300 X01
7.280
7.260
pH Sediaan Krim

X02
7.240
7.220 X03
7.200
7.180 X1
7.160
7.140 X2
7.120
7.100 X3
7.080
1 3 7 14 21 28
Perlakuan (Hari Penyimpanan)

Gambar 1. Hasil pengukuran pH sediaan krim

Gambar 2 dapat menggambarkan 7,18. Setelah dilakukan perhitungan secara


bahwa selama waktu penyimpanan keenam statistik dengan desain blok lengkap acak
sediaan krim mempunyai pH yang sub sampling pH dengan model tetap
cenderung netral yaitu pada rentang 7,09- diperoleh hipotesis nol (H0), dengan asumsi

36
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.1, Januari 2014

tidak terdapat perbedaan mengenai rata-rata nilai pH tersebut dapat disimpulkan


efek perlakuan yang diuji, ditolak karena semakin bertambah basis nano, nilai pH
Fhitung lebih besar daripada Ftabel pada taraf pada setiap sediaan mengalami
signifikan α=0,05. Hal ini berarti bahwa peningkatan. Hal ini dipengaruhi dari nilai
waktu penyimpanan berpengaruh pada pH basis nano sendiri, yaitu pada rentang
perubahan pH pada setiap sediaan krim. 6,5-7,5. Oleh karena itu, semakin
Kemudian karena H0 ditolak analisis bertambahnya konsentrasi basis nano, maka
statistik dilanjutkan dengan uji Newman nilai pH semakin besar. Apabila nilai pH
Keuls untuk melihat perbedaan pengaruh sediaan krim (X1, X2 dan X3) dibandingkan
waktu penyimpanan terhadap perubahan pH dengan nilai pH krim (X01, X02 dan X03),
dari masing-masing sediaan krim. Hasil maka dapat terlihat nilai pH sediaan krim
analisis menggunakan Newman Keuls (X01, X02 dan X03) lebih besar daripada
menunjukkan bahwa pada hari ke-14 dan nilai pH sediaan krim (X1, X2 dan X3). Hal
hari ke-7 memberikan pengaruh yang sama tersebut dikarenakan pada sediaan krim (X1,
terhadap perubahan pH pada sediaan krim, X2 dan X3) terdapat asam yang terkandung
dan lamanya waktu penyimpanan yang dalam dimethylsilanol hyaluronate. Oleh
paling berpengaruh pada perubahan pH karena itu, dapat disebutkan penambahan
masing-masing sediaan krim yaitu pada zat aktif terhadap formula sediaan krim
waktu penyimpanan hari ke-28. Perubahan berpengaruh pada nilai pH. Akan tetapi
pH pada sediaan krim ditunjukkan dengan nilai-nilai pH tersebut masih sesuai dengan
menurunnya nilai pH masing-masing persyaratan pH krim untuk pemakaian pada
sediaan yang diakibatkan oleh beberapa kulit yaitu 5-8.
faktor. Salah satu faktor tersebut dapat 3) Hasil pengamatan viskositas
diakibatkan oleh adanya reaksi hidrolisis Hasil pengamatan viskositas dapat
dari hyaluronic acid yang terkandung dilihat pada Gambar 3. Viskositas sediaan
dalam dimethylsilanol hyaluronate pada krim dengan berbagai konsentrasi basis
masing-masing sediaan krim. Dapat dilihat nano mengalami perubahan yang tidak
penurunan pH pada masing-masing sediaan terlalu besar dan cenderung memiliki nilai
krim selama waktu penyimpanan pada yang stabil. Perhitungan statistik dengan
Gambar 2. desain blok lengkap acak sub sampling
Nilai pH akan menurun selama untuk pengukuran viskositas sediaan krim
waktu penyimpanan karena ada zat-zat dengan basis nano menunjukkan bahwa
yang terurai dalam sediaan. Apabila ditinjau hipotesis nol (H0) ditolak karena Fhitung lebih
dari nilai rata-rata pH dan dibandingkannya besar daripada Ftabel, dengan taraf signifikan
terhadap sediaan krim satu sama lainnya, α=0,05. Hal ini menunjukkan bahwa selama
maka dapat dilihat perbedaan pH nya. Dari waktu penyimpanan memberikan pengaruh

37
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.1, Januari 2014

terhadap viskositas pada setiap masing- yang termasuk dalam tipe minyak dalam air
masing sediaan krim. Analisis dilanjutkan cenderung akan mengalami penurunan
dengan uji Newman Keuls. Hasil uji viskositas. Hukum Stokes juga menyatakan
Newman Keuls menunjukkan bahwa waktu bahwa semakin bertambah hari maka
penyimpanan yang paling berpengaruh ukuran globul mengalami pembesaran,
terhadap perubahan viskoistas pada sediaan sehingga menyebabkan nilai viskositas
krim yaitu hari ke-28 dan hari ke-21. semakin kecil. Menurut Sherman dalam
Walaupun demikian, pada hari ke-14 dan bukunya Rheology of Emulsion,
hari ke-1 juga memberikan pengaruh yang pengurangan viskositas disebabkan oleh
signifikan terhadap perubahan viskositas penurunan viskositas dari fase kontinu
pada masing-masing sediaan krim, tetapi karena jarak antara globul-globul yang
tidak terlalu besar, dan pada hari ke-3 dan meningkat. Viskositas dengan waktu
hari ke-7 tidak memberikan pengaruh yang mencerminkan peningkatan ukuran globul
signifikan pada perubahan viskositas karena penggumpalan.
sediaan krim. Apabila nilai viskositas sediaan krim
Perubahan viskositas yang terjadi dibandingkan terhadap sediaan satu sama
ditunjukkan dengan penurunan nilai lainnya, maka terlihat perbedaan viskositas,
viskositas masing-masing sediaan krim. semakin besar konsentrasi basis nano, maka
Perubahan yang terjadi selama waktu nilai viskositas semakin besar pula. Hal
penyimpanan bisa terjadi karena perubahan tersebut disebabkan oleh adanya kandungan
pada suhu ruangan. Sesuai dengan Hukum potassium lauroyl wheat amino acids dalam
Stokes menyatakan bahwa peningkatan basis nano, dimana potassium lauroyl
suhu ruangan yang dapat mengganggu daya wheat amino acids ini merupakan salah satu
tahan krim dan dapat menurunkan nilai senyawa yang dapat meningkatkan
viskositas dari fase kontinu (air), serta konsistensi krim dan juga meningkatkan
meningkatkan gerak globul fase terdispersi stabilitas sediaan krim. Selain itu,
(minyak). Keduanya menunjukkan meningkatnya viskositas dapat disebabkan
hubungan yang berbanding terbalik pada oleh beberapa senyawa, seperti viskolam.
persamaan Hukum Stokes, semakin cepat Viskolam digunakan sebagai pengental,
pergerakan globul maka semakin turun nilai dimana viskolam ini mempunyai
viskositas suatu sediaan. Selain itu, kemampuan mengentalkan larutan air
perubahan pada krim disebabkan pula oleh sebagai fase luar dari krim.
tipe emulsi pada krim itu sendiri. Emulsi

38
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.1, Januari 2014

67 X01

Viskoistas SediaanKrim
66,5 X02

66 X03
X1
65,5
X2
65
X3
64,5
1 3 7 14 21 28
Perlakuan (Hari Penyimpanan)

Gambar 2. Hasil pengukuran viskositas sediaan krim

Pengujian Stabilitas Fisik dengan penyimpanan di suhu ruang selama


Menggunakan Metode Sentrifugasi kurang dari 10 bulan.
Hasil uji sentrifugasi dapat dilihat
pada Tabel 4. Hasil uji sentrifugasi Pengujian Iritasi Sediaan Krim
menunjukkan bahwa pada sediaan krim Pengujian iritasi merupakan syarat mutlak

dengan basis 5% terjadi pemisahan pada dalam industri kosmetik untuk memastikan
kecepatan 3750 rpm. Pemisahan fase yang bahwa sediaan yang dibuat aman untuk
terjadi disebabkan oleh ketidakcampuran digunakan. Uji iritasi pada penelitian ini
dengan sempurna antara basis bersama fase dilakukan secara in vivo kepada 10 orang
lainnya. sukarelawan. Adapun yang diuji adalah

Basis sebanyak 5% ternyata sediaan krim dengan basis nano 10%.


Pengujian dilakukan hanya terhadap
kurang sepadan jumlahnya dengan
sediaan krim tersebut, karena sediaan yang
komponen lainnya dalam formula
diuji hanya sediaan yang cenderung lebih
sediaan krim yang telah dibuat sehingga
stabil daripada sediaan lainnya, sedangkan
menyebabkan tidak tercampurnya
sediaan krim blanko diikutsertakan dalam
dengan sempurna antara basis nano dan
pengujian iritasi ini hanya sebagai
komponen lainnya. Alasan tersebut pembanding terhadap sediaan krim
diperkuat dengan teori bahwa semakin pelembab dimethylsilanol hyaluronate.
banyak konsentrasi emulgator yang Berdasarkan data hasil pengujian dapat
ditambahkan maka sediaan krim akan diketahui bahwa sediaan krim pelembab
semakin stabil. Hasil sentrifugasi pada dimethylsilanol hyaluronate dengan

sediaan krim dengan basis 5% dapat formula (X3) tidak menimbulkan iritasi
pada kulit. Hal itu ditandai dengan tidak
menunjukkan bahwa sediaan krim
adanya reaksi panas, kemerahan dan iritasi,
tersebut tidak tahan terhadap
ataupun gatal pada kulit sukarelawan.
Begitu juga dengan sediaan krim blanko

39
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.1, Januari 2014

dengan formula X03. Hal ini dikarenakan DAFTAR PUSTAKA


oleh bahan-bahan yang digunakan adalah Ansel, C.H. 1989. Pengantar Sediaan
bahan-bahan yang aman, inert, tidak Farmasi. Penerjemah: F. Ibrahim.
mengiritasi, serta memiliki rasa raba kulit Jakarta: UI Press. Jakarta. 513.
yang baik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1979. Farmakope Indonesia. Edisi
SIMPULAN
III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Hasil penelitian evaluasi fisik sediaan
Republik Indonesia. 8.
krim pelembab dimethylsilanol hyaluronate
Dimethylsilanol Hyaluronate. 2008.
dengan penambahan basis nano dan fase
Exymol. http:/www.exymol.com.
minyak kelapa murni dapat disimpulkan
[Diakses 4 Februari, 2009].
bahwa penambahan dimethylsilanol
Harry, R.G. 1975. Harry’s Cosmetocology.
hyaluronate sebagai bahan aktif pelembab
Sixth edition. Vol I. London:
dalam sediaan krim dengan penambahan
Chemical Publishing Company, Inc.
basis nano dan fase minyak kelapa murni
12.
menghasilkan sediaan krim yang baik,
Keithler, W.M.R. 1956. The Formulation of
stabil, dan aman untuk digunakan. Hasil
Cosmetic and Cosmetic Specialties.
pengamatan evaluasi fisik, stabilitas fisik,
New York: Drug Markets. Inc. 3.
dan pengamatan distribusi sediaan krim,
Lachman L, H.A. Lieberman, dan J.L.
menunjukkan bahwa sediaan krim
Kanig. 1994. Teori dan Praktek
pelembab dimethylsilanol hyaluronate
Farmasi Industri. Penerjemah:
dengan penambahan basis nano 10% dan
Suyatmi S dan Aisyah I. Edisi ke-3.
fase minyak kelapa murni 10% mempunyai
Jakarta: UI Press. 1049-1088;1091-
kestabilan dan penampilan fisik terbaik.
1145.
Penelitian lanjut yang perlu dilakukan
Latiefah, S. 2008. Formulasi Krim
adalah mengenai pengujian efektivitas
Pelembab Wajah yang Mengandung
secara in vitro maupun in vivo dari sediaan
Tabir Surya Nanopartikel Zink
krim pelembab dimethylsilanol hyaluronate
Oksida Salut Silikon. Bandung:
dengan penambahan basis nano dan fase
Fakultas Universitas Padjadjaran. 2.
minyak kelapa murni dan pengujian ukuran
Nanocream. 2006. Sinerga.www.sinerga.it,
partikel dengan menggunakan Energy
diakses 4 Februari, 2009.
Filetering Transmission Electron
Rochman T.N. 2007. Prospek
Microscopy (EFTEM).
Nanoteknologi di Tanah Air.
http://www.pati.or.id/opini_files/Pag
e769.htm, diakses 6 Februari 2009.

40
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.,III No.1, Januari 2014

Sharma, P.K. et. al. 1999. Pengenalan


Nanoteknologi.http://aguspur.wordpr
ess.com/2008/10/08/nanoteknologipe
ngenalan/, diakses 6 Februari, 2009.
Setiaji, B. 2005. Salah Satu Manfaat
Minyak Kelapa Murni.
http://buahmerah.baliwae.com/ebook
apakahvirgincoconutoil.pdf, diakses
13 September 2009.
Sudjana, M.A. 2002. Desain dan Analisis
Eksperimen. Edisi IV. Bandung:
Tarsito. Hal. 61; 65
Thassu, D, M. Delleers and Y. Pathak.
2007. Nanoparticulate Drug Delivery
System. Volume 166. New York:
Pharmaceu Tech, Inc.
Wasitaatmadja M. S. 1997. Penuntun Ilmu
Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press. 4-
5;8; 85-93;112

41

Anda mungkin juga menyukai