Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara kepulauan yang sebagian wilayahnya adalah


perairan laut yang di dalamnya terdapat berbagai jenis ikan dan tumbuhan
laut, selain itu daratan Indonesia juga menghasilkan berbagai macam hewan
dan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi berbagai
macam bentuk olahan. Kabupaten Cilacap adalah salah satu kabupaten di
Indonesia yang terletak di pesisir pantai selatan pulau Jawa, sehingga
wilayah Kabupaten Cilacap memiliki potensi alam baik di laut maupun di
darat. Penghasilan yang diperoleh dari laut di daerah Cilacap cukup
melimpah salah satunya adalah ikan. Hasil olahan ikan juga bervariasi salah
satunya adalah minyak Hati ikan Hiu (Budiarso, 2008). Hati ikan Hiu adalah
hasil laut yang belum banyak dimanfaatkan oleh para nelayan.

Berbagai macam cara telah dilakukan untuk meningkatkan nilai guna


dari hati ikan hiu, yaitu dengan cara diambil minyaknya dengan cara
dilakukan pengekstrakan minyak hati ikan hiu dengan berbagai proses
ekstraksi yaitu menggunakan pelarut organik, perebusan, penguapan, dan
proses silase asam. Minyak hati ikan hiu mengandung squalene sebanyak
80%. Berfungsi sebagai antioksidan, menjaga kelembaban dan kelembutan
kulit, dan mempunyai aktivitas sebagai antitumor (Huang, 2005). Squalene
mempunyai sifat tidak larut dalam air dan susah diabsorbsi di saluran
pencernaan sehingga kadar squalene di dalam darah sangat minimal.

Kosmetika menurut penggunaannya bagi kulit terbagi dalam dua jenis


yaitu kosmetika perawatan kulit (skin care cosmetics) dan kosmetika riasan
(dekoratif/make up) untuk memperindah wajah. Kosmetika perawatan kulit
terbagi menjadi 3 macam yaitu kosmetika perawatan kulit (muka, badan, dan
lengan), rambut, dan kuku (Wasitaatmadja 1997). Berbagai bentuk sajian
produk dikembangkan, diantaranya krim (skin cream). Krim merupakan
sediaan yang umum diproduksi dengan bentuknya yang setengah padat,
berupa emulsi air dalam minyak (W/O) atau minyak dalam air (O/W), serta
mengandung tidak kurang dari 60% air. Skin cream merupakan perantara
bagi komponen yang berfungsi untuk mempertahankan kelembaban kulit,
melembutkan kulit, mencegah kehilangan air, membersihkan kulit, dan
mempertahankan bahan aktif pada permukaan kulit. Komponen penyusun
skin cream adalah moisturizer, pelembab, pengemulsi, bahan pengisi,
pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi, dan pengawet (Ansel 2005).

Pengembangan formulasi yang baik masih sangat diperlukan dalam


upaya memaksimalkan pemanfaatan squalene dari minyak ikan cucut botol.
Salah satu pemanfaatan squalene adalah di terapkan pada produk kosmetik
salah satunya adalah sediaan krim. Pemilihan sediaan nanokrim squalene
sebagai bentuk sediaan antiaging dan antioksidan sangatlah tepat,
mengingat manfaat penggunaan krim yang dapat melembabkan dan
memperbaiki garis halus serta kerutan pada kulit. Nanosqualen merupakan
system nanoemulsi yang terdiri dari minyak, air, surfaktan dan ko-surfaktan
yang membentuk ukuran nano (Indratmoko, 2016). Krim adalah bentuk
sediaan setengah padat (semisolid) yang mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarit atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Keuntungan
pemilihan system krim nanoemulsi sebagai sediaan topical yaitu dapat
meningkatkan kelarutan zat aktif dan mempercepat absorbs (Indratmoko,
2014). Selain itu, pemilihan nanokrim dalam bentuk emulsi sebagai teknologi
untuk sediaan squalene memiliki peluang yang besar dalam bidang industri
kosmetik.

Formulasi sediaan nanokrim squalene terdiri dari air, minyak,


surfaktan dan ko-surfaktan yang dimasukkan dalam basis krim. Surfaktan
berfungsi menurunkan tegangan antarmuka antara fase minyak dengan fase
air dengan membentuk lapisan film sehingga membentuk suatu system
nanoemulsi, sedangkan ko-surfaktan berfungsi memberikan penurunan
tegangan permukaan lebih lanjut (Tsai,2014).
BAB II

ISI

A. PENGERTIAN SQUALENE
Squalene merupakan triterpenoid dan intermediet biosentesis dari
sterol pada tumbuhan maupun hewan (Kelly, 1999). Pada umumnya
squalene banyak digunakan dalam industri kesehatan/farmasi sebagai
food supplement, penyembuh luka, penghalus kulit, pelembab
(emollient), pelindung kulit dari sengatan matahari, dan mencegah
penyakit kanker. Squalene terbesar di alam adalah pada hasil
perikanan yaitu pada hati hiu 35-80% (Jame et al. 2011). Lipid pada
hati hiu sebagian besar adalah golongan diasilgliseril eter dan
triasilgliserol, sedangkan sebagian besar lainnya merupakan golongan
hidrokarbon. Asam lemak yang terkandung pada minyak hati hiu
adalah monounsaturated fatty acid 62-84%, saturated fatty acid 11-
26%, dan polyunsaturated fatty acid 1-13% (Bakes dan Nichols,
1995). Besarnya kandungan lipid pada hati hiu dipengaruhi oleh
kedalaman daerah penangkapan, lokasi penangkapan, dan jenis
kelamin. Besarnya kandungan squalene dipengaruhi oleh spesies,
makanan dan musim penangkapan. Pengaruh proses penanganan
tidak banyak mempengaruhi komposisi lipid dan squalene pada hati
hiu.

Struktur Kimia Squalene


B. KELEBIHAN DAN KETERBATASAN SQUALENE
Beberapa sifat yang menonjol dari squalene di antaranya tidak toksis
dan tidak memberikan efek samping, dapat mengikat kelebihan
akumulasi obat non polar dalam tubuh, dapat mengurangi
pertumbuhan tumor dan dapat berfungsi sebagai pelindung pengaruh
radiasi. Sedangkan keterbatasannya dapat ditinjau dari struktur
kimianya. squalene merupakan triterpenoid dengan 6 buah ikatan
rangkap yang terisolasi yang relatif tidak stabil yang mudah
teroksidasi, sehingga mudah membentuk padatan polimer. Hal ini
merupakan salah satu masalah dalam penyimpanansqualene,
disamping masalah transportasinya khususnya bagi produk –produk
dalam bentuk minyak.

C. SQUALENE DALAM SEDIAAN KOSMETIK


Kosmetika menurut penggunaannya bagi kulit terbagi dalam dua jenis
yaitu kosmetika perawatan kulit (skin care cosmetics) dan kosmetika
riasan (dekoratif/make up) untuk memperindah wajah. Kosmetika
perawatan kulit terbagi menjadi 3 macam yaitu kosmetika perawatan
kulit (muka, badan, dan lengan), rambut, dan kuku (Wasitaatmadja,
1997). Berbagai bentuk sajian produk dikembangkan, diantaranya
krim (skin cream). Krim merupakan sediaan yang umum diproduksi
dengan bentuknya yang setengah padat, berupa emulsi air dalam
minyak (W/O) atau minyak dalam air (O/W), serta mengandung tidak
kurang dari 60% air. Skin cream merupakan perantara bagi komponen
yang berfungsi untuk mempertahankan kelembaban kulit,
melembutkan kulit, mencegah kehilangan air, membersihkan kulit, dan
mempertahankan bahan aktif pada permukaan kulit. Komponen
penyusun skin cream adalah moisturizer, pelembab, pengemulsi,
bahan pengisi, pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi, dan
pengawet (Ansel, 2005).
Kebutuhan dasar kosmetika secara umum dapat dipenuhi dengan
lima bahan penting, yaitu waxes dan oils, pengawet dan antiseptik,
antioksidan, warna, dan pewangi. Wax berfungsi untuk membentuk
film atau lapisan penolak air, membentuk lapisan emolien yang
tertinggal pada kulit, sebagai emulsifier, memperbaiki tekstur, dan
membentuk lapisan berkilat. Pengawet dan antiseptik berperan
sebagai bahan penghambat dan pencegah pertumbuhan
mikroorganisme. Antioksidan berfungsi untuk mencegah oksidasi
serta pewarna biasanya digunakan untuk kosmetika yang memerlukan
warna khusus seperti lipstik (Wasitaatmadja, 1997). Dalam formulasi
sediaan kosmetik, squalene berfungsi sebagai emolien atau pelembab
yang akan membentuk lapisan berminyak pada bagian kulit terluar
untuk menahan air agar tetap berada di kulit.

D. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Pengambilan Sampel
Sampel minyak ikan diambil di nelayan Cilacap. Sampel yang
digunakan adalah minyak ikan cucut botol
2. Formulasi Sediaan Nanokrim
Formula yang digunakan dalam pembuatan sediaan nanokrim O/W
yaitu:

Bahan Fungsi Formula (% b/b)


Squalene Zat aktif 5
VCO Fase minyak 20
Tween 800 Surfaktan 30,4
PEG 400 Ko-surfaktan 7,6
Aquadest Fase air 37
3. Pembuatan Sediaan Nanokrim Squalene
Metode pembuatan nanokrim squalene mengacu pada penelitian
yang dilakukan oleh Abdulkarim dkk (2010) mengenai pembuatan
nanokrim piroksikam dengan metode energi tinggi jenis high-shear
stirring dengan alat propeller. Modifikasi dilakukan pada alat yang
digunakan, yang sebelumnya digunakan propeller diganti dengan
menggunakan mixer yang sama-sama memiliki sistem rotor-stator
dan prinsip high-shear stirring.
Pembuatan nanokrim squalen dimulai dengan mencampurkan
surfaktan dan ko-surfaktan dengan alat mixer selama 15 menit,
kemudian ditambahkan squalene dan VCO kemudian dicampur
kembali selam 30 menit. Aquadest dicampurkan terakhir kemudian
dicampur selama 30 menit.

E. HASIL EVALUASI
1. Uji organoleptis, homogenitas dan Ph
Hasil uji organoleptis, homogenitas dan pH dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:

Parameter Hasil
Bau Khas kelapa
Warna Putih transparan
Bentuk Semi solid
Pemisahan fase Tidak ada
Homogenitas Homogen
pH 5
2. Uji Tipe Nanokrim
Hasil uji tipe nanokrim menunjukkan bahwa nanokrim yang
dihasilkan memiliki tipr O/W. Nanokrim dapat terdispersi sempurna
dalam air dan tidak terlarut sempurna dalam minyak dimana pada
pengujian diperoleh hasil dengan fase luar berwarna biru karena
metylen blue larut dalam air dengan globul (bulatan yang berada
ditengah) tidak berwarna. Tipe O/W ini memiliki keuntungan yaitu
mudah dicuci dengan air.
3. Uji Ukuran Droplet
Ukuran droplet nanokrim squalen memiliki ukuran rata-rata 16,3
nm. Hasil pengujian ukuran droplet menunjukkan bahwa ukuran
droplet nanokrim squalen memenuhi kriteria sediaan nanokrim
karena masuk dalam rentang <500 nm.
4. Uji Daya Sebar
Terlihat dengan adanya penambahan beban, diameter
penyebarannya juga semakin besar, sehingga semakin besar juga
luas penyebarannya, semakin mudah krim dioleskan, berarti krim
dapat terdistribusi secara merata di permukaan kulit.

Rata-rata tanpa Rara-rata beban Rata-rata beban


beban (cm2) 50 g (cm2) 100 g (cm2)
14,74 20,49 25,06
5. Uji Daya Lekat
Hasil uji daya lekat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-rata


(detik) (detik) (detik) (detik)
6,65 7,00 7,08 6,91
Adapun syarat waktu daya lekat yang baik adalah tidak kurang dari
4 detik (Garg et al., 2002) dimana semakin lama krim melekat pada
kulit maka efek yang ditimbulkan juga semakin besar. Dari hasil uji
daya lekat yaitu dengan nilai rata-rata 6,91 detik maka produ nano
krim tersebut telah memenuhi syarat daya lekat yaitu lebih dari 4 detik.
BAB III

PEMBAHASAN

Nanokrim squalen dibuat dengan menggunakan metode


emulsifikasi energy tinggi high-shear stirring karena dengan
menggunakan mixer yang memiliki sistem rotor-stator. Perbedaan antara
metode energy tinggi dengan energy rendah terletak pada energy yang
dibutuhkan untuk pembuatan serta pada titik kritis yang menentukan
keberhasilan dalam membuat sistem droplet yang berukuran nanometer.
Metode energy tinggi atau rendah berpengaruh langsung terhadap
proses pembentukan droplet.
Jumlah surfaktan dan kosurfaktan juga mempengaruhi
pembentukan system droplet berukuran nano. Surfaktan yang digunakan
pada penelitian ini yaitu tween 80 dan kosurfaktan menggunakan PEG
400. Pemilihan surfaktan ini mengacu pada penelitian Indratmoko (2014)
yang telah membuat sistem nano dengan campuran tween 80 dan PEG
400. Surfaktan digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan antar
fase sedangkan kosurfaktan digunakan membantu kerja surfaktan dalam
menurunkan tegangan permukaan dan mengurangi jumlah surfaktan
yang digunakan. Tween 80 memiliki nilai HLB sebesar 15 dan PEG 400
memiliki nilai HLB sebesar 13,1 dengan perbandingan 8:2 dalam
konsentrasi 38%, dan memiliki nilai HLB gabungan sebesar 14,62.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Squalene merupakan triterpenoid dan intermediet biosentesis dari
sterol pada tumbuhan maupun hewan (Kelly, 1999). Pada
umumnya squalene banyak digunakan dalam industri
kesehatan/farmasi sebagai food supplement, penyembuh luka,
penghalus kulit, pelembab (emollient), pelindung kulit dari
sengatan matahari, dan mencegah penyakit kanker.
2. Sediaan nanokrim squalen dapat dibuat dengan kombinasi
surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 yang dibuat dengan
menggunakan metode energy tinggi.
3. Sediaan nanokrim squalen memiliki sifat fisik sebagai berikut:
a. Bau khas kelapa, warna putih, transparan, bentuk semisolid,
tidak ada pemisahan fase, homogen dan pH 5.
b. Tipe nanokrim O/W.
c. Ukuran droplet sebesar 16,3 nm.
d. Memiliki daya sebar dan daya lekat
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, M.F., Abdullah, G.Z., Chitneni, M., Mahdi, E.S., Yam, M.F.,
Faisal, A., et all., 2010, Formulation and characterization of palm
oil esters based nano-cream for topical delivery of piroxical,
International Journal of Drug Delivery, 2, 287-298.
Ansel HC. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta
(ID): UI Press.
Budiarso, I.T., 2008, Squalene, Ekstrak Hati Ikan Cucut botol botol Botol
yang Ajaib.
Huang, D., Boxinou, Prior, R. R., 2005, The Chemistry Behind Antioxidant
Assay, Journal Agricfood Chem., 53 (6); 1849-4850.
Indratmoko, S., 2014, Pengembangan Nanopartikel Ekstrak Temulawak
Menggunakan Fase Minyak Ikan Cucut Botol dengan Teknologi
SNEDDS sebagai Antiinflamasi, Tesis, Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Septiana Indratmoko, Anita Ratna Faoziah, Hanifah Nurmayadah.,(2018).
Optimasi Formula Sediaan Nanokrim Squalen Dengan
Kombinasi Surfaktan Tween 80 Dan Kosurfaktan Peg 400.
Pharmaqueous : Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 1(1), 38-44.

Anda mungkin juga menyukai