Oleh:
Kelompok 6
PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
T.A 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
I. Analisis Kualitatif
Identifikasi bahan aktif (hidrokuinon)
- Krim malam NC16 : Reaksi warna hidrokuinon menggunakan FeCl3
terbentuk warna hijau dan reagent benedict akan berwarna merah.
Pembuatan Pereaksi
Pembuatan Larutan Floroglusinol 1%
- Krim malam NC16 dan CW1
Floroglusinol ditimbang secara seksama sebanyak 1,0 gram kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya ditambahkan etanol
96% hingga volumenya tepat 100,0 mL (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Pembuatan Larutan NaOH 0,5 N
- Krim malam NC16 dan CW1
NaOH ditimbang secara seksama sebanyak 20,0 gram kemudian dimasukkan
ke dalam labu ukur 1000 mL. Selanjutnya ditambahkan aquabidestilata
hingga volumenya tepat 1000,0 mL (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Pembuatan Eluen
- Krim malam NC16
1. Sistem A, dibuat dari campuran metanol dan kloroform dengan
perbandingan 1:1 (FI IV, 1995 dan Odumosu, 2010).
2. Sistem B, dibuat dari campuran n-heksan dan aseton dengan
perbandingan 3:2 (BPOM, 2011 dan Siddique et al, 2012).
3. Sistem C, dibuat dari campuran metanol dan air dengan perbandingan
45:55 (Siddique et al, 2012).
Campuran larutan dari masing-masing sistem dimasukkan ke dalam
bejana lalu bejana tersebut ditutup. Selanjutnya fase gerak tersebut
didiamkan hingga bejana terjenuhi oleh fase gerak.
Ekstraksi sampel
- Krim malam NC16
Sampel sebanyak 1,5 gram di dalam beaker glass 25 mL. Tambahkan 15,0
mL etanol 96% v/v sedikit demi sedikit, kemudian campur. Homogenkan
dalam tangas ultrasonik selama 10 menit. Setelah homogen tuang ke dalam
labu ukur 25 mL. dan diambahkan etanol 96% v/v sampai tanda, lalu
dihomogenkan. Selanjutnya letakkan labu ukur dalam tangas es hingga
terjadi pemisahan lemak selama lebih kurang 10 menit. Saring melalui kertas
saring (BPOM, 2011).
Uji Kualitatif Hidrokuinon metode Kromatografi Lapis Tipis
Krim pemutih Kota Manado
1. Plat KLT berukuran 20 x 20 cm diaktifkan dengan cara dipanaskan di
dalam oven pada suhu 1000C selama 1 jam.
2. Sampel ditotolkan pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler pada
jarak 1,5 cm dari bagian bawah plat, jarak antara noda adalah 2,5 cm.
Kemudian dibiarkan beberapa saat hingga mengering.
3. Plat KLT yang telah mengandung cuplikan dimasukkan ke dalam
chamber yang lebih terdahulu telah dijenuhkan dengan fase gerak berupa
N-heksan : aseton (3:2).
4. Dibiarkan hingga lempeng terelusi sempurna, kemudian plat KLT
diangkat dan dikeringkan.
5. Noda hasil pemisahan diamati di bawah cahaya lampu UV254 nm dan
tandai posisi bercak, semprotkan pereaksi perak nitrat. Kemudian
dihitung nilai Rf.
Krim malam NC16
1. Aktifkan lempeng pada suhu 100 C selama 10 menit.
2. Jenuhkan bejana kromatografi dengan masing-masing larutan
pengembang.
3. Totolkan secara terpisah, sejumlah volume sama (20 L) larutan baku, dan
larutan uji. Penotolan dapat dilakukan dua kali.
4. Kembangkan lempeng dalam bejana kromatografi di ruang gelap pada
suhu ruang hingga jarak rambat mencapai lebih kurang 15 cm dari titik
penotolan.
5. Pindahkan lempeng, dan keringkan pada suhu ruang.
6. Amati lempeng di bawah penyinaran lampu UV 254 nm, dan tandai
posisi bercak.
7. Hitung nilai Rf untuk masing-masing bercak.
8. Bandingkan nilai Rf bercak yang diperoleh dari larutan uji dengan
larutan baku.
- Krim malam CW1
Ditimbang hidrokuinon murni dan sampel masing-masing sebanyak 2 gram
kemudian dimasukkan ke dalam beker glass 25 ml selanjutnya ditambahkan
etanol 96% 15 ml sampai tanda. Campuran dihomogenkan diatas penangas
air suhu 60°C selama 10 menit dan kemudian masukkan dalam penangas es
sampai terpisah lemak dan lilin dengan fase cair lalu saring kemudian
saringan dapat digunakan untuk analisis KLT. Kemudian disiapkan plat KLT
berukuran 20x20 cm diaktifkan dengan cara dipanaskan di dalam oven pada
suhu 105°C selama 1 jam kemudian sampel ditotolkan pada plat KLT
dengan menggunakan pipa kapiler pada jarak 1,5 cm dari bagian bawah plat,
jarak antara noda adalah 2,5 cm. Kemudian dibiarkan beberapa saat hingga
mengering. Plat KLT yang telah mengandung cuplikan dimasukkan ke
dalam chamber yang terlebih dahulu telah dijenuhkan dengan fase gerak N-
heksan : aseton (3:2). Dibiarkan hingga lempeng terelusi sempurna,
kemudian plat KLT diangkat dan dikeringkan. Noda hasil pemisahan diamati
di bawah cahaya lampu UV254 nm kemudian dihitung nilai Rf. Dilakukan
replikasi yang sama dengan 2 eluen yang berbeda yaitu kloroform : metanol
(1:1) dan toluena : asam asetat glasial (1:4).
Validasi Metode
Linearitas
- Krim pemutih
- Kota kendari
Linearitas dihitung secara statistik melalui koefisien korelasi (r).
perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan cara memasukkan
konsentrasi dan absorbansi larutan baku (Gandjar dan Rohman, 2007)
- Krim malam pada Kota Surabaya
- NC16
Hasil absorbansi masing-masing konsentrasi pada kurva baku diplotkan
ke dalam regresi linier sehingga diperoleh persamaan kurva baku yaitu
Y= bx + a dan nilai koefisien korelasinya (r). Selanjutnya Linearitas
dihiting Vxo. Untuk linieritas, sebaiknya harga Vxo < 5% (Yuwono dan
Indrayanto, 2005).
- CW1
Untuk linieritas, sebaiknya harga Vxo ≤ 2% (Ahuya, 2000).
Batas Deteksi (Limit Of Detection, LOD) dan Batas Kuantifikasi (Limit Pf
Quantification, LOQ)
- Krim pemutih
- Kota Kendari
Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung secara statistik melalui
persamaan regresi linier dan kurva standar (Harmita, 2004). Perhitungan
tersebut dapat dilakukan dengan cara memasukkan absorbansi larutan
baku hasil pengukuran ke dalam persamaan regresi linier yang diperoleh.
- Krim malam
- NC16
(Limit of Detection dan Limit of Quantitation) Batas deteksi dan batas
kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui persamaan garis linear
dari kurva baku. LOD dan LOQ dapat dihitung dengan menggunakan
kurva kalibrasi Y=bx+a
- CW1
Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) dihitung dari persamaan
regresi kurva kalibrasi baku pembanding. Batas deteksi dan batas
kuantitasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Presisi
- Krim putih Kota Kendari
Uji presisi dilakukan dengan cara membuat larutan hidrokuinon konsentrasi
14 µg/mL kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum dan diulangi pengukurannya sebanyak 10 kali, selanjutnya dapat
diketahui nilai standar deviasi dan relative standar deviasi dari data yang
didapatkan (Miller danMiller,2010).
Akurasi
- Krim putih Kota Kendari
Ditimbang 25 mg sampel krim pemutih wajah yang tidak mengandung
hidrokuinon, kemudian disuspensikan dalam 50 ml metanol. Dengan metode
penambahan baku (standar adisi), ditambahkan larutan hidrokuinon 10
µg/ml, 25 µg/ml dan 50 µg/ml dalam larutan sampel. Analit uji dimasukkan
dalam kuvet kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang
maksimum dengan menggunakan spektrofotometer UV. Nilai yang
didapatkan dihitung nilai % recovery (Ibrahim dkk. 2004)
- Krim malam NC16
Sampel krim ditimbang 50,0 mg, krim yang telah ditimbang disuspensikan
dalam 5,0 mL etanol 96% lalu disaring dengan kertas saring ke dalam labu
ukur 10,0 mL. Selanjutnya dipepet sejumlah larutan dan masukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan hidrokuinon baku sebanyak 0,5 mL
dengan konsentrasi tertentu. Selanjutnya ditambahkan dengan 2,0 mL
pereaksi floroglusinol 1% dan 1,0 mL NaOH 0,5 N, panaskan diatas tangas
air pada suhu 70˚C selama 50 menit lalu dinginkan pada air dengan suhu
25˚C. Selanjutnya campuran larutan tersebut ditambahkan NaOH 0,5 N
hingga volumenya 5,0 mL lalu didiamkan. Baca absorbansinya
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
maksimum. Hasil absorbansi kemudian dipakai untuk menghitung nilai
perolehan kembali (persen recovery).
Spesifisitas
Krim pemutih Kota Kendari
Ditimbang 25 mg sampel krim pemutih, kemudian dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 mL dan ditambahkan metanol sampai tanda tera, selanjutnya
dilakukan pengocokan dan disaring. Larutan sampel kemudian diambil 4
mL dan ditambahkan masing-masing 3 mL larutan teofilin konsentrasi 10
µg/mL dan larutan hidrokuinon konsentrasi 14 µg/mL, kemudian dikocok
hingga homogen. Analit uji dimasukkan dalam kuvet kemudian dilihat
spektrum serapan yang terbentuk pada panjang gelombang 200- 400 nm.
Dibandingkan dengan spektrum yang dibentuk oleh larutan standar
hidrokuinon dan larutan standar teofilin (Sastrohamidjojo, 2001).
Penetapan Kadar Hidroquinon dalam Sampel
Krim pemutih Kota Kendari
Ditimbang masing-masing sampel krim pemutih sebanyak 25 mg dan
disuspensikan dalam metanol 50 mL, kemudian dikocok sampai homogen.
Dipipet 3 mL dan dimasukan ke dalam kuvet kemudian diukur
menggunakan spektrofotometer Uv-vis pada panjang gelombang
maksimum. Uji kualitatif, dilihat spektrum yang terbentuk menyerupai
spektrum yang ditunjukkan pada larutan baku hidrokuinon. Uji
kuantitatif, diukur absorbansi dari analit uji yang teridentifikasi pada uji
kualitatif pada panjang gelombang maksimum Kemudian dihitung
konsentrasinya berdasarkan persamaan regresi yang didapatkan pada
penentuan kurva standar.
Krim malam
NC16
Sampel krim ditimbang 50,0 mg, krim yang telah ditimbang
disuspensikan dalam 5,0 mL etanol 96% lalu disaring dengan kertas
saring ke dalam labu ukur 10,0 mL. Selanjutnya dipepet 1,0 mL larutan
dan masukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan
2,0 mL pereaksi floroglusinol 1% dan 1,0 mL NaOH 0,5 N, panaskan
diatas tangas air pada suhu 70˚C selama 50 menit lalu dinginkan pada
air dengan suhu 25˚C. Selanjutnya campuran larutan tersebut
ditambahkan NaOH 0,5 N hingga volumenya 5,0 mL lalu didiamkan.
Baca absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang maksimum.
CW1
Ditimbang ± 100 - 150 mg pada masing-masing sampel krim. Kemudian
dilarutkan dalam 5 mL etanol 95%, lalu disonifikasi selama 3 menit,
larutan disaring dengan kertas saring kedalam labu takar 10,0 mL dan
ditambahkan etanol 95% sampai tanda batas. Larutan tersebut dipipet
sebanyak 100 μL dan dimasukan kedalam labu takar 5,0 mL,
ditambahkan dengan etanol 95% sampai garis tanda. Dari larutan
tersebut dipipet lagi sebanyak 500 μL dan dimasukan ke dalam tabung
reaksi lalu ditambahkan dengan 1 mL larutan floroglusin 1% dan 1 mL
NaOH 0,5 N, lalu dipanaskan pada suhu 70°C selama 15 menit. Tabung
reaksi kemudian didinginkan dalam air bersuhu 25°C, selanjutnya
campuran larutan ditambahkan dengan NaOH 0,5 N hingga volumenya
5,0 mL. Kemudian didiamkan pada operating time dan dibaca
absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum. Masing-masing sampel direplikasi tiga kali.
BAB III
PEMBAHASAN
Krim pemutih
Kota Surabaya
Sampel krim pemutih wajah sebanyak dua belas sampel yang diambil
dari beberapa pasar di wilayah Surabaya Pusat (Pasar Blauran, Pasar
Kapasan, dan Pasar Wonorejo) dan pasar di wilayah Surabaya Utara
(Pasar Pegirian, Pasar Kedung Cowek, dan Pasar Tambakwedi)
masing-masing diberi kode A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K dan L.
Sampel dipreparasi dengan methanol untuk selanjutnya dilakukan
analisis kuantitatif dengan Spektrofotometer UV-Vis.
Larutan baku hidrokuinon disiapkan sebelum pengukuran sampel.
Larutan baku hidrokuinon dibuat untuk digunakan pada penentuan
panjang gelombang maksimum hidrokuinon dan pembuatan kurva baku
hidrokuinon. Serangkaian larutan baku hidrokuinon dengan konsentrasi
0,02 ; 0,04; 0,06 ; 0,08 ; 0,10 ; 0,20 ; 0,40 ppm dibuat, dimana dipilih
larutan baku dengan konsentrasi 0,08 ppm sebagai larutan dalam
penentuan panjang gelombang maksimum.
Scanning penentuan panjang gelombang dilakukan pada rentang 200-
400 nm dan diperoleh panjang gelombang maksimum hidrokuinon pada
penelitian ini sebesar 293 nm. Hasil ini telah sesuai dengan penelitian
yang dilakukan yang memperoleh 293 nm sebagai panjangan
gelombang maksimum untuk hidrokuinon. Kurva baku hidrokuinon
selanjutnya dibuat dengan mengukur absorbansi larutan baku
hidrokuinon pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh.
Absorbansi (y) yang diperoleh kemudian diplot terhadap konsentrasi
larutan baku (x). Kurva baku konsentrasi terhadap absorbansi
membentuk garis lurus (linear) dan menghasilkan persamaan regresi
linier y=2,8356+0,0018x dengan koefisien korelasi (R2) sebesar 0,9996.
Penentuan kadar sampel metode regresi linier merupakan metode
parametrik dengan variable bebas (konsentrasi sampel) dan variable
terikat (absorbansi sampel) menggunakan persamaan persamaan garis
regresi kurva larutan baku. Konsentrasi sampel dapat dihitung
berdasarkan persamaan kurva baku yang diperoleh
A 0,079 0,0053
B 0,016 0,0009
C 0,163 0,0107
D 0,309 0,0204
E 0,051 0,0033
F 0,227 0,0150
G 0,476 0,0331
H 0,267 0,0174
I 0,450 0,0314
J 0,409 0,0286
K 0,138 0,0093
L 0,036 0,0023
Tabel 1. Hasil Analisis Kuantitatif Kandungan Hidrokuinon pada Krim Pemutih Wajah
Kota Manado
Analisis zat Hidroquinon pada krim pemutih wajah yang beredar di Kota
Manado dengan menggunakan sampel A, B, C, dan D menggunakan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan metode spektrofotometri UV.
Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) digunakan untuk memisahkan
suatu campuran senyawa secara cepat dan sederhana, sedangkan metode
spektrofotometri UV digunakan untuk mengukur absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang (Day, 2002). Pada Metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT), lempeng KLT diaktifkan dengan cara
dipanaskan di dalam oven pada suhu 1000C selama satu jam untuk
melepaskan molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari
penyerap, sehingga pada proses elusi lempeng tersebut dapat menyerap
dan berikatan dengan sampel (Anonim, 2010). Lempeng dielusi di dalam
chamber yang berisi fase gerak, yaitu N-heksan : aseton dengan
perbandingan 3 : 2. Menurut Kustantinah (2011) penggunaan fase gerak
tersebut didasarkan pada prosedur penelitian yang dilakukan oleh BPOM
RI tentang metode analisis identifikasi dan penetapan kadar hidroquinon
dalam kosmetika secara kromatografi lapis tipis dan kromatografi cair
kinerja tinggi. Pengamatan bercak dengan nilai Rf yang diperoleh dengan
cara membagi jarak yang ditempuh zat terlarut dengan jarak yang
ditempuh pelarut (Khopkar, 2002).
Hasil penelitian Kromatografi Lapis Tipis (KLT), membuktikan bahwa
keempat sampel krim pemutih wajah, yaitu sampel A, B, C, dan D yang
beredar di Kota Manado tidak teridentifikasi adanya hidroquinon. Untuk
membuktikan secara lebih jelas ada tidaknya kandungan hidroquinon,
maka keempat sampel tersebut dianalisis menggunakan spektrofotometer
UV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai absorbansi dan panjang
gelombang hidroquinon untuk baku hidroquinon, yaitu λmax 295 nm
dengan absorbansi 2.690. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjono
(1985) dalam Suzanty (2011) bahwa hidroquinon akan memberikan
serapan pada panjang gelombang 295 nm. Nilai absorbansi dan panjang
gelombang untuk sampel A, yaitu λ 276 nm dengan absorbansi 9.999;
untuk sampel B, yaitu λ 295 nm dengan absorbansi -0.185; untuk sampel
C, yaitu λ 297 nm dengan absorbansi 0.115; sedangkan untuk sampel D,
yaitu λ 297 nm dengan absorbansi 0.099. Hal ini menunjukkan bahwa
keempat sampel krim pemutih wajah yang beredar di Kota Manado tidak
mengandunG hidroquinon, karena keempat sampel tersebut mempunyai
panjang gelombang yang berbeda dengan baku hidroquinon. Perbedaan
panjang gelombang keempat sampel dengan panjang gelombang baku
hidroquinon diduga karena adanya zat-zat berbahaya lain.
Kota Kendari
Validasi Metode
Validasi metode analisis merupakan suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk
membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk
penggunaannya. Validasi metode dibutuhkan karena merupakan standar
ISO 17025:2005, untuk mencapai hasil dan membuktikan kebenarannya
dan sebagai sistem manajemen mutu. Hasil Uji Validasi metode dapat
dilihat pada Tabel 1.
Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematika yang baik,
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Penentuan linearitas
kurva standar hidrokuinon berdasarkan nilai serapan pada rentang 4 sampai
16 µg/mL dalam larutan metanol pada panjang gelombang maksimum 293
nm. Linearitas kurva standar dapat dilihat pada pada Gambar 1.
Uji kualitatif adalah uji yang dilakukan untuk menentukan ada tidaknya
hidrokuinon dalam krim pemutih wajah. Pengujian sampel krim pemutih
wajah secara kualitatif dengan mengamati spektrum yang terbentuk tiap
sampel. Perbandingan spektrum sampel A, B, C, D dan E terhadap standar
hidrokuinon dapat dilihat pada Gambar 3.
Spektrum yang dibentuk oleh sampel menunjukan bahwa sampel A dan C
positif mengandung hidrokuinon, sedangkan pada sampel B, D dan E
negatif. Setelah diketahui sampel yang positif mengandung hidrokuinon,
kemudian dilakukan uji kuantitatif. Hasil uji kuantitatif sampel A dan C
secara berturut-turut dengan tiga kali pengulangan adalah 1,968 %; 1,964
%; 1,967 % dan 1,589 %; 1,592 %; 1,592 %.
Krim Malam
- NC16
Hasil Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hidrokuinon dalam Sediaan Krim Malam
NC-16 dan NC-74
KESIMPULAN
Krim pemutih
- Kota Surabaya
Analisis kuantitatif kandungan hidrokuinon pada sampel krim pemutih
wajah yang beredar di wilayah Surabaya Pusat dan Surabaya Utara
menunjukkan bahwa seluruh sampel krim pemutih pada penelitian ini
mengandung hidrokuinon, dan kadar tertinggi hidrokuinon diperoleh pada
sampel G dengan perolehan kadar hidrokuinon sebesar 0,0331%, dan secara
keseluruhan kadar hidrokuinon pada sampel yang digunakan dalam
penelitian ini tidak melebihi batas kadar hidrokuinon yang ditetapkan
BPOM, yaitu tidak lebih dari 2%.
- Kota Manado
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa krim
pemutih yang dianalisis dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan
Spektrofotometri UV membuktikan keempat sampel krim pemutih wajah,
yaitu sampel A, B, C, dan D yang beredar di Kota Manado tidak
teridentifikasi adanya hidroquinon dan bebas dari kandungan zat
hidroquinon.
- Kota Kendari
1. Metode spektrofotometri UV dengan linearitas adalah 0,9998, batas
deteksi
dengan kadar 0,471 µg/mL dan batas kuantifikasi dengan kadar 1,570
µg/mL.
2. Metode spektrofotometri UV menunjukan nilai % recovery sebesar 97-
101% dengan 3 konsentrasi yang berbeda, uji presisi dalam dengan nilai
RSD sebesar 0,082 % dan pengujian spesifisitas menunjukan tidak
spesifik untuk sampel hidrokuinon.
3. Berdasarkan 5 sampel krim pemutih wajah yang beredar di salon
kecantikan Kota Kendari diketahui hanya 2 sampel yang positif
mengandung hidrokuinon, dengan kadar < 2 % yaitu 1,966% dan 1,591
%.
- Krim Malam Kota Surabaya
- NC16
1. Hasil validasi metode diperoleh KV = 0,47% dan persen recovery
berturutturut 104,73%; 98,87% dan 99,57%. Hasil tersebut memenuhi
persyaratan validasi metode analisis.
2. Berdasarkan uji kualitatif, secara organoleptis, reaksi warna dan
penentuan profil hidrokuinon pada sediaan krim malam NC-16 dan
NC-74, hanya sediaan NC-16 yang positif mengandung hidrokuinon
dan diperoleh kadar hidrokuinon krim NC-16 adalah 3,71%.
- CW1
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada
uji kualitatif, secara organolpetis, KLT, reaksi warna dan penentuan
profil hidrokuinon, sediaan krim malam CW1 dan CW2 mengandung
hidrokuinon.
Dari validasi metode yang dilakukan diperoleh harga yang menunjukkan
bahwa metode penetapan kadar yang dilakukan memenuhi persyaratan
validasi, dengan nilai linieritas r = 0,999 dan nilai Vxo = 1,4%. Presisi
memenuhi syarat diperoleh harga KV sampel CW1 dan CW2 berturut –
turut = 0,94% dan 1,35%. Akurasi memenuhi syarat karena diperoleh
nilai %Recovery dalam sampel CW1 dengan rentang = 90,8 - 101,73%
dan sampel CW2 dengan rentang = 91,08 –102,11%. Analisis
hidrokuinon pada sampel CW1 dan CW2 secara kuantitatif
menggunakan spektrofotometri UV-Vis untuk menganalisis kadar
hidrokuinon dalam sediaan krim malam CW1 dan CW2 diperoleh
berturut-turut = 4,05% dan 3,09%.
DAFTAR PUSTAKA