Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF HIDROQUINON DENGAN

METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

Dosen Pengampu : Andika, M.Farm., Apt

Oleh:

Kelompok 6

Aufa Ahdia 1848201110018

M. Ferdy Yahya R. 1848201110066

Nadia Inayati 1848201110087

Rika Aulia Savitri 1848201110126

Rossajatul Aisy 1848201110132

PRODI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

T.A 2020
BAB 1
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Saat ini, semakin banyak orang yang memperhatikan penampilannya.


Kebanyakan wanita menginginkan kulit yang bersih, putih dan cerah serta
menghindari kulit yang kusam dan gelap sehingga wanita cenderung menghabiskan
waktu untuk merawat kulitnya. Bagi kebanyakan wanita Indonesia, kulit yang
bersih, halus, berwarna terang dan bebas dari noda kecoklatan merupakan kulit yang
cantik, sehingga adanya gangguan pigmentasi dianggap menganggu kecantikan
kulitnya. Mencegah efek buruk paparan sinar matahari dapat dilakukan dengan cara
menghindari paparan berlebihan sinar matahari, memakai pelindung fisik seperti
jaket atau payung dan pemakaian tabir surya (Baran dan Howard, 1998). Tindakan
pencegahan lainnya dapat dilakukan dengan penanggulangan gangguan pigmentasi
pada kulit antara lain dengan menggunakan produk pencerah kulit. Salah satu bahan
pencerah kulit yaitu hidrokuinon (Mitsui, 1997).

Hydroquinone adalah senyawa fenolik secara kimia (1, 4-dihydroxybenzene)


yang memiliki rumus kimia C6H4 (OH)2. Zat ini adalah zat pereduksi yang larut
dalam air yang digunakan secara luas dalam krim kulit topikal. Ini bertindak
sebagai agen di-pigmen dengan menghambat melanogenesis. [1,2] Ini berguna
dalam pengobatan dischromias (melasma), vitiligo kontak, pigmentasi pasca
inflamasi hiper (PIH), dermatitis seboroik dan ochronosisetogen eksogen.

HQ terutama mempengaruhi melanosit dalam proses melanogenesis dan


diperlakukan sebagai terapi standar emas untuk PIH. Kerjanya dengan menyebabkan
penghambatan enzim tyrosinase yang reversibel dan merusak melanosom dan
melanosit, sehingga menurunkan kandungan melanin dalam keratinosit baru yang
terbentuk. Ini biasanyadigunakan pada konsentrasi 2-4%. Ini aman dikombinasikan
dengan retinoid dan steroid dalam rejimen kligman (5% hidrokuinon, 0,1%
deksametason, 0,1% tretinoin) yang digunakan untuk mengobati hiper pigmentasi.
Krim HQ 4% yang tersedia secara komersial adalah krim keputihan dan
diindikasikan untuk hiperpigmentasi akut yang dihasilkan karena bekas jerawat,
PIH, melasma, dll. HQ, bila digunakan dalam konsentrasi lebih dari 4%, dapat
menyebabkan iritasi kulit, kemerahan kulit, dan dermatitis, dll. Obat-obatan topikal,
ketika diberikan melalui formulasi konvensional, menghadapi rintangan utama
untuk melintasi lapisan stratum korneum yang bertindak sebagai penghalang
terhadap permeasi kulit. Jadi, obat-obatan ini diformulasikan dalam sistem pembawa
lipid seperti liposom, niosom, nanopartikel lipid padat (SLN), pembawa lipid nano
(NLC), etosom, transferosom yang meningkatkan permeasi kulit dan semakin
meningkatkan ketersediaan hayati molekul aktif.

Menurut Peraturan BPOM dalam surat PUBLIC


WARNING/PERINGATAN Nomor: KH.00.01.43.250-3 tanggal 11 Juni 2009
tentang kosmetik mengandung bahan berbahaya/bahan dilarang termasuk
Hidrokuinon, dimana penggunaan bahan tersebut dalam sediaan kosmetik dapat
membahayakan kesehatan dan dilarang digunakan. Hidrokuinon termasuk golongan
obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya
pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit,
kulit menjadi merah dan rasa terbakar juga dapat menyebabkan kelainan pada ginjal,
kanker darah dan kanker sel hati (Ditjen POM RI, 2009).

Krim yang mengandung hidrokuinon banyak digunakan untuk


menghilangkan bercak-bercak pada wajah (Ibrahim dkk, 2004). Penggunaan
hidrokuinon dalam jangka panjang dan dosis tinggi dapat menyebabkan
hiperpigmentasi terutama pada daerah kulit yang terkena sinar matahari langsung
dan dapat menimbulkan ochronosis (kulit berwarna kehitaman). Krim yang
mengandung hidrokuinon akan terakumulasi dalam kulit dan dapat menyebabkan
mutasi dan kerusakan DNA, sehingga kemungkinan pada pemakaian jangka panjang
bersifat karsinogenik (BPOM RI, 2008). Konsentrasi hidrokuinon > 2 % dalam krim
termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter
(BPOM RI, 2007). Oleh karena itu, penggunaan hidrokuinon dalam kosmetika
dengan konsentrasi yang tinggi telah dilarang penggunaanya (Amponsah, 2010).
Hasil investigasi dan pengujian laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia (BPOM) tahun 2006 dan 2007 terhadap kosmetika yang beredar,
ditemukan beberapa bahan yang dilarang digunakan dalam kosmetika. Salah satu
bahan diantaranya adalah hidrokuinon dengan konsentrasi > 2 % (BPOM RI, 2007).

Metode analisis hidrokuinon dapat dilakukan dengan beberapa cara. Secara


umum metode analisis hidrokuinon terdiri dari Titrasi Redoks (Departemen
Kesehatan RI, 1995), Misellar Electrokinetics Chromatography (Jangseokim dan
Younseong Kim, 2005), Capillary Electrochromatography (Desinderio, 2000),
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) (BPOM RI, 2011), Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT) (BPOM RI, 2011), dan Spektofotometri UV (Aryani dkk, 2010).
Pengukuran dengan metode Spektrofotometri UV tergolong mudah dengan kinerja
yang cepat jika dibanding dengan pengukuran dengan menggunakan metode lain.
Selain itu senyawa yang akan dianalisis memiliki kromofor pada strukturnya
sehingga memenuhi syarat untuk dapat dianalisis menggunakan metode
spektrofotometri.
Adapun beberapa penelitian dari analisis kualitatif dan kuantitatif
Hidroquinon yang akan kami ulas dengan metode Spektrofotometri UV-Vis
berdasarkan jurnal yang didapat.
Tujuan dari penelitian jurnal yang akan diulas adalah untuk
mengidentifikasi hidrokuinon dalam sampel krim pemutih wajah yang ada di Kota
Kendari, Manado dan Surabaya. Dan juga mengidentifikasi krim malam NC-16 dan
CW1 yang ada di Kota Surabaya serta penetapan kadarnya.
BAB II
PROSEDURAL KERJA

I. Analisis Kualitatif
Identifikasi bahan aktif (hidrokuinon)
- Krim malam NC16 : Reaksi warna hidrokuinon menggunakan FeCl3
terbentuk warna hijau dan reagent benedict akan berwarna merah.
Pembuatan Pereaksi
 Pembuatan Larutan Floroglusinol 1%
- Krim malam NC16 dan CW1
Floroglusinol ditimbang secara seksama sebanyak 1,0 gram kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya ditambahkan etanol
96% hingga volumenya tepat 100,0 mL (Departemen Kesehatan RI, 1995).
 Pembuatan Larutan NaOH 0,5 N
- Krim malam NC16 dan CW1
NaOH ditimbang secara seksama sebanyak 20,0 gram kemudian dimasukkan
ke dalam labu ukur 1000 mL. Selanjutnya ditambahkan aquabidestilata
hingga volumenya tepat 1000,0 mL (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Pembuatan Eluen
- Krim malam NC16
1. Sistem A, dibuat dari campuran metanol dan kloroform dengan
perbandingan 1:1 (FI IV, 1995 dan Odumosu, 2010).
2. Sistem B, dibuat dari campuran n-heksan dan aseton dengan
perbandingan 3:2 (BPOM, 2011 dan Siddique et al, 2012).
3. Sistem C, dibuat dari campuran metanol dan air dengan perbandingan
45:55 (Siddique et al, 2012).
Campuran larutan dari masing-masing sistem dimasukkan ke dalam
bejana lalu bejana tersebut ditutup. Selanjutnya fase gerak tersebut
didiamkan hingga bejana terjenuhi oleh fase gerak.
Ekstraksi sampel
- Krim malam NC16
Sampel sebanyak 1,5 gram di dalam beaker glass 25 mL. Tambahkan 15,0
mL etanol 96% v/v sedikit demi sedikit, kemudian campur. Homogenkan
dalam tangas ultrasonik selama 10 menit. Setelah homogen tuang ke dalam
labu ukur 25 mL. dan diambahkan etanol 96% v/v sampai tanda, lalu
dihomogenkan. Selanjutnya letakkan labu ukur dalam tangas es hingga
terjadi pemisahan lemak selama lebih kurang 10 menit. Saring melalui kertas
saring (BPOM, 2011).
Uji Kualitatif Hidrokuinon metode Kromatografi Lapis Tipis
 Krim pemutih Kota Manado
1. Plat KLT berukuran 20 x 20 cm diaktifkan dengan cara dipanaskan di
dalam oven pada suhu 1000C selama 1 jam.
2. Sampel ditotolkan pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler pada
jarak 1,5 cm dari bagian bawah plat, jarak antara noda adalah 2,5 cm.
Kemudian dibiarkan beberapa saat hingga mengering.
3. Plat KLT yang telah mengandung cuplikan dimasukkan ke dalam
chamber yang lebih terdahulu telah dijenuhkan dengan fase gerak berupa
N-heksan : aseton (3:2).
4. Dibiarkan hingga lempeng terelusi sempurna, kemudian plat KLT
diangkat dan dikeringkan.
5. Noda hasil pemisahan diamati di bawah cahaya lampu UV254 nm dan
tandai posisi bercak, semprotkan pereaksi perak nitrat. Kemudian
dihitung nilai Rf.
 Krim malam NC16
1. Aktifkan lempeng pada suhu 100 C selama 10 menit.
2. Jenuhkan bejana kromatografi dengan masing-masing larutan
pengembang.
3. Totolkan secara terpisah, sejumlah volume sama (20 L) larutan baku, dan
larutan uji. Penotolan dapat dilakukan dua kali.
4. Kembangkan lempeng dalam bejana kromatografi di ruang gelap pada
suhu ruang hingga jarak rambat mencapai lebih kurang 15 cm dari titik
penotolan.
5. Pindahkan lempeng, dan keringkan pada suhu ruang.
6. Amati lempeng di bawah penyinaran lampu UV 254 nm, dan tandai
posisi bercak.
7. Hitung nilai Rf untuk masing-masing bercak.
8. Bandingkan nilai Rf bercak yang diperoleh dari larutan uji dengan
larutan baku.
- Krim malam CW1
Ditimbang hidrokuinon murni dan sampel masing-masing sebanyak 2 gram
kemudian dimasukkan ke dalam beker glass 25 ml selanjutnya ditambahkan
etanol 96% 15 ml sampai tanda. Campuran dihomogenkan diatas penangas
air suhu 60°C selama 10 menit dan kemudian masukkan dalam penangas es
sampai terpisah lemak dan lilin dengan fase cair lalu saring kemudian
saringan dapat digunakan untuk analisis KLT. Kemudian disiapkan plat KLT
berukuran 20x20 cm diaktifkan dengan cara dipanaskan di dalam oven pada
suhu 105°C selama 1 jam kemudian sampel ditotolkan pada plat KLT
dengan menggunakan pipa kapiler pada jarak 1,5 cm dari bagian bawah plat,
jarak antara noda adalah 2,5 cm. Kemudian dibiarkan beberapa saat hingga
mengering. Plat KLT yang telah mengandung cuplikan dimasukkan ke
dalam chamber yang terlebih dahulu telah dijenuhkan dengan fase gerak N-
heksan : aseton (3:2). Dibiarkan hingga lempeng terelusi sempurna,
kemudian plat KLT diangkat dan dikeringkan. Noda hasil pemisahan diamati
di bawah cahaya lampu UV254 nm kemudian dihitung nilai Rf. Dilakukan
replikasi yang sama dengan 2 eluen yang berbeda yaitu kloroform : metanol
(1:1) dan toluena : asam asetat glasial (1:4).

II. Analisis Kuantitatif


Pembuatan Larutan Baku Hidrokuinon
 Untuk krim pemutih :
- Kota Kendari
Ditimbang hidrokuinon murni sebanyak 5 mg dan dilarutkan dalam 2 mL
metanol. Larutan tersebut dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu
ukur 100 mL dan ditambahkan metanol sampai tepat 100 mL, kemudian
larutan dikocok sampai homogen. Sehingga didapatkan konsentrasi baku
hidrokuinon 50 µg/Ml dalam metanol.
- Kota Surabaya
Ditimbang standar hidrokuinon sebanyak 5 mg dilarutkan dengan
metanol, lalu dimasukkan dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan
metanol sampai tepat 100 mL, kemudian larutan dikocok sampai
homogen. Sehingga didapatkan konsentrasi baku hidrokuinon 50 ppm
dalam metanol. Dipipet 10 mL larutan baku 50 ppm dimasukkan dalam
labu ukur 50 mL tambahkan dengan larutan metanol hingga tepat 50 mL
lalu dikocok hingga homogen. Didapatkan larutan dengan konsentrasi 10
ppm. Dipipet 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 ; 1 ; 1,5 mL dari larutan baku 10
ppm masukkan masing-masing ke dalam labu ukur 50 mL tambahkan
metanol sampai tanda. Didapatkan larutan dengan konsentrasi 0,02 ; 0,04
; 0,06 ; 0,08 ; 0,10 ; 0,20 ; 0,30 ppm.

 Untuk krim malam di Kota Surabaya :


- NC-16
Hidrokuinon baku dibuat dengan konsentrasi 1000 bpj, dari larutan baku
ini dibuat larutan baku dibuat pengenceran 5 konsentrasi baku kerja.
- CW1
Ditimbang hidrokuinon murni sebanyak 50,0 mg dan dilarutkan dalam
sejumlah tertentu etanol 95%. Larutan tersebut dipindahkan secara
kuantitatif ke dalam labu ukur 100,0 ml dan ditambahkan etanol 95%
sampai tepat 100,0 ml, kemudian larutan dikocok sampai homogen.
Sehingga didapatkan konsentrasi baku induk hidrokuinon 500 bpj dalam
etanol 95%.

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum


 Untuk krim pemutih :
- Kota Kendari
Dipipet 2,8 mL dari larutan baku 50 µg/mL masukkan dalam labu ukur
10 mL, diencerkan dengan larutan metanol sampai tanda tera lalu
dikocok hingga homogen dan dihasilkan larutan hidrokuinon dengan
konsentrasi 14 µg/mL. Larutan 14 µg/mL diukur pada panjang
gelombang 200-400 nm.
- Kota Surabaya
Dipipet 0,4 mL dari larutan baku 10 ppm masukkan dalam labu ukur 50
mL, diencerkan dengan larutan metanol sampai tanda tera lalu dikocok
hingga homogen dan dihasilkan larutan hidrokuinon dengan konsentrasi
0,08 ppm. Larutan 0,08 ppm diukur pada panjang gelombang 200-400
nm (dihasilkan pada panjang gelombang maksimum 293 nm).

 Untuk krim malam di Kota Surabaya


- NC16 (dengan Penambahan Pereaksi Floroglusinol dalam NaOH 0,5 N)
Larutan baku kerja hidrokuinon sebanyak 0,5 mL ditambahkan dengan
2,0 mL pereaksi floroglusinol 1% dan 1,0 mL NaOH 0,5 N, kemudian
dipanaskan dalam penangas air pada suhu 70oC selama 50 menit.
Tabung reaksi kemudian didinginkan dalam air bersuhu 25oC, kemudian
campuran larutan ditambahkan NaOH 0,5 N hingga volumenya 5,0 mL.
Larutan dikocok hingga tercampur sempurna. Selanjutnya absorbansi
larutan tersebut dibaca pada panjang gelombang 400-800 nm. Panjang
gelombang maksimum dipilih berdasarkan nilai absorbansi tertinggi.

- CW1 (dalam NaOH)


Larutan baku kerja konsentrasi 10 bpj dipipet 250 μL dalam tabung
reaksi ditambahkan dengan 1 mL pereaksi floroglusin 1% dan 1 mL
NaOH 0,5 N, kemudian dipanaskan dalam penangas air pada suhu 70°C
selama 15 menit. Larutan tersebut didinginkan dalam air bersuhu 25°C,
kemudian ditambahkan dengan NaOH 0,5 N hingga volumenya 5,0 mL
di dalam tabung reaksi dengan menggunakan mikropipet. Larutan
dikocok hingga tercampur sempurna. Selanjutnya dibaca absorbansi
larutan tersebut pada panjang gelombang 400-700 nm sehingga diperoleh
panjang gelombang maksimum.

Pembuatan Kurva Standar


 Untuk krim pemutih :
- Kota Kendari
Dipipet larutan baku 50 µg/mL sebanyak 0,4; 1,2; 2,0; 2,8; 3,6; 4,4; 5,2
mL, masing-masing dimasukkan dalam gelas ukur 10 mL tambahkan
dengan larutan metanol sampai tanda tera lalu dikocok hingga homogen.
Didapatkan larutan dengan konsentrasi 2, 6, 10, 14, 18, 22, dan 26
µg/mL kemudian diukur pada panjang gelombang maksimum yang
didapatkan pada pengukuran panjang gelombang sebelumnya dan
metanol sebagai blanko. Cara untuk membuat kurva standar yaitu dengan
memplot konsentrasi vs absorbansi.

 Untuk krim malam di Kota Surabaya :


- NC16
Larutan hidrokuinon baku kerja masing-masing konsentrasi sebanyak 0,5
mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan
2,0 mL pereaksi floroglusinol 1% dan 1,0 mL larutan NaOH 0,5 N, lalu
dipanaskan dalam penangas air pada suhu 70oC selama 50 menit.
Tabung reaksi kemudian didinginkan dalam air bersuhu 25oC,
selanjutnya campuran larutan ditambahkan NaOH 0,5 N hingga
volumenya 5,0 mL lalu didiamkan. Selanjutnya masingmasing larutan
dibaca absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UVVis
pada panjang gelombang maksimum. Hasil absorbansi dari masing-
masing konsentrasi baku kerja diplotkan kedalam regresi linear, sehingga
diproleh persamaan kurva baku Y= bx + a.

- CW1 (dalam NaOH)


Diambil larutan hidrokuinon dengan konsentrasi 0,5 – 2,5 bpj masing-
masing sejumlah tertentu sesuai dengan pemipetan dengan mikropipet,
lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan
dengan1 mL pereaksi floroglusin 1% dan 1 mL larutan NaOH 0,5 N lalu
dipanaskan dalam penangas air pada suhu 70°C selama 15 menit.
Larutan tersebut kemudian didinginkan dalam air bersuhu 25°C,
selanjutnya campuran larutan ditambahkan dengan NaOH 0,5 N hingga
volumenya 5,0 ml menggunakan mikropipet. Selanjutnya didiamkan
selama operating time dan masing-masing larutan dibaca absorbansinya
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum dengan menggunakan blanko NaOH. Hasil
absorbansi yang diperoleh pada masing-masing konsentrasi diplotkan ke
dalam regresi linier sehingga diperoleh persamaan kurva baku yaitu Y=
bx + a. Persamaan kurva baku yang diperoleh akan menjadi dasar dalam
perhitungan kadar.

Penentuan Time Scanning


- Krim malam NC16
Larutan hidrokuinon sebanyak 0,5 mL dimasukan ke dalam lima tabung
reaksi kemudian ditambahkan dengan 2,0 mL pereaksi floroglusinol 1%
dan 1,0 mL NaOH 0,5 N, kemudian dipanaskan dalam penangas air pada
suhu 70oC selama 50 menit. Larutan tersebut kemudian didinginkan
dalam air bersuhu 25oC, kemudian campuran larutan ditambahkan
dengan NaOH 0,5 N hingga volumenya 5,0 mL dalam labu ukur.
Selanjutnya dilakukan time scanning.
- Krim malam CW1
Larutan baku kerja konsentrasi 10 bpj dipipet 250 μL dimasukan ke
dalam lima tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan 1 mL pereaksi
floroglusin 1% dan 1 mL NaOH 0,5 N, kemudian dipanaskan dalam
penangas air pada suhu 70°C selama 15 menit. Larutan tersebut
kemudian didinginkan dalam air bersuhu 25°C, kemudian campuran
larutan ditambahkan dengan NaOH 0,5N menggunakan mikropipet
hingga volumenya 5,0 mL dalam tabung reaksi. Selanjutnya dibaca
absorbansinya pada menit ke 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16 dan 18 pada
panjang gelombang maksimum sehingga didapatkan operating time.

Validasi Metode
Linearitas
- Krim pemutih
- Kota kendari
Linearitas dihitung secara statistik melalui koefisien korelasi (r).
perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan cara memasukkan
konsentrasi dan absorbansi larutan baku (Gandjar dan Rohman, 2007)
- Krim malam pada Kota Surabaya
- NC16
Hasil absorbansi masing-masing konsentrasi pada kurva baku diplotkan
ke dalam regresi linier sehingga diperoleh persamaan kurva baku yaitu
Y= bx + a dan nilai koefisien korelasinya (r). Selanjutnya Linearitas
dihiting Vxo. Untuk linieritas, sebaiknya harga Vxo < 5% (Yuwono dan
Indrayanto, 2005).
- CW1
Untuk linieritas, sebaiknya harga Vxo ≤ 2% (Ahuya, 2000).
Batas Deteksi (Limit Of Detection, LOD) dan Batas Kuantifikasi (Limit Pf
Quantification, LOQ)
- Krim pemutih
- Kota Kendari
Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung secara statistik melalui
persamaan regresi linier dan kurva standar (Harmita, 2004). Perhitungan
tersebut dapat dilakukan dengan cara memasukkan absorbansi larutan
baku hasil pengukuran ke dalam persamaan regresi linier yang diperoleh.
- Krim malam
- NC16
(Limit of Detection dan Limit of Quantitation) Batas deteksi dan batas
kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui persamaan garis linear
dari kurva baku. LOD dan LOQ dapat dihitung dengan menggunakan
kurva kalibrasi Y=bx+a
- CW1
Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) dihitung dari persamaan
regresi kurva kalibrasi baku pembanding. Batas deteksi dan batas
kuantitasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Presisi
- Krim putih Kota Kendari
Uji presisi dilakukan dengan cara membuat larutan hidrokuinon konsentrasi
14 µg/mL kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum dan diulangi pengukurannya sebanyak 10 kali, selanjutnya dapat
diketahui nilai standar deviasi dan relative standar deviasi dari data yang
didapatkan (Miller danMiller,2010).
Akurasi
- Krim putih Kota Kendari
Ditimbang 25 mg sampel krim pemutih wajah yang tidak mengandung
hidrokuinon, kemudian disuspensikan dalam 50 ml metanol. Dengan metode
penambahan baku (standar adisi), ditambahkan larutan hidrokuinon 10
µg/ml, 25 µg/ml dan 50 µg/ml dalam larutan sampel. Analit uji dimasukkan
dalam kuvet kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang
maksimum dengan menggunakan spektrofotometer UV. Nilai yang
didapatkan dihitung nilai % recovery (Ibrahim dkk. 2004)
- Krim malam NC16
Sampel krim ditimbang 50,0 mg, krim yang telah ditimbang disuspensikan
dalam 5,0 mL etanol 96% lalu disaring dengan kertas saring ke dalam labu
ukur 10,0 mL. Selanjutnya dipepet sejumlah larutan dan masukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan hidrokuinon baku sebanyak 0,5 mL
dengan konsentrasi tertentu. Selanjutnya ditambahkan dengan 2,0 mL
pereaksi floroglusinol 1% dan 1,0 mL NaOH 0,5 N, panaskan diatas tangas
air pada suhu 70˚C selama 50 menit lalu dinginkan pada air dengan suhu
25˚C. Selanjutnya campuran larutan tersebut ditambahkan NaOH 0,5 N
hingga volumenya 5,0 mL lalu didiamkan. Baca absorbansinya
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
maksimum. Hasil absorbansi kemudian dipakai untuk menghitung nilai
perolehan kembali (persen recovery).
Spesifisitas
 Krim pemutih Kota Kendari
Ditimbang 25 mg sampel krim pemutih, kemudian dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 mL dan ditambahkan metanol sampai tanda tera, selanjutnya
dilakukan pengocokan dan disaring. Larutan sampel kemudian diambil 4
mL dan ditambahkan masing-masing 3 mL larutan teofilin konsentrasi 10
µg/mL dan larutan hidrokuinon konsentrasi 14 µg/mL, kemudian dikocok
hingga homogen. Analit uji dimasukkan dalam kuvet kemudian dilihat
spektrum serapan yang terbentuk pada panjang gelombang 200- 400 nm.
Dibandingkan dengan spektrum yang dibentuk oleh larutan standar
hidrokuinon dan larutan standar teofilin (Sastrohamidjojo, 2001).
Penetapan Kadar Hidroquinon dalam Sampel
 Krim pemutih Kota Kendari
Ditimbang masing-masing sampel krim pemutih sebanyak 25 mg dan
disuspensikan dalam metanol 50 mL, kemudian dikocok sampai homogen.
Dipipet 3 mL dan dimasukan ke dalam kuvet kemudian diukur
menggunakan spektrofotometer Uv-vis pada panjang gelombang
maksimum. Uji kualitatif, dilihat spektrum yang terbentuk menyerupai
spektrum yang ditunjukkan pada larutan baku hidrokuinon. Uji
kuantitatif, diukur absorbansi dari analit uji yang teridentifikasi pada uji
kualitatif pada panjang gelombang maksimum Kemudian dihitung
konsentrasinya berdasarkan persamaan regresi yang didapatkan pada
penentuan kurva standar.
 Krim malam
 NC16
Sampel krim ditimbang 50,0 mg, krim yang telah ditimbang
disuspensikan dalam 5,0 mL etanol 96% lalu disaring dengan kertas
saring ke dalam labu ukur 10,0 mL. Selanjutnya dipepet 1,0 mL larutan
dan masukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan
2,0 mL pereaksi floroglusinol 1% dan 1,0 mL NaOH 0,5 N, panaskan
diatas tangas air pada suhu 70˚C selama 50 menit lalu dinginkan pada
air dengan suhu 25˚C. Selanjutnya campuran larutan tersebut
ditambahkan NaOH 0,5 N hingga volumenya 5,0 mL lalu didiamkan.
Baca absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang maksimum.
 CW1
Ditimbang ± 100 - 150 mg pada masing-masing sampel krim. Kemudian
dilarutkan dalam 5 mL etanol 95%, lalu disonifikasi selama 3 menit,
larutan disaring dengan kertas saring kedalam labu takar 10,0 mL dan
ditambahkan etanol 95% sampai tanda batas. Larutan tersebut dipipet
sebanyak 100 μL dan dimasukan kedalam labu takar 5,0 mL,
ditambahkan dengan etanol 95% sampai garis tanda. Dari larutan
tersebut dipipet lagi sebanyak 500 μL dan dimasukan ke dalam tabung
reaksi lalu ditambahkan dengan 1 mL larutan floroglusin 1% dan 1 mL
NaOH 0,5 N, lalu dipanaskan pada suhu 70°C selama 15 menit. Tabung
reaksi kemudian didinginkan dalam air bersuhu 25°C, selanjutnya
campuran larutan ditambahkan dengan NaOH 0,5 N hingga volumenya
5,0 mL. Kemudian didiamkan pada operating time dan dibaca
absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum. Masing-masing sampel direplikasi tiga kali.
BAB III
PEMBAHASAN
 Krim pemutih
 Kota Surabaya
Sampel krim pemutih wajah sebanyak dua belas sampel yang diambil
dari beberapa pasar di wilayah Surabaya Pusat (Pasar Blauran, Pasar
Kapasan, dan Pasar Wonorejo) dan pasar di wilayah Surabaya Utara
(Pasar Pegirian, Pasar Kedung Cowek, dan Pasar Tambakwedi)
masing-masing diberi kode A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K dan L.
Sampel dipreparasi dengan methanol untuk selanjutnya dilakukan
analisis kuantitatif dengan Spektrofotometer UV-Vis.
Larutan baku hidrokuinon disiapkan sebelum pengukuran sampel.
Larutan baku hidrokuinon dibuat untuk digunakan pada penentuan
panjang gelombang maksimum hidrokuinon dan pembuatan kurva baku
hidrokuinon. Serangkaian larutan baku hidrokuinon dengan konsentrasi
0,02 ; 0,04; 0,06 ; 0,08 ; 0,10 ; 0,20 ; 0,40 ppm dibuat, dimana dipilih
larutan baku dengan konsentrasi 0,08 ppm sebagai larutan dalam
penentuan panjang gelombang maksimum.
Scanning penentuan panjang gelombang dilakukan pada rentang 200-
400 nm dan diperoleh panjang gelombang maksimum hidrokuinon pada
penelitian ini sebesar 293 nm. Hasil ini telah sesuai dengan penelitian
yang dilakukan yang memperoleh 293 nm sebagai panjangan
gelombang maksimum untuk hidrokuinon. Kurva baku hidrokuinon
selanjutnya dibuat dengan mengukur absorbansi larutan baku
hidrokuinon pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh.
Absorbansi (y) yang diperoleh kemudian diplot terhadap konsentrasi
larutan baku (x). Kurva baku konsentrasi terhadap absorbansi
membentuk garis lurus (linear) dan menghasilkan persamaan regresi
linier y=2,8356+0,0018x dengan koefisien korelasi (R2) sebesar 0,9996.
Penentuan kadar sampel metode regresi linier merupakan metode
parametrik dengan variable bebas (konsentrasi sampel) dan variable
terikat (absorbansi sampel) menggunakan persamaan persamaan garis
regresi kurva larutan baku. Konsentrasi sampel dapat dihitung
berdasarkan persamaan kurva baku yang diperoleh

Penetapan kadar hidrokuinon dalam sampel krim pemutih wajah


dilakukan dengan metode yang sama dengan pengukuran larutan baku,
dimana larutan sampel yang telah dipreparasi diukur absorbansinya
dengan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum
293 nm. Hasil pengukuran ditunjukkan pada Tabel 1 dan Gambar 2,
diperoleh nilai absorbansi pada sampel dengan kode A, B, C, D, E, F, G,
H, I, J, K dan L secara berturut-turut sebesar 0,079, 0,016, 0,163, 0,309,
0,051, 0,227, 0,476, 0,267, 0,450, 0,409, 0,138 dan 0,036. Nilai
absorbansi ini selanjutnya digunakan untuk menghitung konsentrasi
yang kemudian dikonversikan kedalam bentuk persentase (%) sehingga
dapat dibandingkan dengan batasan cemaran hidrokuinon yang
ditetapkan pemerintah, yaitu sebesar 2%. Persentase kadar hidrokuinon
masing-masing sampel diperoleh sebesar 0,0053%, 0,0009%, 0,0107%,
0,0204%, 0,0033%, 0,0150%, 0,0331%, 0,0174%, 0,0314%, 0,0286%,
0,0093% dan 0,0023%. Dengan demikian, analisis kuntitatif kadar
hidrokuinon pada seluruh sampel yang digunakan dalam penelitian ini
memberi hasil kadar hidrokuinon pada rentang 0,0009-0,0331%. Kadar
hidrokuinon tertinggi terdeteksi pada sampel kode G, yaitu sebesar
0,0331%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan,
baik yang memiliki nomor registrasi BPOM maupun yang tidak
memiliki nomor registrasi BPOM memiliki kadar hidrokuinon dalam
sampel masih dalam batas aman, karena kadar hidrokuinon terdeteksi
<2%.

Gambar 2. Diagram Kadar Hidrokuinon dalam Sampel Krim Pemutih


Wajah

Sampel Absorbansi Kadar (%)

A 0,079 0,0053

B 0,016 0,0009

C 0,163 0,0107

D 0,309 0,0204

E 0,051 0,0033

F 0,227 0,0150

G 0,476 0,0331
H 0,267 0,0174

I 0,450 0,0314

J 0,409 0,0286

K 0,138 0,0093

L 0,036 0,0023

Tabel 1. Hasil Analisis Kuantitatif Kandungan Hidrokuinon pada Krim Pemutih Wajah

Penelitian ini memberikan hasil yang serupa dengan penelitian yang


dilakukan oleh Adriani dan Safira [18], dimana Adriani dan Safira
melakukan penelitian mengenai analisis kadar hidrokuinon pada krim
pemutih wajah racikan dokter yang beredar di klinik kecantikan di Banda
Aceh. Penelitian tersebut memberikan persentase kadar hidrokuinon
kurang dari 2%, yakni pada kisaran kadar 0,000058-0,001188%.
Kesimpulan yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Agorku et
al. [19] yang memberi hasil 0,243 ± 0,385% terhadap kadar hidrokuinon
dalam sampel krim pemutih kulit. Penelitian yang telah dilakukan oleh
Dian et al. dengan sampel krim pemutih wajah dan didapat hasil sampel
positif mengandung hidrokuinon dengan kadar tertinggi 0,35%,
selanjutnya penelitian yang telah dilakukan oleh Nurfitriani et al. [26]
dengan sampel krim pemutih wajah dan di dapat hasil sampel positif
mengandung hidrokuinon yaitu sampel A dengan kadar 1,07 %, sampel F
1,34%, sampel N 1,34% dan sampel O 2,74%. Dari penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa ditemukan adanya kandungan
hidrokuinon pada krim pemutih wajah yang beredar di wilayah Surabaya
Pusat dan Surabaya Utara dan masih dalam batas aman. Untuk
penggunaan harian bisa digunakan tidak lebih dari 6 bulan, mengingat efek
samping yang ditimbulkan. Dalam hal ini konsumen harus lebih berhati-
hati dalam memilih produk kosmetik terutama pada krim pemutih wajah.

 Kota Manado
Analisis zat Hidroquinon pada krim pemutih wajah yang beredar di Kota
Manado dengan menggunakan sampel A, B, C, dan D menggunakan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan metode spektrofotometri UV.
Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) digunakan untuk memisahkan
suatu campuran senyawa secara cepat dan sederhana, sedangkan metode
spektrofotometri UV digunakan untuk mengukur absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang (Day, 2002). Pada Metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT), lempeng KLT diaktifkan dengan cara
dipanaskan di dalam oven pada suhu 1000C selama satu jam untuk
melepaskan molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari
penyerap, sehingga pada proses elusi lempeng tersebut dapat menyerap
dan berikatan dengan sampel (Anonim, 2010). Lempeng dielusi di dalam
chamber yang berisi fase gerak, yaitu N-heksan : aseton dengan
perbandingan 3 : 2. Menurut Kustantinah (2011) penggunaan fase gerak
tersebut didasarkan pada prosedur penelitian yang dilakukan oleh BPOM
RI tentang metode analisis identifikasi dan penetapan kadar hidroquinon
dalam kosmetika secara kromatografi lapis tipis dan kromatografi cair
kinerja tinggi. Pengamatan bercak dengan nilai Rf yang diperoleh dengan
cara membagi jarak yang ditempuh zat terlarut dengan jarak yang
ditempuh pelarut (Khopkar, 2002).
Hasil penelitian Kromatografi Lapis Tipis (KLT), membuktikan bahwa
keempat sampel krim pemutih wajah, yaitu sampel A, B, C, dan D yang
beredar di Kota Manado tidak teridentifikasi adanya hidroquinon. Untuk
membuktikan secara lebih jelas ada tidaknya kandungan hidroquinon,
maka keempat sampel tersebut dianalisis menggunakan spektrofotometer
UV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai absorbansi dan panjang
gelombang hidroquinon untuk baku hidroquinon, yaitu λmax 295 nm
dengan absorbansi 2.690. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjono
(1985) dalam Suzanty (2011) bahwa hidroquinon akan memberikan
serapan pada panjang gelombang 295 nm. Nilai absorbansi dan panjang
gelombang untuk sampel A, yaitu λ 276 nm dengan absorbansi 9.999;
untuk sampel B, yaitu λ 295 nm dengan absorbansi -0.185; untuk sampel
C, yaitu λ 297 nm dengan absorbansi 0.115; sedangkan untuk sampel D,
yaitu λ 297 nm dengan absorbansi 0.099. Hal ini menunjukkan bahwa
keempat sampel krim pemutih wajah yang beredar di Kota Manado tidak
mengandunG hidroquinon, karena keempat sampel tersebut mempunyai
panjang gelombang yang berbeda dengan baku hidroquinon. Perbedaan
panjang gelombang keempat sampel dengan panjang gelombang baku
hidroquinon diduga karena adanya zat-zat berbahaya lain.

 Kota Kendari
Validasi Metode
Validasi metode analisis merupakan suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk
membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk
penggunaannya. Validasi metode dibutuhkan karena merupakan standar
ISO 17025:2005, untuk mencapai hasil dan membuktikan kebenarannya
dan sebagai sistem manajemen mutu. Hasil Uji Validasi metode dapat
dilihat pada Tabel 1.
Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematika yang baik,
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Penentuan linearitas
kurva standar hidrokuinon berdasarkan nilai serapan pada rentang 4 sampai
16 µg/mL dalam larutan metanol pada panjang gelombang maksimum 293
nm. Linearitas kurva standar dapat dilihat pada pada Gambar 1.

Persamaan regresi yang didapatkan dari kurva standar yaitu y = 0,0214x +


0,2732 dengan nilai r yaitu 0,9998. Harga koefisien korelasi (r) yang
mendekati 1 menyatakan hubungan yang linier antara konsentrasi dengan
serapan yang dihasilkan, dengan kata lain peningkatan nilai serapan analit
berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasinya yang sesuai dengan
kriteria penerimaan koefisien korelasi (r) yang baik yaitu r ≥ 0,999 (Miller
and Miller, 2010).
Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas
kuantitasi merupakan parameter pada analisis sebagai jumlah terkecil analit
dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
Batas deteksi dan kuantitasi dihitung secara statistik melalui garis linear
yang dibentuk dari kurva standar. Pada penelitian ini didapatkan batas
deteksi sebesar 0,471 µg/mL dan batas kuantitasi sebesar 1,570 µg/mL.
Presisi
Uji presisi yaitu derajat keterulangan dari suatu metode analisis. Parameter
presisi ditentukan dengaan cara mengukur absorban dari satu konsentrasi
larutan standar hidrokuinon sebanyak sepuluh kali pada hari yang sama.
Presisi metode dapat diukur dari nilai koefisien variasi dari data tersebut.
Nilai koefisien variasi yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu 0,082%.
Hal ini menunjukkan tingkat ketelitiannya sangat teliti karena nilai RSD ≤
1% (Sumadri, 2005).
Akurasi
Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi
sendiri dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery) analit
yang ditambahkan. Penelitian ini menggunakan metode standar adisi. Pada
metode standar adisi, dilakukan penambahan standar hidrokuinon 10
µg/mL, 25 µg/mL, dan 50 µg/mL ditambahkan pada sampel krim pemutih
wajah yang tidak teridentifikasi mengandung hidrokuinon lalu diukur
serapan dan absorbansinya pada spektrofotometer UV. Hasil % recovery
dengan penambahan adisi 50 µg/mL, 25 µg/mL, dan 10 µg/mL dapat dilihat
pada Tabel 2.
Spesifisitas
Uji spesifisitas bertujuan untuk mengetahui perubahan maupun pergeseran
panjang gelombang hidrokuinon tersebut terhadap akibat penambahan
senyawa teofilin sebagai pengotornya. Teofilin dipilih karena panjang
gelombang teofilin mendekati panjang gelombang hidrokuinon. Berikut
spektrum serapan hidrokuinon standar, teofilin standar dan hidrokuinon +
teofilin dalam sampel yang ditunjukkan pada gambar 2.

Hidrokuinon memiliki λ maks 293 nm, sedangkan teofilin memiliki nilai λ


maks 271 nm. Berdasarkan spektrum campuran sampel, hidrokuinon dan
teofilin membentuk dua puncak dengan adanya pergeseran batokromik dan
hipsokromik. Pergeseran hipsokromik oleh hidrokuinon disebabkan karena
gugus O- dari hidrokuinon kehilangan proton, menyebabkan hidrokuinon
jadi lebih reaktif danmenyebabkan energinya besar sehingga panjang
gelombang maksimumnya menjadi rendah. Pergeseran batokromik oleh
teofilin disebabkan karena adanya delokalisasi elektron. Adanya efek
delokalisasi ini akan menyebabkan penurunan tingkat energi π* dan sebagai
konsekuensinya terjadi pergeseran batokromik (Ganjar dan Rohman, 2007).

Penetapan Kadar pada Sampel

Sampel yang dianalisis didapatkan dari salon-salon kecantikan yang berada


di Kecamatan Kendari Barat, Mandonga, Wua-Wua dan Kambu serta 1
sampel yang mengandung hidrokuinon 2 % diperoleh dari apotek. Deskripsi
dari produk krim pemutih wajah yang dijadikan sampel dapat dilihat pada
Tabel 3.

Uji Kualitatif dan Kuantitatif

Uji kualitatif adalah uji yang dilakukan untuk menentukan ada tidaknya
hidrokuinon dalam krim pemutih wajah. Pengujian sampel krim pemutih
wajah secara kualitatif dengan mengamati spektrum yang terbentuk tiap
sampel. Perbandingan spektrum sampel A, B, C, D dan E terhadap standar
hidrokuinon dapat dilihat pada Gambar 3.
Spektrum yang dibentuk oleh sampel menunjukan bahwa sampel A dan C
positif mengandung hidrokuinon, sedangkan pada sampel B, D dan E
negatif. Setelah diketahui sampel yang positif mengandung hidrokuinon,
kemudian dilakukan uji kuantitatif. Hasil uji kuantitatif sampel A dan C
secara berturut-turut dengan tiga kali pengulangan adalah 1,968 %; 1,964
%; 1,967 % dan 1,589 %; 1,592 %; 1,592 %.
 Krim Malam
- NC16
Hasil Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hidrokuinon dalam Sediaan Krim Malam
NC-16 dan NC-74

No. Pereaksi Sediaan Hasil Hasil Keterangan


Krim Pengamatan Berdasarkan
Malam Pustaka*
1. Benedict’s NC-16 Merah Merah +
Reagent
2. Ferric NC-16 Hijau Hijau +
Chloride
Keterangan *: Moffat et al.,2004

Identifikasi kualitatif dengan menggunakan reaksi warna pada sampel krim


NC-16 dalam etanol direaksikan dengan Benedict’s Reagent dan Ferric
Chloride. Krim NC-16 ditambah 3-4 tetes Benedict’s Reagent yang
menghasilkan warna merah dan menggunakan Ferric Chloride yang
menghasilkan warna hijau menandakan adanya gugus fenol (tabel 1),
menunjukkan hasil yang positif sesuai pustaka. Pengukuran spektrum
hidrokuinon dalam sediaan krim malam NC-16 dengan penambahan 2,0 mL
pereaksi floroglusinol 1% dan NaOH 0,5 N diamati pada daerah sinar
tampak. Berdasarkan hasil pengamatan pada profil sediaan krim malam NC-
16 didapatkan adanya pergeseran batokromik dan hiperkromik. Yang diduga
disebabkan adanya penambahan gugus fungsi ikatan rangkap yang bersifat
kromofor. Pada panjang gelombang 550 nm profil spektrum hidokuinon
murni dan sampel NC-16 terlihat adanya puncak.
Analisis hidrokuinon dengan metode kromatografi lapis tipis, fase diam
silica gel F254 dan 3 sistem fase gerak. Hasil penelitian secara KLT,
berdasarkan hasil penelitian sampel krim malam pemutih NC-16 memiliki
nilai Rf yang sama dengan baku hidrokuinon

Identifikasi kuantitatif pada penelitian ini, dilakukan pengukuran


hidrokuinon dengan penambahan reagen floroglusinol dan NaOH 0,5 N.
Warna yang dihasilkan setelah penambahan pereaksi diikuti pemanasan
dapat diukur di daerah spektrofotometri sinar tampak pada panjang 550 nm.
Kondisi reaksi optimum yang diperoleh pada percobaana dalah pada suhu
700C dan waktu 50 menit, 2,0 mL floroglusinol 1% dan 1mL NaOH 0,5 N.
Penentuan kestabilan warna menunjukkan warna stabil sampai 60 menit.
Uji validasi metode, didapatkan rata-rata persen recovery berturut-turut
adalah 104,73%; 98,87% dan 99,57%. Data tersebut menunjukkan bahwa
persen recovery memenuhi persyaratan validasi yaitu 80-120%. Pada
percobaan ini diukur larutan standar 0,50; 1,51 ;2,02 ;3,02 dan 4,03 bpj.
Dapat dilihat pada gambar 3, dari hasil perhitungan kurva baku tersebut
diperoleh persamaan regresi hidrokuinon yaitu
Y=0.505924939+0.078788578x dengan harga koefisien korelasi (r) adalah
0,999 dan nilai Vxo adalah 1,47% → menunjukkan bahwa memenuhi
persyaratan validasi (Nilai Vxo  5%), KV = 0,47% didapatkan nilai LLOD
(Lower Limit of Detection) dan LLOQ (Lower Limit of Quantitation)
berturut-turut adalah 0.04 bpj dan 0.14 bpj.

Dari hasil penelitian ini didapatkan metode analsis memenuhi parameter


validasi untuk penetapan kadar hidrokuinon dalam sediaan krim malam NC-
16. Sehingga penggunaan krim malam NC-16 harus menggunakan resep
dokter karena hidrokuinon termasuk golongan obat keras.
- CW1
Dilakukan pemeriksaan kandungan hidrokuinon secara kualitatif meliputi
pemeriksaan organoleptis (bentuk, bau dan warna), identifikasi dengan
metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis), identifikasi dengan menggunakan
reaksi warna, yaitu dengan reagen Benedict yang (+) warna merah, dengan
FeCl3 yang (+) warna hijau dan dengan o-fenantrolin yang (+) kompleks
merah menunjukkan hasil yang positif sesuai dengan pustaka kecuali reagen
benedict. Selain itu juga dilakukan penentuan profil spektrum hidrokuinon
dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400,0-700,00 nm
dengan mengukur nilai absorbansi 3 konsentrasi larutan baku kerja dalam
NaOH. Dari hasil pengamatan didapatkan panjang gelombang maksimum
hidrokuinon dalam NaOH yaitu 548,541 nm. Setelah itu dilakukan pula
optimasi suhu dan operating time dengan cara orientasi suhu dan waktu
pemanasan dari 60°C - 80°C pada menit ke 5 sampai menit ke 15. Kemudian
didiamkan pada suhu kamar dengan waktu pendiaman 5 menit untuk
masing-masing replikasi, lalu diamati absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum. Didapatkan absorbansi maksimum pada suhu
pemanasan 70°C dalam waktu 15 menit.
Pengujian kualitatif sediaan krim malam CW1 meliputi pemeriksaan
organoleptis (bentuk, bau dan warna), penentuan pH dan penentuan panjang
gelombang maksimum dengan spektrofotometer UV-Vis. Dari hasil
pemeriksaan organoleptis sediaan krim malam, ketiganya memiliki
karakteristik yang sama dalam hal bentuk dan bau, namun dalam hal warna
memiliki hasil yang berbeda. Pada pengujian dengan reaksi warna, krim
malam CW1 menunjukkan hasil positif mengandung hidrokuinon. Dari hasil
spektogram krim malam CW1 menunjukkan hasil yang positif yaitu dengan
adanya peak yang sama dengan panjang gelombang hidrokuinon murni yaitu
548,541 nm.
Dalam uji recovery dilakukan dengan metode penambahan standard adisi
sejumlah tertentu dengan konsentrasi tertentu untuk masing-masing sediaan
krim malam CW1. Setelah itu dilakukan pencampuran larutan standard
dengan masing-masing konsentrasi sampel yang sehingga didapat absorbansi
campuran. Absorbansi baku didapatkan dari absorbansi campuran
dikurangkan dengan absorbansi sampel. Dari absorbansi baku didapatkan
konsentrasi baku yang teramati dengan bantuan regresi kurva baku. Hasil uji
recovery diperoleh dengan membandingkan konsentrasi baku yang diamati
dengan konsentrasi baku sesungguhnya (larutan standard) dikalikan seratus
persen. Hasil uji recovery yang diperoleh untuk sediaan krim malam CW1
adalah 92,01% dan 99,89%. Hasil uji recovery untuk sediaan krim malam
CW1 memenuhi persyaratan yaitu 80 – 120% (WHO).
Tahap akhir dari penelitian ini adalah melakukan penetapan kadar
hidrokuinon yang dimulai dengan pembuatan kurva baku. Kurva baku dibuat
dari hasil pengukuran absorbansi larutan baku kerja hidrokuinon dalam
NaOH pada konsentrasi 0,51 bpj; 0,71 bpj; 0,91 bpj; 1,12 bpj; 1,32 bpj; 1,52
bpj; 1,72 bpj; 1,93 bpj; 2,13 bpj yang diamati pada panjang gelombang
548,541 nm. Dari hasil perhitungan kurva baku dapat diperoleh persamaan
regresi, LOD, LOQ dan Vxo. Persamaan regresi hidrokuinon dalam NaOH
adalah y = 0,10246x + 0,13997 dengan harga koefisien korelasi (r) adalah
0,9993. Nilai LOD, LOQ, dan Vxo berturut-turut adalah 0,05 bpj, 0,18 bpj,
dan 1,39 %. Harga rhitung = 0,999 dan Vxo memenuhi persyaratan linieritas
sehingga dapat dikatakan ada hubungan antara kadar dengan absorbansi
(Gunawan, 1995).
Dari hasil penetapan kadar didapatkan kadar hidrokuinon dalam sediaan
krim CW1 = 4,05%. Karena mengandung hidrokuinon, pembelian sediaan
krim malam CW1 harus berdasarkan resep dokter karena termasuk golongan
obat keras.
BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan berdasarkan penelitian yang ada :

 Krim pemutih
- Kota Surabaya
Analisis kuantitatif kandungan hidrokuinon pada sampel krim pemutih
wajah yang beredar di wilayah Surabaya Pusat dan Surabaya Utara
menunjukkan bahwa seluruh sampel krim pemutih pada penelitian ini
mengandung hidrokuinon, dan kadar tertinggi hidrokuinon diperoleh pada
sampel G dengan perolehan kadar hidrokuinon sebesar 0,0331%, dan secara
keseluruhan kadar hidrokuinon pada sampel yang digunakan dalam
penelitian ini tidak melebihi batas kadar hidrokuinon yang ditetapkan
BPOM, yaitu tidak lebih dari 2%.
- Kota Manado
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa krim
pemutih yang dianalisis dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan
Spektrofotometri UV membuktikan keempat sampel krim pemutih wajah,
yaitu sampel A, B, C, dan D yang beredar di Kota Manado tidak
teridentifikasi adanya hidroquinon dan bebas dari kandungan zat
hidroquinon.
- Kota Kendari
1. Metode spektrofotometri UV dengan linearitas adalah 0,9998, batas
deteksi
dengan kadar 0,471 µg/mL dan batas kuantifikasi dengan kadar 1,570
µg/mL.
2. Metode spektrofotometri UV menunjukan nilai % recovery sebesar 97-
101% dengan 3 konsentrasi yang berbeda, uji presisi dalam dengan nilai
RSD sebesar 0,082 % dan pengujian spesifisitas menunjukan tidak
spesifik untuk sampel hidrokuinon.
3. Berdasarkan 5 sampel krim pemutih wajah yang beredar di salon
kecantikan Kota Kendari diketahui hanya 2 sampel yang positif
mengandung hidrokuinon, dengan kadar < 2 % yaitu 1,966% dan 1,591
%.
- Krim Malam Kota Surabaya
- NC16
1. Hasil validasi metode diperoleh KV = 0,47% dan persen recovery
berturutturut 104,73%; 98,87% dan 99,57%. Hasil tersebut memenuhi
persyaratan validasi metode analisis.
2. Berdasarkan uji kualitatif, secara organoleptis, reaksi warna dan
penentuan profil hidrokuinon pada sediaan krim malam NC-16 dan
NC-74, hanya sediaan NC-16 yang positif mengandung hidrokuinon
dan diperoleh kadar hidrokuinon krim NC-16 adalah 3,71%.
- CW1
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada
uji kualitatif, secara organolpetis, KLT, reaksi warna dan penentuan
profil hidrokuinon, sediaan krim malam CW1 dan CW2 mengandung
hidrokuinon.
Dari validasi metode yang dilakukan diperoleh harga yang menunjukkan
bahwa metode penetapan kadar yang dilakukan memenuhi persyaratan
validasi, dengan nilai linieritas r = 0,999 dan nilai Vxo = 1,4%. Presisi
memenuhi syarat diperoleh harga KV sampel CW1 dan CW2 berturut –
turut = 0,94% dan 1,35%. Akurasi memenuhi syarat karena diperoleh
nilai %Recovery dalam sampel CW1 dengan rentang = 90,8 - 101,73%
dan sampel CW2 dengan rentang = 91,08 –102,11%. Analisis
hidrokuinon pada sampel CW1 dan CW2 secara kuantitatif
menggunakan spektrofotometri UV-Vis untuk menganalisis kadar
hidrokuinon dalam sediaan krim malam CW1 dan CW2 diperoleh
berturut-turut = 4,05% dan 3,09%.
DAFTAR PUSTAKA

Amponsah D., 2010, Levels Of Mercury And Hydroquinone In Some SkinLightening


Creams And Their Potential Risk To The Health Of Consumers In Ghana,Tesis,
Department Of Chemistry: Kwame Nkrumah University Of Science And
Technology.
ASEAN. 2005. Identification and Determination Of Hydroquinone In Cosmetic
Products By TLC and HPLC. ACM INO 03, Page 3 ± 5.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2011, Hidrokinon Dalam
Kosmetik.: Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2007. Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya
dan Zat Warna Yang Dilarang : Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.42.1018.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2011. Hidrokuinon. Sentra Informasi
Keracunan Nasional : Jakarta.
Beredar, Y., & Kota, D. I. (n.d.). BLEACH IN MARKET OF MANADO CITY. 41–46.
Sahumena, M. H., Ode, W., & Dewi, N. (2016). ANALISIS HIDROKUINON PADA
KRIM PEMUTIH WAJAH DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS.
5(3), 229–237.
Sarah, K,W. (2014). Analisis Hidrokuinon dalam Sediaan Krim malam “CW1” dan
“CW2” dari Klinik Kecantikan “N” dan “E” diKabupaten Sidoharjo. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya, 3(2), 1–27.
Timur, J., & Timur, J. (2019). Analisis Kuantitatif Hidrokuinon pada Produk Kosmetik
Krim Pemutih yang Beredar di Wilayah Surabaya Pusat dan Surabaya Utara
dengan Metode Spektrofotometri UV - Vis. 4(2), 107–117.

Anda mungkin juga menyukai