Disusun Oleh:
Kelompok I
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagian besar wanita Indonesia menginginkan kulit putih, bersih
dan cerah untuk menjaga penampilan agar tetap menarik dan enak dilihat,
karena dalam zaman modern sekarang ini, penampilam yang menarik
salah satu syarat mutlak dalam dunia kerja dan pergaulan. Untuk
memenuhi keinginan itu, mereka menggunakan berbagai cara dari
perawatan kulit alami hingga perawatan yang sangat instan dengan
berbagai jenis kosmetik tanpa memperhatikan dengan lebih teliti apakah
bahan kimia yang terkandung dalam kosmetik tersebut akan menimbulkan
efek yang akan membahayakan bagi kulit kita nantinya.
Krim pemutih adalah salah satu jenis kosmetik yang mengandung
zat aktif yang dapat menekan atau menghambat pembentukan melanin
sehingga akan memberikan warna kulit yang lebih putih. Hidrokuinon
merupakan salah satu senyawa aktif yang sering ditambahkan dalam krim
pemutih. Hidrokuinon digunakan sebagai pemutih dan pencegahan
pigmentasi yang bekerja menghambat enzim tirosinase yang berperan
dalam penggelapan kulit. Krim pemutih yang terigistrasi BPOM maupun
yang tidak terigstrasi BPOM juga mengandung hidrokuinon akan
terakumulasi dalam kulit dan dapat menyebabkan mutasi dan kerusakan ,
sehingga kemungkinan pada pemakaian jangka panjang bersifat
karsinogenik.
Di Indonesia, peraturan yang membatasi penggunaan Hidrokuinon
dalam kosmetik telah dikeluarkan pada Peraturan Kepala Badan POM
Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2015 Tentang persyaratan teknis
Bahan Kosmetik. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa
Hidrokuinon sebagai bahan kosmetik hanya boleh digunakan untuk kuku
artifisial dengan kadar maksimum sebesar 0.02% setelah pencampuran
sebelum digunakan, hindari kontak dengan kulit, dan hanya boleh
Diaplikasikan oleh tenaga professional. Hidrokuinon termasuk golongan
obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya
pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan
iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar juga dapat
menyebabkan kelainan pada ginjal, kanker darah dan kanker sel hati.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang tersebut maka diperoleh Rumusan Masalah
sebagai berikut :
1. Apakah sediaan kosmetik berupa krim pemutih wajah yang beredar di
pasaran mengandung hidroquinon?
2. Berapakah kadar hidroquinon dalam sediaan krim pemutih wajah yang
beredar di pasaran
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apakah hidroquinon terdapat dalam krim pemutih
yang diproduksi di pasaran
2. Untuk mengetahui kadar hidrokuinon dalam sediaan krim pemutih
wajah yang diproduksi di pasaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Rumus bangun:
3. Sinonim: hydroquinone
4. BM: 110,11
5. Pemerian: Berbentuk jarum halus, putih, mudah menjadi gelap dengan adanya
paparan cahaya dan udara
Menurut Dr. Retno Iswari Tranggono, Sp.KK, ahli kulit sekaligus ketua
Himpunan Ilmuan Kosmetika Indonesia (HIKI) penggunaan Hidroquinon dalam
kosmetika dapat merusak kulit. Saat pertama menggunakan krim pemutih,
hasilnya memang memuaskan. Kulitnya yang semula agak gelap berubah menjadi
terang. Namun, lama-kelamaan kulit akan terasa panas dan memerah. Selain itu
penggunaan Hidroquinon pada kadar yang berlebih juga dapat menyebabkan :
e. Penyakit okronosis.
f. Kelainan pigmen
Penggunaan Hidrokuinon dalam jangka waktu yang lama menyebabkan zat ini
terserap dalam darah dan menumpuk hingga sel berubah menjadi kanker. (Siboro,
2018)
Dalam dunia kosmetika, Hidrokuinon berperan sebagai zat pemutih kulit. Sasaran
utama dari kerja hidrokuinon adalah melanin. Cara kerjanya dengan merusak
melanosit pembentuk melanin. Melanin adalah butir-butir pigmen yang
menentukan warna kulit (putih, coklat atau hitam). Pada kulit gelap, kadar
melanin lebih banyak dibandingkan kulit kuning kecoklatan.
Proses pembuatan melanin terbentuk dari enzim, vitamin dan mineral lainnya.
Bila dalam prosesnya dihambat misalnya dengan cara menahan pembentukan
enzim atau suatu mineral, maka melanin tidak dapat terbentuk. Dengan tidak
terbentuknya melanin tadi, warna kulit akan lebih putih. Enzim yang berperan
dalam pembentukan melanin adalah tirosinase. Penggunaan Hidrokuinon pada
kulit, akan mempengaruhi warna kulit menjadikan lebih putih atau lebih hitam
dari warna kulit normal kita. Namun penggunaan dengan kadar tinggi atau tanpa
pengawasan dokter dapat mengakibatkan kelainan pigmen kulit. Kelainan pigmen
adalah perubahan warna kulit menjadi lebih putih, lebih hitam, atau coklat,
dibandingkan dengan warna kulit normal. Meskipun dasar terjadinya perubahan
warna tersebut sangat bervariasi, namun itu semua bersumber pada melanin.
(Anggraeni, 2014)
Keracunan Hidroquinon (Hq)
Akibat masuknya bahan kimia kedalam tubuh melalui paru-paru, mulut dan kulit.
Keracunan bisa berakibat fatal, misalnya hilang kesadaran atau gangguan
kesehatan yang baru dirasakan setelah beberapa tahun kemudian. Keracunan yang
terjadi pada kulit karena pemakaian kosmetik berbahan kimia biasanya kulit
menjadi mudah alergi, kulit memerah, timbul flek hitam berlebihan, kulit menjadi
tipis, bahkan bisa menyebabkan kerusakan kulit secara permanen. (Syarofatun,
2018).
Pengujian Hidroquinon
METODE PENELITIAN
1. Analisa Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan suatu analisis untuk mengidentifikasi
zat, gugus fungsi, dan/atau senyawa tertentu yang terdapat dalam suatu
sampel. Analisis kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan
suatu analit dalam suatu sampel (Gholib & Rohman, 2007). Analisis
Hidrokuinon secara Kualitatif dapat dilakukan melalui uji warna dan
dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
2. Reaksi Warna
Reaksi warna dapat dilakukan dengan tiga pereaksi, yaitu FeCl 3,
Benedict dan o-Fenantrolin.
Analisis hidrokuinon dengan metode reaksi warna dilakukan
dengan menggunakan pereaksi seperti FeCl3, Benedict, dan O-fenantrolin.
Hidrokuinon jika ditambahkan FeCl3 menghasilkan senyawa kompleks
(Chakti et al., 2019). Senyawa kompleks yang terbentuk karena adanya
atom O pada hidrokuinon yang bereaksi FeCl3 dalam suasana asam
menghasilkan warna hijau. Reaksi ini merupakan reaksi reduksi oksidasi
yang ditandai dengan adanya perubahan warna dari suatu senyawa. Reaksi
yang terjadi antara hidrokuinon dan FeCl3 adalah sebagai berikut (Musiam
et al., 2019):
C6H6O2 (hidrokuinon) + Fe3+ → C6H4O2 (kuinon) + Fe2
Reaksi yang terjadi menggunakan benedict’s reagent adalah
reduksi – oksidasi (Damodaran K, 2011)
Hidrokuinon merupakan senyawa golongan fenol. Senyawa fenol,
jika disimpan di udara terbuka akan mudah teroksidasi. Terjadinya
oksidasi senyawa ini ditandai dengan perubahan warna karena
pembentukan hasil oksidasi (Hart, 1983). Sampel direaksikan dengan
benedict’s reagent lalu menghasilkan warna merah menandakan adanya
gugus fenol (Carissa, 2015). Reaksi antara hidrokuinon dengan benedict’s
reagent yaitu sebagai berikut (Sanjaya, Restyana, Ismillayli, 2021):
C6H6O2 + Cu2+ → C6H4O2 + Cu (merah)
Hidrokuinon jika direaksikan dengan 0-fenantrolin akan
membentuk senyawa kompleks besi(II)-fenantrolin yang memiliki warna
merah-jingga. Reaksi yang terjadi yaitu reaksi redoks, hidroquinon akan
mereduksi besi (III) menjadi besi (II) yang membentuk kompleks besi(II)-
fenantrolin ketika bereaksi dengan fenantrolin (Alqibthiyah, 2019).
PEMBAHASAN
Pada Analisis Hidrokuinon secara Kualitatif kali ini dapat dilakukan melalui
uji warna dan dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Analisis
hidrokuinon dengan metode reaksi warna dilakukan dengan menggunakan
pereaksi seperti FeCl3, Benedict, dan O-fenantrolin. Hidrokuinon jika
ditambahkan FeCl3 menghasilkan senyawa kompleks (Chakti et al., 2019).
Senyawa kompleks yang terbentuk karena adanya atom O pada hidrokuinon yang
bereaksi FeCl3 dalam suasana asam menghasilkan warna hijau. Reaksi ini
merupakan reaksi reduksi oksidasi yang ditandai dengan adanya perubahan warna
dari suatu senyawa.
Hidrokuinon merupakan senyawa golongan fenol. Senyawa fenol, jika
disimpan di udara terbuka akan mudah teroksidasi. Terjadinya oksidasi senyawa
ini ditandai dengan perubahan warna karena pembentukan hasil oksidasi (Hart,
1983). Sampel direaksikan dengan benedict’s reagent lalu menghasilkan warna
merah menandakan adanya gugus fenol. Pengujian selanjutnya adalah
Hidrokuinon juga direaksikan dengan 0-fenantrolin akan membentuk senyawa
kompleks besi(II)-fenantrolin yang memiliki warna merah-jingga. Reaksi yang
terjadi yaitu reaksi redoks, hidroquinon akan mereduksi besi (III) menjadi besi (II)
yang membentuk kompleks besi(II)-fenantrolin ketika bereaksi dengan
fenantrolin.
Uji analisis kualitatif juga dapat menggunakan metode kromatografi lapis tipis
(KLT). Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan teknik kromatografi yang
sederhana untuk memisahkan senyawa kimia, biokimia, maupun memeriksa
kemurnian produk. Kelebihan metode pemisahan dengan KLT yaitu dapat
memisahkan hampir semua senyawa, hemat biaya, dan pemisahan dapat dilakukan
dalam waktu yang singkat. Pada percobaan ini Penotolan sampel pada
kromatografi lapis tipis dikatakan optimal apabila sampel ditotolkan dengan
ukuran bercak yang sangat kecil dan sempit. Penotolan yang kurang tepat dapat
menyebabkan melebarnya bercak dan terjadi puncak ganda (Gholib & Rohman,
2007). Untuk tujuan identifikasi diameter bercak yang direkomendasikan 3 mm
untuk volume sampel sampai 1 μl. Konsentrasi sampel 0,1 % - 1 % dengan
banyaknya sampel 1 μg – 20 μg.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Chakti, A. S., Simaremare, E. S., & Pratiwi, R. D. (2019): Analisis Merkuri dan
Hidrokuinon Pada Krim Pemutih yang Beredar di Jayapura. Jurnal Sains
Dan Teknologi, 8, 1–11.
Musiam, S., Noor, R. M., Ramadhani, I. F., Wahyuni, A., Alfian, R., Kumalasari,
E., & Aryzki, S. (2019): Analisis Zat Pemutih Berbahaya Pada Krim Malam
Di Klinik Kecantikan Kota Banjarmasin. Jurnal Insan Farmasi Indonesia,
2(1), 18–25.
http://repository.um-surabaya.ac.id/4783/3/BAB_2.pdf