Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA FARMASI KUALITATIF

ANALISA KUALITATIF SENYAWA HIDROQUINON DALAM


SAMPEL SEDIAAN KOSMETIKA

Disusun Oleh:

Kelompok I

Alisa Khadijah 2043057008

Phoebe Clarissa Chastity 2043050006

Gabriel Jeniva Maharani Putri 2043050001

Liany Carolina Rambu Lika. 2143050019

Septiana Berbara Blaon 2143050016


FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagian besar wanita Indonesia menginginkan kulit putih, bersih
dan cerah untuk menjaga penampilan agar tetap menarik dan enak dilihat,
karena dalam zaman modern sekarang ini, penampilam yang menarik
salah satu syarat mutlak dalam dunia kerja dan pergaulan. Untuk
memenuhi keinginan itu, mereka menggunakan berbagai cara dari
perawatan kulit alami hingga perawatan yang sangat instan dengan
berbagai jenis kosmetik tanpa memperhatikan dengan lebih teliti apakah
bahan kimia yang terkandung dalam kosmetik tersebut akan menimbulkan
efek yang akan membahayakan bagi kulit kita nantinya.
Krim pemutih adalah salah satu jenis kosmetik yang mengandung
zat aktif yang dapat menekan atau menghambat pembentukan melanin
sehingga akan memberikan warna kulit yang lebih putih. Hidrokuinon
merupakan salah satu senyawa aktif yang sering ditambahkan dalam krim
pemutih. Hidrokuinon digunakan sebagai pemutih dan pencegahan
pigmentasi yang bekerja menghambat enzim tirosinase yang berperan
dalam penggelapan kulit. Krim pemutih yang terigistrasi BPOM maupun
yang tidak terigstrasi BPOM juga mengandung hidrokuinon akan
terakumulasi dalam kulit dan dapat menyebabkan mutasi dan kerusakan ,
sehingga kemungkinan pada pemakaian jangka panjang bersifat
karsinogenik.
Di Indonesia, peraturan yang membatasi penggunaan Hidrokuinon
dalam kosmetik telah dikeluarkan pada Peraturan Kepala Badan POM
Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2015 Tentang persyaratan teknis
Bahan Kosmetik. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa
Hidrokuinon sebagai bahan kosmetik hanya boleh digunakan untuk kuku
artifisial dengan kadar maksimum sebesar 0.02% setelah pencampuran
sebelum digunakan, hindari kontak dengan kulit, dan hanya boleh
Diaplikasikan oleh tenaga professional. Hidrokuinon termasuk golongan
obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya
pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan
iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar juga dapat
menyebabkan kelainan pada ginjal, kanker darah dan kanker sel hati.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang tersebut maka diperoleh Rumusan Masalah
sebagai berikut :
1. Apakah sediaan kosmetik berupa krim pemutih wajah yang beredar di
pasaran mengandung hidroquinon?
2. Berapakah kadar hidroquinon dalam sediaan krim pemutih wajah yang
beredar di pasaran
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apakah hidroquinon terdapat dalam krim pemutih
yang diproduksi di pasaran
2. Untuk mengetahui kadar hidrokuinon dalam sediaan krim pemutih
wajah yang diproduksi di pasaran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hidroquinon merupakan senyawa fenol yang bersifat larut dalam air.


Hidrokuinon digunakan sebagai pemutih dan pencegahan pigmentasi yang bekerja
menghambat enzim tirosinase yang berperan dalam penggelapan kulit. Krim yang
mengandung hidroquinon akan terakumulasi dalam kulit dan dapat menyebabkan
mutasi dan kerusakan, sehingga kemungkinan pada pemakaian jangka panjang
bersifat karsinogenik (Adriani dkk., 2018).

Hidrokuinon merupakan suatu senyawa merkuri turunan benzena,


memiliki rumus kimia C6H6O2 dan tergolong sangat beracun. Hidrokuinon
sebagai pencerah kulit, bekerja melalui mekanisme penghambatan oksidasi
enzimatik tirosin menjadi 3,4-dihydroxyphenylalanine (DOPA), menghambat
aktivitas enzim tirosinase dalam melanosit dan mengurangi jumlah melanin secara
langsung (Zuidhoff, 2000).

Hidrokuinon merupakan salah satu zat yang memiliki aktivitas sebagai


pemutih kulit, tetapi mempunyai efek samping yang merugikan jika digunakan
dalam waktu yang cukup lama. Penggunaan hidrokuinon dalam pengobatan
melalui pengawasan dokter dengan rekomendasi konsentrasi sebesar 2-4%, dan
penggunaannya disarankan tidak lebih dari 6 bulan (Gul et al., 2014).

Bahaya pemakaian obat keras Hidroquinon (Hq) > 2% tanpa pengawasan


dokter dapat menyebabkan iritasi kulit kemerahan dan rasa terbakar, juga dapat
menyebabkan kelainan pada ginjal (nephropathy), kanker darah (leukemia) dan
kanker sel hati (hepatocellular adenoma). Hidrokinon dilarang kandungannya
dalam kosmetik yang dijual bebas karena berbahaya jika digunakan jangka
panjang.
Identitas Hidroquinon (Hq): (Siboro, 2018)

1. Rumus kimia: C6H6O2

2. Rumus bangun:

3. Sinonim: hydroquinone

4. BM: 110,11

5. Pemerian: Berbentuk jarum halus, putih, mudah menjadi gelap dengan adanya
paparan cahaya dan udara

6. Kelarutan: Mudah larut dalam air, alkohol, dan eter

7. Jarak lebur: 172 – 1740C

8. Titik didih: 2850C - 2870C

Efek Samping Penggunaan Hidroquinon (Hq)

Menurut Dr. Retno Iswari Tranggono, Sp.KK, ahli kulit sekaligus ketua
Himpunan Ilmuan Kosmetika Indonesia (HIKI) penggunaan Hidroquinon dalam
kosmetika dapat merusak kulit. Saat pertama menggunakan krim pemutih,
hasilnya memang memuaskan. Kulitnya yang semula agak gelap berubah menjadi
terang. Namun, lama-kelamaan kulit akan terasa panas dan memerah. Selain itu
penggunaan Hidroquinon pada kadar yang berlebih juga dapat menyebabkan :

a. Kanker Darah (Leukemia) yang bersifat mutagenik.

b. Kanker sel hati (Hepatocelluler Adenoma)

c. Kekurangnya daya tahan kulit terhadap sinar ultraviolet.


d. Kerusakan ginjal

e. Penyakit okronosis.

f. Kelainan pigmen

Penggunaan Hidrokuinon dalam jangka waktu yang lama menyebabkan zat ini
terserap dalam darah dan menumpuk hingga sel berubah menjadi kanker. (Siboro,
2018)

Mekanisme Hidroquinon (Hq)

Dalam dunia kosmetika, Hidrokuinon berperan sebagai zat pemutih kulit. Sasaran
utama dari kerja hidrokuinon adalah melanin. Cara kerjanya dengan merusak
melanosit pembentuk melanin. Melanin adalah butir-butir pigmen yang
menentukan warna kulit (putih, coklat atau hitam). Pada kulit gelap, kadar
melanin lebih banyak dibandingkan kulit kuning kecoklatan.

Proses pembuatan melanin terbentuk dari enzim, vitamin dan mineral lainnya.
Bila dalam prosesnya dihambat misalnya dengan cara menahan pembentukan
enzim atau suatu mineral, maka melanin tidak dapat terbentuk. Dengan tidak
terbentuknya melanin tadi, warna kulit akan lebih putih. Enzim yang berperan
dalam pembentukan melanin adalah tirosinase. Penggunaan Hidrokuinon pada
kulit, akan mempengaruhi warna kulit menjadikan lebih putih atau lebih hitam
dari warna kulit normal kita. Namun penggunaan dengan kadar tinggi atau tanpa
pengawasan dokter dapat mengakibatkan kelainan pigmen kulit. Kelainan pigmen
adalah perubahan warna kulit menjadi lebih putih, lebih hitam, atau coklat,
dibandingkan dengan warna kulit normal. Meskipun dasar terjadinya perubahan
warna tersebut sangat bervariasi, namun itu semua bersumber pada melanin.
(Anggraeni, 2014)
Keracunan Hidroquinon (Hq)

Akibat masuknya bahan kimia kedalam tubuh melalui paru-paru, mulut dan kulit.
Keracunan bisa berakibat fatal, misalnya hilang kesadaran atau gangguan
kesehatan yang baru dirasakan setelah beberapa tahun kemudian. Keracunan yang
terjadi pada kulit karena pemakaian kosmetik berbahan kimia biasanya kulit
menjadi mudah alergi, kulit memerah, timbul flek hitam berlebihan, kulit menjadi
tipis, bahkan bisa menyebabkan kerusakan kulit secara permanen. (Syarofatun,
2018).

Pengujian Hidroquinon

Sampel diambil 1 gram diletakkan di atas cawan kemudian ditambah 10 tetes


pereaksi FeCl3. Sampel positif mengandung hidrokuinon ditunjukkan dengan
perubahan warna hijau sampai hitam. Hidrokuinon jika ditambahkan FeCl 3
menghasilkan senyawa kompleks. Senyawa kompleks terbentuk karena unsur O
pada hidrokuinon berikatan dengan FeCl3 membentuk reaksi yang menghasilkan
warna hijau dalam kondisi asam. Jika Hidroquinon di tambahkan 22 dengan FeCl 3
akan terbentuk reaksi menjadi : C6H6O2 + FeCl3 → C6H4O2 + 2FeCl2 + 2HCl.

(Chakti dkk., 2019)


BAB III

METODE PENELITIAN

METODE ANALISA HIDROQUINON

1. Analisa Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan suatu analisis untuk mengidentifikasi
zat, gugus fungsi, dan/atau senyawa tertentu yang terdapat dalam suatu
sampel. Analisis kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan
suatu analit dalam suatu sampel (Gholib & Rohman, 2007). Analisis
Hidrokuinon secara Kualitatif dapat dilakukan melalui uji warna dan
dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

2. Reaksi Warna
Reaksi warna dapat dilakukan dengan tiga pereaksi, yaitu FeCl 3,
Benedict dan o-Fenantrolin.
Analisis hidrokuinon dengan metode reaksi warna dilakukan
dengan menggunakan pereaksi seperti FeCl3, Benedict, dan O-fenantrolin.
Hidrokuinon jika ditambahkan FeCl3 menghasilkan senyawa kompleks
(Chakti et al., 2019). Senyawa kompleks yang terbentuk karena adanya
atom O pada hidrokuinon yang bereaksi FeCl3 dalam suasana asam
menghasilkan warna hijau. Reaksi ini merupakan reaksi reduksi oksidasi
yang ditandai dengan adanya perubahan warna dari suatu senyawa. Reaksi
yang terjadi antara hidrokuinon dan FeCl3 adalah sebagai berikut (Musiam
et al., 2019):
C6H6O2 (hidrokuinon) + Fe3+ → C6H4O2 (kuinon) + Fe2
Reaksi yang terjadi menggunakan benedict’s reagent adalah
reduksi – oksidasi (Damodaran K, 2011)
Hidrokuinon merupakan senyawa golongan fenol. Senyawa fenol,
jika disimpan di udara terbuka akan mudah teroksidasi. Terjadinya
oksidasi senyawa ini ditandai dengan perubahan warna karena
pembentukan hasil oksidasi (Hart, 1983). Sampel direaksikan dengan
benedict’s reagent lalu menghasilkan warna merah menandakan adanya
gugus fenol (Carissa, 2015). Reaksi antara hidrokuinon dengan benedict’s
reagent yaitu sebagai berikut (Sanjaya, Restyana, Ismillayli, 2021):
C6H6O2 + Cu2+ → C6H4O2 + Cu (merah)
Hidrokuinon jika direaksikan dengan 0-fenantrolin akan
membentuk senyawa kompleks besi(II)-fenantrolin yang memiliki warna
merah-jingga. Reaksi yang terjadi yaitu reaksi redoks, hidroquinon akan
mereduksi besi (III) menjadi besi (II) yang membentuk kompleks besi(II)-
fenantrolin ketika bereaksi dengan fenantrolin (Alqibthiyah, 2019).

3. Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah salah satu bentuk
kromatografi planar. Kromatografi ini berbeda dengan kromatografi kolom
yang menggunakan kolom kemas sebagai fase diam. KLT menggunakan
fase diam berupa lapisan bahan yang seragam dan tersebar merata pada
permukaan bidang datar yang dialasi dengan plat kaca, alumunium, atau
plastik (Gholib & Rohman, 2007).
Uji analisis kualitatif juga dapat menggunakan metode
kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan
teknik kromatografi yang sederhana untuk memisahkan senyawa kimia,
biokimia, maupun memeriksa kemurnian produk. Kelebihan metode
pemisahan dengan KLT yaitu dapat memisahkan hampir semua senyawa,
hemat biaya, dan pemisahan dapat dilakukan dalam waktu yang singkat
(Rosamah, 2019).
Parameter yang digunakan sebagai dasar untuk identifikasi pada
KLT adalah nilai Rf. Suatu senyawa dinyatakan identik jika memiliki nilai
Rf yang sama. Untuk mengkonfirmasi hasil identifikasi dapat digunakan
lebih dari satu fase gerak dan berbagai macam pereaksi semprot (Gholib &
Rohman, 2007).

Berdasarkan tabel diatas, beberapa jurnal memiliki perbedaan


prosedur dalam analisis kualitatif menggunakan metode KLT. Beberapa
perbedaan prosedur yaitu pada pembuatan sampel dan baku pembanding,
penggunaan fase gerak, dan pada volume penotolan.
Di samping itu, ada beberapa persamaan diantaranya, dalam
penggunaan pelarut pada sampel yang menggunakan pelarut polar berupa
etanol, dan pada fase gerak digunakan campuran pelarut nonpolar dan
polar. Persamaan lainnya yaitu tahapan setelah penotolan pada plat KLT,
selanjutnya plat dimasukkan ke dalam chamber yang berisi fase gerak
yang sudah dijenuhkan. Setelah itu, plat diangkat dan dibiarkan
mengering. Hasil yang diperoleh diamati di bawah sinar UV, kemudian
fluorosensinya dibandingkan dengan standar hidrokuinon dan dihitung
faktor retensi atau nilai Rf dari masing-masing bercak. Hasil positif
hidrokuinon ditandai dengan terbentuknya warna gelap atau terdapat
bercak hitam pada silica gel saat diamati di bawah sinar UV.
Fase diam yang digunakan dalam KLT berupa penjerap yang
memiliki molekul penyusun berukuran kecil dengan diameter sekitar 10 –
30 μm. Silika Gel merupakan salah satu penjerap yang banyak digunakan
dalam KLT. Plat silika umumnya digunakan untuk analisis asam amino,
hidrokarbon, vitamin, dan alkaloid. Selain itu digunakan juga plat KLT.
Plat KLT dibuat dengan cara melapiskan bahan penjerap di atas
permukaan lapisan gelas, kaca atau aluminium dengan tebal sekitar 250
μm. Arti dari lempeng KLT GF254 yaitu ditambah bahan yang
berfluoresensi seperti silikat teraktivasi mangan, seng pada panjang
gelombang eksitasi senyawa berfosforesensi yang ditambahkan (Gholib &
Rohman, 2007).
Fase gerak umumnya ialah campuran 2 pelarut organik karena
daya elusi campuran kedua pelarut ini sedemikian rupa dapat mudah diatur
sehingga pemisahan zat-zat yang dianalisis dapat terjadi secara optimal.
Beberapa petunjuk yang bisa digunakan untuk memilih dan optimasi fase
gerak yaitu (Gholib & Rohman, 2007):
- Harus memiliki kemurnian sangat tinggi. Hal ini disebabkkan KLT
memiliki sistem yang sensitive
- Daya elusi dari fase gerak harus diatur agar nilai Rf berada pada rentang
0,2-0,8 agar pemisahan terjadi secara maksimal.
- Pemisahan yang menggunakan fase diam bersifat polar seperti silika gel,
maka polaritas fase gerak yang digunakan akan mempengaruhi nilai Rf.
Penambahan pelarut agak polar seperti dietil eter ke dalam pelarut yang
bersifat non polar seperti metil benzena akan menaikkan nilai Rf secara
signifikan.
- Pelarut ionik dan polar lebih baik digunakan sebagai campuran pelarut
untuk fase geraknya.
Penotolan sampel pada kromatografi lapis tipis dikatakan optimal
apabila sampel ditotolkan dengan ukuran bercak yang sangat kecil dan
sempit. Penotolan yang kurang tepat dapat menyebabkan melebarnya
bercak dan terjadi puncak ganda (Gholib & Rohman, 2007). Untuk tujuan
identifikasi diameter bercak yang direkomendasikan 3 mm untuk volume
sampel sampai 1 μl. Konsentrasi sampel 0,1 % - 1 % dengan banyaknya
sampel 1 μg - 20 μg (Adamovics, 1997).
Bercak pada KLT dapat dideteksi baik dengan pereaksi kimia
maupun secara fisika. Deteksi bercak secara kimia dapat dilakukan dengan
cara menyemprotkan pereaksi sehingga bercak menjadi terlihat jelas.
Beberapa pereaksi yang dapat digunakan antara lain ninhidrin, asam sulfat,
rhodamin B, 2,7-fluorescein. Cara fisika dilakukan dengan menggunakan
sinar radioaktif dan fluoresensi sinar ultraviolet. Lempeng KLT dengan
meletakkan plat yang disinari dengan lampu ultraviolet yang memiliki
panjang gelombang 254 tau 366 untuk menampakkan pelarut sebagai
bercak gelap atau bercak yang berfluoresensi pada dasar fluoresensi yang
seragam (Gholib & Rohman, 2007).
Berikut ini adalah keuntungan lain kromatografi lapis tipis yaitu (Gholib &
Rohman, 2007):
- Metode ini sering digunakan untuk analisis baik kualitatif maupun
kuantitatif
- Identifikasi dari komponen yang dipisahkan dapat dilakukan melalui
fluoresensi, penambahan pereaksi warna, atau radiasi sinar ultraviolet.
- Pada KLT dapat dilakukan elusi baik secara menurun (descending),
menaik (ascending), atau secara 2 dimensi.
- Penentuan kadar pada metode ini akan lebih baik karena konsentrasi
diukur terhadap masingmasing komponen merupakan bercak diam.
BAB IV

PEMBAHASAN

Kosmetik ilegal yang dijual di online shop merupakan produk yang


dihasilkan oleh industri kosmetik yang tidak memiliki izin edar dan
tidak terjamin keamanannya. Kosmetik seharusnya berguna untuk
memperbaiki kesehatan, kebersihan, dan penampilan fisik manusia
dan melindungi bagian tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh
lingkungan. Namun berbeda halnya dengan kosmetik ilegal yang
dipasarkan di media online. Kosmetik-kosmetik tersebut justru
menjadi bahan pengrusak kulit pemakai. Hal ini karena kosmetik-
kosmetik tersebut termasuk kosmetik ilegal dimana kemanan dari
pemakaian kosmetik tersebut tidak terjamin.Dari analisis identifikasi
hidrokuinon pada krim pemutih wajah yang dilakukan di laboratorium
fitokimia jurusan farmasi Poltekkes Kemenkes Medan, dimana untuk
mengetahui kandungan hidrokuinon tersebut diatas dapat dianalisa
dengan cara identifikasi dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.
Jika bercak pada baku pembandingnya sejajar dengan sampel maka
sampel tersebut mengandung hidrokuinon (Riza Marzoni, 2016).

Pada Analisis Hidrokuinon secara Kualitatif kali ini dapat dilakukan melalui
uji warna dan dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Analisis
hidrokuinon dengan metode reaksi warna dilakukan dengan menggunakan
pereaksi seperti FeCl3, Benedict, dan O-fenantrolin. Hidrokuinon jika
ditambahkan FeCl3 menghasilkan senyawa kompleks (Chakti et al., 2019).
Senyawa kompleks yang terbentuk karena adanya atom O pada hidrokuinon yang
bereaksi FeCl3 dalam suasana asam menghasilkan warna hijau. Reaksi ini
merupakan reaksi reduksi oksidasi yang ditandai dengan adanya perubahan warna
dari suatu senyawa.
Hidrokuinon merupakan senyawa golongan fenol. Senyawa fenol, jika
disimpan di udara terbuka akan mudah teroksidasi. Terjadinya oksidasi senyawa
ini ditandai dengan perubahan warna karena pembentukan hasil oksidasi (Hart,
1983). Sampel direaksikan dengan benedict’s reagent lalu menghasilkan warna
merah menandakan adanya gugus fenol. Pengujian selanjutnya adalah
Hidrokuinon juga direaksikan dengan 0-fenantrolin akan membentuk senyawa
kompleks besi(II)-fenantrolin yang memiliki warna merah-jingga. Reaksi yang
terjadi yaitu reaksi redoks, hidroquinon akan mereduksi besi (III) menjadi besi (II)
yang membentuk kompleks besi(II)-fenantrolin ketika bereaksi dengan
fenantrolin.

Uji analisis kualitatif juga dapat menggunakan metode kromatografi lapis tipis
(KLT). Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan teknik kromatografi yang
sederhana untuk memisahkan senyawa kimia, biokimia, maupun memeriksa
kemurnian produk. Kelebihan metode pemisahan dengan KLT yaitu dapat
memisahkan hampir semua senyawa, hemat biaya, dan pemisahan dapat dilakukan
dalam waktu yang singkat. Pada percobaan ini Penotolan sampel pada
kromatografi lapis tipis dikatakan optimal apabila sampel ditotolkan dengan
ukuran bercak yang sangat kecil dan sempit. Penotolan yang kurang tepat dapat
menyebabkan melebarnya bercak dan terjadi puncak ganda (Gholib & Rohman,
2007). Untuk tujuan identifikasi diameter bercak yang direkomendasikan 3 mm
untuk volume sampel sampai 1 μl. Konsentrasi sampel 0,1 % - 1 % dengan
banyaknya sampel 1 μg – 20 μg.
BAB V

KESIMPULAN

 Analisis kualitatif merupakan suatu analisis untuk mengidentifikasi zat,


gugus fungsi, dan/atau senyawa tertentu yang terdapat dalam suatu
sampel. Analisis kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan
suatu analit dalam suatu sampel (Gholib & Rohman, 2007). Analisis
Hidrokuinon secara Kualitatif dapat dilakukan melalui uji warna dan
dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
 Krim pemutih adalah salah satu jenis kosmetik yang mengandung zat aktif
yang dapat menekan atau menghambat pembentukan melanin sehingga
akan memberikan warna kulit yang lebih putih. Hidrokuinon merupakan
salah satu senyawa aktif yang sering ditambahkan dalam krim pemutih
 Hidrokuinon adalah senyawa kimia yang larut air yang tidak berbau.
 Hidrokuinon merupakan salah satu zat yang memiliki aktivitas sebagai
pemutih kulit, tetapi mempunyai efek samping yang merugikan jika
digunakan dalam waktu yang cukup lama. Penggunaan hidrokuinon dalam
pengobatan melalui pengawasan dokter dengan rekomendasi konsentrasi
sebesar 2-4%, dan penggunaannya disarankan tidak lebih dari 6 bulan
 Analisis hidrokuinon dengan metode reaksi warna dilakukan dengan
menggunakan pereaksi seperti FeCl3, Benedict, dan O-fenantrolin.
Hidrokuinon jika ditambahkan FeCl3 menghasilkan senyawa kompleks
(Chakti et al., 2019). Senyawa kompleks yang terbentuk karena adanya
atom O pada hidrokuinon yang bereaksi FeCl3 dalam suasana asam
menghasilkan warna hijau. Reaksi ini merupakan reaksi reduksi oksidasi
yang ditandai dengan adanya perubahan warna dari suatu senyawa.
 Hidrokuinon direaksikan dengan benedict’s reagent lalu menghasilkan
warna merah menandakan adanya gugus fenol
 Hidrokuinon jika direaksikan dengan 0-fenantrolin akan membentuk
senyawa kompleks besi(II)-fenantrolin yang memiliki warna merah-
jingga. Reaksi yang terjadi yaitu reaksi redoks, hidroquinon akan
mereduksi besi (III) menjadi besi (II) yang membentuk kompleks besi(II)-
fenantrolin ketika bereaksi dengan fenantrolin
 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah salah satu bentuk kromatografi
planar. Kromatografi ini berbeda dengan kromatografi kolom yang
menggunakan kolom kemas sebagai fase diam. KLT menggunakan fase
diam berupa lapisan bahan yang seragam dan tersebar merata pada
permukaan bidang datar yang dialasi dengan plat kaca, alumunium, atau
plastik.

DAFTAR PUSTAKA

Gholib, I., & Rohman, A. (2007): Pustaka Pelajar

Chakti, A. S., Simaremare, E. S., & Pratiwi, R. D. (2019): Analisis Merkuri dan
Hidrokuinon Pada Krim Pemutih yang Beredar di Jayapura. Jurnal Sains
Dan Teknologi, 8, 1–11.

Musiam, S., Noor, R. M., Ramadhani, I. F., Wahyuni, A., Alfian, R., Kumalasari,
E., & Aryzki, S. (2019): Analisis Zat Pemutih Berbahaya Pada Krim Malam
Di Klinik Kecantikan Kota Banjarmasin. Jurnal Insan Farmasi Indonesia,
2(1), 18–25.

Damodaran K, G. (2011): Jaypee Brother Medical.

Hart, H. (1983): Erlangga

Carissa. (2015): Analisis Hidrokuinon Secara Spektrofotometri Sinar Tampak


Dalam Sediaan Krim Malam NC-16 Dan NC-74 Dari Klinik Kecantikan
LSC Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 4(1), 1–16.

Sanjaya, Restyana, Ismillayli, H. (2021): Penentuan Hydroquinon menggunakan


Metode The Reverse Phase-High Performance Liquid Chromatography (RP-
HPLC) R. Penentuan Hydroquinon Menggunakan Metode The Reverse
Phase-High Performance Liquid Chromatography (RPHPLC), 10, 28–33
Alqibthiyah, K. H. (2019): Universitas Brawijaya

Rosamah, E. (2019): (A. Hafidz Khanz (ed.)). Mulawarman University Press

Adamovics, J. A. (1997): (2nd Editio)

Sitory.um-surabaya.ac.id. Bab-2. Di akses pada tanggal 25 2022, dari

http://repository.um-surabaya.ac.id/4783/3/BAB_2.pdf

Anda mungkin juga menyukai