Disusun oleh:
Krisnina Al Janah
20330052
Abstrak :
Kosmetika sejak dulu dikenal sebagai penunjang penampilan agar tampak lebih menarik. Salah
satu dari sekian banyak kosmetik yang sering digunakan oleh konsumen khususnya wanita
adalah krim pemutih wajah. Krim pemutih bisa berasal dari bahan alam dan sintetis. Bahan
sintetis misalnya Merkuri, Asam Retinoat, Hidroquinon, dan Kortikosteroid. Krim pemutih yang
mengandung merkuri, awalnya memang terasa manjur dan membuat kulit tampak putih dan
sehat. Tetapi lama-kelamaan pemakaian krim pemutih wajah yang mengandung merkuri dapat
menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna kulit, alergi, iritasi kulit serta pada
pemakaian dengan dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak, ginjal,
kanker kulit dan gangguan perkembangan janin. Tujuan dari penelitian iniuntuk menganalisis
dan menentukan kadar merkuri (Hg) pada krim pemutih yang beredar di klinik kecantikan dalam
Kecamatan Jelutung Kota Jambi. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan
metodesampel krim pemutih yang diteliti sejumlah 5 sampel. Identifikasi merkuri secara
kualitatif sebagai penentu indikator warna, dan secara kuantitatif sebagai penentu kadar
merkuri menggunakan alat Mercury Analyzer. Serta evaluasi krim sebagai penentu kualitas krim
pemutih.Dari penelitian ini didapatkan hasilkelima sampel krim pemutih yang diteliti positif
mengandung merkuri dengan kadar krim 1 = 75,02 μg/Kg, krim 2 = 74,77 μg/Kg, krim 3 =
26,94 μg/Kg, krim 4 = 7.833 μg/Kg dan krim 5 = 17,69 μg/Kg. Sedangkan kadar merkuri yang di
tentukan menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
IndonesiaNomor 17 Tahun 2014 adalah 1000 μg/Kg.Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa krim 4 melebihi standar kadar yang di tentukan menurut Peraturan Kepala
Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Republik Indonesia.
Kata Kunci: Krim Pemutih, Merkuri, Mercury Analyzer
Abstract :
Cosmetics has always been known as a supporter of appearance to make it look more attractive.
One of the many cosmetics that are often used by consumers, especially women, is a facial
whitening cream. Whitening creams can come from natural and synthetic ingredients. Synthetic
materials such as Mercury, Retinoic Acid, Hydroquinone, and Corticosteroids. Whitening
creams that contain mercury, initially it feels effective and makes the skin look white and
healthy. But over time the use of face whitening creams that contain mercury can cause a variety
of things, ranging from skin discoloration, allergies, skin irritation and in use with high doses
can cause permanent damage to the brain, kidneys, skin cancer and fetal developmental
disorders. The purpose of this study is to analyze and determine the levels of mercury (Hg) in
whitening creams that circulate in beauty clinics in Jelutung, Jambi City. This research is an
experimental study with a whitening cream sample method which was studied in a number of 5
samples. Qualitative identification of mercury as a determinant of color indicators, and
quantitatively as a determinant of mercury levels using the Mercury Analyzer. And the
evaluation of the cream as a determinant of the quality of the whitening cream. From this study
the results of the five whitening cream samples tested positive containing mercury with cream
levels 1 = 75.02 μg / Kg, cream 2 = 74.77 μg / Kg, cream 3 = 26.94 μg / Kg, cream 4 = 7,833 μg
/ kg and cream 5 = 17.69 μg / Kg. While the mercury levels determined according to the
Regulation of the Head of the Republic of Indonesia Drug and Food Supervisory Agency Number
17 of 2014 are 1000 μg / Kg. Based on the results of the study it can be concluded that cream 4
exceeds the standard levels determined according to the Regulation of the Head of the
Indonesian Drug and Food Control Agency.
Keywords: Whitening Cream, Mercury, Mercury Analyzer
I. PENDAHULUAN
Kulit putih dan cerah merupakan dambaan setiap orang, terutama wanita. Oleh karena itu
setiap orang berusaha untuk menjaga dan memperbaiki kesehatan kulitnya sehingga kebanyakan
kaum wanita selalu berusaha berpenampilan menarik. Hal ini didukung pula dengan semakin
berkembangnya teknologi perawatan kulit dan klinik-klinik kecantikan yang tersebar di
Indonesia, khususnya Surabaya. Perawatan kulit telah menjadi trend masa kini bagi wanita
modern dan merupakan sebuah kebutuhan bagi seorang wanita (Thornfeldt and Bourne, 2010).
Ilmu perawatan kecantikan memang tak dapat dilepaskan dari ilmu-ilmu yang lain. Ilmu
perawatan kecantikan juga mempelajari bahan-bahan perawat kecantikan yang disebut
kosmetika. Pada masa dahulu kosmetika dibuat oleh para tabib/dukun dengan cara mencoba-
coba mencampur berbagai bahan alami secara empiris, lalu dicatat dan diajarkan turun temurun
sehingga para tabib/dukunlah yang merupakan pembuat, pengawasan mutu, dan penyimpan
kosmetika ini. Perkembangan ilmu dan teknologi menyebabkan kosmetologi memerlukan
masukan dari para ahli kecantikan, ahli kimia, ahli farmasi, ahli teknik, ahli industri, ahli
bakteriologi, dan ahli kulit (dermatolog). Khusus bidang dermatologi, dermatologi kosmetik
meliputi segala aspek kosmetika pada kulit yaitu; penyerapan pada kulit, efek kosmetika pada
kulit, efek samping kosmetika pada kulit (Thornfeldt and Bourne, 2010).
Kulit bisa menjadi cermin keadaan tubuh seseorang. Orang yang tidak sehat, kulitnya kurang
cerah, kisut, dan tidak elastis, karena kekurangan gizi dan nutrisi. Sementara itu, untuk
menangkal pengaruh buruk akibat paparan sinar matahari, debu, gesekan, dan perubahan cuaca,
kulit memerlukan makanan seimbang yang mengandung protein, kalori, dan lemak. Selain itu,
membutuhkan vitamin C yang berguna bagi kolagen (penunjang kulit), vitamin E, dan A yang
berfungsi sebagai antioksidan (melindungi kulit dari berbagai pengaruh luar) (Dwikarya, 2003).
Penggunaan kosmetik akan merugikan jika berlebihan, pengolahan yang kurang baik,
penggunaan bahan yang tidak tepat, atau penyimpanan yang tidak higienis. Reaksi kulit terhadap
kosmetik terjadi jika kita peka terhadap salah satu bahan baku kosmetik. Reaksi kulit tersebut
akan menimbulkan kelainan. Salah satu kelainan pada kulit yang terjadi adalah iritasi kulit. Kulit
akan mengalami iritasi, biasanya setelah pemakaian kosmetik. Kelainan yang terjadi berupa kulit
kemerahan, biasanya terasa panas, perih, dan kadang-kadang permukaannya berair (Dwikarya,
2003).
Reaksi fotosintesis juga dapat terjadi akibat pemakaian kosmetik. Keadaan reaksi fotosintesis
seperti alergi, tetapi baru terasa gejalanya jika terkena sinarmatahari. Kelainannya berupa rasa
gatal, bercak merah, dan kadang-kadangmenjadi kehitaman. Yang dikenal dengan sebutan
hyperpigmentasi (Dwikarya, 2003).
Hiperpigmentasi kulit dapat diatasi dengan menggunakan produk-produk pencerah kulit. Bahan-
bahan pencerah kulit meliputi hidrokuinon, merkuri, bahanbahan dari alam seperti kojic acid,
licorice, bearberry, arbutin, paper mulberry, kedelai, ascorbic acid, melatonin, glycolic acid,
aloesin, niacinamide, azelaic acid, dan bahan lain seperti retinoid (Draelos, 2005).
Menurut Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) berdasarkan PUBLIC
WARNING/PERINGATAN Nomor KH.00.01.43.2503 tanggal 11 Juni 2009 adalah dilarang
digunakan dalam kosmetik yaitu: Merkuri (Hg), Hidrokuinon > 2%, Asam Retinoat, Zat Warna
Merah K.3 (CI 15585), Merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1 (CI 12075).
Merkuri termasuk logam berbahaya yang dalam konsentrasi kecilpun dapat bersifat racun.
Pemakaian merkuri dalam krim pemutih dapat menimbulkan efek samping. Efek samping yang
ditimbulkan antara lain iritasi kulit, kulit menjadi merah, rasa terbakar, hingga gangguan pada
susunan syaraf, otak dan ginjal.
Pada penelitian ini telah dilakukan penelitian tentang kadar merkuri dalam suatu sediaan krim A
dan B yang dibeli melalui Internet (secara Online). Penentuan kadar merkuri dengan
menggunakan alat ICPS (Inductively Coupled Plasma Spectrometer) karena instrumen tersebut
merupakan instrumen dengan
akurasi dan presisi yang baik sekali dan dapat digunakan untuk analisis multielemen logam
secara simultan (Robinson, 1996). Dalam penelitian ini, juga dilakukan uji karakteristik
fisikokimia sediaan pemutih kulit yang meliputi organoleptis, uji pH dan tipe emulsi.
II. PERMASALAHAN
Kenyataan bahwa banyak produk-produk kecantikan yang masih menggunakan merkuri (Hg)
sebagai bahan pembuatannya, tanpa ingin tahu apa efek samping dari penggunaan produk
kecantikan berbahan merkuri (Hg) padahal dalam menggunakan produk berbahan merkuri
banyak sekali efek sampingnya
III. PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Merkuri
Merkuri atau air raksa diberikan simbol kimia Hg yang merupakan singkatan yang berasal
dari bahasa Yunani Hydrargyricum dengan nomor atom 80 serta mempunyai massa molekul
relative 200,59. Merkuri disebut juga air raksa atau hydrargyrum yang merupakan elemen kimia
dengan simbol Hg dan termasuk dalam golongan logam berat dengan bentuk cair dan berwarna
keperakan. Merkuri merupakan salah satu bahan aktif yang sering ditambahkan dalam krim
pemutih. Krim pemutih merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan
khasiat bisa memucatkan noda hitam pada kulit. Sebagai pemutih kulit, merkuri (Hg) bekerja
dengan mengatur produksi melanin dan memudarkan noda-noda hitam pada kulit. Jumlah
melanin menentukan kepadatan pigmentasi dan kegelapan kulit seseorang. Merkuri (Hg) dapat
menghambat kerja enzim tirosinase yang berarti merusak sel melanosit untuk memproduksi
melanin. Merkuri (Hg) bekerja dengan menghambat dan menekan melanin di lapisan dalam
kulit, zat exfloating (zat pengelupasan untuk kulit) yang terkandung didalam merkuri
menyebabkan terjadinya pengelupasan kulit yang tidak wajar secara terus - menerus tanpa
disertai pemberian nutrisi yang baik bagi sel , sehingga permukaan kulit tampak putih pucat.
Merkuri (Hg) masuk melalui pori – pori, setiap pori tersebut terhubung dengan pembuluh darah.
Krim yang dioleskan ke permukaan kulit akan masuk juga ke pori – pori selanjutnya terbawa
masuk ke pembuluh darah dan akhirnya bisa menyebabkan gangguan sistem saraf, ginjal, serta
organ tubuh lainnya Jenis merkuri yang banyak digunakan pada kosmetik adalah merkuri
anorganik dalam bentuk merkuri (Hg2+) dan merkuro (Hg2 2+) (Christiani, 2009).
Merkuri hanya diperbolehkan penggunaannya bagi pengawet tata rias dan pembersih tata rias
mata yaitu dalam campuran bahan dengan nilai maksimal 0,007% dijelaskan dalam Peraturan
Kepala BPOM No. 18 Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis. Bahan Kosmetika.Merkuri pada
kosmetika yang sudah umum digunakan ialah merkuri klorida, dan merkuri amido klorida.
Mekanisme kerja senyawa merkuri dalam memutihkan kulit berbeda-beda tergantung dari jenis
senyawanya. Merkuri klorida di dalam kulit akan melepaskan asam klorida yang menyebabkan
terjadinya pengelupasan kulit lapisan epidermis, sedangkan senyawa merkuri amido klorida
memiliki aktivitas menghambat kerja enzim tirosinase yang berperan dalam proses pembentukan
melanin. Melanin adalah pigmen coklat tua yang dihasilkan oleh melanosit dan disimpan dalam
sel-sel epidermis kulityang mempunyai fungsi sebagai pelindung epidermis dan dermis dari
bahaya radiasi ultraviolet Senyawa merkuri bersifat korosif sehingga dapat menyebabkan
dermatitis, dan dapat terakumulasi dalam darah sehingga menyebabkan keracunan sistemik.
Pemakaian krim pemutih mengandung merkuri secara terus menerus dalam jangka panjang
mengakibatkan kerusakan ginjal, kanker kulit, dan otak. (Palar, 2004). Menurut Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.03.01.23.07.11.6662 tahun 2011
persyaratan logam berat jenis merkuri (Hg) adalah tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1mg/L (1ppm).
Keputusan pemerintah Indonesia dalam membatasi penggunaan bahan aktif tersebut karena krim
pemutih yang mengandung merkuri dapat menimbulkan toksisitas terhadap organ-organ tubuh.
Hal tersebut terjadi karena senyawa merkuri akan kontak dengan kulit secara langsung sehingga
mudah terabsorpsi masuk ke dalam darah dan mengakibatkan reaksi iritasi yang berlangsung
cukup cepat. (BPOM RI, 2007).
Merkuri dibagi dalam bentuk, yaitu
a. Merkuri elemental atau metalik
Merkuri elemental (Hg0) merupakan logam perak-putih, berkilau, dan berbentuk cairan pada
suhu kamar. Merkuri elemental biasa digunakan dalam termometer, lampu neon dan beberapa
saklar listrik (EPA, 2013). Merkuri elemental merupakan bentuk merkuri yang paling mudah
menguap (WHO, 2003). Menurut EPA, paparan merkuri elemental dapat menguap pada suhu
kamar dan memiliki sifat tidak terlihat, tidak berbau, serta beracun.
b. Merkuri inorganik
Senyawa merkuri inorganik (dengan simbol kimia Hg (II) atau Hg2+) berbentuk garam merkuri
dan bubuk yang umumnya berwarna putih atau kristal, kecuali merkuri sulfida yang berwarna
merah. Senyawa merkuri inorganik biasa digunakan pada fungisida, antiseptik atau disinfektan.
Selain itu, biasa digunakan pula pada beberapa krim pencerah kulit serta beberapa obat-obatan
tradisional (EPA, 2013).
c. Merkuri organik
Senyawa merkuri organik yang paling umum ditemukan di lingkungan adalah metilmerkuri
(dengan rumus kimia MeHg) yang terbentuk pada saat merkuri bergabung dengan karbon.
Organisme renik mengkonversi merkuri inorganic menjadi metilmerkuri. Metilmerkuri dapat
terakumulasi dalam rantai makanan, seperti pada ikan (EPA, 2013)
Sekitar 80% dari peristiwa keracunan merkuri bersumber dari senyawasenyawa alkil-merkuri.
Keracunan yang bersumber dari senyawa ini adalah melalui pernafasan. Peristiwa peracunan
melalui jalur pernafasan tersebut lebih disebabkan karena senyawa-snyawa alkil-merkuri
terutama sekali yang mempunyai rantai pendek sangat mudah menguap. Uap merkuri yang
masuk bersama jalur pernafasan akan mengisi ruang-ruang dari paru-paru dan berikatan dengan
darah. Disamping itu, senyawa organic merkuri lainnya seperti metil merkuri, juga merupakan
penyebab keracunan merkuri yang besar. Lebih dari 95% metil merkuri yang masuk ke dalam
tubuh akan ditransportasi dalam sel darah merah untuk diedarkan ke selruh jaringan tubuh.
Sejumlah kecil lainnya terakumulasi dalam plasma protein.(Heryando, 2008)
3.2. Sumber Merkuri
Sumber Merkuri Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri dan logam-logam lain ke lingkungan
umumnya berasal dari kegiatan-kegiatan gunung api, rembesanrembesan air tanah yang melewati
daerah deposit merkuri dan lain-lainnya. Namun sedemikian, meski sangat banyak sumber
keberadaan merkuri di alam, dan masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan tertentu secara
alamiah, tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi lingkungan kerena masih dapat ditelorir
oleh alam itu sendiri. Merkuri menjadi bahan pencemar sejak manusia mengenal semaksimal
mungkin untuk kebutuhannya,. Kenyataan ini berarti menunjukkan bahwa manusialah yang telah
menciptakan suatu bentuk lingkungan yang tidak seimbang (tercemar) sebagai efek negatif dari
kemajuan perindustrian dan pertanian yang telah dicapai.(Heryando, 2008)
3.2. Sifat Fisis dan Sifat Kimia
a. Sifat Fisika
1) Logam berbentuk cair dalam suhu kamar dan berwarna abu – abu.
2) Logam murninya berwarna keperakan berupa cairan tak berbau, dan mengkilap.
3) Titik beku : - 39 0 C
4) Titik didih : 357 0 C
5) Hg akan memadat pada tekanan 7.640 Atm.
6) Berat molekul : 200,59
7) Dapat mengalirkan arus listrik sebagai konduktor baik tegangan arus listrik tinggi maupun
tegangan arus listrik rendah sehingga merkuri banyak digunakan dalam laboratorium
maupun industri.
b. Sifat Kimia
1) Tidak larut dalam air, alcohol, eter, asam hidroklorida, hydrogen bromida, dan hydrogen
iodid.
2) Larut dalam asam nitrat, asam sulfuric panas dan lipid
3) Memiliki kecenderungan menguap lebih besar
4) Mudah bercampur dengan logam-logam lain menjadi logam campuran (Amalgam/Alloy)
3.3. Tujuan Penggunaan Merkuri
Tujuan penggunaannya dalam waktu lama dapat menghilangkan dan mengurangi
hiperpigmentasi pada kulit, tetapi penggunaan yang terus - menerus justru akan menimbulkan
pigmentasi dengan efek permanen dan bahan aktif yang biasanya digunakan dalam krim pemutih
salah satunya adalah merkuri. (Anonim, 2012). Cara kerja merkuri ini memperlambat kerja
enzim tironase yang mempengaruhi sel-sel melanosit dalam memproduksi melanin. Apabila
proses pigmentasi melambat maka otomatis kulit akan menjadi lebih cerah. Namun efek
sampingnya, untuk pemakaian jangka panjang maka kulit menjadi menipis dan lama-kelamaan
menimbulkan hiperpigmentasi atau penggelapan kulit berlebihan.Walaupun Penggunaan Merkuri
tidak seburuk efek merkuri gugusan yang tertelan (yang ditemukan dalam ikan yang tercemar
dan termakan), tetap menimbulkan efek buruk pada tubuh. Kendati cuma dioleskan ke
permukaan kulit, merkuri mudah diserap masuk ke dalam darah, lalu memasuki sistem saraf.
(Wurdiyanto, 2007)
3.4. Efek Farmokologi dari Merkuri
Pelarangan penggunaan merkuri dalam kosmetik bukanlah tanpa alasan. Merkuri dilarang karena
dapat menyebabkan banyak kerusakan pada jaringan dan organ tubuh manusia. Berikut beberapa
dampak buruk merkuri bagi kesehatan :
a. Kulit menjadi iritasi seperti kemerahan dan gatal – gatal
Dampak buruk pertama merkuri bagi kulit adalah menyebabkan kulit menjadi iritasi seperti
memerah, atau gatal-gatal. Hal ini merupakan dampak ringan dari penggunaan merkuri dalam
kosmtik, namun pemakaian jangka panjang akan menyebabkan hal yang lebih buruk lagi. Jika
anda mengalami iritasi, kemerahan atau gatal-gatal pada kulit setelah menggunakan kosmetik,
lebih baik anda hentikan penggunaan kosmetik tersebut.