Anda di halaman 1dari 12

UJI KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA KOSMETIK PEMUTIH WAJAH

YANG DIPASARKAN DI MEDIA ONLINE


Alvira Anggriana Mohamad, Dr. Sunarto Kadir, Drs, M.Kes, Lia Amalia, S.KM,
M.Kes1
aanggriana31@gmail.com
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kesehatan Lingkungan
Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan
Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK
Alvira Anggriana Mohamad. 2014. Uji Kandungan Merkuri (Hg) Pada Kosmetik
Pemutih Wajah yang Dipasarkan di Media Online. Skripsi. Jurusan Kesehatan Masyarakat.
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan. Universitas Negeri Gorontalo.
Pembimbing I Dr. Sunarto Kadir, Drs, M.Kes, dan Pembimbing II Lia Amalia, S.KM,
M.Kes.
Kosmetik pemutih wajah berfungsi untuk membantu wajah menjadi lebih putih.
Namun banyak kosmetik pemutih wajah menggunakan bahan yang dilarang seperti Merkuri
(Hg). Penggunaan kosmetik pemutih wajah yang mengandung merkuri (Hg) dalam waktu
lama mengakibatkan kanker. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat
kandungan merkuri (Hg) pada kosmetik pemutih wajah yang dipasarkan di media online
Kota Gorontalo?
Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif dengan jenis penelitian Observasi
Analitik. Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan
Merkuri (Hg) pada kosmetik pemutih wajah yang dijual lewat media online. Populasi dalam
penelitian adalah semua jenis online shop yang ada di Gorontalo yang menjual kosmetik
pemutih wajah. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 4 sampel, terdiri dari 4 online shop
yang berbeda. Tehnik pengambilan sampel dilakukan secara purpossive sampling. Pengujian
Merkuri (Hg) pada kosmetik pemutih wajah ini menggunakan uji sederhana menggunakan
pembakaran kawat tembaga yang diberi perlakuan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa kosmetik pemutih wajah yang dijual di online
shop dari 4 sampel semuanya positif mengandung merkuri (Hg) dan semuanya tidak
memiliki izin edar dari BPOM. Diharapkan perlu pengawasan lebih ketat lagi serta
peningkatan penyuluhan oleh instansi terkait tentang pentingnya bahaya kosmetik ilegal,
sehingga masyarakat bisa teliti dalam memilih kosmetik.
Kata Kunci : Kosmetik Pemutih Wajah, Online Shop, Merkuri (Hg).

Alvira Anggriana Mohamad, Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo.


Dr. Sunarto Kadir, Drs, M.kes. dan Lia Amalia, SKM, M.Kes, Dosen pada Jurusan
Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo.

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan
yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri, dahulu diramu dari bahan-bahan
alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari
bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan kecantikan
(Wasitaatmadja,1997).
Sesuai dengan perkembangan zaman, bentuk kosmetika semakin praktis dan mudah
digunakan. Masyarakat menganggap bahwa kosmetika tidak akan menimbulkan halhal yang membahayakan karena hanya ditempelkan dibagian luar kulit saja. Pendapat
ini tentu saja salah karena ternyata kulit mampu menyerap bahan yang melekat pada
kulit. Absorpsi kosmetika melalui kulit terjadi karena kulit mempunyai celah
anatomis yang dapat menjadi jalan masuk zat-zat yang melekat di atasnya. Dampak
dari absorpsi ini ialah efek samping kosmetika yang dapat berlanjut menjadi efek
toksik kosmetika (Wasitaatmadja, 1997).
Produk pemutih wajah saat ini ramai diperbincangkan, bukan hanya produknya
yang membanjiri pasaran, tetapi juga karena dampak dari pemakaian produk tersebut.
Konsumen harus berhati-hati dalam memilih kosmetik pemutih wajah, karena tidak
semua produk pemutih wajah yang beredar di masyarakat aman untuk dikonsumsi.
Penelitian yang dilakukan Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia
(YPKKI) pada bulan April 2002 terhadap 27 produk pemutih wajah dan anti kerut
yang beredar di pasaran, ternyata kebanyakan dari produk tersebut masih dalam
kategori obat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) dari 20 merek yang dijadikan sampel yang diteliti menunjukkan
ada lima merk kosmetik pemutih wajah yang telah terdaftar tetapi masih mengandung
merkuri, meskipun kadarnya kecil (Rina, 2007).
Berdasarkan PERMENKES RI No.445/MENKES/PER/V/1998 Indonesia
melarang penggunaan merkuri dalam sediaan kosmetik, namun penggunaan krim
yang mengandung merkuri ini masih terus digunakan (Fina, 2005).
Krim yang mengandung merkuri, awalnya memang terasa manjur dan membuat
kulit tampak putih dan Krim pemutih merupakan campuran bahan kimia dan atau
bahan lainnya dengan khasiat bisa memutihkan kulit atau memucatkan noda hitam
(coklat) pada kulit (Tranggono, 2007).
Pemakaian Merkuri dalam krim pemutih dapat menimbulkan berbagai hal, mulai
dari perubahan warna kulit yang pada akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik
hitam pada kulit, alergi, iritasi kulit serta pemakaian dengan dosis tinggi dapat
menyebabkan kerusakan permanen otak, serta dapat menyebabkan kanker.
Kulit merupakan organ tubuh yang sedemikian menakjubkan. Betapa tidak, sebagai
bagian tubuh yang paling kelihatan, kulit menjadi sumber kecantikan dan daya pikat
dari seseorang. Sebagai bagian tubuh paling luar, kulit menjalankan fungsi
perlindungan, yaitu melindungi tubuh dari berbagai pengaruh buruk yang datang dari
luar (Keen, 2012)
Warna kulit manusia di Indonesia ini sangat bervariasi. Khususnya di daerah
Gorontalo. Mulai dari putih, kuning, sampai coklat gelap. Warna kulit manusia

ditentukan oleh melanin atau butiran-butiran pigmen di dalam kulit. Melanin ini di
produksi oleh melanosit yang terletak di lapisan basal epidermis. Untuk membentuk
melanin, melanosit membutuhkan oksigen, enzim tiranose, suhu tinggi, dan sinar
ultra violet. Berlimpahnya sinar matahari di Gorontalo serta sering melakukan
aktivitas diluar rumah, membuat warna kulit menjadi gelap. Apalagi penggunaan
sunblock saat beraktivitas dibawah terpaan sinar matahari masih jarang dilakukan.
Akibatnya, noda-noda atau flek hitam muncul diwajah. Padahal, bagi sebagian besar
wanita Gorontalo kecantikan kerap diidentikkan dengan kulit putih dan mulus. Krim
Pemutih wajah pun menjadi kosmetik yang paling laris di pasaran Gorontalo.
Pada penelitian Porong, rata-rata kosmetik yang beredar bebas di kota Manado dan
yang paling laris sudah positif mengandung merkuri. Di pasar 45 Manado banyak
diperjualbelikan kosmetik pemutih wajah yang positif mengandung merkuri yang ia
temukan. Maraknya kosmetik tanpa izin edar yang dipasarkan lewat media online di
kota Gorontalo tentu saja yang menjadi pendorong peneliti untuk mengangkat
penelitian ini dikarenakan di kota Gorontalo belum ada yang mengusut kasus-kasus
seperti ini.
Terkadang keinginan wanita yang selalu saja tidak puas dengan hasil krim
menjadikan mereka menginginkan sesuatu yang lebih. Hal ini jelas berkaitan dengan
perkembangan zaman di daerah Gorontalo. Perkembangan wilayah yang makin lama
pembangunannya makin banyak, tentu menyebabkan tuntutan hidup masyarakat
Gorontalo khususnya wanita jadi lebih tinggi. Contohnya saja dalam pembangunan
hotel-hotel di Gorontalo. Dari hasil survei, para pegawai hotel khususnya yang berada
pada bagian front office harus berpenampilan menarik dan berwajah putih mulus.
Tentunya ini menjadi landasan mengapa krim-krim pemutih di Gorontalo makin
digandrungi. Krim Pemutih extra cepat atau instant pun menjadi pilihan. Namun
sayangnya, krim pemutih instant ini ilegal. Dan karena ilegal, maka penjualannya pun
dilakukan secara online. Masih kurangnya pengawasan pihak kepolisian terhadap
penjualan barang ilegal lewat media online menjadikan seller/penjual lebih leluasa
menjual barangnya. Hal ini tentu mempengaruhi daya tarik tersendiri oleh calon
konsumen. Murah, efeknya cepat, dan mudah didapat menjadikan sebagian besar
wanita di Gorontalo lebih memilih produk krim pemutih yang dipasarkan lewat
online shop. Bahayanya lagi, krim pemutih ini rata-rata tidak memiliki izin BPOM.
Menurut survei, ternyata kosmetik-kosmetik ini menimbulkan ketergantungan.
Ketergantungan tersebut akan dirasakan pada pemakaian lebih dari 2 minggu.
Apabila para konsumen ini berhenti menggunakan krim pemutih ini, maka wajah
mereka pun akan kembali hitam, kusam, berminyak, berjerawat, dll. Tentunya hal ini
menjadi faktor pendukung larisnya kosmetik-kosmetik pemutih di Gorontalo.
Tidak hanya menimbulkan ketergantungan saja, tetapi ada beberapa efek buruk pada
wajah yang tidak dihiraukan oleh konsumen. Contohnya, dalam pemakaian pertama,
wajah konsumen akan mengalami merah-merah, gatal-gatal, perih serasa terbakar.
Tapi hal ini justru dianggap mereka adalah penyesuaian kulit dengan krim yang
mereka gunakan. Kesalahan persepsi ini yang seharusnya perlu diperhatikan. Pada
pemakaian jangka panjang yang kurang lebih 3 tahun, ada beberapa konsumen yang

mengaku diwajah mereka muncul flek hitam yang makin hari makin melebar. Tapi
mereka tidak menghiraukau efek samping tersebut. Dikarenakan apabila flek-flek
tersebut sudah ditutupi dengan krim pemutih itu, maka seolah diwajah mereka tidak
ada lagi flek-flek hitam yang menempel.
Meluasnya dagangan kosmetik pemutih wajah ilegal ini juga didukung oleh
faktor produsen yang makin lama makin banyak. Sekarang saja sudah tercatat 9
online shop yang menjual kosmetik ilegal secara online di Kota Gorontalo. Tidak
hanya itu, mereka juga sudah berani menyediakan stok kosmetik-kosmetik ilegal ini
dirumah mereka. Hal ini tentunya lebih mempermudah konsumen untuk mendapatkan
kosmetik-kosmetik ilegal tersebut. Selain itu, faktor lain yang mendukung beredarnya
kosmetik-kosmetik yang diduga berbahaya ini dikarenakan persepsi masyarakat soal
perawatan kulit. Kulit dianggap sebagai kepribadian seseorang. Seseorang akan
dinilai pandai merawat tubuh, pertimbangan yang utama biasaya adalah dengan
melihat kulit wajah. Sebaliknya, seseorang bahkan dinilai pemalas jika tidak
memeperhatikan kulit wajah mereka. Meskipun mengenakan pakaian yang modis,
namun jika kulit si pemakai tak terawat tetap saja kelihatan sisi kekurangan yang
mendasar (Santoso, 2012).
Beberapa wanita Gorontalo yang telah diwawancarai ternyata lebih mengutamakan
efek dari krim pemutih tersebut ketimbang bahaya yang nanti akan dirasakan. Bahkan
dalam waktu 3 hari saja, perubahan pun sudah terlihat. Wajah sudah putih, bersih, dan
halus. Menurut survei, ada juga konsumen yang sudah mengkonsumsi dalam jangka
panjang, makin lama makin banyak flek hitam yang timbul dan bersarang
diwajahnya. Entah bahan apa yang berada pada campuran krim-krim pemutih wajah
itu. Tanpa menghiraukan bahaya apa yang akan ditimbulkan dari pemakaian krim
pemutih ilegal ini, kosmetik ini pun makin hari makin digandrungi oleh sebagian
wanita Gorontalo.
Hal ini terbukti dari hasil survei peneliti yakni dengan mendatangi salah satu owner
online shop R.Kosmetik dalam sebulan, dia mampu menjual krim pemutih ilegal
hampir lebih dari 3 lusin. Selain itu, peredaran kosmetik-kosmetik yang makin lama
makin meluas ini didukung oleh faktor belum adanya penelitian tentang uji
kandungan merkuri pada kosmetik pemutih wajah yang dipasarkan di media online di
Kota Gorontalo.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Uji Kandungana Merkuri (Hg) pada Kosmetik Pemutih Wajah yang
Dipasarkan di Media Online.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan merkuri (Hg) pada
kosmetik pemutih wajah yang dipasarkan di media online
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif, dengan desain observasi analitik.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kosmetik yang dijual lewat media
penjual online yang ada di Kota Gorontalo yang berjumlah 9 jenis kosmetik.

Sedangkan untuk sampel adalah kosmetik yang diambil secara acak dengan teknik
Purpossive Sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Tabel 1 : Distribusi Penjualan Kosmetik Menggunakan Media Online
Merk Kosmetik

Frekuensi
Penjualan Tiap
Minggu

Deoonard
Bleaching
Walet Super
Gold
Baby Pink
Sucofindo
Eshter
Whitening

40
Pcs/Minggu

50
Pcs/Minggu

50
Pcs/Minggu

40
Pcs/Minggu

Nama Online Shop


Yang Menjual

Media Online
Yang Digunakan

M Kosmetik

Instagram

R Kosmetik

Blackberry
Messanger

A Kosmetik

Twitter

S Kosmetik

Blackberry
Messanger

Sumber: Data Sekunder


Berdasarkan pada tabel 1, dapat dilihat bahwa frekuensi penjualan kosmetik ilegal ini
memang pesat. Menurut hasil wawancara peneliti dengan narasumber (penjual
kosmetik), bahwa rata-rata kosmetik-kosmetik yang dijual tersebut menghasilkan
daya putih pada kulit wajah dengan cepat. Kurang dari satu minggu, konsumen sudah
bisa mendapatkan hasil putih dari konsumen tersebut. Maka tidak mengherankan jika
krim-krim ilegal tersebut mempunyai daya jual yang tinggi. Jika diperkirakan, setiap
hari penjual dapat melariskan 5 sampai 6 kosmetik. Karena rata-rata seluruh sampel
kosmetik daya jualnya lebih dari 40 pcs terjual hanya dalam seminggu.
Tabel 2 Distribusi merk kosmetik, jenis kosmetik, dan penomoran sampel
No

Merk Kosmetik

Deoonard Bleaching

Eshter

Baby Pink Sucofindo

Walet Super Gold

Sumber: Data Primer

Jenis Kosmetik
Krim
Siang
Krim
Siang
Krim
Siang
Krim
Siang

Krim
Malam
Krim
Malam
Krim
Malam
Krim
Malam

Penomoran
Sampel
1.A

1.B

2.A

2.B

3.A

3.B

4.A

4.B

Dari distribusi tabel 2 dapat dilihat bawa setiap sampel kosmetik memiliki 2 jenis
kosmetik berbeda. Yakni krim siang dan krim malam. dari tabel 3.2, teknik
penomoran pada sampel dapat dijelaskan yakni, krim siang dari masing-masing
kosmetik diberi simbol A sedangkan krim malam dari masing-masing kosmetik
diberi simbol B. Deoonard bleaching diberi kode nomor 1, Esther diberi kode
nomor 2, Baby pink sucofindo diberi kode nomor 3 dan yang terakhir walet super
gold di beri kode nomor 5. Selanjutnya penomoran tinggal ditambahkan kode A
atau B. contohnya deoonard bleaching krim siang diberi kode 1.A, deoonard
bleaching krim malam diberi kodev1.B, dan seterusnya. Jadi total sampel peneliti
adalah 8 sampel.
Tabel 3 Hasil pemeriksaan kandungan merkuri (Hg) pada sampel
No
Kode Sampel
Kandungan Merkuri (Hg)
1
1.A
+
2
1.B
+
3
2.A
+
4
2.B
+
5
3.A
+
6
3.B
+
7
4.A
+
8
4.B
+
Sumber: Data Primer
Dari tabel 3, dapat diketahui bahwa semua sampel kosmetik berdasarkan hasil uji
laboratorium yakni dengan membakar kawat tembaga yang sudah diamplas dan
dicelupkan kedalam campuran larutan campuran dari 50 gr sampel dengan 50 ml
aquadest dan 20 ml HCl pekat, maka dapat diketahui bahwa semua kosmetik itu
positif mengandung merkuri (Hg). Hal ini dapat dilihat dari nyala api yang berubah
warna (metalic, hijau, perak) pada saat kawat tembaga yang sudah diberi perlakuan
dibakar.
Sebelumnya peneliti melakukan uji pembakaran pada kawat tembaga sebelum
diamplas, setelah diamplas, setelah diamplas dan dicelupkan pada HCl, dan setelah
diamplas dicelupkan pada Aquadest. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui warna
api yang ditimbulkan ketika kawat tembaga itu dibakar. Dan semuanya menghasilkan
warna api yang tidak berubah sama sekali.
Namun pada saat kawat tersebut dicelupkan pada larutan campuran dari 50 gr sampel,
20 ml HCl, dan 50 ml aqudest, nyala api berubah menjadi metalic, hijau, dan perak.
Peneliti juga menyediakan 2 sampel pembanding yakni cream yang dijual di
supermarket dan yang memiliki izin BPOM. Kedua cream ini diberi perlakuan seperti
pada sampel inti peneliti. Yakni diambil 50 gr dari sampel pembanding kemudian
dicampurkan 20 ml HCl, dan ditambahkan 50 ml aquadest. Setelah itu kawat tembaga
sepanjang 7 cm yang sudah diamplas dicelupkan kedalam larutan sampel

pembanding. Setelah dibakar ternyata nyala api tersebut tidak berubah. Dan itu berarti
bahwa sampel pembanding yang memiki izin edar BPOM dan dijual di tempat umum
seperti supermarket bebas dari kandungan merkuri (Hg).
Pembahasan
Kosmetik ilegal yang dijual di online shop merupakan produk yang dihasilkan
oleh industri kosmetik luar negeri dan diseludupkan di Indonesia. Kosmetik
seharusnya berguna untuk memperbaiki kesehatan, kebersihan, dan penampilan fisik
manusia dan melindungi bagian tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh
lingkungan. Namun berbeda halnya dengan kosmetik yang dipasarkan di online shop.
Kosmetik-kosmetik tersebut justru menjadi bahan pengrusak kulit pemakai. Hal ini
karena kosmetik-kosmetik tersebut mengandung merkuri (Hg). Pemakaian kosmetik
mengandung merkuri (Hg) dalam jangka panjang dapat menimbulkan iritasi kulit,
bintik-bintik hitam, penipisan kulit, bahkan dapat menyebabkan kanker kulit. Merkuri
pada kosmetik ini dapat diserap oleh kulit dan diedarkan oleh darah keseluruh tubuh.
Efek toksisitas merkuri terutama pada organ ginjal dan susunan saraf pusat. Merkuri
didalam darah akan mengendap didalam ginjal yang mengakibatkan gagal ginjal.
Merkuri juga akan menyerang sistem saraf pusat sehingga menimbulkan gangguan
sistem saraf seperti tremor, insomnia, pikun, gangguan penglihatan, ataksia (gerakan
tangan tidak normal), gangguan emosi, dan depresi
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI telah menerbitkan Peraturan Kepala
Badan POM Republik Indonesia Nomor HK.00.05.42.1018 Tentang Bahan
Kosmetik, dan melalui Public Warning Nomor Kh.00.01.432.6147 Tanggal 26
November 2008 Tentang Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya dan Zat Warna
yang dilarang, telah menarik dari peredaran kosmetik yang tidak memenuhi ketentuan
untuk dimusnahkan. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa, raksa/merkuri dan
senyawanya dilarang digunakan dalam bahan kosmetik.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa di online shop yang beredar
di Kota Gorontalo rata-rata menjual kosmetik yang ilegal (tidak memiliki izin edar
BPOM). Dari hasil survei dan wawancara bebas peneliti dengan owner-owner online
shop tersebut, mereka menjual kosmetik ilegal tersebut secara online karena apabila
mereka menjual ditempat terbuka atau ditempat umum seperti supermarket, dagangan
mereka akan disita oleh petugas terkait. Oleh karena itu mereka berinisiatif untuk
melakukan praktek perdagangan kosmetik ilegal melalui media online. Selain itu,
media online pun keuntungannya sangat besar. Selain tidak dapat ditindak lanjuti oleh
petugas terkait, media online mampu merangkap keseluruh nusantara. Jadi omset
keuntungan mereka akan jauh lebih besar dan penjualannya pun akan meluas.
Hal ini dikarenakan tidak adanya batas koneksi di media online. Mereka dapat
menginput orang-orang dari beberapa daerah ke akun online shop mereka. Hal inilah
yang menjadikan perkembangan online shop makin lama makin meluas. Mereka
mengaku bahwa tidak mengerti dan tidak mengetahui adanya kandungan-kandungan
berbahaya yang terkandung dalam kosmetik yang mereka jual. Yang mereka tau

bahwa kosmetik yang mereka jual mampu menghasilkan efek putih pada wajah
dengan hitungan hari yakni rata-rata hanya berkisar 3 hari saja.
Selain itu, para owner online shop pun mengakui bahwa ada beberapa reseller
(pelanggan tetap) yang mengaku mengeluh karena dalam pemakaian jangka panjang
diwajahnya timbul flek hitam yang makin lama makin lebar. Namun karena
ketidaktahuan dari owner sendiri mereka justru menyarankan bahwa lebih rutin lagi
mengkonsumsi kosmetik-kosmetik tersebut agar fleknya memudar.
Hal ini juga diperkuat dengan salah satu narasumber peneliti yang mengkonsumsi
kosmetik walet super gold. Narasumber mengaku bahwa setelah 3 tahun dia memakai
kosmetik tersebut, diwajahnya muncul flek hitam. Namun flek tersebut timbul atau
jelas hanya apabila dia tidak menggunakan krim. Apabila dia sudah menggunakan
krim, maka flek tersebut tersamarkan sesaat.
Sampel yang di ambil peneliti, pada umumnya lengket, tidak homogen, baunya
menyengat/tajam, warna sangat mencolok (khususnya pada cream siang), dan bila
diusapkan pada lipatan kulit lengan atau dibalik daun telinga akan terasa panas dan
gatal. Hal ini sesuai dengan pengamatan dari Home Spa Young Look tentang ciriciri
kosmetik bermerkuri. Selain itu menurut wawancara singkat peneliti dengan
konsumen, pada pemakaian pertama cream ini akan menghasilkan warna putih
dengan cepat dan apabila konsumen berada dibawah sinar matahari maka wajah akan
iritasi atau kemerah-merahan. Warna yang muncul pada api cukup terang dan jelas
dan itu menjelaskan bahwa kandungan merkuri (Hg) pada sampel peneliti cukup
banyak. Karena apabila warna pada nyala api pudar atau bahkan hampir tidak terlihat,
maka kandungan merkuri yang ada pada kosmetik tersebut sedikit.
Dari delapan sampel yang diambil peneliti semuanya positif mengandung merkuri
(Hg). Hal ini diketahui dari nyala api yang menghasilkan warna metalic, hijau, dan
perak pada pembakaran kawat tembaga yang sudah diamplas dan dicelupkan kedalam
campuran larutan dari 50 gr sampel, 50 ml aquadest, dan 20 ml HCl pekat.
Namun sebelum melakukan pembakaran kawat tembaga yang sudah diberi perlakuan,
peneliti sebelumnya melakukan uji coba terlebih dahulu pada kawat tembaga. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui nyala api yang dihasilkan kawat tembaga yang belum
diberi perlakuan. Peneliti melakukan 4x uji coba pembakaran kawat tembaga.
Pertama, kawat tembaga sebelum diamplas. Kedua, kawat tembaga sesudah diamplas.
Ketiga, kawat tembaga sesudah diamplas dan dicelupkan pada 50 ml Aquadest. Dan
terakhir, kawat tembaga sesudah diamplas dan dicelupkan pada 20 ml Hcl. Dari hasil
uji coba tersebut peneliti tidak menemukan nyala api yang berbeda. Nyala api tetap
sama dan tidak ada perubahan warna sama sekali.
Selain itu peneliti juga melakukan uji coba pada sampel pembanding yang diperoleh
peneliti dari supermarket yang ada di Kota Gorontalo dan terdaftar di BPOM.
Perlakuan pada sampel pembanding sama dengan perlakuan pada sampel inti. Yakini
50 gr sampel pembanding dicampurkan dengan 50 ml aquadest dan 20 ml HCl.
Setelah itu kawat tembaga sepanjang 7 cm yang sudah diamplas ujungnya dicelupkan
kedalam larutan pembanding tersebut dan dibakar. Dari hasil uji coba pada sampel

pembanding tersebut peneliti tidak menemukan perubahan warna pada api. Dan itu
berarti sampel pembanding tersebut tidak mengandung merkuri (Hg)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan Uji Sederhana Menggunakan Pembakaran
Kawat Tembaga yang diberi Perlakuan dari 8 sampel kosmetik yang diambil dari 4
online shop semuanya (+) Positif merkuri (Hg) atau mengandung Merkuri (Hg).
Saran
1.
Bagi penjual
a) Agar tidak lagi menjual cream-cream ilegal yang tidak memiliki izin edar dari
BPOM.
b) Selalu memperhatikan jenis kosmetik yang dijual apakah berbahaya atau
tidak.
2.
Bagi instansi terkait (BPOM dan Dinas Kesehatan)
a) Agar lebih meningkatkan pengawasan tentang peredaran kosmetikn kosmetik
ilegal dikalangan masyarakat.
b) Melakukan penyuluhan tentang bahaya merkuri (Hg) untuk mencegah
meluasnya peredaran kosmetik-kosmetik ilegal dan berbahaya tersebut.
3.
Bagi konsumen
a) Agar lebih teliti dalam membeli kosmetik, khususnya kosmetik yang tidak
memiliki izin edar BPOM dan kosmetik yang cepat memberikan efek putih
yang tidak lazim dan secara instan.
DAFTAR PUSTAKA
Achroni, K. 2012. Semua Rahasia Kulit Cantik dan Sehat Ada di Sini. Jogjakarta :
Javalitera
Aqila, Z. 2013. Waspada Keracunan Akibat Kandungan Logam Berat pada
Kosmetik. (Online), http://www.blogger.com, diakses 05 desember 2013
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. Peraturan Kepala Badan POM Republik
Indonesia Nomor : HK.0.3.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang
Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat Dalam Kosmetik. BPOM
RI. Online (diakses 1 Februari 2014)
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Mahkluk Hidup. Jakarta : UI Press

Departemen
Ksehatan
RI.
1998.
Undang-Undang
Nomor
445/MENKES/PER/V/1988 tentang Larangan Penggunaan Merkuri Dalam
Sediaan Kosmetik. Jakarta : Depkes.
Dewi. 2010. Bahaya Reaksi Kimia. Jakarta : Media Kita
Fina, Y. G. D. 2005. Analisa Kadar Logam Merkuri (Hg) Pada Beberapa Produk
Kosmetik Krim Pemutih China yang Beredar di Pasaran Kota Medan.
Skripsi.FKM. Medan
Husamah. 2012. Kamus Penyakit pada Manusia. Yogyakarta : Andi
Irianto, K 2013. Pencegahan dan Penanggulangan Keracunan Bahan Kimia
Berbahaya. Bandung : Yrama Widya
Iswari, T. R. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Livia dan Arlina. 2011. Pengujian Kandungan Merkuri Dalam Sediaan Kosmetik
Dengan Spektrofotometri Serapan Atom. Universitas Islam Bandung
Muliyawan, Dewi dan Suriana, N. 2013. Bab A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta : PT
Elex Media Komputindo
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka Cipta
Parengkuan, K., Fatimawali dan Citraningtyas.2013. Analisis Kandungan Merkuri
pada Krim Pemutih Wajah yang Beredar di Kota Manado. Skripsi (Online).
FMIPA Universitas Sam Ratulangi
Polii, B., Palendeng, H., dan Porong V. 2011. Analisis Kandungan Merkuri pada
Kosmetik Pemutih Wajah yang di Jual Pedagang Kaki Lima di Pasar 45
Kota Manado. Jurnal Online. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Ratulangi
Prafitasari.
2011.
Efek
Samping
Kosmetik
dan
Penanganannya.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/viewfile/1065/1149_um
m_Sci
Ridwan, N. 2012. Cantik Tanpa Nyandu Kosmetik. Jakarta : Laksana

Rina, S. 2007. Analisis Unsur-Unsur Toksik Dalam Sampel Krim Pemutih Wajah
Dengan
Metode
Analisis
Aktivasi
Neutron.
http://www.batan.go.id/ptrkn/file/TDM/vol_9_02/5Rina.pdf.
Santoso, Budi. 2012. Buku Pintar Perawatan Kulit Terlengkap. Jakarta : Buku Biru
Sunarko, R. 2007. Analisis Unsur-Unsur Toksik Dalam Sampel Krim Pemutih
Wajah Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron. Jurnal Ilmiah Sains
(Online), Vol. 9 No. 2.
Tranggono dan Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta
: Gramedia Pustaka Utama
Wasitaatmadja, M. S. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta : UI Press
Widana, N. 2007. Analisis Bahan Pewarna Berbahaya Pada Sediaan Kosmetika di
Wilayah Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Jurnal Online
Yasyin, S. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah

Anda mungkin juga menyukai