Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ANALISA FARMASI KUALITATIF

ANALISA KUALITATIF PENENTUAN ZAT PEMUTIH BERBAHAYA DAN


MERKURI DALAM KOSMETIK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 12

Divi fardah (08061181621100)

Fadhila fajrini ardenis (08061281722054)

Marfina yuniarti (08061281722070)

Nevti sundari (08061181722001)

Novela Fransiska (08061381722101)

Yunikhe anafisya (08061381722097)

Dosen Pembimbing : Dr.Miksusanti, M.Si.

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga
maka lah ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Analisa Kualitatif. Kami berharap makalah ini dapa bermanfaat dan menambah
wawasan bagi kita semua. Kami membuat makalah ini dari kumpulan buku, dan internet
sebagai pedoman membuat makalah.

Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen Biokimia I, teman mahasiswa yang


secara langsung maupun tidak langsung memberikan motivasi membantu dalam
pengembangan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu
ditingkatkan lagi mutunya. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang
membangun sangat diharapkan.

Indralaya,17 Juni 2019

Kelompok 12
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Zat Pemutih


B. Macam-macam zat pemutih dan reaksinya yang dapat membahayakan
C. Ciri-ciri Krim Pemutih Wajah yang Berbahaya
D. Bahaya Krim Pemutih Wajah terhadap Kesehatan Tubuh
E. Pengertian Merkuri
F. Sifat Merkuri
G. Identitas Merkuri (Hg) dan Sifat Fisikokimia Merkuri (Hg)
H. Bentuk- Bentuk Merkuri
I. Efek Merkuri
J. Sumber Merkuri
K. Toksikologi Merkuri di Lingkungan

L. Kegunaan Merkuri Dalam Kehidupan


M. Pemilihan Kosmetik Pemutih
N. Cara Analisis Kualitatif Zat Berbahaya pada Kosmetik
BAB III PENUTUP

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kulit merupakan bagian tubuh paling utama yang perlu diperhatikan karena
merupakan organ terbesar yang melapisi bagian tubuh manusia. Kulit memiliki fungsi
untuk melindungi bagian tubuh dari berbagai gangguan dan rangsangan luar dengan
membentuk biologis salah satunya yaitu pembentukan pigmen melanin untuk
melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari. Radiasi sinar ultraviolet yang
berasal dari matahari dapat menimbulkan efek negatif yaitu menyebabkan bergbagai
permasalahan pada kulit. Bahaya yang ditimbulkan yaitu kelainan kulit mulai dari
kemerahan, noda - noda hitam, penuaan dini, kekeringan, keriput, sampai kanker kulit.
Untuk mengatasi berbagai masalah kulit tersebut diperlukan adanya perawatan
menggunakan kosmetik.

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia. Kosmetik saat ini sudah menjadi kebutuhan penting bagi
manusia. Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk
kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa
percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra
violet. Kosmetik merupakan komponen kimia yang digunakan untuk mempercantik
wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari berbagai macam
senyawa kimia seperti zat pemutih dan merkuri. Kosmetik yang mengandung zat
pemutih dan merkuri tidak boleh digunakan karena dapat membahayakan masyarakat,
yakni dapat menyebabkan iritasi kulit, alergi serta jika digunakan dalam jangka panjang
dapat menyebabkan kerusakan permanen otak dan kanker kulit hingga kematian.

Bahan aktif yang biasanya digunakan dalam kosmetik yaitu zat pemutih dan
merkuri, merkuri direkomendasikan sebagai bahan kosmetik karena berpotensi sebagai
bahan preduksi (pemucat) warna kulit dengan daya pemutih terhadap kulit yang sangat
kuat. Ion merkuri dianggap dapat menghambat sintesis melamin pigmen kulit di sel
melanosit. Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
nomor HK.03.01.23.07.11.6662 tahun 2011 persyaratan logam berat jenis merkuri (Hg)
adalah tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1 mg/L (1ppm). Keputusan pemerintah Indonesia
dalam membatasi penggunaan bahan aktif tersebut karena zat pemutih yang
mengandung merkuri dapat menimbulkan toksisitas terhadap organ-organ tubuh. Hal
tersebut terjadi karena senyawa merkuri akan kontak dengan kulit secara langsung
sehingga mudah terabsorpsi masuk ke dalam darah dan mengakibatkan reaksi iritasi
yang berlangsung cukup cepat diantaranya dapat membuat kulit terbakar, menjadi
hitam, dan bahkan dapat berkembang menjadi kanker kulit, serta merkuri yang
terakumulasi di dalam organ tubuh merupakan zat karsinogenik yang dapat
menyebabkan kematian ( BPOM RI,2011; BPOM RI, 2007 ).

Berdasarkan uraian diatas maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan
memahami arti dan penjelasan bahaya zat pemutih dan merkuri bagi kesehatan, macam-
macam zat pemutih yang berbahaya dan merkuri pada kosmetik, mengetahui contoh zat
pemutih berbahaya dan merkuri pada kosmetik beserta cara analisis kualitif, dan
memahami macam-macam zat pemutih dan merkuri, serta reaksinya yang dapat
membahayakan. Agar dapat berguna untuk menambah ilmu pegetahuan dan lebih
berhati - hati dalam menggunakan kosmetik.

B. Rumusan Permasalahan

1. Pengertian dan penjelasan bahaya zat pemutih dan merkuri bagi kesehatan
2. Macam - macam zat pemutih yang berbahaya dan merkuri pada kosmetik
3. Contoh zat pemutih berbahaya dan merkuri pada kosmetik
4. Cara analisis kualitatif
5. Jelaskan macam-macam zat pemutih dan merkuri , serta reaksinya yang dapat
membahayakan

C. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami arti dan penjelasan dari bahaya zat pemutih dan
merkuri bagi kesehatan
2. Mengetahui macam - macam zat pemutih yang berbahaya dan merkuri pada
kosmetik
3. Mengetahui contoh zat pemutih berbahaya dan merkuri pada kosmetik
4. Memahami cara analisis kualitatif
5. Mengetahui dan memahami macam-macam zat pemutih dan merkuri, serta
reaksi yang dapat membahayakan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zat Pemutih

Pemutih/pencerah kulit adalah salah satu produk kosmetik yang digunakan


untuk mencerahkan atau menghilangkan pewarnaan kulit yang tidak diinginkan. Di
beberapa negara luar, produk ini dikategorikan sebagai obat dan bukan sebagai
kosmetik yang dapat digunakan secara bebas. Sedangkan di negara Asia seperti di
Jepang, kosmetik pemutih/pencerah kulit masih beredar sebagai kosmetik yang sangat
digemari terutama oleh kalangan remaja-remaja, baik pria maupun wanita. Oleh karena
itu, bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai pemutih/pencerah banyak diteliti dan
dikembangkan hingga sekarang. (Toranggono, 2007 ; Nandityasari, 2009).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Krim Pemutih adalah krim untuk
menghilangkan, menipiskan, atau mencegah timbulnya noda pada kulit. Krim pemutih
adalah kumpulan berbagai macam zat yang dicampur menjadi krim yang berfungsi
untuk menghilangkan noda hitam pada kulit, sehingga kulit tampak lebih putih bersih
dan berseri.
Kosmetika pemutih merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya
yang berkhasiat mampu memucatkan noda hitam atau coklat pada kulit. Pemutih kulit
adalah produk yang mengandung bahan aktif yang dapat menekan atau menghambat
melamin yang sudah terbentuk sehingga 19 akan memberikan warna kulit yang lebih
putih. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
kosmetika pemutih adalah kosmetika yang mengandung bahan aktif pemutih dan
penggunaannya bertujuan untuk mencerahkan kulit atau memutihkan kulit. Kosmetik
pemutih merupakan suatu sediaan atau paduan bahan yang digunakan pada bagian luar
badan yang berfungsi untuk mencerahkan atau merubah warna kulit sehingga
menjadikan kulit putih bersih dan bersinar (Amalia, 2011).
Sesuai dengan tujuan penggunaannya, pemutih kulit yang beredar di pasaran
dapat berupa skin lightening untuk mencerahkan kulit dan skin bleaching untuk
memudarkan noda-noda hitam. Bahan aktif yang digunakan tentu saja berbeda. Skin
lightening biasanya mengandung bahan aktif seperti asam-asaman yang berkhasiat
untuk mencerahkan kulit, sedangkan pada skin bleaching biasanya mengandung bahan
aktif seperti hidroquinon, merkuri atau bahan lainnya yang dapat memutihkan atau
memudarkan noda hitam pada kulit.

B. Macam-macam zat pemutih dan reaksinya yang dapat membahayakan

Kepala Badan POM, Roy Sparringa mengatakan, setidaknya ada 7 bahan kosmetik
berbahaya, seperti:

1. Merkuri (Hg)

Merkuri sering disalahgunakan pada krim/lotion pemutih kulit. Merkuri


merupakan logam berat yang berbahaya, yang dalam konsentrasi kecil pun dapat
bersifat racun. Pemakaian merkuri dapat menimbulkan berbagai hal mulai dari
perubahan warna kulit yang akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam
pada kulit, alergi, iritasi kulit, kerusakan permanen pada susunan saraf
otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin (teratogenik). Paparan jangka
pendek dalam dosis tinggi menyebabkan diare, muntah-muntah dan kerusakan
ginjal. Merkuri juga merupakan zat karsinogenik (menyebabkan kanker).

2. Hidrokinon

Zat ini tidak boleh digunakan untuk kulit dan rambut, hanya boleh untuk
pengeras kuku. Namun hidrokinon sering disalahgunakan pada krim atau lotion
pemutih kulit. Hidrokinon adalah zat reduktor yang mudah larut dalam air.
Kemampuan hidokinon untuk menghambat pembentukan melanin (zat pigmen
kulit) membuat bahan tersebut digunakan sebagai pencerah kulit (skin
lightening) yang populer. Namun pengguna hidrokinon dalam jangka panjang
dan dosis tinggi dapat dapat menyebabkan hiperpigmentasi terutama pada derah
kulit yang terkena sinar matahari langsung dan dapat
menimbulkan ochronosis (kulit berwarna kehitaman). Hal ini akan terlihat
setelah penggunaan selama 6 (enam) bulan dan kemungkinan
bersifat irreversible (tidak dapat pulih kembali). Bahan ini dilarang digunakan
dalam kosmetika perawatan kulit dan rambut karena pada penggunaan jangka
menengah (mid-term) dapat menyebabkan vitiligo/leukoderma (kehilangan
pigmen sehingga kulit menjadi pucat secara tidak beraturan). Krim yang
mengandung hidrokinon akan terakumulasi dalam kulit yang dapat
menyebabkan mutasi dan kerusakan DNA, sehingga kemungkinan pada
pemakaian jangka panjang bersifat karsinogenik.

3. Asam Retinoat/Tretinoin/Retionic Acid

Asam Retinoat/Tretinoin/Retionic Acid banyak disalahgunakan pada


obat peeling (pengelupasan kulit), obat jerawat dan pemutih dengan mekanisme
kerja pengelupasan kulit. Zat ini dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar
dan teratogenik.

4. Resorsinol

Resorsinol dapat menyebabkan iritasi kulit dan mengganggu sistem imun.


Bahaya pemakaian resorsinol pada kulit luka atau teriritasi berupa gejala
dermatitis, iritasi mata, kulit, tenggorokan, saluran pernafasan atas,
methemoglobinemia, cyanosis, konvulsi, peningkatan detak jantung, dispepsia,
hipotermia, hematuria.

5. Bahan Pewarna

Bahan Pewarna Merah K.3 (CI 15585), Merah K.10 (Rhodamin B) dan
Jingga K.1 (CI 12075) sering disalahgunakan pada produk lipstik atau sediaan
dkoratif lain (pemulas kelopak mata dan perona pipi) karena warnanya yang
cerah. Bahan pewarna sintetis ini umumnya digunakan sebagai zat warna kertas,
tekstil atau tinta. Zat warna ini merupakan zat karsinogenik. Rodhamin B dalam
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati.

6. Diethylene Glycol (DEG)

Diethylene Glycol (DEG) merupakan sesepora (trace element) yang


terdapat pada bahan baku gliserin dan atau polietilen oksida yang digunakan
pada pembuatan kosmetika misalnya pasta gigi. Jadi kadar DEG dalam gliserin
dan polietilen glikol tidak boleh melebihi batas kadar yang ditentukan. DEG
merupakan racun bagi manusia dan binatang karena dapat menyebabkan
depresi sistem saraf pusat, keracunan pada hati dan gagal ginjal.

7. Timbal (Pb)

Pb atau timbal merupakan bahan yang dilarang digunakan pada sediaan


kosmetika. Pada anak-anak, timbal dapat menyebabkan kerusakan permanen
pada otak dan sistem syaraf dan memicu problem dalam tingkah laku dan belajar,
menurunkan IQ dan pendengaran, menghambat pertumbuhan dan menyebabkan
anemia. Sedangkan pada dewasa, timbal dapat menyebabkan gangguan sistem
syaraf pusat, kardiovaskuler (meningkatkan tekanan darah dan hipertensi)
dan menurunkan fungsi ginjal. Namun demikian, sebagai cemaran, timbal (Pb)
dibatasi dalam kosmetika dengan kadar maksimal 20 ppm.

C. Ciri-ciri Krim Pemutih Wajah yang Berbahaya


1) Tidak Memiliki Surat Ijin Resmi BPOM
Ciri-ciri kosmetik berbahaya dimulai tidak mencantumkan surat ijin resmi dari
BPOM yang sering dilabelkan pada berbagai produk yang sudah melalui pengawasan
badan tersebut. Jika tidak ditemukan dalam kemasan maka perlu diwaspadai bahwa
produk tersebut merupakan produk yang palsu dan berbahaya terhadap kesehatan.
2) Memiliki Bau yang Menyengat
Produk kosmetik yang berbahaya memiliki bau yang tajam dan menggunakan
aroma parfum yang akan menghilangkan dan menyamarkan bau logam berat yang
digunakan.
3) Warna Krim Mencolok dan Lengket
Produk kosmetik yang berbahaya akan memiliki warna yang mencolok seperti
putih yang mengkilam dan terasa lengket karena dicampur dengan bahan seperti bedak
atau krim yang diformulasikan menggunakan berbahan bahaya.
4) Hasil Lebih Cepat
Produk kosmetik yang berbahaya akan menyebabkan wajah akan terasa cepat
putih dengan menggunakan atau memakai beberapa kali saja, karena didalam produk
tersebut terdapat zat merkuri atau hidrokinon didalamnya.
5) Menyebabkan Ketergantungan
Produk kosmetik yang berbahaya akan mengakibatkan adiksi atau
ketergantungan dimana ketika sudah tidak menggunakan produk yang sama lagi wajah
akan kembali kesemula. Pemakaian yang terhenti akan menyebabkan wajah menjadi
kusam.

D. Bahaya Krim Pemutih Wajah terhadap Kesehatan Tubuh


A. Hidrokinon
Dampak dari krim pemutih wajah yang terdapat zat kimia hidrokinon, yaitu:
a) Menyebabkan ruam pada kulit karena terbakar dan iritasi pada kulit.
b) Gagal ginjal.
c) Kanker darah atau Leukemia.
d) Kelainan fungsi hati.
B. Merkuri atau Hg
Dampak dari zat kimia merkuri dalam krim pemutih wajah, yaitu:
a) Kanker payudara, kanker serviks, kanker leher Rahim, dan kanker yang lainnya.
b) Merusaknya fungsi ginjal dan sistem saraf.
c) Bayi lahir premature dan cacat fisik.
d) Mual, pusing, dan pandangan mata kabur.
C. Rhodamin B
Dampak dari zat kimia Rhodaminn B pada krim pemutih wajah, yaitu:
a) Iritasi saluran pernapasan.
b) Iritasi saluran pencernaan.
c) Iritasi pada kulit dan mata.
d) Kanker
e) Kerusakan hati atau kanker hati.
D. Tretinoin atau Asam Retinoid (Retin –A)
Dampak dari tretinoin atau asam retinoid (Retin-A) pada krim pemutih wajah, yaitu:
a) Kulit kering dan mengelupas.
b) Kulit berwarna kemerahan dan kulit terbakar.
c) Cacat pada janin.
E. Pengertian Merkuri

Merkuri (Hg) merupakan salah satu jenis logam berat yang banyak ditemukan di
alam dan tersebar dalam batu-batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai
senyawa anorganik dan organik. Umumnya kadar dalam tanah, air dan udara relatif
rendah. Berbagai jenis aktivitas manusia dapat meningkatkan kadar ini, misalnya
aktivitas penambangan yang dapat menghasilkan merkuri sebanyak 10.000 ton/tahun
(Hanifah, 2011 dalam Albasar, Daud, dan Maria, 2013). Proses penambangan emas
menggunakan merkuri dengan memisahkan emas dari butiran pasir melalui proses
amalgamasi dan proses pembakaran. Tailing yang mengandung Hg dibuang di sekitar
pemukiman sehingga berpotensi mencemari tanah dan air tanah, (Setiyono, 2011 dalam
Albasar, Daud, dan Maria, 2013)

Merkuri merupakan elemen dari kerak bumi. Manusia tidak dapat membuat atau
memusnahkan merkuri. Merkuri murni adalah logam cair, kadang-kadang disebut
sebagai raksa yang mudah menguap. Secara tradisional telah digunakan untuk membuat
produk seperti termometer dan beberapa bola lampu. Sumber utama merkuri (Hg) di
atmosfer adalah penguapan Hg dari tanah dan air, disamping itu pembakaran fosil
terutama batu bara. Kadar Hg diudara naik dapat disebabkan oleh pembuangan sampah
padat seperti termometer Hg, baterai, pemakaian cat yang mengandung Hg, anti jamur
dan pestisida serta pembakaran limbah minyak.

Sumber utama pada air dari buangan industri (terutama industri tambang emas)
dan proses pelapukan batuan karena pengaruh iklim. Merkuri dari udara yang masuk
kedalam air atau tanah dapat melarut ke dalam air. Setelah tersimpan, mikroorganisme
tertentu dapat mengubahnya menjadi metil merkuri, bentuk yang sangat beracun yang
terdapat pada ikan, kerang, dan hewan yang makan ikan. Kerang dan ikan adalah
sumber utama metil merkuri eksposur ke manusia. Metil merkuri terbentuk lebih
banyak pada beberapa jenis ikan dan kerang daripada yang lain. Tingkat metil merkuri
di kerang dan ikan tergantung pada apa yang mereka makan, berapa lama mereka hidup
dan berapa tinggi mereka dalam rantai makanan (Anonimous, 2011).
F. Sifat Merkuri
Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak digunakan
untuk keperluan kimia dan industri. Beberapa sifat tersebut di antaranya adalah:
1. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu
kamar (25oC) dan mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain,
yaitu -39oC.
2. Masih berwujud cair pada suhu 396oC. Pada temperatur 396oC ini telah
terjadi pemuaian secara menyeluruh.
3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan
dengan logam lain.
4. Merkuri dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan
terhadap basa.
5. Mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.

G. Identitas Merkuri (Hg) dan Sifat Fisikokimia Merkuri (Hg)

No. CAS : 7487-94-7 (Mercury Chloride); 1600-27-7 (Mercury Acetate); 1344-


48-5
(Mercury Sulfide); 21908-53-2 (Mercury Oxide) (EPA, 2007)
No atom : 80 (SPU, 2007)
Nama kimia : Hg/Hydrargyrum (SPU,2007)
Sinonim : Raksa, mercury chloride, mercury acetate, mercury sulfide, mercury
oxide,
mercury bichloride, corrosive sublimate, mercury(II)chloride, mercury
perchloride, mercurous(I) chloride (EPA, 2007)
Pemerian : Cairan berat mengkilat, putih keperakan
Titik lebur : 234.32 K
Titik didih : 629.88 K
Berat jenis : 13.55
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, etanol dan asam khlorida, larut Sempurn
dalam asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat (DepKes, 1979)
H. Bentuk- Bentuk Merkuri

Dikenal 3 bentuk merkuri, yaitu:

1. Merkuri elemental (Hg): terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa,
amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai
katalisator dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk produksi
klorin dari sodium klorida.
2. Merkuri anorganik: dalam bentuk Hg++(Mercuric) dan Hg+(Mercurous)
Misalnya: a. Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang
sangat toksik, kaustik dan digunakan sebagai desinfektan
b. Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething
powder dan laksansia (calomel)
c. Mercurous fulminate yang bersifat mudah terbakar.
3. Merkuri organik : terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain :
a) Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai
pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan. Misalnya
memakan ikan yang tercemar zat tsb. dapat menyebabkan gangguan
neurologis dan kongenital.
b) Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai
antiseptik dan fungisida.
I. Efek merkuri

1. Efek Merkuri Terhadap Manusia Dan Lingkungan


Sebagian besar merkuri di alam ini di hasilkan oleh sisa industri dalam jumlah
kira-kira 10.000 ton setiap tahunnya. Penggunaan merkuri sangat luas dimana 3000
jenis penggunaan dalam industri pengolahan bahan-bahan kimia, proses pembuatan
obat-obatan yang digunakan oleh manusia serta sebagai bahan dasar pembuatan
insektisida untuk pertanian. Semua komponen merkuri baik dalam bentuk metal dan
bentuk alkil yang masuk ke dalam tubuh manusia secara terus menerus akan
menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati, dan ginjal (Roger et, al., 1984 dalam
Zul Alfian, 2006).
Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik, karena terjadinya proses pretisipati
protein menghambat aktifitas enzin dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Merkuri
juga terikat oleh gugus sulfhidril, karboksil, amida, amina dan fosforil, dimana dalam
gugus tersebut merkuri dapat menghambat fungsi enzim. Efek toksisitas merkuri pada
manusia tergantung pada bentuk komposisi merkuri, jalan masuknya kedalam tubuh dan
lamanya berkembang (Zul Alfian, 2006).
2. Efek Merkuri Pada Manusia
a) Keracunan akut
Keracunan akut oleh merkuri bisa terjadi pada konsentrasi merkuri (Hg) uap
sebesar 0,5-1,2 mg/m3. Penelitian terhadap kelinci dengan uap merkuri (Hg) 28,8
mg/m3 mengakibatkan kerusakan yang parah pada berbagai organ ginjal, hati, otak,
jantung, paru-paru, dan usus besar. Keracunan akut karena terhirupnya uap merkuri
(Hg) berkonsentrasi tinggi menimpa pekerja dalam industri pengolahan logam merkuri
serta penambangan emas (Widowati,2008).
Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui dengan
mengamati gejala-gejala berupa iritasi gastrointestinal berupa mual, muntah, sakit perut
dan diare. Keracunan Phenyl mercury (merkuri aromatis) menimbulkan gejala-gejala
gastrointestinal, malaise dan mialgia. Keracunan metil merkuri menyebabkan efek pada
gastrointestinal yang lebih ringan tetapi menimbulkan toksisitas neurologis yang berat
berupa rasa sakit pada bibir, lidah dan pergerakan (kaki dan tangan),halusinasi,
iritabilitas, gangguan tidur, sulit bicara, kemunduran cara berpikir, reflek tendon yang
abnormal, dan pendengaran rusak( Rianto,2012).

Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui dengan
mengamati gejala-gejala berupa :
a. Gejala reaksi yang timbul pada alat pencernaan seperti :

 Dalam rongga mulut timbul kelainan-kelainan seperti pembengkakan gusi yang


terasa sakit, gigi mudah rapuh, koropos dan mudah terlepas.

 Sembelit dan muntah-muntah

 Perasaan mual-mual pada lambung

 Gejala reaksi yang timbul pada jaringan saraf seperti :

 Tremor

 Sukar konsentrasi dalam berpikir


 Gugup

 Gangguan kejiwaan dan sering lelah

 c.Gejala reaksi yang timbul pada kulit seperti :

 Pada kulit yang tidak ditutupi seperti muka, lengan, kaki menjadi peka terhadap
sinar matahari

 Menimbulkan gelembung-gelembung yang mudah pecah

 Mudah terjadi infeksi pada kulit

d. Pengeluaran air seni terus menerus dapat menimbulkan gangguan terhadap fungsi
faal ginjal.

b) Keracunan Kronis
Keracunan kronis adalah keracunan yang terjadi secara perlahan dan
berlangsung dalam selang waktu yang panjang.Penderita keracunan kronis biasanya
tidak menyadari bahwa dirinya telah menumpuk sejumlah racun dalam tubuh mereka,
sehingga pada batas daya tahan yang dimiliki tubuh, racun yang telah mengendap dalam
selang waktu yang panjang tersebut bekerja. Pengobatan akan menjadi sangat sulit
untuk dilakukan.
Keracunan kronis yang disebabkan oleh merkuri, peristiwa masuknya sama dengan
keracunan akut, yaitu melalui jalur pernafasan dan makanan. Akan tetapi pada
keracunan kronis, jumlah merkuri yang masuk sangat sedikit sehingga tidak
memperlihatkan pengaruh pada tubuh. Namun demikian masuknya merkuri ini
berlangsung secara terus-menerus. Sehingga lama kelamaan, jumlah merkuri yang
masuk dan mengendap dalam tubuh menjadi sangat besar dan melebihi batas toleransi
yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat (Palar, 2008).
Pada peristiwa keracunan kronis oleh merkuri, ada dua organ tubuh yang paling
sering mengalami gangguan, yaitu gangguan pada sistem pencernaan dan sistem saraf.
Radang gusi (gingivitis) merupakan gangguan paling umum yang terjadi pada sistem
pencernaan. Gangguan terhadap sistem saraf dapat terjadi dengan atau tanpa diikuti oleh
gangguan pada lambung dan usus.Ada dua bentuk gejala umum yang dapat dilihat bila
korban mengalami gangguan pada sistem saraf sebagai akibat keracunan kronis
merkuri, yaitu tremor (gemetar) ringan dan parkinsonisme yang juga disertai dengan
tremor pada fungsi otot sadar.
Tanda-tanda seseorang penderita keracunan kronis merkuri dapat dilihat pada
organ mata.Biasanya pada lensa mata penderita terdapat warna abu-abu sampai gelap,
atau abu-abu kemerahan, yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop mata. Di samping
itu, gejala keracunan kronis merkuri yang lainnya adalah terjadinya anemia ringan pada
darah.

Pengaruh Hg pada kesehatan bergantung pada bentuk senyawanya. Senyawa Hg


anorganik dan Hg metalik dalam International Agency for Research on Cancer (IARC)
masuk grup 3 yaitu kelompok bahan berbahaya yang tidak menimbulkan kanker pada
manusia; sedangkan metilmerkuri dan senyawa-senyawanya masuk dalam grup 2B
yaitu kelompok bahan berbahaya yang mungkin bersifat karsinogen terhadap manusia.
Merkuri merupakan neurotoksik yaitu racun terhadap sistem syaraf pusat (Central
Nervous System- CNS) (WHO,1976;1990;2001 dalam Inswiarsi dan Kusnoputranto,
2011).

J. Sumber Merkuri
a) Merkuri Yang Terdapat di Alam
Sebagai hasil tambang, merkuri dijumpai dalam bentuk mineral HgS yang
disebut sinabar (cinnabar). Terdapat sebagai batuan dan lapisan batuan yang
terhampar di Spanyol, Itali, dan bagian Amerika, serta banyak di
distribusikan sebagai batuan, abu, dan larutan.
b) Merkuri Yang Berasal Dari Hasil Aktifitas Manusia
Menurut Widowati (2008) yang mengutip dari Herman (2006), sumber
merkuri dari hasil aktifitas manusia antara lain pembuangan tailing
pengolahan emas tradisional yang diolah secara amalgamasi, dimana
merkuri mengalami perlakuan tertentu berupa putaran, tumbukan, atau
gesekan, sehingga sebagian merkuri akan membentuk amalgam dengan
logam-logam (Au, Ag, Pt) dan sebagian hilang dalam proses.
K. Toksikologi Merkuri di Lingkungan

Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri ke lingkungan umumnya berasal dari kegiatan
gunung api, rembesan air tanah yang melewati daerah deposit merkuri dan lain-lain. Namun
demikian, meski sangat banyak sumber keberadaan merkuri di alam, dan masuk ke dalam
suatu tatanan lingkungan tertentu secara alamiah, tidaklah menimbulkan efek-efek merugikan
bagi lingkungan karena masih dapat ditolerir oleh alam. Merkuri menjadi bahan pencemar
sejak manusia mengenal industri, kemudian menggali sumber daya alam dan
memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk kebutuhannya (Palar, 2008).

Penggunaan merkuri di dalam industri sering mengakibatkan pencemaran


lingkungan, baik melalui air limbah maupun melalui sistem ventilasi udara. Merkuri
yang terbuang ke sungai, pantai atau badan air di sekitar industri-industri tersebut dapat
mengkontaminasi ikan dan makhluk air lainnya, termasuk ganggang dan tumbuhan air.
Ikan-ikan dan hewan air tersebut kemudian dikonsumsi manusia sehingga manusia
terpapar merkuri di dalam tubuhnya. FDA (Food and Drug Administration) menetapkan
batasan kandungan merkuri maksimum adalah 0,005 ppm untuk makanan, sedangkan
WHO (World Health Organization) menetapkan batasan maksimum untuk air, yaitu
0,001 ppm (Kristanto, 2002).

L. Kegunaan Merkuri Dalam Kehidupan


Penggunaan merkuri yang terbesar adalah dalam industri klor-alkali, dimana
produksi klorin (Cl2) dan kaustik soda (NaOH) dengan cara elektrolisis garam NaCl.
Kedua bahan ini sangat banyak gunanya sehingga diproduksi dalam jumlah tinggi setiap
tahun. Fungsi merkuri dalam proses ini adalah sebagai katode dari sel elektrolisis
(Kristanto,2002).
Pada peralatan listrik, merkuri ditemukan pada lampu listrik. Sementara itu, di
laboratorium logam merkuri digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh adalah
termometer. Dalam pekerjaan laboratorium, banyak pekerja yang mengalami keracunan
merkuri secara kronis. Hal itu terjadi karena uap dari tumpahan merkuri yang tidak
terlihat, sedikit demi sedikit terhirup oleh para pekerja.
Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri banyak digunakan sebagai fungisida,
dimana hal ini menjadi penyebab yang cukup penting dalam peristiwa keracunan
merkuri pada organisme hidup. Karena penyemprotan yang dilakukan secara terbuka
dan luas, maka banyak organisme hidup lainnya yang terkena senyawa racun tersebut.
Sehingga dari penyemprotan fungisida tersebut tidak hanya membunuh jamur
melainkan juga organisme hidup lainnya.
Pada industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil merkuri
asetat). Pemakaian dari senyawa FMA bertujuan untuk mencegah pembentukan kapur
pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Hal ini menjadi sangat
berbahaya, karena kertas seringkali digunakan sebagai alat pembungkus makanan
(Palar, 2008).

M. Pemilihan Kosmetik Pemutih


Memilih kosmetika pemutih sebaiknya lebih berhati-hati, karena tidak semua
kosmetika pemutih yang beredar di pasaran aman digunakan. Banyak hal yang harus
diperhatikan dalam memilih kosmetika pemutih untuk menghindari efek negatifnya.
Badan POM sepanjang tahun 2004 telah menyita lebih dari 3 ribu produk kosmetika
impor maupun produk kosmetika palsu yang mengandung zat berbahaya bagi kulit.
Produk-produk ini sebagian besar adalah produk impor ilegal yang harganya relatif
murah. Memilih produk kosmetika pemutih kulit juga harus melihat jenis dan
kondisi kulit pemakai agar hasilnya tidak mengecewakan. Setiap manusia
mempunyai jenis kulit yang memiliki ketahanan terhadap zat kimia yang berbeda
dan membutuhkan perlakuan yang berbeda pula. Selain memperhatikan jenis dan
kondisi kulit pemakai, pemilihan produk kosmetika pemutih juga harus
memperhatikan kandungan merkuri yang penggunaannya sudah dilarang di
Indonesia karena dapat menyebabkan kanker dan memperhatikan kandungan
hidroquinon yang melebihi ambang batas sering dapat menyebabkan iritasi kulit.
Sebelum membeli kosmetika sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Kenali jenis kulit dengan tepat Jenis kulit setiap orang tidak sama, oleh karena
itu penting untuk mengetahui jenis kulit sebelum memutuskan untuk membeli
kosmetika yang cocok. Untuk memastikan jenis kulit seseorang, kulit harus
dibersihkan lebih dahulu dan pemeriksaan harus dilakukan di bawah cahaya
yang terang bila perlu menggunakan kaca pembesar agar tekstur kulit, besarnya
pori-pori, aliran darah, pigmentasi, dan kelainan lain yang terdapat pada
permukaan kulit dapat terlihat. Analisis kulit sangat penting dilakukan untuk
menentukan kelainan atau masalah kulit yang timbul sehingga perlakukan yang
tepat dapat diberikan untuk memperbaikinya.
b) Memilih produk kosmetika yang mempunyai nomor regreistrasi dari Depkes.
Suatu produk kosmetika yang tidak memiliki nomor regristrasi, kemungkinan
memiliki kandungan zat-zat yang tidak diizinkan pemakaiannya atau memiliki
kadar yang melebihi ketentuan, sehingga dapat menimbulkan efek samping yang
berbahaya. Hal yang perlu diperhatikan tersebut adalah berkaitan dengan
kandungan hidroquinon dan merkuri yang terdapat pada produk kosmetika.
c) Hati-hati dengan produk yang sangat cepat memberikan hasil. Suatu produk
kosmetika yang memberikan hasil yang sangat cepat (misalnya produk pemutih)
tidak menutup kemungkinan produk tersebut mengandung zat yang melebihi
kadar atau standar yang sudah 22 ditetapkan oleh Depkes dan penggunaannya
harus di bawah pengawasan dokter.
d) Membeli kosmetika secukupnya pada tahap awal Setiap pertamakali
menggunakan produk, tidak bisa diketahui apakah produk tersebut cocok
digunakan atau tidak, oleh karena itu perlu mencobanya terlebih dahulu dalam
jumlah sedikit.
e) Perhatikan keterangan-keterangan yang tercantum pada label atau kemasan.
Perlu diperhatikan informasi yang tertera pada kemasan mengenai unsur bahan
yang digunakan, tanggal kadaluarsa serta nomor registrasinya, karena tidak
semua produsen mencantumkan atau mendaftarkan produknya ke Badan
Pengawasan Obat dan Makanan, sehingga tidak terjamin keamanannya.

Di Indonesia angka kejadian efek samping kosmetik juga cukup tinggi terbukti
dengan selalu di jumpainya kasus efek samping kosmetik pada praktek seorang
dermatologi. Reaksi efek samping kosmetik cukup parah akibat penambahan bahan
aditif untuk meningkatkan efek pemutih. Parahnya reaksi efek samping kosmetik ini
salah satunya disebabkan karena penambahan bahan aditif untuk meningkatkan efek
pemutih, disamping karena penggunaan jangka panjang pada area yang luas pada tubuh,
di iklim yang panas dan lembab yang kesemuanya meningkatkan absorbsi melewati
kulit.
Reaksi negatif yang ditimbulkan oleh bahan berbahaya yang terkandung dalam
kosmetika beragam, mulai dari iritasi ringan hingga berat, alergi, penyumbatan fisik di
pori-pori, keracunan lokal atau sistemik. Reaksi negatif ini tidak hanya berdampak pada
jaringan kulit, tetapi dampaknya bisa lebih luas. Bahkan berpengaruh pada sistem
jaringan dan organ-organ penting lainnya (Muliyawan dan Suriana, 2013).

N. Cara Analisis Kualitatif Zat Berbahaya pada Kosmetik

a. Analisa Uji Kualitatif Merkuri pada Sediaan Krim Pemutih

I. METODE
1.1 Alat Yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
erlenmeyer, gelas kimia, labu ukur, corong, pipet volume, pipet
tetes, pipa kapiler, batang pengaduk, kertas saring Whatman
no.41, alumunium foil, timbangan analitik.
1.2 Bahan Penelitian
Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metanol, merkuri, asam klorida, asam nitrat, larutan KI 0,5 N dan
sampel krim pemutih.
1.3 Pembuatan larutan
uji sampel yang mengandung merkuri Ditimbang
sebanyak 2,0 g sampel, ditambahkan akuades sebanyak 25 mL,
Tambahkan dengan campuran 10 mL larutan asam klorida dan
asam nitrat, uapkan sampai hampir kering. Pada sisa penguapan
tambahkan akuades sebanyak 10 mL. Panaskan selama 5 menit.
Dinginkan dan disaring dengan kertas saring Whatman (Parekuan
dkk., 2013).
1.4 Analisis kualitatif merkuri
Sejumlah 1 mL larutan uji ditambahkan 1-2 tetes larutan
KI 0,5 N. Perhatikan dengan saksama. Hasil menunjukkan positif
jika terjadi endapan merah orange (Parekuan dkk., 2013).
II. METODE PENELITIAN
2.1 Alat
Alat yang digunakan yaitu Mercury Analyzer NIC MA
300, neraca listrik, water bath, gelas kimia, labu erlenmeyer
(pyrex), labu ukur (pyrex), pipet volume, batang pengaduk,
corong, penangas listrik dan kertas saring.
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu asam nitrat (HNO3), asam
klorida (HCl), kalium iodida KI, akuades (H2O), hidroksilamina
(NH2OH) 6 sampel krim pemutih.
2.3 Pembuatan Aqua Regia
Aqua regia adalah campuran dari HNO3 pekat dan HCl
pekat. HCl pekat diambil sebanyak 75 mL, kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, dan ditambahkan
dengan HNO3 pekat sebanyak 25 mL, dengan perbandingan
volume 3 : 1.
2.4 Pembuatan Larutan
Uji Ditimbang dengan teliti sebanyak 2 g sampel.
Ditambahkan air sebanyak 25 mL, setelah itu ditambahkan
dengan campuran 10 m L larutan asam klorida dan asam nitrat,
lalu diuapkan sampai hampir kering. Pada sisa pemguapan
ditambahkan aquadest sebanyak 10 mL. Lalu dipanaskan
sebentar, didinginkan dan disaring.
2.5 Pembuatan Larutan Kalium Iodida 0,5 N
Kalium iodida diambil sebanyak 2 g, kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL, dan ditambahkan
aquadest sampai tanda 25 mL, serta dikocok hingga homogen.
Analisis Kualitatif Sejumlah 1 mL larutan uji ditambahkan 1-2
tetes larutan K I 0,5 N, diamati dengan saksama. Hasil
menunjukkan positif jika terjadi endapan merah orange pada
sampel yang di uji.
2.6 Analisis Kuantitatif
Preparasi Sampel 5 g sampel krim dituangkan ke labu
ukur 125 mL. Kemudian sampel dicampurkan dengan asam nitrat,
hidrogen peroksida, dan panas. Larutan yang sudah tercampur
yang kemudian dianalisis dengan metode spektrometri massa
atau atom. Ion konsentrat logam yang ditentukan dilaporkan
dalam mikrogram / liter (mikrog / L).
2.7 Metode Analisis
Sampel 100 hingga 2000 mL dituangkan langsung ke
botol yang dibersihkan khusus, menggunakan teknik penanganan
sampel yang dirancang khusus untuk pengumpulan merkuri.
Selanjutnya untuk Hg yang terlarut, sampel disaring melalui filter
kapsul 0,45 mikrometer sebelum preservasi. Kemudian sampel
preversed dengan menambahkan 5 mL / L dari pretest 12 N HCl.
Jika sampel juga akan digunakan untuk penentuan metil merkuri,
harus diawetkan sesuai prosedur dalam metode yang akan
digunakan untuk mendeteksi metil merkuri. Dan sebelum
dilakukan analisis, semua Hg dalam sampel dioksidasi oleh
reagen potassium bromate / potassium bromide. Setelah oksidasi,
sampel secara berurutan direduksi dengan NH2OH. HCL untuk
menghancurkan bromin berlebih, kemudian Hg ionik dikurangi
dengan SnCl2 untuk mengubah Hg (II) menjadi volatil Hg (0).
Hg (0) dipisahkan dari larutan dengan melewatkan sampel
melalui pemisah gas / cair dan membersihkan dengan argon gas
kemurnian tinggi. Hg masuk ke aliran gas inert yang membawa
Hg yang dilepaskan (0) ke dalam sel dari spektrometer
fluoresensi atom uap-dingin (CV AFS) untuk deteksi.
Konsentrasi Hg ditentukan oleh spektrometer fluoresensi atom
pada 245,7 nm. Kualitas terjamin melalui kalibrasi dan pengujian
oksidasi, pembersihan, dan deteksi.

b. Analisis Kandungan Logam Timbal, Kadnium dan Merkuri dalam Produk Krim
Pemutih Wajah
I. METODE PENELITIAN
1.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah SSA Shimadzu
tipe AA-2000, SSA-uap dingin Shimadzhu tipe AA-6000, HCL Pb, Cd
dan Hg, hot plate, timbangan, labu ukur, kaca arloji, Beaker glass,
Erlenmeyer, pipet volume, botol polietilen, gelas ukur, pipet tetes,
spatula, Aluminium foil dan kertas Whatman No.42. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sampel produk kosmetik dengan
tiga merek berbeda untuk jenis kosmetik krim pemutih wajah yang
terdiri dari krim siang dan krim malam yang dibeli secara acak di Pasar
Pekanbaru, Pb(NO3)2, Cd(NO3)2, HgCl2, H2O2, HCl pekat, HNO3
pekat, H2SO4 pekat, KMnO4, K2S2O8, Hidroksilamin-NaCl, SnCl2dan
akuades. 2. 1.2 Preparasi sampel
a. Preparasi logam Pb dan Cd
Sampel ditimbang sebanyak 1 g, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer ditambahkan 11,25 mL HCl pekat dan 3,75 mL
HNO3 pekat, dipanaskan di atas hot plate dan ditutup dengan
kaca arloji. Larutan dipanaskan hingga mendidih selama ± 10
menit di atas hot plate suhu 70 , kemudian penutup kaca arloji
dibuka ditambahkan sedikit demi sedikit H2O2 sebanyak 2
mL dan dipanaskan hingga warna berubah menjadi lebih
jernih dari larutan semula. Erlenmeyer diturunkan dari atas
hot plate dan didinginkan, kemudian larutan disaring dengan
kertas saring Whatman No. 42. Larutan hasil destruksi yang
didapat dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
b. Preparasi logam Hg
Sampel ditimbang sebanyak 1 g, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer, ditambahkan 5 mL H2SO4 pekat, HNO3 pekat
2,5 mL dan larutan KMnO4 5% sebanyak 15 mL, ditunggu
sampai 15 menit (bila warna ungu hilang tambahkan lagi
KMnO4 5% sampai warna ungu tidak hilang). Larutan
ditambahkan 8 mL K2S2O8 5% dan dipanaskan dalam
penangas air selama 2 jam dan suhu 95 . Larutan didinginkan
sampai suhu kamar, ditambahkan secukupnya larutan
hidroksilamin-NaCl untuk mereduksi kelebihan KMnO4,
kemudian ke dalam larutan ditambahkan 5 mL SnCl2 10%.

1.3 Pengukuran kadar

Peralatan SSA disiapkan dan dioptimalkan sesuai dengan


petunjuk penggunaannya. Larutan standar dan sampel diukur
absorbansinya dengan alat SSA, kemudian dibuat kurva kalibrasi
dengan memplotkan antara konsentrasi standar dengan
absorbansi yang terukur oleh alat SSA. Koefisien regresi dihitung
(R2 = 0,9975) dan dibuat persamaan regresi kurva kalibrasi
standar, konsentrasi sampel dihitung melalui persamaan kurva
kalibrasi.

1.4 Analisis data

Analisis data kadar logam Pb, Cd dan Hg dari hasil analisis


menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dan
Spektrofotometer Serapan AtomUap Dingin (AAS-Uap Dingin) akan
disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan kurva kalibrasi.

c. Analisis Zat Hidroquinon pada Krim Pemutih Wajah

1. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan mendiskripsikan
dan menggambarkan ada atau tidaknya hidroquinon pada krim pemutih wajah.
Metode yang digunakan untuk uji laboratorium yaitu secara kualitatif dengan
KLT dan Kuantitatif dengan titrasi serimetri.
Adapun prosedur penelitian diuraikan sebagai berikut:
1. Larutan Uji
1.1.1 Sampel krim pemutih ditimbang sebanyak 1,25 gr dan dimasukkan
ke dalam gelas beker, ditambahkan 3 tetes HCl 4N, ditambahkan 5
ml etanol kemudian dipanaskan sambil diaduk. Larutan tersebut
kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25ml, dan di
dalam kertas saring ditambahkan natrium sulfat untuk mengangkat
lemak, ditambah dengan etanol sampai garis tanda dan
dihomogenkan (Larutan A)
1.1.2 Larutan Baku
Hidroquinon ditimbang sebanyak ±25 mg, dimasukkan ke dalam labu
ukur 25ml, ditambahkan etanol sampai garis tanda dan
dihomogenkan (Larutan B)
1.1.3 Analisis Kualitatif dengan metode Kromatografi Lapis Tipis
Diambil toluene sebanyak 8 ml dan asam asetat glasial sebanyak 2
ml kedalam chamber dan dijenuhkan terlebih dahulu menggunakan
kertas saring. Kemudian ditotolkan larutan A dan B pada plat KLT
dengan volume penotolan masing-masing sebanyak 25 µl dengan
menggunakan tabung mikro hematokrit dengan jarak 1,5 cm dari
bagian bawah dan 1 cm dari sisi kanan dan kiri. Setelah itu plat kaca
tipis dimasukkan kedalam chamber yang berisi fase gerak yaitu
toluen: asam asetat glasial dengan perbandingan (8:2) yang sudah
dijenuhkan. Kemudian dibiarkan fase gerak (pelarut) naik dan
dihitung harga Rf
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Muda AK. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran. Surabaya : Gita Media Press.

Alfian, Z. 2006, Merkuri : Antara manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan
Manusia dan Lingkungan, [Online], Avaliable:
http://library.usu.ac.id/download/e-book/zul%20alfian.pdf.

Dhody S. Putro, 1998. Agar Lebih Cantik. Ungaran : Trubus Agriwidya.

Muliyawan D. dan Suriana N., 2013, A-Z tentang Kosmetika, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta: 38-115.

Palar, H. 2004, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai