Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Yatimah (2014) melakukan analisis kandungan timbal dan kadmium pada
beberapa merek lipstik yang teregistrasi maupun tidak teregistrasi oleh BPOM
warna coklat gelap (dark brown) dan merah muda terang (shocking pink) yang
beredar di daerah Ciputat. Preparasi sampel dengan menggunakan metode
destruksi basah dengan larutan HNO3 65% : H2O2 30% (3:1). Kadmium dan
timbal dianalisis dengan spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang
spesifik yaitu 228,8 nm dan 283,3 nm. Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar
kadmium melebihi batas yang ditetapkan oleh Health Canada (3 μg/g) yaitu pada
sampel lipstik kode R4 warna coklat gelap (dark brown) dan R4 warna merah
muda (shocking pink) dengan kadar berturut-turut yaitu 3,22844 ± 0,14495 μg/g
dan 3,10236 ± 0,39800 μg/g. Sedangkan kadar timbal yang melebihi batas yang
ditetapkan oleh BPOM RI (≤ 20 μg/g) yaitu sampel lipstik kode TR1 dan TR3
berwarna coklat gelap (dark brown) dengan kadar berturut-berturut yaitu
2,974696 μg/g dan 9,48087 μg/g dan sampel lipstik kode TR3 warna merah muda
terang (shocking pink) dengan kadar 7,11639 μg/g.
Sihite (2015) melakukan penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu
menganalisa kandungan logam timbal pada lipstik lokal yang teregistrasi dan
tidak teregistrasi BPOM serta tingkat pengetahuan dan sikap konsumen terhadap
lipstik yang dijual di beberapa pasar di kota Medan. Sampel dalam penelitian ini
adalah 2 lipstik impor jenis stik, 2 lipstik impor jenis liquid, 2 lipstik dalam negeri
jenis stik, dan 2 lipstik dalam negeri jenis liquid berwarna merah muda yang
beredar di Pasar Petisah kota Medan. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa
logam berat timbal terdeteksi pada semua sampel lipstik baik lipstik impor jenis
stik dan liquid maupun lipstik dalam negeri jenis stik dan liquid yang dianalisa
dengan metode spektrofotometri serapan atom yaitu pada kisaran 0,121-2,010
mg/kg yang berarti lipstik tersebut masih berada dibawah batas maksimun yang
diperbolehkan oleh BPOM RI yaitu < 20 mg/kg atau 20 mg/L.

6
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
Agustina (2017) meneliti timbal pada 8 lipstik liquid yang diambil di Pasar
Legi Jombang. Preparasi sampel dengan destruksi basah sampel menggunakan
campuran asam HNO3 65% dan H2O2 30% kemudian dilanjutkan dengan analisis
kandungan logam menggunakan spektrofotometri serapan atom. Hasil penelitian
menunjukkan dari 8 sampel lipstik sebanyak 3 sampel terdapat kandungan timbal
dan sebanyak 5 sampel tidak terdapat kandungan timbal sehingga masih
memenuhi standart BPOM RI yaitu < 20 mg/kg atau 20 mg/L. Secara keseluruhan
kandungan logam timbal 5,32 mg/kg - < 0,023 mg/kg.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama
meneliti tentang timbal pada lipstik liquid, dan sampel yang diteliti berwarna
merah muda dan menggunakan metode destruksi basah. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang terdahulu adalah preparasi sampel menggunakan pelarut
yang berbeda, dan tempat pengambilan sampel yaitu di kota Purwokerto.

B. Tinjauan Pustaka
1. Kosmetik
1.1. Definisi Kosmetik
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ
genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
(BPOM, 2015).

1.2. Penggolongan Kosmetik


Penggolongan kosmetik terbagi atas beberapa golongan, yaitu:
a. Berdasarkan Keputusan Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional,
Kosmetik Dan Produk Komplemen Nomor : PO.01.04.42.4082 Tentang
Pedoman Tatacara Pendaftaran Dan Penilaian Kosmetik Tahun 2003,
menurut fungsinya kosmetik dikelompokkan dalam 13 golongan yaitu:
1. Sediaan bayi.
2. Sediaan mandi.

7
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
3. Sediaan kebersihan badan.
4. Sediaan cukur.
5. Sediaan wangi-wangian.
6. Sediaan rambut.
7. Sediaan pewarna rambut
8. Sediaan rias mata.
9. Sediaan rias wajah.
10. Sediaan perawatan kulit.
11. Sediaan mandi surya dan tabir surya.
12. Sediaan kuku.
13. Sediaan higiene mulut. (BPOM, 2003)
b. Penggolongan kosmetik menurut cara pembuatan (Tranggono dan Latifah,
2007) sebagai berikut:
1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern
(termasuk di antaranya adalah cosmedic).
2. Kosmetik tradisional:
a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari
bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-
temurun.
b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet
agar tahan lama.
c. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-
benar tradisional dan diberi warna yang menyerupai bahan
tradisional.
c. Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit:
1. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)
Jenis ini digunakan untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit,
termasuk di dalamnya:
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing
cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya
moisturizer cream, night cream, anti wrinkel cream.

8
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan
sunscreen foundation, sun block cream/lotion.
d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling),
misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang
berfungsi sebagai pengamplas (abrasiver).
2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit
sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta
menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self
confident). Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi
sangat besar. Kosmetik dekoratif terbagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada
permukaan dan pemakaian sebentar,misalnya lipstik, bedak,
pemerah pipi, eye-shadaw, dan lain-lain.
b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam
waktu lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat
rambut, pengeriting rambut, dan lain-lain.
(Tranggono dan Latifah, 2007).
d. Berdasarkan Keputusan Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional,
Kosmetik Dan Produk Komplemen Nomor : PO.01.04.42.4082 Tentang
Pedoman Tatacara Pendaftaran Dan Penilaian Kosmetik Tahun 2003,
kosmetik dibagi menjadi 2 golongan menurut bahan dan penggunaannya
serta maksud evaluasi produk, yaitu: (BPOM, 2003)
1. Kosmetik golongan I adalah:
a. Kosmetik yang digunakan untuk bayi.
b. Kosmetik yang digunakan di sekitar mata, rongga mulut dan
mukosa lainnya.
c. Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan
penandaan.
d. Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim
serta belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.

9
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
2. Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk ke dalam
golongan I.

1.3. Persyaratan kosmetik


Menurut BPOM nomor HK.00.05.4.1745 Tentang Kosmetik Tahun 2003,
kosmetika yang diproduksi dan atau diedarkan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu serta
persyaratan lain yang ditetapkan.
2. Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetika yang baik.
3. Terdaftar pada dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan. (BPOM, 2003)

2. Lipstik
2.1. Definisi Lisptik
Lipstik adalah produk kosmetik yang paling luas digunakan (Tranggono
dan Latifah, 2007). Lipstik merupakan campuran dari lilin, minyak, dan
pigmen dalam berbagai konsentrasi untuk menghasilkan suatu produk (Barel
et al., 2009). Lipstik disimpan dalam wadah logam atau plastik dengan tutup
pulir dan dalam keadaan tertutup (Departemen Kesehatan RI, 1985).
Dari sudut pandang kualitas, lipstik harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1. Tidak menyebabkan iritasi pada bibir, serta tidak berbahaya jika ditelan.
2. Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket.
3. Melembutkan bibir, tidak menyebabkan bibir kering tetapi juga tidak boleh
terlalu berminyak.
4. Tidak memiliki rasa dan bau yang tidak enak.
5. Tidak terlalu keras, terlalu rapuh, atau terlalu lembek.
6. Tidak berubah bentuk atau konsistensi selama penyimpanan pada suhu
ruang (Tranggono dan Latifah, 2007).

10
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
2.2. Jenis Lipstik
Menurut Chenny (2010), ada beragam jenis lipstik sebagai berikut :
1. Stick
Jenis ini tidak mengkilap, sedikit lembab, dan mudah digunakan.

Gambar 2.1. Lipstik jenis stick [Sumber: Chenny, 2010]


2. Pallet
Dalam satu wadah terdapat beberapa jenis warna. Jenis ini biasanya
berupa krim padat atau balm.

Gambar 2.2. Lipstik jenis pallet [Sumber: Chenny, 2010]

3. Pen Lip Polish


Berbentuk cair, kemasannya seperti pena. Praktis karena ujungnya
dilengkapi dengan kuas dan dapat memberikan efek mengkilap pada
bibir.

Gambar 2.3. Lipstik jenis pen lip polish [Sumber: Chenny, 2010]

11
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
4. Liquid
Bentuknya cair, mengkilap dan pekat. Biasanya kemasannya dilengkapi
dengan spons atau kuas dibagian ujung untuk memudahkan pengolesan.

Gambar 2.4. Lipstik jenis liquid [Sumber: Chenny, 2010]


5. Pasta
Bentuknya semacam gel cair, dikemas dalam bentuk tube seperti pasta
gigi dan dapat membuat bibir mengkilap.

Gambar 2.5. Lipstik jenis pasta [Sumber: Chenny, 2010]

2.3. Definisi Lip cream


Lip cream merupakan sediaan lipstik berbentuk cair yang dapat
melembabkan bibir dalam jangka waktu yang lama dibandingkan dalam
bentuk padat, serta menghasilkan warna yang lebih merata pada bibir. Hal ini
disebabkan kadar minyak yang tinggi dalam lip cream dapat membantu
melembabkan bibir. Jenis lipstik ini cenderung mengandung lebih banyak
lilin sehingga dapat berfungsi sebagai pelindung bibir dari sinar matahari
langsung (Tranggono dan Latifah, 2007). Pada saat ini sediaan lip cream
lebih diminati oleh konsumen karena dapat melembabkan bibir dalam waktu
yang lama dibandingkan dalam bentuk padat, juga membuat bibir menjadi
lebih mengkilap serta menghasilkan warna yang lebih homogen atau merata
pada bibir (Butler et al., 2000)

12
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
2.4. Komposisi Lipstik
Komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari sebagai berikut:
1. Lilin
Lilin berperan pada kekerasan lipstik. Misalnya: carnauba wax, parafin
waxes, ozokerite, beewax, candelila wax, ceresine. Lilin digunakan untuk
memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan menjaganya tetap
padat walau dalam keadaan hangat (Tranggono dan Latifah, 2007).
2. Minyak
Fase minyak dalam lipstik memiliki kemampuan melarutkan zat-zat
warna eosin. Misalnya : castor oil, tetrahydrofurfuryl alkohol, fatty acid
alkylolamides, dihydroc alkohol beserta monoeter dan mono fatty acid
esternya, isopropyl myristate, isopropyl, butyl stearate, paraffin oil
(Tranggono dan Latifah, 2007).
3. Lemak
Berperan untuk melembabkan dan memberikan kesan mengkilap.
Misalnya, krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi
(misalnya hydrogenatd castrol oil), cetyl alcohol, oleyil alkohol, lanolin
(Tranggono dan Latifah, 2007).
4. Asetogliserid
Asetogliserid berfungsi untuk memperbaiki sifat thixotropik batang
lipstik sehingga meskipun termperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik
tetap konstan (Tranggono dan Latifah, 2007).
5. Zat-zat pewarna
Zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat
warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk
lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutannya di dalam minyak.
Pelarut terbaik untuk eosin adalah castrol oil (Tranggono dan Latifah,
2007). Castrol oil berfungsi sebagai emolien untuk menghaluskan dan
melembutkan kulit serta bersifat melembabkan.

13
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
6. Antioksidan
Antioksidan yang digunakan harus memenuhi syarat (Wasitaatmadja,
1997) :
a) Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam
kosmetika.
b) Tidak berwarna.
c) Tidak toksik.
d) Tidak berubah meskipun disimpan lama.
7. Pengawet
Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik
sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi
ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi
pada permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme.
Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik.
Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben
(Poucher dalam Yatimah, 2014).
8. Parfum
Bahan pewangi (fragnance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar
(flavoring), harus mampu menutupi bau dan rasa kurang sedap dari
lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang
menyenangkan (Tranggono dan Latifah, 2007).
9. Surfaktan
Sulfaktan berfungsi memudahkan pembasahan dan dispersi partikel
partikel pigmen warna yang padat (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.5. Pembuatan Lipstik


Menurut Tranggono dan Latifah (2007) pada umumnya pembuatan lipstik
melalui 3 tahap:
1. Penyiapan campuran komponen, yaitu campuran minyak-minyak,
campuran zat-zat warna, dan campuran wax.
2. Pencampuran semuaitu membentuk lipstik.
3. Pencetakan massa lipstik menjadi batang-batang lipstik.

14
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
3. Timbal
3.1. Karakteristik Timbal
Timbal merupakan logam yang termasuk dalam kelompok logam berat
golongan IV A, mempunyai nomor atom 82, berat molekul 207,2 dan berat
jenis sebesar 11,34 g/cm3. Timbal berwarna kebiru-biruan dan abu-abu
keperakan dengan titik leleh 327,5oC dan titik didih pada tekanan atmosfer
1740oC (Tangahu et al., 2011). Timbal sebagai logam berat merupakan unsur
yang terbanyak di alam. Timbal nampak mengkilap atau berkilauan ketika
baru dipotong, tetapi segera menjadi buram ketika kontak dengan udara
terbuka (Sugiyarto et al., 2010).
Timbal banyak digunakan untuk berbagai keperluan karena sifatnya
sebagai berikut:
1. Timbal mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam
bentuk cair dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.
2. Timbal merupakan logam lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai
bentuk.
3. Sifat-sifat kimia timbal menyebabkan logam ini berfungsi sebagai lapisan
pelindung jika kontak dengan udara lembab.
4. Densitas timbal lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali
emas dan merkuri (Fardiaz, 1992).
3.2. Keracunan Timbal (Pb)
Menurut Richard et al (2006) keracunan timbal disebabkan oleh hal-hal
berikut ini :
a. Afinitasnya tinggi untuk gugus sulfihidril, dapat menghambat fungsi
enzim seperti enzim-enzim yang terlibat dalam penyatuan besi kedalam
molekul heme.
b. Kompetisi dengan ion kalsium untuk memperebutkan penyimpanannya
di dalam tulang.
c. Inhibisi enzim yang berkaitan dengan membran sel sehingga terjadi
gangguan pada kelangsungan hidup sel darah merah (hemolisis),
kerusakan ginjal dan hipertensi.
d. Gangguan pada metabolisme 1,25 dihidroksivitamin D.

15
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
Paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ
sebagai berikut :
a. Gangguan terhadap fungsi ginjal
Pb dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal,
nephropati irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi, fibrosis
dan sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria
dan glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis
kronis (Sumardjo, 2009).
b. Gangguan terhadap sistem reproduksi.
Pb dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi berupa
keguguran, kesakitan dan kematian janin. Pb mempunyai efek racun
terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak -anak
sangat peka terhadap paparan Pb di udara. Paparan Pb dengan kadar yang
rendah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ. Pada wanita
hamil Pb dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam
sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir, Pb akan
dikeluarkan bersama air susu ibu (Widowati et al., 2008).
c. Gangguan terhadap sistem hemopoitik
Keracunan Pb dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat
penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar
zat besi dalam serum. Anemia ringan yang terjadi disertai dengan sedikit
peningkatan kadar ALA (Amino Levulinic Acid) urine. Dapat dikatakan
bahwa gejala anemia merupakan gejala dini dari keracunan Pb pada
manusia (Sumardjo, 2009).
d. Gangguan terhadap sistem syaraf
Efek pencemaran Pb terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-
anak dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun dengan Pb
dapat menyebabkan lead encephalopathy. Gambaran klinis yang timbul
adalah rasa malas, mudah tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi,
mudah lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan. Daya racun
Pb di dalam tubuh di antaranya disebabkan oleh penghambatan enzim
oleh ion-ion Pb2+. Enzim yang diduga dihambat adalah yang diperlukan

16
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
untuk pembentukan hemoglobin. Pada jaringan atau organ tubuh, logam
Pb akan terakumulasi pada tulang, karena logam ini dalam bentuk ion
(Pb2+) mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang
terdapat pada jaringan tulang. Tulang berfungsi sebagai tempat
pengumpulan Pb karena sifat-sifat ion Pb2+ yang hampir sama dengan
dengan Ca2+ (Fardiaz, 1992). Dalam tubuh, lebih dari 90 % Pb disimpan
dalam tulang (Sumardjo, 2009).

3.3. Logam Timbal (Pb) pada Lipstik


Logam berat yang terkandung dalam kosmetik umumnya merupakan zat
pengotor (impuritis) pada bahan dasar pembuatan kosmetik. Pada umumnya,
logam berat dapat dijumpai di alam seperti terkandung di dalam tanah, air,
dan batuan. Bahan-bahan alam tersebut digunakan sebagai bahan dasar atau
pigmen dalam industri kosmetik (BPOM RI, 2014).
Menurut Junger dan Greeven (2009), logam berat seperti timbal (Pb)
dalam kosmetik adalah sebagai penstabil dan pelembut tekstur. Menurut
Utomo dalam Sihite (2015), beberapa lipstik ditemukan mengandung timbal.
Timbal digunakan untuk membuat lipstik di bibir tahan dari pengoksidasian
udara (oxidation) dan tahan air (waterproof).
Menurut Sutresna (2007), logam timbal merupakan logam yang kurang
reaktif. Deret Volta yang diurutkan dari kiri ke kanan menunjukkan unsur Pb
berada pada urutan ke-13 dari 19 unsur. Semakin ke kanan, logam semakin
kurang reaktif atau semakin sulit mengalami oksidasi.
Pada kosmetik, timbal sering ditemukan pada lipstik, eye shadow, dan eye
liner. Kandungan timbal dalam kosmetik dapat diakibatkan oleh kontaminasi
dari bahan baku yang digunakan atau penggunaan pigmen yang mengandung
timbal (BPOM RI, 2014). Menurut Rowe et al dalam Yatimah (2014),
beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab pencemaran timbal pada
lipstik adalah bahan dasar yang digunakan secara alami mengandung timbal
seperti pada beewax yang mengandung Pb ≤ 10 ppm. Pewarna yang
digunakan mengandung timbal seperti iron oxide yang mengandung timbal ≤
10 ppm. Menurut Nourmoradi et al (2009), lipstik dapat terkontaminasi

17
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
dengan timbal dapat disebabkan karena bahan dasar yang digunakan secara
alami mengandung logam berat atau tercemar selama produksi. Menurut
Hepp et al dalam Yatimah (2014), mengatakan bahwa kontaminasi timbal
pada lipstik mungkin berasal dari solder timbal atau pada peralatan yang
digunakan untuk produksi lipstik yang menggunakan cat yang mengandung
timbal. Menurut Wasitaadmadja (1997), kosmetika mudah teroksidasi oleh
udara sehingga terjadi pemecahan bahan yang terkandung di dalamnya yang
akan mengubah warna dan bentuk kosmetika.
Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba
dan Logam Berat dalam Kosmetika, diubah sebagai berikut :
Tabel 2.1.Persyaratan cemaran mikroba dan logam berat dalam kosmetika

Jenis cemaran Persyaratan

Merkuri (Hg) Tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1 mg/l (1 ppm)

Timbal (Pb) Tidak lebih dari 20 mg/kg atau 20 mg/l (20 ppm)

Arsen (As) Tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/l (5 ppm)

Kadmium (Cd) Tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/l (5 ppm)

(Sumber : Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor


HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011)

4. Upaya Pencegahan Timbulnya Efek Merugikan Akibat Penggunaan


Kosmetik (Agustina, 2017)
1. Cermat dalam memilih dan membeli kosmetik sesuai kebutuhan
Konsumen lebih selektif dalam memilih kosmetik dan tidak mudah
terbujuk iklan atau promosi yang berlebihan. Pilihlah kosmetik yang
sesuai fungsi, tujuan dan manfaatnya. Pertimbangkan untung rugi dalam
memilih kosmetik.
2. Cermat dalam menggunakan kosmetik
Konsumen memperhatikan dengan baik kegunaan dan cara
penggunaan produk. Jika konsumen sedang hamil, konsultasikan

18
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
pemilihan kosmetik yang aman ke dokter kandungan atau dokter kulit.
Jangan gunakan kosmetik milik orang lain, yang belum tentu cocok
dengan jenis kulit kita. Simpan kosmetik dengan baik. Bila timbul iritasi
atau efek samping lainnya, segera hentikan penggunaan kosmetik.
Konsultasikan ke dokter kulit bila efek samping yang terjadi semakin
parah. Sebelum menggunakan kosmetik, sebaiknya lakukan dahulu uji
kepekaan kosmetik yang akan dipakai dengan cara sebagai berikut:
a. Tempatkan beberapa tetes produk ke plester, lalu pasang plester pada
kulit lengan bawah bagian dalam.
b. Biarkan plester selama 24 jam, kemudian lepaskan dan periksa
apakah terjadi reaksi. Selama periode tersebut, jaga jangan sampai
plester menjadi basah.
c. Jika terjadi kemerahan, gatal, melepuh atau nyeri pada bagian kulit
yang ditutupi plester, maka kemungkinan pengguna produk sensitif
atau alergi terhadap produk atau beberapa komponen dalam produk
tersebut.
d. Jika tidak terjadi reaksi, maka produk tersebut aman untuk
digunakan.
e. Jika kemerahan, gatal, melepuh, nyeri atau gejala lain yang terjadi
tidak hilang atau memburuk setelah mencuci bagian yang diuji,
segera konsultasikan dengan dokter.
3. Cermat membaca informasi yang tercantum pada kemasan kosmetik
Konsumen memperhatikan informasi yang tersedia pada label
seperti cara penggunaan, kegunaan, komposisi, tanggal kadaluarsa atau
peringatan lain (bila ada). Dianjurkan pula untuk mencari informasi
lengkap mengenai produk kosmetika tersebut. Untuk produk kosmetika
yang teregistrasi diwajibkan mencantumkan nomor izin edar. Sedangkan
produk yang ternotifikasi pencantuman nomor notifikasi tidak
diwajibkan, namun nama dan alamat produsen harus tercantum dengan
jelas pada label. Daftar produk kosmetik yang ternotifikasi/teregistrasi
oleh Badan POM dapat dicek melalui website Badan POM.

19
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
5. Destruksi
Destruksi merupakan proses perusakan oksidatif dari bahan organik
sebelum penetapan suatu analit anorganik atau untuk memecah ikatan dengan
logam. Agar unsur-unsur tersebut tidak saling mengganggu dalam analisis,
maka salah satu unsur harus di hilangkan, dengan adanya proses destruksi
tersebut diharapkan yang tertinggal hanya logam - logamnya saja. Dalam
pendestruksian hendaknya memilih zat pengoksidasi yang cocok baik untuk
logam maupun jenis sampel yang akan dianalisis. Secara umum, destruksi ada
dua yaitu destruksi basah dan destruksi kering (Dewi, 2012).
5.1. Destruksi Basah
Pada umumnya destruksi basah dapat menentukan unsur-unsur dengan
konsentrasi yang rendah (Wulandari dan Sukesi, 2013). Destruksi basah
dilakukan dengan cara menguraikan bahan organik dalam larutan asam
pengoksidasi pekat (H2SO4, HNO3, H2O2 dan HClO4) dengan pemanasan
sampai jernih. Mineral anorganik akan tertinggal dan larut dalam larutan
asam kuat. Mineral berada dalam bentuk kation logam dan ikatan kimia
dengan senyawa organik telah terurai. Larutan selanjutnya disaring dan siap
dianalisis dengan SSA (Dewi, 2012).
Larutan asam nitrat pekat merupakan asam yang paling efektif dan paling
sering digunakan dalam destruksi basah karena dapat memecah sampel
menjadi senyawa yang mudah terurai dan larutan asam nirtat pekat sendiri
sukar menguap. (Dewi, 2011). Preparasi sampel dengan metode destruksi
basah dilakukan pada suhu rendah dan dengan penambahan campuran asam
kuat untuk mendestruksi senyawa organik dan bahan lain dalam sampel.
Metode destruksi basah lebih sering dilakukan untuk analisis sampel yang
mudah menguap. Keuntungan dengan metode analisis ini adalah waktu dan
proses pengerjaannya lebih cepat, kehilangan mineral akibat penguapan dapat
dihindari. Hanya saja dengan metode destruksi basah ini kemungkinan
kesalahan lebih besar akibat penggunaan reagen yang lebih banyak dan dalam
pengerjaannya membutuhkan perhatian yang ekstra dari analis karena dalam
pelaksanaannya reaksi yang terjadi berlangsung kuat dan dapat membuat

20
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
residu keluar, maka selama pemanasan harus lebih berhati-hati (Gandjar dan
Rohman, 2007).
5.2. Destruksi Kering
Destruksi kering dilakukan dengan cara sampel yang akan dianalisis
dipanaskan pada temperatur lebih dari 500ºC. Selain itu dapat menguapkan
senyawa organik dari C, H, O dan N menjadi gas seperti CO 2, CO, NO, NO2,
H2O, dan sebagainya. Keuntungan metode ini adalah sederhana dan terhindar
dari pengotor seperti dalam metode destruksi basah, namun dapat terjadi
kehilangan unsur-unsur mikro tertentu. Di samping itu, dapat juga terjadi
reaksi antara unsur dengan bahan wadah. Pada destruksi kering, material yang
berisi unsur yang rendah ditempatkan dalam wadah silika atau porselin
(Dewi, 2012).

6. Spektrofotometri Serapan Atom


Metode spektrofotometri serapan atom pertamakali diperkenalkan oleh
Wals pada tahun 1953 dan dikembangkan di Exhibition of Physical
Melbourne kemudian dipublikasikan pada tahun 1954. Spektrofotometri
serapan atom merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kadar
logam dalam suatu sampel. Metode spektrofotometri serapan atom dapat
menentukan kadar logam dengan konsentrasi yang sangat kecil, yaitu sampai
part permilion (ppm) (Haris & Gunawan, 1992).
6.1. Prinsip
Dasar dari spektrofotometri serapan atom adalah penyerapan cahaya oleh
atom bebas dari suatu unsur pada tingkatan energi terendah (ground state).
Keadaan ground state dari sebuah atom adalah keadaan dimana semua
elektron yang dimiliki unsur tersebut memiliki konfigurasi yang stabil. Saat
cahaya diserap oleh atom, maka satu atau lebih elektron tereksitasi ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Penyerapan energi cahaya ini berlangsung pada
panjang gelombang yang spesifik untuk setiap logam dan mengikuti hukum
Lambert-Beer, yakni serapan berbanding lurus dengan konsentrasi uap atom
dalam nyala (Vandecasteele & Block, 1993).

21
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
6.2. Instrumen Spektrofotometri Serapan Atom

Gambar 2.6. Komponen Spektrofotometri Serapan Atom


[Sumber: Gandjar dan Rohman, 2007]

6.2.1. Sistem Atomisasi


1. Nyala (flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan
atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk
atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas
yang digunakan, misalkan untuk gas batu bara-udara, suhunya kira-kira
sebesar 18000C, gas alam-udara 17000C, asetilen-udara 22000C, dan gas
asetilen-dinitrogen oksida (N2O) sebesar 30000C (Gandjar dan Rohman,
2007).
Pemilihan macam bahan bakar sangat mempengaruhi suhu nyala.
Komposisi perbandingannya sangat mempengaruhi suhu nyala. Sumber
nyala yang paling banyak digunakan adalah campuran asetilen-udara
sebagai bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi. Propana-udara
dipilih untuk logam-logam alkali karena suhu nyala yang lebih rendah
akan mengurangi banyaknya ionisasi. Nyala hidrogen-udara lebih jernih
daripada nyala asetilen-udara dalam daerah UV (di bawah 220 nm) dan
juga karena sifatnya yang mereduksi maka nyala ini sesuai untuk
penetapan arsenik dan selenium (Gandjar dan Rohman, 2007).
Cara pengatoman pada nyala yaitu dengan memasukkan sampel ke
dalam nyala dengan cara yang ajeg dan seragam membutuhkan suatu alat
yang mampu mendispersikan sampel secara seragam di dalam nyala. Ada
beberapa cara atomisasi dengan nyala ini, yaitu :

22
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
a) Cara langsung (Pembakaran konsumsi total atau total consumption
burner)
Pada cara ini, sampel dihembuskan secara langsung ke dalam
nyala, dan semua sampel akan dibakar oleh pembakar. Variasi ukuran
kabut (droplet) sangat besar. Diameter partikel rata- rata sebesar 20
mikron, dan sejumlah partikel ada yang mempunyai diameter lebih
besar 40 mikron. Semakin besar kabut yang melewati nyala (tanpa
semuanya diuapkan), maka efisiensinya semakin rendah (Gandjar dan
Rohman, 2007).
b) Cara tidak langsung
Pada model ini, larutan sampel dicampur terlebih dahulu dengan
bahan pembakar dan bahan pengoksidasi dalam suatu kamar
pencampuran sebelum dibakar. Tetesan-tetesan yang besar akan
tertahan dan tidak masuk ke dalam nyala. Dengan cara ini, ukuran
terbesar yang masuk ke dalam nyala ± 10 mikron sehingga nyala
lebih stabil dibandingkan dengan cara langsung. Masalah yang terkait
dengan penggunaan cara ini adalah adanya kemungkinan nyala
membakar pencampuran dan terjadi ledakan. Akan tetapi, hal ini dapat
dihindari dengan menggunakan lubang sempit atau dengan cara
mematuhi aturan yang benar terkait dengan cara menghidupkan gas
(Gandjar dan Rohman, 2007).
2. Tanpa nyala (flameless)
Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom
gagal mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk ke dalam nyala terlalu
besar, dan proses atomisasi kurang sempurna. Oleh karena itu muncullah
suatu teknik atomisasi baru yakni atomisasi tanpa nyala. Pengatoman dapat
dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit
(untuk sampel cair diambil hanya beberapa μL. Sementara sampel padat
diambil beberapa mg), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian
tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara
melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang
akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini

23
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga
terjadilah proses penyerapan energi yang memenuhi kaidah analisa
kualitatif (Gandjar dan Rohman, 2007).
Sistem pemanasan dengan tanpa nyala ini dapat melalui 3 tahap
yaitu: pengeringan (drying) yang membutuhkan suhu yang relatif rendah,
pengabuan (ashing) ang membutuhkan suhu yang lebih tinggi karena
untuk menghilangkan matriks kimia dengan mekanisme volatilasi atau
pirolisis, dan pengatoman (atomising). Pada umumnya waktu dan suhu
pemanasan tanpa nyala dilakukan dengan cara terprogram (Gandjar dan
Rohman, 2007).
6.2.2. Monokromator
Monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang
gelombang yang digunakan dalam analisis. Dalam monokromator terdapat
chopper (pemecah sinar), suatu alat yang berputar dengan frekuensi atau
kecepatan perputaran tertentu (Gandjar dan Rohman, 2007).
6.2.3. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui
tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton. Ada 2
cara yang dapat digunakan dalam sisitem deteksi yaitu: yang memberikan
respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu dan yang hanya
memberikan respon terhadap radiasi resonansi (Gandjar dan Rohman, 2007).
6.2.4. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang
menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman,
2007).
6.3. Gangguan Pada Spektrofotometri Serapan Atom
Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam SSA adalah sebagai berikut:
1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat
mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala.
2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom
yang terjadi dalam nyala (Gandjar dan Rohman, 2007).

24
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
6.4. Kelebihan dan Keterbatasan Spektrofotometri Serapan Atom
SSA memiliki kelebihan dan keterbatasan sebagai berikut :
a) Kelebihan
SSA lebih peka dari spektroskopi emisi atom, suatu metode analisis yang
sangat spesifik yang bermanfaat dalam beberapa aspek pengendalian
mutu. Selain itu, SSA juga sederhana, akurat, dan mudah digunakan.
b) Keterbatasan
SSA hanya dapat diterapkan pada unsur-unsur logam, masing-masing
unsur memerlukan lampu katode rongga yang berbeda untuk
penentuannya. (Watson, 2005).

7. Validasi Metode
Validasi metode adalah konfirmasi melalui pengujian dan pengadaan bukti
yang objektif bahwa persyaratan tertentu untuk suatu tujuan khusus dipenuhi.
Proses validasi suatu metode biasanya sangat dekat dengan proses
pengembangan suatu metode. Sebuah metode harus divalidasi bila kinerja
parameter metode uji tersebut belum valid atau belum dibuktikan valid untuk
penggunaan analisis khusus (BSN, 2005).
a. Presisi
Menurut USP Convention (2009), presisi adalah derajat kesesuaian
diantara hasil uji individu (berdiri sendiri) jika metode uji dilakukan
berulang-ulang terhadap multi sampling dari suatu sampel yang
homogen. Presisi biasanya dinyatakan sebagai simpangan baku atau
simpangan baku relatif (koefisien variasi) dari serangkaian pengukuran.
Presisi hendaknya dilakukan pada tiga tingkat berbeda yaitu: ripitabilitas,
presisi intermediat dan reprodusibilitas. Ripitabilitas adalah penggunaan
metode pengujian didalam satu laboratorium dalam satu periode waktu
yang singkat menggunakan personel penguji yang sama, dengan
peralatan yang sama di bawah kondisi sekonstan mungkin. Presisi
intermediat dilakukan dengan berbagai variasi di dalam laboratorium,
seperti pada hari yang berbeda atau personil penguji yang berbeda atau
alat yang berbeda dalam laboratorium yang sama. Reprodusibilitas atau

25
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
disebut juga ruggedness adalah penggunaan metode pengujian dalam
berbagai laboratorium yang berbeda seperti dalam uji kolaborasi.
b. Akurasi
Akurasi adalah ukuran ketepatan dari suatu metode pengujian, atau
kedekatan antara nilai hasil uji yang diukur dengan nilai benar, atau nilai
nilai konvensional atau nilai acuan yang dapat diterima. Akurasi dari
suatu metode dapat dilakukan dengan cara: menggunakan bahan acuan
bersertifikat, membandingkan hasil yang benar-benar telah
dikarakterisasi dan akurasinya telah ditetapkan atau dengan cara
menghitung persen perolehan kembali terhadap sampel yang sudah
dispike. Kriteria kecermatan dalam persen perolehan kembali sangat
tergantung kepada konsentrasi analit dalam matriks sampel dan pada
keseksamaan metode (RSD) (Oktavia, 2006).
c. Linieritas
Linieritas adalah kemampuan untuk menghasilkan hasil uji yang
sebanding/ berbanding lurus terhadap konsentrasi analit dalam sampel
pada kisaran konsentrasi tertentu. Menentukan kemampuan suatu metode
untuk mendapatkan respon yang proporsional terhadap konsentrasi analit
(Oktavia, 2006).
d. Uji Sensitivitas (LOD dan LOQ)
Sensitivitas dari metode adalah derajat kemampuan
untukmembedakan antara dua konsentrasi atau jumlah analit. Ketika
diterapkan pada metode alilis komparatif, kemiringan kurva kalibrasi
digunakan sebagi ukuran terbaik dari sensitivitas dan dikenal sebagai
sensitivitas kalibrasi (Aras, 2006). Batas deteksi didefinisikan sebagai
konsentrasi terendah atau berat analit yang akan diukur padad tingkat
kepercayaan tertentu (Mitra, 2003). Batas kuantitasi adalah tingkat
konsentrasi terendah dimana pengukuran kuantitatif yang bermakna.
Untuk semua tujuan praktis, batas atas kuantitasi adalah titik dimana
kurva kalibrasi menjadi non linier (Mitra, 2003).

26
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019
C. Kerangka Konsep

Pendataan merek lip cream yang beredar dipasar swalayan dan pasar
tradisional di kota Purwokerto

Pengambilan sampel uji

lip cream berbagai merek dengan warna


merah muda (pink)

Preparasi sampel

Metode Spektrofotometri
Serapan Atom

Pemeriksaan
kandungan timbal ------------------------

Tidak Ada

Persyaratan BPOM No
HK.03.1.23.07.11.666 -----------------------------------
2 Tahun 2011

Tidak memenuhi Memenuhi syarat


syarat ≤ 20 ppm ≤ 20 ppm

Kesimpulan

Gambar 2.7. Kerangka Konsep

27
Analisis Logam Timbal…, Pusparum Isma Pramasti Dientyas, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Anda mungkin juga menyukai