Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KADAR RHODAMINE B PADA KOSMETIK

OLEH :

NAMA : NUR MUTMAINNAH

NIM : 60500120007

KELAS : KIMIA A

DOSEN PENANGGUNG JAWAB : AISYAH, S. S., M. Si.

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDIN MAKASSAR

2021

Abstrak:
A. Kosmetik
A.1. Penggolongan Kosmetik
Manusia telah mengenal kosmetik sejak berabad-abad yang lalu.
Pemakaian kosmetik mulai diperhatikan sejak abad ke-19, karena selain fungsinya
untuk kecantikan juga dapat untuk kesehatan. Berdasarkan data Kementerian
Perindustrian, kemajuan pada industri kecantikan di Indonesia saat ini
menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan pasar industri ini rata-rata mencapai
9,67 % per tahun dalam enam tahun terakhir (2009 - 2015). Dengan jumlah
tersebut, Indonesia merupakan potential market bagi para pengusaha industri
kecantikan baik dari luar maupun dalam negeri (Fauziah, dkk., 2020: 82).
Kosmetik pada masa lampau dibuat dari bahan - bahan alami, baik yang
berasal dari hewan maupun yang berasal dari tumbuhan. Namun, dengan semakin
berkembangnya teknologi dan pengetahuan kosmetik kini tidak hanya berasal dari
hewan ataupun tumbuhan namun juga dibuat cari campuran berbagai bahan alami
hingga yang buatan. Hal ini tak lain untuk meningkatkan mutu kosmetik yang
akan dipasarkan. Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut dengan kosmetologi.
Kosmetiologi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari hukum kimia, fisika,
biologi maupun mikrobiologi mengenai pembuatan, penyimpanan, dan
penggunaann kosmetik itu sendiri (Noviana, 2019: 11).
Kosmetik memiliki peranan penting dalam menunjang penampilan
terutama wajah. Kosmetik ini menjadi hal yang paling digilai oleh kaum hawa.
Namun tidak semua kosmetik yang di pasarkan terjamin secara kualitasnya,
karena masih banyak kosmetik yang ditambahkan zat-zat tertentu yang
dimanfaatkan untuk menunjang performa produk seperti pewarnaan. Hal ini
dengan penambahan zat-zat tersebut terkhusus pewarnaannya menunjukkan
bahwa warna sangat mempengaruhi keputusan konsumen sehingga konsumen
akan mudah tertarik dengan produk yang tawarkan (Devi, dkk., 2020: 77).

Menurut Briliani, dkk., (2016: 546) berdasarkan kegunaannya kosmetik


dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kosmetik riasan (make-up) adalah kosmetik
yang dipakai untuk make up atau mempercantik tampilan kulit dan kosmetik yang
dapat menjaga kulit atau skin care merupakan kosmetik yang digunakan untuk
menjaga agar kulit tetap bersih dan sehat dan terkadang digunakan untuk
menghilangkan jerawat, komedo dan lainnya pada kulit. Selain itu kosmetik juga
dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Perlengkapan pembersih
2) Perlengkapan deodorant dan antiprespirant
3) Perlengkapan protektif
4) Perlengkapan rias
5) Perlengkapan dekoratif/dalam
6) Perlengkapan buat kesenangan
7) Perlengkapan lain, seperti: pembersih rambut, kondisioner rambut, penataan
rambut, warna, pengeriting rambut, pelurus rambut, antiperspirant,
antiperspirant, dan tabir surya.
8) Krim kulit sehat: pasta cukur, bahan pembersih, astringent, toner, lotion,
kerudung, krim malam, dan perlengkapan mandi.
9) Make up : foundation, eye make up, lipstick, rouges, blushers dan enamel
kuku.
10) Fragrance : perfumes, colognes, toilet waters, body silk, bath dan powders.
11) Perlengkapan untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain - lain.
12) Perlengkapan untuk mandi, misalnya sabun pembersih untuk mandi, dan
lain-lain.
13) Preparat untuk mata.
14) Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain - lain.
A. 2. Persyaratan Kosmetik
Menurut Indriaty, dkk., (2018: 9 - 10) Kosmetik yang diproduksi dan atau
diedarkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu serta
ketentuan yang sudah di setujui bersama. Seperti tidak membahayakan bagi
kesehatan, terjamin kualitas bahan baku produknya, serta bahan lain yang
gunakan dalam produksi bersifat halal untuk digunakan.
2) Dikelolah dengan teknik pengelolaan kosmetik yang benar. Hal ini di
maksudkan agar produk yang dihasilkan berkualitas dan ketika digunakan tidak
membawa dampak buruk bagi kesehatan.
3) Produk yang ingin di edarkan agar mendapatkan izin edar dari BPOM. Tahun
2006 dan 2007 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik
Indonesia telah melakukan pengujian laboratorium terhadap kosmetik yang
beredar dan kemudian terdapat banyak sekali produk kecantikan yang didalnya
terdapat bahan yang dilarang digunakan yaitu: Zat Merkuri (Hg), dan zat warna
Rhodamin B. BPOM ini bertugas untuk mengawasi produk – produk yang
masuk kedalam negeri dari segi kualitas produknya serta layak atau tidaknya
produk tersebut beredar di pasaran. Produk yang dinyatakan tidak lulus uji
BPOM maka tidak dapat dipasarkan. Begitupun dengan kosmetik, apabila
terkandung zat berbahaya di dalamnya maka BPOM akan menarik edarannya
dari pasaran.
4) Pewarna yang digunakan dalam kosmetik juga harus yang sesuai standar dan
tidak membahayakan. Berdasarkan jenisnya pewarna ini terbagi atas, pewarna
yang dapat larut dalam cairan (solube), air, alkohol, minyak. Terdapat banyak
warna kosmetik. Salah satunya adalah acid dyes yang termasuk kedalam jenis
terbesar warna baju atau pakaian, minuman atau makanan dan alat kecantikan
atau kosmetik. Solvent dyes yang terlarut bersama air atau alkohol, contohnya:
merah DC, merah hijau nomor 17, violet, kuning. Warna Xanthene yang
gunakan dalam lipstik, misal DC orange, merah, dan kuning. Kemudian warna
yang tidak dapat larut dalam cairan (insoluble), yang terdiri atas bahan organik
dan inorganik, misalnya lakes dan besi oksida.
A.3. Peranan zat pewarna pada kosmetik
Menurut Pujilestari, (2015: 95) menyatakan bahwa zat warna dalam
sebuah produk kosmetik memiliki peran tersendiri yakni akan membuat sebuah
produk kosmetik itu tampak lebih indah dan lebih menarik. Namun di balik
peranannya zat warna tersebut apabila digunakan namun zat warna itu tidak
terjamin aman maka akan dapat merusak kulit apabila di gunakan. Zat pewarna
pada kosmetik sangat besar perannya. Zat warna pada kosmetik di dapatkan dari
berbagai jenis tamanan dan zat-zat lainnya seperti berikut ini:
1. Zat warna alam yang larut
Zat ini sekarang sudah jarang dipakai dalam kosmetik sebenarnya efek zat-
zat ini pada kulit baik dari oada warna buatan, tetapi kekuatan bayangannya
biasanya lemah, tidak cukup aman untuk cahaya dan cukup mahal. Misalnya
warna merah tua didapat dari tubuh kering tanaman coccus berduri, klorofil daun
hijau, henna dihilangkan dari daun lawsonia inermis, dan warna kuning karoten.
2. Zat warna sintetis yang larut
Zat warna sintetis pertama kali disintetis dari anilin, saat ini benzena,
toluena, antrasena yang mengisi sebagai item awal untuk sebagian besar warna.
3. Pigment-Pigment Alam
Pigment alam adalah pigment warna pada tanah yang memang terdapat
secara alamiah, misalnya aluminium silikat, yang naungannya bergantung pada
zat besi oksida atau mangan oksida (misalnya kuning, merah tanah, merah blok,
dan merah tanah kusam). Warna murni ini sama sekali tidak berbahaya, dasarnya
untuk bedak, krim dan stik make-up. Warnanya tidak seragam, tergantung
asalnya, dan pada pemanasan kuat menghasilkan pigment warna baru.
4. Pigment sintetis
Besi oksida sintetis kerap kali menggantikan zat warna alam. Warnanya
lebih cerah. Pilihan warnanya antara lain kuning, merah hingga coklat tua, dan
berbagai jenis warna lembayung. Pigment sintetis putih seperti zink oxida dan
titanium oxida termasuk dalam kelompok zat pewarna kosmetik yang terpenting.
Zink oxida tidak hanya memainkan satu peran dalam pewarnaan kosmetik
dekoratif, tetapi juga dalam preparat kosmetik dan farmasi lainnya. Bismut
karbonat sering digunakan sebagai warna putih, sedangkan bismutn oxchychloride
biasanya digunakan untuk warna putih mutiara. Sejumlah kecil kobalt digunakan
sebagai warna biru, terutama kobalt dan ultramarine. Kobalt hijau adalah biru
pucat.banyak warna yang tidak boleh digunakan dalam peraturan restoratif karena
berbahaya. Misalnya kadmium biru sulfida dan prusia biru.
5. Danau alam (Lakes) dan Buatan
Lakes dibuat oleh pengendapan setidaknya satu atau lebih zat warna yang
larut air didalam satu atau lebih subtrat yang tidak tercampur dan terpadu menjadi
satu (umunya pada reaksi kimia) hingga hasil akhirnya akan menjadi seperti
material pewarna yang hampir tidak tercampur sempurna dengan air, minyak atau
solven lainnya. Kebanyakan lakes dewasa ini dibuat dari zat warna sintesis,
kecuali florentine lake yang diperoleh dari presipitasi carmin dan brasilin (zat
warna dari sayuran) didalam alumunium hidroksida. Lakes yang dibuat dari
zat-zat warna asal coaltar merupakan zat pewarna terpenting didalam bedak,
lipstik dan pewarna make-up lainnya karena lebih cerah dan compatible dengan
kulit. Substrat paling umum adalah zink okside, alumunium hydroksida,
alumunium phosphat, barium phosphate, barium sulfate, magnesium carbonat,
alumine hydrate, dan kaolin.
B. Zat Aditif
Zat aditif ini mempengaruhi tubuh kita pada tingkat sel tanpa
menyadarinya dan mungkin akan merasakan efeknya jika mereka telah berkumpul
cukup lama. Tidak ada metode alternatif untuk menghindari senyawa sintetis ini
selain membatasi pemanfaatannya sehingga tidak melewati batas yang disarankan.
Zat tambahan adalah bahan tambahan yang dimasukkan dalam jumlah sedang
pada suatu barang dengan sengaja sepenuhnya dimaksudkan untuk meningkatkan
penampilan, rasa, permukaan, rasa dan untuk memperluas jangka waktu kegunaan
yang realistis. Zat aditif ini ditambahkan pada suatu barang selama pembuatan,
pengemasan atau ukuran kapasitas tergantung pertimbangan dengan tujuan agar
kualitas dan kesehatan barang tersebut terjaga (Yulianti, 2017: 229).
Zat aditif adalah bahan pembuat peneduh kertas atau kayu yang
ditambahkan ke dalam suatu produk secara sengaja atau tidak sengaja untuk
meningkatkan manfaat dan rasa yang sehat, untuk melindungi, atau untuk
memperkuat dan memperbaiki penampilan. Ada beberapa alasan mengapa
pembuat lebih suka menggunakan warna rekayasa dari pada warna normal,
termasuk tampilan yang diciptakan oleh warna buatan lebih indah dan lebih
homogen, sedangkan warna biasa lebih kabur dan tidak homogen, warna rekayasa
memiliki banyak variasi naungan, sedangkan warna normal tidak banyak, warna
rekayasa lebih murah sedangkan warna normal lebih mahal, aksesibilitas warna
yang diproduksi tidak dibatasi, sedangkan warna normal dibatasi, warna yang
diproduksi stabil sedangkan warna biasa kurang stabil (Putri, dkk., 2012: 48).
C. Rhodamine B
C.1. Pengertian Rhodamine B
Kemajuan pesat dari industri percetakan dan pewarnaan yang canggih
telah menciptakan banyak air limbah modern yang sulit untuk ditangani. Salah
satu racun utama adalah Rhodamin B, umumnya digunakan dalam makanan, kulit,
bahan, dan perusahaan restoratif . Rhodamin B merupakan bahan alam yang tidak
dapat terurai dengan bersifat racun, mutagenisitas, dan penyebab kanker, sehingga
merugikan bagi manusia (Yang, dkk., 2019: 710).
Sesuai dengan Pengumuman Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
No. HK.00.05.4.1475 Pasal 3 tanggal 5 Mei 2003 tentang kecantikan, beberapa
warna dilarang digunakan dalam pengaturan restoratif termasuk lipstik, termasuk
Rhodamin B Rhodamin B adalah warna rekayasa yang sebagian besar digunakan
sebagai warna untuk kertas dan bahan. Penggunaan Rhodamin B sebagai pewarna
korektif dapat menyebabkan gangguan kulit, gangguan mata dan dapat
menyebabkan kanker. Mengingat bahaya ini, penggunaan warna Rhodamin B bisa
merepotkan dan membahayakan kesehatan umum. Rhodamin B dapat
mengganggu saluran pernapasan dan juga menyebabkan kanker atau memicu
perkembangan keganasan bila digunakan terus-menerus. Sifat penyebab kanker
disebabkan oleh komponen N+ (Nitronium) dan Cl-(Klorin) yang terkandung
dalam rhodamin B yang bersifat responsif dan berisiko. Pengumpulan Rhodamin
B di hati akan menyebabkan masalah kapasitas hati dan sebagai keganasan hati
dan tumor hati (Riyanti, dkk., 2018: 69).
Rhodamin B adalah warna yang direkayasa sebagai bubuk seperti kaca
hijau atau ungu kemerahan, tidak beraroma, dan pelarut efektif dalam pengaturan
fluoresensi merah bercahaya. Ini digunakan sebagai warna untuk bahan, cat,
kertas atau pakaian. Penggunaan Rhodamin B tentu saja merusak kesehatan.
Pengumpulan Rhodamin B dalam lemak untuk waktu yang lama terus
berkembang di dalam tubuh dan dapat merusak organ tubuh hingga menyebabkan
kematian (Arisanti, dkk., 2019: 3).
Rhodamin B Sangat larut dalam air untuk membuat susunan merah biru
pucat dan benar-benar berfluoresensi saat dilemahkan. Sangat larut dalam
Minuman Keras; tidak efektif pelarut dalam asam lemah dan dalam pengaturan
dasar. Susunan dalam struktur korosif padat senyawa merah muda dengan
18 kompleks antimon yang pelarut dalam isopropil eter. Rhodamin B digunakan
sebagai pewarna sutra, kapas, bulu domba, nilon, serat turunan asam asetat, kertas,
tinta, dan pewarna, pembersih, pewarna kayu, kulit, kulit sapi, dan pewarna
keramik Cina. Hal ini juga digunakan sebagai warna terapeutik dan restoratif
sebagai pengaturan cairan, tablet, wadah, pasta gigi, pembersih, pengaturan
memutar, garam mandi, lipstik dan menjadi memerah. Warna ini juga digunakan
sebagai alat identifikasi pencemaran air, sebagai pewarna untuk lilin dan bahan
cairan radiator, dan sebagai reagen untuk menyelidiki antimon, bismut, kobalt,
niobium, emas, mangan, merkuri, molibdenum, tantalum, talium,
dan tungsten (Arfina, 2013: 18).
C.2. Bahaya zat pewarna sintetik
Warna adalah properti penting dari suatu produk untuk menentukan
kualitas yang menarik bagi pembeli. Warna dapat ditambahkan ke makeup untuk
shading item yang sebenarnya untuk shading bagian tubuh (kulit, rambut, kuku
atau bulu mata). Dalam beberapa kasus terakhir ini, dengan perkembangan dalam
bisnis produk perawatan kecantikan, mengingat kekhawatiran yang berkembang
dengan persepsi diri yang terinspirasi oleh media online di mana-mana. Sesuai
dengan penggunaannya, bahan kecantikan dapat didelegasikan sebagai bahan
leave-on, bahan-bahan yang bersentuhan langsung dengan kulit seperti lipstik,
krim atau pelembab tubuh, dan bilas, yang dikeluarkan setelah aplikasi seperti
pembersih, gel atau pembersih ( Guerra, dkk., 2018: 1).
Di Indonesia, pedoman mengenai larangan dan pembatasan penggunaan
zat warna dalam riasan diatur dalam Pedoman Pendeta Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 239/Men.Kes/Per/V/1985 tentang Bahan Korektif dan Warna
Restoratif, yang menggabungkan warna-warna tertentu yang diucapkan sebagai
bahan berbahaya. Di Indonesia, pedoman larangan dan pembatasan penggunaan
zat warna dalam kecantikan diatur dalam Pedoman Pendeta Kesejahteraan
Republik Indonesia Nomor 239/Men.Kes/Per/V/1985 tentang Bahan Korektif dan
Warna Restoratif, yang menggabungkan warna-warna tertentu yang diucapkan
sebagai bahan yang tidak aman. untuk materi, dalam pengaturan korektif karena
itu sama sekali tidak berdampak buruk pada kesejahteraan. Salah satu warna
tersebut adalah Merah K10 (Syakri, 2017: 41).
Warna buatan yang diproduksi menikmati keunggulan yang jelas di atas
warna biasa, khususnya memiliki kekuatan bayangan yang lebih membumi,
menjadi lebih seragam, lebih stabil, lebih masuk akal untuk digunakan dan
biasanya lebih murah. Bagaimanapun, terlepas dari banyak manfaat ini, warna
rekayasa dapat berdampak buruk pada kesehatan. Dengan cara ini, penggunaan
spesialis naungan buatan untuk pengaturan restoratif dilarang. Meski telah
dibatasi oleh otoritas publik, penggunaan warna produksi berisiko masih belum
merata. Ini karena kurangnya informasi publik tentang hasil penggunaan warna
rekayasa, minat pada biaya yang sepenuhnya moderat dan warna lipstik yang
cemerlang (Syakri, 2017: 41).
D. Kromatografi Lapis Tipis
D.1. Pengertian Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah metode untuk mengisolasi kombinasi yang
bergantung pada kontras dalam kecepatan pembentukan segmen dalam media
tertentu. Beberapa strategi kromatografi yang umum digunakan antara lain
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Bagian (KK). Aturan
perhatiannya adalah bahwa analit melewati lapisan tahap tetap yang dipengaruhi
oleh tahap serbaguna, yang bergerak melalui tahap tetap. Semakin polar suatu
senyawa tahap serbaguna, semakin diperhatikan paket ke dalam tahap tetap silika
gel, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk tahap portabel untuk bergerak
di sepanjang pelat sehingga semakin terbatas jarak senyawa naik pelat dalam
waktu tertentu (Syahmani, dkk., 2017: 2).
Kromatografi lapis tipis adalah suatu strategi untuk mengisolasi
kombinasi analit dengan mengelusi analit melalui pelat kromatografi dan
kemudian melihat segmen/analit yang diisolasi dengan cara memercikkan atau
mengecat. Dalam struktur yang paling tidak sulit, pelat perhatian bisa siap di
fasilitas penelitian, kemudian pelat ditempatkan dalam kompartemen dengan
ukuran yang sesuai, kemudian pada saat itu kromatogram hasil dapat diperiksa
secara eksternal. Strategi itu mudah, cepat dalam partisi dan halus. Kecepatan
perpisahan tinggi dan sederhana untuk memulihkan mengintensifkan itu tak
terpisahkan (Arfina, 2013: 20).
Kromatografi Lapis Kecil adalah kromatografi adsorpsi dan adsorben
berlangsung sebagai tahap tetap. Empat macam adsorben yang sering digunakan
atau biasa digunakan adalah silika gel (silisic korosif), alumina (aluminium
oksida), kiesehlghur (diatomeous earth), dan selulosa. Dari keempat adsorben
tersebut, yang paling sering digunakan adalah silika gel, yang masing-masing
terdiri dari beberapa jenis dengan merek dagang yang berbeda. Ada beberapa jenis
silika gel, yaitu silika gel spesifik G, silika gel H, silika gel PF. Kromatografi lapis
tipis lebih sederhana dan lebih murah untuk dieksekusi, sama seperti perangkat
keras yang digunakan. Pada kromatografi lapis tipis, perangkat keras yang
digunakan tidak terlalu kompleks dan dapat dikatakan bahwa hampir semua
fasilitas penelitian dapat melakukannya dengan cepat (Arfina, 2013: 21).

E. Spektrofotometri UV-Vis
E.1. Pengertian Spektrofotometri UV-Vis.
Spektrofotometri seperti namanya adalah instrumen yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer, spektrofotometer memberikan cahaya dari rentang
dengan frekuensi tertentu dan fotometer adalah instrumen untuk memperkirakan
kekuatan cahaya yang dikirim atau dicerna. Jadi spektrofotometer digunakan
untuk mengukur energi keseluruhan jika energi dikirim, dipantulkan atau
ditransmisikan sebagai elemen frekuensi. Spektrofotometri adalah strategi ilmiah
yang bergantung pada retensi radiasi elektromagnetik. Cahaya terdiri dari radiasi
yang mata alaminya sensitif, masuknya berbagai panjang akan memberikan
cahaya yang beragam sementara kombinasi cahaya dengan panjang ini akan
membentuk cahaya putih. Cahaya putih mencakup seluruh rentang yang terlihat
dari 400 hingga 760 nm. Manfaat mendasar dari keputusan strategi
spektrofotometri adalah bahwa teknik ini memberikan teknik yang sangat
mendasar untuk memutuskan jumlah zat yang sangat sedikit (Arfina, 2013: 26).
Kontemplasi spektrofotometri yang bekerja dalam kisaran UV-VIS
menarik karena seseorang dapat memperoleh data tentang deformitas primer (pada
pita gelombang yang lebih rendah) atau penurunan serta penyerahan titik (pada
kelompok energi rendah) (Koziol, dkk., 2016: 1). Ada beberapa hukum yang
terkait dengan metode spektofotometri uv vis ini, di antaranya adalah hukum
Brew: Ini menyatakan bahwa kekuatan pancaran cahaya radiasi monokromatik
berkurang secara dramatis dengan jumlah atom mengasyikkan. Secara
keseluruhan, absorbansi relatif terhadap fokus. Hukum Lambert: Ini menyatakan
bahwa kekuatan radiasi monokromatik emisi cahaya berkurang secara dramatis
karena itu bukan mode ketebalan homogen. Perpaduan kedua hukum ini
menghasilkan hukum Brew Lambert. Hukum Brew Lambert: Ketika pancaran
cahaya melewati sel lurus yang berisi jawaban dari suatu zat yang mengasyikkan,
penurunan daya cahaya dapat terjadi (Behera, dkk., 2012: 4946).
E.2. prinsip kerja Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV/Vis merupakan metode yang paling seringdigunakan
dalam penelitian, karena sederhana, cepat, jelas, tepat,dan untuk jumlah campuran
yang sedikit. Aturan utama spektrofotometri UV/Vis adalah estimasi ukuran UV
atau radiasi semu yang dikonsumsi oleh suatu zat dalam susunannya. Hukum
Brew Lambert adalah hukum pusat yang mengatur pemeriksaan spektrofotometri
kuantitatif, yang menyatakan bahwa gaya pancaran cahaya radiasi monokromatik
berkurang secara dramatis dengan jumlah atom penahan karena itu bukan mode
ketebalan yang homogen (Chakraborty, dkk., 2018: 367).
Cahaya terang dan semu memberikan energi yang cukup untuk kemajuan
elektronik terjadi. Sepanjang garis ini, spektrum terang dan terlihat seharusnya
spektrum elektronik. Jika atom dasar terkena radiasi elektromagnetik, partikel
tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik dari energi yang sesuai.
Kolaborasi antara atom dan radiasi elektromagnetik akan memperluas
kemungkinan energi elektron pada tingkat keadaan energi, jika dalam partikel
dasar hanya ada kemajuan elektronik dalam satu jenis pertemuan yang terkandung
dalam partikel, maka, pada saat itu hanya satu retensi. Memang, Spektro UV-Vis
yang merupakan hubungan antara konsumsi (sebagai ordinat) dan frekuensi
(sebagai absis) jelas bukan garis yang mengerikan tetapi merupakan pita
bayangan. Perkembangan Spektrofotometri UV-Vis disebabkan oleh peristiwa
lebih dari satu jenis eksitasi elektronik dalam kumpulan sub-atom yang sangat
membingungkan dengan alasan bahwa ada beberapa perubahan sehingga tidak
lain adalah frekuensi terbesar satu ( Arfina, 2013: 27).

Anda mungkin juga menyukai