Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI KUANTITATIF

PERCOBAAN II

IDENTIFIKASI ZAT ADIKTIF (MERKURI PADA SEDIAAN KOSMETIKA DAN


BORAX PADA MAKANAN)

Disusun oleh:

Kelompok 3

Anggun Dwi Nopita 2022042009


Eka Fajar Wati 2022042031
Desti yani 2022042020
Dewita Santi 2022042022
Faulin Ulandari 2022042037
Zahra Elvina 20220420102
Ari Yansyah 202103210

LABORATORIUM KIMIA

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ADILA

BANDAR LAMPUNG

2023/2024
IDENTIFIKASI ZAT ADIKTIF (MERKURI PADA KOSMETIKA DAN BORAX
PADA MAKANAN)

I. TUJUAN
Mahasiswa harus dapat:
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara identifikasi merkuri.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara identifikasi borax dengan metode
sederhana.

II. DASAR TEORI


Produk kosmetik saat ini telah menjadi bagian kebutuhan sehari-hari
masyarakat, baik bagi pria maupun wanita. Kosmetik merupakan produk yang
digunakan pada bagian luar tubuh dengan tujuan untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan, serta memperbaiki atau memelihara tubuh
pada kondisi baik. Dari segi perundang-undangan, kosmetik berbeda dari obat.
Pada prinsipnya kosmetik tidak mengandung komponen (ingredient) yang
mengobati atau mencegah penyakit atau mengganggu struktur dan fungsi tubuh
manusia. Sasaran kosmetik dibatasi pada peningkatan penampilan. Komponen
yang digunakan dalam sediaan kosmetik sebagian besar sama dengan
komponen/bahan yang digunakan dalam sediaan obat, dengan pengecualian pada
komponen yang ditujukan untuk mengobati (cure), mengurangi/meredakan
(alleviate), atau mencegah (prevent) penyakit, tidak terdapat dalam sediaan
kosmetik.(Beredar et al., n.d.)
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Kosmetika dibagi menjadi 3
golongan, yaitu kosmetika pemeliharaan dan perawatan (skincare), kosmetika
rias/dekoratif, dan kosmetika pewangi atau parfum ( ).
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 Tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika,
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Salah satu sediaan
kosmetika yang banyak digunakan oleh masyarakat terutama oleh kaum wanita
adalah produk pemutih wajah. Terkadang produsen yang tidak bertanggung jawab
memasukkan bahan yang berbahaya yang digunakan sebagai pemutih kulit yaitu
logam merkuri (Hg), yang dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan
pada organ tubuh dan juga bersifat toksik. Krim pemutih adalah salah satu jenis
kosmetik yang merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan
khasiat bisa memucatkan noda hitam (coklat) pada kulit. Tujuan penggunaannya
dalam jangka waktu lama agar dapat menghilangkan atau mengurangi
hiperpigmentasi pada kulit. Tetapi penggunaan yang terus-menerus justru akan
menimbulkan pigmentasi dengan efek permanen. Merkuri anorganik berkisar 1-
10% digunakan sebagai bahan pemutih kulit dalam sediaan krim karena
berpotensi sebagai bahan pemucat warna kulit. Daya pemutih pada kulit sangat
kuat, karena toksisitasnya terhadap organ-organ ginjal, saraf dan otak sangat kuat
maka pemakaiannya dilarang dalam sediaan kosmetik.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MENKES/PER/V/1998
tentang bahan, zat warna, substrat, zat pengawet dan tabir surya pada kosmetik.
Dalam kadar yang sedikitpun merkuri dapat bersifat racun. Mulai dari perubahan
warna kulit, bintik-bintik hitam, alergi, iritasi, serta pada pemakaian dosis tinggi
dapat menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal dan gangguan
perkembangan janin. Bahkan paparan jangka pendek dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan paru-paru serta merupakan zat
karsinogenik. Hidrokinon mampu mengelupas kulit bagian luar dan menghambat
pembentukan melanin yang membuat kulit tampak hitam, penggunaan
hidroquinon dalam kosmetik tidak boleh lebih dari 2%, hidroquinon tidak boleh
digunakan dalam jangka waktu yang lama,dan jika pemakaian lebih dari 2% harus
dibawah kontrol dokter. Penggunaan hidroquinon yang berlebihan dapat
menyebabkan ookronosis, yaitu kulit berbintil seperti pasir dan berwarna coklat
kebiruan, penderita ookronosis akan merasa kulit seperti terbakar dan gatal ( ).
pengawetan dengan zat kimia merupakan teknik yang relatif sederhana dan
murah. Cara ini terutama bermanfaat bagi wilayah yang tidak mudah
menyediakan sarana penyimpanan pada suhu rendah. Konsentrasi bahan pengawet
yang diizinkan oleh peraturan sifatnya adalah penghambatan dan bukannya
mematikan organisme-organisme pencemar. Oleh karena itu populasi mikroba
dari bahan pangan yang akan diawetkan harus dipertahankan seminimum
mungkin dengan cara penanganan dan pengolahan secara higienis. Sejak lama
boraks telah disalahgunakan oleh produsen nakal untuk pembuatan makanan
seperti kerupuk beras , mie, bakso (sebagai pengenyal dan pengawet), lontong
(sebagai pengeras) bahkan pada pembuatan bubur ayam (sebagai pengental dan
pengawet). Padahal fungsi boraks sebenarnya digunakan dalam dunia industri non
pangan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik dan
pengontrol kecoa. Boraks adalah zat pengawet yang banyak digunakan dalam
industri pembuatan taksidermi, insektarium dan herbarium, tetapi dewasa ini
masyarakat cenderung menggunakannya dalam industri rumah tangga sebagai
bahan pengawet makanan seperti pembuatan mie dan bakso. Boraks adalah
senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil pada suhu ruangan.
Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama Natrium tetraborat
(NaBO710H2O). Jika larut dalam air akan menjadi hidroksida dan asam borat
(H3BO3).
Boraks atau asam boraks biasanya digunakan untuk bahan pembuat detergen
dan atiseptic. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks tidak berakibat
buruk secara langsung tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena
diserap dalam tubuh konsumen secara komulatif. Boraks dinyatakan dapat
mengganggu kesehatan apabila digunakan dalam makanan misalnya mie, bakso
dan krupuk. Efek negatif yang ditimbulkan dapat berjalan lama meskipun yang
digunakan dalam jumlah sedikit. Jika tertelan boraks dapat mengakibatkan efek
pada susunan syaraf pusat, ginjal dan hati. Konsentrasi tertinggi dicapai selama
eksresi. (Nurkhamidah, n.d.)
Bahan aktif yang biasanya digunakan dalam krim pemutih salah satunya
adalah merkuri. Merkuri disebut juga air raksa atau hydrargyrum yang merupakan
elemen kimia dengan simbol Hg dan termasuk dalam golongan logam berat
dengan bentuk cair dan berwarna keperakan. Merkuri merupakan salah satu bahan
aktif yang sering ditambahkan dalam krim pemutih. Menurut Dr. Retno I.S
Tranggono, Sp.KK merkuri direkomendasikan sebagai bahan pemutih kulit karena
berpotensi sebagai bahan pereduksi (pemucat) warna kulit dengan daya pemutih
terhadap kulit yang sangat kuat. Ion merkuri dianggap dapat menghambat sintesis
melamin pigmen kulit di sel melanosit.(Ilmiah, 2021)
Boraks adalah zat pengawet yang banyak digunakan dalam industri pembuatan
taksidermi, insektarium dan herbarium, tetapi dewasa ini masyarakat cenderung
menggunakannya dalam industri rumah tangga sebagai bahan pengawet makanan
seperti pembuatan mie dan bakso (Tumbel, 2010). Menurut Subiyakto (1991),
boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil pada suhu
ruangan. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama Natrium tetraborat
(NaB4O710H2O). Jika larut dalam air akan menjadi hidroksida dan asam borat
(H3BO3).(Mona et al., 2018)
Boraks atau asam boraks biasanya digunakan untuk bahan pembuat detergen
dan atiseptic (Tubagus, 2013). Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks
tidak berakibat buruk secara langsung tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi
sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara komulatif.(Nurkhamidah,
n.d.)

III. ALAT DAN BAHAN


 ALAT
- Gelas kimia
- Tabung reaksi
- Erlenmeyer
- Corong
- Labu ukur
- Api bunsen
- Kertas whatman
- Penyangga kaki 3
- Alas kaki 3
- Penjepit kayu
- Mortir dan stamper
- Timbangan analitik

 BAHAN
- Aquadest
- Sampel krim kosmetika
- Standar merkuri
- Asam klorida
- Asam nitrat
- Larutan KI 0,5 N

IV. CARA KERJA


a. Pembuatan Larutan Uji Merkuri

Menimbang sampel kosmetik sebanyak 2,0 gram

Memasukkan ke beaker glass, lalu tambahkan aquadaest 25 ml

Menambahkan campuran 10ml Larutan asam klorida dan asam nitrat,


uapkan sampai hampir kering

Menambahkan aquadest sebanyak 10ml pada sisa penguapan

Panaskan selama 5 menit, setelah panas lalu dinginkan dan saring


menggunakan kertas saring whatman
b. Analisis Kualitatif Merkuri

Memasukkan 1ml larutan uji kedalam tabung reaksi

Menambahkan 1-2 tetes KI 0,5N kedalam tabung reaksi

Amati perubahan warna yang terjadi

Bandingkan warna dengan standar

c. Pembuatan Larutan Uji Borax

Menimbang 1gram serbuk Kurkumin

Memasukkan serbuk kurkumin kedalam beaker glass, lalu


menambahkan aquadest secukupnya

d. Pembuatan Larutan Sampel

Menimbang sampel masing-masing 1 gram

Menghaluskan sampel dengan mortir dan melarutkan dengan aquadest


secukupnya

Mendidihkan larutan sampel di atas api bunsen

Saring dan masukkan sampel kedalam tabung reaksi


e. Identifikasi Borax

Meneteskan setiap tabung reaksi yang berisi sampel dengan ekstrak


kurkumin

Jika warna berubah menjadi merah kecoklatan, maka sampel


mengandung borax
V. DATA PENGAMATAN
a. Identifikasi Merkuri pada Kosmetik

Sampel Pereaks Hasil Keterangan


i
Krim natural 99 + KI 0,5 N Menghasilkan warna Kosmetik tersebut
Asam Klorida + kuning kecoklatan tidak mengandung
Asam Nitrat Merkuri

b. Identifikasi Borax pada Makanan

Sampe Pereaksi Hasil Keterangan


l
Mie Kurkumin Berwarna kuning Sampel tidak mengandung
borax
Bakso Kurkumin Berwarna kuning Sampel tidak mengandung
borax
Tahu Kurkumin Berwarna kuning Sampel tidak mengandung
borax
Sosis Kurkumin Berwarna kuning Sampel mengandung borax
kecoklatan
VI. PENGOLAHAN DATA
 Pembuatan larutan KI 0,5N
g 1000 ml
N= ×
mr ml
gr 1000 ml
0,5N = ×
72 10 ml
100
gr =
0 ,5 . 72
gr = 2,7 gram
VII. PEMBAHASAN
VIII. KESIMPULAN

IX. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Beredar, Y., Kota, D. I., & Panaungi, A. N. (n.d.). IDENTIFIKASI KANDUNGAN MERKURI
( Hg ) PADA KRIM PEMUTIH WAJAH TANPA IJIN BPOM. 1(1), 16–21.

Ilmiah, K. T. (2021). Studi literatur identifikasi kandungan merkuri pada krim pemutih karya
tulis ilmiah.

Mona, R. K., Pontoh, J., & Yamlean, P. V. Y. (2018). ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (
Hg ) PADA BEBERAPA KRIM PEMUTIH WAJAH TANPA IJIN BPOM YANG
BEREDAR DI PASAR. 7(3).

Nurkhamidah, S. (n.d.). IDENTIFIKASI KANDUNGAN BORAKS DAN FORMALIN PADA


MAKANAN DENGAN MENGGUNAKAN SCIENTIFIC VS SIMPLE.
LAMPIRAN

Hasil Pembuatan Larutan Uji Merkuri

Hasil larutan uji merkuri yang telah di


saring

Hasil Pembuatan Larutan Uji Borax


Hasil Pembuatan Larutan Sampel
(mie,tahu,sosis dan bakso)

Hasil identifikasi borax


(mie,tahu,sosis dan bakso)

Anda mungkin juga menyukai