Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ANALISIS FARMASI

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI PADA KRIM PEMUTIH ILEGAL DI


KECAMATAN PASAR KOTA JAMBI MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI
SERAPAN ATOM (SSA)

Dosen Pengampu : Sari Defi Okzelia,M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Aisyah Rosmaulaya 0432950719009
Amelia Sefianawati 0432950719015
Boki Septiyani Mony 0432950719037
Fathial Hasni 0432950719010
Riska Febriani 0432950719017
Vania Febri Anggita 0432950719002

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
BEKASI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1. Latar Belakang....................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................2

1.2. Tujuan..................................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3

2.1. Krim Pemutih......................................................................................................................3

2.2. Merkuri................................................................................................................................4

BAB III METODOLOGI .............................................................................................................9

3.1. Alat Dan Bahan...................................................................................................................9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................11

4.1 Hasil....................................................................................................................................11

4.2 Pembahasan.......................................................................................................................12

BAB V PENUTUP.......................................................................................................................18

5.1 Kesimpulan........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kosmetik sudah dikenal oleh manusia sejak berabad-abad yang lalu, sekitar pada
abad ke-19 pemakaian kosmetika menarik perhatian yang dimana untuk kecantikan dan
untuk kesehatan juga. Produk-produk kosmetika dipakai secara berulang setiap hari dan
diseluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki, sehingga diperlukan persyaratan
aman untuk dipakai. Saat ini jenis kosmetika yang banyak digunakan masyarakat
khususnya para wanita adalah produk handbody lotion whitening dan bleaching cream
yang lebih dikenal sebagai lotion pelembut kulit krim pemutih yang membuat kulit
menjadi lebih cerah dan terlihat lebih putih (Djajadisastra, 2013).

Kata kosmetik berasal dari bahasa Yunani, yaitu “kosmesis” yang mengartikan
bahwa memperindah atau “kosmeo” untuk mengatur (Tranggono dan Fatma, 2007).
Kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1175/MENKES/PER/VII/2010,
tentang izin Produksi Kosmetika, kosmetika adalah bahan atau sediaan yang
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku,
bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan
atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

Produk pemutih kulit adalah salah satu jenis produk kosmetika yang mengandung
bahan aktif yang dapat menekan atau menghambat pembentukan melanin yang sudah
terbentuk sehingga akan memberikan warna kulit yang lebih putih. Kosmetika pemutih
biasanya mengandung bahan zat aktif pemutih seperti hidroquinon dan merkuri.

Hidroquinon yang banyak dipakai sebagai penghambat pembentukan melanin


yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi, padahal melanin berfungsi sebagai pelindung
kulit dari sinar ultraviolet. Jika terlalu memakainya dalam jangka yang panjang, maka
akan mengakibatkan benjolan kekuningan pada kulit yang disebut sebagai okrosinosis
yang bersifat permanen. Pemakaian merkuti dalam krim pemutih meskipun dapat

1
menjadikan kulit tampak putih mulus, tetapi jika dipakai dalam jangka panjang maka
akan mengendap di dalam kulit. Sehingga menyebabkan kulit menjadi briu kehitaman
dan meminculnya penyakit kanker.

1.2. Rumusan Masalah

2. Apa yang dimaksud dengan krim pemutih?


3. Apa yang dimaksud dengan Merkuri pada bahan krim pemutih?
4. Apa yang dimaksud dengan Spektrofotometri Serapan Atom/SSA (Atomic
Absorption Spectrophotometer/AAS)?

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui kadar logam merkuri (Hg) pada krim pemutih yang tidak
teregistrasi oleh BPOM yang beredar di Kecamatan Pasar Kota Jambi menggunakan
SSA.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Krim Pemutih


Menurut Farmakope Indonesia krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau
minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang
terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam–asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan
untuk penggunaan kosmetik dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar yang terdiri dari dua tipe krim,
yaitu: krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A), yang dimana untuk
membuatnya digunakan zat pengemulsi yang umumnya berupa surfaktan–surfaktan
anionik, kationik dan nonionik (Anief, 2010).

Definisi krim pemutih kulit adalah sediaan kosmetik yang berbentuk krim
merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya yang digunakan untuk
memucatkan noda hitam/coklat pada kulit (SNI, 1998). Pemutih digunakan untuk kulit
hitam yang tidak merata seperti bitnik-bintik hitam, bitnik-bintik akibat matahari (sun
spot), luka parut yang terjadi akibat kondisi hormonal dan lain–lain (Shai, dkk, 2009).

2.1.1 Standar Krim Pemutih Kulit

Standar krim pemutih kulit berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia)


Nomor 16-4954-1998 tentang krim pemutih kulit. Dimana pembuatan standar ini
berdasarkan PerMenKes No.96/MenKes/Per/V/1997 tentang wadah pembungkus,
penandaan dan periklanan, SNI 19-0429-1989 petunjuk pengambilan contoh cairan
dan semi padat, PerMenKes No.376/MenKes/Per/VIII/1990 tentang bahan, zat
warna, zat pengawet dan sediaan tabir surya pada kosmetik, Ditjen POM No:

3
HK.00.06.4.02894 tentang persyaratan cemaran mikroba pada kosmetik, SNI 16-
0212-1995/Revisi 1987 Farmakope Indonesia Edisi IV, dan SNI 16-0218-1997
Kodeks Kosmetik Indonesia, Edisi II Volume I dan II (SNI, 1998).

2.2. Merkuri
Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta
mudah menguappada suhu ruanga. Hg akan memadat pada tekanan 7.640 Atm.Merkuri (Hg)
dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitrit, akan tetapi tahan terhadap basa.Pada tabel
periodika unsur-unsur kimia atom 80 dan mempunyai berat atom BA200,59 g/mol,titik
didih 356,60C dan titik beku -390C. (Widowati, 2008). Merkuri digunakan dalam
bermacam-macam perindustrian, untuk peralatan-peralatan elektris, digunakan untuk alat-
alat ukur, dalam dunia pertanian dan keperluan-keperluan lainnya. Demikian luasnya
pemakaian merkuri, mengakibatkan semakin mudah pula organisme melakukan keracunan
merkuri (Heryando, 2008).

Keracunan akut yang timbul oleh logam merkuri dapat diketahui dengan
mengamati gejala-gejala berupa: peradangan pada tekak (pharyngitis), dyspaghia, rasa sakit
pada bagian perut, mual-mual dan muntah, murus disertai dengan darah dan shok. Bila
gejala-gejala awal ini tidak segera diatasi, penderita selanjutnya akan mengalami
pembengkakan pada kelenjar ludah, radang pada ginjal (nephritis) dan radang pada hati
(hepatitis) (Heryando, 2008). Paparan merkuri jangka pendek, dalam dosis tinggi bisa
menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan paru-paru, serta merupakan zat
karsinogenik (BPOM, 2007). Pemakaian merkuri dalam jangka waktu yang lama dapat
mengakibatkan kanker kulit, kanker payudara, kanker leher rahim, kanker paru-paru, dan
jenis kanker lainnya (Christiani, 2009). Karena toksisitasnya terhadap organ-organ ginjal,
saraf, dan otak sangat kuat maka pemakaiannya dilarang dalam sediaan kosmetik (BPOM,
2014).

Keracunan kronis yang disebabkan oleh merkuri, peristiwa masuknya sama


dengan keracunan akut, yaitu melalu jalur pernafasan dan makanan. Pada perristiwa
keracunan kronis jumlah merkuri yang masuk sangant sedikit sekali sehingga tidak
memperlihatkan pengaruh pada tubuh. Namun demikian masuknya merkuri ini berlangsung

4
secara terus-menerus sehingga lama-kelamaan jumlah merkuri yang masuk mengendap
dalam tubuh menjadi sangat besar dan melebihi batas toleransi yang memiliki tubuh
sehingga gejala keracunan mulai terlihat (Heryando, 2008).

2.2.1 Senyawa Merkuri Organik

Merkuri yang biasa digunakan adalah merkuri anorganik, yaitu ammoniated


mercury. Ammoniated mercury 1-10% digunakan sebagai bahan pemutih kulit dalam
sediaan krim karena berpotensi sebagai bahan pemucat warna kulit. Krim yang
mengandung merkuri, awalnya terasa manjur dan membuat kulit tampak putih dan
sehat, tetapi lama-kelamaan, kulit dapat menghitam dan bisa menyebabkan jerawat
parah (Rohaya et al., 2017).

Sekitar 80% dari peristiwa keracunan merkuri bersumber dari


senyawasenyawa alkil-merkuri. Keracunan yang bersumber dari senyawa ini adalah
melalui pernafasan. Peristiwa peracunan melalui jalur pernafasan tersebut lebih
disebabkan karena senyawa-snyawa alkil-merkuri terutama sekali yang mempunyai
rantai pendek sangat mudah menguap. Uap merkuri yang masuk bersama jalur
pernafasan akan mengisi ruang-ruang dari paru-paru dan berikatan dengan darah.
Disamping itu, senyawa organic merkuri lainnya seperti metal merkuri, juga
merupakan penyebab keracunan merkuri yang besar. Lebih dari 95% metil merkuri
yang masuk ke dalam tubuh akan ditransportasi dalam sel darah merah untuk
diedarkan ke selruh jaringan tubuh. Sejumlah kecil lainnya terakumulasi dalam
plasma protein (Heryando, 2008).

2.2.2 Senyawa Merkuri Non-Organik

Logam merkuri termasuk ke dalam kelompok merkuri an-organik. Dalam


bentuk logamnya, merkuri berbentuk cair, dengan titik didih yang tidak begitu tinggi,

5
sehingga sangat mudah untuk menguap. Uap merkuri dapat menimbulkan efek
samping yang sangat merugikan bagi kesehatan.

Diantara sesama senyawa merkuri an-organik, uap logam merkuri (Hg 0),
merupakan yang paling berbahaya. Ini disebabkan karena sebagai uap, merkuri tidak
terlihat dan dngan sangat mudah akan terhisap seiring kegiatan pernapasan yang
dilakukan. Pada saat terpapar oleh logam merkuri, sekirar 80% dari logam merkuri
akan terserap oleh alveoli paru-paru dan jalur-jalur penapasan untuk kemudian
ditransper kedalam darah. Dalam darah akan mengalami proses oksidase yang
dilakukan oleh enzim hydrogen peroksida katalase sehingga menjadi ion Hg 2+. Ion
merkuri ini selanjutnya dibawa keseluruh tubuh bersama dengan peradapan darah
(Heryando, 2008)

Hg0+E. Hidrogenperoksida katalase → Hg2+.

2.1 Spektrofotometri Serapan Atom/SSA

Spektrofotometri Serapan Atom/SSA adalah metoda analisis yang berdasarkan


pada pengukuran radiasi cahaya yang diserap atom bebas. Analisis menggunakan alat
SSA ini memiliki keuntungan dari hasil analisisnya yang sangat peka, teliti dan cepat,
pengerjaannya relatip sederhana serta tidak perlu dilakukan pemisahan unsur logam
dalam pelaksanaannya.

Metode SSA telah diperkenalkan oleh A.Walshtahun 1955 danmengalami


perkembanganyangsangat pesat. Sampai saat ini telah digunakan untuk mendeteksi
(menganalisa) hampir keseluruh unsur-unsur logam yang terdapat di table priodik unsur.
Metode Atomic Absorbtion Spectrofotometric banyak digunakan untuk menganalisis
sampel yang terdapat didalam bentuk bahan- bahan pencemar lingkungan (Zul Alfian
2009).

Analisis SSA yang didasarkan pada penyerapan energi radiasi dari sumber nyala
atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar. Komponen-komponen utama yang
menyusun SSA adalah sumber cahaya, atomizer, monokromator, detector, dan

6
penampilan data (Anderson,1987). Penggunaan SSA dalam menganalisa kandungan
logam-logam, dikarenakan dengan metode SSA unsur-unsur dengan energi eksitasi
rendah.

2.3.1 Peralatan Spektrofotometri Serapan Atom/SSA

a. Sumber Radiasi
Sumber radiasi yang digunakan harus memancarkan spektrum atom dari
unsur yang ditentukan. Spektrum atom yang dipancarkanharus terdiri darigaristajam
yang mempunyai setengah lebar yang sama dengan garis serapan yang dibutuhkan
oleh atom-atom dalam contoh. Sumber sinar lazim dipakai adalah lampu katoda
berongga (hallow chatoda lamp). Untuk penetapan apa saja yang diminta, lampu
katoda berongga yang digunakan mempunyai sebuah katoda pemancar yang terbuat
dari unsuryang sama (Basset dkk 1994).

b. Nyala

Nyala digunakan untuk mengubah sampel berupa padatan atau cairan menjadi
bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Untuk spektroskopi nyala
suatu persyaratan yang penting adalah bahwa nyala dipakai hendaknya menghasilkan
temperatur lebih 2000oK. Konsentrasi atom-atom dalam bentuk gasdalam nyala, baik
dalam keadaan dasar maupun dalam keadaan tereksitasi, dipengaruhi oleh komposisi
nyala.

c. Systim Pembakar-Pengabut (Nebulizer)

7
Tujuan sistim pembakar- pengabut adalah untuk mengubah larutan uji
menjadi atom-atom dalam bentuk gas.Fungsi pengabut adalah menghasilkan kabut
atau aerosol larutan uji. Larutan yang akan dikabutkan ditarik ke dalam pipa kapiler
oleh aksi semprotan udara yang ditiupkan melalui ujung kapiler, diperlakukan aliran
gas bertekanan tinggi untuk menghasilkan aerosol yang halus.(Basset dkk,1994).

d. Monokromator

Dalam spektroskopi serapan atom fungsi monokromator adalah untuk


memisahkan garis resonansi dari semua garis yang tak diserap yang dipancarkan oleh
sumber radiasi. Dalam kebanyakan instrumen komersial digunakan kisi difraksi
karena sebaran yang dilakukan oleh kisi seragam dari pada yang dilakukan oleh
prisma dan akibatnya instrumen kisi dapat memelihara daya pisah yang lebih tinggi
sepanjang jangka panjang gelombang yang lebih besar (Braun, RD, 1982).

e. Detektor

Detektor pada spektrofotometer absorbsi serapan atom berfungsi mengubah


intensitas radiasi yang datang menjadi arus listrik. Pada SSA yang umum dipakai
sebagai detektor adalah tabung penggandaan foton (PMT = PhotoMultiplier Tube
Detector) (Mulja, 1977).

f. Read out

Read outmerupakan system pencatatan hasil. Hasil pembacaan dapat berupa


angka atau kurvadari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas
emisi (Braun, R.D, 1982).

8
BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat Dan Bahan


3.1.1 Alat
a. Spektrofotometri Serapan Atom/SSA (ASC 7000)
b. Timbangan digital (AE Adam PW 254)
c. Hot plate (Bibby)
d. Lemari asam
e. Labu ukur (Pyrex)
f. Pipet mikro
g. Rak tabung reaksi
h. Tabung reaksi
i. Batang pengaduk
j. Gelas beker (Iwaki)
k. Corong
l. Gelas ukur
m. Erlenmeyer (Pyrex)
n. Pipet tetes
o. Kertas saring Whatman No. 42.
3.1.2 Bahan
a. asam nitrat (HNO3) 65% (Merck)
b. Akuades (H2O) (Brataco)
c. Akuabides (Brataco)
d. Kalium iodida (KI) 0,5 N (Merck)
e. Merkuri II klorida (Merck)
f. Asam peroksida 30% (H2O2) (Merck)
g. NaOH (Merck)
h. HCl 37% (Merck)
i. 10 sampel krim pemutih wajah merek X.

9
3.1 Cara Kerja
A. Perolehan Bahan

Sampel yang digunakan pada penilitian ini adalah krim pemutih X yang tidak
teregistrasi oleh BPOM, yang beredar di daerah Kecamatan Pasar Jambi. Sampel
diambil dari 5 toko yang berbeda, setiap toko diambil 2 sampel, jadi total sampel
yang dianalisis adalah 10 sampel. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
nonrandom (purposive sampling) dengan kriteria krim pemutih wajah yang paling
banyak diminati, murah dengan kisaran harga (Rp 10.000,00-20.000,00), dan tidak
teregistrasi.

B. Preparasi Larutan Uji Secara Digesti Basah

Sampel masing-masing sebanyak 2 g ditimbang, dimasukkan ke dalam gelas


beaker 100 mL, dan dicampur dengan 10 mL asam nitrat pekat. Sampel dipanaskan
di atas hot plate pada suhu 80°C sampai kering, kemudian ditambahkan 2 mL H2O2
pekat untuk mengoksidasi sepenuhnya bahan organik residu. Bahan sisa diencerkan
dengan air deionisasi sampai volume akhir 100 mL. Larutan kemudian disaring
menggunakan kertas saring Whatman (The Perkin-Elmer Corporation, 1996).

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. Hasil Uji Kualitatif Logam Merkuri

2. Hasil Uji Kuantitatif Logam Merkuri

3. Penentuan Kadar Logam Merkuri (Hg)

11
4.2 Pembahasan

Merkuri merupakan logam beracun yang dapat menimbulkan efek serius pada
kesehatan meskipun pada konsentrasi yang sangat kecil. Dicurigai ada kandungan
merkuri pada kosmetik krim pemutih illegal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis kandungan dan mengetahui kadar merkuri pada krim pemutih merek X.
Sampel krim pemutih X dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling.
Sebanyak 2 g sampel dilarutkan dengan cara dekstruksi basah untuk menghilangkan
zatzat organik. Identifikasi merkuri menggunakan uji warna dengan reagen KI, HCl, dan
NaOH, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan metode Atomic Absorption
Spectroscopy (AAS) pada panjang gelombang 253,7 nm. Hasil uji kualitatif
menunjukkan bahwa sampel yang direaksikan dengan pereaksi KI menghasilkan endapan
merah orange, yang menunjukkan hasil positif adanya merkuri.

 Uji Kualitatif Logam Merkuri


Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur
atau senyawa kimia, baik organik maupun anorganik, dalam hal ini analisis
kualitatif yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui keberadaan senyawa
merkuri pada krim pemutih merek X. Dalam melakukan uji kualitatif, digunakan
pereaksi KI, NaOH, dan HCl yang akan memberikan endapan merah (HgI2)
setelah direaksikan dengan KI jika sampel mengandung merkuri, endapan kuning
setelah direaksikan dengan NaOH, dan membentuk endapan putih jika
direaksikan dengan HCl. Dari ketiga pereaksi yang digunakan, sampel hanya
membentuk endapan pada pereaksi KI 0,5 N dan tidak berubah saat direaksikan
dengan NaOH dan HCl. Sampel yang mengandung merkuri jika direaksikan

12
dengan 2 (dua) tetes KI akan membentuk endapan berwarna merah orange. Hasil
tersebut selaras dengan penelitian Parengkuan et al. (2013), yang meneliti sampel
krim pemutih di Kota Manado secara kualitatif menggunakan pereaksi KI 0,5 N.
Logam yang mengandung merkuri akan membentuk endapan merah orange jika
direaksikan dengan 1- 2 tetes pereaksi. Sari et al. (2017), juga melaporkan bahwa
uji kualitatif pada sampel lotion pemutih menggunakan pereaksi KI 1-2 tetes,
endapan merah orange akan terbentuk pada sampel yang mengandung logam
merkuri. Hal ini berbeda dengan penelitian Rohaya et al., (2017), yang
melaporkan endapan merah orange terbentuk setelah sampel yang mengandung
merkuri direaksikan dengan 5 tetes KI.
Pada penelitian tersebut, endapan merah orange menghilang setelah
pemberian KI berlebih, hal tersebut sesuai dengan teori Vogel (1990), yang
menyatakan bahwa endapan merah orange akan terbentuk pada sampel yang
mengandung logam merkuri saat direaksikan dengan KI, dan endapan tersebut
akan menghilang dengan penambahan KI berlebih. Dari kesepuluh sampel yang
diteliti, semua membentuk endapan merah orange yang menandakan bahwa
sampel tersebut positif mengandung merkuri. Reaksi yang terjadi antara merkuri
dan KI dapat dilihat pada Persamaan 6.

Hg2+ + 2I- → HgI2 (6)

Merkuri yang terdapat dalam sampel bereaksi dengan KI membentuk


(HgI2) endapan merah-orange. Jika diberikan KI berlebih maka endapan yang
terbentuk akan menghilang karena larutan KI sangat sensitif terhadap ion
ammonium (Persamaan 7).

HgI2 + 2I- → (7)

Uji kualitatif berikutnya yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan


pereaksi NaOH dan HCl. Pada pengujian tersebut tidak terbentuk endapan kuning
saat direaksikan dengan NaOH dan tidak terbentuk endapan putih saat direaksikan
dengan HCl. Merkuri yang terdapat dalam sampel akan membentuk Hg2O atau
endapan kuning jika direaksikan dengan NaOH dan reaksi yang terjadi antara
merkuri dan NaOH.

13
Hg2+ + 2OH- → Hg2O + H2O (8).

Menurut Vogel (1990), merkuri yang terdapat dalam sampel akan


membentuk Hg2Cl2 atau endapan putih ketika direaksikan dengan HCl. Reaksi
yang terjadi dapat dilihat pada Persamaan 9.

2Hg+ + 2Cl- → Hg2Cl2 (9)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, tidak terbentuknya endapan saat


direaksikan dengan NaOH dan HCl mungkin disebabkankan oleh rendahnya
kandungan merkuri yang terdapat di dalam sampel krim pemutih atau adanya
faktor pengganggu dalam larutan sampel. Faktor pengganggu tersebut berupa
adanya pengotor yang terbentuk saat dilakukan pemisahan ion pada proses
destruksi basah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Sari et al. (2017), uji
kualitatif kandungan merkuri menggunakan tiga pereaksi yang berbeda, yakni KI,
NaOH, dan pembentukan amalgam dari ketiga pereaksi yang digunakan, hanya
pereaksi KI yang bereaksi membentuk endapan merah pada sampel yang positif
mengandung merkuri dan larutan sampel tidak bereaksi pada penggunaan
pereaksi NaOH dan amalgam.

 Uji Kuantitatif Logam Merkuri


Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat
tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut
dinyatakan sebagai analit. Analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan
menggunakan SSA untuk mengetahui konsentrasi merkuri dalam sampel
(Underwood, 2002).
Pembuatan Kurva Kalibrasi Teknik yang digunakan dalam analisis ini
adalah metode kurva kalibrasi yang dilakukan dengan membuat kurva hubungan
antara intensitas dan konsentrasi. Kemudian ditentukan daerah linier untuk
memberikan batas pengukuran (Kriswarini et al., 2013). Sebagai parameter
adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi (r) pada analisis regresi
linier y= a + bx dan nilai koefisien korelasi (r) harus mendekati 1 (Harmita et al.,
14
2014). Kurva kalibrasi merkuri pada penelitian ini menggunakan 6 konsentrasi
yaitu 0, 5, 10, 20, 40, dan 50 ppb. Kurva tersebut menghasilkan persamaan garis
linear yaitu y = 0,02470 x + 0,0458 koefisien korelasi (r) = 0,9981.
Linearitas Uji linearitas termasuk dalam validasi metode yang digunakan
untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk
digunakan dalam penelitian. Berdasarkan Gambar 1, maka dapat dilihat kelinieran
dari kurva standar merkuri dengan melihat nilai koefisien relasi (R2 ) yang
mendekati satu maka slope positif, yang berarti terdapat hubungan linier antara
konsentrasi dengan intensitas. Linearitas dari kurva kalibrasi merkuri adalah
0,998 artinya ± 99% perubahan absorbansi dipengaruhi oleh perubahan kosentrasi
merkuri, sedangkan ± 1% merupakan faktor lain
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui bahwa alat yang digunakan
dalam keadaan baik. Penentuan LOD dan LOQ Selain linearitas, validasi metode
dilakukan dengan menentukan nilai LOD dan LOQ berdasarkan kurva kalibrasi
merkuri yang telah diketahui sebelumnya. Berdasarkan kurva kalibrasi,
didapatkan LOD (Limit of Detection) atau jumlah terkecil analit dalam sampel
(batas deteksi) yang dapat terdeteksi dan masih bisa memberi respon signifikan
dibandingkan dengan blanko adalah 0,004 ppm dan didapatkan nilai LOQ 0,013
ppm. Nilai LOQ adalah batas kuantitasi terkecil analit dalam sampel yang masih
dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Nilai LOQ yang diperoleh
menunjukkan bahwa metode pada penelitian tersebut dapat digunakan untuk
menganalisis merkuri dengan konsentrasi di atas 0,013 ppm. terdeteksi dan masih
bisa memberi respon signifikan dibandingkan dengan blanko adalah 0,004 ppm
dan didapatkan nilai LOQ 0,013 ppm. Nilai LOQ adalah batas kuantitasi terkecil
analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
Nilai LOQ yang diperoleh menunjukkan bahwa metode pada penelitian tersebut
dapat digunakan untuk menganalisis merkuri dengan konsentrasi di atas 0,013
ppm.
Berdasarkan uji linearitas, penentuan LOD dan LOQ kurva kalibrasi
merkuri tersebut dapat digunakan untuk menentukan kadar merkuri dalam sampel
krim pemutih yang dilakukan menggunakan alat SSA dengan panjang gelombang

15
253,7 nm. Panjang gelombang tersebut dipilih karena memiliki sensitifitas yang
paling baik dan tidak berinteraksi dengan logam lainnya yang ada dalam sampel
(Robinson, 1996).

 Penentuan Kadar Logam Merkuri (Hg)


Pengukuran kadar merkuri pada sampel dimulai dengan pengukuran
sampel, larutan baku, dan blanko. Larutan baku yang diuji berfungsi sebagai
larutan pembanding merkuri (Hg) yang telah diketahui konsentrasinya, sedangkan
blanko berfungsi sebagai larutan pembanding untuk meminimalisir gangguan
dalam analisis. Pada penelitian tersebut blanko yang digunakan adalah larutan
HNO3 65% yang disiapkan berdasarkan metode pada Pengujian sampel dilakukan
tiga kali replikasi dengan tujuan untuk menghindari kesalahan preparasi dalam
menentukan kadar saat dilakukan analisis.
Logam merkuri (Hg) terdeteksi pada semua sampel yang diteliti. Kadar
merkuri tertinggi terdapat pada krim pemutih no 9 sampel 5A yaitu 0,328 ppm.
Kadar merkuri terendah terdapat pada krim pemutih No 9 sampel 2B yaitu 0,179
ppm. Dari hasil pengujian didapatkan standar deviasi masingmasing dari 3 kali
replikasi adalah 0,000- 0,004. Nilai standar deviasi menunjukkan sebaran
sejumlah nilai data hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara
berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen.
Semakin rendah nilai standar deviasi, maka semakin mendekati rata-rata
(Harmita, 2004).
Hasil penelitian kadar merkuri yang terdapat pada krim pemutih tersebut
adalah 0,179–0,328 ppm. Meskipun kadar merkuri tersebut tidak terlalu tinggi,
namun penggunaan merkuri dalam kosmetik tetap tidak dibenarkan. Hal tersebut
berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rohaya et al. (2017), yang
meneliti krim pemutih yang tidak teregistrasi yang beredar di Pasar Inpres Kota
Palu dengan kriteria krim yang banyak diminati dan tidak terdaftar. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa kadar merkuri yang terdapat di dalam krim
pemutih adalah 3,52 – 5349,47 ppm. Kadar merkuri yang dilaporkan tersebut
cukup tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian yang lain. Parengkuan et al.

16
(2013), melaporkan bahwa dari kesepuluh sampel yang diuji terdapat 5 sampel
yang tidak teregistrasi dan mengandung kadar merkuri 0,03– 0,06 ppm, kadar
merkuri yang terdeteksi tersebut tidak terlalu besar.
Penelitian lain pada krim pemutih yang teregistrasi menunjukkan adanya
kandungan merkuri seperti pada penelitian yang telah dilakukan oleh Elhag et al.
(2015), kadar merkuri pada delapan sampel yang teregistrasi dari delapan sampel
yang diteliti hanya terdapat 1 sampel yang tidak tedeteksi merkuri dan lima
sampel krim pemutih yang mengandung kadar merkuri cukup tinggi 1,883 -
1,1715 ppm. Penelitian pada sampel krim pemutih yang teregistrasi juga
dilakukan oleh Erasiska et al., (2015), yang meneliti 6 (enam) sampel krim
pemutih wajah, semua sampel terdeteksi merkuri, namun terdapat tiga sampel
yang mengandung merkuri melebihi persyaratan yang ditetapkan dengan kadar
1,81-4,18 ppm. Dari beberapa hasil penelitian terdahulu tersebut menunjukkan
adanya kandungan merkuri pada sampel teregistrasi dan yang tidak teregistrasi
dalam kadar yang rendah sampai kadar yang cukup tinggi. Hasil penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa semua sampel krim pemutih merek X positif
mengandung merkuri dengan kadar ratarata 0,251 ppm. Penggunaan krim
pemutih yang mengandung merkuri harus dihindarkan karena merkuri termasuk
logam berat berbahaya, yang dalam konsentrasi kecilpun dapat bersifat racun.
Pemakaian merkuri dalam krim pemutih dapat menimbulkan berbagai hal, mulai
dari perubahan warna kulit yang pada akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik
hitam pada kulit, alergi, iritasi kulit, serta pemakaian dengan dosis tinggi dapat
menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal, dan gangguan perkembangan
janin, bahkan paparan jangka pendek dalam dosis tinggi juga dapat menyebabkan
muntahmuntah, diare, dan kerusakan paru-paru serta merupakan zat karsinogenik
(dapat menyebabkan kanker) pada manusia (Parengkuan et al., 2013).

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sediaan krim pemutih merek X yang tidak teregistrasi oleh BPOM yang beredar
di Kecamatan Pasar Kota Jambi positif mengandung merkuri dengan kadar logam
merkuri rata-rata 0,251 ppm.

18
DAFTAR PUSTAKA

Unknown. 2019. “PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 1175/MENKES/PER/VIII/2010”. https://bikinpabrik.id/wp-
content/uploads/2019/03/PERMENKES_NO.1175_MENKES_PER_VIII_2010_Tentan
g-IZIN-PRODUKSI_2010.pdf (diakses pada 19 Oktober 2021).

Nisa fahrun. “KRIM PEMUTIH KOSMETOLOGI”.


https://id.scribd.com/document/327864990/Makalah-Krim-Pemutih (diakses pada 19
Oktober 2021).

Daulay, Chintia Mei T. 2019. “ANALISA MERKURI (Hg) PADA KRIM PEMUTIH WAJAH
YANG BEREDAR DI PEKAN SELASALAU DENDANG DELI SERDANG”.
http://repo.poltekkesmedan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1537/1/CHINTIA%20MEI
%20TRIANA%20DAULAY-dikonversi.pdf (diakses pada 20 Oktober 2021).

Hasibuan, Elliwati. 2018. “PEMERIKSAAN ALUMINIUM (Al) DAN CALSIUM (Ca) PADA
PROSES AIR TIRTANADI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN
ATOM”. https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/11634/Fulltext.pdf?
sequence=1&isAllowed=y (diakses pada 20 Oktober 2021).

19

Anda mungkin juga menyukai