Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosmetik
1. Pengertian Kosmetik
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1176/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Notifikasi Kosmetika, kosmetika
adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar
tubuh manusia (epidermis. rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar)
atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik. Dalam Daniaty 2017, Menurut
Wasitaatmadja, S.M., 1997 kosmetika berasal dan kata kosmein (Yunani) yang
berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri,
dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun,
sekarang kosmetik tidak hanya dan bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk
maksud meningkatkan kualitas dan efek kepada pemakai.
Kosmetika mengacu pada bahan atau sediaan dalam bentuk apapun yang
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan
organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, yang bertujuan
untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau
memperbaiki bau badan maupun melindungi dan memelihara tubuh yang baik
dan sehat (BPOM,2011).

2. Kosmetik Pemutih Kulit Mengandung Merkuri


Senyawa merkuri banyak ditambahkan dalam sediaan krim pemutih
karena terbukti ampuh dalam mencerahkan kulit. Ion-ion merkuri dipercaya
dapat menghambat sintesis melanin, yakni pigmen hitam yang menyebabkan
penggelapan kulit (Giunta et al., 1983 dalam Amponsah, 2010).
Pada orang berkulit hitam, pigmentasi adalah perlindungan alami kulit
dari matahari. Setelah kulit menjadi putih karena merkuri, ia akan kehilangan

6
pelindung alaminya, sehingga menjadi rentan terhadap kerusakan oleh sinar
matahari. Inilah alasan mengapa banyak produk pemutih mengandung tabir
surya atau berisi petunjuk yang menyarankan orang untuk menggunakan krim
pelindung sinar matahari (sun protection creams) bersama dengan produk
tersebut. Dengan menghambat produksi melanin, kulit lebih rentan terhadap
kanker kulit (Giunta et al., 1983 dalam Amponsah, 2010).
Orang-orang yang menggunakan produk pemutih dapat berakhir dengan
kulit kasar dan bernoda, dan kemudian terjebak dalam "perangkap pemutih"
dengan menggunakan lebih banyak krim untuk mencoba mengatasi masalah
tersebut, dan dengan demikian, mereka sendiri yang menyebabkan semakin
rusaknya kulit mereka. Atau mereka mungkin menemukan bahwa karena
paparan sinar matahari, kulit mereka yang telah putih menjadi lebih gelap
(Giunta et al., 1983 dalam Amponsah, 2010).
Ammoniated mercury 1-5 % direkomendasikan sebagai bahan pemutih
kulit karena berpotensi sebagai bahan pemucat warna kulit. Daya pemutih pada
kulit sangat kuat karena toksisitasnya terhadap organ-organ ginjal, saraf dan
sebagainya sangat kuat maka dilarang pemakaiannya didalam sediaan kosmetik.
Ada dua jenis reaksi negatif yang terlihat : reaksi iritasi dan reaksi alergi berupa
perubahan warna kulit.

B. Merkuri
1. Pengertian Merkuri
Krim pemutih merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya
dengan khasiat bisa memucatkan noda hitam pada kulit. Tujuan penggunaannya
dalam waktu lama dapat menghilangkan dan mengurangi hiperpigmentasi pada
kulit, tetapi penggunaan yang terus - menerus justru akan menimbulkan
pigmentasi dengan efek permanen (Anonim, 2012)

2. Jenis Merkuri
Merkuri dibagi dalam tiga bentuk, yaitu:
a) Merkuri elemental atau metalik

7
Merkuri elemental (Hg0) merupakan logam perak-putih, berkilau, dan
berbentuk cairan pada suhu kamar. Merkuri elemental biasa digunakan dalam
termometer, lampu neon dan beberapa saklar listrik (EPA, 2013). Merkuri
elemental merupakan bentuk merkuri yang paling mudah menguap (WHO,
2003). Menurut EPA, paparan merkuri elemental dapat menguap pada suhu
kamar dan memiliki sifat tidak terlihat, tidak berbau, serta beracun.
b) Merkuri inorganik
Senyawa merkuri inorganik (dengan simbol kimia Hg (II) atau Hg2+)
berbentuk garam merkuri dan bubuk yang umumnya berwarna putih atau
kristal, kecuali merkuri sulfida yang berwarna merah. Senyawa merkuri
inorganik biasa digunakan pada fungisida, antiseptik atau disinfektan. Selain
itu, biasa digunakan pula pada beberapa krim pencerah kulit serta beberapa
obat-obatan tradisional (EPA, 2013).
c) Merkuri organik
Senyawa merkuri organik yang paling umum ditemukan di
lingkungan adalah metilmerkuri (dengan rumus kimia MeHg) yang terbentuk
pada saat merkuri bergabung dengan karbon. Organisme renik mengkonversi
merkuri inorganic menjadi metilmerkuri. Metilmerkuri dapat terakumulasi
dalam rantai makanan, seperti pada ikan (EPA, 2013)

3. Penggunaan Merkuri Dalam Kosmetik


Dalam bahan-bahan kosmetik terdapat banyak komposisi yang tercantum
didalamnya, namun banyak pada jenis dikosmetik yang menggunakan bahan
logam berbahaya termasuk merkuri. Merkuri hanya bisa digunakan pada
kosmetik dalam kategori sediaan tata rias mata dan pembersih tata rias mata
dengan kandungan Phenylmercuric dalam bentuk garam (termasuk borates) pada
kadar maksimum 0,007% (dihitung sebagai Hg). Jika dicampur dengan senyawa
merkuri lain yang diizinkan dalam peraturan ini, maka konsentrasi maksimum
Hg tetap 0,007% yang telah tercantum dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.08.11.07517 Tahun
2011 Tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika pada lampiran III poin 44.
Pada lampiran V bahan yang dilarang dalam kosmetik poin 871 yaitu merkuri

8
tidak diperbolehkan untuk digunakan pada kosmetik kecuali pada lampiran III
poin 44 dan 51.
Penggunaan merkuri pada produk krim pemutih wajah dapat
membahayakan kesehatan penggunanya. Logam ini dapat terakumulasi pada
organ tubuh, dan merupakan salah satu logam berat yang sangat beracun.
Pengaruh utama yang ditimbulkan oleh merkuri di dalam tubuh adalah
menghalangi kerja enzim dan merusak selaput dinding sel. Keadaan ini
disebabkan karena kemampuan merkuri dalam membentuk ikatan kuat dengan
gugus yang mengandung belerang (sulfur) yang terdapat di dalam enzim atau
dinding sel. Merkuri yang terkandung dalam krim pemutih dapat masuk ke
dalam tubuh dengan jalan terserap melalui kulit. Pemakaian krim pemutih yang
mengandung merkuri akan menjadikan kulit putih mulus, namun kemudian akan
mengendap di bawah kulit dan setelah bertahun-tahun kulit akan menjadi biru
kehitaman bahkan dapat memicu timbulnya kanker. Mengingat bahaya logam
toksik dalam tubuh perlu dilakukan penelitian logam toksik dalam krim pemutih
wajah. Krim yang banyak beredar dipasaran dijual dengan harga terjangkau oleh
masyarakat luas dan memberikan efek memutihkan yang cepat. Tetapi krim
tersebut biasanya tidak mencantumkan kandungan bahan kimia, penandaan,
peringatan, efek samping, dan tanggal kedaluwarsa (Parengkuan, 2013).

4. Efek Toksik Merkuri


Merkuri memiliki toksisitas yang sangat tinggi . Unsur ini dapat terserap
kedalam tubuh melalui saluran pencernaan, pernapasan dan kulit. Merkuri
masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru-paru dalam bentuk uap atau debu.
Sekitar 80% uap merkuri yang terinhalasi akan diabsorbsi. Absorbsi merkuri
logam yang tertelan dari saluran cerna hanya dalam jumlah kecil yang dapat
diabaikan, sedangkan senyawa merkuri larut air mudah diabsorsbsi. Beberapa
senyawa merkuri organik dan anorganik dapat diabsorbsi melalui kulit. Uap
merkuri yang murni merupakan permasalahan toksikologi yang unik, karena
elemen merkuri ini mempunyai sifat toksisistas yang sangat berbahaya pada
manusia, diantaranya mudah sekali larut dalam lipida, sehingga mudah sekali
menembus barier darah otak yang akhirnya terakumulasi di dalam otak dan

9
elemen merkuri sangat mudah sekali teroksidasi untuk membentuk merkuri
oksidasi (HgO) atau ion (Hg2+). Toksisitas kronik dari kedua bentuk merkuri ini
akan berpengaruh pada jenis organ yang berbeda yaitu saraf, otak, dan ginjal
(Hadi, 2013 : 177).

C. Penentuan Kualitatif Merkuri


1. Reagen Kalium Iodida
Merkuri bila direaksikan dengan larutan kalium iodida akan
menghasilkan endapan HgI2 yang berwarna merah jingga dan akan hilang pada
penambahan KI berlebihan karena terbentuk senyawa komplek K₂HgI₄ larut.

Hg²⁺+2I⁻ HgI₂ atau Hg₂²⁺ + 2I⁻Hg₂I₂

2. Reaksi Pembentukan Amalgam


Kawat tembaga bersih yang telah diampelas bila dicelupkan ke dalam
larutan yang mengandung merkuri akan terbentuk lapisan logam merkuri yang
berwarna keabu-abuan yang melapisi permukaan kawat tembaga tersebut.

D. Amalgam
1. Pengertian Amalgam
Amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam yang salah
satunya ialah merkuri atau air raksa, dapat berbentuk padat maupun cair
tergantung jumlah air raksa yang digunakan. Umumnya amalgam digunakan
untuk menambal gigi yang berlubang. Penggunaan amalgam sampai sekarang
masih menjadi kontroversi mulai dari pertama kali diperkenalkan ke publik
karena kandungan merkurinya. (Koral S.M dalam Tanumihardja dkk, 2017)
Amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam, salah satunya
adalah merkuri. Aloi amalgam terdiri atas tiga atau beberapa logam. Amalgam
itu sendirimerupakan kombinasi aloi dengan merkuri melalui suatu proses yang
disebut amalgamasi atau triturasi. Campuran merupakan bahan plastis
dimasukkan ke dalam kavitasdan bahan tersebut menjadi keras karena
kristalisasi (Baum, 2012).

10
2. Komposisi Amalgam
Dental amalgam terdiri dari campuran logam alloy yaitu tembaga,
aluminium, dan seng yang pemakaiannya dicampur dengan liquid merkuri.(
Hesti 2001 dalm Nonong 2012) Menurut Irawan (2004) komposisi pembentukan
amalgam yaitu terdiri atas merkuri , perak (67-74%), timah (25-28%), tembaga
(0-6%) dan seng (0-2%).

3. Klasifikasi Amalgam
Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis, yaitu (Combe, 1 992
dalam Effrin 2015) :
a) Berdasarkan jumlah metal alloy, yaitu:
1. Alloy binary, contohnya : silver-tin
2. Alloy tertinary, contohnya : silver-tin-copper
3. Alloy quartenary, contohnya : silver-tin-copper-indium
b) Berdasarkan ukuran alloy, yaitu:
1. Microcut, dengan ukuran 10 – 30 μm.
2. Macrocut, dengan ukuran lebih besar dari 30 μm.
c) Berdasarkan bentuk partikel alloy, yaitu:
1. Alloy lathe-cut
Alloy ini memiliki bentuk yang tidak teratur.
2. Alloy spherical
Alloy spherical dibentuk melalui proses atomisasi. Dimana cairan
alloy diatomisasi menjadi tetesan logam yang berbentuk bulat kecil,.
Alloy ini tidak berbentuk bulat sempurna tetapi dapat juga berbentuk
persegi, tergantung pada teknik atomisasi dan pemadatan yang digunakan.
3. Alloy Spheroidal
Alloy spheroidal juga dibentuk melaui proses atomisasi.

4. Penggunaan Amalgam
Amalgam sebagai bahan tumpatan sampai saat ini masih banyak
digunakan oleh dokter gigi atas permintaan pasien, karena harganya relatif

11
murah.5 Paparan dari tumpatan amalgam biasanya terjadi karena menghirup uap
merkuri dari isian amalgam. Penyerapan uap merkuri terjadi melalui paru-paru,
kemudian didistribusikan oleh darah. Merkuri bisa masuk dan menetap dalam
beberapa jaringan, seperti susunan saraf pusat dan ginjal untuk kurun waktu yang
lama (Varkey,2015)
Menurut Pamungkas dkk, 2015 Berdasarkan basil preliminary research
bulan Desembei 2013, peneliti menemukan beberapa penambang emas di daerah
Cisungsang, Kecamatan Cibeber menggunakan merkuri untuk proses pemisahan
emas dari bijihnya dalam gelundung (proses amalgamisasi). Limbah merkuri
atau tailing ditampung dalam bak penampung yang ada di lahan pertanian sawah.
Kemudian tailing yang mereka anggap masih mengandung emas, diolah kembali
dalam tong. Lokasi tong biasanya berada di dekat sungai agar mudah membuang
limbah. Limbah ini dibuang ke aliran sungai Cikidang yang mengalir ke DAS
Cibareno. Padahal limbah merkuri memiliki daya racun pada manusia.

5. Penggunaan metode Amalgam dalam Pengujian Hg pada Sediaan Kosmetik


Kawat tembaga bersih yang telah diampelas bila dicelupkan ke dalam
larutan yang mengandung merkuri akan terbentuk lapisan logam merkuri yang
berwarna keabu-abuan yang melapisi permukaan kawat tembaga tersebut. (
Rasyid dkk, 2015)

12

Anda mungkin juga menyukai