Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FTCSP

PRAKTIKUM III

SUPPOSITORIA

Tanggal percobaan :

Kelompok 5

Ariyansyah 202103210

Jesika Savira 2022042047

Nur Arriska 2022042064

Vivian Belva J. 2022042093

Laboratorium Farmasetika

Program Studi Farmasi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Adila

Bandar Lampung

2023
I. Tujuan
 Mempelajari cara pembuatan suppositoria.
 Mempelajari cara evaluasi suppositoria dengan penetapan waktu hancur
dan waktu lelehnya.
 Mempelajari pengaruh penambahan basis terhadap sifat fisik sediaan
suppositoria.

II. Dasar Teori


Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang berbentuk
torpedo, bentuk ini memiliki kelebihan yaitu bila bagianyang besar masuk
melalui otot penutup dubur, maka supositoriaakan tertarik masuk dengan
sendirinya. (Anief, 2006)
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan
bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra. (Anonim,1979)
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melaluidubur,
umumnya berbentuk torepedo dapat melarut, melunak atau meleleh pada
suhu tubuh. (Anonim, 1995)
Umumnya, suppositoria rectum panjangnya ± 32 mm (1,5inci),
berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Beberapasuppositoria untuk
rectum diantaranya ada yang berbentuk seperti peluru, torpedo atau jari-
jari kecil tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan habis yang
digunakan, beratnya pun berbeda-beda.USP menetapkan berat suppositoria
3 gram untuk orang dewasaapabila oleum cacao yang digunakan sebagai
basis. Sedangkan suppositoria untuk bayi dan anak-anak, ukuran dan
beratnya ½ dariukuran dan berat untuk orang dewasa, bentuknya kira-kira
seperti pensil. Suppositoria untuk vagina yang juga disebut
pessariumbiasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai
dengankompendik resmi beratnya 5 gram, apabila basisnya oleum
cacao.Suppositoria untuk saluran urin yang juga
disebutbougiebentuknyaramping seperti pensil, gunanya untuk
dimasukkan ke dalam saluranurin pria atau wanita. Suppositoria saluran
urin pria bergaris tengah3-6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun
ukuran ini masih bervariasi satu dengan lainnya. Apabila basisnya dari
oleum cacaomaka beratnya ± 4 gram. Suppositoria untuk saluran urin
wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70
mmdan beratnya 2 gram dan basisnya oleum cacao (Ansel, 1989).
Beberapa keuntungan sediaan suppositoria dibandingkansediaan
lain adalah :
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
2.Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan.
3.Langsung dapat masuk saluran darah berakibat akan memberiefek lebih
cepat daripada penggunaan obat per oral.
4.Dapat mempermudah bagi pasien yang mudah muntah atau tidaksadar.
5.Bentuknya seperti torpedo menguntungkan kerena suppositoriaakan
tertarik masuk dengan sendirinya bila bagian yang besarmasuk melalui
obat penutup dubur. (Anief, 2006)
Selain ada keuntungan, Suppositoria juga memiliki
kerugiandiantaranya :
1. Tidak menyenangkan penggunaan.
2.Absorbsi obat sering tidak teratur dan sedikit diramalkan.
3.Tidak dapat disimpan pada suhu ruangan. (Anief, 2006)
Penggolongan suppositoria berdasarkan tempatpemberiannya :
a. Suppositori rectal
Suppositoria untuk dewasa berbentuk lonjong pada satuatau kedua
ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2gram. (Ansel, 1989)
b. Suppositoria vaginal
Suppositoria vaginal umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan
berbobot lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam
air atau yang dapat bercampurdalam air seperti polietilen glikol atau
gelatin tergliserinasi.Suppositoria ini biasa dibuat sebagai pessarium.
(Ansel,1989)
c. Suppositoria Uretra
Suppositoria uretra adalah suppositoria untuk saluranurine yang juga
disebut “bougie”. Bentuknya rampingseperti pensil, gunanya untuk
dimasukkan ke dalam saluranurine pria atau wanita. Suppositoria
saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm dengan panjang ± 140 mm,
walaupunukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya.Apabila
basisnya dari oleum cacao maka beratnya ± 4 gram.Suppositoria untuk
saluran urin wanita panjang dan beratnya½ dari ukuran untuk pria,
panjang ± 70 mm dan beratnya 2gram, bila digunakan oleum cacao
sebagai basisnya. (Ansel,1989)
d. Suppositoria untuk hidung dan untuk telinga
Suppositoria untuk hidung dan telinga disebut juga “kerucut telinga”,
keduanya berbentuk sama dengansuppositoria uretra hanya ukuran
panjangnya lebih kecil, biasanya 32 mm. Suppositoria telinga umumnya
diolahdengan basis gelatin yang mengandung gliserin.
Namun,suppositoria untuk obat hidung dan telinga jarang
digunakan(Ansel, 1989)

III. Alat dan Bahan


 Alat
1. Cawan porselen
2. Mortir dan Stamper
3. Cetakan suppositoria
4. Kertas perkamen
5. Penangas air
6. Batang pengaduk
7. Spatula
8. Neraca analitik
9. Pipet tetes
10. Stopwatch

 Bahan
1. Na. Salisilat
2. PEG 6000
3. PEG 400
4. Oleum cacao
5. Cera flava
IV. Cara Kerja

Suppositoria 1
Timbang semua bahan.
Masukkan Na salisilat dalam mortir tambahkan sedikit
demi sedikit oleum cacao aduk sampai homogen.
Lelehkan cera flva dengan sebagian oleum cacao dalam
cawan persolen diatas penangas air.
Masukkan lelehan cera flava kedalam mortir yang berisi
Na salisilat,aduk.
Selagi panas masukkan kedalam cetakan suppositoria
yang telah diberikan pelumas,diamkan.
Simpan kedalam lemari es.

Hasil

Suppositoria 2
Timbang semua bahan.
Gerus Na salisilat dalam mortir dan PEG 400,aduk
sampai homogen.
Lelehkan PEG 6000 dalam cawan persolen diatas
penangas air.
Masukkan lelehan PEG kedalam mortir,aduk sampai
homogen.
Selagi panas masukkan kedalam cetakan
suppositoria,diamkan
Simpan kedalam lemari es

Hasil
V. Hasil
 Suppositoria 1
Daya lekat : 00.00,40
Uji pH :5
 Suppositoria 2
Daya lekat : 00.00,67
Uji pH :5

VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini kami telah melakukan praktikum suppositoria
dengan bahan yang digunakan yaitu Na. Salisilat, PEG 600, PEG 400,
oleum cacao dan cera flava sebagai bahan pembentuk suppositoria yang
bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan suppositoria, cara evaluasi
suppositoria dengan penetapan waktu hancur dan waktu lelehnya,
mengetahui pengaruh penambahan basis terhadap sifat fisik sediaan
suppositoria. Pada praktikum ini didapatkan hasil pada pengujian daya
lekat suppositoria 1 yaitu 00.00,40 detik dan suppositoria 2 yaitu 00.00,67
detik hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan ketentuan daya lekat yang
baik yaitu lebih dari 1 detik. Pada pengujian pH suppositoria 1
menghasilkan pH 5 dan uji pipa kapiler yaitu 1,8 cm. Sedangkan
suppositoria 2 menghasilkan pH 5 dan uji pipa kapiler yaitu 1,4 cm,yang
dimana pH tersebut menunjukkan pH asam.

VII. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan
suppositoria, cara evaluasi suppositoria dengan penetapan waktu hancur
dan waktu lelehnya, mengetahui pengaruh penambahan basis terhadap
sifat fisik sediaan suppositoria. Berdasarkan praktikum yang telah kami
lakukan dapat di simpulkan bahwa hasil yang didapat yaitu:
 Suppositoria 1
Daya lekat : 00.00,40
Uji pH :5
Uji pipa kapiler : 1,8 cm
 Suppositoria 2
Daya lekat : 00.00,67
Uji pH :5
Uji pipa kapiler : 1,4 cm
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2006, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Ansel, H.C., 1989. Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta
LAMPIRAN

No Gambar Keterangan

1 Uji pH Universal

2 Uji pH Universal

3 Uji Daya Lekat

4 Uji Daya Lekat


5 Uji pipa kapiler

Anda mungkin juga menyukai