Anda di halaman 1dari 6

Nama : Farisa Azzahra

Kelas : TLM 2C

NIM : 20119131

ANALISIS MERKURI (Hg) PADA KRIM PEMUTIH WAJAH

ABSTRAK
Krim Pemutih kosmetik mengandung bahan aktif pemutih dan itu digunakan untuk mencerahkan
kulit atau pemutih kulit. Pemakaian merkuri dalam krim pemutih dapat mengakibatkan
perubahan warna kulit dan pada dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen otak,
serta dapat menyebabkan kanker. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah krim pemutih yang
beredar mengandung merkuri yang terkandung dalam krim pemutih wajah tersebut. Sampel
krim pemutih yang diteliti adalah krim garnier. Identifikasi kualitatif merkuri dengan uji warna.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pemeriksaan kualitatif merkuri semua sampel negatif
mengandung merkuri.
Kata Kunci : Merkuri, Krim pemutih, Analisis kualitatif, Uji warna

PENDAHULUAN

Kulit putih dan cerah merupakan dambaan setiap orang, terutama kaumwanita. Oleh
karena itu setiap orang berusaha untuk menjaga dan memperbaikikesehatan kulitnya sehingga
kebanyakan kaum wanita selalu berusaha berpenampilan menarik. Hal ini didukung pula
dengan semakin berkembangnyateknologi perawatan kulit dan klinikklinik kecantikan yang
tersebar diIndonesia. Perawatan kulit telah menjadi trend masa kini bagi wanita moderndan
merupakan sebuah kebutuhan bagi seorang wanita.

Kulit merupakan bagian tubuh paling utama yang perlu diperhatikan karena
merupakan organ terbesar yang melapisi bagian tubuh manusia. Kulit memiliki fungsi untuk
melindungi bagian tubuh dari berbagai gangguan dan rangsangan luar dengan membentuk
mekanisme biologis salah satunya yaitu  pembentukan pigmen melanin untuk melindungi
kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari. Radiasi sinar ultraviolet yang berasal dari
matahari dapat menimbulkan efek negatif yaitu menyebabkan berbagai permasalahan pada
kulit. Bahaya yang ditimbulkan yaitu kelainan kulit mulai dari kemerahan, noda-noda hitam,
penuaan dini, kekeringan, keriput, sampai kanker kulit. Untuk mengatasi berbagai masalah
kulit tersebut diperlukan adanya perawatan menggunakan kosmetik.

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia. Kosmetik saat ini sudah menjadi kebutuhan penting bagi manusia,
karena penggunaannya selalu digunakan secara rutin dan terus-menerus. Tujuan utama
penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi,
meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan
tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra violet, polusi dan faktor
lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih
menikmati dan menghargai hidup.

Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya. Misalnya harus


sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah
pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebelum
mempergunakan kosmetik, sangatlah penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang
dimaksud dengan kosmetik, manfaat dan  pemakaian yang benar. Maka dari itu perlu
penjelasan lebih terperinci mengenai kosmetik.

Banyak pilihan produk kosmetik salah satunya, yaitu krim pemutih wajah
(Whitening Cream). Krim pemutih merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya
dengan khasiat bisa memutihkan kulit atau memucatkan noda hitam pada kulit. Krim pemutih
sangat bermanfaat bagi wajah yang memiliki berbagai masalah di wajah, karena mampu
mengembalikan kecerahan kulit dan mengurangi warna hitam pada wajah.

Bahan aktif yang biasanya digunakan dalam krim pemutih salah satunya adalah
merkuri. Merkuri disebut juga air raksa atau hydrargyrum yang merupakan elemen kimia
dengan simbol Hg dan termasuk dalam golongan logam berat dengan bentuk cair dan
berwarna keperakan. Merkuri merupakan salah satu bahan aktif yang sering ditambahkan
dalam krim pemutih. Menurut Dr. Retno I.S Tranggono, Sp.KK merkuri direkomendasikan
sebagai bahan  pemutih kulit karena berpotensi sebagai bahan pereduksi (pemucat) warna
kulit dengan daya pemutih terhadap kulit yang sangat kuat. Ion merkuri dianggap dapat
menghambat sintesis melamin pigmen kulit di sel melanosit.

Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor
HK.03.01.23.07.11.6662 tahun 2011 persyaratan logam berat  jenis merkuri (Hg) adalah tidak
lebih dari 1 mg/kg atau 1mg/L (1ppm). Hal tersebut terjadi karena senyawa merkuri akan
kontak dengan kulit secara langsung sehingga mudah terabsorpsi masuk ke dalam darah dan
mengakibatkan reaksi iritasi yang berlangsung cukup cepat diantaranya dapat membuat kulit
terbakar, menjadi hitam, dan bahkan dapat berkembang menjadi kanker kulit. Pada
pemakaian dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan  permanen otak, paru-paru, ginjal,
menggangu perkembangan janin, serta dapat menimbulkan manifestasi gejala keracunan pada
sistem saraf berupa gangguan  penglihatan, tremor, insomnia, kepikunan, dan gerakan tangan
menjadi abnormal (ataksia).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MENKES/PER/V/1998 tentang


bahan, zat warna, substrat, zat pengawet dan tabir surya pada kosmetik, dalam kadar yang
sedikitpun merkuri bersifat racun. Mulai dari perubahan warna kulit, bintik-bintik hitam,
alergi, iritasi, serta pada pemakaian dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen
otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin. Bahkan paparan jangka pendek dalam dosis
tinggi dapat menyebabkan muntah-muntah, diare, dan kerusakan paru-paru serta
menyebabkan zat karsinogenik.

ALAT DAN BAHAN

Alat : Bahan :

1. Erlenmeyer 1. HCl encer


2. Kaca arloji 2. Hidrogen Sulfida
3. Kertas saring 3. HCl pekat
4. Kawat Cu 4. Sampel

CARA KERJA

 Cara I

Sampel + HCl encer beberapa tetes, amati adanya perubahan endapan putih,

tambahkan hydrogen sulfida beberapa tetes, amati adanya perubahan endapan.

 Cara II
1. 20 ml sampel dimasukan kedalam Erlenmeyer
2. Masukan kawat Cu kedalam Erlenmeyer
3. Masukan 4 mL HCl pekat
4. Secara perlahan campuran ini dipanaskan selama 45 menit. Erlenmeyer ditutup
dengan kaca arloji untuk menjaga volume agar tidak berkurang.
5. Kawat Cu diambil dan dicuci dengan air kemudian dikeringkan menggunakan kertas
saring. Deposit hitam kemungkinan terjadi disebabkan oleh As, Bi, atau Sb apabila
terdapat Hg. Warna deposit berkisar dari kekuningan hingga perak mengkilap. Warna
ini terlihat lemah pada sekitar 50 µg berwarna perak jelas
6. Kadar deposit Hg dibandingan dengan larutan pembanding yang diperoses dengan
cara yang sama.
 Identifikasi, konfirmasi dan perkiraan
1. Selembar kertas saring kecil ditaruh pada kaca arloji lalu 1 atau 2 tetes suspense CuI
diteteskan pada kertas saring.
2. Kawat Cu ditaruh pada spot CuI dan ditutup dengan kaca arloji lain.

HASIL PENGAMATAN

1. Sampel

2. Tidak adanya perubahan endapan berwarna putih, maka hasil (-) karena terdapat
endapan dengan warna yang tetap sesuai warna sampel.

3. Hasil tidak menunjukkan warna deposit Hg dengan jelas


PEMBAHASAN

Logam merkuri merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam ini dapat
ditemukan dan menetap dialam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh
fisiokima, biologis atau akibat aktivitas manusia. Tokisitas dapat berubah drastis bila bentuk
kimianya berubah umumnya logam bermanfaat bagi manusia karena penggunaannya
dibidang industri, pertanian atau kedokteran.

Kerja  utama logam ini menghambat enzim, efek ini biasanya timbul akibat interaksi
antara logam dengan gugus SH pada enzim itu. Suatu enzim dapat juga dihambat oleh toksik
melalui penggusuran kofaktor logam yang penting dari enzim.

Logam berat dalam tubuh tidak mengalami biotransformasi sehingga tetap berada
dalam tubuh dan  menyebabkan efek toksis seperti kelainan neurologist, kerusakan  ginjal dan
gangguan penglihatan. Reaksi iritasi juga sering muncul akibat pemakaian bahan-bahan
tropical.

Pada pemeriksaan sampel krim pemutih wajah dengan cara yang pertama
mendapatkan hasil negative (-) karena tidak ada endapan berwarna putih yang terjadi.
Apabila terjadi endapan didasar tabung dengan warna putih dan larutan bening terpisah maka
hasil dinyatakan positif (+).

Pada pemeriksaan cara kedua hasilnya negatif (-) atau tidak terdapat merkuri pada
sampel yang digunakan karena tidak adanya perubahan warna pada larutan/kawat Cu tersebut
melainkan warna tetap, dan apabila positif adanya merkuri terhadap sampel yang digunakan
maka larutan akan berubah menjadi warna perak khas merkuri.

Dan yang terakhir uji konfirmasi sampel hasilnya juga negatif (-) karena tidak ada
perubahan warna menjadi warna rose pada kertas saring, apabila positif merkuri maka pada
kertas saring tersebut akan terdapat warna rose yang tampak.
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang dilakukan pemeriksaan uji merkuri (Hg) pada sampel krim
pemutih wajah, tidak terdapat kandungan zat merkuri didalamnya, krim tersebut layak
digunakan/layak pakai karena bebas dari bahan merkuri yang dapat meninmbulkan iritasi
pada kulit wajah.

DAFTAR PUSTAKA

Thornfeldt C and Bourne K, 2010, The New Ideal in Skin Health : Separating Fact From
Fiction, Allured Business Media, USA,1.

Kusantati, H., Prihatin, P. T., dan Wiana, W., 2008, Tata Kecantikan Kulit, Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta.

Parengkuan, K., Fatimawali, F., dan Citraningtyas, G., 2013,  Analisis Kandungan  Merkuri
Pada Krim Pemutih Yang Beredar Di Kota Manado,  Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol.
2 No. 01. Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT, Manado.

Wang, L., and Zhang, H., 2015, Mercury content in marketed cosmetics: analytical  survey in
Shijiazhuang, China, Cutaneous and ocular toxicology.

Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2011, Peraturan Kepala Badan POM Republik
Indonesia Nomor: HK.0.3.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 TentangPersyaratan Cemaran
Mikroba dan Logam Berat Dalam Kosmetik.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2007. Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya dan
Zat Warna Yang Dilarang : Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No. HK.00.01.432.6081, 1 Agustus 2007 : Jakarta.

Rochmi Primadiati, 2001. Kecantikan Kosmetika dan Estetika. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Tranggono RI dan Latifah F, 2007, Buku Pegangan Ilmu Kosmetik, PT Gramedia pustaka


utama, Jakarta.

Wasiaatmadja SM, 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Penerbit Universitas Indonesia ,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai