Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sudah banyak orang menganggap bahwa kosmetik tidak akan membahayakan manusia

karena hanya di aplikasikan di luar kulit saja, namun ternyata kulit mampu menyerap bahan

yang melekat padanya. Seperti hal nya kosmetik modern, kosmetika tradisional tidak luput

dari efek samping yang dapat ditimbulkan dari berbagai faktor. Meskipun sukar dinilai,

penggunaan kosmetika dapat menimbulkan efek jangka panjang pada berbagai organ tubuh

seperti darah, hati, ginjal, paru-paru ataupun organ lainnya akibat efek kumulatif pemakaian

kosmetika yang umumnya dalam jangka waktu yang lama dan daerah pemakaian yang luas.

Salah satu sediaan kosmetika tradisional adalah scrub wajah dengan salah satu bahan baku

scrub adalah ekstrak atau bagian dari tanaman, scrub umumnya digunakan secara berulang

untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Logam berat yang ada di lingkungan tanah, air, dan udara masuk ke dalam makhluk hidup

melalui tanaman sebagai mediator penyebaran logam berat pada makhluk hidup. Tanaman

menyerap logam berat melalui akar dan daun (stomata). Adanya logam berat dalam tubuh

yang jumlahnya berlebih akan berbahaya bagi tubuh. Oleh karena itu bahan baku scrub

adalah ekstrak tanaman dan juga tanaman, kemungkinan terdapat logam berat pada sediaan

kosmetik scrub.

Timbal Pb merupakan logam berat yang lebih tersebar luas dibandingkan jenis logam

toksis lainnya. Salah satu sumber pencemaran timbal hingga masuk ke lingkungan dan tubuh

adalah obat tradisional dan kosmetik. Pada tahun 1993, Rocchan dkk. melaporkan bahwa

2
kandungan cadmium (Cd) didalam tanah dan beras di Jawa Barat hampir menyamai kadar Cd

pada beras di Jepang yang mencapai 0,32 mg/kg dan merupakan penyebab 6,8% kasus Itai-

itai Desease dan 21,7% kegagalan ginjal. Sedangkan tembaga (Cu), tidak merupakan mineral

yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil. Namun demikian, jika jumlahnya berlebih

didalam tubuh dapat menyebabkan Wilson’s disease. Suzuki dkk. (1980) menemukan

kandungan Cu dalam beras yang dihasilkan di Pulau Jawa yang berkisar 2,26 – 3,31 mg/kg3.

Sedangkan kebutuhan Cu dalam tubuh perhari adalah 0,05 – 1,5 mg/g4.

Sayangnya sedikit sekali atau tidak ditemukan adanya penelitian tentang keracunan

timbal kosmetik. Keracunan logam berat misalnya timbal, salah satunya bisa terjadi dengan

absorbsi melalui kulit. Meskipun demikian sebuah penelitian menemukan kandungan logam

berat Pb, Cd,Cr dan Hg dalam perona mata yang tidak memiliki nomor registrasi dari Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di daerah Makassar.

Sebagian besar sediaan kosmetika biasanya memiliki sifat yang mendekati netral yang

berisi air. Air merupakan salah satu media pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Darwis dkk. (1996) ditemukan bahwa semakin besar

susut pengeringan sediaan scrub, semakin tinggi pula cemaran mikroorganismenya. Sehingga

untuk menjaga mutu sediaan scrub wajah, penentuan susut pengeringan juga perlu dilakukan.

Spektrofotometri Serapan Atom adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk

mendeteksi atom-atom logam. Dengan mengukur besarnya absorpsi radiasi oleh atom analit,

maka konsentrasi analit tersebut dapat ditentukan. Metode in i digunakan untuk analisa

kualitatif dan kuantitatif logam dalam berbagai jenis sampel dan digunakan secara luas pada

kosmetik sebagai suatu metode yang cepat.

3
Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dilakukan penelitian tentang

logam berat timbal, cadmium dan tembaga dalam sediaan scrub wajah yang terjual bebas di

pasaran.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah scrub wajah yang bebas jual di pasar tradisonal mengandung logam berat ?

2. Apa kandungan logam berat yang berbahaya pada scrub wajah yang bebas terjual di

pasar tradisional ?

3. berapa kadar logam berat yang terdapat pada scrub wajah yang bebas terjual di pasar

tradisional ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui kandungan logam berat yang terdapat pada scrub wajah yang terjual

bebas di pasar tradisional

2. Mengetahui dan memahami senyawa logam berat yang berbahaya yang terkandung

didalam scrub wajah yang terjual bebas di pasar tradisional

3. Mengetahui kadar logam berat yang terdapat pada scrub wajah yang bebas terjual di

pasar tradisional

4
1.4 Manfaat

Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat

lebih selektif dalam memilih dan menggunakan scrub wajah

1.5 Hipotesis

1. Logam berat Pb, Cd, dan Cu ditemukan dalam semua merk sediaan scrub wajah

2. Kandungan logam berat Pb, Cd, Cu, dari tiap merk lulur serbuk berbeda

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kosmetik

Definisi Kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

445/Menkes/Permenkes.1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan

pada bagian luar badan (epidermis, rambut,kuku dan organ kelamin bagian luar), gigi dan

rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan,

melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak

dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan RI :

1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit, termasuk didalamnya :

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser) : sabun, cleansing cream,

cleansing milk, dan penyegar kulit

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizing cream,

night cream, anti wrinkle cream.

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunsreen cream dan sunscreen foundation,

sunblock cream/lotion

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit mati (peeling), misalnya

scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas

6
2. Kosmetik riasan

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga

menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis

yang baik seperti percaya diri.

2.2 Sediaan Perawatan dan Pembersih Kulit

Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud

perawatan kulit agar kulit menjadi bersih dan sehat, terlindungi dari kekeringan dan sengatan

cuaca, baik panas matahari maupun dingin dan nampak segar dengan tekstur kulit lembut

dan menarik. Sediaan pembersih kulit lebuh banyak mendapatkan perhatian secara khusus

karena banyak diperdagangkan dan digemari orang.

Pembersihan kulit umumnya dilakukan dengan air untuk memudahkan menghilangkan

debuatau kotoran lain yang melekat pada kulit, lazimnya menggunakan sabun kemudian sisa

sabun dihilangkan dengan membilasnya menggunakan air.

Untuk tujuan membersihkan kulit terkadang diperlukan tindakan pengelupasan (peeling)

yang dilakukan baik dengan cara kimiawi yaitu dengan memberikan exfoilant maupun

dengan cara mekanik memberikan bubuk granul yang abrasive. Penipisan kulit kadang-

kadang perlu dilakukan pada keadaan kulit menebal dan agak kasar. Penipisan kulit ini dapat

dilakukan oleh penipis yang biasanya mengandung zat dengan partikel kasar, pembersihan

ini dapat dilakukan dengan scrub, scrub cream, lulur, dan sediaan tradisional dari bahan

alami.

7
2.3 Scrub

Biasanya produk scrub mengandung partikel-partikel kecil atau butiran yang

menyingkirkan sel-sel kulit mati untuk mengungkapkan kulit halus di bawahnya. Namun,

scrub bisa menjadi bumerang, dan membuat kulit anda kering dan rusak. Ini semua karena

produk kasar dan over-exfoliating. Beberapa ahli menjelaskan seberapa sering orang harus

melakukan eksfoliasi dan scrub wajah mana yang harus digunakan.

Spesialis perawatan kulit Julia Alekperova mengatakan orang-orang dengan kulit

normal atau kombinasi tidak boleh melakukan eksfoliasi lebih dari sekali dalam seminggu.

Esthetician Julia Alekperova, dari Paul Labrecque Salon and Spa di New York City,

mengatakan tujuan dari scrub wajah adalah untuk memperbarui dan menyegarkan kulit

melalui proses yang disebut pengelupasan (eksfoliasi) kulit.

Banyak scrub wajah mengandung partikel-partikel kecil, seperti butiran, gula, garam

atau kulit kenari, yang akan mengangkat sel-sel kulit kering dan mati, menghilangkan lapisan

luar kulit. Ini juga dapat dicapai secara kimia, dengan menerapkan asam, seperti asam

glikolat dan salisilat, yang melarutkan sel-sel itu, atau secara mekanis, dengan menggunakan

sikat untuk secara fisik mengeluarkan sel. "Umumnya untuk wajah, pengelupas kimia adalah

pilihan terbaik untuk membersihkan kulit dari kotoran dan tidak menyebabkan iritasi," kata

Dr Engelman. Tapi, Dr Engelman mengatakan pengelupasan secara fisik bisa terlalu keras

pada kulit jika tidak dilakukan dengan benar atau terlalu sering.

Menurut Alekperova, scrub wajah juga bisa membuat kulit orang lebih tipis, tidak rata,

kurang berkilau dan terlihat "berminyak namun kering" atau "kering namun berminyak". Itu

juga bisa membuat kulit orang merah atau jengkel. Secara keseluruhan, orang-orang harus

memperhatikan bagaimana kulit mereka merespons suatu produk, sehingga mereka dapat

menentukan seberapa sering mereka harus melakukan scrub wajah.

8
2.4 Absorpsi Kosmetika ke Dalam Kulit

Absorpsi kosmetika melalui kulit terjadi karena kulit ternyata mempunyai celah anatomis

yang dapat menjadi jalan masuk ke dalam kulit zat-zat yang melekat diatasnya. Celah

tersebut adalah :

- Celah antar sel epidermis

- Celah folikel rambut

- Celah antar sel saluran kelenjar keringat juga merupakan jalan masuk molekul

kosmetika

Mekanisme masuknya kosmetika kedalam kulit tidak hanya terjadi secara fisik dengan

menyelinapnya molekul kosmetika kedalam kulit, tetapi molekul kosmetika tersebut dapat

masuk ke dalam kulit secara kimiawi melalui proses difusi dan osmosis hipertonik atau

hipotonik. Pada keadaan tertentu proses ionisasi elektrolit juga membantu terjadinya absorpsi

oleh kulit.

Beberapa faktor yang mempengaruhi absorpsi kosmetika kedalam kulit antara lain :

a. Intensitas pemakaian kosmetika, kemungkinan absorpsi lebih kecil pada kosmetika yang

digunakan dalam jangka waktu singkat dibandingkan kosmetika yang dipakai dalam

jangka waktu yang lama.

b. Keasaman Kosmetika, sebaiknya sesuai pH kulit yaitu antara 4,5 – 7,0. Namun

kosmetika tertentu mempunyai Ph yang sangat besar sehingga memperbesar daya

absorpsi perkutan

c. Konsentrasi bahan aktif yang tinggi, kosmetika yang dibuat dari bahan yang mudah

menguap konsentrasi nya dapat berubah menjadi lebih pekat sehingga dapat

memperbesar absorpsi perkutan.

9
d. Lokasi aplikasi kosmetika. Daerah yang absorpsinya tinggi terletak didaerah kulit yang

tipis seperti lipatan kulit, kelopak mata atau mukosa.

e. Struktutr kulit yang diaplikasi

f. Suhu tinggi dan kelembaban udara yang rendah akan meningkatkan absorpsi kosmetika.

2.5 Logam Berat

Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 Gr/cm3,

terletak disudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur

S. Logam berat dapat ditimbulkan dari limbah industri dan kendaraan bermotor, sumber

utama kontaminan logam berat sebenarnya berasal dari udara dan air yang mencemari tanah

selanjutnya semua tumbuhan yang tumbuh diatas tanah yang telah tercemar akan

mengakumulasikan logam-logam tersebut pada semua bagian (akar, batang, daun dan buah).

Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang erat

hubungannya dengan penggunaan bahan tersebut oleh manusia seperti bahan-bahan

pembersih wajah yang sudah menjadi konsumsi masyarakat kebanyakan. Beberapa contoh

logam berat yang beracun bagi manusia adalah arsen (As), kadmium (Cd), tembaga (Cu),

timbal (Pb), merkuri (Hg).

Logam berat dianggap berbahaya bagi kesehatan bila terkumulasi berlebihan didalam

tubuh, meskipun demikian unsur-unsur tersebut sudah menjadi racun bagi makhluk hidup

dalam kadar yang rendah. Beberapa diantaranya bersifat membangkitkan kanker

(karsinogen). Demikian pula dengan bahan pangan yang terdapat kandungan logam berat

tinggi dianggap tidak layak konsumsi. Dengan digunakan nya tanaman seperti sayur-sayuran

sebagai pakn baik pada manusia maupun hewan menyebabkan berpindahnya logam berat

yang dikandung oleh sayur-sayuran kedalam tubuh makhluk hidup lainnya

10
Kerja utama logam adalah menghambat enzim. Efek ini biasanya timbul akibat

interaksi logam dengan gugus SH pada enzim itu, suatu enzim juga dapat dihambat oleh

logam toksik melalui penggusuran kofaktor logam yang penting dari enzim, mekanisme lain

dalam mengganggu fungsi enzim adalah menghambat sintetisnya.

Umumnya efek toksis logam merupakan akibat dari reaksi antara logam dan komponen

intrasel. Untuk dapat menimbulkan efek toksisnya pada satu sel, logam harus memasuki sel,

proses masuknya melalui membran akan lebih mudah kalau logam ini bersifat lipofilik. Bila

logam ini terikat pada suatu protein, zat ini akan diserap dengan endositosis. Difusi pasif

merupakan cara masuk yang lain bagi logam misalnya timbal.

Setelah masuk kedalam sel, logam dapat mempengaruhi berbagai organel. Contohnya,

retikulum endoplasma mengandung berbagai jenis enzim. Enzim mikrosom ini dihambat oleh

banyak logam, misalnya kadmium, metal, merkuri dan timah.

2.5.1 Cadmium

Cadmium (Cd) memiliki nomor atom 48; bobot atom 112,41 g; bobot jenis 8,642

g/cm3 pada 20C; titik leleh 320,9 C; titik didih 767 C; tekanan uap 0,013 Pa pada 180 C,

kadmium bisa ditemukan sebagai mineral yang terikat dengan unsur lain seperti oksigen,

klorin atau sulfur. Kadmium digunakan dalam industri sebagai bahan dalam pembuatan

baterai, pigmen, pelapisan logam agar tidak berkarat dan plastik.

Dalam kondisi asam lemah, kadmium akan mudah terabsorbsi kedalam tubuh.

Sebanyak 5% kadmium diserap melalui saluran pencernaan dan terakumulasi dalam hati dan

ginjal. Kadmium dan senyawanya bersifat karsinogen dan bersifat racun kumulatif.

11
2.5.2 Timbal (Pb)

Logam Pb merupakan satu unsur logam berat yang lebih tersebar luas dibandingkan

kebanyakan jenis logam toksik lainnya. Timbal (Pb) memiliki nomor atom 82; bobot atom

207,21; valensi 2-4. Secara alami ditemukan pada tanah. Timbal tidak berbau dan tidak

berasa, timbal dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa timbal baik senyawa-senyawa

organik seperti timbal oksida (PbO), timbal klorida (PbCl2) dan lain-lain. Pb sulit larut dalam

air dingin, air panas dan air asam tetapi dapat larut dalam asam nitrat, asam asetat dan asam

sulfat pekat.

Sumber-sumber timbal antara lain cat usang, debu, udara, air, makanan, tanah yang

terkontaminasi dan bahan bakar bertimbal. Didalam tubuh timbal diperlakukan seperti halnya

kalsium. Tempat penyerapan pertama adalah plasma dan membran jaringan lunak,

selanjutnya di distribusikan ke bagian-bagian dimana kalsium memegang peranan penting

seperti gigi cdan tulang. Konsumsi timbal dalam jumlah banyak secara langsung

menyebabkan kerusakan jaringan. Semua sel-sel yang sedang aktif berkembang sensitif

terhadap timbal , timbal juga dapat merusak saraf

2.5.3 Tembaga (Cu)

Tembaga merupakan logam transisi yang berwarna jingga kemerahan, tidak reaktif

terhadap asam-asam encer seperti HCl dan H2SO4 encer kecuali HNO3 dan H2SO4 pekat

yang dipanaskan CU(II) lebih stabil dalm larutan. Logam Cu bersifat racun jika bereaksi

dengan larutan atau zat kimia lain yang membentuk Cu(II). Tembaga merupakan salah

satu logam berat yang keberadaanya dalam lingkungan dapat berasal dari pembuangan

air limbah industri kimia yang berasal dari imdustri penyamakan kulit, pelapisan logam,

12
tekstil, industri cat. Tembaga merupakan makronutrien essensial bagi tanaman, namun

pada permukaan lain tembaga meracuni tanaman air pada konsentrasi di bawah 1

mikrogram/g dan dapat meracuni beberapa ikan.

2.6 Susut Pengeringan

Susut pengeringan digunakan untuk penetapan jumlah semua jenis bahan yang mudah

menguap pada kondisi tertentu. Prosedur ini digunakan untuk bahan yang pada pemanasan

tidak hanya kehilangan air. Campur dan timbang saksama zat uji, lakukan penetapan

menggunakan g hingga 2g. Tara dalam penetapan. Masukkan zat uji kedalam botol timbang

tersebut, dan timbang saksama botol beserta isinya. Perlahan-lahan dengan menggoyangkan,

ratakan zat uji sampai setinggi kurang lebih 5mm dan dalam hal zat ruahan tidak lebih dari

10mm. Masukkan kedalam oven, buka sumbat dan biarkan sumbat ini didalam oven.

Panaskan zat uji pada suhu dan waktu tertentu seperti yang tertera pada monografi. Pada

waktu oven dibuka, botol segera ditutup dan biarkan dalam desikator sampai suhunya

mencapai suhu kamar sebelum ditimbang.

Pengeringan sampai bobot tetap berarti pengeringan harus dilanjutkan pada perbedaan

dua kali penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,50mg untuk tiap gram zat yang

digunakan; penimbangan kedua dilanjutkan setelah dipanaskan lagi selama 1jam.

2.7 Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu metode analisis yang digunakan

untuk mendeteksi atom-atom logam dan metaloidyang berdasarkan pada penyerapan radiasi

oleh atom bebas unsur. Metode ini mengandalkan nyala untuk mengubah logam dalam

13
larutan sampel menjadi atom-atom logam berbentuk gas yang digunakan untuk analisis

kuantitatif dari logam dalam sampel. Metode spektrofotometri Serapan Atom berdasarkan

pada prinsip absorbsi cahaya pada atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang

gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dasar analisis menggunakan teknik

spektrofotometri serapan atom adalah bahwa dengan mengukur besarnya absorbsi oleh atom

analit, maka konsentrasi analit tersebut dapat ditentukan. Spektrofotometri Serapan Atom ini

digunakan untuk analisa kuantitatif mikro dan digunakan secara luas dalam kosmetik sebagai

suatu metode penentuan yang cepat untuk timbal, arsen, dan logam berat.

Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) digunakan untuk identifikasi secara

kualitatif dan kuantitatif logam dalam berbagai jenis sampel, yang didasarkan pada

pengukuran besarnya energi radiasi yang diserap saat atom dalam bentuk gas dari keadaan

dasar tereksitasi. Jumlah energi radiasi yang diserap adalah merupakan fungsi konsentrasi

atom (analit) dalam sampel. Keuntungan metode spektrofotometri serapan atom adalah :

1. Spesifik

2. Batas deteksi rendah

3. Beberapa unsur yang berlainan dapat diukur dari larutan yang sama

4. Preparasai sampel lebih sederhana

5. Output data (absorbance) dapat dibaca langsung

6. Cukup ekonomis

7. Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh

8. Batas kadar yang dapat ditentukan amat luas (sub-ppm hingga %)

14
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan November hingga Februari 2019, dimana pengambilan

sampel mulai dilakukan pada bulan November, penentuan susut pengeringan dilakukan pada

bulan November, analisis logam berat dilakukan pada bulan Desember dan pembuatan

laporan penelitian dilakukan hingga bulan Februari 2019.

Penentuan susut pengeringan pada penelitian analisis kandungan logam berat pada scrub

wajah akan dilakukan di Laboratorium Toksikologi Balai Besar Penelitian Veteriner

(BBALITVET), Bogor, Jawa Barat dan Kimia Farmasi Institut Sains dan Teknologi

Nasional.

3.2 Alat dan Bahan

Alat :

- Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom

- Timbangan analitik sartorius

- Pemanas listrik

- Desikator

- Oven

- Pipet

15
- Erlemeyer -100ml

- Labu tentukur -50ml

- Labu tentukur -10ml

- Gelas ukur -10ml

Bahan :

Bahan uji penelitian ini adalah sediaan serbuk scrub wajah yang banyak dijual di pasar

tradisional, kemudian dipilih 3 merek untuk dijadikan bahan uji dengan kriteria sebagai

berikut :

1. Memiliki nomor pendaftaran dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

- Diproduksi oleh PT

- Diproduksi oleh CV

2. Tidak memiliki nomor pendaftaran BPOM

3. Gas asetilen dan gas udara

4. HNO3 65% di gunakan untuk digesti bahan uji

5. HNO3 10% digunakan sebagai pelarut untuk sampel

6. Standar Pb,Cd, dan Cu

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian ini merupakan metode penelitian eksperimental

16
3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Penentuan Susut Pengeringan

Bahan uji ditimbang lalu dikeringkan dalam oven bersuhu 105C hingga diperoleh bobot

tetap, kemudian jumlah semua jenis bahan yang menguap pada kondisi tersebut

ditentukan berdasarkan selisih bobot bahan uji sebelum dikeringkan dan setelah

dikeringkan.

3.4.2 Analisis Kandungan Logam Berat Pb,Cd, dan Cu dengan Spektrofotometri

Serapan Atom

Bahan uji yang mengandung logam diubah melalui proses atomisasi sehingga logam

menjadi atom bebas. Atom bebas dari unsur logam dalam suatu sampel mengabsorbsi

radiasi dari sumber cahaya yang di pancarkan oleh lampu katoda yang mengandung unsur

logam yang sama dengan yang diuji pada panjang gelombang tertentu yang spesifik untuk

tiap elemen.

17
3.5 Analisa Data

Kurva kalibrasi untuk standar Pb, Cd dan Cu

Dibuat dengan menentukan persamaan garis berikut dari hubungan konsentrasi larutan

pembanding dan serapannya, kemudian tentukan koefisien korelasinya.

y = a + bx

Keterangan :

Y = Serapan

X = Konsentrasi

a = Intersep (pemotongan garis terhadap ordinat)

b = Slope (Kemiringan garis)

Analisis Statistik

Analisis varians (ANAVA) digunakan dalam analisa statistik penelitian ini. Prinsip uji

ANAVA adalah melakukan telaah variabilitas data menjadi dua sumber variasi dalam

kelompok dan variasi antar kelompok.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Wasitaatmadja, Syarif M., Penuntun Ilmu Kosmetik Medis, UI-Press, Jakarta 1997

2. Tranggono, Retno Iswari dan Fatma Latifah. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2007

3. Suherni, Keracunan Timbal di Indonesia, The Lead group, Inc., Australia, 2010, Hal.

1,2,8

4. Fatmawaty, Aisyah dan sosisyawati, Dwi, Analisis Logam Berat dalam Perona Mata

yang beredar di Kota Makassar dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

dalam Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 12 No.2 Juli, 208, Hal.31.

5. Day, R.A, Underwood AL., Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi IV, Diterjemahkan oleh

: Lis Sopyan, Jakarta, 2002, Hal 421-428

6. Sulistia G. Ganiswarna. Farmakologi dan Terapi, Edisi IV , Fakultas Kedokteran

Universits Indonesia, Jakarta, 1995.

7. Titseesang et al, Leaves of Orange Jasmine (Murraya exotica) as Indicators of

Airborne Heavy Metals in Bangkok, Thailand, Chulalongkorn University, Thailand,

2008.

8. Orth, Donald S, 1996, Microbiological Risk Assessment of Raw Materials dalam

Cosmetics & Toiletries Volume 111 No. 11, Illinois, Hal 43-45.

9. Browning, D.R,. Spectroscopy, Mc.Graw-Hill, London.

10. Pracaya, Hama dan Penyakit Tanaman, Niaga Swadaya, Jakarta, 1999, hal. 410-411.

19

Anda mungkin juga menyukai