Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No.

1, 2015

PEMERIKSAAN KUALITATIF HIDROKUINON DAN MERKURI


DALAM KRIM PEMUTIH

Roslinda Rasyid1), Eva Susanti2), Rieke Azhar2)


1)
Fakultas Farmasi, Universitas Andalas (UNAND), Padang
2)
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM), Padang

ABSTRACT

Studies have been conducted to analyse the hydroquinone and mercury content in beauty whitening
creams from parlor and on the market in Padang city. Beauty whitening cream samples were A, B, C, D,E and F,
then were observed using FeCl3, Ag-ammoniacal, Sodium Hydroxide, Potassium Iodide, and amalgam reagents.
Hydroquinon was determined using Thin Layer Cromatography (TLC) and UV spectrophotometer. The results
showed that six samples from three samples whitening cream B, D and F identified containing hydroquinone and
two samples B and F contain mercury. So from the six samples of beauty whitening cream, three samples of the
products do not contain hydroquinone and mercury.

Keywords : Hydroquinon, mercury, cosmetics

ABSTRAK

Pemeriksaan kandungan hidrokuinon dan merkuri dalam krim racikan salon dan krim pemutih yang
terdapat di kota padang telah dilakukan. Sampel yang diteliti adalah sampel A, B, C, D, E dan F. Kandungan zat
hidrokuinon dan merkuri dideteksi dengan menggunakan FeCl3, Ag Amoniakal, Natrium hidroksida, kalium
iodida dan amalgam. Metode pemeriksaaan dengan kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri UV. Hasil
pemeriksaaan menunjukkan bahwa dari keenam sampel, sampel B, D dan F positif mengandung Hidrokuinon,
sementara sampel B dan F positif mengandung merkuri.

Kata kunci: Hidrokuinon, merkuri, kosmetik.

PENDAHULUAN sinar matahari, kulit yang iritasi, kulit yang


luka terbakar, dan kulit pecah
Hidrokuinon dan merkuri adalah (Wasitaatmadja, 1997).
bahan aktif yang tidak mengendalikan Hidrokuinon dan merkuri tidak
produksi pigmen yang tidak merata, diperbolehkan penggunaannya didalam
tepatnya berfungsi untuk mengurangi atau kosmetika apalagi dalam krim pemutih.
menghambat pembentukan melanin kulit. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan
Melanin adalah pigmen kulit yang tentang larangan penggunaan merkuri atau
memberikan warna gelap kecokelatan, hidrokuinon yaitu pada PERMENKES RI
sehingga muncul semacam bercak atau No.445/MENKES/PER/V/1998. Namun,
bintik cokelat atau hitam pada kulit. Penggunaan krim yang mengandung
Banyaknya produksi melanin merkuri dan hidrokuinon ini masih terus
menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi. digunakan.
Hidrokuinon dan merkuri digunakan untuk Kepala Badan POM mengeluarkan
mencerahkan kulit yang kelihatan gelap surat Public Warning/Peringatan No.
akibat bintik, dan titik-titik penuaan. KH.01.43.2503 tahun 2009 tentang
Hidrokuinon dan merkuri sebaiknya tidak kosmetik mengandung bahan tersebut
digunakan pada kulit yang sedang terbakar dalam sediaan kosmetik dapat

63
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

membahayakan kesehatan dan dilarang Pelaksanaan Penelitian


digunakan. Hidrokuinon termasuk Pemeriksaan Bahan Baku Hidrokinon
golongan obat keras yang hanya dapat Garam merkuri dan hidrokuinon
digunakan berdasarkan resep dokter. sebenarnya tidak bersifat racun, namun
Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa bila bereaksi dengan cairan tubuh maka
pengawasan dokter dapat menyebabkan merkuri dan hidrokinon tersebut akan
iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa dirubah menjadi bentuk yang lebih bersifat
terbakar juga dapat menyebabkan kelainan toksik. Dan sifat merkuri tidak larut
pada ginjal, kanker darah dan kanker sel didalam cairan tubuh, sehingga
hati ( Ditjen POM RI,1980 ). penggunaan yang terus-menerus akan
Hidrokuinon dengan kadar lebih menyebabkan terakumulasinya didalam
dari 2% termasuk golongan keras yang tubuh sehingga berbagai ancaman pun siap
hanya dapat digunakan berdasarkan resep menyerang seperti gangguan syaraf,
dokter. Bahaya pemakaian obat keras ini kelemahan, kebutaan, kanker dan kematian
tampa pengawasan dokter dapat (Wasitaatmadja, 1997).
menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi
merah dan terasa terbakar, bercak-bercak Penentuan Kualitatif Hidrokuinon
hitam ( Badan POM RI,2011). A. Pereaksi FeCl3
Merkuri tidak boleh lebih dari 1 mg Sampel (krim) A, B, C, D,
(1 ppm) termasuk golongan keras yang E dan F ditimbang sebanyak 0,1
hanya boleh dengan resep dokter gram. Dilarutkan dengan etanol
dikarenakan pemakaian merkuri dapat sebanyak 5 mL sampai larut
menimbulkan berbagai hal, mulai dari kemudian ditambahkan 4 tetes
perubahan kulit, yang akhirnya dapat FeCl3.
menyebabkan bintik-bintik hitam pada B. Pereaksi Ag-amoniakal
kulit, alergi, iritasi kulit, kerusakan Sampel (krim) A, B, C, D,
permanen pada susunan syaraf, otak, ginjal E dan F ditimbang sebanyak 0,1
dan gangguan perkembangan janin bahkan gram. Dilarutkan dengan etanol
paparan jangka pendek dalam dosis tinggi sebanyak 5 mL sampai larut
dapat menyebabkan muntah-muntah, diare kemudian ditambahkan 3 tetes Ag-
dan kerusakan ginjal pada manusia (Badan amoniakal lalu dipanaskan sampai
POM RI, 2009) terlihat gelembung. Setelah itu
ditambahkan dengan 3 tetes NaOH
METODE PENELITIAN maka terdapat warna cermin perak.
C. Pemeriksaan Kualitatif
Alat dan Bahan Hidrokuinon dengan metoda KLT
Alat yang digunakan adalah plat Pemeriksaan Kualitatif
tetes, erlenmeyer, timbangan analisis, Hidrokuinon dengan metoda KLT
beker glass, gelas ukur, penangas air, dilakukan dengan langkah-langkah
corong, labu ukur, spatula, hot plate, kertas berikut:
saring, Labu ukur, labu kjedahl, Plat KLT 1) Plat silika gel GF 254 dengan
20 x 20 cm, Lampu UV, chamber, ukuran 3 x 7 cm
Spektrofotometer ultraviolet-visibel. 2) Pembuatan larutan eluen
Bahan yang digunakan dalam Eluen yang digunakan Metanol
penelitian ini adalah Hidrokuinon, krim P-Kloroform P (50:50) yang
pemutih , Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 dibuat sebanyak 4 mL.
N, Kalium Iodida (KI), Etanol 95%, kemudian dimasukan ke dalam
Metanol, Kloroform, FeCl3, Ag-amoniakal.

64
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

chamber lalu ditutup rapat agar timbang masing-masing sampel


eluen tidak menguap. (Krim) sebanyak 0,1 gram di labu
3) Eluen yang telah dimasukan ke ukur dan larutkan dengan etanol
dalam chamber kemudian sebanyak 100 mL untuk larutan
dijenuhkan dengan cara induk. Dari 100 mL larutan induk
memasukan kertas saring ke di pipet sebanyak 5 mL dan di
dalam eluen selama 30 menit. larutkan dengan labu ukur 50 mL.
4) Sampel (Krim) dari (A), (B), Dari 50 mL dipipet juga sebanyak 5
(C), (D), (E) dan (F) ditimbang mL di larutkan dengan labu ukur 25
sebanyak 0,1 gram dan mL. Kemudian diukur dengan
dilarutkan dengan etanol spektrofotometer dari masing-
sebanyak 5 mL. masing sampel dengan pembanding
5) DitimbangPembanding standar baku, ukur λ max (panjang
(Hidrokuinon) 0,1 gram dan gelombang serapan maksimum)
dilarutkan dengan etanol (Dachriyanus (2004),
sebanyak 8 mL dan ditotolkan
sampel yang telah dilarutkan Penentuan Kualitatif Merkuri
dengan pembanding yang sudah Pembuatan Pereaksi Natrium
dilarutkan pada plat KLT Hidroksida
dengan menggunakan pipa Merkuri bila direaksikan dengan
kapiler atau mikropipet NaOH akan memberikan endapan
berujung runcing khusus berwarna kuning jingga bila senyawa
berskala 1 µL dan bervolume 1 tersebut berupa ion merkuri divalent,
µL, ditotolkan dibatas garis sedangkan bila berupa ion merkuro dapat
yang telah dibuat pada bagian memberikan warna hitam.
bawah dan atas nya yang Hg² ⁺+ 2OH HgO + H₂O atau
berukuran 1 cm dibagian plat Hg₂²⁺+2OH Hg₂O +H₂O
KLT dengan pensil.
6) Plat silika gel GF 254 yang
telah ditotolkan tersebut Reagen Kalium Iodida
dimasukan ke dalam chamber Merkuri bila direaksikan dengan
yang berisi eluen sampai larutan kalium iodida akan menghasilkan
pelarut naik ke atas sampai endapan HgI2 yang berwarna merah jingga
garis yang sudah ditentukan di dan akan hilang pada penambahan KI
plat KLT. berlebihan karena terbentuk senyawa
7) Kemudian plat diangkat dari komplek K₂HgI₄ larut.
chamber dan lihat penampakan Hg²⁺+2I⁻ HgI₂ atau Hg₂²⁺ + 2I⁻
noda dengan mengunakan Hg₂I₂
lampu UV lalu diukur (Depkes
RI, 1995) Reaksi Untuk Pembentukan Amalgam
Dengan rumus : Kawat tembaga bersih yang telah
𝑅𝐹 diampelas bila dicelupkan ke dalam larutan
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 yang mengandung merkuri akan terbentuk
=
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 lapisan logam merkuri yang berwarna
keabu-abuan yang melapisi permukaan
D. Spektrofotometer ultraviolet kawat tembaga tersebut.
Sebelum di ukur dengan
spektrofotometer terlebih dahulu

65
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

Destruksi dengan penambahan NaOH sampai alkalis


Destruksi adalah proses pemanasan dan dipanaskan. Ammonia yang
suatu zat ( padat ) organik kompleks dibebaskan selanjutnya ditangkap oleh
hingga terurai dan menghasilkan produk larutan asam dalam jumlah berlebih. Untuk
yang lebih sederhana. Pada tahapan ini mengetahui asam dalam keadaan berlebih
sampel dipanaskan dalam asam sulfat maka diberi indikator misalnya
pekat sehingga terjadi destruksi menjadi fenolftalein. Destilasi diakhiri apabila
unsur-unsurnya. Elemen karbon teroksidasi semua amoniak sudah terdestilasi
menjadi CO, CO2, dan H2O, sedangkan sempurna dengan ditandai destilat tidak
nitrogen akan berubah menjadi ( NH4 )SO4. bereaksi basa.
Untuk mempercepat proses destruksi
sering ditambahkan katalisator, biasanya HASIL DAN PEMBAHASAN
terdiri dari campuran SeO2,K2 SO4, dan Pemeriksaan secara kualitatif
CuSO4 (Rivai, 1995) Hidrokuinon dan Merkuri pada sampel A,
B, C, D, E, dan F didapatkan hasil:
Destilasi 1. Hasil Kualitatif Hidrokuinon
Destilasi adalah pemisahan dua dengan pereaksi dari FeCl3 dan Ag-
atau lebih senyawa berdasarkan perbedaan amoniakal dari Krim pemutih dapat
titik didihnya. Pada destilasi ammonium dilihat pada tabel dibawah
sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3)

Tabel I: Dengan pereaksi FeCl3

NO Sampel Pereaksi FecL3


1 Pembanding Kuning Perak
2 A Kuning Pucat
3 B Kuning Perak
4 C Kuning Pucat
5 D Kuning Perak
6 E Warna Putih
7 F Kuning Perak

Tabel II: Dengan pereaksi Ag-amoniakal

NO Sampel Pereaksi Ag-amoniakal

1 Pembanding Cermin Perak


2 A Putih
3 B Cermin Perak
4 C Putih
5 D Cermin Perak
6 E Putih
7 F Cermin Perak

66
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

2. Hasil dari Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Hidrokuinon dalam krim pemutih dapat
dilihat pada tabel dibawah
Tabel III: Dengan Kromatografi Lapis Tipis

NO Sampel Retention Factor (RF)

1 Pembanding 0,7
2 A 0,4
3 B 0,7
4 C 0,5
5 D 0,7
6 E 0,5
7 F 0,7

3. Hasil dari Spektrofotometri dapat dilihat pada tabel IV.


Tabel IV: Dengan Spektrofotometri

NO Sampel λ max
1 Pembanding 293,0 nm
2 A 227,0 nm
3 B 297,0 nm
4 C 256,5 nm
5 D 296,5 nm
6 E 255,5 nm
7 F 296,0 nm

4. Hasil penentuan Merkuri dengan menggunakan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N


dan Kalium Iodida dari hasil destruksi sampel dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel V : Dengan pereaksi Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N

NO Sampel NaOH
1 A Kuning Pucat
2 B Kuning Jingga
3 C Kuning Pucat
4 D Kuning Pucat
5 E Putih Susu
6 F Kuning Jingga

Tabel VI : Dengan pereaksi Kalium Iodida

NO Sampel Kalium Iodida (KI)

1 A Kuning Pucat
2 B Merah Jingga
3 C Kuning Pucat
4 D Kuning Pucat
5 E Putih Susu
6 F Merah Jingga

67
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

5. Hasil penentuan Merkuri dengan Pembentukan Amalgam dari hasil destruksi sampel
dapat dilihat pada.
Tabel VII: Dengan pembentukan Amalgam

NO Sampel Amalgam
1 A Kuning Pucat
2 B Warna Perak
3 C Kuning Pucat
4 D Kuning Pucat
5 E Kuning Pucat
6 F Warna Perak

Gambar 1. Hasil proses destruksi dari masing-masing sampel (Krim)

Gambar 2. Krim pemutih dari salon dan krim pemutih yang beredar

68
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

Gambar 3. Panjang Gelombang Serapan Maksimum Bahan Baku Hidrokuinon dalam


Etanol

Gambar 4. Panjang Gelombang Serapan Maksimum dari sampel (A)

Gambar 5. Panjang Gelombang Serapan Maksimum dari sampel (B)

69
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

Gambar 6. Panjang Gelombang Serapan Maksimum dari sampel (C).

Gambar 7. Panjang Gelombang Serapan Maksimum dari sampel (D).

Gambar 8. Panjang Gelombang Serapan Maksimum dari sampel (E).

70
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

Gambar 9. Panjang Gelombang Serapan Maksimum dari sampel (F).

Pada penelitian ini dilakukan dan F sebanyak 0,1 gram dilarutkan


pemeriksaan Kualitatif Hidrokuinon dan dengan etanol sebanyak 5 mL kemudian
Merkuri dalam krim pemutih, Sampel yang ditetes kan 4 tetes FeCl3 dan terdapat
digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan warna atau terlihatnya warna
empat salon yang berada di kota padang kuning perak hasilnya adalah warna kuning
yaitu salon yang A, B, C, D dan krim perak pada bahan baku, warna kuning
pemutih yang telah beredar di pasaran E pucat pada sampel A, warna kuning perak
dan F. Pengambilan sampel berdasarkan pada sampel B, warna kuning pucat pada
karena banyaknya kaum hawa yang sampel C, warna kuning perak D, warna
menggunakan krim pemutih yang bisa putih pada sampel E dan warna kuning
memutihkan wajah dalam waktu singkat. perak pada sampel F. Reaksi yang
Penelitian ini dilakukan dengan dilakukan dengan pereaksi Ag-amoniakal,
pemeriksaan secara kualitatif yang ditimbang bahan baku sebanyak 0,1gram
bertujuan untuk mengetahui kandungan dan ditimbang sampel (krim) A, B, C, D, E
Hidrokuinon dan Merkuri yang terdapat dan F sebanyak 0,1 gram kemudian di
dalam krim pemutih yang berasal dari Larutkan dengan etanol sebanyak 5 mL
racikan salon dan yang beredar di pasaran. sampai larut habis ditambahkan dengan 3
Sebelum dilakukan pemeriksaan tetes Ag-amoniakal lalu dipanaskan sampai
terhadap krim pemutih sampel terlebih terlihatnya gelembung. Setelah dipanaskan
dahulu difoto dengan bertujuan untuk ditambah dengan 2 tetes NaOH maka
identifikasi terhadap sampel. Selain itu terdapat warna cermin perak, hasilnya pada
foto juga digunakan sebagai argumentasi bahan baku terdapat warna cermin perak,
dalam penelitian. Untuk pemeriksaan warna putih pada sampel A, warna cermin
hidrokuinon diawali dengan melakukan perak pada sampel B, warna putih pada
reaksi warna yang digunakan FeCl3, Ag- sampel C, cermin perak pada sampel D,
amoniakal kemudian analisa kromatografi warna putih pada sampel E dan warna
lapis tipis (KLT) dan terakhir analisa cermin perak pada sampel F.
dengan Spektrofotometer UV secara Pada analisa kromatografi lapis
kualitatif. Untuk pemeriksaan merkuri tipis dilakukan dengan langkah-langkah
dengan melakukan reaksi warna yang berikut: Plat silika gel GF 254 dengan
digunakan NaOH, KI dan Amalgam (Palar, ukuran 3 x 7 cm, Pembuatan larutan eluen.
1994). Untuk melakukan dengan pereaksi, Eluen menggunakan Methanol:P-
ditimbang bahan baku sebanyak 0,1 gram Kloroform P (1:1) yang dibuat sebanyak 4
dan ditimbang sampel (krim) A, B, C, D, E mL. kemudian masukan kedalam chamber

71
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

lalu tutup rapat agar eluen tidak menguap. max (panjang gelombang serapan
Eluen yang telah dimasukan ke dalam maksimum) dengan spektrofotometer UV.
chamber kemudian dijenuhkan dengan cara Hasil yang di dapat dari pengujian dengan
memasukan kertas saring kedalam eluen Spektrofotometri UV didapatkan bahwa
selama 30 menit. Sampel (Krim) dari sampel (krim) bahan baku hidrokuinon λ
masing-masing salon dan sampel (Merek®) max 293,0 nm pada sampel A λ max 227,0
ditimbang sebanyak 0,1 gram yang telah nm pada sampel B λ max 297,0 nm, pada
dilarutkan dengan etanol sebanyak 5 mL. sampel C λ max 256,5 nm, pada sampel D
kemudian ditimbang Pembanding λ max 296,5 nm, pada sampel E λ max
(Hidrokuinon) 0,1 gram dan dilarutkan 255,5 nm dan pada sampel F λ max 296,0
dengan etanol sebanyak 8 mL dan nm.
ditotolkan sampel dan pembanding yang Untuk pemeriksaan merkuri sampel
sudah dilarutkan pada plat dengan harus didestruksi terlebih dahulu karena
menggunakan pipet kapiler atau merkuri adalah senyawa anorganik, sampel
mikropipet berujung runcing khusus didestruksi dengan cara menimbang 0,5
berskala 1 µL dan bervolume 1 µL, gram masing-masing sampel ditambah
ditotolkan dibatas garis yang telah dibuat dengan asam nitrat sebanyak 5 mL
bagian bawah dan atas nya yang berukuran dipanaskan selama 30 menit sampai
1 cm dibagian plat dengan pensil. Plat terbentuk larutan jernih dan diencerkan
silika gel GF 254 atau plat yang telah dengan aquadest sebanyak 20 mL. Hasil
ditotolkan tersebut dimasukan kedalam destruksi terbentuk warna dari pada sampel
chamber yang berisi eluen sampai pelarut yang berbeda warna larutan nya yaitu
naik ke atas sampai garis yang sudah sampel A warna kuning pucat, B warna
ditentukan diplat. Kemudian angkat plat kuning, C kuning pucat, D warna kuning
dari chamber dan dilihat penampakan noda pucat, E warna putih susu dan pada sampel
dengan mengunakan lampu UV lalu diukur F terdapat warna kuning dan endapan
nilai RF 0,7 dari bahan baku putih.
(Hidrokuinon). Hasilnya dari masing- Setelah didestruksi sampel
masing sampel adalah RF 0,4 dari sampel direaksikan dengan natrium hidroksida
(A) tidak mengandung hidrokuinon, RF 0,7 (NaOH) dengan cara dipipet hasil destruksi
dari sampel(B) mengandung Hidrokuinon, sebanyak 5 tetes ditambah dengan NaOH
RF 0,5 dari sampel (C) tidak mengandung sebanyak 2 sampai 3 tetes dan terdapat
Hidrokuinon, RF 0,7 dari sampel (D) warna kuning jingga bila senyawa tersebut
mengandung Hidrokuinon, RF 0,5 dari berupa merkuri, hasil dari percobaan
sampel (E) tidak mengandung Hidrokuinon sampel A warna kuning pucat tidak ada
dan RF 0,7 dari sampel (F) mengandung memiliki perubahan, B warna kuning
Hidrokuinon. Pengujian dengan jingga memiliki perubahan, C warna
Spektrofotometri ultra violet. Sebelum di kuning pucat tidak ada memiliki perubah,
ukur dengan spektrofotometer terlebih D warna kuning pucat tidak memiliki
dahulu ditimbang masing-masing sampel perubahan, E warna putih susu tidak ada
(Krim) A, B, C, D, E dan F sebanyak 0,1 memiliki perubahan dan F warna kuning
gram di labu ukur dan dilarutkan dengan jingga memiliki perubahan.
etanol sebanyak 100 mL untuk larutan Hasil destruksi direaksikan dengan
induk. Dari 100 mL larutan induk di pipet kalium Iodida (KI) dengan cara pipet hasil
sebanyak 5 mL dan di larutkan dengan destruksi sebanyak 4 tetes dan ditambah
labu ukur yang 50 mL. Dari 50 mL dipipet dengan KI sebanyak 2 tetes akan
juga sebanyak 5 mL di larutkan dengan menghasilkan endapan yang bewarna
labu ukur yang 25 mL, kemudian diukur λ merah jingga dan akan hilang pada

72
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

penambahan KI yang berlebihan karena 2. Analisis secara kualitatif diketahui


terbentuk senyawa komplek dan bahwa sampel yang diperiksa positif
terdapatlah hasil dari masing – masing mengandung Merkuri yaitu dari sampel
sampel A warna kuning pucat tidak B dan F. Sampel yang tidak
memiliki perubahan, B warna merah jingga mengandung Merkuri ialah sampel A,C,
memiliki perubahan, C warna kuning pucat D dan E.
tidak memiliki perubahan, D warna kuning 3. Sampel yang sudah terdaftar pada
pucat tidak memiliki perubahan, E warna BPOM yaitu sampel E dari hasil
putih susu tidak memiliki perubahan dan F identifikasi tidak mengandung
terdapat warna merah jingga memiliki hidrokuinon. Sedang kan sampel A, C
perubahan. yang belum terdaftar pada BPOM dan E
Dan hasil destruksi dilakukan sudah terdaftar BPOM dari hasil
dengan pengujian Amalgam dengan cara identifikasi tidak mengandung merkuri.
Sampel (krim) A, B, C, D, E dan F yang
sudah didestruksi kemudian diambil
sebanyak 4 mL dimasukkan dalam tabung DAFTAR PUSTAKA
reaksi lalu kawat tembaga yang sudah
diampelas kemudian dicelupkan ke dalam Badan POM RI. (2011). Melarang produk
tabung reaksi yang telah diisi dengan kosmetik Mengandung Bahan
sampel yang telah didestruksi. Jika Berbahaya. Jakarta: Departemen
mengandung merkuri akan terbentuk Kesehatan Republik Indonesia.
lapisan logam merkuri yang berwarna
keabu-abuan yang melapisi permukaan Badan POM RI. (2009). Melarang produk
kawat tembaga tersebut. Bila lapisan ini kosmetik. Jakarta: Departemen
digosok akan memberikan warna perak Kesehatan Republik Indonesia.
yang menyelimuti lapisan kawat tersebut
dan terdapatlah hasil dari masing- masing Ditjen POM RI. (1980). Kodeks Kosmetika
sampel A warna kuning pucat tidak Indonesia, vol. 1, Jakarta:
memiliki perubahan , B warna abu – abu Departemen Kesehatan Republik
dan di gosok menjadi warna perak Indonesia.
memiliki perubahan, C warna kuning pucat .
tidak memiliki perubahan, D warna kuning Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan
pucat tidak memiliki perubahan, E warna Kimia, Jakarta: UI-Press.
putih susu tidak memiliki perubahan dan F
warna abu – abu dan di gosok menjadin Vogel, A. (1985). Kimia Analisis
warna perak memiliki perubahan. Kuantitatif Anorganik, (Edisi 4)
(Penerjemah : Setono, L &
KESIMPULAN Pudjaatmaka, A. H. Jakarta: EGC.

Berdasarkan hasil penelitian yang Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun


dilakukan maka dapat diambil kesimpulan Ilmu Kosmetika Medik, Jakarta:
sebagai berikut : Universitas Indonesia
1. Analisis secara kualitatif diketahui
bahwa sampel yang diperiksa positif
mengandung Hidrokuinon yaitu dari
sampel B, D dan F. Sampel yang tidak
mengandung Hidrokuinon ialah sampel
A, C dan E.

73

Anda mungkin juga menyukai