Anda di halaman 1dari 21

Optimasi Metode Titrimetrik dan Penentuan Kadar Hidrokuinon dan Vitamin C dalam

Sediaan Masker dan Krim Pemutih


Devina Intan Sari, Felicia Angela Wibawanto, Vanda Graveolita Sulistyanto, Fahmi Puteri
Perdani, Risma Dwi Sulistyowati, Isakayoga Otniel Watulo, Muhamad Ichsan Ariyanto,
Dimas Nugraha Setiyaji, Widhi Nugroho Meindra
652017002@student.uksw.edu
ABSTRAK
Pada percobaan yang bertujuan untuk menentukan kadar hidrokuinon dan vitamin C
dalam produk kosmetik yaitu masker dan krim pemutih dengan metode yang spesifik dilakukan
dengan penentuan uji kualitatif hidrokuinon terlebih dahulu dengan uji KLT, uji kelarutan, uji
cermin perak, uji dengan NaOH dan uji kualitatif vitamin C. Berdasarkan uji kualitatif
hidrokuinon dengan uji KLT tidak terdapat senyawa positif hidrokuinon, dengan uji kelarutan
sampel negative terhadap kandungan hidrokuinon oleh beberapa pelarut non-polar, dengan uji
NaOH sampel positif mengandung hidrokuinon dengan warna coklat kehitaman, dengan uji
cermin perak tidak didapatkan sampel positif mengandung hidrokuinon. Kemudian sampel yang
positif mengandung hidrokuinon dan vitamin C pada uji kualitatif, diuji secara kuantitatif dengan
metode titrasi redoks yaitu permanganometri, dikromatometri, serimetri untuk hidrokuinon dan
metode iodometri untuk vitamin C. Didapatkan kadar hidrokuinon dalam produk kosmetik krim
pemutih dan masker sebesar 24,75% (b/b) dan 28,5% (b/b) dengan metode serimetri dengan uji
positif titik akhir berwarna ungu. Pada uji kuantitatif vitamin C, didapatkan kadar vitamin C
sebesar 19,68% (b/b) dan 13,62%(b/b).
Kata kunci : Hidrokuinon, Vitamin C, Oksidimetri, KLT
PENDAHULUAN dari kandungan yang tidak seharusnya
melebihi kadar dalam krim pemutih adalah
Sebagian besar orang di dunia
hidrokuinon. Hidrokuinon digunakan dalam
menjadikan kulit putih dan cerah sebagai
krim pemutih atau masker karena sebagai
standar kecantikan. Salah satunya agar
penghambat enzim tirosinase yang berperan
menjadikan kulit putih dan cerah adalah
dalam penggelapan kulit tetapi jika
dengan memakai produk kosmetik krim
terakumulasi melewati batas maksimum
pemutih atau masker. Krim pemutih dan
pada kulit dapat menyebabkan iritasi kulit
masker merupakan salah satu produk
(Ibrahim, S., Damayanti, S., dan Riani,
kosmetik yang tersebar luas di masyarakat
2004). Menurut BPOM, kandungan
dan cukup banyak digunakan namun
hidrokuinon maksimum yang diperbolehkan
kandungan-kandungan senyawa dalam krim
dalam produk adalah 2% (b/b) maka dalam
pemutih atau masker terutama pada produk
produk dijual bebas yang memiliki kadar
yang tidak terdaftar dalam BPOM dan dijual
lebih dari 2% (b/b) dianggap berbahaya.
bebas di pasaran dapat memiliki senyawa
Selain hidrokuinon juga terdapat senyawa
berbahaya dan kadarnya melampaui batas
lain yang berfungsi sebagai pemtuih dalam
dari yang seharusnya diperbolehkan
produk kosmetik seperti glutation, TiO2, dan
sehingga dapat merusak kulit. Salah satu
tretinoin (Sonthalia, Jha, Lallas, Jain, &
Jakhar, 2018). Kandungan lain dalam METODOLOGI PENELITIAN
produk kosmetik yang umum ditambahkan
Alat dan Bahan
adalah vitamin C. Vitamin C merupakan
antioksidan yang dapat membantu Alat yang digunakan antara lain
mencerahkan warna kulit (Kameyama, buret, statif dan klem, erlenmeyer, beaker
Sakai, & Kondoh, 1996). Disisi lain untuk glass, labu takar 50 ml, 100 ml, dan 250 ml,
mencerahkan kulit penggunaan vitamin C waterbath, tabung reaksi dan rak, plat tetes,
dalam jangka panjang dan dosis besar dapat pipet tetes, pipet ukur, pipet volume 1 ml, 5
menyebabkan ketergantungan dan ml dan 10 ml, plat KLT, pipa kapiler, lampu
menimbulkan rebound scurvy (Kembuan & UV 254 nm, spatula, pilius, neraca analitik,
Tanudjaja, 2012). Oleh karena itu, corong.
kandungan hidrokuinon dan vitamin C perlu
diuji secara kuantitatif untuk mengetahui Sedangkan bahan yang digunakan
dosis yang dipakai dalam sediaan produk antara lain sampel A, B, C, D, E, F, G, H, I,
kosmetik yaitu masker dan krim pemutih. dan J, KMnO4, H2SO4, asam oksalat,
K2Cr2O7, difenilamine, FeCl3, AgNO3, NH3,
Dalam menentukan kadar hidrokuinon standar, KI, KIO3, Asam
hidrokuinon dan vitamin C dalam produk Askorbat, K3Fe(CN)6,dan amilum.
kosmetik atau masker dapat ditentukan
dengan metode titrasi oksidimetri karena Metode
hidrokuinon dan vitamin C merupakan Uji Kuantitatif Hidrokuinon
senyawa elektroaktif yang dapat mengalami
reaksi oksidasi (Bhatt & Anbuchezian, 1993). Permanganometri
Titrasi oksidimetri merupakan suatu titrasi Preparasi Sampel
terhadap reduktor dengan larutan standar
pengoksidasi (sebagai oksidator) dan titrasi Dilarutkan 2 gram sampel dalam 20
reduksimetri adalah titrasi zat pengoksidasi ml etanol, dihomogenkan kemudian
dengan larutan standar zat pereduksi dipanaskan dalam waterbath pada suhu 60-
(Padmaningrum, 2008). Untuk mengetahui 70° selama 10 menit. Kemudian disaring.
kandungan senyawa hidrokuion dalam Standarisasi KMnO4 0,01 M
produk kosmetik dapat dilakukan uji
kualitatif dengan seperti dengan uji KLT, uji Dicampurkan 10 ml asam oksalat
cermin perak, dan uji dengan NaOH yang 0,05 M dan 10 ml H2SO4 2 M dalam
kemudian dilakukan penetuan kadar masing- erlenmeyer. Kemudian dipanaskan dalam
masing uji dengan uji kuantitaif titrasi waterbath hingga suhu 70-80°C. Dalam
metode oksidimetri. Dengan demikian dapat beaker glass, dipanaskan pula KMnO4 dalam
ditentukan kadar hidrokuinon dalam sediaan waterbath. Larutan KMnO4 kemudian
masker dan krim pemutih dengan metode dituangkan ke dalam buret. Larutan asam
titrasi dan metode uji kualitatif yang spesifik oksalat dititrasi dengan KMnO4 hingga titik
untuk hidrokuinon, juga dilakukan akhir tercapai.
penentuan kemungkinan terdapatnya
Penentuan kadar hidrokuinon dalam sampel
reduktor lain dalam titrasi permanganometri
dan pelarut yang optimal untuk reaksi Dicampurkan 10 ml larutan sampel
hidrokuinon. dan 10 ml H2SO4 2 M dalam erlenmeyer.
Kemudian dipanaskan dalam waterbath Uji KLT
hingga suhu 70-80°C. Dalam beaker glass,
Sampel ditotolkan ke atas plat KLT,
dipanaskan pula KMnO4 dalam waterbath.
kemudian dimasukkan ke dalam chamber
Larutan KMnO4 kemudian dituangkan ke
dengan fase gerak metanol:aseton (1:8) yang
dalam buret. Larutan asam oksalat dititrasi
telah jenuh. Ditunggu hingga fase gerak
dengan KMnO4 hingga titik akhir tercapai.
mencapai batas atas kemudian dilihat di
Dikromatometri bawah sinar UV 254 nm, kemudian
ditentukan nilai Rf-nya.
Preparasi sampel
Uji Kelarutan
Dilarutkan 2 gram sampel dalam 20
ml etanol, dihomogenkan kemudian Penentuan Pelarut Optimum
dipanaskan dalam waterbath pada suhu 60-
Sampel C, D, E, F yang diduga
70° selama 10 menit. Kemudian disaring.
positif hidrokuinon berdasarkan hasil KLT
Penentuan kadar hidrokuinon dalam sampel diuji kelarutannya dalam etil asetat, etanol,
aseton, heksan dan asam asetat.
Dicampurkan 10 ml larutan sampel
dan 10 ml H2SO4 2 M dalam erlenmeyer. Uji Cermin Perak
Kemudian dipanaskan dalam waterbath
Sampel ditetesi H2O2 kemudian
hingga suhu 70-80°C. Dituangkan larutan ditambahkan seujung spatula FeCl3
K2Cr2O7 0,01 M ke dalam buret. Larutan selanjutnya ditetesi NH3 dan ditambahkan
sampel dititrasi dengan K2Cr2O7 hingga titik sedikit AgNO3. Diamati cermin perak yang
akhir tercapai. terbentuk. Dibandingkan dengan uji cermin
Serimetri perak pada hidrokuinon standar.

Penentuan kadar hidrokuinon dalam sampel Uji dengan NaOH

Dicampurkan 0,1 gram sampel Sampel ditetesi NaOH dengan


ditambahkan 5 ml methanol, 1,5 ml konsentrasi 1,5% (b/v), 2,5% (b/v), 3%
indikator difenilamin dalam H2SO4, dan 1 (b/v), dan 5% (b/v). Diamati perubahan
ml H2SO4 pekat dalam Erlenmeyer. warna yang terjadi. Hasil positif ditandai
Kemudian dicampurkan ditambahkan 60 ml dengan perubahan warna menjadi coklat
akuades. Dituangkan larutan Ce(SO4)2 0,01 kehitaman.
M ke dalam buret. Larutan sampel dititrasi Uji Kualitatif Vitamin C
dengan Ce(SO4)2 hingga titik akhir tercapai.
Larutan standar asam askorbat
Uji Kualitatif Hidrokuinon ditetesi FeCl3 1 M dan K3Fe(CN)6 0,5 M.
KLT Diamati perubahan warna yang terjadi. Hasil
positif ditandai dengan perubahan warna
Preparasi Sampel menjadi biru.
Dilarutkan 2 gram sampel dalam 20
ml metanol, dihomogenkan kemudian
disaring.
Uji Kuantitatif Vitamin C standar sekunder, sehingga perlu
distandarisasi dengan larutan standar primer
Iodometri
yakni asam oksalat menurut persamaan
Standarisasi Natrium Tiosulfat 0,03 M reaksi seperti di bawah ini:

Dicampurkan 10 ml KIO3 0,005 M MnO4- + 8H+ + 5e-  Mn2+ + 4H2O (x2)


dengan 0,4 gram KI dan 8 ml H2SO4 0,3 M.
C2O42-  2CO2 + 2e- (x5)
Ditambahkan amilum 1% (b/v) ke dalam
larutan hingga terbentuk warna biru. Larutan +
dititrasi hingga warna biru hilang.
2 MnO4- + 16H+ + 5C2O42-  2Mn2+ + 8H2O
Penentuan Kadar Vitamin C dalam Sampel + 10CO2
Dimasukkan 10 ml sampel ke dalam Dalam persamaan ini, MnO4- (+7)
labu takar 100 ml dan ditambahkan 40 ml direduksi menjadi Mn2+ (+2) dan C2O42-
H2SO4 0,3 M. Dikocok larutan kemudian (+3) teroksidasi menjadi CO2 (+4). Reaksi
didiamkan selama 2 menit, digenapkan perubahan Mn7+ menjadi Mn2+ berjalan
larutan hingga batas tera dengan H2SO4 0,3 lambat. Untuk dapat mmpercepat reaksi
M. Diambil 10 ml larutan kemudian reduksi permanganat menjadi ion mangan,
ditambahkan 0,4 gram KI dan 10 ml KIO3 diperlukan penambahan asam sulfat encer
0,005 M dan amilum 1% (b/v). Dititrasi sebagai penyedia H+ dan juga pemanasan
campuran tersebut dengan natrium tiosulfat. larutan oksalat dan kalium permanganat.
Dalam titrasi ini, kalium permanganat
HASIL DAN PEMBAHASAN
bertindak sebagai indikator diri sendiri. Titik
Uji Kuantitatif Hidrokuinon akhir titrasi ditandai oleh perubahan warna
menjadi merah muda karena kelebihan
Permanganometri kalium permanganat yang tidak bereaksi
Tabel 1. Kadar hidrokuinon pada sampel (NCERT, 2018).
dengan permanganometri Permanganometri mengikuti prinsip
Sampel Kadar (%,b/b) titrasi redoks dimana hidrokuinon akan
A Tidak teridentifikasi mereduksi Mn7+ menjadi Mn2+ (Khopkar,
B Tidak teridentifikasi 1998) menurut reaksi di bawah ini:
C 3,6 MnO4- + 8H+ + 5e-  Mn2+ + 4H2O (x2) E0 = +1,51 V
D 2,7
E Tidak teridentifikasi C6H6O2  C6H4O2 + 2H+ + 2e- (x5) E0 = -0,70 V
F 1,4 +
G Tidak teridentifikasi
2MnO4- + 6H+ + 5C6H6O2  2Mn2+ + 8H2O + 5C6H4O2
H Tidak teridentifikasi E0 = +0,81 V
I Tidak teridentifikasi
Pada percobaan ini, KMnO4 yang Berdasarkan Tabel 1, terdapat 3
akan digunakan untuk menitrasi hidrokuinon sampel yang dapat diidentifikasi dengan
sebelumnya distandarisasi terlebih dahulu permanganometri yakni sampel C, D dan F
untuk ditentukan kadarnya. Hal ini dengan kadar sebesar 3,6; 2,7 dan 1,4%
dilakukan karena KMnO4 merupakan larutan secara berturut-turut. Sampel A. B, E, G, H
dan I tidak mengalami perubahan warna bila disimpulkan bahwa semua sampel positif
dititrasi dengan KMnO4, hal ini mengandung hidrokuinon karena dalam
menunjukkan bahwa dimungkinkan keenam sampel terdapat reduktor lain yang dapat
sampel tidak mengandung hidrokuinon. Bila mereduksi kromat hingga mengalami
sampel mengandung hidrokuinon, maka perubahan warna seperti gliserol dan bahan
sampel akan mengalami oksidasi menjadi lain yang terkandung dalam produk
para-benzokuinon yang ditandai oleh kosmetik krim pemutih atau masker dengan
perubahan warna menjadi orange energi potensial lebih positif dari
kecokelatan (University of Illinois at hidrokuinon dengan dikromat (Kwon,
Urbana–Champaign, 1999). Warna orange Birdja, Spanos, Rodriguez, & Koper, 2012).
kecoklatan terbentuk karena para- Titrasi dengan larutan dikromat sendiri
benzokuinon memiliki warna coklat gelap. bukan merupakan agen pengoksidasi yang
kuat dan ada beberapa reaksi dari larutan
tersebut yang berjalan lambat sehingga
dibutuhkan indikator yang berguna untuk
mempercepat reaksi tersebut (Day &
Underwood, 1999). Dalam percobaan ini
digunakan indikator diphenylamine yang
dilarutkan dalam asam sulfat pekat, karena
dipheylamine itu sendiri sukar larut dalam
Gambar 1. Oksidasi hidrokuinon air serta untuk memberi suasana asam.

Sumber: (Chegg Study, 2019) Berdasarkan reaksi, kalium dikromat


dengan hidrokuinon dapat bereaksi dengan
Dikromatometri spontan dengan Eo +0,63V. Titik akhir
Tabel 2. Kadar hidrokuinon pada sampel titrasi dari reaksi hidrokuinon dengan
dengan dikromatometri dikromat ini akan menimbulkan warna ungu.
Sebelum mencapai titik akhir titrasi, warna
Sampel Kadar (%,b/b) larutan sampel akan mengalami perubahan
A 0,27 warna menjadi hijau terlebih dahulu. Hal ini
B 0,17 terjadi, lantaran ion dikromat (Cr2O72-) akan
C 0,04 tereduksi menjadi ion Cr3+ yang
D 2,45 menimbulkan warna hijau (E. House, 2013).
E 0,02
Setelah itu, hidrokuinon akan mengalami
F 0,2
G 0,44 reduksi menjadi parakuinon meski hal ini
H 1,9 belum dapat dipastikan karena kemungkinan
I 0,14 terdapat reduktor lain seperti dijelaskan
Pada percobaan dikrometri, semua sebelumnya. Kemudian hasil reduksi
sampel mengalami perubahan warna saat hidrokuinon maupun reduktor lain tersebut
dititrasi dengan dikromat sehingga semua apabila bereaksi dengan ion Cr3+ akan
sampel memiliki kecenderungan positif menghasilkan perubahan warna menjadi
hidrokuinon dalam reaksi dikrometri (Tabel ungu.
2.). Meski demikian, tidak dapat
Serimetri (b/b) dan 24,75% (b/b). Kadar hidrokuinon
dalam kosmetik dipasaran tidak boleh
Tabel 3.
melebihi 2% (Nurfitriani, Hadisoebroto, &
Sampel Kadar (%, b/b) Budiman, 2015). Sehingga dapat dikatakan
Standar 28,5 bahwa sampel J tidak memenuhi standar
J 24,75 hidrokuinon berdasarkan BPOM.
I Tidak teridentifikasi
Titrasi serimetri adalah salah satu Uji Kualitatif Hidrokuinon
jenis titrasi yang didasarkan pada prinsip Pada percobaan kali ini dilakukan uji
reaksi redoks (Astuti, Prasetya, Irsalina, & kualitatif untuk membuktikan adanya
Tipis, 2016)Yang bertindak sebagai titran kandungan hidrokuinon pada sampel yang
adalah serium (IV) sulfat. Titrasi serimetri ada di pasaran. Uji yang dilakukan ada 3
berjalan berdasarkan reaksi dibawah ini: yaitu uji KLT (kromatografi lapis tipis), uji
Ce4+ + e-  Ce3+ (x2) E0 = +1,61 cermin perak, dan uji dengan menggunakan
NaOH.
C6H6O2  C6H4O2 + 2H+ + 2e- (x1) E0 = -0,70

+ Tabel 4. Uji KLT, Cermin Perak, dan NaOH


pada Hidrokuinon
2Ce4+ + C6H6O2  2Ce3+ + C6H4O2 + 2H+ E0 = +0,91
Uji NaOH (b/v)
Cermin
Berdasarkan uji kualitatif, maka Sampel KLT
Perak
1,5% 2,5% 3% 5%
(Rf)
sampel yang dapat dititrasi mengunakan A 0,692 - - - - -
titrasi serimetri hanya dua sampel, yaitu B 0,769 - - - - -
C 0,886 - - - - -
sampel sampel I dan J yang positif dalam uji D 0,886 - - - - -
E 0,863 - - - - -
kualitatif dengan NaOH, sedangkan sampel F 0,909 - - - - -
A, B, C, D, E, F, G, dan H menunjukan hasil G - - - - - -
H 0,727 + - - - -
negatif. Sehingga dapat dikatakan ke-8 I - - - - - -
sampel diatas tidak terdapat hidrokuinon. J Tidak - + + + +
diuji
Saat dilakukan percobaan 2 sampel tersebut Hidrokuinon 0,895 - ++ ++ +++ +++
standar
ternyata hanya sampel J yang positif yang
Uji KLT
ditandai dengan perubahan warna menjadi
ungu, perubahan warna tersebut disebabkan Pada uji KLT dilakukan
oleh karena adanya peristiwa oksidasi dari menggunakan fase gerak metanol : aseton, 8
senyawa hidrokuinon menjadi 1, 4- : 1 (v/v) yang sudah dihomogenkan dan fase
benzoquinon. Warna ungu menunjukkan diam silika gel pada sampel dan standar
terbentuknya senyawa para-quinon. yang telah diekstraks menggunakan pelarut
Sedangkan sampel I tidak mengalami metanol. Dari hasil uji tersebut diperoleh
perubahan warna, dan berdasarkan uji hasil seperti pada Tabel 4. Berdasarkan Rf
kualitatif sampel I juga negatif sehingga yang diperoleh dapat diketahui jika sampel
disimpulkan bahwa sampel I tidak C, D, E, dan F memiliki Rf (0,886, 0,886,
mengandung hidrokuinon dan dalam titrasi 0,863, dan 0,909) yang mendekati Rf
serimetri sampel I diuji sebagai kontrol hidrokuinon standar (0,895) sehingga
negatif. Setelah titrasi dijalankan maka dilakukan uji kuantitatif pada sampel
didapatlah kadar dari hidroquinon standar
dan sampel J masing-masing adalah 28,5%
tersebut untuk membuktikan adanya uji kandungan senyawa aldehida.
kandungan hidrokuinon. Disimpulkan dari ketiga uji bahwa uji
dengan NaOH adalah uji paling spesifik
Uji Cermin Perak
dengan sampel J yang mengandung
Selain melakukan uji KLT dilakukan hidrokuinon memiliki perubahan warna
juga uji cermin perak pada semua sampel seperti pada hidrokuinon standar.
untuk mengetahui kandungan hidrokuinon
Tabel 5. Uji Kelarutan Hidrokuinon
pada sampel. Menurut Putrianti (2009) perak
oksida (Ag2O) merupakan pereaksi Tollens Sampel Etil Etanol Aseton Heksan Asam
Asetat Asetat
akan membentuk cermin perak jika bereaksi Hidrok larut larut larut - larut
uinon
dengan aldehida. Hidrokuinon sendiri standar
merupakan turunan senyawa fenol sehingga C - - - - -
D - - - - -
tidak bisa diuji dengan pereaksi Tollens. E - - - - -
Tetapi diperoleh hasil positif pada sampel H F - - - - -

yang bisa diduga sebagai aldehida yang Pada uji kelarutan hidrokuinon
terkandung pada sampel tersebut. digunakan beberapa sampel yaitu
hidrokuinon standar, sampel C, sampel D,
Uji Perubahan Warna sampel E, dan sampel F yang dilarutkan
pada beberapa pelarut. Berdasarkan tingkat
Dilakukan juga uji perubahan warna
kepolaran pelarut, etanol dan asam astetat
menggunakan NaOH untuk menentukan
merupakan pelarut polar meski demikian,
kandungan hidrokuinon. Dari hasil uji yang
etanol juga merupakan pelarut universal. Etil
dilakukan terhadap sembilan sampel
asetat dan aseton merupakan pelarut semi
menunjukkan hasil negatif pada sampel A-I
polar sedangkan heksan merupakan pelarut
sedangkan pada sampel kesepuluh sampel J
non polar. Berdasarkan prinsip like dissolves
menunjukkan hasil positif yang ditandai
like senyawa yang bersifat polar akan mudah
dengan peubahan warna menjadi merah bata
larut dalam pelarut polar, sedangkan
seperti yang terjadi pada standar
senyawa non polar akan mudah larut dalam
hidrokuinon. Perubahan warna tersebut
pelarut non polar (James et al, 2008). Dapat
karena senyawa fenol sendiri merupakan
dilihat dari Tabel 5. bahwa sampel C, D, E,
senyawa yang mudah dioksidasi sehingga
dan F tidak larut di semua pelarut namun
dengan keberadaan NaOH, hidrokuinon
hidrokuinon standar larut pada pelarut
akan teroksidasi menjadi parakuinon
heksan, etanol, aseton dan asam asetat.
(Nurfitriani et al., 2015).
Maka dapat disimpulkan berdasarkan
Berdasarkan 3 uji kualitatif di atas, kelarutan hidrokuinon standar, bahwa
metode yang sesuai untuk uji kandungan hidrokuinon adalah senyawa yang bersifat
hidrokuinon adalah uji KLT (kromatografi semipolar cenderung polar hal ini sesuai
lapis tipis) meski tidak didapatkan sampel dengan prinsip like dissolve like yang telah
positif hidrokuinon jika dibandingkan dijelaskan sebelumnya dan sesuai dengan
dengan nilai Rf dari standar dan uji percobaan yang pernah dilakukan
perubahan warna menggunakan NaOH sebelumnya bahwa hidrokuinon yang
karena uji cermin perak menggunakan merupakan senyawa organik aromatik yang
pereaksi Tollens (Ag2O) digunakan untuk mudah larut dalam air, etanol, kloroform,
dan eter (Handoyo, 2010). Kemudian, dapat sampel didtitrasi secara iodometi yaitu titrasi
disimpulkan bahwa sampel C, D, E, dan F tidak langsung dengan prinsip titrasi redoks
masing-masing tidak mengandung dimana asam askorbat direduksi dahulu
hidrokuinon, meski demikian hal ini juga dengan KI menghasilkan I2 yang kemudian
dapat dikarenakan sampel yang diekstrak keberadaan iodide berlebih akan dititrasi
masih mengandung senyawa selain dengan natrium thiosulfate terstansdarisasi
hidrokuinon yang menyebabkan menjadi ion I- yang tidak berwarna sebagai
ketidaklarutan dalam pelarut uji serta
titik akhir titrasi (Basset et al., 1994).
kandungan hidrokuinon yang hanya sedikit
Tingginya kadar dalam krim pemutih ini
pada sampel, atau cenderung tidak
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki
mengandung hidrokuinon.
kecenderungan berperan dalam aplikasi pada
Uji Vitamin C kulit untuk tiap krim pemutih. Hal ini sesuai
M Na2S2O3 = 0,0236 M dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya dimana vitamin C berfungsi
Sampel Kadar (%, b/b) dalam kesehatan wajah dalam pemakaiannya
A 13,62 (Pullar, Carr, & Vissers, 2017).
D 19,68
E 19,63
G 19,95 KESIMPULAN
Catatan : Sampel yang dihitung kadarnya
adalah sampel positif dalam uji kualitatif Berdasarkan penentuan kadar
hidrokuinon secara kualitatif dengan acuan
Berdasarkan uji kandungan vitamin menggunakan metode yang paling spesifik
C secara kualitatif, didapatkan sampel A, D, yaitu reaksi hidrokuinon dengan NaOH
E, dan G positif mengandung vitamin C disimpulkan bahwa sampel J positif
karena meiliki warna yang serupa dengan mengandung hidrokuinon dengan warna
asam askorbat standar yang berwarna biru. coklat kehitaman seperti standar
Warna biru ini ditimbulkan akibat reaksi hidrokuinon sedangkan untuk uji kualitatif
reduksi dari Fe3+ dengan vitamin C menjadi lain yaitu KLT didapatkan kecenderungan
Fe2+ yang kemudian akan bereaksi dengan tidak terdapat senyawa positif hidrokuinon
K3Fe(CN)6 membentuk kompleks karena memiliki nilai Rf berbeda dengan
KFe3[Fe2(CN)6] yang berwarna biru cerah hidrokuinon standar dan pada uji kualitatif
sehingga ketika positif mengandung vitamin cermin perak tidak didapatkan sampel
C maka warna larutan menjadi biru (S. positif karena cermin perak tidak terbentuk
Teepo, Chumsaeng, Jongjinakool, Chantu, pada sampel. Kemudian berdasarkan uji
& W. Nolykad, 2012). Berdasarkan Tabel 6. kelarutan disimpulkan lautan sampel yang
didapatkan hasil uji kuantitatif penentuan diuji negative terhadap kandungan
kadar ke 4 sampel yang positif mengandung hidrokuinon dan hidrokuinon merupakan
vitamin C secara kualitatif yang cukup senyawa semipolar yang cenderung polar
tinggi dengan nilai kadar terendah pada yaitu larut dalam etanol, asam asetat, etil
sampel A yaitu 13,62% (b/b) dan tertinggi asetat, dan aseton.
19,68% (b/b) untuk sampel D dimana setiap
Berdasarkan uji kuantitatif electrolyte, 5, 177–186.
hidrokuinon dengan titrasi redoks Chegg Study. (2019). Solved: When A
menggunakan metode permanganometri, Hydroquinone Is Oxidized Into
Benzoquinone,... | Chegg.com.
dikromatometri, dan serimetri disimpulkan
Day, R. A., & Underwood, A. L. (1999).
pada metode permanganometi sampel C, D, Quantitative Analysis, 4th Edition,
dan F positif hidrokuinon dengan kadar 59(3), 1982.
3,6% (b/b), 2,7% (b/b), dan 1,4% (b/b) dan E. House, J. (2013). Chemistry of Metallic
pada dikrometri disimpulkan tidak spesifik Elements.
terhadap uji hidrokuinon meski dalam tiap https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
titrasi baik permanganometri maupun 385110-9.00011-X
Handoyo, D. (2010). Penetapan Kadar
dikromatometri dimungkinkan terdapat
Hidrokuinon dalam Larutan Pencerah
reduktor lain sehingga tidak spesifik Merek “A” yang Beredar di Pasaran
terhadap hidrokuinon. Sedangkan pada dengan Metode Spektrofotometri
serimetri yang dilakukan setelah uji Visibel. Farmakope Indonesia, IV,
kualitatif spesifik hidrokuinon dengan 440–1066.
NaOH, didapatkan kadar sampel Ibrahim, S., Damayanti, S., dan Riani, Y.
hidrokuinon J adalah 24,75% (b/b) dan (2004). Penetapan dan Keseksamaan
Metode Kalorimetri Menggunakan
hidrokuinon standar memiliki kadar 28,5%
Pereaksi Floroglusin Untuk Penetapan
(b/b) dengan uji positif titik akhir berwarna Kadar Hidrokuinon dalam Krim
ungu. Sedangkan untuk uji kualitatif vitamin Pemucat, 29(2), 103–113. Retrieved
C didapatkan 4 sampel positif mengandung from
vitamin C dengan kadar masing-masing http://acta.fa.itb.ac.id/pdf_dir/issue_29_
vitamin C pada sampel tertinggi adalah 1_4.pdf
Kameyama, K., Sakai, C., & Kondoh, S.
19,68% (b/b) pada sampel D dan terendah
(1996). Inhibitory effect of magnesium
13,62%(b/b) pada sampel A sehingga in vitro and in vivo on melanogenesis,
disimpulkan dalam krim pemutih juga 29–33.
digunakan vitamin C untuk mencerahkan Kembuan, M. V, & Tanudjaja, G. N. (2012).
wajah. Peran vitamin c terhadap pigmentasi
kulit. Jurna Biomedik, 4, S13-17.
Daftar Pustaka Khopkar, S. . (1998). Basic Concepts Of
Astuti, D. W., Prasetya, H. R., Irsalina, D., Analytical Chemistry (2nd ed.). New
& Tipis, K. L. (2016). Identifikasi Delhi: New Age International.
Hidroquinon pada Krim Pemutih Kwon, Y., Birdja, Y., Spanos, I., Rodriguez,
Wajah yang Dijual di Minimarket P., & Koper, M. T. M. (2012). Highly
Wilayah Minomartani , Yogyakarta selective electro-oxidation of glycerol
Hydroquinone Identification in to dihydroxyacetone on platinum in the
Whitening Creams Sold at Minimarkets presence of bismuth. ACS Catalysis,
in, 2(445), 13–19. 2(5), 759–764.
Bhatt, D. P., & Anbuchezian, M. (1993). https://doi.org/10.1021/cs200599g
Cyclic voltammetric study of quinone- NCERT. (2018). Titrimetric Analysis
hydroquinone organic system in (Redox Reactions).
aqueous magnesium perchlorate Nurfitriani, S., Hadisoebroto, G., &
Budiman, S. (2015). ANALISIS S. Teepo, P., Chumsaeng, S., Jongjinakool,
PENETAPAN KADAR K., Chantu, & W. Nolykad. (2012). A
HIDROKUINON PADA KOSMETIK New Simple and Rapid Colorimetric
KRIM, (December). Screening Test for Semi-quantitative
Padmaningrum, R. T. (2008). Titrasi Analysis of Vitamin C in Fruit Juices
Iodometri, 1–6. Based on Prussian Blue. Journal of
Pullar, J. M., Carr, A. C., & Vissers, M. C. Applied Sciences, 6, 568–574.
M. (2017). The Roles of Vitamin C in https://doi.org/10.3923/jas.2012.568.57
Skin Health, (Figure 1). 4
https://doi.org/10.3390/nu9080866 Sonthalia, S., Jha, A. K., Lallas, A., Jain, G.,
Putrianti, D. E. K. A. (2009). & Jakhar, D. (2018). Glutathione for
PEMANFAATAN POLIANILIN DAN skin lightening : a regnant myth or
BERBAGAI MODIFIKASINYA evidence-based verity ?, 8(1), 15–21.
DENGAN H 2 SO 4 PEKAT UNTUK University of Illinois at Urbana–Champaign.
UJI MODIFIKASINYA DENGAN H 2 (1999). Oxidation of Phenols.
SO 4 PEKAT UNTUK UJI.
Lampiran
Perhitungan Permanganometri

 Standarisasi KMnO4 I  Sampel F


M1.V1.e1 = M2.V2.e2 (𝑀×𝑉)𝐾𝑀𝑛𝑂4 ×𝑀𝑟𝐻𝑄 ×𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖×100%
Kadar =
M1.19,4 ml.5 = 0,05M.10 ml.2 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔)
𝑚𝑔 5
M1 = 0,0103 M 0,0103 𝑀×10,1 𝑚𝑙×110,11 × ×100%
𝑚𝑚𝑜𝑙 2
Kadar = 2034,9 𝑚𝑔
Kadar = 1,4%, (b/b)

 Standarisasi KMnO4 II  Sampel D


M1.V1.e1 = M2.V2.e2 (𝑀×𝑉)𝐾𝑀𝑛𝑂4 ×𝑀𝑟𝐻𝑄 ×𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖×100%
Kadar =
M1 18,25 ml.5 = 0,05M.10 ml.2 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔)
𝑚𝑔 5
M1 = 0,0109 M 0,0109 𝑀×19,35 𝑚𝑙×110,11 × ×100%
𝑚𝑚𝑜𝑙 2
Kadar = 2000 𝑚𝑔
Kadar = 2,45%, (b/b)

 Standarisasi KMnO4 III  Sampel C


M1.V1.e1 = M2.V2.e2 (𝑀×𝑉)𝐾𝑀𝑛𝑂4 ×𝑀𝑟𝐻𝑄 ×𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖×100%
Kadar =
M1 22,1 ml.5 = 0,05M.10 ml.2 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔)
𝑚𝑔 5
M1 = 0,0090 M 0,0090 𝑀×29,05 𝑚𝑙×110,11 × ×100%
𝑚𝑚𝑜𝑙 2
Kadar = 2000 𝑚𝑔
Kadar = 3,6%, (b/b)
Perhitungan Dikromat
Sampel A B C D E
Volume (ml) I II I II I II I II I II
Awal 18 7,6 0 14,0 4,9 4,8 0 20,4 0 15,2
Akhir 34,4 24,0 10,5 24,4 26,9 26,7 14,9 35,2 15,0 30,1
Ditambahkan 16,4 16,4 10,5 10,4 22,0 21,9 14,9 14,8 15,0 14,9
Rata-rata 16,4 10,45 21,95 14,85 14,95

Sampel F G H I
Volume (ml) I II I II I II I II
Awal 22,5 10,0 0 0 25,7 9,9 0,2 16,6
Akhir 34,5 22,1 26,5 26,6 37,2 21,3 16,6 34,0
Ditambahkan 12,0 12,1 26,5 26,6 11,5 11,4 16,4 16,4
Rata-rata 12,05 26,55 11,45 16,4

MK2Cr2O7 x VK2Cr2O7 x Mrhidrokuinon x valensi x fp


Kadarhidrokuinon = x 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
 Sampel A
gr 6
0,0001 M x 16,4 ml x 110,11 x x 10
mol 2
Kadarhidrokuinon = x 100%
2000 𝑚𝑔

= 0,27 % (b/b)

 Sampel B
gr 6
0,0001 M x 10,45 ml x 110,11 x x 10
mol 2
Kadarhidrokuinon = x 100%
2000 𝑚𝑔

= 0,17 % (b/b)
 Sampel C
gr 6
0,0001 M x 21,95 ml x 110,11 x ×1
mol 2
Kadarhidrokuinon = x 100%
2000 𝑚𝑔

= 0,04 % (b/b)
 Sampel D
gr 6
0,0001 M x 14,85 ml x 110,11 x x 100
mol 2
Kadarhidrokuinon = x 100%
2000 𝑚𝑔

= 2,45 % (b/b)
 Sampel E
gr 6
0,0001 M x 14,95 ml x 110,11 x x1
mol 2
Kadarhidrokuinon = x 100%
2000 𝑚𝑔

= 0,02 % (b/b)

 Sampel F
gr 6
0,0001 M x 12,05 ml x 110,11 x x 10
mol 2
Kadarhidrokuinon = x 100%
2000 𝑚𝑔

= 0,2 % (b/b)
 Sampel G
gr 6
0,0001 M x 26,55 ml x 110,11 x x 10
mol 2
Kadarhidrokuinon = x 100%
2000 𝑚𝑔

= 0,44 % (b/b)
 Sampel H
gr 6
0,0001 M x 11,45 ml x 110,11 x x 100
mol 2
Kadarhidrokuinon = x 100%
2000 𝑚𝑔

= 1,9 % (b/b)
 Sampel I
gr 6
0,00005 M x 16,4 ml x 110,11 x x 10
mol 2
Kadarhidrokuinon = x 100%
2000 𝑚𝑔

= 0,14 % (b/b)

Perhitungan Vitamin C
Uji Kuantitatif Iodometri
Sampel A D E G
Volume (ml) I II I II I II I II
Awal 0 13,2 0,7 19,6 0 18,9 0,3 19,4
Akhir 13,2 26,3 19,6 38,6 18,9 37,8 19,4 38,7
Ditambahkan 13,2 13,1 18,9 19 18,9 18,9 19,1 19,3
Rata-rata 13,15 18,95 18,9 19,2
Standarisasi
Volume standarisasi : 12,7 ml
Mol IO3- = M KIO3- x V KIO3-
= 0,005 M x 10 ml
= 0,05 mmol
6
Mol I2 = 2 x Mol IO3-

= 3 x 0,05 mmol
= 0,15 mmol
2
S2O32- = 1 x Mol I2

= 2 x 0,15 mmol
= 0,3 mmol
𝑀𝑜𝑙 𝑆2 𝑂3 2−
M S2O32- = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆2 𝑂3 2−

0,3 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 12,7 𝑚𝑙
= 0,0236 M
Kadar vitamin C

 Sampel A  Sampel E

M1 V1 = M2 V2 M1 V1 = M2 V2
M1 10 ml = 0,0236 M . 13,15 ml M1 10 ml = 0,0236 M . 18,9 ml
Mvit C = 0,0310 M Mvit C = 0,0446 M

Mvit C x Mrvit C x Vvit C x fp x valensi Mvit C x Mrvit C x Vvit C x fp x valensi


Kadarvitc = x 100% Kadarvitc = x 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
10 1 10 1
0,0310 M x 176,12 gr/mol x x 10 x 0,0446 M x 176,12 gr/mol x x 10 x
1000 2 1000 2
= x 100% = x 100%
2 𝑔𝑟𝑎𝑚 2 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 13,62 % (b/b) = 19,63 % (b/b)

 Sampel D  Sampel G

M1 V1 = M2 V2 M1 V1 = M2 V2
M1 10 ml = 0,0236 M . 18,95 ml M1 10 ml = 0,0236 M . 19,2ml
Mvit C = 0,0447 M Mvit C = 0,0453 M

Mvit C x Mrvit C x Vvit C x fp x valensi Mvit C x Mrvit C x Vvit C x fp x valensi


Kadarvitc = x 100% Kadarvitc = x 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
10 1 10 1
0,0447M x 176,12 gr/mol x x 10 x 0,0453 M x 176,12 gr/mol x x 10 x
1000 2 1000 2
= x 100% = x 100%
2 𝑔𝑟𝑎𝑚 2 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 19,68 % (b/b) = 19,95 % (b/b)

Perhitungan Serimetri
 Hidrokuinon standar  Sampel J
(𝑀×𝑉)𝐶𝑒 ×𝑀𝑟𝐻𝑄 ×𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖×100% (𝑀×𝑉)𝐶𝑒 ×𝑀𝑟𝐻𝑄 ×𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖×𝐹𝑃×100%
Kadar = Kadar =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔) 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔)
𝑚𝑔 1
0,025 𝑀×20,7 𝑚𝑙×110,11 × ×100%
𝑚𝑚𝑜𝑙 2
Kadar =
Kadar = 0,025 𝑀×35,95 𝑚𝑙×110,11
𝑚𝑔 1 1
× × ×100%
100 𝑚𝑔 𝑚𝑚𝑜𝑙 2 2
Kadar = 28,5%, (b/b) 100 𝑚𝑔
Kadar = 24,75%, (b/b)
Gambar Percobaan

Gambar 1. Sampel yang Diduga Mengandung Gambar 2. Uji Cermin Perak pada Sampel
Hidrokuinon

Gambar 3. Hasil Uji Kelarutan Hindrokuinon


Gambar 4. Scanning KLT Gambar 5. Hasil Titrasi Permanganometri

Gambar 6. Uji dengan NaOH pada sampel Gambar 7. Uji dengan NaOH pada sampel E dan
dosis tinggi dan sampel H. sampel D.
Gambar 8. Uji dengan NaOH pada sampel I Gambar 9. Uji kualitatif standar hidrokuinon
Dan sampel B. menggunakan NaOH.
Problem Solving
Hari nol
Metode serimetri  Bahan tidak ada  ganti metode  permanganometri
Reaksi redoks
MnO4- + 8H+ + 5e-  Mn2+ + 4H2O (x2) E0 =+1,51 V
C6H6O2  C6H4O2 + 2H+ + 2e- (x5) E0 = -0,70 V
+
2MnO4- + 6H+ + 5C6H6O2  2Mn2+ + 8H2O + 5C6H4O2 E0 =+0,81 V (spontan)
Hari pertama
Uji Kuantitatif permanganometri (bening- merah muda – merah maroon)  sampel (esktrak
etanol) langusng diuji tanpa melakukan uji kualitatif terlebih dahulu
- Ekstak etanol karena hidrokuinon bersifat semipolar (kepolaran ada karena terdapat
gugus hidroksil)
- Titrat dan titran dipanaskan untuk mempercapat proses reaksi
- Standarisasi dengan oksalat karena permangano bukan merupakan standar primer
MnO4- + 8H+ + 5e-  Mn2+ + 4H2O (x2)
C2O42-  2CO2 + 2e- (x5)
+
2 MnO4- + 16H+ + 5C2O42-  2Mn2+ + 8H2O + 10CO2

- Mn7+ + 5e-  Mn2+ (merah muda)


- Hipotesa hidrokuinon menjadi p-kuinon (teroksidasi) menjadi merah maroon
- Kurang spesifik karena tidak ada standar dan kemungkinan terdapat reduktor lain
Dilakukuan uji kualitatif (ekstak methanol)  menggunakan metode KLT fase gerak 8:1
(methanol:aseton (b/v)) (study literature)
- Fase gerak methanol-aseton karena memiliki pemisahan spot terbaik
- Terdapat 2 sampel tanpa spot (dianggap tidak mengandung hidrokuinon)
- 7 sampel terdapat spot tetapi 3 spot memiliki Rf paling mendekati referensi dari literatur
namun ada selisih
Hari kedua
Kuantitatif dikromat (kuning-hijau-ungu)
- indikator difenilamin dalam asam (H2SO4) karena difenilamin sulit larut dalam air
Cr2O72- + 14H+ + 6e-  2Cr3+ + 7H2O (x1) E0 =+1,33 V
C6H6O2  C6H4O2 + 2H+ + 2e- (x3) E0 = -0,70 V
+
Cr2O72- + 8H+ + 3C6H6O2  2Cr3+ + 4H2O + 3C6H4O2 E0 =+0,63 V (spontan)
- Cr2O72- + 14H+ + 6e-  2Cr3+ + 7H2O (hijau)
- C6H6O2  C6H4O2 + 2H+ + 2e- (ungu)
- Semua sampel positif terhadap uji dengan dikromat meski tidak positif terhadap uji
kualitatif maupun kuantitatif lainnya  hipotesa reduktor lain dalam sampel sehingga
disimpulkan uji dengan dikromat tidak spesifik
Melanjutkan 3 sampel yang dianggap positif dengan uji permanganometri
Uji kualitatif cermin perak (ekstrak etanol)
Hari ketiga
Uji iodometri vitamin C
- Uji kualitatif sampel dan standar
Reduksi: 2 IO3- + 12 H+ + 10e-  I2 + 6H2O
Oksidasi: 2I-  I2 + 2e-
2 IO3- + 12 H+ + 10 I-  6 I2 + 6H2O
C6H8O6 + I2  C6H6O6 + 2I- + 2 H+
I2 + 2 S2O32-  2I- + S4O62-
- Standarisasi dengan natrium tiosulfat
Hari keempat
Uji kelarutan tiap sampel dan STANDAR
- 7 sampel tidak larut dalam semua pelarut, standar larut dalam semua pelarut kecuali
heksan (non polar)
Uji NaOH sampel dan STANDAR
- [NaOH]
- C6H6O2 C6H4O2 + 2 H+ (molekul asam dalam basa  melepas ion)
bening hitam kecoklatan
Uji KLT hidrokuinon STANDAR (ekstrak methanol)
Lanjut permanganometri
Hari kelima
Uji cermin perak hidrokuinon STANDAR dan sampel (ekstrak methanol)
- Sampel diencerkan terus diekstrak + H2O2 + FeCl3 + NH3
- 2 Ag+ + 2NH3 +H2O  Ag2O + 2NH4+
- Ag2O + 2NH3 +H2O  2 [Ag(NH3)2]+ + 2 OH-
ion kompleksnya Ag2O (Tollens)
- R-CHO + Ag2O  R-COOH + 2Ag(s) (endapan cermin perak)
FeCl3, H2O2
- C6H6O2 + 2AgNO3 C6H4O2 + 2Ag + 2HNO3

- Rekasi tollens merupakan reaksi untuk membedakan gugus aldehid dengan keton
sehingga diasumsikan bahwa reaksi tolens tidak membentuk cermin perak karena
hidrokuinon tidak memiliki gugus aldehid
Uji kuantitatif serimetri (bening-ungu)
Ce4+ + e-  Ce3+ (x2) E0 = +1,61
C6H6O2  C6H4O2 + 2H+ + 2e- (x1) E0 = -0,70
+
2Ce4+ + C6H6O2  2Ce3+ + C6H4O2 + 2H+ E0 = +0,91
- C6H6O2  C6H4O2 + 2H+ + 2e- (ungu)
Hari keenam
Uji kualitatif NaoH dan kuantitatif serimetri sampel olshop.

Anda mungkin juga menyukai