Anda di halaman 1dari 12

Review Jurnal

DOSEN PENGAMPU :
HERY MUHAMMAD ANSORY, S.Pd.,M.Sc.

DISUSUN OLEH :
BANGUN PRAKOSO
A28227005
TEORI 4

PROGAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2023
REVIEW JURNAL

Judul : “Synthesis Of A Novel Chalcone Derivative From Myristicin For Skin


Cancer Preventive Activity”
Nama Jurnal : Jurnal Kimia
Volume dan Halaman : Vol. 14, No. 3, Hal 1493-1498
Tahun : 2021
Penulis : H. M. Ansory, I. N. Fitriani , S. Handayani, dan N. Aznam

A. Latar Belakang
Kanker kulit merupakan penyakit yang sekarang ini menjadi isu kesehatan dunia,
karena menjadi penyakit dengan hampir 40 persen dari pasien yang menderita kanker
kebanyakan adalah penderita kanker kulit. Penyebab utama mengapa kanker kulit banyak
diderita adalah karena paparan sinar matahari. Pada kanker kulit mengandung karsinoma sel
skuamosa (SCC), karsinoma sel basal (BCC), serta melanoma ganas. Pada sel skuamosa dan
sel basal keduanya disebabkan karena paparan sinar matahari langsung yang terjadi begitu
lama dan berkepanjangan. Sementara itu, untuk melanoma ganas disebabkan paparan sinar
matahari yang terjadi secara terputus-putus(Ansory dkk., 2021).

Kasus kanker kulit yang terus meningkat di seluruh dunia yang disebabkan oleh sinar
ultraviolet matahari membuat inisiasi dalam mengembangkan potensi suatu senyawa dalam
mengatasi dan mencegah paparan dari sinar UV matahari.

B. Tujuan Penelitian
Menemukan senyawa kalkon baru yang bersifat antikanker dari turunan miristisin

C. Pendahuluan
Dalam pembuatan senyawa yang bersifat antikanker, penelitian-penetilian yang
dilakukan dalam memperoleh senyawa antikanker bisa didapatkan dengan cara
mengambilnya dari tanaman. Pada Tanaman Pala khususnya, mengandung sebuah senyawa
yang disebut Myristicin. Menurut penelitian, kadar miristisin pada buah pala mengandung
sekitar 22,22% dan termasuk yang tertinggi daripada kadar senyawa lainnya (Wibowo dkk.,
2018).

(Gambar tersebut merupakan senyawa miristin dengan strukturnya menggunakan bantuan


aplikasi ChemDraw versi 2022. )
Terlihat pada sruktur miristisin tersebut terdapat gugus fungsi seperti alil, fenil dan
eter. Miristisin sendiri nantinya dapat diubah menjadi senyawa turunan benzaldehida sebagai
bahan utama dalam pembuatan turunan senyawa kalkon menggunakan reaksi Claisen-
Schmidt (Muhamad Ansory dkk., 2017). Dimana turunan benzaldehida dari miristisin dapat
direaksikan dengan metil fenil keton untuk menghasilkan turunan kalkon baru. Senyawa
kalkon mempunyai beberapa manfaat yang telah diletiliti seperti antikanker, antioksidan,
antimalaria, dan anti alergi. Senyawa kalkon sebagai agen antikanker telah diteliti dan dibuat
kesimpulan dengan adanya substituen 2' oxygenated dan metoksi yang lebih disukai.
Belakangan ini peneliti menemukan senyawa kalkon baru dengan adanya substituen metoksi
dan metilendioksi(Ansory dkk., 2021).

Penambatan (Docking) adalah sebuah proses dimana kedua molekul tersebut dicocokkan
dalam ruang tiga dimensi. Dalam pengembangan obat sendiri studi molekular docking sering
digunakan, hal ini karena dapat mempelajari suatu ligan (senyawa yang ingin dikembangkan
sebagai obat) dan reseptor (protein atau enzim yang dijadikan target) dengan mengenali situs
aktif yang cocok pada protein. Studi molekular docking dapat memberikan informasi tentang
geometri terbaik dari kompleks reseptor-ligan. Berdasarkan informasi yang ditampilkan dari
hasil docking, berupa energi ikatan kemudian digunakan untuk memprediksi berpotensi atau
tidaknya suatu molekul untuk dapat dijadikan sebagai suatu calon obat. Selanjutnya dapat
dilakukan pengujian dengan uji in vitro maupun uji in vivo. sehingga secara rasional docking
memegang peranan penting dalam desain obat(Frimayanti dkk., 2019).

D. Pembahasan
Sintesis Miristisin menjadi turunan kalkon dibagi menjadi beberapa tahap yaitu : (1) sintesis
miristisin menjadi isomiristisin dengan menggunakan basa KOH, (2) oksidasi isomiristisin
menjadi turunan benzaldehida dengan menggunakan KMnO4 dengan bantuan katalis
contohnya tween 80, dan (3) sintesis turunan kalkon dengan reaksi kondensasi aldol turunan
benzaldehida dengan asetofenon menggunakan katalis basa NaOH (Muhamad Ansory dkk.,
2017).

Alat dan bahan berupa : miristisin (yang diisolasi dengan kemurnian 92% , kalium hidroksida
(KOH), etanol, natrium sulfat (Na2SO4), kloroform, tween 80, kalium permanganat,
diklorometana, metil fenil keton, natrium hidroksida (NaOH), semua bahan kimia E-Merck
dengan pro analisis. Spektrometer resonansi magnetik inti (1H-NMR, 400 MHz
Agilent),, IR direkam pada IR Prestige-21, spektrofotometer Shimadzu, GC direkam pada GC
2010, Shimadzu and GCMs direkam dengan QP-2010 Plus, Shimadzu(Ansory dkk., 2021).

Tahap 1 Isomerisasi Miristisin

Miristisin dan 20% KOH dalam etanol dengan perbandingan 1:1 direfluks selama 5
jam. Kemudian diekstraksi dengan klroform-air hingga pH menjadi netral. Kloroform
diuapkan untuk menginginkan hasil dari reaksi.
Perubahan struktur miristisin menjadi isomiristisin karena terjadinya tautomerisasi,
yaitu melalui pergeseran rangkap dua yang terdapat pada ujung gugus alil, menyebabkan di
ujungnya berubah dari =CH2 menjadi -CH3. Sehingga kemudian menyebabkan struktur
tersebut berkonjugasi dengan benzena.

Tahap 2 Pembuatan 7-methoxybenzo[1,3]dioxole-5-carbaldehyde (2)

Hasil reaksi 1 diambil sebanyak (3,90g, 0,02 mol), ditambahkan asam sulfat 50%
(15ml), tween 80 (0,1g), serta diklorometana ditambahkan ke dalam 50ml dengan suhu diatur
dibawah 10o celcius. Kemudian larutan kalium permanganat ditambahkan 1 tetes demi 1
tetes. Setelah selesai campuran yang telah direaksikan kemudian dipanaskan pada suhu 40oC
sampai warna ungu pada larutan hilang. Tambahkan natrium bisulfit sebanyak 3 gram. Dan
diekstraksi menggunakan diklorometana-air hingga netral, diklorometana diuapkan untuk
menndapat hasil reaksi.

Dalam hal ini KMnO4 berperan sebagai agen oksidator kuat yang dapat merusak
ikatan rangkap pada molekul isomiristisin

Umumnya reaksi alkena dengan KMnO4 akan menghasilkan asam karboksilat.


Namun dalam penelitian ini menghasilkan senyawa aldehid. Hal ini dikarenakan reaksi
KMnO4 pada senyawa organik juga dapat dipengaruhi oleh kondisi reaksi seperti
konsentrasi, pH, dan jenis pelarut.

Sehingga terbentuklah senyawa 7-methoxybenzo[1,3]dioxole-5-carbaldehyde (2)

Tahap 3 Pembuatan 3-(7-metoksibenzo[1,3]dioksol-5-il)-1-fenilprop-2-en-1-on

Hasil reaksi 2 (0,9g , 0,005 mol) dilarutkan dalam 10ml etanol, metil fenil keton (0,6g
, 0,005 mol) ditambahkan, kemudian tambahkan setetes demi setetes 10 ml natrium
hidroksida 30% dalam etanol, jaga suhu agar tetap dibawah 30oC. Campuran diaduk selama 3
jam. Hasil padat disaring dan dicuci dengan air sampai pH netral

Pada reaksi ini untuk menghasilkan produk, digunakan reaksi kondensasi yaitu
aldehid dan keton , berikut hasil reaksi yang terjadi :
Tahapan pertama adalah pembentukan nukleofil dari ion enolat atau enol.
Dimana hidrogen alfa ditemukan pada fenil metil keton. Ion hidroksi menyerang CH3 pada H
alfa sehingga terbentulah sebuah nukleofil pada gambar dengan No. (2).

Tahapan kedua adalah menentukan elektrofil, ada dua kemungkinan yaitu aldehid dan
keton namun yang dipilih adalah aldehid karena hanya mengikat hidrogen, sehingga
mempunyai elektrofil yang kuat.
Tahapan ketiga adalah pada atom O- mengikat H dari H2O (4) sehingga menghasilkan
produk dengan gambar No. (5)

Ada gugus hidroksi dan H alfa sehingga terbentuk reaksi dehidrasi (Pengurangan air
sehingga didapatkan hasil pada gambar No. (5) yang dinamakan senyawa kalkon dengan
strukur 3-(7-metoksibenzo[1,3]dioksol-5-il)-1-fenilprop-2-en-1-on.

Metode analisis GC-Ms merupakan teknik analisis kimia untuk mengidentifikasi


bahan kimia dalam senyawa dengan campuran yang kompleks. GC dan MS memberikan
hasil yang berbeda tetapi nantinya akan saling melengkapi. GC dapat memisahkan suatu
senyawa campuran. Sedangkan MS dapat menganalisis dan mengidentifikasi komponen
tersebut. Metode ini pertama kali digunakan bersamaan pada tahun 1950-an, dan masih
diterapkan secara luas di klinik dan laboratorium di seluruh dunia (Nugraha dkk., 2021).

Hsp90 (Heat shock protein 90) adalah protein yang berperan dalam proses
katabolisme protein dan pengaturan folding (lipatan) protein. Hsp90 merupakan protein yang
sangat penting dalam berbagai proses biologis, termasuk proliferasi (pembelahan sel),
diferensiasi (pembentukan sel yang lebih spesifik), dan apoptose (kematian sel terprogram).

Dalam beberapa tahun terakhir, Hsp90 menjadi target penting dalam pengembangan
obat-obatan, karena perannya dalam berbagai proses biologis. Inhibitor Hsp90 telah diteliti
sebagai potensi terapi untuk berbagai jenis kanker dan penyakit neurodegeneratif (Neckers

& Workman, 2012).

DHODH (dihydroorotate dehydrogenase) adalah enzim yang terlibat dalam sintesis


pirimidin dalam sel. DHODH berperan dalam konversi dihydroorotate menjadi orotate, yang
kemudian digunakan dalam sintesis DNA dan RNA. DHODH ditemukan pada banyak
organisme, termasuk manusia, dan merupakan target penting dalam pengembangan obat-
obatan.

Pirimidin sendiri merupakan salah satu basa nitrogen dari DNA dan RNA, sehingga
berperan pembentukan pirimidin penting dalam pembentukan asam nukleat serta
pertumbuhan sel. Inhibitor DHODH digunakan untuk menghambat pembentukan pirimidin
sehingga digunakan dalam mengobati penyakit autoimun dan kanker (Dorasamy dkk., 2017).

PTGS2 (Prostaglandin-Endoperoxide Synthase 2) atau yang dikenal lebih umum


COX-2 adalah enzim yang memainkan peran kunci dalam jalur biosintesis prostaglandin.
COX-2 terutama dihasilkan oleh sel yang terlibat dalam peradangan,

Penelitian PTGS2 juga telah terbukti berkontribusi pada perkembangan kanker.


PTGS2 telah dikaitkan dengan proliferasi sel kanker, inhibisi apoptosis, angiogenesis, dan
invasi sel kanker (Markovič dkk., 2017).
Dalam tabel skor docking diatas beberapa jenis makromolekul seperti HSP90,
DHODH, dan PTS2 memiliki skor energi yang berbeda-beda. Ukuran skor energi
menunjukkan bahwa seberapa stabil interaksi antara molekul dengan target. Skor energi yang
lebih rendah menunjukkan bahwa interaksi antar molekul dengan target lebih stabil dan
cenderung berikatan dengan kuat. Sedangkan skor energi yang lebih besar menunjukkan
bahwa interaksi antar molekul dengan target lebih kurang stabil dan cenderung memiliki
ikatan yang lemah.

Pada target HSP90 menunjukkan skor terendah dimiliki oleh sttruktur No. 3 yaitu
senyawa turunan kalkon yang baru dari miristisin “3-(7-metoksibenzo[1,3]dioksol-5-il)-1-
fenilprop-2-en-1-on” sebesar -7,5kcal/mol.

Pada target DHODH menunjukkan skor terendah juga dimiliki oleh struktur No. 3
dengan skor energi sebesar -10,3 kcal/mol.

Begitupun dengan target PTGS2 juga menunjukkan skor terendah pada sruktur No. 3
dengan skor energi sebesar -8,6 kcal/mol.

E. Kesimpulan
Berdasarkan skor docking yang diberikan senyawa tersebut memiliki interaksi yang
paling kuat dengan DHODH diikuti oleh PTGS2 dan HSP90. Sehingga struktur No.3
berpeluang sebagai senyawa yang dapat menginhibisi molekul target dan sebagai senyawa
antikanker.
F. Kelebihan
- Jurnal membahasa secara rinci bagaimana proses pembuatan senyawa kalkon dari
turunan miristisin.
- Peneliti memakai berbagai teknik analisis kimia dalam melakukan penelitian

G. Kekurangan
- Memakai bahasa keilmuan yang tinggi serta penggunaan Bahasa Inggris membuat
para pembaca harus lebih meningkatkan wawasan akan pemahaman yang mendalam
tentang topik yang dibahas.
DAFTAR PUSTAKA
Ansory, H. M., Fitriani, I. N., Handayani, S., & Aznam, N. (2021). Synthesis of a novel
chalcone derivative from myristicin for skin cancer preventive activity. Rasayan Journal
of Chemistry, 14(3), 1493–1498. https://doi.org/10.31788/RJC.2021.1436312
Dorasamy, M. S., Choudhary, B., Nellore, K., Subramanya, H., & Wong, P. F. (2017).
Dihydroorotate dehydrogenase inhibitors target c-Myc and arrest melanoma, myeloma
and lymphoma cells at S-phase. Journal of Cancer, 8(15), 3086–3098.
https://doi.org/10.7150/JCA.14835
Frimayanti, N., Djohari, M., & Nurul Khusnah, A. (2019). Simpang Baru Panam, Pekanbaru,
28292, Indonesia Diterima. JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, 19(1), 87–
95. www.pdb.org
Markovič, T., Jakopin, Ž., Dolenc, M. S., & Mlinarič-Raščan, I. (2017). Structural features of
subtype-selective EP receptor modulators. Drug Discovery Today, 22(1), 57–71.
https://doi.org/10.1016/J.DRUDIS.2016.08.003
Muhamad Ansory, H., Nilawati Jurusan Analisis Farmasi dan Makanan, A., Farmasi, F., &
Setia Budi Surakarta Jl Let Jend Sutoyo, U. (2017). Prosiding SNST ke-8 Tahun 2017
Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 21 (Nomor 5).
Neckers, L., & Workman, P. (2012). Hsp90 molecular chaperone inhibitors: Are we there
yet? Dalam Clinical Cancer Research (Vol. 18, Nomor 1, hlm. 64–76).
https://doi.org/10.1158/1078-0432.CCR-11-1000
Nugraha, A., Bayu, A., & Nandiyanto, D. (2021). How to read and Interpret GC/MS Spectra
Indonesian Journal of Multidisciplinary Research. Indonesian Journal of
Multidisciplinary Research, 1(2), 171–206. https://doi.org/10.17509/xxxx.vxix
Wibowo, D. P., Febriani, Y., Riasari, H., & Aulifa, D. L. (2018). Essential Oil Composition,
Antioxidant and Antibacterial Activities of Nutmeg (Myristica fragrans Houtt.) From
Garut West Java. Dalam Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Journal Homepage (Nomor 3). http://jurnal.unpad.ac.id/ijpst/

Anda mungkin juga menyukai