Anda di halaman 1dari 10

Judul SYNTHESIS OF A NOVEL CHALCONE DERIVATIVE FROM

MYRISTICIN FOR SKIN CANCER PREVENTIVE ACTIVITY


Jurnal Rasayan J. Chem
Volume & Volume 14(3): 1493-1498
Halaman
Tahun 2021
Penulis H. M. Ansory, I. N. Fitriani, S. Handayani, & N. Aznam

Reviewer Devi Wulandari


Tanggal 24 Maret 2023

Abstrak Jurnal yang berjudul “SINTESIS DERIVATIF KALKON


NOVEL DARI MIRISTIKIN UNTUK AKTIVITAS
PENCEGAHAN KANKER KULIT” ini langsung menuju ke topik
bahasan yang akan dibahas oleh penulis, sehingga pembaca semakin
mudah untuk memahami jurnal ini.
Abstrak dari jurnal ini berisi tentang turunan chalcone dari
myristicin diprediksi sebagai senyawa ampuh melawan target protein
molekuler kanker kulit dengan studi molekuler docking,
menggunakan metode skrining target molekuler kanker kulit dari
turunan myristicin untuk terapi kanker kulit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa HSP90A, PTGS2, dan DHODH diprediksi
sebagai target makromolekul potensial dengan interaksi yang baik
dengan turunan myristicin untuk terapi kanker kulit.

Pengantar Pengantar pada jurnal ini menjelaskan tentang latar belakang


Myristicin (6-allyl-4-methoxybenzo-1,3]dioxole) adalah molekul
utama dalam minyak atsiri pala. Myristicin memiliki gugus alil yang
dapat diubah menjadi gugus aldehida menjadi turunan benzaldehida.
Turunan benzaldehida dari miristisin ini kemudian dapat direaksikan
dengan metil fenil keton untuk menghasilkan turunan kalkon baru.
Chalcones memiliki beragam aktivitas biologis, seperti antikanker,
antioksidan, antimalaria, dan aktivitas anti-alergi. Turunan myristicin
melakukan analisis docking molekuler terhadap target protein-
kanker aktif. Sebuah studi baru juga diperlukan untuk menemukan
senyawa kanker kulit baru. Salah satu metode penghambatan kanker
kulit yang paling berhasil adalah dengan mengidentifikasi obat target
tertentu.

Kemudian menjelaskan latar belakang kanker kulit merupakan


masalah kesehatan masyarakat yang muncul dengan 40% pasien
kanker saat ini. Kanker kulit mengandung karsinoma sel skuamosa
(SCC), karsinoma sel basal (BCC), dan melanoma ganas. SCC dan
BCC adalah dua kanker kulit non-melanoma yang timbul dari
keratinosit epidermal yang berkorelasi dengan paparan cahaya yang
berkepanjangan, sedangkan melanoma kulit memengaruhi melanosit
dengan paparan sinar matahari yang terputus-putus.Insiden kanker
kulit meningkat di seluruh dunia, sbagian besar kanker kulit yang
disebabkan oleh penetrasi radiasi ultraviolet.

Terlepas dari latar belakang metode yang digunakan, Molecular


Docking adalah metode yang menghubungkan molekul kecil dengan
struktur makromolekul dan ligan protein target yang diidentifikasi
dan kompatibel, membentuk situs pengikatan dan menunjukkan
afinitas. Pendekatan ini banyak digunakan dalam penemuan obat,
dan menggabungkan docking molekuler dengan studi in vitro
penting untuk penemuan obat baru. Laporan ini membahas
penggunaan docking molekuler dan pengujian inhibitor molekul
kecil.

Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Metode
Analisis GC-Ms. Helium sebagai gas pembawa. Suhu kolom oven
50°C, suhu injeksi 300°C, mode injeksi terpisah, kontrol aliran
tekanan, tekanan 13,0 kPa, aliran total 79,3 ml/menit, aliran kolom
0,55 ml/menit, kecepatan linier 26,8 cm/detik, Aliran pembersihan
3,0 ml/menit, rasio pemisahan 138,9, Program Suhu Oven dengan
laju 5°C dari 50 – 240°C waktu penahanan 5 -7 menit. Spektrometer
massa dioperasikan dalam mode EI dengan suhu sumber ion 250°C,
suhu antarmuka 300°C, waktu potong pelarut 3 menit, mode
penguatan detektor absolut, dan penguatan detektor 0,80 kV, 0 dari
ambang batas.
Metode selanjutnya yaitu Metode Docking Molekuler Struktur
kimia 4 ligan, dibuat dari database ChemDraw secara manual.
Struktur tiga dimensi (3D) adalah HSP90 (PDB ID: resolusi 2VCJ:
2,50 A), DHODH (PDB ID: resolusi 5IKQ: 2,41 A), dan PTGS2
(PDB ID: 2BXV dengan resolusi 2,15 A). Makromolekul
dikumpulkan dari Protein Data Bank (PDB). Makromolekul
disiapkan menggunakan perangkat lunak UCSF Chimera. Investigasi
docking dilakukan menggunakan AutoDock Tools 1.5.6. Selanjutnya
dilakukan binding site study oleh Discovery Studio.
Hasil Penelitian Hasil penelitian dari jurnal ini menyatakan bahwa Hasil
docking antara protein PTGS2 dengan ligan turunan miristin
menunjukkan bahwa semua ligan dapat berinteraksi dengan PTGS2.
ΔGbind terendah adalah yang memiliki skor energi ikat -8,6
kkal/mol. Senyawa ini menempati situs pengikatan yang sama
dengan ligan asli. Tidak ada ikatan hidrogen dengan amino residu
asam di tempat pengikatan. Residu Tyr385 dan Ser530 hanya
memiliki interaksi Van der Walls untuk aktivitas penghambatan
PGTS2.

Spektra H-NMR menunjukkan bahwa reaksi telah selesai


dengan hilangnya pergeseran proton aldehida. Spektrum juga
menunjukkan bahwa geometri chalcone inie. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai J proton Cα dan Cβ lebih tinggi dari 15. Sintesis turunan
kalkon menggunakan piperonal memiliki %yield lebih baik yaitu
68% dengan NaOH 10% dalam etanol dan waktu reaksi yang sama,
sebagai pembanding. HSP90 adalah pendamping yang memainkan
peran penting dalam pematangan konformasi dan aktivitas protein di
dalam membran substrat. Interaksi ATP dengan HSP90
berkontribusi pada beberapa residu tirosin autofosforilasi. Hit yang
disaring sebelumnya menunjukkan efek penghambatan
HSP90.Tumorigenesis yang diinduksi UV-B terkait dengan
perubahan metabolisme, dan bahwa DHODH memicu respirasi
mitokondria untuk perbaikan DNA dan koordinasi sintesis
ATP.24HSP90 sangat penting dalam mengatur beberapa protein sel.
Itu adalah tujuan yang baik untuk banyak penyakit seperti tumor dan
kelainan lipatan protein.

Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah Turunan chalcone3 baru


dari myristicin disintesis melalui tiga langkah sintesis1,2 yang ditandai
dengan GC-Ms, IR dan personil. Combine3di HSP90A memiliki
ΔGbind -7,5 kcal/mol. Hasil koneksi antara PTGS2 dan protein
DHODH dengan ligan turunan myristicin menunjukkan bahwa hampir
semua ligan bisa berinteraksi dengan kedua target. Ligan dengan nilai
Gbind terendah dan interaksi terbaik -10,3 kkal/mol dan -8,6 kkal/mol
untuk DHODH dan PTGS2. Derivatif chalcone Myristicin diprediksi
menjadi senyawanya efektif melawan target protein molekuler kanker
kulit dengan studi docking molekuler. 
Kekuatan 1. Abstrak yang ditulis cukup menyeluruh dan mudah dipahami
oleh pembaca.
2. Penulisan pendahuluan sudah sesuai dengan judul yang di bahas.
3. Tujuan penelitian sudah berkaitan dengan judul yang diteliti.
4. Penulis sudah cukup jelas dalam menjelaskan hasil penelitian .
Kelemahan 1. Dalam jurnal masih kurang menjelaskan secara mendetail dari
hasil serta metode yang digunakan.
2. Kesimpulan yang ditulis oleh penulis masih kurang lengkap untuk
menyimpulkan terhadap keseluruhan isi dari jurnal ini.
3. Dalam jurnal tidak dicantumkan pendapat dari para ahli yang
berkaitan dengan penelitian
4. Penggunaan bahasa dan analisis yang dilakukan tidak mudah
dipahami untuk pembaca.
5. Sumber dan refrensi yang terdapat dalam jurnal tidak
dicantumkan secara jelas.
Judul Effect of Myristicin in Association with Chemotherapies in the
Reversal of the Multidrug (MDR) Mechanism in Cancer
Jurnal Pharmaceuticals
Volume & Volume 15: 1-12
Halaman
Tahun 2022
Penulis Seneme E, Santos D, Lima C, Zelioli I, Sciani J, Longato G.

Reviewer Devi Wulandari


Tanggal 29 Maret 2023

Abstrak Jurnal penelitian dengan judul “Effect of Myristicin in


Association with Chemotherapies in the Reversal of the Multidrug
(MDR) Mechanism in Cancer” menjelaskan latar belakang serta
penelitian terdahulu secara rinci sehingga pembaca dapat mengetahui
bagaimana sejarah penggunaan myristicin serta efeknya terhadap
beberapa pengujian pengobatan terdahulu.
Penelitian ini dilengkapi dengan abstrak yang berisikan tentang
latar belakang singkat terkait variabel yang diuji yaitu MDR dan
penggunaan myristicin. Dijelaskan bahwa myristicin merupakan
senyawa alami yang mempu menunjang kemanjuran pengobatan
sebagai senyawa yang mampu mengisolasi dan memiliki aktivitas
anti proliferative. Hasil penelitian menunjukkan bahwa myristicin
memiliki kemampuan untuk mengikat dan memblokir protein utama
yang menyebabkan MDR. Hipotesis penelitian ini adalah dengan
memblokir agen kemoterapi mampu menghasilkan agen yang bebas
memasuki sel dan menjalankan fungsinya serta memberhentikan
siklus sel. Adanya jalan buntu terkait solusi MDR pada pengobatan
terapi kanker membuat penelitian ini urgen untuk diteliti lebih lanjut.

Pengantar Latar belakang penelitian ini diawali dengan adanya


penjelasan mengenai penyakit kanker dan permasalahannya sebagai
salah satu penyakit paling diperhatikan di dunia yang menyebab
kematian dibawah 70 tahun. Dilengkapi juga dengan data-data
kredibel seperti jumlah kasus baru kanker di tahun 2020 sebanyak
19.3 juta kasus serta jumlah jenis kanker terbanyak yang ditempati
peringkat pertama oleh kanker payudara, kanker paru-paru, kanker
prostat dan kanker perut. Studi terbaru terkait progress pengobatan
yang dilakukan guna meningkatkan hidup pasien kanker, yang mana
diketahui bahwa pengobatan disesuaikan dengan seberapa vital
lokasi serta stadium kanker yang diidap.

Setelah itu dijelaskan bahwa hingga saat ini pengobatan


yang paling manjur dan efektif untuk pasien kanker adalah
kemoterapi, penelitian juga menunjukkan bahwa kemoterapi adalah
jenis pengobatan yang paling banyak dilakukan pasien kanker di
dunia. Hal ini disebabkan karena kemampuannya untuk mematikan
sel kanker, meskipun disebutkan juga bahwa pengobatan jenis ini
masih memiliki beberapa kekurangan seperti mampu merusak sel
yang normal dan tingkat toksisitas tinggi pada pasien. Kemoterapi
tidak dapat dilakukan oleh semua pasien meskipun pasien mampu,
dikarenakan adanya MDR atau Multidrug Resistance. MDR sangat
berbahaya bagi pasien dikarenakan adanya penambahan sel kanker
yang terjadi akibat konsumsi obat kanker yang mana menyebabkan
efektifitas dari obat yang dikonsumsi kurang kemanjurannya
sebanyak 90%.
MDR ini dijelaskan juga dalam latar belakang dapat
terjadi dengan lebih dari satu cara yaitu dengan jalur non klasik atau
melalui metabolism seluler seperti protein GST, topoisomerase atau
gangguan faktor pertumbuhan. Sedangkan jalur klasik adalah karena
penurunan konsentrasi obat yang diberikan pada pasien sehingga
menyebabkan adanya mutase yang terjadi dan mengubah fungsi dari
protein.
Latar belakang juga menjelaskan bahwa dalam beberapa
tahun terakhir telah banyak dilakukan uji terhadap beberapa
senyawas seperti kalsium, antimalaria, imunosupresan yang sifatnya
memiliki toksisitas, namun persentase untuk membalikkan keadaan
MDR masih sedikit. Sumbernya biasanya dari tumbuhan, dan
berdasarkan studi yang dicantumkan diketahui bahwa saat ini sangat
penting untuk memperoleh zat yang memiliki fungsi untuk
membalikkan MDR menginngat banyaknya kasus pasien kanker
dengan kondisi tersebut.
Pemilihan myristicin sebagai zat yang diuji dalam penelitian ini
dikarenakan berdasarkan studi sebelumnya zat ini memiliki kemampuan
sebagai anti inflamasi, antioksidan dan anti mikroba, selain itu juga
memiliki Riwayat yang mampu melawan bakteri dan jamur pathogen.
Stukturnya yang mirip dengan apiole juga menunjukkan adanya potensi
myristicin untuk membalikkan keadaan MDR.
Metode Penelitian Berdasarkan hasil analisis jurnal diketahui bahwa penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan percobaan media silika.
Diawali dengan pengujian myristicin yang tidak menunjukkan aktivitas
sitotoksik karena mmemiliki IC50 > 1mM. Sedangkan untuk agen
kemoterapi yang digunakan adalah cisplatin dan docetaxel yang mampu
berpotensi sebagai sitotoksik. Jika disimpulkan penelitian ini mmeiliki tiga
tahapan yaitu menguji myristicin dengan agen kemoterapi yang telah
ditetapkan, selanjutnya melakukan molecular docking dan tahapan terakhir
dilakukan pengujian silika.
Pengujian myristicin dengan agen kemoterapi dilakukan selama 48
jam inkubasi dan sel diwarnai dengan MTT serta hasilnya disusun dalam
bentuk grafik. Molecular docking dilakukan dengan menggunakan alat
Open Babel dengan mempertimbangan 3D parameter dan menggunakan pH
7. Hasil dari tahapan ini nantinya akan digunkaan untuk menghitung
pengikatan asam amino dan jarak antar ligan. Sedangkan pengujian silika
dilakukan dengan membandingkan struktur serta hasilnya nanti akan
didapatkan parameter kimia yang dibutuhkan seperti kelarutan, lipofitas dan
fisikokimia, dibantu dengan platfirm Molinspiration.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari tahapan pengujian myristicin dengan
agen kemoterapi adalah diketahui senyawa tersebut memiliki IC50 >
1mM yang dapat diartikan bahwa tidak memiliki sifat sitotoksik.
Setelah diberikan agen kemoterapi yaitu cisplatin dan docetaxel
maka ditemukan nilai C50 nya adalah obat cisplatin dan docetaxel,
bila diberikan sendiri, memberikan IC50 sebesar 215,60 ±6,36 dan
15,04 ± 1,36 μM. Akan tetapi meskipun tidak terlihat adanya
aktivitas sitoksik, myristicin memiliki potensi untuk menguatkan
efek yang terjadi setelah kemoterapi.
Pada cisplatin, pengurangan MDR signifikan terjadi saat diuji
dengan konsentrasi yang tinggi yang mana cisplatin yang digunakan
juga tinggi sehingga meninggikan efek kemoterapi yang diterima
yaitu tepatnya sebesar 1.49 kali lebih tinggi. Begitu pula dengan
docetaxel, dimana saat digunakan pada dosis rendah, efek yang
didapatkan adalah memburuk secara statistic. Sehingga berdasarkan
tahapan ini masih belum pasti apakah myristicin dapat digunakan
dengan agen kemoterapi secara sinergis.
Berdasarkan hasil dockin molekuler yang dilakukan untuk
mengevaluasi kapasitas pengikatan yang dilakukan oleh myristicin
didapatkan hasil bahwa molekul myristicin mampu mengikay di
pusat dengan aksi P-gp dan pengikatannya sangat mirip dengan yang
asli yaitu oleh ligan. Melalui program UCSF Chimera,dimungkinkan
untuk memverifikasi residu myristicin mana yang dapat berikatan
dengan P-gp aminoasam. Pengikatan terkuat yang ditemukan adalah
antara ligan myristicin C11 danasam amino Phe 728 dari P-gp,
dengan jarak 5,01 Å. Jarak ini sangat mirip dengan itu ligan P-gp
alami dengan asam amino ini.
Berdasarkan hasil uji molekuler docking didapatkan hasil
bahwa yristicin dan nilai yang direkomendasikan oleh aturan
myristicin memiliki berat ekuler kurang dari 500 g/mol untuk
memiliki permeabilitas yang baik, karena molekul yang sangat besar
lebih sulit untuk diangkut. Myristicin memiliki berat molekul yang
sesuai. Interaksi dengan hidrogen terjadi terutama di media berair.
Semakin banyak ikatan ion molekuldibuat dengan air, semakin tidak
menguntungkan pengangkutannya melalui membran (yang memiliki
komponen lipid).
Berdasarkan gambar pada jurnal diketahui bahwa pengikatan
P-glikoprotein dan miristisin (A). Detil protein yang menunjukkan
situsnya ditempati oleh myristicin dan ligan alami (B). Ligan adalah
diwakili oleh warna merah muda (ligan alami) dan biru (miristikin)
P-gp diwakili oleh abu-abu. Melalui program Chimera UCSF, itu
memungkinkan untuk memverifikasi residu myristicin mana yang
dapat mengikat asam amino P-gp. Itu pengikatan terkuat yang
ditemukan adalah antara ligan C11 myristicin dan asam amino Phe
728 dari P-gp, dengan jarak 5,01 Å. Jarak ini sangat mirip dengan
alam Ligan P-gp dengan asam amino ini. Selain itu, karena
merupakan hubungan antara dua cincin,itu dianggap sangat kuat
Berdasarkan uji silico diketahui bahwa parameter myristicin
adalah sebagai berikut:
Berat Molekul <500 g/mol 192,21 g/mol
Akseptor ikatan hydrogen (HBA) <10 3
Donor ikatan hydrogen (HBD) <5 0
Jumlah ikatan yang dapat diputar <10 3
Luas permukaan kutub topologi (TPSA) 40 s/d 100 Â2 27,70.
Jumlah ikatan yang dapat diputar dapat mempengaruhi
bioavailabilitas dan potensi pengikatan, karena molekul harus
mengasumsikan konformasi tetap untuk melewatinya
membran. Semakin sedikit ikatan yang dapat diputar, semakin kaku
molekulnya. Kandidat obat yang bagus harus memiliki kurang dari
10. Myristicin hanya memiliki tiga, yang berada dalam parameter
yang tepat.
Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini Myristicin sendiri tidak memiliki
efek sitotoksik terhadap garis keturunan kanker ovarium yang resisten
NCI/ADR-RES, tetapi menunjang efek sinergis bila dikaitkan dengan
obat kemoterapi cisplatin dan docetaxel, mengurangi konsentrasi
kemoterapi yang diperlukan untuk menyebabkan penurunan viabilitas
sel sebesar 50%.
Mengingat kendala besar dalam pengobatan kemoterapi kanker
yaitu MDR diperoleh oleh sel tumor, menyelidiki target yang efektif
untuk menghindari resistensi ini tetap menjadi tantangan penting yang
perlu dipecahkan. Oleh karena itu, penelitian ini mendorong
kelanjutan dari penyelidikan myristicin sebagai senyawa potensial
untuk pembalikan dari MDR.
Kekuatan 1. Penelitian ini mengambil topik yang menarik dan urgensinya
sangat terlihat sehingga penelitian lebih lanjut dapat dilakukan
dengan adanya bantuan hasil dari penelitian ini, kebutuhan akan
penelitian ini sangat penting dalam dunia medis dan pengobatan
karena hingga saat ini masih belum keluar dari jalan buntu terkait
topik penelitian.
2. Hasil dan pembahasan sangat lengkap disertai dengan gambar dan
grafik yang memudahkan untuk mengerti hasil dari alat yang
digunakan.
3. Tujuan penelitian sudah sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
4. Penulis sudah menuliskan keseluruhan sub bab dengan cukup
lengkap.
5. Adanya latar belakang yang sangat lengkap sehingga membantu
orang awam untuk mengetahui sejarah dan alas an penelitian ini
dilakukan.
6. Referensi jurnal dicantumkan dengan jelas

Kelemahan 1. Sistematika penulisan tidak runtut sehingga membingungkan.


2. Abstrak tidak lengkap sehingga perlu untuk menganalisis lebih
lanjut terkait metode.
3. Penulis banyak menggunakan singkatan tapi tidak menyertakan
indeks atau penjelasan lebih lanjut terkait yang digunakan
DAFTAR PUSTAKA

Muchtaridi, A. Subarnas, A. Apriyantono and R. Mustarichie, International Journal of Molecular


Sciences, 11(11), 4771(2010).

J. Y. Lee and Park, Molecules, 16(8), 7132(2011).

H. M. Ansory, B. Purwono and H. S. Sastrohamidjojo, Jurnal Farmasi Indonesia, 12(2),


127(2015).

H. M. Ansory, E. N. Sari, A. Nilawati, S. Handayani, and N. Aznam, In Proceedings of The


Proceedings of the 2nd Bakti Tunas Husada-Health Science International Conference
(BTH-HSIC
2019), Indonesia, pp.138–142 (2020).

J. Yu, M. Shen, L. Deng, L. Gan and C. Ha, Chemistry of Natural Compounds, 48(4), 541(2012).

B. Srinivasan, T. E. Johnson, R. Lad and C. Xing, Journal of Medicinal Chemistry, 52(22),


7228(2009),
A. Modzelewska, C. Pettit, G. Achanta, N. E. Davidson, P. Huang and S. R. Khan,
Bioorganic &
Medicinal Chemistry, 14(10), 3491(2006).

A. N. Kristanti, H. Suwito, N. S. Aminah, K. U. Haq, H. D. Hardiyanti, H. Anggraeni, N. Faiza,


R.S.
Anto and S. Muharromah, Rasayan Journal of Chemistry, 13(1), 654(2020).

C.L. Miranda, J.F. Stevens, V. Ivanov, M. McCall, B. Frei, M.L. Deinzer, et al., Journal of
Agricultural and
Food Chemistry, 48(9), 3876(2000).

J. N. Domınguez, J. E. Charris, G. Lobo, G. N. de Domınguez, M. M. Moreno, F. Riggione, et


al., European
Journal of Medicinal Chemistry, 36(6), 555(2001).

J. R. Dimmock, D.W. Elias, M. A. Beazely and N. M. Kandepu, Current Medicinal Chemistry,


6(12),
1125(1999).

M. Go, X. Wu and X. Liu, Current Medicinal Chemistry, 12(4), 483(2012).

H. Hegde, S. L. Gaonkar, N. P. Badiger and N. S. Shetty, Rasayan Journal of Chemistry, 13(3),


1744 (2020).

D. K. Yadav, S. Kumar, E. Choi, S. Chaudhary and M. Kim, Frontiers in Chemistry, 8,


250(2020).

S. Ziaj, F. Tseliou, D. Datta and R. A. Abbott, British Journal of Dermatology, 184(4),


764(2020).

Y. Li and X. Zhang, Journal of Dermatological Treatment, 31(4), 1(2020).

Nursamsiar1, M. Siregar, A. Awaluddin, N. Nurnahari, S. Nur, E. Febrina and A. Asnawi,


Rasayan
Journal of Chemistry, 13(1), 690(2020).

M. Hassam, A. A. Nour, A. M. Satti and K. S. Kirollos, International Journal of Chemical


Kinetics, 14(4),
351(2015).

M. Halpern, M. Yonowich-Weiss, Y. Sasson and M. Rabinovitz, Tetrahedron Letter, 22(7),


703(1981).

M. Halpern, Y. Sasson and M. Rabinovitz, The Journal of Organic Chemistry, 48(7),


1022(1983).

V. Vijayakumar, N. Radhakrishnan, and P. Vasantha-Srinivasan., Research Journal of Pharmacy


and
Technology, 13(6), 2777 (2020).
Amarnath Singadi and K. Venkateswarlu, International Journal of Advances in Pharmacy and
Biotechnology, 6(1), 4(2020).

M. A. Al-Sha'er, I. Mansi, M. Khanfar and A. Abudayyh, Journal of Enzyme Inhibition and


Medicinal
Chemistry, 31(sup4), 64(2016).

M. Hosseini, L. Dousset, P. Michon et al., Oncogenesis, 8(10), 1(2019).

F. Schopf, M. Biebl and J. Buchner, Nature Reviews Molecular Cell Biology, 18(6), 345(2017).

Anda mungkin juga menyukai