Anda di halaman 1dari 13

The 10th University Research Colloqium 2019

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Kombinasi Asam Oleat Dan Propilen Glikol sebagai


Enhancer Cold Cream Verapamil untuk Penghantaran
Transdermal
Setyo Nurwaini1*, Adilah Purbowati1
1
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
*Email: setyo.nurwaini@ums.ac.id

Abstrak
Keywords: Verapamil HCl merupakan obat anti-hipertensi kelompok
verapamil Calcium Channel Blocker (CCB) yang pada bentuk sediaan
hidroklorida; asam oral bioavailabilitasnya hanya 20%. Penelitian ini bertujuan
oleat; propilen glikol; untuk mengetahui pengaruh penambahan enhancer asam oleat
transdermal dan propilen glikol terhadap penetrasi verapamil HCl secara in
vitro. Variasi kombinasi kadar asam oleat dan propilen glikol
yang ditambahkan dalam cold cream verapamil HCl adalah F0
= 0:0 ; F1 = 10:2,5 ; F2 = 7,5:5 ; F3 = 6,25:6,25 : F4 = 5:7,5
; dan F5 = 2,5:10. Uji transdermal secara in vitro dilakukan
dengan dengan sel difusi Franz dengan media Phosphate Buffer
Saline (PBS) pH 7,4 ± 0,05 selama 8 jam. Paramater yang
dihitung yaitu fluks, lag time dan efisiensi transport. Hasil
menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan enhancer
asam oleat dan propilen glikol memberikan pengaruh terhadap
sifat fisik dan penetrasi verapamil HCl. Sifat fisik cold cream
verapamil HCl memenuhi persyaratan cold cream dan
penetrasi verapamil HCl meningkat dengan adanya
penambahan enhancer. Hasil menunjukkan jumlah kumulatif
verapamil HCl yang terpenetrasi berturut paling baik adalah
F4 dengan jumlah kumulatif sebesar 6350,17 ± 253,83 μg/cm2.
Fluks verapamil HCl yang paling baik adalah F4 dengan fluks
sebesar 793,77 ± 13,16 μg/cm2 jam, lag time yang paling baik
adalah F4 dengan hasil 2,64 ± 0,09 jam. Effisiensi transport
terbaik adalah F4 dengan hasil 63,72 ± 1,30 %. Diperoleh
formula prediksi untuk mendapatkan hasil terbaik dengan
penambahan asam oleat dan propilen glikol sebesar 9,47 dan
3,03 %.

1. PENDAHULUAN dihidropiridin, golongan CCB non-


Verapamil hidroklorida merupakan dihidropiridin memiliki efek samping yang
obat antiaritmia, antiangina dan anti- lebih rendah sehingga verapamil
hipertensi devirat fenilalkilamin (non- hidroklorida banyak digunakan dalam
dihidropiridin) yang termasuk kelompok penanganan hipertensi (DiPiro et al.,
CCB (Calsium Chanel Blockers). 2009). Bioavailabilitas dari verapamil yang
Verapamil hidroklorida bekerja dengan diberikan secara oral sangat rendah, hanya
cara mengendurkan otot jantung dan sekitar 10 hingga 23% (Iswandana et al.,
pembuluh darah. Dibandingkan dengan 2015). Pada penelitian Emami (2008),

998
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

disebutkan bahwa verapamil HCl cepat pengangkutan asam oleat menuju tempat
tereliminasi dari tubuh dan memiliki waktu aksi (Rahayu & Mita, 2016).
paruh yang singkat yaitu 2-4 jam. Pada Dengan penambahan kombinasi
bentuk sediaan oral, walaupun absorpsinya enhancer propilen glikol dan asam oleat
mencapai 90% obat ini dapat mengalami pada emulgel minyak atsiri bunga cengkeh
metabolisme lintas pertama di hati. dihasilkan mempunyai nilai fluks dan daya
Untuk mengatasi pemberian permeabilitas yang lebih besar daripada
verapamil berulang dan mencegah sediaan emulgel tanpa penambahan
terjadinya first pass effect dibuat sediaan enhancer propilen glikol dan asam oleat
transdermal. Penggunaan transdermal serta mempunyai karakteristik fisik yang
dapat mencegah first pass effect di hati, memenuhi persyaratan. Enhancer propilen
mengurangi efek samping dari obat glikol dan asam oleat mampu secara
daripada sediaan oral (Goodman, 2011). signifikan meningkatkan nilai fluks dan
Untuk mencapai aksinya secara maksimal daya permeabilitas eugenol menembus
pada kerja obat transdermal salah satunya lapisan stratum corneum kulit dan
dapat melalui tahapan penetrasi melalui memiliki karakteristik fisik berupa nilai
kulit. Kecepatan penetrasi obat ke dalam pH, daya lekat dan daya sebar yang
kulit dapat diamati melalui fluks obat. memenuhi kriteria (Kurniawan dkk, 2019).
Fluks obat yang melalui membran dapat Berdasarkan uraian di atas, verapamil
dipengaruhi oleh koefisien difusi obat dibuat dalam bentuk sediaan cold cream
melewati stratum corneum dengan cara dengan asam oleat dan propilen glikol
mengganggu sistem penghalangan dari sebagai enhancer. Dari formula tersebut
stratum corneum. Untuk meningkatkan diharapkan memiliki sifat fisik yang baik
fluks obat yang melewati membran kulit berdasarkan uji daya sebar, daya lekat,
dapat digunakan senyawa-senyawa daya proteksi dan pH serta memiliki
peningkat penetrasi (Dalgleish et al., kemampuan transport secara in vitro yang
2007). baik dilihat dari profil penghantaran di
Enhancer merupakan senyawa yang antaranya fluks, lag time dan efisiensi
dapat meningkatkan penetrasi obat ke transport.
dalam kulit. Salah satu jenis enhancer
kimia yang termasuk ke dalam kelompok 2. METODE
asam lemak adalah asam oleat. Asam oleat 2.1. Alat
bekerja dengan cara membentuk lapisan Alat-alat yang digunakan dalam
lipid baru bersama lapisan lipid stratum penelitian ini adalah seperangkat alat-alat
corneum untuk menurunkan kapasitas gelas (Pyrex), neraca analitik (Ohaus-
fungsi sawar kulit. Selain digunakan Jerman), sel difusi Franz, penangas air
sebagai enhancer tunggal, asam oleat dapat (Memmert Type WNB 7), kompor listrik
digunakan bersama enhancer kimia lain (Maspion SD-302), pH meter (Ohaus
sebagai kombinasi untuk memperbaiki Starter 3100), Spektrofotometer UV-Vis
penetrasi obat. Penggunaan asam oleat (Genesys 10s UV-Vis), alat uji daya lekat
secara tunggal maupun kombinasi dapat dan alat uji daya sebar.
meningkatkan penetrasi obat ke dalam 2.2. Bahan
kulit lebih baik dibandingkan enhancer Bahan-bahan yang digunakan dalam
kimia lainnya seperti seperti DMSO, span penelitian ini adalah verapamil HCl
20, asam laurat, caprylic acid, dan (pharmaceutical grade, PT Calbiochem),
sebagainya. Kombinasi enhancer yang cetaceum (cosmetic grade, Merck), cera
sering digunakan adalah asam oleat dengan alba (cosmetic grade, PT. Brataco), parafin
propilen glikol karena dapat meningkatkan cair (cosmetic grade, PT. Brataco),
penetrasi obat dengan optimal. Kombinasi Na2HPO4. H2O (teknis, Merck),
asam oleat dan propilen glikol sebagai NaH2PO4.H2O (teknis, Merck), NaOH
enhancer dapat meningkatkan mobilitas (teknis, PT. Brataco), membran selofan
intaseluler obat dan membantu (Spectra/Por).

999
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

2.3.2. Pembuatan Kurva Baku Verapamil


2.3. Jalannya Penelitian HCl
2.3.1. Penentuan Panjang Gelombang Verapamil HCl ditimbang sebanyak
Optimum Verapamil HCl 30,0 mg lalu dilarutkan dengan 100,0 mL
Verapamil HCl ditimbang sebanyak larutan PBS pH 7,4 ± 0,05 untuk
10,0 mg lalu dilarutkan dengan 100,0 mL memperoleh larutan baku 300 µg/mL. Dari
larutan PBS (Phosphate Buffer Saline) pHlarutan baku verapamil HCl 300 µg/mL
7,4 ± 0,05 untuk memperoleh larutan bakudiencerkan dengan larutan PBS pH 7,4 ±
100 µg/mL. Larutan ini dibaca0,05 hingga diperoleh satu seri konsentrasi.
absorbansinya dengan spektrofotometri Masing-masing konsentrasi dibaca dengan
UV/Vis pada panjang gelombang 200-400 menggunakan spektofotometri UV-Vis
nm. pada panjang gelombang maksimum yang
diperoleh 278,2 nm.
2.3.3. Pembuatan Cold Cream Verapamil HCl
Dibuat formulasi cold cream pada Tabel 1., dengan variasi konsentrasi
verapamil HCl dengan formula seperti kombinasi asam oleat dan propilen glikol.

Tabel 1. Formula cold cream verapamil HCl


Jumlah bahan tiap formula (gram)
Bahan
F0 F1 F2 F3 F4 F5
Verapamil
1 1 1 1 1 1
HCl
Asam oleat 0 0,5 1 1,25 1,5 2
Propilen
0 2 1,5 1,25 1 0,5
Glikol
Cera alba 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4
Cetaceum 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Parafin cair 11,2 11,2 11,2 11,2 11,2 11,2
Na tetraborat 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Aquadest
20 20 20 20 20 20
sampai

Cold cream dibuat dengan aquadest kemudian ditambahkan propilen


mencampurkan antara fase minyak dengan glikol dan Na tetraborat diaduk sampai
fase air. Fase minyak dibuat dengan homogen. Kemudian fase air dimasukkan
mencampurkan asam oleat, cera alba, sedikit demi sedikit ke dalam fase minyak
cetaceum dan paraffin cair di atas sembari diaduk hingga homogen. Jika
waterbath dengan suhu 70 ± 0,05º C sudah homogen diangkat dari waterbath
hingga homogen. Fase air dibuat dengan diaduk hingga dingin membentuk masa
melarutkan verapamil HCl ke dalam cold cream.
2.3.4. Uji Sifat Fisik Cold Cream didiamkan selama 1 menit. Dicatat
Verapamil HCl diameter krim yang menyebar tiap waktu.
Uji pH Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali
Uji pH sediaan ditentukan dengan untuk masing-masing sediaan.
menggunakan alat pH meter. Uji Daya Lekat
Uji Daya Sebar Krim ditimbang sebanyak 0,25 gram
Krim ditimbang sebanyak 0,5 gram, diletakkan di atas gelas obyek yang telah
diletakkan di tengah cawan petri yang ditentukan luasnya. Diletakkan gelas
berada dalam posisi terbalik. Diletakkan obyek yang lain di atas krim tersebut.
cawan petri yang lain di atas krim, Gelas obyek ditekan dengan beban 1 kg
dibiarkan 1 menit. Diukur diameter krim selama 5 menit. Gelas obyek dipasang
yang menyebar. Ditambahkan 50 gram pada alat tes. Beban seberat 80 gram
beban tambahan, didiamkan 1 menit. dilepas. Waktunya dicatat hingga kedua
Kemudian ditambahkan 100 gram beban gelas obyek tersebut terlepas. Pengukuran

1000
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

dilakukan sebanyak tiga kali untuk


masing-masing sediaan. = konsentrasi terpenetrasi
Uji Daya Proteksi menit sebelumnya (μg/mL)
Kertas saring (10x10cm) dibasahi S = volume sampling (mL)
dengan fenoftalein dan dikeringkan. Krim A = luas area membran (cm2)
ditimbang sebanyak 1 gram, dioleskan di Kecepatan penetrasi obat tiap satuan
atas kertas tersebut. Pada kertas saring waktu sebagai fluks yang dihitung
yang lain dibuat satu area (2,5x2,5cm) berdasarkan hukum Fick I pada rumus (2)
pada pinggir area tersebut dan ditutup
dengan paraffin padat yang dilelehkan. (2)
Ditempelkan kertas saring ini di atas kertas Keterangan:
saring sebelumnya. KOH 0,1 N diteteskan J = fluks (μg/cm2 perjam)
pada area tersebut. Diamati pada waktu 15, M = jumlah zat aktif yang
30, 45, 60 detik, 3 dan 5 menit. Jika tidak terpenetrasi (μg)
ada noda merah berarti krim memberikan A = luas area difusi (cm2)
proteksi. Pengukuran dilakukan sebanyak t = waktu (jam)
tiga kali untuk masing-masing sediaan. Sesuai dengan persamaan (Martin et
2.3.5. Uji Transport Secara In Vitro al., 1993)
Uji transport dilakukan secara in vitro
menggunakan sel difusi dengan
menggunakan membran selofan berbentuk (3)
lingkaran dengan luas 1,33 cm2. Sebelum Keterangan:
digunakan, membran selofan terlebih tL = lag time (jam)
dahulu direndam dengan aquadest selama h = tebal membran(cm)
5 menit. Media penetrasi adalah PBS pH D = koefisien difusi
7,4 ± 0,05 sebanyak 50 mL dengan Persamaan untuk mendapatkan
menggunakan suhu 37 ± 0,05°C di atas koefisien difusi (D) dapat dihitung dengan
waterbath dan pengadukan 50 rpm. Cold D = Slope dari profil difusi x luas area
cream ditimbang sebanyak 200 mg membran (1,33 cm2) x Jumlah kadar
dioleskan secara merata pada membran verapamil pada kompartemen donor.
yang diletakkan pada kompartemen donor. Grafik hubungan antara jumlah
Sampel diambil sebanyak 3 mL pada menit kumulatif dan waktu pada steady state
ke-0 sampai 480. Setiap sampel yang ditentukan sehingga persamaan regresi
diambil diganti dengan larutan adalah PBS liniear (y = bx + a) dapat diketahui. Lag
pH 7,4 ± 0,05 dengan volume sama. time adalah nilai waktu yang memotong
Sampel dianalisis menggunakan sumbu x, yaitu pada saat y = 0.
spektofotometer UV-Vis dengan panjang
gelombang 278,2 nm. Pengukuran (4)
dilakukan sebanyak tiga kali untuk tL = lag time (jam)
masing-masing sediaan. Jumlah kumulatif a = intersep
verapamil yang terpenetrasi perluas area b = slope
difusi (µg/cm2) dihitung menggunakan Kosentrasi tunak plasma setelah
persamaan (1) pemakaian transdermal dapat dihitung
dengan persamaan (5) (Guy Hadgraft,
Q= (1)
1992).
Keterangan: AJ
Q = jumlah kumulatif zat yang
melalui membran (μg/cm2) Css = Cl (5)
Cn = konsentrasi verapamil Keterangan:
(μg/mL) pada menit ke-n Css = Kosentrasi tunak dalam
V = volume sel difusi franz Plasma
(mL) A = Luas Membran
J = Fluks

1001
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Cl = Klirens total transport) cold cream verapamil HCl


2.3.6. Analisis Data dengan kombinasi asam oleat dan propilen
Data hasil pengujian sifat fisik (daya glikol sebagai enhancer, diolah dalam
sebar, daya lekat dan pH) dan uji transport software Design Expert v.11 (Trial) uji
secara in vitro (fluks, lag time dan efisiensi ANNOVA dengan taraf kepercayaan 95%.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Evaluasi Fisik Cold Cream verapamil HCl F0, F1, F2, F3, F4 dan F5
Verapamil HCl terlihat pada Tabel 2. Dari hasil
Semua formula krim dievaluasi pengamatan organoleptis cold cream
karateristik fisik. Evaluasi karateristik fisik verapamil hidroklorida pada semua
sediaan pada pemeriksaan organoleptis formula memiliki tekstur lembut dan tidak
bertujuan untuk mengetahui penampakan lengket, berwarna putih kekuningan, serta
fisik krim yaitu tekstur, warna dan aroma. memiliki aroma minyak parafin.
Hasil pengamatan organoleptis cold cream
Tabel 2. Hasil uji organoleptis cold cream Verapamil HCl

Pengamatan organoleptis cold cream


Formula
Warna Tekstur Aroma
F0 Putih kekuningan Lembut, tidak lengket Khas paraffin
F1 Putih kekuningan Lembut, tidak lengket Khas paraffin
F2 Putih kekuningan Lembut, tidak lengket Khas paraffin
F3 Putih kekuningan Lembut, tidak lengket Khas paraffin
F4 Putih kekuningan Lembut, tidak lengket Khas paraffin
F5 Putih kekuningan Lembut, tidak lengket Khas paraffin

Tabel 3. Hasil sifat fisik cold cream Verapamil HCl


Daya sebar pada beban Daya Lekat
Formula pH Daya proteksi
185,68 gram (cm2) (detik)
F0 6,18 ± 0,03 8,07 ± 0,08 1,83 ± 0,27 Ada
F1 6,13 ± 0,08 9,83 ± 0,77 1,97 ± 0,44 Ada
F2 6,20 ± 0,11 9,90 ± 0,74 1,97 ± 0,04 Ada
F3 6,21 ± 0,01 9,58 ± 0,06 2,08 ± 0,06 Ada
F4 6,26 ± 0,06 9,40 ± 0,043 2,26 ± 0,23 Ada
F5 6,23 ± 0,01 10,62 ± 0,63 1,97 ± 0,08 Ada
Data disajikan sebagai rerata ± SD (n=3)

3.1.1. pH

Gambar 1. Grafik respon pH dari software Design Expert v.11 (Trial)

1002
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Syarat pH sediaan topikal yang aman signifikan (p>0,05). Kenaikan pH


untuk kulit menurut penelitian Magdalena dipengaruhi oleh asam oleat dan propilen
(2016) yaitu 4,5-6,5. Hasil pengukuran pH glikol dengan persamaan y = 6,26(a) +
sudah memasuki rentang pH yang aman. 6,15(b) dengan (a) sebagai asam oleat dan
Hasil pengolahan data statistik pada (b) sebagai propilen glikol. Hal ini
software Design Expert v.11 (Trial) menandakan bahwa kenaikan pH
menunjukkan bahwa setiap formula yang dipengaruhi oleh adanya penambahan
diuji memiliki perbedaan yang tidak asam oleat dan propilen glikol.

3.1.2. Daya Sebar

Gambar 2. Grafik respon daya sebar dari software Design Expert v.11 (Trial)
Uji daya sebar krim bertujuan untuk dan propilen glikol dengan persamaan y =
mengetahui kelunakan massa krim 10,62(a) + 9,83(b) – 2,58 dengan (a)
sehingga dapat dilihat kemudahan sebagai asam oleat dan (b) sebagai
pengolesan sediaan ke kulit (Rahmawati et propilen glikol. Berdasarkan Tabel 4,
al., 2010). Hasil pengolahan data statistik menunjukkan bahwa F0 memiliki dayar
pada beban 185,68 gram pada software sebar yang paling kecil jika dibandingakan
Design Expert v.11 (Trial) menunjukkan dengan F1, F2, F3, F4 dan F5. Hal ini
bahwa setiap formula yang diuji memiliki menandakan bahwa dengan adanya
perbedaan signifikan (p<0,05). Kenaikan penambahan enhancer asam oleat dan
daya sebar dipengaruhi oleh asam oleat propilen glikol menaikkan daya sebar.

3.1.3. Daya Lekat

Gambar 3. Grafik respon saya lekat dari software Design Expert v.11 (Trial)
Uji daya lekat dilakukan untuk semakin baik krim yang dihasilkan karena
mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh zat aktif yang terkandung dalam sediaan
krim untuk melekat di kulit (Rahmawati et krim semakin lama melekat pada kulit dan
al., 2010), menurut Riski (2017) semakin memberikan efek. Hasil pengolahan data
lama waktu krim melekat pada kulit maka statistik pada software Design Expert v.11

1003
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

(Trial) menunjukkan bahwa setiap formula Membran harus kontak langsung dengan
yang diuji memiliki perbedaan yang tidak cairan kompartemen reseptor agar sediaan
signifikan (p>0,05). Kenaikan daya sebar yang diaplikasikan dapat berpenetrasi ke
dipengaruhi oleh asam oleat dan propilen dalam kulit menuju kompartemen reseptor.
glikol dengan persamaan y = 1,97(a) + Pada kondisi seperti ini dihindari
1,97(b) + 0,56 dengan (a) sebagai asam gelembung atau pusaran arus. Hal ini akan
oleat dan (b) sebagai propilen glikol. menyebabkan timbulnya celah antara
Berdasarkan Tabel 4, F0 memiliki daya membran dengan cairan kompartemen
lekat yang paling kecil jika dibandingkan reseptor sehingga menghalangi penetrasi
dengan F1, F2, F3, F4 dan F5. Hal ini zat aktif menuju kompartemen donor
menandakan bahwa dengan adanya (Lanimarta, 2012).
penambahan enhancer asam oleat dan Penentuan bobot sediaan yang
propilen glikol menaikkan daya lekat. diaplikasikan berdasarkan luas membran
Asam oleat memisahkan komponen- dan penyebaran sediaan yang merata.
komponen membran stratum korneum, Sediaan yang diaplikasikan dengan bobot
mengurangi proporsi lipid kristalin, dan yang terlalu besar pada luas membran yang
meningkatkan permeabilitas terhadap asam kecil akan menyebabkan terjadinya
oleat sehingga kontak obat dengan kulit penumpukan sediaan diatas membran,
lebih lama. sehingga zat aktif tidak sepenuhnya
3.1.4. Daya Proteksi terlepas dari sediaan dan hanya tertinggal
Uji daya proteksi bertujuan untuk di pernukaan kulit (Simanjuntak, 2004).
melihat kemampuan proteksi atau Uji penetrasi bertujuan untuk mengetahui
perlindungan terhadap pengaruh asing dari jumlah verapami HCl yang tertranspor
luar yang mempengaruhu efektifitas dari melalui membran tiap satuan luas dan tiap
krim tersebut (Rahmawati et al., 2010). satuan waktu. Pengujian ini menggunakan
Dari hasil pengukuran daya proteksi cold alat difusi pada suhu 37 ± 0,05 ºC agar
cream verapamil diperoleh hasil bahwa sesuai dengan suhu tubuh manusia dan
semua formula memberikan proteksi dalam menggunakan PBS pH 7,4 ± 0,05 agar
waktu 5 menit. sesuai dengan pH darah. Senyawa-
3.2. Uji Transport Secara In Vitro senyawa yang melewati membran
Pengujian penetrasi cold cream transdermal menuju ke cairan reseptor
verapamil dilakukan dengan menggunakan diukur kadarnya menggunakan teknik
sel difusi. Uji penetrasi verapamil HCl analisis spektrofotometri UV-VIS pada
pada sediaan cold cream menggunakan panjang gelombang 278,2 nm. Kemudian
membran selophane yang sebelum konsetrasi verapamil HCl di dalam cairan
digunakan direndam dalam aquadest reseptor dihitung dengan persamaan y =
selama 5 menit. Membran diletakkan 0,0041x + 0,0416 dan nilai koefisien relasi
diantara kompartemen donor dan reseptor. 0,996.

Tabel 4. Hasil fluks, lag time dan % efisiensi transport


Jumlah Fluks rata-rata
Lag Time rata- Efisiensi rata-
Formula kumulatif (mg (mg cm-2 jam-1) ±
rata (jam) ± SD rata (%) ± SD
cm-2) ± SD SD
F0 5250,01 ± 253,83 656,25 ± 31,73 2,88 ± 0,12 52,77 ± 2,66
F1 5570,21 ± 84,94 696,28 ± 10,62 2,89 ± 0,06 55,61 ± 0,69
F2 5818,59 ± 126,58 727,32 ± 15,82 2,81 ± 0,12 58,19 ± 1,55
F3 5994,66 ± 143,93 749,33 ± 17,99 3,05 ± 0,05 59,95 ± 1,44
F4 6350,17 ± 105,28 793,77 ± 13,16 2,64 ± 0,09 63,72 ± 1,30
F5 6160,31 ± 116,90 770,04 ± 14,61 2,86 ± 0,04 61,71 ± 1,14
Data disajikan sebagai rerata ± SD (n=3)

1004
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

3.2.1. Jumlah Kumulatif Verapamil HCl

Gambar 5. Grafik jumlah kumulatif Verapamil HCl selama 8 jam

Gambar 6. Grafik respon jumlah kumulatif dari software Design Expert v.11 (Trial)
Dari hasil penetrasi cold cream glikol dengan persamaan y = 6324,12(a) +
verapamil HCl diperoleh jumlah kumulatif 5633,38(b) dengan (a) sebagai asam oleat
verapamil HCl terendah oleh F0 sebesar dan (b) sebagai propilen glikol.
2
2,82 ± 0,03 mg/cm dan tertinggi oleh F4 Berdasarkan Tabel 5, F0 memiliki jumlah
sebesar 4,52 ± 0,05 mg/cm2. Hasil kumulatif verapamil HCl yang paling
pengolahan data statistik pada software sedikit jika dibandingkan dengan F1, F2,
Design Expert v.11 (Trial) menunjukkan F3, F4 dan F5. Dan F4 memiliki jumlah
bahwa setiap formula yang diuji memiliki kumulatif yang paling besar dibandingkan
perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05). formula lainnya. Hal ini menandakan
Perbedaan terjadi pada jam ke-0,25 sampai bahwa dengan adanya enhancer dapat
dengan jam ke-8. Jumlah kumulatif meningkatkan jumlah kumulatif verapamil
verapamil HCl menunjukkan banyaknya HCl. Kharimah (2018) melaporkan bahwa
kadar verapamil HCl yang terdapat dalam dengan adanya penambahan asam oleat
cairan kompartemen akseptor. Kenaikan dan propilen glikol pada permeasi
jumlah kumulatif verapamil HCl andrografolid menaikkan jumlah kumalatif
dipengaruhi oleh asam oleat dan propilen andrografolid.

1005
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

3.2.2. Fluks

Gambar 7. Grafik respon fluks dari software Design Expert v.11 (Trial)
Fluks adalah jumlah zat aktif yang peningkat penetrasi yang berbeda
melewati membran per-satuan waktu. Dari menunjukkan perbedaan yang tidak
hasil penetrasi cold cream verapamil HCl signifikan. Berdasarkan Tabel 5, F0
diperoleh fluks verapamil HCl terendah memiliki fluks yang paling kecil jika
oleh F0 dan tertinggi oleh F4. Hasil dibandingkan dengan F1, F2, F3, F4 dan
pengolahan data statistik pada software F5. Dan F4 memiliki fluks yang paling
Design Expert v.11 (Trial) menunjukkan besar dibandingkan formula lainnya.
bahwa setiap formula yang diuji memiliki Penambahan asam oleat dan propilen
perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05). glikol sebagai enhancer menghasilkan
Kenaikan fluks verapamil HCl dipengaruhi peningkatan fluks verapamil HCl. Pada
oleh asam oleat dan propilen glikol dengan penelitian Kharimah (2018) dengan adanya
persamaan y = 790,51(a) + 704,19(b) penambahan asam oleat dan propilen
dengan (a) sebagai asam oleat dan (b) glikol pada permeasi andrografolid
sebagai propilen glikol. Nilai fluks dari menaikkan fluks andrografolid.
masing-masing formula dengan jumlah

3.2.3. Lag Time

Gambar 8. Grafik respon lag time dari software Design Expert v.11 (Trial)
Lag time adalah waktu yang pada software Design Expert v.11 (Trial)
dibutuhkan bagi suatu senyawa untuk tidak dapat didefinisikan. Lag time
mencapai staedy state yang didapat dari digunakan untuk mengetahui terganggunya
eksploitasi hubungan antara masa senyawa strukutur lipid lamela. Lag time
yang terpenetrasi dengan waktu (EPA, dipengaruhi oleh tebal membran dan
1992). Dari hasil penetrasi cold cream koefisien difusi, jika dengan nilai tebal
verapamil HCl diperoleh lag time membran yang sama besaran lag time
verapamil HCl terendah oleh F4 jika tergantung pada koefisien difusi. Semakin
dibandingkan dengan F0 sebagai formula kecil nilai lag time maka semakin besar
kontrol. Hasil pengolahan data statistik nilai koefisien difusi. Hal ini menunjukkan

1006
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

bahwa terjadinya gangguan lipid berakibat menaikkan koefisien difusi.


3.2.4. Efisiensi Transport

Gambar 9. Grafik respon efisiensi transport dari software Design Expert v.11 (Trial)
Berdasarkan Tabel 5, F0 memiliki tubuh, sehingga penghantaran verapamil
efisiensi transport yang rendah jika HCl secara transdermal dapat memenuhi
dibandingkan dengan dengan F1, F2, F3, rentang jendela terapinya.
F4, dan F5. Dan efisiensi transport yang Menurut Iang & Hou (2003)
besar dimiliki oleh F4, hal ini menandakan penggunaan asam oleat dan propilen glikol
bahwa dengan adanya penambahan asam secara bersamaan mengakibatkan
oleat dan propilen glikol sebagai enhancer perubahan struktur lamela lipid stratum
dapat meningkatkan efisiensi transportnya. corneum secara bermakna. Penelitian
Efisiensi transport dihitung selama 8 jam Troummer & Neubert (2006) menunjukkan
karena secara umum pengguanaan obat bahwa asam oleat dalam domain lipid
selama 8 jam dan sudah mencapai keadaan membentuk semacam pori yang
tunak. Hasil pengolahan data statistik pada menyebabkan molekul polar lebih mudah
software Design Expert v.11 (Trial) melewati lipid. Kombinasi asam oleat
menunjukkan bahwa setiap formula yang dengan propilen glikol diketahui
diuji memiliki perbedaan yang tidak menghasilkan suatu efek yang sinergis
signifikan (p<0,05). Tingginya Efisiensi dalam hal meningkatkan permeasi obat.
transport verapamil HCl dipengaruhi oleh Mekanisme asam oleat sebagai enhancer
asam oleat dan propilen glikol dengan adalah dengan dipengaruhi menjadi
persamaan y = 63,41(a) + 56,26(b) dengan bagian polar bilayer lipid sehigga lebih
(a) sebagai asam oleat dan (b) sebagai mudah dilewati oleh senyawa hidrofilik.
propilen glikol. Hanafi et al (1997) menyebutkan bahwa
Harga klirens total verapamil HCl asam oleat bekerja dengan memodifikasi
sebesar 0,9 ± 0,36 L/hari. Bila hasil fluks lapisan lemak dari stratum corneum untuk
tunak in vitro sebesar 324,65 μg/cm2 jam membentuk rantai panjang asam lemak
yang diasumsikan dapat dicapai pada dengan konfigurasi cis. Asam oleat bekerja
kondisi in vivo, maka sediaan dengan luas sebagai peningkat penetrasi dengan
ukuran 1,33 cm-2 akan menghasilkan membentuk lapisan lipid baru bersama
kosentrasi tunak dalam plasma 19,93 μg/L. lapisan lipid stratum corneum untuk
Melihat jendela terapi verapamil HCl 50- menurunkan kapasitas fungsi sawar kulit
100 μg/L (Andreson et al., 2002), maka setelah pengobatan dengan asam oleat.
sediaan cold cream dapat menghantarkan Dan asam oleat memisahkan komponen-
verapamil HCl di bawah rentang jendela komponen membran stratum corneum,
terapi. Peningkatan jumlah cold cream mengurangi proporsi lipid kristalin, dan
yang diberikan atau dengan penghantaran meningkatkan permeabilitas terhadap asam
luas area pemberian dapat menjadi solusi oleat. Penggunaan kombinasi enhancer
untuk meningkatkan kadar obat dalam asam oleat juga telah diujikan pada

1007
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

sianokobalamin (Vitamin B12). Kombinasi tranilast dibandingkan dengan penggunaan


antara asam oleat dan propilen glikol satu macam enhancer saja baik asam oleat
bekerja sebagai pembawa sehingga atau propilen glikol (Murakami et al.,
penetrasi dan penyebaran vitamin B12 1998).
meningkat secara signifikan (Yang et al., Ditentukan variabel bebas dan
2011). Kombinasi antara asam oleat 10%, variabel terikat SLD untuk menentukan
20% dengan propilen glikol 10% formula terbaik yang diolah dalam
meningkatkan penetrasi dan penyebaran software Design Expert v.11 (Trial).

Tabel 5. Variabel bebas dan variabel terikat pada SLD untuk menentukan formula terbaik
Variabel Percobaan Batasan
Variabel bebas Komposisi rendah Komposisi tinggi Jumlah
Asam Oleat 2,5% 10% 12,5%
Propilen Glikol 2,5% 10% 12,5%
Variabel terikat Batas bawah Batas atas Target
pH 4,5 6,5 In range
Daya sebar 9,4 cm2 10,62 cm2 Maksimum
Daya lekat 1,83 detik 2,26 detik Maksimum
Jumlah kumulatif 5570,01 µg/cm2 6350,17 µg/cm2 Maksimum
Fluks 656,25 µg/cm jam 793,77 µg/cm jam Maksimum
Lag time 0 jam 3 jam Minimum
Efisiensi transport 50 % 100 % Maksimum
dilakukan verifikasi. Diperoleh prediksi
Dari hasil pengolahan data dengan hasil respon seperti pada Tabel 6.
menggunakan software Design Expert v.11 Dari hasil jumlah kumulatif, fluks, lag
(Trial) diperoleh formula prediksi dimana time dan % efisiensi transport
akan mendapatkan formula terbaik dengan menunjukkan bahwa adanya penambahan
penambahan asam oleat dan propilen enhancer asam oleat dan propilen glikol
glikol sebesar 9,47 dan 3,03 % tetapi tidak menaikkan penetrasi verapamil HCl.

Tabel 6. Prediksi hasil respon dari formula prediksi yang dihasilkan oleh Design Expert
v.11 (Trial)
Solution 95% CI 95% CI 95% TI 95% TI
Predicted Predicted Std SE
1 of 3 Observed low for high for low for high for
Mean Median Dev Mean
Response Mean Mean 99% Pop 99% Pop
pH 6,25 6,25 0,030 0,022 6,18 6,32 5,96 6,53
Daya
10,10 10,10 0,001 0,001 10,08 10,12 10,03 10,17
sebar
Daya
2,11 2,11 0,041 0,036 1,66 2,57 0,18 4,05
lekat
Jumlah
6275,48 6275,48 181,49 132,4 5854,13 6696,84 4598,81 7952,16
kumulatif
Fluks 784,43 784,43 22,68 16,5471 731,769 837,09 574,88 993,97
Lag time 2,85 2,85 0,14 0,066 2,66 3,03 1,80 3,89
Efisiensi
62,90 62,90 1,89 1,38 58,50 67,30 45,39 80,42
transport

4. KESIMPULAN memberikan pengaruh terhadap sifat fisik


Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dan penetrasi verapamil HCl. Dimana sifat
disimpulkan bahwa adanya penambahan fisik cold cream verapamil HCl semakin
enhancer asam oleat dan propilen glikol baik dan penetrasi verapamil HCl

1008
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

meningkat dengan adanya penambahan Goodman, M. P., 2011, A Review of Oral vs


enhancer. Hasil menunjukkan jumlah Transdermal Therapy. Journal of
kumulatif verapamil HCl yang terpenetrasi Women’s Health, 21(2), 161–169.
berturut paling baik adalah F4 dengan Hanafi, T., Anita, Bos, V. G., Joke, A.B.,
jumlah kumulatif sebesar 6350,17 ± Hans, E. J. dan Harry, E.B. 1997. In
253,83 μg/cm2. Fluks verapamil HCl yang vitro human skin perturbation by Oleic
paling baik adalah F4 dengan fluks sebesar acid: Thermal analysis and freeze
793,77 ± 13,16 μg/cm2 jam, lag time yang fracture electron microscopy studies.
paling baik adalah F4 dengan hasil 2,64 ± Thermochimica Acta. 293:77-85.
0,09 jam. Effisiensi transport terbaik Iang, S. J. J. dan Hou, X. J. Z., 2003,
adalah F4 dengan hasil 63,72 ± 1,30 %. Examination of the Mechanism of Oleic
Diperoleh formula prediksi untuk Acid-Induced Percutaneous Penetration
mendapatkan hasil terbaik dengan Enhancement : Ultrastructural Study,
penambahan asam oleat dan propilen 26(1), 66–68.
glikol sebesar 9,47 dan 3,03 % tetapi tidak Riski, R,. Aisyah, A. N., Awaluddin, A. dan
dilakukan verifikasi. Nurindasari, 2017, Formulasi Krim
Pemutih Dari Fitosom Ekstrak Daun
REFERENSI Murbei (Morus alba L.), Jurnal Farmasi
Binarjo, A., & Nugroho, A. K., 2014, Indonesia, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Permeasi Transdermal Losartan In Vitro Makasar 5(4), 233–238.
dari Larutan dengan Variasi Kadar Iswandana, R., Anwar, E. dan Jufri, M., 2015,
Losartan dan Propilen Glikol, Skrpsi, Nanoparticle Formulation of Verapamil
Universitas Ahmad Dahlan, 4(1), 6-12. Hydrochloride from Chitosan and
Dalgleish, T., Williams, J. M. G. ., Golden, Sodium Tripolyphosphate Using Ionic
A.-M. J., Perkins, N., Barrett, L. F., Gelation Method Artikel Penelitian
Barnard, P. J., Watkins, E., 2007, Formulasi Nanopartikel Verapamil
Antimicrobial Essential Oils to Combat Hidroklorida dari Kitosan. Jurnal
Bacterical Infection, Journal of Farmasi Indonesia, 6(4), 201–210.
Experimental Psychology: General, Emami, J., Varshosaz dan N., Saljaughian,
136(1), 23–42. 2008, Development and Evaluation of
DiPiro, J. T., DiPiro, C. V, Wells, B. G., & Controlled-release Buccoadhesive
Schwinghammer, T. L., 2009, Verapamil Hydrochloride Tablets,
Pharmacoteraphy Handbook (9th ed.), Journal of Pharmaceutical Sciences,
New York, Mc Graw Hill Education. Isfahan University of Medical Sciences,
EPA, 1992, Dermal Exposure Assessment: 16(2), 60–69.
Pricipal and Aplication, Office of Health Lanimarta, Y., 2012, Pembuatan Dan Uji
an Enviromental Assessment, Penetrasi Nanopartikel Kurkumin –
Washington, pp. 30-32, 109, 175-176. Dendrimer Poliamidoamin ( Pamam )
Kharimah, Hani'atul, 2018, Pengujian Generasi 4 Dalam Sediaan Gel Dengan
Permeasi Andrografolid Menggunakan Menggunakan Sel Difusi Franz, Skripsi,
Asam Oleat dan Propilen Glikol Sebagai Universitas Indonesia.
Enhancer Melalui Membran Strat-M, Magdalena, B. A., Bardi, S., Indriyanti, W.,
Skripsi, Universitas Islam Indonesia Maelaningsih, F. S., 2016, Formulasi
Krim Antihiperpigmentasi Ekstrak Kulit
M, Kurniawan., Sugihartini, N., & Yuwono, Buah Delima (Punica granatum L),
T., 2019, Permeabilitas dan Karakteristik Indonesian Journal of Pharmaceutical
Fisik Emulgel Minyak Atsiri Bunga Science and Technology, Universitas
Cengkeh , ISSN, Universitas Padjadjaran, 3(1), 17–25.
Muhammadiyah Yogyakarta, 3(1), 1-10. Murakami, T., Yoshioka, M., Yumoto, R.,
Purnama, Handi & Mita, Soraya. R., 2016, Higashi, Y., Shigeki S., Ikuta, Y., Yata
Studi In Vitro Ketoprofen Melalui rute N., 1998, Topical Delivery of Keloid
Transdermal, Farmaka, Universitas Therapeutic Drug, Tranilast, by
Padjadjaran, 14, 70–81. Combined Use of Oleic Acid and

1009
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Propylene Glycol as a Penetration


Enhancer: Evaluation by Skin
Microdialysis in Rats, Journal Pharm
Pharmacol. 50, 49-54.
Rahayu, N., & Mita, S. R., 2016, Efek
Penggunaan Tunggal Dan Kombinasi
Asam Oleat Sebagai Peningkat Penetrasi
Pada Sediaan Transdermal, Farmaka,
Universitas Padjadjaran.
Rahmawati, D., Sugihartini, N., dan Yuwono,
T., 2017, Daya Antiinflamasi Salep
Basis Larut Air Minyak Atsiri Bunga
Cengkeh (Syzygium aromaticum) dengan
Variasi Komposisi Enhancer Asam Oleat
dan Propilen Glikol, Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta.
Singh, T. P., Kumar, S. R., Shah, J. N., Mehta,
T. A., 2014. Mucoadhesi bilayer buccal
patches of verapamil hydrochloride
formulation development and
characterization. Internasional Journal
of Pharmacy and Pharmaceutical
Science: India.
Sood, Kaur, V. dan Pawar, P., 2013,
Transdermal Delivery of Verapamil
HCl : Effect of penetration agent on In
Vitro Penetration Trough rat Skin,
Journal of Applied Pharmaceutical
Science, 3(03), 044-051.
Williams, A. C. dan Barry, B.W., 2012,
Penetration enhancers. Advanced Drug
Delivey Reviews, Issue 64, 128-137.
Words, K., 2006, Overcoming the Stratum
Corneum : The Modulation of Skin
Penetration, Martin Luther University,
Germany.

1010

Anda mungkin juga menyukai