A KASUS
C RUMUSAN KASUS
1. Suspensi kering dibuat karena stabilitas zat aktif di dalam pelarut air
terbatas, baik stabilitas kimia atau stabilitas fisik. Umumnya antibiotik
mempunyai stabilitas yang terbatas di dalam pelarut air.
2. Sediaan suspensi kering untuk kloramfenikol juga dipilih karena rasanya
yang pahit dapat tertutupi dengan menggunakan kloramfenikol palmitat
karena target pasar adalah anak – anak.
1. Kecepatan sedimentasi
Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai
pegangan supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka:
a. Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil,
dapat menggunakan sorbitol atau sukrosa.
b. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender atau
koloid mill.
c. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.
2. Pembahasan Serbuk
Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai weeting agent atau
surfaktan, misal : span dan tween.
4. Pertumbuhan Kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh. Bila terjadi
perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan Kristal. Ini dapat dihalangi dengan
penambahan surfaktan.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kristalisasi (Disperse system,
vol. I, 158)
1. Gunakan partikel dengan range ukuran yang sempit
2. Pilih bentuk Kristal obat yang stabil
3. Cegah penggunaan alat yang membutuhkan energy besar untuk
pengecilan ukuran partikel
4. Gunakan pembasah
5. Gunakan colloidal pelindung seperti gelatin, gums dan lain-lain yang
akan membentuk lapisan pelindung pada partikel
6. Viskositas ditingkatkan
7. Cegah perubahan suhu yang ekstrim
2. Polysorbatum 80
Nama zat : Polysorbatum 80 (C64H124O26, BM= 1310)
Sinonim : Atlas E; Armotan PMO 20;Capmul POE-O;Cremophor PS
80; Crillet 4;Crillet 50;Drewmulse POE-SMO; Drewpone
80K; Durfax 80; Durfax 80K;E433;Emrite 6120; Eumulgin
SMO; Glycosperse O-20;Hodag PSMO-20;Liposorb O-
20;Liposorb O-20K;Montanox 80; polyoxyethylene 20
oleate; polysorbatum 80;Protasorb O-20;Ritabate 80;(Z)-
sorbitan mono-9-octadecenoate poly(oxy1,2-ethanediyl)
derivatives;Tego SMO 80; Tego SMO 80V; Tween 80
Nama kimia : polyoxyethylene 20 sorbitan monooleat
Struktur :
Kegunaan : Agen pendispersi, agen pengemulsi, surfaktan non ionik,
agen pelarut, agen pensuspensi, agen pembasah.
3. Propilenglikol
Nama zat : Propilenglikol, (C3H8O2, BM 76.09)
Sinonim : 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol;
methyl ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol;
propylenglycolum
Nama kimia : 1,2-Propanediol
Struktur :
4. Quinolin yellow
Nama zat : Quinolin yellow (C18 H9NNa2O8S2, bm= 447,8)
Sinonim : D & C yellow No. 10, Amarillo de quinoleína; Canary
Yellow; CI Acid Yellow 3; CI Food Yellow 13; Colour
Index No. 47005;E104;
Nama kimia : Disodium 2-(1,3-dioxo-2-indanyl)-6,8-quinolinesulfates;
disodium 2-(2-quinolyl)-indan-1,3-dionedisulfonates
(principal component)
Struktur : unmethylated disulfonic acids
5. Sukrosa
Nama zat : sukrosa (C12H22O11, BM= 342.30)
Sinonim : Beet sugar; cane sugar;a-D-glucopyranosyl-b-D-
fructofuranoside; refined sugar; saccharose; saccharum;
sugar.
Nama kimia : b-D-fructofuranosyl-a-D-glucopyranoside
Struktur :
Kegunaan : agen penyalut; pembantu granulasi; agen pensuspensi;
sweetening agent; bahan pengisi tablet; tablet and capsule
diluent; agen peningkat viskositas
6. Aqua destilata
Nama zat : aqua destilata (H2O, bm= 18.02)
Sinonim : Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide
Struktur : H2O
Kegunaan : pelarut
Kelarutan : dapat bercampur dengan pelarut polar
1. Evaluasi organoleptis
6. Evaluasi PH
Evaluasi PH dilakukan dengan menggunakan PH Meter.
B. EVALUASI KIMIA
Evaluasi kadar zat aktif yang terkandung dalam suspensi dilakukan dengan
menggunakan metode Spektrofotometri UV
PRA-REGISTRASI OBAT
Permohonan Pra-registrasi obat adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
penapisan registrasi obat, penentuan kategori registrasi, penentuan jalur evaluasi,
penentuan biaya evaluasi, dan penentuan dokumen registrasi obat.
HPR belaku satu tahun sejak tanggal dikeluarkan, bersifat final dan mengikat.
SKALA PILOT
Skala pilot adalah sistem pengolahan kimia dengan skala kecil yang
dioperasikan untuk menghasilkan informasi tentang perilaku sistem untuk
digunakan dalam desain fasilitas yang lebih besar. Skala pilot dilakukan untuk
mengurangi risiko yang terkait dengan produksi skala besar. Pertimbangan
dilakukannya skala pilot adalah secara ekonomi lebih murah dari produksi skala
besar (Mantry, 2013).
modifikasi
validasi alat
proses
pembuatan SOP
personal
pewadahan
(Mantry, 2013)
Untuk obat baru dan produk obat baru, uji BE digunakan untuk
membandingkan (1) formulasi awal dan akhir uji klinis; (2) formulasi yang
digunakan dalam uji klinis dan uji stabilitasi, jika ada perbedaan; (3) formulasi uji
klinis dan produk obat yang akan dipasarkan, jika ada perbedaan; (4) ekivalensi
produk antar-potensi (FDA, 2014). Sedangkan untuk obat copy baru, uji BE akan
diminta pada saat registrasi untuk menunjukkan bahwa produk yang
diregistrasikan ekivalen farmasetik dan bioekivalen terhadap produk referensi,
yakni produk originator.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam penentuan uji BE. Urutan
berdasarkan prioritas dari pilihan utama hingga terakhir ditinjau dari tingkat
akurasi, sensitivitas, dan reprodusibilitas, metode tersebut adalah:
3. Uji klinis
4. Uji in vitro
1. Uji farmakokinetik
Sejauh ini, uji perbandingan farmakokinetik merupakan pilihan utama dan paling
banyak digunakan untuk produk obat yang diserap sistemik. Sedangkan uji
perbandingan farmakodinamik dan klinis lebih umum digunakan untuk produk
obat yang bekerja lokal.
2. Uji farmakodinamik
Uji PD tidak direkomendasikan selama obat diserap ke sirkulasi sistemik dan
pendekatan PK dapat digunakan untuk penilaian BE. Hal ini disebabkan
variabilitas pengukuran PD selalu lebih besar daripada PK. Selain itu, seringkali
terjadi efek plasebo yang dapat makin memperburuk variabilitas dan memperumit
disain eksperimen. Potensi munculnya efek plasebo harus dapat diantisipasi
sebelumnya dalam disain penelitian dengan menambahkan fasa ketiga
menggunakan plasebo dalam pengujian (WHO, 2006).
Uji klinik secara umum dibagi dalam 4 fase. Pelaksanaan fase uji klinik
dilakukan secara berurutan, walaupun mungkin saja dapat bersamaan waktunya
atau saling melengkapi (overlap).
C. Fase 3
D. Fase 4
Uji Klinik fase 4 adalah studi terhadap obat yang telah dipasarkan untuk
memperoleh profil efektivitas dan keamanan obat tersebut pada penggunaan
yang sebenarnya di masyarakat. Uji klinik fase 4 juga dapat merupakan studi
untuk mendukung perubahan seperti perubahan dosis, jadwal pemberian,
populasi berbeda.
REGISTRASI OBAT
SKALA INDUSTRI
Formulasi
fisika
Evaluasi
kimia
Pra-Regitrasi
Dokumen Formulir
Hasil Pra-Regitrasi
Evaluasi
Uji BA/BE
Uji klinis
Registrasi
Dokumen Formulir
Produk teregistrasi
Skala industri
Izin evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. (2011). Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat. Jakarta : BPOM RI.
FDA (2015) Draft Guidance for Industry: Dissolution Testing and Specification
Criteria for Immediate-Release Solid Oral Dosage Forms Containing
Biopharmaceutics Classification System Class 1 and 3 Drugs.
Lachman.L, dkk. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Jakarta :
UI Press.
Luh,Ni Dewi A., Sadono Riawati Jaya W. 2011. Formulasi Sirup Pembawa yang
di Dapar pada Ph 5,5 untuk Sediaan Racikan Serbuk. Surabaya :Universitas
Surabaya.
Mantry, Subbragit. 2013. Pilot Plant Scale up Techniques. Kottam Institute of
Pharmacy.