Anda di halaman 1dari 6

JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 173-178, 2016 ISSN CETAK.

2443-115X
ISSN ELEKTRONIK. 2477-1821

PENENTUAN KADAR RESIDU TETRASIKLIN HCl PADA IKAN


AIR TAWAR YANG BEREDAR DI PASAR SEGIRI
MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA
VIOLET
Submitted : 1 November 2016
Edited : 18 November 2016
Accepted : 30 November 2016

Henny Nurhasnawati, Siti Jubaidah, Novita Elfia

Akademi Farmasi Samarinda


Email: henny_akfar@yahoo.co.id

ABSTRACT
Tetracycline HCl is one of the most commonly used antibiotics in fish farming that aims
to control diseases caused by bacteria. The purpose of this study was to determine the presence
and the level of tetracycline HCl antibiotic residue in freshwater fishes sold at the Segiri
traditional market. The method used in this research was a standard addition ultraviolet
spectrophotometry. The results showed that residue level of tetracycline HCl in freshwater fish
is 192,067 μg/g - 257,409 μg/g. These result was far exceeded the maximum residue level of
tetracycline class antibiotics in meat and dairy based on SNI 01-6366-2000 that limit the
residue not higher than 0.1 μg/g.

Keywords : Fish, Tetracycline HCl residue, Standard addition, UV spectrophotometry.

PENDAHULUAN lainnya. Waktu henti adalah kurun waktu


Residu obat atau bahan kimia adalah dari saat pemberian obat terakhir hingga
akumulasi obat atau bahan kimia dan atau ternak boleh dipotong atau produknya dapat
metabolitnya dalam jaringan atau organ dikonsumsi(1).
hewan setelah pemakaian obat atau bahan Ikan merupakan sumber protein,
kimia untuk tujuan pencegahan/pengobatan lemak, vitamin dan mineral yang sangat baik
atau sebagai imbuhan pakan untuk pemacu oleh karena itu ikan banyak dibudidayakan
pertumbuhan. Residu antibiotik dalam di Indonesia. Salah satu budidaya ikan yang
makanan asal hewan erat kaitannya dengan banyak dikembangkan oleh masyarakat ialah
penggunaan antibiotik untuk pencegahan budidaya ikan air tawar. Pengembangan dan
dan pengobatan penyakit serta keberlanjutan kegiatan budidaya ikan air
penggunaannya sebagai imbuhan pakan. tawar sering menghadapi kendala, salah
Sebagai imbuhan pakan, antibiotika dapat satunya adalah bila terjadi serangan penyakit
memacu pertumbuhan ternak agar dapat baik penyakit infeksi maupun non infeksi.
tumbuh lebih besar dan lebih cepat serta Serangan patogen baik itu virus, bakteri,
dapat mencegah terjadinya infeksi bakteri. jamur, protozoa maupun parasit merupakan
Penggunaan antibiotik yang berlebihan serta golongan penyakit infeksi, sedangkan
tidak dipatuhinya waktu henti obat penyakit non infeksi meliputi penyakit yang
menyebabkan timbulnya residu di dalam diakibatkan oleh lingkungan, pakan, genetik
daging ternak, telur, susu atau produk ternak dan tumor(2). Penularan penyakit dan parasit

173 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 173-178, 2016 HENNY NURHASNAWATI

dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, BAHAN DAN METODE


antara lain melalui kontak langsung antara Alat dan Bahan
ikan sakit dan ikan sehat, bangkai ikan sakit Alat-alat yang digunakan dalam
maupun melalui air, penularan ini biasanya penelitian ini adalah batang pengaduk,
terjadi dalam satu kolam budidaya. Sehingga blender, botol semprot, erlemeyer, gelas
untuk menanggulangi penyakit pada ikan kimia, gelas ukur, hot plate, kaca arloji, labu
budidaya adalah pengobatan dengan zat ukur, magnetic stirer, neraca analitik, pipet
kimia atau antibiotik. tetes, pipet ukur 10 ml, spatel,
Antibiotika adalah zat-zat kimia spektrofotometer UV (Shimadzu 1800),
yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang sentrifugator (PLC Series), tabung reaksi.
memiliki khasiat mematikan atau Bahan-bahan yang digunakan adalah
menghambat pertumbuhan kuman, air suling, asam klorida, asam sitrat
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif monohidrat (E. Merck), asam nitrat pekat,
kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara asam sulfat pekat, besi (III) klorida (E.
semi-sintesis, juga termasuk kelompok ini, Merck), dinatrium hidrogen pospat anhidrat
begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat (E. Merck), dinatrium EDTA dihidrat (E.
antibakteri(3). Antibiotik terbagi atas Merck), ikan air tawar segar (patin, mas,
beberapa golongan salah satunya ialah nila, gabus, lele) tetrasiklin HCl baku.
tetrasiklin, tetrasiklin merupakan salah satu
antibiotik yang paling sering digunakan Cara Kerja
dalam budidaya ikan yang bertujuan untuk Pengumpulan Sampel
mengontrol penyakit yang disebabkan Sampel yang digunakan pada penelitian ini
bakteri(4). adalah ikan air tawar segar (bukan ikan beku
Menurut SNI 01-6366-2000, kadar atau yang sudah diolah) yang diambil di
residu antibiotik golongan tetrasiklin dalam Pasar Segiri. Teknik pengambilan sampel
daging dan susu tidak boleh melebihi 0,1 menggunakan metode purposive sampling
ppm. Kandungan residu obat yang melewati berdasarkan jenis ikan yang ditentukan oleh
batas maksimum residu (BMR) yang peneliti yaitu patin, gabus, mas, nila, lele.
ditetapkan akan menyebabkan bahan Pengambilan sampel dilakukan sebanyak
makanan menjadi tidak aman untuk dua kali yaitu minggu pertama dan minggu
dikonsumsi karena dapat menimbulkan kedua bulan Juli 2015 di tempat pedagang
reaksi alergis, keracunan, resistensi mikroba ikan yang sama. Penelitian dilakukan di
tertentu atau mengakibatkan gangguan Laboratorium Terpadu I Akademi Farmasi
fisiologis pada manusia(5) . Samarinda.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada tidaknya dan kadar residu Pembuatan Larutan
antibiotik tetrasiklin HCl pada ikan air tawar Larutan HCl 0,1 N
yang beredar di pasar Segiri Penelitian ini Asam klorida pekat sebanyak 8,4 ml
menggunakan metode spektrofotometri ultra dimasukkan dalam labu ukur 1 L yang telah
violet secara adisi, karena residu di dalam diisi air suling secukupnya. Kemudian
ikan air tawar sangat kecil dan sulit untuk ditambahkan air suling hingga tanda batas.
diukur serapannya sehingga harus
ditambahkan larutan standar agar sampel Larutan Buffer McIlvaine pH 4
yang akan diuji lebih mudah diukur Larutan asam sitrat dibuat dengan
serapannya. melarutkan 5,2525 g asam sitrat monohidrat
dalam gelas kimia dengan air suling

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 174


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 173-178, 2016 HENNY NURHASNAWATI

kemudian dimasukkan dalam labu ukur 250 ditambahkan lagi dengan 20 ml buffer
ml dan ditambah air suling hingga tanda McIlvaine-EDTA dan disentrifugasi dengan
batas. Larutan natrium fosfat dibuat dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit.
Supernatan yang diperoleh kemudian
melarutkan dinatrium hidrogenpospat
dikumpulkan kemudian di sentrifugasi lagi
anhidrat sebanyak 7,1025 g dalam gelas dengan kecepatan 5000 rpm selama 20
kimia dengan air suling selanjutnya menit. Hasilnya dimasukkan ke dalam labu
dimasukkan dalam labu ukur 250 ml dan ukur 100 ml dan dicukupkan dengan HCl
ditambah air suling hingga tanda batas. 0,1 N hingga garis tanda, larutan ini disebut
Larutan Buffer McIlvaine dibuat dengan larutan sampel (Laboratory Quality
mencampurkan 200 ml larutan asam sitrat Assurance Division, 2007).
dengan 125 ml larutan natrium fosfat,
Penentuan Panjang Gelombang Serapan
kemudian diukur pH nya (Laboratory
Maksimum
Quality Assurance Division, 2007).
Larutan induk baku (LIB) II 50 μg/ml
dipipet sebanyak 2 ml, dimasukkan ke dalam
Larutan Buffer Mcllvaine-EDTA
labu ukur 10 ml. Larutan induk baku
Dinatrium EDTA dihidrat ditimbang
ditambahkan Asam klorida 0,1 N hingga
sebanyak 12,98 g dan dilarutkan ke dalam
tanda batas (10 μg/ml), lalu dikocok
325 ml buffer McIlvaine (Laboratory
sehingga diperoleh larutan dengan
Quality Assurance Division, 2007).
konsentrasi 10 μg/ml. Diukur serapan pada
panjang gelombang 200-400 nm (Laboratory
Pembuatan Larutan Induk Baku
Quality Assurance Division, 2007).
Tetrasiklin HCl
Tetrasiklin HCl ditimbang 25 mg, Penentuan Kadar Residu Tetrasiklin HCl
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur dalam Daging Ikan Air Tawar
50 ml dan ditambahkan dengan HCl 0,1 N Larutan sampel dipipet sebanyak 1,6
hingga tanda batas, sehingga diperoleh ml dan dimasukkan ke dalam 5 labu ukur 10
larutan dengan konsentrasi 500 μg/ml, ml. LIB II ditambahkan 0; 1; 1,5; 2; dan 2,5
larutan ini disebut larutan induk baku (LIB ml, kemudian diencerkan menggunakan HCl
I). Dari larutan ini dipipet 5 ml, dimasukkan 0,1 N hingga tanda batas. Masing-masing
ke dalam labu ukur 50 ml, lalu diencerkan didapatkan Larutan tetrasiklin HCl baku
dengan konsentrasi 0; 5; 7,5; 10; dan 12,5
dengan HCl 0,1 N hingga tanda batas dan
μg/ml. Absorbansi dari masing-masing larutan
diperoleh konsentrasi 50 μg/ml (LIB II) diukur pada panjang gelombang 272,8 nm.
(Laboratory Quality Assurance Division, Selanjutnya dibuat grafik absorbansi dan
2007). konsentrasi standard ditentukan persamaan
regresi linier y = bx + a.
Dengan mengekstrapolasikan garis pada
Ekstraksi Sampel
sumbu X (garis memotong sumbu X) atau
Sampel yang telah dihaluskan mensubstitusikan absorbansi (Y) = 0 pada
kemudian ditimbang sebanyak 20 g. persamaan regresi yang diperoleh maka akan
Ditambahkan 40 ml Buffer McIlvaine- diperoleh konsentrasi residu tetrasiklin
EDTA (pH 4), lalu di homogenkan dalam larutan sampel yang diukur (Cx)(6).
menggunakan magnetic stirer selama 10 Hasilnya lalu dikali faktor pengenceran dan
menit. Sampel disentrifugasi dengan volume larutan sampel kemudian dibagi
kecepatan 3500 rpm selama 10 menit, berat penimbangan sampel daging ikan
supernatan diambil. Ditambahkan 20 ml sehingga diperoleh kadar residu tetrasiklin
Buffer McIlvaine-EDTA dan disentrifugasi dengan satuan µg/g sampel.
lagi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 Menurut metode adisi standar Cx = -Cs,
menit. Supernatan diambil dan endapan
ketika Absorbansi (Y) = 0

175 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 173-178, 2016 HENNY NURHASNAWATI

( )
Kadar analit dalam sampel =
( )

Keterangan:
Cx = Konsentrasi analit dalam larutan yang diukur
Cs = Konsentrasi larutan standar
(Laboratory Quality Assurance Division, 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN EDTA mampu bersaing dengan tetrasiklin


Analisis kuantitatif merupakan dalam membentuk kelat dengan logam(6).
penentuan kadar suatu senyawa kimia yang Ekstraksi daging ikan dalam penelitian ini
terkandung dalam suatu bahan. Untuk menggunakan 5 jenis ikan air tawar yaitu,
menentukan kadar tersebut dapat digunakan patin, mas, nila, gabus, dan lele.
metode spektrofotometri ultra violet secara Penentuan residu tetrasiklin HCl pada
adisi standar. Metode ini dipilih karena ikan air tawar dimulai dengan penentuan
residu di dalam ikan air tawar sangat kecil panjang gelombang maksimum. Pengukuran
dan sulit untuk diukur serapannya sehingga absorbansi dilakukan pada panjang
harus ditambahkan larutan standar agar gelombang maksimum karena pada panjang
sampel yang akan diuji lebih mudah diukur gelombang tersebut kepekaannya juga
penyerapannya. maksimum(7). Pada penelitian ini diperoleh
Prosedur ekstraksi sampel diadopsi nilai absorbansi tertinggi sebesar 0,882 pada
dari Laboratory Quality Assurance Division panjang gelombang 272,8 nm dapat dilihat
(2007), yakni dimulai dari ekstraksi residu pada gambar 1.
tetrasiklin dari sampel daging ikan Konsentrasi residu tetasikin
menggunakan buffer McIlvaine-EDTA. ditentukan dengan mengukur serapan larutan
Tetrasiklin mampu berikatan dengan protein sampel pada panjang gelombang 272,8 nm
membentuk konjugat sehingga sukar dan hasilnya diplot pada grafik. Salah satu
diekstraksi dari matriks sampel. Selain itu contoh grafik penentuan konsentrasi residu
kendala lain dalam ekstraksi tetrasiklin dari tetasiklin dapat dilihat pada Gambar 2.
sampel daging yaitu pembentukan kelat Pada Gambar 2, sumbu X merupakan
antara tetrasiklin dengan ion logam yang konsentrasi standar yang ditambahkan
terkandung dalam matriks. Sehingga untuk sementara sumbu Y menunjukkan nilai
ekstraksi sampel dan deproteinasinya absorbansinya. Dengan mengekstrapolasikan
biasanya dipakai pelarut yang sedikit asam garis pada sumbu X (titik potong pada
untuk membebaskan tetrasiklin yang terikat sumbu X) atau mensubstitusikan nilai Y = 0
nonkovalen dengan makromolekul tersebut. pada persamaan regresi, maka akan
Untuk itu dipakai buffer McIlvaine EDTA diperoleh konsentrasi analit (concentration
pH 4, dimana penambahan EDTA dalam of unknown) yang terkandung dalam larutan
larutan buffer dimaksudkan untuk sampel yang diukur(5).
meningkatkan effisiensi ekstraksi, karena

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 176


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 173-178, 2016 HENNY NURHASNAWATI

Gambar 1. Kurva serapan Sinar UV-Vis Tetrasiklin HCl

Residu Tetrasiklin Lele (I)


1.8
1.6 y = 0.0781x + 0.5617
1.4 R² = 0.9998
1.2
Absornansi

1
0.8
0.6
0.4
0.2
-7.1956, 0 0
-10 -5 0 5 10 15
Konsentrasi (mg/L)

Gambar 2. Grafik Penentuan Konsentrasi Residu Tetrasiklin

Kadar residu tetrasiklin pada sampel Tabel 2. Hasil Penentuan Kadar Residu
diperlihatkan pada Tabel 1 dan 2. Tetrasiklin pada Sampel Daging
Tabel 1. Hasil Penentuan Kadar Residu Ikan Air Tawar Pada Sampling
Tetrasiklin pada Sampel Daging Kedua
Ikan Air Tawar Pada Sampling
Pertama No. Sampel Kadar Nilai maksimum
residu residu (μg/g)
No. Sampel Kadar Nilai maksimum (μg/g)
residu residu (μg/g) 1 Ikan patin 225,887
(μg/g) 2 Ikan 211,156
1 Ikan patin 110,674 gabus
0,1
2 Ikan 210,645 3 Ikan nila 215,387
gabus 4 Ikan mas 257,518
0,1
3 Ikan nila 215,468 5 Ikan lele 377,100
4 Ikan mas 198,687
5 Ikan lele 224,862

177 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(2), 173-178, 2016 HENNY NURHASNAWATI

Berdasarkan data pada tabel di atas, SIMPULAN


kadar residu tetrasiklin HCl pada Dari hasil penelitian dan analisis data dapat
pengambilan sampel yang pertama berada disimpulkan bahwa sampel ikan air tawar
pada kisaran 110,674 - 215,468 μg/g dengan yang beredar di Pasar Segiri memiliki residu
rata-rata kadar 192,067 μg/g. Sedangkan senyawa antibiotik tetrasiklin HCl dengan
pada pengambilan sampel kedua diperoleh kadar 192,067 - 257,409 μg/g yang melebihi
hasil antara 211,156 - 377,100 μg/g dengan batas maksimum residu yang diperbolehkan.
rata-rata kadar 257,409 μg/g.
Konsumsi makanan asal hewan yang DAFTAR PUSTAKA
diberikan antibiotik tidak dilarang asalkan 1. Bahri, S., Masbulan, E., dan
berada di bawah batas maksimum residu Kusumaningsih, A., 2005. Proses
(BMR). Di Indonesia Dewan Standarisasi Praproduksi sebagai Faktor Penting
Nasional (2000) menetapkan BMR untuk dalam Menghasilkan Produk Ternak
residu tetrasiklin 0,1 µg/g untuk daging dan yang Aman untuk Manusia. Jurnal
0,05 µg/g untuk susu. Hasil penelitian Litbang Pertanian 24(I): 27-33
menunjukkan kadar residu tetrasiklin yang 2. Jasmanindar, Y., 2011. Prevalensi
jauh melebihi batas maksimum residu yang Parasit dan Penyakit Ikan air Tawar
diperbolehkan. yang Dibudidayakan di Kota Kupang.
Antibiotik tidak pernah digunakan Kupang: Universitas Nusa Cendana.
untuk pencegahan, antibiotik diberikan 3. Tjay, T.H., Rahardja, K., 2007. Obat-
kepada ikan untuk mengontrol penyakit obat Penting, Khasiat Penggunaan dan
yang disebabkan bakteri melalui injeksi, Efek Sampingnya. Edisi Keenam.
perendaman atau pencampuran obat dengan Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
pakan. Penting untuk diketahui bahwa 4. Slembrouck, J. et al., 2005. Petunjuk
bakteri bersifat peka terhadap antibiotik, Teknis Pembenihan Ikan Patin
bakteri menjadi resisten terhadap obat Indonesia. Jakarta: Badan Riset
apabila terapi antibiotik tidak diberikan Kelautan dan Perikanan.
dengan takaran yang tepat dan waktu yang 5. Harris, D. C.,1987. Quantitative
semestinya. Kandungan residu obat pada Chemical Analysis. 2nd ed. New York:
ikan yang menyebabkan bahan makanan W. H. Freeman and Company.
menjadi tidak aman untuk dikonsumsi 6. Laboratory Quality Assurance Division.
karena dapat menimbulkan reaksi alergi, 2007. Qualitative Identification of
keracunan, resistensi mikroba tertentu atau Tetracyclines. USA: United States
mengakibatkan gangguan fisiologis pada Department of Agriculture Food Safety
manusia (1). and Inspection Service.
7. Botsoglou, N.A. dan Fletouris, D.J.,
2001. Drug Residues in Foods
Pharmacology, Food Safety, and
Analysis. New York: Marcel Dekker.

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 178

Anda mungkin juga menyukai