Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No.

1 Mei 2018: 35-42_______________________ISSN 2087-4871

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIS PADA


IKAN ASAP PINEKUHE

ISOLATION AND IDENTIFICATION OF STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIS BACTERIA IN


PINEKUHE SMOKED FISH

Ely John Karimela1, Frans G Ijong2, Jaka FP Palawe1, Jeffri A Mandeno1


1
Jurusan Perikanan dan Kebaharian, Politeknik Negeri Nusa Utara, Tahuna
2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Univesitas Sam Ratulangi, Manado
Korespodensi: karimelaelyjohn@gmail.com

ABSTRACT

Pinekuhe smoked fish is a fishery product traditionally processed by fishermen of Sangihe Island Regency. Staphylococcus
epidermis is an opportunistic phatogen that causes infection to humans of weak immunity. This study aims to identify S.
epidermis isolated from the Pinekuhe smoked fish. Fourty isolate samples were grown on Mannitol salt Agar medium and
suspect colonies were tested for Gram staining, Catalase, Motility and Coagulase test There were 13 isolates identified
as S. epidermis which characteristics as gram-positive, round shapes, clustering, 0,5μm-1μm in diameter, non-motile-
positive catalase, and not ferment Mannitol. So, there were 32.5% S. epidermis that contaminated Pinekuhe smoked fish.

Keyword: Pinekuhe, smoked fish, Staphylococcus sp, Staphylococcus epidermis

ABSTRAK

Ikan asap Pinekuhe merupakan produk perikanan yang diolah secara tradisional oleh nelayan Kabupaten Kepulauan
Sangihe. Staphylococcus epidermis merupakan bakteri patogen yang bersifat oportunistik yaitu menyebabkan infeksi pada
manusia yang imunitasnya lemah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri S. epidermis yang diisolasi
dari ikan asap Pinekuhe. Empat puluh isolat sampel dibiakan pada media Manitol salt Agar, dan terduga diuji terhadap
pewarnaan Gram, Katalase, Motility dan Koagulase. Terdapat 13 isolat yang teridentifikasi sebagai S. epidermis, yang
memiliki karakteristik sebagai Gram positif, berbentuk bulat, bergerombol, berdiameter 0,5μm-1μm, non motil,
katalase positif dan tidak memfermentasi Manitol. Dengan demikian, terdapat 32,5% S. epidermis yang mengkontaminasi
produk ikan asap Pinekuhe.

Kata kunci: ikan asap, Pinekuhe, Staphylococcus sp, Staphylococcus epidermis

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, IPB__________________________ E-mail: jurnalfpik.ipb@gmail.com


PENDAHULUAN et al. 2016), (Namvar et al. 2014). Menurut
(Becker, Heilmann, & Peters 2014) bahwa
Indonesia kaya akan berbagai jenis Staphylococcus epidermis merupakan
produk tradisional yang biasanya memiliki bakteri yang paling sering ditemukan pada
kekhasan atau keunikan dari segi bentuk, manusia; dan menyebabkan infeksi ketika
bau dan rasa. Produk tradisional dari suatu kekebalan tubuh lemah.
daerah sulit untuk ditemukan di daerah Kelemahan pengolahan ikan asap
lain, kecuali untuk produk tertentu yang Pinekuhe adalah cara penanganan yang
sudah dikenal secara luas, seperti ikan kurang baik sehingga mutu produk yang
asap (Sulistijowati et al. 2011). Pengasapan dihasilkan rendah, daya simpan yang
ikan ditujukan untuk pengawetan, akan pendek dan tidak aman dikonsumsi
tetapi peran tersebut kini telah bergeser Karimela et al. (2013) menyatakan
ke arah pembentukan flavour, warna dan bahwa 85% produk ikan asap pinekuhe
aroma khas ikan asap (Prasetyo, 2015). terkontaminasi oleh Staphylococcus Sp,
Pengasapan ikan merupakan salah satu Sedangkan hasil penelitian Karimela, et al.
metode pengawetan dan pengolahan yang (2017) membuktikan bahwa Staphylococcus
telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat aureus dominan (62%) mengkontaminasi
di Sulawesi Utara termasuk di daerah ikan asap Pinekuhe.
Sangihe. Penelitian tentang Staphylococcus
Salah satu produk hasil olahan epidermis pada ikan asap Pinekuhe
perikanan asap yang dimiliki oleh nelayan sangat penting untuk penjaminan mutu
Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah keamanan produk ikan asap Pinekuhe itu
Pinekuhe. Pinekuhe adalah nama lokal atau sendiri mengingat bakteri ini merupakan
sebutan untuk produk ikan layang asap bakteri oportunistik yang menyerang
Decapterus sp, yang merupakan produk sistem kekebalan tubuh yang lemah
olahan lokal yang memiliki rasa dan aroma (Wahyuni 2017). Penelitian ini bertujuan
asap yang khas. Ikan asap tersebut disebut untuk mengidentifikasi S. epidermis yang
Pinekuhe karena bentuknya yang unik, terdapat pada produk ikan asap Pinekuhe
dibentuk dengan cara ditekuk atau dilipat. yang merupakan produk unggulan olahan
Ikan asap Pinekuhe ini juga disebut ikan perikanan Kabupaten Kepulauan Sangihe.
kodok karena bentuknya yang menyerupai
kodok (Karimela et al. 2013). Produk ini
diolah dengan cara pengasapan tradisional METODE PENELITIAN
dalam industri skala rumah tangga, dimana
pelaku usaha ikan asap Pinekuhe ini Alat dan Bahan
kebanyakan adalah nelayan dan ibu rumah
tangga, yang pemasaranya hanya ada di Alat yang digunakan yaitu micropippet
pasar tradisional. Selain bentuknya yang (Dummo), inkubator (YCO-N01), waterbath
unik, Pinekuhe juga memiliki cita rasa yang (Nesco), magnetic stirer (Wina Type 206),
khas serta mempunyai warna kulit yang laminary flow (Panasonic), microscope (Motic
mengkilap sehingga dapat menarik selera Tipe DMB01) dan autoclave (Midnif). Bahan
konsumen. Produk hasil perikanan mudah yang digunakan untuk analisis yaitu manitol
mengalami kemunduran mutu secara salt agar (MSA) (Merck), BHI Broth (Merck),
mikrobiologis, sama halnya dengan produk nutrien Agar (Himedia), Sim Agar (Merck),
olahan Pinekuhe yang memiliki daya awet purple carbohydrate broth (Merck), brain
yang terbatas dan sering terkontaminasi heart infusion broth (Himedia), koagulase
oleh berbagai mikroba, baik yang berasal plasma with EDTA (Merck), NaCl 0,9%,
dari ikan itu sendiri maupun dari orang hidrogen peroksida (H2O2) 3%, akuades,
yang menanganinya. Kemunduran mutu crystal violet, lugol, safranin (Merck).
secara mikrobiologis merupakan bentuk
kerusakan yang sangat merugikan terhadap Prosedur Penelitian
hasil perikanan serta dapat menimbulkan
penyakit dan racun (Teurupun et al. 2013). Sampel utama yaitu ikan asap
Salah satu bakteri penyebab penyakit Pinekuhe, sampel ini berasal dari 3 pasar yang
pada manusia yang terdapat pada olahan ada di Kabupaten Sangihe. Sampel diambil
perikanan umumnya adalah Staphylococcus secara acak kemudian sampel diambil
epidermis. Bakteri S. epidermis merupakan sebanyak 6 ekor sampel tiap pengamatan
bakteri yang hidup parasit pada manusia kemudian dibawah ke Laboratorium
atau pada hewan berdarah panas (Chessa Perikanan dan Kebaharian Politeknik

36 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No. 1 Mei 2018: 35-42
ISSN 2087-4871

Negeri Nusa Utara untuk dilakukan uji dari uji koagulase adalah Inokulasi koloni
mikrobiologis. Data dikumpulkan melalui terduga Staphylococcus sp ke dalam 2 ml
hasil pengamatan dan pemeriksaan. BHI Broth dan di inkubasi 18 – 24 jam
Prosedur kerja menggunakan pada suhu 35 0C. Pindahkan 0.2 mL – 0.3
metode (Ijong 2015) meliputi Sampel mL inokulum tersebut kedalam tabung
ikan asap Pinekuhe ditimbang sebanyak steril dan tambahkan 0.5 mL koagulase
10 gram, dimasukan ke dalam 90 mL plasma yang sudah ditambahkan EDTA
larutan NaCl 0,9% steril dan homogenkan kemudian aduk. Inkubasi pada suhu 35 0C
dengan menggunakan blender ±3-5 menit, amati tiap jam untuk 4 jam pertama dan
kemudian diambil 1 mL suspensi yang lanjutkan hingga 24 jam untuk melihat
terbentuk (tingkat pengenceran 10-1) dan terbentuknya koagulan. Koagulan yang
masukan ke dalam 9 mL larutan NaCl terbentuk secara padat/solid dan tidak
0,9% steril dan dihomogenkan dengan jatuh apabila tabung dibalik dinyatakan
cara mengocok tabung tersebut (tingkat positif (reaksi 4+) S. aureus. Koagulan
pengenceran 10-2) suspensi dengan tingkat yang menunjukan reaksi 2+ dan 3+ harus
pengenceran 10-3 dibuat dengan cara dilakukan uji tambahan. Sebaliknya jika
mengambil 1 mL suspensi pada tingkat Koagulan yang terbentuk secara tidak
pengenceran 10-2, lalu dimasukan ke padat/cair dan jatuh apabila tabung
dalam 9 mL larutan NaCl 0,9% steril dan dibalik dinyatakan positif S. epidermis.
dihomogenkan dan seterusnya untuk
pengenceran selanjutnya. Sampel pada Analisa Data
setiap pengenceran diambil 1 mL suspensi
dan dipindahkan ke dalam media MSA Data yang diperoleh dari hasil
(Manitol Salt Agar) yang telah diberi label pengamatan laboratorium dipaparkan
jenis sampel dan tingkat pengencerannya. secara deskriptif. Data penelitian seperti uji
Suspensi bakteri disebarkan dengan pewarnaan Gram, uji Motilitas, Katalase,
menggunakan batang penyebar gelas steril uji Koagulase dan fermentasi karbohidrat
diseluruh permukaan media secara merata dikelompokkan dalam bentuk tabel dan
serta cawan petri diputar perlahan-lahan. narasi kemudian dibandingkan dengan
Cawan petri dimasukan ke dalam inkubator standar identifikasi menurut kunci Bargey’s
dan diinkubasi pada suhu 37 0C selama Manual of the biochemical characteristic
24 dan 48 jam. Koloni yang tumbuh pada test of genus Staphylococcus sp.
media MSA diambil menggunakan jarum
Ose, diinokulasi ke media BHI broth, dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 HASIL DAN PEMBAHASAN
0
C, kemudian digoreskan kembali pada
media MSA, setelah itu diinkubasi selama Hasil fisiologis dari bakteri S.
18-24 jam pada suhu 37 0C. Koloni bebas epidermis, yang ditumbuhkan pada media
yang tumbuh pada media MSA dan MSA (Gambar 1) di inkubasi selama 24 jam
diduga Staphylococcus sp dipilih dengan dengan suhu 37 0C dengan menunjukan
menggunakan jarum Ose, dipindahkan bahwa koloni Staphylococci, yang
dalam media Slant Agar dilakukan dengan tumbuh pada media MSA berbentuk bulat
cara mencelup ujung jarum Ose pada bagian cembung berwarna cream, dan dengan
bawah permukaan agar miring, kemudian menggunakan media MSA ini membedakan
dengan perlahan ditarik ke ujung atas S. aureus dan S. epidermis. Bakteri S.
sehingga terbentuk garis siksak di tengah aureus dapat memfermentasi Mannitol
permukaan media SA. Biakan tersebut sehingga media MSA akan berubah dari
(SA) disimpan pada suhu dingin (4 0C). warna merah menjadi kuning keemasan
sedangkan sedangkan S. epidermis
Identifikasi Bakteri S. Epidermis tidak dapat memfermentasi Mannitol
(Badan Standardisasi Nasional, 2015).
Kultur sediaan yang ada dilanjutkan Salah satu cara mengklasifikasikan
dengan uji fisiologis, meliputi uji pewarnaan bakteri adalah dengan pewarnaan Gram
Gram, dan uji biokimia meliputi katalase, dimana bakteri dibagi ke dalam dua
motilitas, dan fermentasi karbohidrat kelompok yakni bakteri Gram positif
menggunakan metode (Prescot 2002; berwarna ungu dan bakteri Gram negatif
Cappucino dan Sherman 1992). untuk uji berwarna merah (Misbach & Yuniarty 2016).
koagulase dilakukan menggunakan metode Hasil mikroskopis pada uji pewarnaan Gram
(BSN 2015). Adapun prosedur pengujian dimana sel berbentuk bulat bergerombol

Isolasi dan Identifikasi Bakteri...........................................................................................................(KARIMELA et al.) 37


seperti anggur dan berwarna ungu atau antigenik dan merupakan substansi penting
violet kehitam – hitaman (Gambar 2). di dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan
merupakan suatu polimer polisakarida
yang mengandung subunit-subunit yang
tergabung, merupakan eksoskeleton yang
kaku pada dinding sel. Peptidoglikan
dirusak oleh asam kuat atau lisozim (Dewi
2013). Pada hasil uji Katalase terlihat bahwa
bakteri S. epidermis mampu mendegradasi
hidrogen peroksida melalui reduksi enzim
katalase dengan terbentuknya gelembung
Gambar 1. Pertumbuhan Koloni Gambar gas (Gambar 3).
Staphylococcus epidermis
Pada Media MSA

Gambar 3. Penampakan Hasil Uji Katalase

Ket: (+) = Positif


Gambar 2. Sel Staphylococcus epidermis (-) = Negatif
pada uji Pewarnaan Gram Sumber: (Karimela 2017)

Pewarnaan Gram dilakukan pada Pada uji Katalase yang telah


koloni yang tumbuh pada media MSA dilakukan dari 40 galur uji, ada 34 galur
(Lutpiatina 2017). Dari 38 galur uji Gram yang memberikan respon posisitif dan
positif kokus teridentifikasi ada 13 galur yang teridentifikasi sebagai positif bakteri
uji positif S.epidermis yang memiliki bentuk S. epidermidis ada 13 galur. Ini di tandai
bulat, diameter 0,5 µm – 1,3 µm atau, dengan adanya gelembung-gelembung
berpasangan, satu-satu dan berkelompok/ gas O2 pada tabung. Enzim katalase
bergerombol seperti buah anggur. Menurut atau periksodase sangat berperan dalam
(Services 2015) bahwa bakteri S. epidermidis kelangsungan hidup mikroba (Karimela et
berdiameter sekitar 0,5 sampai 1,5μm dan al. 2017). Uji katalase ini mendeteksi enzim
disusun dalam kelompok seperti buah katalase pada beberapa bakteri yang bersifat
anggur. Bakteri Gram positif memliki ciri anaerobic fakultatif dan bakteri aerobic
berwarna ungu atau violet ini disebabkan yang mengandung sitokrom kecuali bakteri
zat warna kristal violet tetap dipertahankan yang tergolong pada Streptococcus and
meskipun diberi larutan pemucat/lugol. Enterococcus (Services 2015). Uji katalase
Dinding sel terluar bakteri Gram positif berguna dalam identifikasi kelompok bakteri
terdiri dari peptodoglikan tebal (Retnowati, tertentu. Uji katalase pada bakteri bentuk
Bialangi, & Posangi 2011), tanpa lapisan kokus digunakan untuk membedakan
lipoprotein atau lipopolisakarida seperti Staphylococcus dan Streptococcus (Karimela
pada bakteri Gram negative (peptodoglikan et al. 2017). Reaksi positif ditunjukan
tipis), sehingga pada saat diberikan larutan dengan adanya gelembung – gelembung
kristal violet kemudian di ikuti dengan gas (O2) setelah dilakukan penambahan
larutan pemucat maka akan terbentuk beberapa tetes H2O2 3%.
kompleks kristal ungu dan yodium yang Uji mortalitas/motility memiliki
melekat kuat pada dinding selnya (Bogut et tujuan untuk melihat kemampuan bakteri
al. 2014). untuk melakukan pergerakan. Dari
Staphylococcus mengandung hasil uji motility menunjukan bahwa S.
polisakarida dan protein yang bersifat epidermis memiliki karakteristik yaitu tidak

38 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No. 1 Mei 2018: 35-42
ISSN 2087-4871

melakukan pergerakan,tidak melebar atau dan dapat menggumpalkan plasma oksalat


tidak memiliki flagella (Gambar 4). atau sitrat dengan bantuan suatu faktor
yang terdapat dalam serum (Karimela et al.
2017). Koagulase negatif, bertindak sebagai
pathogen oportunistik yaitu menyebabkan
penyakit pada orang-orang yang
memiliki imunokompetensi namun dapat
menyebabkan penyakit ataupun infeksi
yang serius pada orang yang tidak memiliki
imunokompetensi (Yurdakul, Erginkaya, &
Ünal 2013). Sedangkan menurut (Becker
et al. 2014), (Osman et al. 2017) dan
(Kateete et al. 2010), bahwa semua species
Staphylococcus yang memberikan respon
Gambar 4. Penampakan pertumbuhan koagulase negative, merupakan bakteri
Staphylococcus epidermis yang bertindak sebagai penghasil infeksi
pada uji Motility oportunistik pada manusia dan hewan.
Pada uji ini bakteri S. epidermis memberikan
Ket : (+) = Positif respon koagulase negative (Services 2015).
(k) = Kontrol Pada uji fermentasi karbohidrat
(-) = Negatif yaitu Mannitol, yang akan dilihat adalah
pembentukan asam yang akan terlihat
Hasil uji Motility yang telah dari perubahan warna medium menjadi
dilakukan dari 40 galur yang diuji terdapat kuning ataupun tidak berubah warna dan
3 galur yang bereaksi positif atau bakteri pembentukan gas yang terlihat dari adanya
yang melakukan pergerakan dan sisanya gas dalam tabung Durham (Gambar 6).
37 galur uji lainya tidak melakukan
pergerakan atau melebar. Dari 37 galur
uji teridentifikasi ada 13 galur uji positif
S. epidermis yang memiliki karakteristik
yaitu tidak melakukan pergerakan, melebar
atau tidak memiliki flagella. Hal ini berarti
Staphylococcus epidermis merupakan salah
satu bakteri yang tidak bergerak atau non –
motil. Lokasi flagella ditentukan oleh spesies
bakteri. Bakteri non-motil tidak memiliki
flagella (Centers, 2013). Motilitas adalah
salah satu dari ciri mahluk hidup, begitu
pula dengan mikroorganisme, namun alat Gambar 5. Penampakan Hasil Uji Koagulase
geraknya masih sederhana berupa flagella
atau cilia. Bakteri melakukan motilitas Ket: = Positif (+) = Negatif (-)
dengan menggunakan energi yang diperoleh Sumber: (Karimela 2017)
dari ATP yang diuraikan oleh koenzim
ATP-ase membentuk fosfor anorganik.
Menurut (Pollitt & Diggle 2017) bahwa
motilitas penting bagi bakteri karena sering
diperlukan adaptasi untuk bertahan hidup.
Hasil uji Koagulase menunjukan
bahwa karakteristik dari bakteri S. epidermis
pada uji ini adalah tidak terbentuknya
gumpalan atau tidak mengeras pada tabung
reaksi (Gambar 5).
Pada uji Koagulase ada 13
galur yang dinyatakan negatif sebagai
Staphylococcus epidermis yang ditandai
dengan tidak terjadinya penggumpalan Gambar 6. Penampakan Uji Fermentasi
serum pada tabung. Koagulase merupakan Karbohidrat
salah satu protein yang menyerupai enzim

Isolasi dan Identifikasi Bakteri...........................................................................................................(KARIMELA et al.) 39


Ket: (AG) = Asam dan Gas suatu bakteri dalam memfermentasikan
(K) = Kontrol karbohidrat. Karakteristik fermentasi
(-) = Negatif karbohidrat dipakai untuk membedakan
(AW) = Asam lemah spesies bakteri dalam satu genus tertentu
untuk tujuan identifikasi. Perubahan warna
Hasil uji fermentasi manitol, terdapat medium mejadi kuning disebabkan karena
18 galur uji yang dapat menghasilkan asam, terdapatnya indicator Phenol red dalam
7 galur uji dapat menghasilkan asam dan medium (Kateete et al. 2010). Dimana
gas dan 2 galur lainya menghasilkan asam penambahan indicator Phenol red ke
lemah, dan 13 galur lainnya tidak dapat dalam medium yang mengalami fermentasi
memfermentasi manitol atau negative karbohidrat jadi asam dalam keadaan aerob,
yang teridentifikasi sebagai Staphylococcus maka pH akan turun dan akhirnya indicator
epidermis. S. epidermis merupakan bakteri Phenol red ini akan berubah warna menjadi
yang tidak dapat memfermentasi gula atau kuning (Dewi 2013). Apabila bakteri dapat
mannitol. S. epidermis merupakan bakteri tumbuh dan terjadi fermentasi mannitol
anaerob fakultatif yang dapat tumbuh maka akan mengubah warna media dari
dengan respirasi aerobik atau dengan merah menjadi kuning, berarti hasil
fermentasi (Services 2015). Fermentasi dinyatakan positif. Berikut hasil uji biokima
karbohidrat dapat terjadi secara aerob isolat Staphylococcus epidermis sebanyak
dan anaerob. Uji fermentasi karbohidrat 40 galur uji (lihat Tabel 1).
bertujuan untuk mengetahui kemampuan

Tabel 1. Karakteristik biokimia Isolat S. aureus yang di isolasi dari sampel ikan asap
Pinekuhe
Uji
Uji Uji Koagulase
No. Galur Uji Bentuk Fermentasi
Katalase Motility Test
Mannitol
1. A231 Coccus (+) (-) (-) (-)
2. A434 Coccus (+) (-) (-) (-)
3. C433 Coccus (+) (+) (-) (+)
4. B424 Coccus (+) (-) (+) (+)
5. F431 Coccus (+) (-) (-) (-)
6. D429 Coccus (+) (-) (-) (-)
7. F425 Coccus (+) (-) (+) (+)
8. E428 Coccus (+) (-) (+) (+)
9. A422 Coccus (+) (-) (-) (-)
10. D435 Coccus (+) (-) (+) (-)
11. F464 Coccus (+) (-) (-) (-)
12. E439 Rod (-) (-) (-) (-)
13. B237 Coccus (+) (-) (-) (+)
14. B425 Coccus (+) (-) (+) (+)
15. C428 Coccus (+) (-) (-) (-)
16. C433 Coccus (+) (+) (-) (+)
17. D432 Coccus (-) (-) (-) (+)
18. F434 Coccus (+) (-) (-) (+)
19. A425 Coccus (+) (-) (+) (+)
20. B432 Coccus (-) (-) (-) (+)
21. F427 Coccus (+) (-) (+) (+)
22. E430 Coccus (-) (-) (-) (+)
23. E427 Coccus (+) (-) (+) (+)
24. A435 Coccus (-) (-) (+) (+)

40 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No. 1 Mei 2018: 35-42
ISSN 2087-4871

25. A435 Rod (-) (-) (-) (-)


26. F435 Coccus (+) (-) (-) (-)
27. A428 Coccus (+) (-) (+) (+)
28. B425 Coccus (+) (-) (-) (-)
29. C428 Coccus (+) (-) (-) (-)
30. A429 Coccus (+) (-) (-) (-)
31. F439 Coccus (+) (-) (+) (+)
32. E443 Coccus (+) (-) (-) (-)
33. F444 Coccus (+) (-) (+) (+)
34. A438 Coccus (+) (-) (-) (-)
35. A437 Coccus (+) (-) (+) (+)
36. D439 Coccus (+) (-) (+) (+)
37. D442 Coccus (+) (+) (-) (+)
38. C439 Coccus (+) (-) (+) (+)
39. C436 Coccus (+) (-) (+) (+)
40. E438 Coccus (+) (-) (+) (+)

KESIMPULAN (2332.9:201, Pp. 1–20). Jakarta.


Becker, K., Heilmann, C., & Peters, G. 2014.
Ada 13 isolat yang dinyatakan Coagulase-Negative Staphylococci.
teridentifikasi bakteri Staphylococcus Clinical Microbiology Reviews, 27(4),
epidermis yang mengkontaminasi produk 870–926. https://Doi.Org/10.1128/
olahan ikan asap Pinekuhe. Bakteri Cmr.00109-13
Staphylococcus epidermis memiliki Bogut, A., Niedźwiadek, J., Kozioł-
karakteristik fisiologis yaitu pada media Montewka, M., Strzelec-Nowak, D.,
manitol salt agar yaitu koloninya bulat Blacha, J., Mazurkiewicz, T., …
cembung berwarna putih kekuningan Gram Plewik, D. 2014. Characterization
positif, berbentuk bulat, bergerombol, of Staphylococcus Epidermidis and
berdiameter 0,5 µm – 1.5 µm dan non motil Staphyloccocus Warneri Small-
dan untuk karakteristik biokimia yaitu Colony Variants Associated With
katalase positif, koagulase negatif dan tidak Prosthetic-Joint Infections. Journal
memfermentasi Manitol. Hasil penelitian of Medical Microbiology, 63(Part 2),
ini dibandingkan dengan standar kunci 176–185. https://Doi.Org/10.1099/
identifikasi bakteri menurut tabel Bargey’s Jmm.0.066068-0.
Manual of the biochemical characteristic test of Cappucino Jg, Sherman N. 1992.
genus Staphylococcus sp. Perlu diperhatikan Microbiology, A Laboratory Manual.
kepada para pengolah khususnya juga New York: The Benjamin/Cummings
para penjual agar supaya memperhatikan Publishing Company. P462.
sanitasi dan hegienis pada saat mengolah Centers, N. 2013. Motility Test (Pp. 3–6).
atau menjual baik dari faktor pribadi Chessa, D., Ganau, G., Spiga, L., Bulla,
maupun faktor lingkungan agar supaya A., Mazzarello, V., Campus, G. V.,
terhindar dari berbagai kontaminasi bakteri & Rubino, S. 2016. Staphylococcus
yang akan mempengaruhi mutu dari produk aureus and Staphylococcus
Pinekuhe dan tidak menimbulkan penyakit Epidermidis Virulence Strains As
bagi konsumen. Causative Agents Of Persistent
Infections In Breast Implants. Plos
One, 11(1), E0146668. https://
DAFTAR PUSTAKA doi.Org/10.1371/Journal.
Pone.0146668.
Badan Standardisasi Nasional. 2015. Dewi, A. K. 2013. Isolasi , Identifikasi Dan
Cara Uji Mikrobiologi – Bagian 9 : Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus
Penentuan Staphylococcus aureus Terhadap Amoxicillin Dari Sampel
Pada Produk Perikanan. In Bsn (Ed.) Susu Kambing Peranakan Ettawa

Isolasi dan Identifikasi Bakteri...........................................................................................................(KARIMELA et al.) 41


(Pe) Penderita Mastitis Di Wilayah Meat. Annals Of Clinical Microbiology
Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. And Antimicrobials, 16(1), 1–10.
Sain Veteriner, 31(2), 138–150. https://Doi.Org/10.1186/S12941-
Ijong F. G., 2015. Mikrobiologi Perikanan 017-0210-4.
dan Kelautan. Penerbit. Rineka Cipta. Prasetyo, D. 2015. Efek Perbedaan Suhu dan
Jakarta. Lama Pengasapan terhadap Kualitas
Karimela, E. J., Ijong, F. G., & Dien, H. A. 2017. Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forsk)
Characteristics Of Staphylococcus Cabut Duri Asap. Jurnal Aplikasi
aureus Isolated Smoked Fish Pinekuhe Teknologi Pangan, 4(3), 1 Of 6.
From Traditionally Processed From https://Doi.Org/10.17728/Jatp.
Sangihe District. Jphpi, 20(1), V4i3.134.
1–11. https://Doi.Org/10.17844/ Prescott Hk, Langsing Mp, 1999.
Jphpi.2017.20.1.356. Microbiology. Wbc, Mc The Graw –
Karimela Ely John, Ijong. F. G. dan Hill Companies, Inc. 4th Ed. P. 771.
Agustin. T. A. 2013. Staphylococcus Pollitt, E. J. G., & Diggle, S. P. 2017. Defining
Sp. Pada Ikan Layang (Decapterus Motility In The Staphylococci.
Russelii) Asap Pinekuhe Produk Khas Cellular And Molecular Life Sciences,
Sangihe. Jurnal Media Teknologi Hasil 74(16), 2943–2958. https://Doi.
Perikanan, 1(2), 1 Of 5. Org/10.1007/S00018-017-2507-Z
Kateete, D. P., Kimani, C. N., Katabazi, F. Retnowati, Y., Bialangi, N., & Posangi,
A., Okeng, A., Okee, M. S., Nanteza, N. W. 2011. Pertumbuhan Bakteri
A., Najjuka, F. C. 2010. Identification Staphylococcus aureus pada Media
of Staphylococcus aureus: Dnase yang Diekspos Dengan Infus Daun
And Mannitol Salt Agar Improve The Sambiloto (Andrographis. Saintek,
Efficiency Of The Tube Coagulase 6(2).
Test. Annals Of Clinical Microbiology Services, M. 2015. Uk Standards For
And Antimicrobials, 9, 1–7. https:// Microbiology Investigations.
Doi.Org/10.1186/1476-0711-9-23. Bacteriology, B 55(5.2), 1–21. https://
Lutpiatina, L. 2017. Cemaran Staphylococcus Doi.Org/Id 7.
aureus dan Pseudomonas aerogenosa Sulistijowati, R. S., Djunaedi, O. S.,
pada Steteskop di Rumah Sakit. Nurhajati, J., Afrianto, E., & Udin,
Jurnal Teknologi Laboratorium, 6(2), Z. 2011. Mekanisme Pengasapan
61–66. Https://Doi.Org/https:// Ikan. (W. Nadeak, Ed.). Bandung:
Doi.Org/10.29238/Teknolabjournal. Unpad Press. Retrieved From http://
V6i2.94. Repository.Ung.Ac.Id/Karyailmiah/
Misbach, S. R., & Yuniarty, T. 2016. Show/240/Mekanisme-Pengasapan-
Pemanfaatan Sari Ubi Jalar Ungu Ikan.Html.
(Ipomoea Batatas Poiret) Sebagai Teurupun, A., Timbowo, S. M., & Palenewen,
Zat Pewarna Pada Pewarnaan C. V. 2013. Identifikasi Kapang Pada
Staphylococcus aureus. Teknolab, Rumput Laut Eucheuma Cottonii
5(2), 1–5. (Kappaphycus alvarezii) Kering Dari
Namvar, A. E., Bastarahang, S., Abbasi, Desa Rap Rap Arakan Kecamatan
N., Ghehi, G. S., Farhadbakhtiarian, Tatapaan Kabupaten Minahasa
S., Arezi, P., Chermahin, S. G. Selatan, 1(1), 13–16.
2014. Clinical Characteristics Of Wahyuni, R. D. 2017. Identifikasi Bakteri
Staphylococcus Epidermidis: A Udara Pada Instalasi Radiologi
Systematic Review. Gms Hygiene And Rumah Sakit Umum Daerah Undata
Infection Control, 9(3), Doc23. https:// Palu, 3(1), 36–42.
Doi.Org/10.3205/Dgkh000243. Yurdakul, N. E., Erginkaya, Z., & Ünal,
Osman, K., Alvarez-Ordóñez, A., Ruiz, L., E. 2013. Antibiotic Resistance ff
Badr, J., Elhofy, F., Al-Maary, K. S., Enterococci, Coagulase Negative
Elhadidy, M. 2017. Antimicrobial Staphylococci and Staphylococcus
Resistance and Virulence aureus Isolated from Chicken Meat.
Characterization of Staphylococcus Czech Journal of Food Sciences, 31(1),
aureus and Coagulase-Negative 14–19.
Staphylococci From Imported Beef

42 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 9 No. 1 Mei 2018: 35-42

Anda mungkin juga menyukai