Anda di halaman 1dari 12

Accelerat ing t he world's research.

KARAKTERISTIK Staphylococcus
aureus YANG DI ISOLASI DARI IKAN
ASAP PINEKUHE HASIL OLAHAN
TRADISIONAL KABUPATEN S...
Ely John Karimela

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

LAPORAN PKL ADIS MULAI GARAP


Adhist ya Adhis

IDENT IFIKASI St aphylococcus aureus PADA SWAB T ENGGOROKAN PEROKOK AKT IF DI KLINIK BERHEN…
Luh Put u Arishant i W. Amd.,AK

IDENT IFIKASI St aphylococcus aureus PADA SWAB T ENGGOROKAN PEROKOK AKT IF DI KLINIK BERHEN…
Luh Put u Arishant i W. Amd.,AK
JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Karakterisasi Staphylococcus aureus yang di Isolasi, Karimela et al.
Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi DOI: 10.17844/jphpi.2017.20.1.356

KARAKTERISTIK Staphylococcus aureus YANG DI ISOLASI DARI IKAN ASAP


PINEKUHE HASIL OLAHAN TRADISIONAL KABUPATEN SANGIHE

Characteristics of Staphylococcus aureus Isolated Smoked Fish Pinekuhe from


Traditionally Processed from Sangihe District

Ely John Karimela*, Frans G. Ijong, Henny A. Dien


Program Studi Magister Ilmu Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Jalan Kampus Unsrat
Bahu-Kleak, Pascasarjana Ged.B. PS. IPA Manado, Sulawesi Utara 95115.
Telpon (0431) 827441, 827240; Fax: (0431) 821212
*Korespodensi: karimelaelyjohn@gmail.com
Diterima: 27 Februari 2017/ Disetujui: 15 April 2017

Cara sitasi: Karimela EJ, Ijong FG, Dien HA. 2017. Karakteristik Staphylococcus aureus yang di isolasi
dari ikan asap pinekuhe hasil olahan tradisional Kabupaten Sangihe. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia 20(1): 188-198.

Abstrak
Pinekuhe adalah nama lokal atau sebutan untuk produk ikan layang asap Decapterus sp., yang
merupakan produk olahan tradisional dari pulau Sangihe yang memiliki rasa dan aroma asap yang khas
serta bentuk yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik isiologis dan biokimia,
serta patogenitas isolat S. aureus yang diisolasi dari produk ikan layang (Decapterus rusellii) asap Pinekuhe
hasil olahan Nelayan Kabupaten Sangihe. Isolat yang terkumpul pada penelitian ini yaitu 111 hasil isolasi
dari ikan asap Pinekuhe yang ditumbuhkan pada media MSA. Isolat telah melalui uji isiologis meliputi ,
uji pewarnaan Gram, dan uji biokimia yaitu uji Katalase, Voges-Proskauer, serta fermentasi karbohidrat
(manitol dan glukosa). Karakteristik patogenitas S. aureus dilakukan menggunakan uji koagulase,
produksi nuklease thermostabil dan DNase. Hasil penelitian menunjukan bahwa Ada 111 isolat galur yang
terkumpul, terdiri dari 108 isolat Staphylococcus, dan dari 108 galur tesebut ada 68 galur uji teridentiikasi
sebagai Staphylococcus aureus dengan karakteristik gram positif-coccus, katalase positif, VP positif,
memfermentasi manitol dan glukosa. 68 Isolat S. aureus bersifat patogen berdasarkan hasil uji Koagulase,
Nuklease hermostabil dan deoksiribonuklease (DNase). S. aureus dominan (62%) mengkontaminasi ikan
asap Pinekuhe hasil olahan tradisional Pulau Sangihe.

Kata kunci: DNase, ikan asap, karakteristik, Pinekuhe, Staphylococcus aureus


Abstract
Pinekuhe is the local name for smoked scad ish (Decapterus sp.), a traditionally processed ish
product from Sangihe Islands whose taste, aroma and form are typical and unique. In this research aims
of physiological and biochemical characteristics with pathogenicity isolated S. aureus which the isolated
from the product smoked scad ish (Decapterus rusellii) Pinekuhe it was produce and prepared by the local
isherman in Sangihe Island Regency. he isolated that have gathered from this researched was 111 product
isolate from the smoke ish Pinekuhe which grown from media MSA. Its had isolated already through the
test of physiological comprise, Gram staining and from the test of biochemical e.g., from the test Catalase,
Voges-Proskauer, and Fermentation carbohydrate tests (Glucose and Manitol). he characteristics of
pathogenicity S. aureus had been done and used by making of Coagulase, Nuklease hermostabil production
and deoksiribonuklease (DNase). he result of this research showing that had still 111 isolating strains that
still ingroup which consists of 108 isolated Staphylococcus and from 108 strains to 68 strains that had been
test in identifying, as of Staphylococcus aureus with characteristics of Gram positif coccus, catalase positif,
Voges-Proskauer positif, and to Fermentation Glucose and Manitol. he 68 isolate S. aureus that characterize
from Phatogen principles product Coagulase test, Nuklease hermostabil and deoksiribonuklease (DNase).
S. aureus is dominant (62%) contaminate smoked ish Pinekuhe processed traditional of Sangihe island.

Keywords : characteristics, DNase, Pinekuhe, smoked ish, Staphylococcus aureus

188 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakterisasi Staphylococcus aureus yang di Isolasi, Karimela et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

PENDAHULUAN dan ketahanan terhadap antibiotik.


Produk ikan asap Pinekuhe merupakan Rahmi et al. (2015); Herlina et al. (2015)
salah satu produk khas yang hanya dimiliki menyatakan bahwa bakteri S. aureus dapat
oleh masyarakat Kabupaten Sangihe dan menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi
memiliki potensi yang dikembangkan sebagai mulai dari infeksi kulit ringan, keracunan
produk andalan atau sebagai oleh–oleh dari makanan sampai dengan infeksi sistemik.
Sangihe. Pinekuhe adalah nama lokal atau Infeksi yang terjadi misalnya keracunan
sebutan untuk produk ikan layang asap makanan karena Staphylococcus, salah satu
Decapterus sp., yang merupakan produk jenis faktor virulensi yaitu Staphylococcus
olahan lokal yang memiliki rasa dan aroma enterotoxin (Ses). Gejala keracunan makanan
asap yang khas. Ikan asap tersebut disebut akibat Staphylococcus adalah kram perut,
Pinekuhe karena bentuknya yang unik, muntah-muntah yang kadang-kadang di ikuti
dibentuk dengan cara ditekuk atau dilipat. oleh diare (Le Loir et al. 2003). Penelitian ini
Ikan asap Pinekuhe ini juga disebut ikan bertujuan untuk menentukan karakteristik
kodok karena bentuknya yang menyerupai isiologis dan biokimia serta patogenitas isolat
kodok (Karimela et al. 2013). S. aureus yang diisolasi dari produk ikan
Hasil olahan ikan mudah mengalami layang (Decapterus rusellii) asap Pinekuhe
kemunduran mutu, sama halnya pada produk hasil olahan Nelayan Kabupaten Sangihe.
olahan Pinekuhe memiliki daya awet yang
terbatas dan sering terkontaminasi oleh BAHAN DAN METODE
bakteri patogen misalnya Staphylococcus Bahan dan Alat
aureus. Kontaminasi tersebut akibat dari Bahan yang digunakan dalam penelitian
rendahnya sanitasi dan higienis pada saat ini yaitu ikan asap Pinekuhe. Bahan kimia
proses pengolahan. Faktor sanitasi dan yang digunakan untuk analisis yaitu manitol
higienis dalam penanganan dan pengolahan satl agar (Merck), nutrien agar (Himedia),
hasil perikanan perlu diperhatikan, agar tidak brain heart infusion broth (Himedia), purple
memberikan peluang terjadinya kasus–kasus carbohydrate broth (Merck), toluidine blue-
keracunan makanan akibat kontaminasi DNA agar (Himedia), DNase-agar (Merck),
bakteri. Yuliawati et al. (2005) menyatakan koagulase plasma with EDTA (Merck), NaCl
bahwa kontaminasi Staphylococcus 0,9%, hidrogen peroksida (H2O2) 3% , akuades,
aureus pada ikan asap sangat dipengaruhi crystal violet, lugol, safranin (Merck). Alat
oleh praktik hygiene selama produksi. yang digunakan yaitu micropippet (Dummo),
Produk ikan asap juga rentan terhadap inkubator (YCO-N01), waterbath (Nesco),
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus magnetic stirer (Wina Type 206), laminary low
(Heruwati 2002). Karimela et al. (2013) (Panasonic), microscope (Motic Tipe DMB01)
menyatakan bahwa Staphylococcus merupakan dan autoclave (Midnif).
bakteri yang paling dominan (80,33%)
mengkontaminasi produk ikan Pinekuhe asap. Metode Penelitian
Staphylococcus aureus merupakan Sampel Pinekuhe (Gambar 1) diambil
salah satu bakteri patogen penting yang dari beberapa pasar yang ada di Kabupaten
berkaitan dengan virulensi toksin, invasif, Sangihe. Sampel dikemas dalam kertas steril

Gambar 1 Ikan asap Pinekuhe

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 189


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Karakterisasi Staphylococcus aureus yang di Isolasi, Karimela et al.

serta ditempatkan dalam wadah tertutup (box menjadi kuning. Koloni bebas yang tumbuh
styrofoam) tanpa perlakuan es, agar sampel pada media MSA dan diduga Staphylococcus
tidak terkontaminasi selama transportasi ke dipilih dengan menggunakan jarum Ose,
laboratorium. Jarak tempuh pengambilan dipindahkan dalam media Slant Agar
sampel hingga ke laboratorium berkisar dilakukan dengan cara mencelup ujung jarum
antara 1–2 jam perjalanan. Peralatan dan Ose pada bagian bawah permukaan agar
media yang digunakan dalam penelitian ini miring, kemudian dengan perlahan ditarik ke
telah dipersiapkan terlebih dahulu untuk ujung atas sehingga terbentuk garis siksak di
memudahkan dalam hal pengujian sampel tengah permukaan media SA. Simpan biakan
uji. Jumlah sampel setiap kali pengamatan tersebut (SA) pada suhu dingin (4oC) sebagai
dan pengujian berjumlah 6 ekor sampel uji. kultur sediaan. Isolat uji terkumpul sebanyak
Pengamatan dan pengujian terhadap sampel 111 galur untuk dilakukan uji lanjut.
ikan asap Pinekuhe hanya dilakukan terhadap
daging secukupnya dan dihaluskan, lalu Karakterisasi S. aureus
daging halus ditimbang 10 g untuk masing- Kultur sediaan yang ada dilanjutkan
masing pengujian. dengan uji isiologis, meliputi uji pewarnaan
gram, dan uji biokimia meliputi katalase,
Isolasi Bakteri Voges-Proskauer, dan fermentasi karbohidrat
Sampel ikan asap Pinekuhe ditimbang menggunakan metode (Prescot 2002;
sebanyak 10 gram, dimasukan ke dalam 90 Cappucino dan Sherman 1992). Patogenitas
mL larutan NaCl 0,9% steril dan homogenkan S. aureus untuk uji koagulase dan nuklease
dengan menggunakan blender ±3-5 menit, thermostabil dilakukan menggunakan
kemudian diambil 1 mL suspensi yang metode (BSN 2015). Uji DNAse dilakukan
terbentuk (tingkat pengenceran 10-1) dan menggunakan prinsip (Lebofe dan Pierce
masukan ke dalam 9 mL larutan NaCl 0,9% steril 2011). Kultur bakteri ditanam pada DNAse
dan dihomogenkan dengan cara mengocok agar plate, kemudian diinkubasi pada suhu
tabung tersebut (tingkat pengenceran 37ºC selama 24 jam. Koloni yang tumbuh
10-2) suspensi dengan tingkat pengenceran digenangi dengan HCl 10% selama 1-2
10-3 dibuat dengan cara mengambil 1 mL menit, kemudian diamati. Hasil positif bila
suspensi pada tingkat pengenceran 10-2, ditemukan zona bening disekitar koloni
lalu dimasukan ke dalam 9 mL larutan NaCl yang menandakan Staphylococcus aureus dan
0,9% steril dan dihomogenkan dan seterusnya negatif apabila tidak ditemukan zona bening
untuk pengenceran selanjutnya. Sampel pada di sekitar koloni yang menandakan spesies
setiap pengenceran diambil 1 mL suspensi dan Stapylococcus yang lain.
dipindahkan ke dalam media MSA (Manitol
Salt Agar) yang telah diberi label jenis sampel Analisis Data
dan tingkat pengencerannya. Suspensi bakteri Data yang diperoleh dari analisis
disebarkan dengan menggunakan batang laboratorium dipaparkan secara deskriptif.
penyebar gelas steril diseluruh permukaan Hasil uji isiologis, patogenitas dan biokimia
media secara merata serta cawan petri diputar terhadap kultur sediaan ditabulasi dan
perlahan-lahan. Cawan petri dimasukan ke dibandingkan dengan standar identiikasi
dalam inkubator dan diinkubasi pada suhu menurut kunci Bergey’s Manual of Systematic
37oC selama 24 dan 48 jam. Koloni yang tumbuh Bacteriology (Holt et al. 1994).
pada media MSA diambil menggunakan
jarum Ose, diinokulasi ke media BHI broth, HASIL DAN PEMBAHASAN
dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC, Karakteristik Fisiologis, Biokimia
kemudian digoreskan kembali pada media dan Patogenitas Staphylococcus
MSA, setelah itu diinkubasi selama 18-24 jam aureus
pada suhu 37oC. Koloni bakteri yang tumbuh Karakteristik biokimia isolat S. aureus
diduga S. aureus berwarna kuning, sehingga meliputi bentuk isolat, katalase, Voges-
media MSA akan berubah dari warna merah Proskauer, patogenitas koagulase, nuklease

190 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakterisasi Staphylococcus aureus yang di Isolasi, Karimela et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

Tabel 1 Hasil uji, isiologis, biokimia dan patogenitas Isolat S. aureus yang diisolasi dari sampel
ikan asap Pinekuhe
Fermentasi Test Uji Patogenitas
Kode Uji
No Bentuk Uji VP Koagulase Nuklease DNase
galur Katalase Glukosa Manitol
Test hermostabil Test
1. **4343A Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)
2. **4312B Coccus (+) (-) AG A (-) (-) (-)
3. 4322B Coccus (+) (+) A A (-) (-) (-)
4. *4242A Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
5. **4332B Coccus (+) (-) A A (-) (+) (-)
6. **4292A Coccus (+) (-) A AW (-) (+) (-)
7. *4283B Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
8. *4282A Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
9. *4243B Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
10. 4353A Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
11. **4343A Coccus (+) (+) A A (-) (-) (-)
12. ***4343B Rod (-) (+) A (-) (-) (-) (-)
13. **4312A Coccus (+) (+) A A (+) (-) (-)
14. *4254A Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
15. **4272A Coccus (+) (-) A A (+) (+) (-)
16. **4333A Coccus (+) (-) A A (-) (+) (-)
17. **4302B Coccus (-) (-) A A (-) (+) (-)
18. **4342B Coccus (+) (-) A (-) (-) (+) (-)
19. *4252A Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
20. **4322A Coccus (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
21. *4294A Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
22. **4302A Coccus (-) (-) A (-) (-) (-) (-)
23. *4273A Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
24. **4352B Coccus (-) (-) A (-) (+) (-) (-)
25. ***4352A Rod (-) (-) A (-) (-) (-) (-)
26. **4354B Coccus (+) (+) A A (-) (-) (-)
27. **4282B Coccus (+) (-) A (-) (+) (-) (-)
28. **4253A Coccus (+) (-) A (-) (-) (-) (-)
29. **4284B Coccus (+) (-) A (-) (-) (-) (-)
30. **4292B Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)
31. *4393A Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
32. **4433A Coccus (+) (-) A A (-) (+) (-)
33. *4442A Coccus (+) (+) A AG (+) (+) (+)
34. *4382A Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
35. *4372B Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
36. *4392B Coccus (+) (+) A AG (+) (+) (+)
37. **4424B Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)
38. *4394A Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
39. *4362A Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 191


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Karakterisasi Staphylococcus aureus yang di Isolasi, Karimela et al.

40. *4383B Coccus (+) (+) A AG (+) (+) (+)


41. ***4362B Rod (-) (-) A (-) (-) (-) (-)
42. *4372A Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
43. *4384A Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
44. *4392A Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
45. **4422B Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)
46. **4402A Coccus (+) (-) A A (-) (+) (-)
47. *4363B Coccus (+) (+) AG A (+) (+) (+)
48. *4412A Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
49. *4383A Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
50. *4402B Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
51. *4393B Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
52. *4382B Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
53. *4462A Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
54. *4462B Coccus (+) (+) AG A (+) (+) (+)
55. *4412B Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
56. **4432A Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)
57. **4432B Coccus (+) (-) A (-) (-) (-) (-)
58. *4442B Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
59. *4434B Coccus (+) (+) A A (-) (+) (+)
60. *4402B Coccus (+) (+) AG AG (+) (+) (+)
61. *17173a Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
62. *17353a Coccus (+) (+) A AG (+) (+) (+)
63. *17263b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
64. *17183a Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
65. *17214a Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
66. *17232a Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
67. *17324b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
68. *17313b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
69. *17392a Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
70. *17383b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
71. *17332a Coccus (+) (+) A AG (+) (+) (+)
72. *17302b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
73. *17362a Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
74. *17272a Coccus (+) (+) A AG (+) (+) (+)
75. *17292b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
76. *17263b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
77. **17234a Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)
78. *17242b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
79. *17202a Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
80. **17282a Coccus (+) (-) A AW (-) (-) (-)
81. **17343b Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)
82. **17302a Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)

192 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakterisasi Staphylococcus aureus yang di Isolasi, Karimela et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

83. **17333a Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)


84. **17292b Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)
85. **17313a Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)
86. **17303a Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)
87. **17354a Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)
88. **17372a Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)
89. **17403a Coccus (+) (-) AG A (-) (-) (-)
90. **17392a Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)
91. **17384a Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)
92. *18242a Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
93. *18273b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
94. *18244a Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
95. *18292a Coccus (+) (+) AG A (+) (+) (+)
96. *18254b Coccus (+) (+) A AG (+) (+) (+)
97. *18272b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
98. *18353b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
99. *18342b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
100. *18322a Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
101. *18313b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
102. *18383b Coccus (+) (+) AG A (+) (+) (+)
103. *18392a Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
104. *18363b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
105. *18374a Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
106. *18403b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
107. *18432a Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
108. *18423a Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
109. *18442b Coccus (+) (+) A A (+) (+) (+)
110. **18414b Coccus (+) (-) A A (-) (-) (-)
111. **18462b Coccus (+) (-) AG A (-) (-) (-)
Keterangan: *Teridentiikasi S. aureus, **Dugaan spesies S. epidermis, ***Tidak teridentiikasi

thermostabil dan DNase (Tabel 1). Hasil bahwa Staphylococcus adalah bakteri
karakteristik isiologis pada uji pewarnaan berbentuk kokus, gram-positif dan memiliki
gram dari 111 isolat diperoleh hasil 108 galur diameter 0,5-1,0 mm, berkelompok,
gram positif kokus dan 3 galur gram positif berpasangan dan kadang berantai pendek.
batang. Isolat dari 108 galur gram positif kokus Lay (1994) menyatakan bahwa bakteri
teridentiikasi ada 68 galur uji positif S. aureus gram positif berwarna ungu disebabkan
yang memiliki karakteristik yaitu berbentuk kompleks zat warna kristal violet-yodium
bulat, diameter 0,5-1,0 µm, berpasangan tetap dipertahankan meskipun diberi
dan berkelompok/bergerombol seperti buah larutan pemucat. Perbedaan struktur luar
anggur (Gambar 2). dinding sel bakteri gram positif dan negatif
Staphylococcus aureus adalah bakteri mengakibatkan terjadinya perbedaan warna
gram positif dengan diameter 0,5-1,0 mm, pada akhir prosedur pewarnaan gram.
berbentuk serangkaian buah anggur, tidak Dinding sel terluar bakteri gram positif
membentuk spora dan tidak bergerak terdiri dari peptodoglikan tebal tanpa lapisan
(BSN 2015). Foster (2008) menambahkan lipoprotein atau lipopolisakarida sedangkan

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 193


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Karakterisasi Staphylococcus aureus yang di Isolasi, Karimela et al.

Gambar 2 Sel Staphylococcus aureus hasil pewarnaan Gram pembesaran lensa okuler 10x dan
lensa objektif 1.000x

bakteri gram negatif memiliki dinding selnya ini bersifat positif pada Staphylococcus
terdiri dari peptidoglikan tipis yang dibungkus aureus dengan terbentuknya gelembung
oleh lapisan lipoprotein atau lipoposakarida gas pada tabung (Gambar 3a). Toelle et al.
(Ijong 2015). Retnowati et al. (2011) (2014) menyatakan bahwa katalase positif
menyatakan bahwa S. aureus merupakan gram ditunjukkan adanya gelembung gas (O2)
positif yang memiliki lapisan peptidoglikan yang diproduksi oleh genus Staphylococcus.
tebal. Stapylococcus spp. menggunakan katalase
untuk melindungi dari hidrogen peroksida
Katalase (H2O2) dengan mengubahnya menjadi air
Hasil pengamatan katalase yang telah dan oksigen (Locke et al. 2013). Uji katalase
dilakukan dari 111 galur uji ada 68 galur uji berguna dalam identiikasi kelompok bakteri
yang teridentiikasi sebagai S. aureus. Enzim tertentu. Uji katalase pada bakteri bentuk
katalase atau periksodase sangat berperan kokus digunakan untuk membedakan
dalam kelangsungan hidup mikroba. Uji Staphylococcus dan Streptococcus. Kelompok

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 3 Karakteristik isolat S. aureus. (a) Hasil uji Katalase, (b) Hasil uji VP, (c) Hasil uji
Fermentasi Karbohidrat, (d) Hasil uji Koagulase, (e) Hasil uji Nuklease thermostabil,
(f) Hasil Uji DNase

194 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakterisasi Staphylococcus aureus yang di Isolasi, Karimela et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

Streptococcus memberi reaksi negatif, biooksidasi dalam fermentasi karbohidrat pun


sedangkan Staphylococcus memberikan reaksi bermacam–macam (Ijong 2015). Yanti dan
positif (Lay 1994). Dali (2013) menyatakan bahwa produksi asam
dari karbohidrat dapat terjadi pada kondisi
Voges-Proskauer aerobik maupun anaerobik. Karakteristik
Hasil uji Voges-Proskauer dari 111 isolat fermentasi karbohidrat sering dipakai untuk
bahwa, ada 68 galur positif teridentiikasi membedakan spesies bakteri dalam satu genus
sebagai bakteri Staphylococcus aureus, mampu tertentu untuk tujuan identiikasi.
menghasilkan asetoin sehingga terjadi
perubahan warna menjadi merah atau pink Koagulase
setelah 5–60 menit penambahan Barrit’s reagen Hasil karakteristik uji Koagulase dari 111
(Gambar 3b). Uji Voges-Proskuer bertujuan isolat ada 68 galur uji teridentiikasi sebagai
untuk mengetahui apakah suatu bakteri Staphylococcus aureus memberikan respon
mampu menghasilkan asetoin atau tidak. Uji koagulase positif yang membentuk gumpalan
ini bertujuan untuk mendeteksi kemampuan pada tabung (Gambar 3d). Andreasen
mikroba dan menghasilkan asetoin atau 2008 menyatakan bahwa Koagulase positif
diasetil pada media yang mengandung fosfat, umumnya dihasilkan oleh Staphylococcus
glukosa dan pepton (Ijong 2015). aureus, namun ditemukan juga Staphylococcus
Cappucino dan Sherman (1992) aureus koagulase negative. Koagulase negatif,
menyatakan bahwa uji ini digunakan untuk bertindak sebagai pathogen oportunistik
mengidentiikasi organisme yang mampu (Yurdakul et al. 2013). Koagulase merupakan
menghasilkan acetoin dari pendegradasian salah satu protein yang menyerupai enzim
glukosa selama fermentasi 2,3 butanadiol, dan dapat menggumpalkan plasma oksalat
sehingga menurunkan pH media menjadi 5 atau sitrat dengan bantuan suatu faktor
atau lebih. Pembentukan warna merah atau yang terdapat dalam serum. Faktor reaksi
pink akan terjadi setelah penambahan Barritt’s koagulase serum bereaksi dengan koagulase
Reagen dengan pembentukan asetil metil untuk menghasilkan esterase dan aktivitas
karbinol yang menandakan uji bersifat positif. pembekuan dengan cara yang sama, seperti
Acetyl-methyl-carbinol adalah salah pengaktifan protrombin menjadi trombin
satu hasil produk pemecahan dextrose oleh (Jawetz et al. 2001). Proses fagositosis
enzim bakteri (Dewi 2013). Uji bersifat negatif Staphylococcus aureus koagulasi positif
ditandai dengan tidak terjadinya perubahan dapat dikurangi dengan adanya reaksi
warna, atau warna berubah menjadi seperti penggumpalan darah. Hal ini merupakan
tembaga (Lebofe dan Pierce 2005). Bakteri mekanisme penghambatan yang mungkin
yang mampu dalam menghasilkan asetoin berasal dari ibrin bagian permukaan
atau asetil dalam media fosfat dan pepton organisme. Enzim koagulase bereaksi terhadap
salah satunya yaitu S. aureus. bentuk kompleks yang dapat membelah
ibrinogen dan menyebabkan pembentukan
Fermentasi Karbohidrat bekuan ibrin, ibrin juga tersimpan pada
Hasil pengamatan fermentasi permukaan Staphylococcus aureus, yang
karbohidrat (Manitol dan Glukosa) dari 111 mampu melindungi bakteri dari kerusakan sel
galur uji terdapat 68 galur uji teridentiikasi akibat aksi fagositosis sel. Produksi koagulase
Staphylococcus aureus yang dapat terkait dengan potensi patogenitas yang
memfermentasi Manitol dan Glukosa (Gambar invasive (Prescott dan Langsing 1999).
3c). Lay (1994) menyatakan bahwa perubahan
media terjadi karena bakteri mampu Nuklease Thermostabil
memfermentasi karbohidrat menghasilkan Hasil uji Nuklease hermostabil dari 111
asam sehingga dapat menurunkan pH, galur uji , ada 68 galur uji teridentiikasi sebagai
dengan demikian warna indikator berubah. S. aureus memberikan respon Nuklease positif
Kemampuan mikroba memfermentasikan yang memiliki karakteristik membentuk cicin
karbohidrat sangat bervariasi dan hasil berwarna merah muda (Gambar 3e).

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 195


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1 Karakterisasi Staphylococcus aureus yang di Isolasi, Karimela et al.

Nuklease adalah enzim fosfodiesterase olahan tradisional Pulau Sangihe, tetapi belum
dengan kemampuan endonukleolitik dan ada kasus yang dilaporkan terkait keracunan
eksonukleolitik dan dapat memotong DNA atau infeksi pada masyarakat Pulau Sangihe
atau RNA. Enzim ini tersusun atas rantai yang diakibatkan oleh S. aureus. Upaya untuk
tunggal polipeptida, berbentuk kompak menghindari cemaran S. aureus perlu adanya
globuler, berada dalam permukaan sel, pada kesadaran menerapkan sanitasi dan hegienis
permukaan sel atau dekat permukaan sel pada saat mengolah atau menjual baik dari
Staphylococcus aureus. Enzim ini akan berubah faktor pribadi maupun faktor lingkungan
strukturnya pada pemanasan 65ºC, tetapi untuk mencegah kontaminasi bakteri S.
bersifat reversible, artinya strukturnya akan aureus yang mempengaruhi mutu dari produk
berubah ke bentuk semula setelah suhu turun Pinekuhe dan sehingga tidak menimbulkan
kembali dengan cepat (Joklik et al. 1992). keracunan bagi konsumen.
Enzim nuklease mempunyai kemampuan
untuk memecah asam nukleat (Prescott dan KESIMPULAN
Langsing 1999). Ikan asap Pinekuhe yang digunakan
terdapat 111 isolat, 68 isolat yang
Uji DNase teridentiikasi positif sebagai bakteri
Uji DNase digunakan untuk membedakan Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus
aktivitas mikroorganisme berdasarkan aureus memiliki karakteristik isiologis yaitu
deoksiribonuklease (DNase) dan juga Gram positif, berbentuk bulat, bergerombol,
mengidentiikasi bakteri Staphylococcus yang berdiameter 0,5µm - 1 µm dan non motil
bepotensi patogen. Hasil uji ini Staphylococcus dan untuk karakteristik biokimia yaitu
aureus memberikan respon positif dengan di katalase positif, Voges-Proskauer positif dan
tandai zona bening disekitar koloni. Hasil memfermentasi Glukosa dan Manitol dan
dari 111 isolat uji terdapat 68 galur yang sedangkan untuk karakteristik patogenitasnya
teridentiikasi sebagai S. aureus, bereaksi adalah menghasilkan koagulase positif,
positif yang ditandai dengan zona bening memproduksi Nuklease hermostabil positif
pada bakteri (Gambar 3f). Bello et al. (2005) dan deoksiribonuklease (DNase) positif.
menyatakan bahwa tampak daerah terang
(halo) pada saat penuangan HCL disekitar DAFTAR PUSTAKA
koloni, ini menunjukkan bakteri menghasilkan Andreasen C B. 2008. Staphylococcosis dalam
enzim deoxyribonuclease (DNase). Bila Diseases of Poultry. 12th ed. Diedit
ditemukan zona bening disekitar koloni oleh Saif YM, Fadly AM, McDougald,
yang menandakan Staphylococcus aureus dan Nolan, LK, Swayne DE USA: Blackwell
negatif apabila tidak ditemukan zona bening publishing, p 892-896.
disekitar koloni yang menandakan spesies [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2015.
Stapylococcus yang lain (Lagace et al. 2007). SNI 2332.9: Cara Uji Mikrobiologi –
Kateete et al. (2010) menyatakan test DNase Bagian 9. Penentuan Staphylococcus
adalah untuk mengidentiikasi bakteri patogen aureus Pada Produk Perikanan. Jakarta:
yaitu seperti S. aureus, DNase memecah Badan Standar nasional.
DNA menjadi fosfo mononukleotida. Bello CSS, Qahtani A. 2005. Pitfalls in the
Enzim ini merupakan suatu protein yang Routine Diagnosis of Staphylococcus
kompak yang terdiri atas rantai polipeptida aureus. African Journal of Biotechnology.
tunggal dan terdapat pada permukaan sel 4(1): 83-86.
(Lebofe dan Pierce 2011). Cappucino JG, Sherman N. 1992.
Hasil uji isiologis dan biokimia isolat Microbiology, A Laboratory Manual.
uji menunjukan bahwa dari 111 galur pada New York: he Benjamin/Cummings
umumnya didominasi oleh bakteri Gram Publishing Company. p462.
positif kokus ada 108 galur. Hasil penelitian Dewi, AK. 2013. Isolation, Identiication and
ini membuktikan S. aureus dominan (62%) Sensitivity test of Staphylococcus aureus
mengkontaminasi ikan asap Pinekuhe hasil against Amoxicillin of the Milk Sample

196 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakterisasi Staphylococcus aureus yang di Isolasi, Karimela et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

in the Mastitis Crossbreed Ettawa Goat at Lebofe, Pierce. 2005. Execises For he
Girimulyo Area, Kulonprogo, Yogyakarta. Microbiology Laboratory, Pierce &
Jurnal Sain Veteriner 31(2). Lebofe and A Pthographic Atlas for the
Foster, Timothy. 2008. Staphylococcus. Diakses Microbiology Laboratory. http://www.
melalui http://gsbs.utmb.edu/microbook/ austin.cc.tx.us/microbugs.index. 2nd Ed.
ch012.htm. Medmicro Chapter 12. Lebofe, Pierce. 2011. A Pthographic Atlas for
[20/1/2016]. the Microbiology Laboratory. Morton
Herlina N, Fii A, Aditia DC, Poppy DH, Publishing Company. 4 th Edition. pp
Qurotunnada dan Baharuddin T. 2015. 207-217
Isolasi dan identiikasi Staphylococcus Le Loir Y, Baron F, Gautier M. 2003.
aureus dari susu mastitis subklinis di Staphylococcus aureus and Food
Tasikmalaya, Jawa Barat. Pros Sem Nas Poisoning. Laboratoire de Microbiologie.
Masy Biodiv Indon 1(3): 413-417. Ecole Nationale Superieure Agronomique
Heruwati, E. S. 2002. Pengolahan ikan secara de Rennes, Institut Nationale de la
tradisional prospek dan pengembangan. Recherche Agronomique, Fransce. http://
Jurnal Litbang Pertanian 21(3). www.funpcrp.com.br/gmr/instruction
Holt JG, Krieg NR, Sneath PHA, Staley JT, for authors.htm.
Williams ST. 1994. Bergey’s Manual Locke T, Keat S, Walker A, Mackinnon R. 2013.
of Determinative Bacteriology. Ninth Microbiology and Infectious Diseases on
Edition. Maryland USA: Williams he Move. Jakarta: Penerbit Indeks.
Wilkins. 787 hlm. Prescot L. M, 2002. Mikrobiology. he Gram
Ijong FG, 2015. Mikrobiologi Perikanan dan Stain. Diakses melalui http://www.
Kelautan. Jakarta (ID); Rineka Cipta. amazon.co.uk. [12/2/17].
Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA, 2001. Prescott HK, Langsing MP, 1999. Microbiology.
Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta (ID): WBC, MC he Graw – Hill Companies,
Salemba Medika. Edisi Pertama. pp. 317- Inc. 4th ed. p. 771.
326. Rahmi Y, Darmawi, Mahdi A, Faisal J,
Joklik, WK, Willett HP, Amos, DB, Wilfert CM. Fakhrurrazi, dan Yudha F. 2015.
1992. Zinsser microbiology. California. Identiication of Staphylococcus aureus
20th. Appleton and Lange. pp. 401-413. in preputium and vagina of horses
Karimela EJ, Ijong FG, Agustin AG. 2013. (Equus caballus). Journal Medika
Staphylococcus sp. Pada Ikan Layang Veterinaria. 9(2): 15-158.
(Decapterus russelii) Asap Pinekuhe Retnowati Y, Nurhayati B, and Nona
Produk khas Sangihe. Jurnal Media WP. 2011. Pertumbuhan Bakteri
Teknologi Hasil Perikanan. 1(2). Hal 59. Staphylococcus aureus Pada MediaYang
Kateete DP, Kimani CsN, Katabaz FA, Diekspos Dengan Infus Daun Sambiloto
Okeng A, Okee1 MS, Nanteza A, Joloba (Andrographis Paniculata). Jurnal Saintek
ML, Najjuka FC. 2010. Identiication 6(2): 4-6.
of Staphylococcus aureus: DNase and Toelle NN, and Viktor L. 2014. Identiication
Mannitol salt agar improve the eiciency and Characteristics of Staphylococcus sp.
of the tube coagulase test. Open Access and Streptococcus sp. Infection of Ovary
article. BioMed Central. in Commercial Layers. Jurnal Ilmu Ternak
Lagace-Wiens PRS, Alfa MJ, Manickam K, 1(7): 32-37.
Karlowsky JA. 2007. hermostable DNase Yanti DIW, Dali FA. 2013. Karakterisasi
Is Superior to Tube Coagulase for Direct bakteri asam laktat yang di isolasi selama
Detection of Staphylococcus aureus in fermentasi bakasang. Jurnal Pengolahan
Positive Blood Cultures. J. Clin Microbiol Hasil Perikanan Indonesia 16(2): 4-9.
45(10):3478-3479. Yurdakul, N.E., Erginkaya, Z., and Unal,
Lay BW. 1994. Analisa Mikroba di E. 2013. Antibiotic Resistance of
Laboratorium. Jakarta: Raja Graindo Enterococci, Coagulase Negative
Persada. Staphylococci and Staphylococcus aureus

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 197


Karakterisasi Staphylococcus aureus yang di Isolasi, Karimela et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 1

Isolated from Chicken Meat.Czech. J.


Food Sci 31(1): 14 -19.
Yuliawati S, Yusniar H, Martini, 2005. Laporan
Kegiatan. Kontaminasi Bakteri pada Ikan
Asap di sentra Industri Pengasapan Ikan
dan yang diJual di pasar Kota Semarang.
Universitas Depenogoro. Semarang.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 198

Anda mungkin juga menyukai