POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANYUASIN 2020 Sertifikat seminar
Seminar Diagnosa Pemeriksaan Jamur Aphanomyces invadans dan
Organoleptik Pada Komoditi Perikanan diadakan secara online melalui aplikasi zoom dan streaming melalui youtube pada hari jumat, 19 Juni 2020 pukul 10:00 WIB. Seminar diadakan gratis dan beberapa dari audiensnya merupakan mahasiswa dari PDD-POLINELA AKN Banyuasin angkatan ke-lima. Acara dibuka oleh bapak Erik Ariyanto, S.Pi (kepala subseksi wasdalin di Stasiun KIPM Palembang), yang memoderatori acara webinar ini dan dilanjutkan dengan kata sambutan dari bapak sugeng prayogo.S.P, M.Si, selaku pimpinan Stasiun KIPM Palembang. Penyampaian materi diawali oleh ibu Ernawati. Sp, beliau adalah penyelia lab. Jamur di Stasiun KIPM Palembang. Materi yang disampaikan berkaitan dengan pengujian jamur Aphanomyces invadans. Pengujian dilakukan terhadap komoditi yang dilalulintaskan dengan tujuan ekspor. Pengujian ini dilakukan berdasakan Keputusan Menteri Kelautan dan perikanan RI Nomor : 91 / KEPMENKP/2018 tentang penetapan jenis-jenis penyakit ikan karantina,golongan,media pembawa. Dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor : 58 ? KEPMEN- KP/2016 tentang status area tidak bebas penyakit ikan karantina di wilayah Negara Republik Indonesia. Tahapan pengujian Jamur Aphanomyces invadans secara konvensional diawali dengan persiapan alat dan bahan yaang diikuti tujuh proses pemeriksaan. Beliau menjelaskan, fungi(jamur) merupakan organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak dan idak memiliki klorofil. Jamur Aphanomyces invadans merupakan salah satu jamur penyebab utama penyakit UES (Ulceratif Epizootic Syndrome) pada ikan. terdapat ciri pada ikan yang terinfeksi jamur Aphanomyces invadans. Yaitu, timbulnya Glanuloma pada permukaan tubuh ikan yang lama kelamaan pecah menjadi luka kemerahan dan menjadi ulcer merah keabuan yang diikuti dengan nekrosis berwarna kecoklatan dan invasi kedalam jaringan. Beliau menjelaskan, masa inkubasi pada proses pemeriksaan jamur Aphanomyces invadans adalah 25oC yang dilakukan selama empat belas hari. Proses pemeriksaan diawali dengan pengambilan target sampel yang dilakukan dengan membedah daerah sekitar luka dengan peralatan bedah yang steril dan memotong luka menjadi potongan kecil jaringan. Organ target diisolasi pada media PDA dan dilanjutkan proses inkubasi pada suhu 25 oC ± lima hari, PDA yang sudah ditumbuhi oleh jamur dilakukan pemurnian ke media PDA baru dan inkubasi suhu 25oC ± empat hari. Selanjutnya dilakukan pegamatan terlebih dahulu untuk dapat dilanjutkan ke proses slide culture. Metode ini dilakukan dengan memotong media PDA baru sebesar dadu dan diletakkan diatas objek glass yang sudah dipasang ring steril pada cawan petri steril, lalu kemudian teteskan 5ml air steril/akuades didalam cawan petri, disekitar ring dan tutup cawan petri untuk menjaga kelembaban. Selanjutnya dilakukan inkubasi dengan temperatur 25oC ± lima hari sampai terlihat adanya pertumbuhan hifa dan spora jamur. Terakhir lakukan identifikasi, ambil cover glass yang telah ditumbuhi koloni jamur, tetesi dengan lactophenol blue dan satukan pada object glass. Pengamatan dibawah mikroskop pada beberapa perbesaran dan bandingkanmhasil pengamatan dengan buku referensi untuk mengidentifikasi. Beliau juga menjelaskan, kerugian yang ditimbulkan akibat jamur Aphanomyces invadans dapat menimbulkan wabah, yang berdampak pada ekonomi terbesar di sektor perikanan budidaya. Sampai saat ini belum ada pengobata yang efektif untuk ikan yang terinfeksi Aphanomyces invadans sehingga pencegahan sebaiknya dilakukan untuk mengurangi kemungkinan ifeksi jamur ini. Adapun beberapa tindak pencegahan yang belia sampaikan diantaranya yakni, melakukan pengolahan kualitas air yang baik, menjaga kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan, melakukan sanitasi dan desinfeksi wabah dan alat yang digunakan, melakukan tindakan karantina terhadap ikan ikan yang baru masuk ke daerah pemeliharaan serta mengisolir ikan yang terlihat ada gejala penyakit secara visual. Materi kedua disampaikan oleh ibu Yusma Elyana, A.Md, yang merupakan salah satu pengawas mutu hasil perikanan dan penyelia Laboratorium Organoleptik di Stasiun KIPM Palembang. Beliau menyampaikan materi dengan tema organoleptik pada komoditi perikanan. Tujuan beliau membahas pengujian organoleptik adalah, setiap komoditi yang akan dilalulintaskan harus memiliki jaminan kesehatan. Yang berhak mengeluarkannya adalah otoritas kompeten yaitu SKIPM/BKIPM di seluruh wilayah indonesia apabila produk yang sudah diuji sudah mengeluarkan produk hasil yang bermutu maka sertifikat kesehatan ikan bisa terbit dengan dasar pengujian organoleptik itu sendiri yang kemudian produk/komoditi tersebut dapat dilalulintaskan. Acuan persyaratan keamanan hasil perikanan yang karantina ikan ikuti sebagai dasar yaitu : Peraturan pemerintah (PP) nomor 86 tahun 2019 tentang Keamanan Pangan. Permen KP no 19 / MEN/2010 tentang pengendalian sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. Kepmen KP no 52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan pada proses produksi, pengolahan dan distribusi. Keputusan Kepala BKIPM no 9/ PER-BKIPM /2018 tentang pedoman teknis pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan di sentra penyedia pangan sehat. Adapaun acuan pengujian organoleptik Stasiun KIPM Palembang. Laboratorium Oragnoleptik sudah terakreditasi oleh KAN dengan nomor akreditasi 186/3.a.1/LAB/03/2020 dan standar acuan pengujian organoleptik mengikuti, SNI 2346 : 2015 tentang Pengujian Sensory Produk Perikanan. Beliau menjelaskan, organoleptik merupakan pengujian Sensori dimana Panelis merupakan alat utama dalam pengukuran daya penerimaan suatu produk. Pengujian organoleptik merupakan dasar awal penentuan ikan dalam kondisi bermutu baik atau tidak. tujuan dari pengujian ini yaitu : Pengawasan mutu produk ( bahan baku, produk dan komoditas), Pengembangan produk dan perluasan pasar, Perbaikan produk, Evaluasi Penggunaan bahan (Media). Ada 3 jenis pengujian organoleptik: Scoring test ( Nilai 1 – nilai 9 ) Nilai Organoleptik ≤ 7 dinyatakan Ikan layak konsumsi dan bermutu baik, Uji Deskripsi (Menggambarkan/bercerita), Uji Hedonik (Suka atau tidak suka). Menurut ibu Yusma Elyana, A.Md, ada empat macam Cangkupan pengujian organoleptik. 1. Panelis, yaitu sekelompok orang yang bertujuan menilai sifat atau mutu produk berdasarkan pesan subyektif. Panelis yang dapat digunakan untuk pengujian organoleptik : Panel perorangan, Panel terbatas, Panel terlatih, Panel agak terlatih, Panel tidak terlatih, Panel konsumen, Panel anak anak. 2. Produk Yang Akan di Uji. Produk Beku (Lapisan es, pengeringan, perubahan warna, Kenampakan, tekstur dan bau). Produk Segar Basah (Kenampakan, Bau dan tekstur). Produk Kering (Kenampakan, Bau, Tekstur dan Jamur). Produk Kaleng (Media (Kenampakan, Bau, Rasa), Ikan (Kenampakan, Bau, Rasa dan Tekstur). Berikut adalah contoh penyajian produk yang benar, yang pertama, Pelelehan harus dihindarkan penggunaan air. Penyajian contoh harus mewakili produk yang akan diuji, cairan 16 ml dan padatan 28 gram. Penggkodean contoh diupayakan menghilangkan dugaan oleh panelis terhadap mutu yang akan di uji. 3. Ruangan Pengujian, memiliki ruangan khusus yang terpisah dengan ruang preparasi sampel, Memiliki bilik bilik tersendiri, antara 1 panelis dengan panelis lain, Suhu ruangan stabil 20 – 25° C, kelembaban 40 – 60 %, cahaya 60 – 80 Fcd, uji kenampakan diatas 100 fcd, Laboratorium terdiri dari bilik – bilik yang dibuat terpisah satu sama lain, agar panelis dapat fokus melakukan pengujian. 4. Peralatan pengujian, diantaranya timbangan digital dengan scala 0,1 gram, Piring polos, Tisu polos dan tidak berbau, Pisau, Talenan. Setiap hasil penilaian uji scoring test organoleptik pada masing – masing panelis, akan dilakukan analisa data, setiap parameter dilakukan analisa data, dicari intervalnya yang kemudian nilai akhir merupakan nilai produk yang di uji. Berikut Kondisi yang Mendorong Pertumbuhan Bakteri Pada Ikan yang disingkat menjadi FATTOM. 1. Food, Bakteri sangat cepat tumbuh pada MAKANAN yang mengandung protein tinggi ( Daging, ikan dan susu) 2. Acidity, pH 4.6 – 7.6 sangat cocok bagi bakteri 3. Time, Pertumbuhan bakteri “sangat cepat “ semakin lama WAKTU penanganan semakin cepat busuk. 4. Temperrature, SUHU4.4 – 6 derajat celcius optimum pertumubuhan bakteri. Suhu sangat berpengaruh pada mutu ikan, maka dari itu sistem rantai dingin harus terus dipertahankan mulai dari bahan baku hingga produk siap jadi. 5. Oxygen, OKSIGEN dibutuhkan oleh bakteri untuk berkembangbiak 6. Moisture, Semakin tinggi KADAR AIR dalam pangan , maka bakteri akan cepat tumbuh Beliau juga memberikan tips dalam memilih produk perikanan, diantaranya ialah sebagai berikut. 1. Pastikan ikan dalam keadaan memiliki ingsang yang segar, kulit masih kuat, sisik menempel, bau khas dan daging bila ditekan akan kembali seperti semula. 2. Untuk mempertahankan mutu ikan, usahakan sistem rantai dingin dijaga dengan cara menambahkan es batu, meyimpan ikan yang sudah dibersihkan dalam freezer dan kemudian ikan terbungkus plastik agar tidak dehidrasi. 3. Untuk ikan kering, agar terhindar dari bahan tambahan berbahaya, ikan kering yang didekati serangga kemungkinan besar terhindar dari bahan tambahan berbahaya , seperti formalin. 4. Mempertahankan mutu produk hasil perikanan dapat dengan cara penangangan dan pengolahan ikan dengan baik dan benar.