Anda di halaman 1dari 6

Tugas Resume Seminar

DIAGNOSA PEMERIKSAAN JAMUR Aphanomyces invadans


DAN ORGANOLEPTIK PADA KOMODITI PERIKANAN.

Moderator :
Erik Ariyanto, S.Pi

Pembicara :
1. Ernawati, Sp
2. Yusma Elyana. A.Md

Oleh : Febry Novitasari (187425025)


Dosen : Deni Ginanjar, S.St.Pi

PROGRAM STUDI DILUAR DOMISILI BANYUASIN


POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANYUASIN
2020
Sertifikat seminar

Seminar Diagnosa Pemeriksaan Jamur Aphanomyces invadans dan


Organoleptik Pada Komoditi Perikanan diadakan secara online melalui aplikasi
zoom dan streaming melalui youtube pada hari jumat, 19 Juni 2020 pukul 10:00
WIB. Seminar diadakan gratis dan beberapa dari audiensnya merupakan
mahasiswa dari PDD-POLINELA AKN Banyuasin angkatan ke-lima. Acara
dibuka oleh bapak Erik Ariyanto, S.Pi (kepala subseksi wasdalin di Stasiun KIPM
Palembang), yang memoderatori acara webinar ini dan dilanjutkan dengan kata
sambutan dari bapak sugeng prayogo.S.P, M.Si, selaku pimpinan Stasiun KIPM
Palembang.
Penyampaian materi diawali oleh ibu Ernawati. Sp, beliau adalah penyelia lab.
Jamur di Stasiun KIPM Palembang. Materi yang disampaikan berkaitan dengan
pengujian jamur Aphanomyces invadans. Pengujian dilakukan terhadap komoditi
yang dilalulintaskan dengan tujuan ekspor. Pengujian ini dilakukan berdasakan
Keputusan Menteri Kelautan dan perikanan RI Nomor : 91 / KEPMENKP/2018
tentang penetapan jenis-jenis penyakit ikan karantina,golongan,media pembawa.
Dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor : 58 ? KEPMEN-
KP/2016 tentang status area tidak bebas penyakit ikan karantina di wilayah
Negara Republik Indonesia.
Tahapan pengujian Jamur Aphanomyces invadans secara konvensional
diawali dengan persiapan alat dan bahan yaang diikuti tujuh proses pemeriksaan.
Beliau menjelaskan, fungi(jamur) merupakan organisme eukariotik yang bersel
tunggal atau banyak dan idak memiliki klorofil. Jamur Aphanomyces invadans
merupakan salah satu jamur penyebab utama penyakit UES (Ulceratif Epizootic
Syndrome) pada ikan. terdapat ciri pada ikan yang terinfeksi jamur Aphanomyces
invadans. Yaitu, timbulnya Glanuloma pada permukaan tubuh ikan yang lama
kelamaan pecah menjadi luka kemerahan dan menjadi ulcer merah keabuan yang
diikuti dengan nekrosis berwarna kecoklatan dan invasi kedalam jaringan.
Beliau menjelaskan, masa inkubasi pada proses pemeriksaan jamur
Aphanomyces invadans adalah 25oC yang dilakukan selama empat belas hari.
Proses pemeriksaan diawali dengan pengambilan target sampel yang dilakukan
dengan membedah daerah sekitar luka dengan peralatan bedah yang steril dan
memotong luka menjadi potongan kecil jaringan. Organ target diisolasi pada
media PDA dan dilanjutkan proses inkubasi pada suhu 25 oC ± lima hari, PDA
yang sudah ditumbuhi oleh jamur dilakukan pemurnian ke media PDA baru dan
inkubasi suhu 25oC ± empat hari. Selanjutnya dilakukan pegamatan terlebih
dahulu untuk dapat dilanjutkan ke proses slide culture. Metode ini dilakukan
dengan memotong media PDA baru sebesar dadu dan diletakkan diatas objek
glass yang sudah dipasang ring steril pada cawan petri steril, lalu kemudian
teteskan 5ml air steril/akuades didalam cawan petri, disekitar ring dan tutup
cawan petri untuk menjaga kelembaban. Selanjutnya dilakukan inkubasi dengan
temperatur 25oC ± lima hari sampai terlihat adanya pertumbuhan hifa dan spora
jamur. Terakhir lakukan identifikasi, ambil cover glass yang telah ditumbuhi
koloni jamur, tetesi dengan lactophenol blue dan satukan pada object glass.
Pengamatan dibawah mikroskop pada beberapa perbesaran dan bandingkanmhasil
pengamatan dengan buku referensi untuk mengidentifikasi.
Beliau juga menjelaskan, kerugian yang ditimbulkan akibat jamur
Aphanomyces invadans dapat menimbulkan wabah, yang berdampak pada
ekonomi terbesar di sektor perikanan budidaya. Sampai saat ini belum ada
pengobata yang efektif untuk ikan yang terinfeksi Aphanomyces invadans
sehingga pencegahan sebaiknya dilakukan untuk mengurangi kemungkinan ifeksi
jamur ini. Adapun beberapa tindak pencegahan yang belia sampaikan diantaranya
yakni, melakukan pengolahan kualitas air yang baik, menjaga kualitas dan
kuantitas pakan yang diberikan, melakukan sanitasi dan desinfeksi wabah dan alat
yang digunakan, melakukan tindakan karantina terhadap ikan ikan yang baru
masuk ke daerah pemeliharaan serta mengisolir ikan yang terlihat ada gejala
penyakit secara visual.
Materi kedua disampaikan oleh ibu Yusma Elyana, A.Md, yang
merupakan salah satu pengawas mutu hasil perikanan dan penyelia Laboratorium
Organoleptik di Stasiun KIPM Palembang. Beliau menyampaikan materi dengan
tema organoleptik pada komoditi perikanan. Tujuan beliau membahas pengujian
organoleptik adalah, setiap komoditi yang akan dilalulintaskan harus memiliki
jaminan kesehatan. Yang berhak mengeluarkannya adalah otoritas kompeten yaitu
SKIPM/BKIPM di seluruh wilayah indonesia apabila produk yang sudah diuji
sudah mengeluarkan produk hasil yang bermutu maka sertifikat kesehatan ikan
bisa terbit dengan dasar pengujian organoleptik itu sendiri yang kemudian
produk/komoditi tersebut dapat dilalulintaskan. Acuan persyaratan keamanan
hasil perikanan yang karantina ikan ikuti sebagai dasar yaitu : Peraturan
pemerintah (PP) nomor 86 tahun 2019 tentang Keamanan Pangan. Permen KP no
19 / MEN/2010 tentang pengendalian sistem jaminan mutu dan keamanan hasil
perikanan. Kepmen KP no 52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan jaminan
mutu dan keamanan hasil perikanan pada proses produksi, pengolahan dan
distribusi. Keputusan Kepala BKIPM no 9/ PER-BKIPM /2018 tentang pedoman
teknis pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan di sentra penyedia
pangan sehat.
Adapaun acuan pengujian organoleptik Stasiun KIPM Palembang.
Laboratorium Oragnoleptik sudah terakreditasi oleh KAN dengan nomor
akreditasi 186/3.a.1/LAB/03/2020 dan standar acuan pengujian organoleptik
mengikuti, SNI 2346 : 2015 tentang Pengujian Sensory Produk Perikanan.
Beliau menjelaskan, organoleptik merupakan pengujian Sensori dimana
Panelis merupakan alat utama dalam pengukuran daya penerimaan suatu produk.
Pengujian organoleptik merupakan dasar awal penentuan ikan dalam kondisi
bermutu baik atau tidak. tujuan dari pengujian ini yaitu : Pengawasan mutu
produk ( bahan baku, produk dan komoditas), Pengembangan produk dan
perluasan pasar, Perbaikan produk, Evaluasi Penggunaan bahan (Media). Ada 3
jenis pengujian organoleptik: Scoring test ( Nilai 1 – nilai 9 ) Nilai Organoleptik ≤
7 dinyatakan Ikan layak konsumsi dan bermutu baik, Uji Deskripsi
(Menggambarkan/bercerita), Uji Hedonik (Suka atau tidak suka).
Menurut ibu Yusma Elyana, A.Md, ada empat macam Cangkupan
pengujian organoleptik.
1. Panelis, yaitu sekelompok orang yang bertujuan menilai sifat atau mutu
produk berdasarkan pesan subyektif. Panelis yang dapat digunakan untuk
pengujian organoleptik : Panel perorangan, Panel terbatas, Panel terlatih,
Panel agak terlatih, Panel tidak terlatih, Panel konsumen, Panel anak anak.
2. Produk Yang Akan di Uji. Produk Beku (Lapisan es, pengeringan,
perubahan warna, Kenampakan, tekstur dan bau). Produk Segar Basah
(Kenampakan, Bau dan tekstur). Produk Kering (Kenampakan, Bau, Tekstur
dan Jamur). Produk Kaleng (Media (Kenampakan, Bau, Rasa), Ikan
(Kenampakan, Bau, Rasa dan Tekstur). Berikut adalah contoh penyajian
produk yang benar, yang pertama, Pelelehan harus dihindarkan penggunaan
air. Penyajian contoh harus mewakili produk yang akan diuji, cairan 16 ml
dan padatan 28 gram. Penggkodean contoh diupayakan menghilangkan
dugaan oleh panelis terhadap mutu yang akan di uji.
3. Ruangan Pengujian, memiliki ruangan khusus yang terpisah dengan ruang
preparasi sampel, Memiliki bilik bilik tersendiri, antara 1 panelis dengan
panelis lain, Suhu ruangan stabil 20 – 25° C, kelembaban 40 – 60 %, cahaya
60 – 80 Fcd, uji kenampakan diatas 100 fcd, Laboratorium terdiri dari bilik –
bilik yang dibuat terpisah satu sama lain, agar panelis dapat fokus melakukan
pengujian.
4. Peralatan pengujian, diantaranya timbangan digital dengan scala 0,1 gram,
Piring polos, Tisu polos dan tidak berbau, Pisau, Talenan.
Setiap hasil penilaian uji scoring test organoleptik pada masing – masing panelis,
akan dilakukan analisa data, setiap parameter dilakukan analisa data, dicari
intervalnya yang kemudian nilai akhir merupakan nilai produk yang di uji.
Berikut Kondisi yang Mendorong Pertumbuhan Bakteri Pada Ikan yang disingkat
menjadi FATTOM.
1. Food, Bakteri sangat cepat tumbuh pada MAKANAN yang mengandung
protein tinggi ( Daging, ikan dan susu)
2. Acidity, pH 4.6 – 7.6 sangat cocok bagi bakteri
3. Time, Pertumbuhan bakteri “sangat cepat “ semakin lama WAKTU
penanganan semakin cepat busuk.
4. Temperrature, SUHU4.4 – 6 derajat celcius optimum pertumubuhan bakteri.
Suhu sangat berpengaruh pada mutu ikan, maka dari itu sistem rantai dingin
harus terus dipertahankan mulai dari bahan baku hingga produk siap jadi.
5. Oxygen, OKSIGEN dibutuhkan oleh bakteri untuk berkembangbiak
6. Moisture, Semakin tinggi KADAR AIR dalam pangan , maka bakteri akan
cepat tumbuh
Beliau juga memberikan tips dalam memilih produk perikanan, diantaranya ialah
sebagai berikut.
1. Pastikan ikan dalam keadaan memiliki ingsang yang segar, kulit masih
kuat, sisik menempel, bau khas dan daging bila ditekan akan kembali seperti
semula.
2. Untuk mempertahankan mutu ikan, usahakan sistem rantai dingin dijaga
dengan cara menambahkan es batu, meyimpan ikan yang sudah dibersihkan
dalam freezer dan kemudian ikan terbungkus plastik agar tidak dehidrasi.
3. Untuk ikan kering, agar terhindar dari bahan tambahan berbahaya, ikan
kering yang didekati serangga kemungkinan besar terhindar dari bahan
tambahan berbahaya , seperti formalin.
4. Mempertahankan mutu produk hasil perikanan dapat dengan cara
penangangan dan pengolahan ikan dengan baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai