Cut Ade Rahmadian1, Ismail2, Mahdi Abrar3, Erina4, Rastina5, Yudha Fahrimal6
1
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
2
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
E-mail: cutaderahmadian03@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri Pseudomonas sp pada
ikan asin di TPI Labuhanhaji Aceh Selatan. Penelitian ini menggunakan 15 sampel ikan asin dari 3
pedagang. Setiap pedagang diambil sejumlah 5 macam ikan asin, diantaranya ikan asin tongkol, dencis,
layur, kembung, dan ikan kepala batu lalu diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Ikan asin di stomacher lalu di swab steril dan dimasukkan
ke media Nutrien Broth dan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam, selanjutnya dilakukan
penanaman pada media Pseudomonas Agar Base lalu diinkubasikan kembali pada suhu 37o C selama 24
jam. Koloni bakteri yang tumbuh pada media PAB dilakukan pengamatan bentuk bakteri, pigmentasi,
permukaan, pinggiran, elevasi dan aspek koloni. Pewarnaan Gram dilakukan untuk memastikan bakteri
yang didapat adalah kelompok Gram negatif. Terakhir dilakukan uji IMVIC, uji biokimia Triple Sugar
Iron Agar dan uji gula-gula. Hasil penelitian ini di analisis secara deskriptif. Hasil pemeriksaan dari 15
sampel ternyata di temukan adanya pertumbuhan koloni bakteri Pseudomonas sp pada media PAB dan
hasil pewarnaan Gram menunjukan Gram negatif. Oleh karena itu dapat di simpulkan bahwa ditemukan
bakteri Pseudomonas sp pada ikan asin di TPI Labuhanhaji Aceh Selatan.
ABSTRACT
This study was aimed to isolate and identify Pseudomonas sp bacteria in salted fish in Fishing
Auction Station (TPI) in Labuhanhaji Aceh Selatan. This study used 15 salted fish as the samples from 3
different traders. From each trader taken a number of 5 kinds of salted fish, including Euthynnus affinis,
Sardina piichardus, Trichiurus lepturus, Rastrelliger, and Osmeridae then they were checked in
Microbiology Laboratory Faculty of Veterinary Medicine, Syiah Kuala University Banda Aceh. The
salted fishs were placed in stomacher continued by putting them in sterile swab then they were put into
Nutrient Broth medium incubated at 37oC for 24 hours, then planted on medium Pseudomonas Agar Base
followed by incubating them again at 37oC for another 24 hours. Coloni of bacteria that grow on PAB
were conducted to observe its bacterial form, pigmentation, surfaces, edges and elevation and the aspects
of the colony. Gram staining was underdone to ensure the bacteria are the Gram-negative group. In the
last treatment, IMVIC, Triple Sugar Iron Agar biochemical and sugar test were conducted. The result of
this research is analyzed descriptively. The Results of examining 15 samples showed that there are the
growth of Pseudomonas sp on PAB media and Gram staining results showed Gram negative. Therefore,
it can be concluded that the Pseudomonas sp bacteria on salted fish in TPI Labuhanhaji Aceh Selatan
were found.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan manusia yang sehat dan cerdas tidak terlepas dari bahan makanan yang
dikonsumsi. Makanan yang sehat dengan kandungan gizi yang lengkap serta aman merupakan
syarat mutlak yang harus dipenuhi pada bahan pangan. Keamanan pangan di tentukan oleh ada
tidaknya komponen yang berbahaya baik secara fisik, kimia maupun mikrobiologi (Rinto
dkk.,2009).
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat,
mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan dan
493
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 September 2018, 2(4):493-502
penurunan mutu dikarenakan daging ikan mempunyai kadar air yang tinggi, pH netral,
teksturnya lunak, dan kandungan gizinya tinggi sehingga menjadi medium yang sangat baik
untuk pertumbuhan bakteri(Riansyah dkk., 2013). Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu
diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk
mengurangi kadar air didalam tubuh ikan, salah satu caranya adalah dengan pembuatan ikan asin
(Suhartini dkk.,2005).
Proses pengolahan ikan secara tradisional memegang peranan penting di Indonesia
khususnya bagi nelayan tradisional. Hampir 50% hasil tangkapan ikan diolah secara tradisional
dan ikan asin merupakan salah satu produk olahan ikan secara tradisional yang banyak
dikonsumsi masyarakat. Pengasinan ikan adalah salah satu cara pengawetan ikan agar tidak
mengalami kebusukan oleh bakteri pembusuk dengan menambahkan garam 15-20% pada ikan
segar atau ikan setengah basah (Wardani dan Surahma, 2016).
Ikan asin merupakan salah satu bahan makanan yang diproses dengan menambahkan
pengawet alami yaitu garam. Metode pengawetan daging ikan ini dapat memperpanjang masa
simpan ikan, yang biasanya dapat membusuk dalam waktu singkat, kini dapat disimpan di suhu
kamar untuk jangka waktu berbulan bulan, walaupun biasanya harus ditutupi rapat (Margono
dkk., 1993).
Pembuatan ikan asin di Aceh masih menggunakan metode tradisional dengan
menggunakan cahaya matahari untuk proses pengeringan ikan. Proses pembuatan ikan asin
secara tradisional masih tergolong tidak higienis. Pada proses pengeringan, ikan asin dijemur
tanpa penutup, sehingga menyebabkan lalat hinggap diatas permukaan ikan, dan lalat menajdi
perantara bakteri pada ikan asin (Riski dkk., 2017).
Faktor yang mempengaruhi adanya mikroba adalah faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh usaha apapun, artinya faktor
yang berasal dari ikan asin itu sendiri seperti adanya komponen zat makanan yang diperlukan
mikroba, sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh manusia
misalnya proses pembuatan ikan asin (Febriyanti dkk., 2015).
Kisaran jumlah bakteri pada daging ikan asin di tetapkan oleh Standar Naional Indonesia
yaitu 106 CFU/g (Rinto dkk., 2009. SNI 2721.1.2009 menjelaskan bahwa standar maksimum
mutu ikan asin kering yaitu 1x105 koloni/gr (Febriyanti dkk.,2015).
Bakteri Pseudomonas sp memiliki karakteristik seperti Gram negatif, berbentuk batang
(rods) atau kokus (coccus), aerob obligat, motil mempunyai flagel polar. Bakteri ini oksidase
positif, katalase positif, nonfermenter dan tumbuh dengan baik pada suhu 4oC atau dibawah
43oC. Bakteri genus ini memproduksi beberapa enzim seperti protease, amilase, dan lipase.
Selain itu bakteri Pseudomonas juga dapat menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa
organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana
(Suyono dan Farid, 2011).
Bakteri Pseudomonas sp senang hidup di lingkungan yang bersuhu antara 15-30oC
(Kordi,2004). Bakteri Pseudomonas sp mempunyai batas-batas pH tertentu untuk
pertumbuhannya. Bakteri Pseudomonas sp pH 5,3-9,7 umumnya berkembang dengan baik pada
pH antara 5,5-9,0 (Kordi, 2004). pH rendah merupakan keadaan yang optimal bagi berkembang
biaknya beberapa jenis bakteri patogen seperti bakteri Pseudomonas sp dan perubahan pH yang
menyolok dapat menyebabkan ikan menjadi stres.
Organisme pembusuk pada ikan diantaranya bakteri Pseudomonas aeruginosa, Bacillus
cereus, Klebsiella pneumonia, dan Escherichia coli (Purwani dan Retnaningtyas, 2008).
Menurut Jay (2005) bakteri pembusuk yang terdapat pada ikan diantaranya adalah Pseudomonas
(32-60%) dan Bacillus (<18).
.
MATERIAL DAN METODE
494
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 September 2018, 2(4):493-502
Pemeriksaan Mikroskopis
Dengan menggunakan ose steril, diambil sebagian koloni lalu dilakukan pewarnaan
Gram. Pewarnaan Gram bertujuan untuk mengamati morfologi sel Pseudomonas dan mengetahui
kemurnian sel bakteri. Pewarnaan Gram merupakan salah satu pewarnaan yang paling sering
digunakan, yang dikembangkan oleh Christan Gram dengan NaCl fisiologis yang telah
diteteskan pada objek glass, kemudian dibuat preparat apus setipis mungkin, dikeringkan, dan
difiksasi diatas lampu spritus. Preparat apus ditetesi pertama dengan crystal violet selama 2
menit, lalu di cuci dengan air, ditetesi lugol selama 1 menit, kemudian dilunturkan dengan
alkohol 95% selama 10 detik, selanjutnya alkohol dicuci dengan air dan diberi pewarna kedua
dengan larutan safranin selama 30 detik, lalu dicuci dengan air kemudian preparat dikeringkan
dan diamati morfologi sel serta warnanya dibawah mikroskop.
Uji IMVIC
Uji IMVIC meliputi uji Indol, Sulfid Indol Motility (SIM), Methyl Red, Voges-Proskauer
(MR-VP), Simmon’s Citrate Agar (SCA), dan uji gula-gula (glukosa, laktosa, sukrosa dan
manitol), kemudian diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam dan diamati perubahan yang
terjadi pada media (Dwidjoseputro, 1998).
Analisis Data
Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
495
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 September 2018, 2(4):493-502
Secara makroskopis pengamatan morfologi koloni menunjukkan semua sampel ikan asin
yang berjumlah 15 sampel dan tumbuh.
ikan asin tongkol ikan asin kepala batu ikan asin dencis
496
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 September 2018, 2(4):493-502
Bakteri Pseudomonas sp menghasilkan satu atau lebih pigmen yang dihasilkan oleh asam
amino aromatik sepeti tirosin dan fenilalanin. Beberapa pigmen tersebut antara lain adalah
piosanin (pigmen berwarna biru), pioverdin (pigmen berwarna kuning), piorubin (pigmen
berwarna merah), dan piomelanin (pigmen berwarna coklat). Tidak semua koloni Pseudomonas
berpigmen, ada koloni yang mugkin hampir tidak berwarna, koloni pigmen berwarna krem dan
koloni pigmen berwarna kuning itu umum (United Kingdom Standars for Microbiolgy
Investigations, 2015). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan koloni bakteri yang tumbuh
pada media PAB berwarna kuning dan krem, bentuk bulat dan mengkilat, hal ini sesuai dengan
pendapat Austin dan Austin (2007) bahwa bakteri Pseudomonas pada umumnya koloni tampak
berwarna krem, bulat dan seperti berkilat.
Apabila tidak terlihat adanya bakteri Pseudomonas sp pada ikan asin dikarenakan
pemberian garam sebagai penghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan patogen, karena
garam mempunyai sifat-sifat antimikroba (Rahayu dkk., 1992). Selain itu koloni bakteri
Pseudomonas sp uga mengeluarkan bau manis atau menyerupai anggur yang dihasilkan amino
aseta feton (Todar, 2004).
Pewarnaan Gram
Terdapat 5 jenis koloni yang berbeda dan terpisah berdasarkan pengamatan morfologi
koloni yang selanjutnya dilakukan pewarnaan Gram untuk bakteri Pseudomonas sp.
ikan asin tongkol ikan asin kembung ikan asin kepala batu
Hasil pewarnaan Gram terhadap koloni bakteri pada ikan asin tongkol dan dencis
memperlihatkan warna merah muda dengan morfologi berbentuk kokus, sedangkan pada ikan
asin layur, kepala batu, dan ikan asin kembung memperlihatkan warna merah muda dengan
morfologi berbentuk batang. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri Pseudomonas sp merupakan bakteri
Gram negatif berbentuk batang(rods) atau kokus (coccus). Dari hasil pewarnaan Gram juga
diketahui bahwa terdapat kolerasi antara perbedaan koloni bakteri yang tumbuh dengan hasil
pengamatan mikroskopis terutama perbedaan pada morfologi bakterinya.
497
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 September 2018, 2(4):493-502
Bakteri Gram negatif merupakan bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat warna
kristal violet pada proses pewarnaan Gram. Bakteri golongan ini akan memperlihatkan warna
merah muda pada saat dilakukan pengamatan dibawah mikroskop, sedangkan bakteri Gram
positif merupakan bakteri yang dapat mempertahankan zat warna kristal violet pada proses
pewarnaan Gram dan akan memperlihatkan warna biru keunguan (violet). Perbedaan warna dari
proses pewarnaan Gram ini didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang menyusun
bakteri.
Bakteri Gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis, peptidoglikan pada
dinding sel bakteri Gram negatif hanya memiliki ketebalan 10% dari total komposisi dinding sel
bakteri, sehingga mudah melepas zat warna kristal violet dan bakteri hanya meresap zat warna
safranin. Hasil pada gambar sesuai dengan pendapat Fardi (2012), mengatakan Gram negatif
akan berwarna merah muda karena lipid yang terdapat didalam dinding selnya akan larut pada
waktu proses pencucian dengan alkohol sehingga pori-pori dan dinding selnya akan membesar
dan menyebabkan terlepasnya zat warna kristal violet yang diserap sebelumnya dan bakteri akan
berwarna cerah setelah diberikan zat warna sfranin.
Sampel P.Gram Indol MR TSIA SCA SIM Manitol Sukrosa Glukosa Laktosa
Denics Kokus - - Asam + + Dubius + + +
Kembung Batang - - Basa + + Dubius - - -
K.Batu Batang + - Asam + + Dubius + + +
Layur Batang - - Asam + + Dubius - - -
Tongkol Kokus - - Asam + + Dubius + + +
Keterangan: K.Batu : Kepala Batu P.Gram : Pewarnaan Gram MR: Methyl Red
TSIA : Triple Sugar Iron Agar SCA : Simmon’s Citrate Agar
SIM : Sulfid Indol Motility + : Positif - : Negatif
498
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 September 2018, 2(4):493-502
499
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 September 2018, 2(4):493-502
Uji SIM bertujuan untuk mengetahui sifat motilitas dari bakteri. Jika arah pertumbuhan
bakteri menyebar dari tusukan tegak lurus artinya bakteri tersebut bersifat motil (+) sedangkan
jika arah pertumbuhan bakteri hanya ada pada garis tusukan artinya bakteri tersebut bersifat non
motil (-). Pada uji SIM semua sampel ikan asin menunjukkan bakteri bersifat motil. Aktar dkk (
2016) menyatakan hasil positif motilitas terlihat adanya penyebaran pertumbuhan dari garis
tusukan karena bakteri yang bersifat mortil ini pertumbuhannya menyebar pada media SIM.
500
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 September 2018, 2(4):493-502
(glukosa, sukrosa, laktosa) +/-, dan manitol dubius. Dari beberapa ciri spesies Pseudomonas
aeruginosa, hasil penelitian yang didapatkan termasuk kedalam spesies tersebut.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan ditemukan bakteri
Pseudomonas sp pada ikan asin di TPI Labuhanhaji Aceh Selatan.
Saran
Disarankan untuk dilakukan keseragaman penelitian isolasi pada bagian ikan asin yang
diambil untuk mempermudah dilakukan pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA
Aktar, N., R. Bilkis anda ,M. Ilias. 2016. Isolation and Identification of Salmonella sp.from diffrent food.
International Jurnal of Biosciences. 8(2): 16-24.
Aprila, A. I. 2007. Verifikasi Metode Analisis Pseudomonas aeruginosa di PT Intertek Utama Services Sesuai
SNI 01-3554-2015 (Cara Uji Air Minum dalam Kemasan). Skripsi. Politeknik Negeri Bandung.
Austin B., DA Austin. 2007. Bacterial Fish Pathogens. Fourth Edition. New York Praxis Publishing Ltd. pp 552.
Cheesbrough, M. 2000. District Laboratory Practice Intropical Countries. Press Edition. Cambridge University,
Inggris.
Cowan and Steel’s. 1993. Manual for the Identification of Medical Bacteria. Third Edition. Cambridge University
Press.
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Fardi, S. 2012. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Gram Negatif pada Preputium Kerbau (Bubalus bubalis) Berasal dari
Aceh Barat Daya. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Fardiaz, S. 2002. Microbiology Pangan . Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Febriyanti, D. R.,S. Pujiati dan Khoiron. 2015. Total Plate Count dan Staphylococcus aureus pada Ikan Asin
Manyung (Arius thallasinus) di TPI Puger Kabupaten Jember. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember.
Hadioetomo, R. S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta : Gramedia.
Jay, J. M. 2005. Modern Food Microbiology, edisi ke-lima, Chapman and Hall, International Thomson Publishing,
New York, USA.
Kismiyati, S. Subekti, R. W. N. Yusuf, dan R. Kusdarwati. 2009. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Gram Negatif
pada Luka Ikan Maskoki (Carassius aurutus) Akibat Infestasi Ektoparasit Argulus sp. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan. 1 (2): 129-134.
Kordi, M. G. H. K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta : Bina Adiaksara dan Rineka Cipta.
Lubis, Y. P. P., Yunasfi, R. Leidonald. 2013. Jenis - Jenis Bakteri pada Luka Ikan Patin (Pangasius djambal) (Types
of Bacterias found on catfish woud). Universitas Sumatera Utara. Medan.
Margono, T., Suryati, D. Hartinah. 1993. Buku Panduan Teknologi Pangan. Jakarta: Gramedia.
Parija, S. C. 2012. Microbiology and Immunology. 2nd Edition. India : Elesevier.
Purwani, E dan D. Retnaningtyas. 2008. Pengembangan Pengawet Alami dari Ekstrak Lengkuas, Kunyit, dan
Jahe pada Daging dan Ikan Segar. Laporan Penelitian. Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Rahayu, W. P., S. Ma’oen, Suliantari dan S. Fardiaz . 1992. Teknologi Fermentasi Produk Perikanan. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi. PAU-Pangan dan Gizi IPB Bogor.
Riansyah, A., A. Supriadi dan R. Nopianti. 2013. Pengaruh Perbedaan Suhu dan Waktu Pengeringan
Terhadap Karakteristik Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) dengan Menggunakan
Oven. Fishtech.01(11):1- 2.
Rinto, E. Arafah dan S.B. Utama. 2009. Kajian Keamanan Pangan Formalin Garam dan Mikrobia pada Ikan Sepat
Asin Produksi Indralalaya. Jurnal Pembangunan Manusia. 2(8):1.
Riski, K., Fakhrurrazi dan M. Abrar. 2017. Isolasi Bakteri Staphylococcus aureus pada Ikan Asin Talang–
Talang (Scomberoides commersonnianus) di Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar. JIMVET.01(3):
366- 374.
Suhartini, S dan N. Hidayat. 2005. Olahan Ikan Segar. Surabaya : Trubus Agri Sarana.
Sulistiyaningsih. 2010. Uji Kepekaan Beberapa Sediaan Antiseptik Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Multi Resisten (PAMR). Tesis. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Suyono,Y dan F. Salahudin. 2011. Identifikasi dan Karakterisasi Bakteri Pseudomonas pada Tanah yang
Terindikasi Terkontaminasi Logam. Jurnal Biopropal Industri . 01(02) :1-2.
501
JIMVET E-ISSN: 2540-9492 September 2018, 2(4):493-502
502