Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA

PERCOBAAN 5

KETERSEDIAAN OBAT

(AVAILABILITAS OBAT)

Disusun Oleh:

Nama : Ignatia Alifra

NM : 1041911074

Kelompok : I

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN PHARMASI SEMARANG

2021
PERCOBAAN 5
KETERSEDIAAN OBAT
(AVAILABILITAS OBAT)
I. Tujuan
Mampu menjelaskan dan menghitung availabilitas relatif maupun absolut dari produk
sirup parasetamol generik terhadap branded.
II. Dasar Teori

Beberapa obat dibuat dan dipasarkan oleh lebih dari satu pabrik farmasi. Dari studi
biofarmasetik menyatakan bahwa metode fabrikasi dan formulasi mempengaruhi
bioavailabilitas obat tersebut. Karena kebanyakan produk-produk obat mengandung
jumlah bahan obat aktif yang sama, maka dokter dan farmasis memilihkan produk yang
memberi efek terapetik yang ekivalen. Untuk memudahkan mengambil keputusan
tersebut, suatu pedoman telah dikembangkan oleh oleh FDA. Bioavailabilitas
menunjukkan suatu pengukuran laju dari jumlah obat yang aktif terapetik dalam mencapai
sirkulasi umum (Shargel, 2005:167).
Profil keberadaan obat di dalam darah sebagai fungsi dari waktu disebut profil
bioavailabilitas/profil ketersediaan hayati. Profil ini menggambarkan interaksi antara fase
ketersediaan zat aktif dan fase disposisinya. Selain itu profil tersebut juga mengungkapkan
nasib obat di dalam tubuh yang tidak diketahui sebelumnya. Oleh karena fenomena difusi
zat aktif dari darah menuju jaringan yang terjadi secara reversibel, maka terjadi hubungan
dinamik antara konsentrasi zat aktif dalam jaringan dan dalam darah. Selanjutnya hal ini
digunakan sebagai titik tolak orientasi (Aiache, 1993:14).
Bioavailabilitas dirumuskan sebagai bagian (fraksi) obat yang tidak berubah yang
mencapai sirkulasi sistemik setelah melalui pemberian melalui jalur apapun. Untuk dosis
obat intravena, bioavailabilitas diasumsikan sama dengan satu. Data bioavailabilitas
setelah pemberian obat oral sebagai presentase dosis yang tersedia di dalam sirkulasi
sistemik. Obat yang diberikan secara oral, bioavailabilitasnya mungkin <100% karena
obat yang diabsorbsi kurang sempurna dan terjadi eliminasi lintas pertama (Katzung,
2001:71).
Availabilitas relatif adalah ketersediaan dalam sistemik suatu produk obat
dibandingkan terhadap suatu standar yang diketahui. Fraksi dosis yang tersedia secara
sistemik dari suatu produk oral sukar dipastikan. Availabilitas suatu formula obat
dibandingkan dengan availabilitas suatu formula standar biasanya berupa larutan dari obat
murni, dievaluasi dalam studi “cross over”. Availabilitas relatif dari 2 produk obat yang
diberikan pada dosis dan rute pemberian yang sama dapat diperoleh dengan persamaan
berikut:
[𝐴𝑈𝐶]𝐴
Availabilitas Relatif = [𝐴𝑈𝐶]𝐵

Dimana produk obat B sebagai standar pembanding yang telah diketahui. Fraksi tersebut
dapat dikalikan 100 untuk memberi prosen availabilitas relatif. Jika dosis yang diberikan
berbeda, suatu koreksi untuk dosis dibuat seperti dalam persamaan berikut :
[𝐴𝑈𝐶]𝐴/𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐴
Availabilitas Relatif = [𝐴𝑈𝐶]𝐵/𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐵

Data ekskresi obat lewat urin juga dapat digunakan untuk mengukur availabilitas
relatif apabila jumlah total obat utuh yang diekskresi dalam urin dikumpulkan. Prosen
availabilitas relatif dengan menggunakan data ekskresi urin dapat ditentukan sebagai
berikut:
[𝐷𝑢]𝐴
Prosen Availabilitas Relatif = [𝐷𝑢]𝐵 x 100%

[Du] adalah jumlah total obat yang diekskresikan dalam urin (Shargel, 2005:171-172).
Penelitian bioavailabilitas relatif dapat diterapkan untuk:
1). Memillih satu dari alternatif dua atau lebih bentuk sediaan yang sama, dengan
formulasi yang berbeda yang diproduksi suatu pabrik. Sehingga diketahui pengaruh
komponen formulasi terhadap bioavailabilitas.
2). Memilih bentuk sediaan yang mempunyai bioavailabilitas terbaik dari beberapa
alternatif bentuk sediaan yang akan dikembangkan.
3). Mengontrol variabilitas yang mungkin terjadi antara batch dari bentuk sediaan yang
sama dari batch yang berlainan.
4). Membandingkan secara komparatif produk pabrik mana yang mempunyai
bioavailabilitas terbaik
Besarnya bioavailabilitas suatu obat oral digambarkan oleh AUC atau luas area di
bawah kurva kadar obat dalam plasma terhadap waktu obat tersebut dibandingkan dengan
AUC pada pemberian intravena. Availabilitas absolut obat dapat diukur dengan
membandingkan AUC produk yang bersangkutan setelah pemberian oral dan iv.
Pengukuran dapat dilakukan sepanjang Vd dan K tidak tergantung pada rute pemberian.
Availabilitas absolut dengan menggunakan data plasma dapat ditentukan sebagai berikut :
[𝐴𝑈𝐶]𝑝𝑜/𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑝𝑜
Availabilitas Absolut = [𝐴𝑈𝐶]𝑖𝑣/𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑖𝑣
Availabilitas absolut juga sama dengan F (fraksi dosis yang dapat tersedia dalam
sistemik). Untuk obat yang diberikan secara vaskuler seperti injeksi iv bolus, maka F=1
karena seluruh obat secara sempurna tersedia dalam sistemik. Untuk semua rute
pemberian ekstravaskuler F ≤ 1 (Shargel, 2005:172).
Dalam bioavailabilitas ada 3 parameter yang biasanya diukur, yang menggambarkan
profil konsentrasi obat dalam darah dan waktu obat yang diberikan, yaitu :
1. Konsentrasi puncak (C maks)
Menggambarkan konsentrasi obat tertinggi dalam sirkulasi sistemik. Konsentrasi ini
tergantung pada konstanta absorbsi, dosis, Vd dan waktu pencapaian konsentrasi obat
maksimum dalam darah. Konsentrasi puncak sering kali dikaitkan dengan intensitas
respon biologis dan harus diatas KEM & tidak melebihi KTM.
2. Waktu konsentrasi plasma mencapai puncak (T maks)
Menggambarkan lama waktu tersedia untuk mencapai konsentrasi puncak obat dalam
sirkulasi sistemik. Parameter ini tergantung pada konstanta absorbsi, yang
menggambarkan permulaan level puncak dari respon biologis. Biasa digunakan
sebagai perkiraan laju absorbsi.
3. Luas daerah dibawah kurva (AUC)
Merupakan total area di bawah kurva konsentrasi vs waktu. Menggambarkan jumlah
ketersediaan hayati, biasa digunakan sebagai perkiraan jumlah obat yang diabsorbsi
(Shargel, 2005:173-174).
Studi bioekivalensi (BE) adalah studi bioavailabilitas (BA) komparatif yang
dirancang untuk menunjukkan bioekivalensi antara produk uji dengan produk obat
inovator /pembandingnya. Caranya dengan membandingkan profil kadar obat dalam darah
atau urin antara produk obat yang dibandingkan pada subyek manusia. Karena itu desain
dan pelaksanaan studi BE harus mengikuti Pedoman Cara Uji Klinik yang Baik (CUKB),
termasuk harus lolos Kaji Etik (Tjay, 2007:17).

PARASETAMOL

OH
O

N
H
acetaminophen
C8H9NO2
BM : 151,16
Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian : serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalamNaOH 1N; mudah
larut dalam etanol (FI ed IV, 1995).
• Farmakokinetika Paracetamol
PCT diabsobsi cepat dan sempurna melalui saluran pencernaan,konsentrasi tertinggi
dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit dan t 1/2 antara 1-4 jam.Obat ini tersebar
keseluruh cairan tubuh dalam plasma,25% PCT dikonjugasi dengan as.glukoronat dan
sebagian kecil dengan as.sulfat,selain itu juga dapat mengalami hidroksilasi.Metabolit
hasil hidrosilasi dapat menimmbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit.Obat
ini diekresikan melalui ginjal,sebagian kecil sebagai PCT dan sebagian besar dalam
bentk terkonjugasi (farmakologi dan terapi ed V,2007,hal 238).

III. Alat dan Bahan


Bahan
1. Hewan Uji Kelinci Alat
2. Sirup Paracetamol Generik & 1. Labu Takar
Branded 2. Mikropipet
3. Asam Trikloroasetat (TCA) 20% 3. Tabung reaksi
4. Natrium nitrit 10% 4. Ependrop
5. Asam sulfamat 0,5% dan 15% 5. Vortex-mixer
6. HCl 6 N 6. Sentrifuge
7. Heparin 7. Spektrofotometer
8. NaOH 10%
9. Larutan Baku Parasetamol
IV. Skema Kerja
1. Pembuatan Larutan Baku Induk Parasetamol
Larutkan dalam Diperoleh Kadar 1
Ditimbang 100 mg
aquadest panas, ad mg/L atau
Paracetamol
100,0 ml 1000µg/ml

2. Pembuatan Kurva Baku

Larutan parasetamol
dimasukan dalam
Diambil darah kelinci Ditambahkan 2,0 ml
250 µl darah dan
sebanyak 250 µl dan TCA 20%, dilakukan
dibuat berbagai Dihomoge
ditampung dalam nkan vortexing &
konsentrasi sehingga
ependrop yang sudah disentrifugasi 2500
kadarnya 0, 100, 200,
diberi heparin rpm selama 10 menit
300, 400, 500, 600,
700 µg/ml

tambahkan 0,5 ml
tambahkan 1,0 ml
HCl 6N, dan 1,0 ml
asam sulfamat 15% dituang 1,5 ml
NaNO2 10%
melalui dinding labu supernatan jernih ke
Homogenkan
dan 3,5 ml NaOH dalam labu takar 10,0
diamkan selama 15
10%, ad dengan ml
menit pada suhu ˂
aquadest
15ᵒC

dibaca absorbansinya Dibuat kurva


pada panjang hubungan antara
gelombang kadar PCT terhadap
maksimum absorbansi
3. Pemrosesan sampel darah Blangko

Diambil 250 µl darah ditambahkan 2 ml TCA Disentrifugasi selama


yang mengandung 20% dilakukan 10 menit dengan
heparin vortexing kecepatan 2500 rpm

Diambil 1,5 ml tambahkan 0,5 ml HCl


tambahkan 1 ml asam
supernatan dan 6N dan 1 ml NaNO2
sulfamat 15 % melalui
dimasukan labu takar diamkan 15 menit pada
dinding tabung
10 ml suhu ˂ 15ᵒC

tambahkan 3,5 ml Diukur absnya pada


NaOH 10% dan ad panjang gelombang
dengan aquadest maksimum
4. Uji Bioavailabilitas

Dilakukan pencuplikan
diberikan parasetamol
darah lewat vena
Disiapkan hewan uji generik dan branded
telinga kelinci pada
Kelinci, ditimbang secara oral dengan
menit ke 10, 20, 30, 45,
berat badan nya dosis yang telah
60, 90, 120, 150, 180,
ditetapkan
210

masing masing Diambil 1,5 ml


Disentrifugasi selama
cuplikan ditambahkan 2 supernatan dan
10 menit dengan
ml TCA 20% dilakukan dimasukan labu takar
kecepatan 2500 rpm
vortexing 10 ml

tambahkan 0,5 ml HCl


tambahkan 1 ml asam tambahkan 3,5 ml
6N dan 1 ml NaNO2
sulfamat 15 % melalui NaOH 10% dan ad
diamkan 15 menit pada
dinding labu takar dengan aquadest
suhu ˂ 15ᵒC

Diukur absnya pada dilakukan perhitungan


Dihitung
panjang gelombang profil farmakokinetik
Bioavailabilitas Relatif
maksimum dan t1/2 eliminasi, Tmax,
nya
ditetapkan kadarnya Cmax, dan AUC
V. Data Pengamatan
1. Pembuatan Deret Baku

Konsentrasi (ppm) Absorbansi

99,7 0,103
199,4 0,198
299,1 0,297
398,8 0,401
498,5 0,495
598,2 0,591
697,9 0,689
Dosis 500 mg/50 kgBB manusia
λ maksimal yang terukur = 436,4 nm
Operating time = 10 menit
2. Data Pengamatan
a. Paracetamol Generik

Waktu (menit) Absorbansi


0 0

10 0,001

20 0,005

30 0,015

45 0,24

60 0,125

90 0,08

120 0,075

150 0,061

180 0,055

210 0,051
b. Paracetamol Branded

Waktu (menit) Absorbansi


0
0
0,001
10
0,005
20
0,016
30
0,24
45
0,13
60
0,075
90
0,075
120
0,061
150
0,055
180
0,052
210

VI. Perhitungan

Dosis 500 mg/50kgBB manusia

70 𝑘𝑔
Konversi ke 70kgBB manusia = 50 𝑘𝑔 x 500 mg = 700 mg

Konversi ke 1,5 kgBB kelinci = 0,07 x 700 mg = 49 mg

OT. 10 menit

λ maksimal yang terukur = 436,4 nm


1. Kurva Deret Parasetamol

Konsentrasi
Absorbansi
(ppm)
99,7 0,103
199,4 0,198
299,1 0,297
398,8 0,401
498,5 0,495
598,2 0,591
697,9 0,689

a = 0,004571 y = bx + a
b = 0,000982 y = 0,000982 x + 0,004571
r = 0,999938

Kurva Baku

Kurva Baku Paracetamol


Konsentrasi (ppm) vs Absorbansi
0,8
0,7 y = 0,001x + 0,0046
R² = 0,9999
0,6
Absorbansi

0,5
0,4
Series1
0,3
0,2 Linear (Series1)

0,1
0
0 200 400 600 800
Konsentrasi Deret Baku (ppm)
2. Penetapan Kadar Obat dalam Plasma & Perhitungan Profil Farmakokinetik
a. Parasetamol Generik
• Fase Eliminasi

Waktu (menit) Absorbansi Cp Ln Cp


150 0,061 57,4633 4,0511
180 0,055 51,3534 3,9387
210 0,051 47,2800 3,8561

Regresi t Vs Ln Cp

a : 4,5338

b : -0,0033

r : -0,9961

y = bx + a

y = -0,0033 x + 4,5338

• Fase Distribusi

Ln Cp
Waktu (menit) Absorbansi Cp Ln Cp Cp* Cp Res
Res
60 0,125 122,6365 4,8092 76,3860 46,2504 3,8341
90 0,08 76,8116 4,3414 69,1861 7,6255 2,0315
120 0,075 71,7200 4,2728 62,6648 9,0552 2,2033

Regresi t Vs Ln Cp Res

a : 5,1357

b : -0,0272

r : -0,8196

y = bx + a

y = -0,0272 x + 5,1357
• Fase Absorbsi

Ln
Cp res
Waktu (menit) Absorbansi Cp Ln Cp Cp* Cp** Cp
2
res 2
10 0,001 -3,6365 #NUM! 90,0892 129,5025 39,4133 3,6741
20 0,005 0,4369 -0,8281 87,1647 98,6620 11,4973 2,4421
30 0,015 10,6202 2,3628 84,3353 75,1661 9,1692 2,2158

Regresi t Vs Ln Cp Res 2

a : 4,2356

b : -0,0729

r : -0,9291

y = bx + a

y = -0,0729 x + 4,2356

• Perhitungan Parameter Farmakokinetik Parcetamol Generik

Fase Perhitungan Hasil


Eliminasi B = anti Ln a 93,1147 µg/ml
β = -b 0,0033/menit
0,693
𝑡21 = 𝐾 𝑒𝑙𝑖𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 210/menit

Distribusi A = anti Ln a 169,9899 µg/menit


α = -b 0,0272/menit
Absorbsi C = anti Ln a 69,1037 µg/menit
Ka = -b 0,0729/menit
• Perhitungan AUC Trapesium
(𝐶𝑝2+𝐶𝑝1)
Rumus = 𝑥 (𝑡2 − 𝑡1)
2

Waktu (menit) Absorbansi Cp Hasil


0 0 0 -18,1823
10 0,001 -3,6365 -15,9980
20 0,005 0,4369 55,2851
30 0,015 10,6202 1877,7342
45 0,24 239,7444 2717,8564
60 0,125 122,6365 2991,7210
90 0,08 76,8116 2227,9735
120 0,075 71,7200 1937,7495
150 0,061 57,4633 1632,2505
180 0,055 51,3534 1479,5010
210 0,051 47,2800 14327,2851
AUC TOTAL 29213,1761
• Perhitungan t max
𝐿𝑛 𝐾𝑎/𝛼 𝐿𝑛 (0,0729/0,0272)
t max = = = 21,7727 menit
𝐾𝑎−𝛼 (0,0729−0,0272)

• Perhitungan C max
C max = A.e-α. Tmaks + B.e-β. Tmaks – C.e-ka. Tmaks
= 169,9899.e-0,0272/menit × 21,7727 menit + 93,1147.e-0,0033/menit × 21,7727 menit –
69,1037.e-0,0729/menit × 21,7727 menit
= 166,5493 µg/ml
b. Parasetamol Branded
• Fase Eliminasi

Waktu
Absorbansi Cp Ln Cp
(menit)
150 0,061 57,4633 4,0511
180 0,055 51,3534 3,9387
210 0,052 48,2984 3,8774
Regresi t Vs Ln Cp

a : 4,477

b : -0,0029

r : -0,9859

y = bx + a

y = -0,0029 x + 4,477

• Fase Distribusi

Waktu Ln Cp
Absorbansi Cp Ln Cp Cp* Cp Res
(menit) Res
60 0,13 127,7281 4,849904 73,9212 53,8069 3,9854
90 0,075 71,7200 4,272769 67,7619 3,9581 1,3758
120 0,075 71,7200 4,272769 62,1158 9,6042 2,2622
Regresi t Vs Ln Cp Res

a : 5,1259

b : -0,0287

r : -0,6493

y = bx + a

y = -0,0287 x + 5,1259
• Fase Absorbsi

Waktu Absorbans Ln Cp
Cp Ln Cp Cp* Cp** Cp res 2
(menit) i res 2
126,330
10 0,001
-3,6365 #NUM! 85,4559 3 40,8745 3,7105
20 0,005 0,4369 -0,8281 83,0132 94,8124 11,7992 2,4680
30 0,016 11,6385 2,4543 80,6404 71,1578 9,4826 2,2495

Regresi t Vs Ln Cp Res 2

a : 4,2704

b : -0,0731

r : -0,927

y = bx + a

y = -0,0731 x + 4,2704

• Perhitungan Parameter Farmakokinetik Parcetamol Branded

Fase Perhitungan Hasil


Eliminasi B = anti Ln a 87,9709 µg/ml
β = -b 0,0029/menit
0,693
𝑡21 = 𝐾 𝑒𝑙𝑖𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 238,9655/menit

Distribusi A = anti Ln a 168,3293 µg/menit


α = -b 0,0287/menit
Absorbsi C = anti Ln a 71,5485 µg/menit
Ka = -b 0,0731/menit
• Perhitungan AUC Trapesium
(𝐶𝑝2+𝐶𝑝1)
Rumus = 𝑥 (𝑡2 − 𝑡1)
2

Waktu
Absorbansi Cp Hasil
(menit)
0 0 0 -18,1823
10 0,001 -3,6365 -15,998
20 0,005 0,4369 60,37678
30 0,016 11,6385 1885,372
45 0,24 239,7444 2756,044
60 0,13 127,7281 2991,721
90 0,075 71,7200 2151,599
120 0,075 71,7200 1937,749
150 0,061 57,4633 1632,251
180 0,055 51,3534 1494,776
210 0,052 48,2984 16654,61
AUC TOTAL 31530,32

• Perhitungan t max
𝐿𝑛 𝐾𝑎/𝛼 𝐿𝑛 (0,0731/0,0287)
t max = = = 21,0570 menit
𝐾𝑎−𝛼 (0,0731−0,0287)

• Perhitungan C max
C max = A.e-α. Tmaks + B.e-β. Tmaks – C.e-ka. Tmaks
= 168,3293.e-0,0287/menit × 21,0570 menit + 87,9709.e-0,0029/menit × 21,0570 menit –
71,5485.e-0,0731/menit × 21,0570 menit
= 159,3912 µg/ml

3. Perhitungan Bioavailabilitas Relatif


AUC Branded 31530,32
BA Relatif = = 29213,1761 = 1,0793
AUC Generik

% BA Relatif = 1,0793 × 100% = 107,93 %


VII.Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian bioavailabilitas suatu obat.


Bioavailabilitas (ketersediaan hayati) merupakan karakter suatu obat yang diberikan pada
system biologi tubuh yang menunjukan suatu pengukuran laju dan jumlah obat yang aktif
terapeutik yang mencapai sirkulasi umum. Ketersediaan hayati obat yang diformulasi
menjadi sediaan farmasi merupakan bagian dari tujuan rancangan bentuk sediaan dan
untuk alasan keefektifan obat tersebut. Pengkajian terhadap ketersediaan hayati ini
tergantung pada absorbsi obat ke dalam sirkulasi sistemik. Biaoavailabilitas merupakan
salah satu parameter untuk menetapkan produk obat bioekivalen atau tidak. Bioekivalensi
(BE) merupakan suatu penentuan bioavailabilitas relatif antara dua produk obat sehingga
merupakan tampilan komparatif produk obat. Bioavailabilias dapat menunjukkan kualitas
produk obat, akan tetapi bioekivalensi merupakan tes komparatif yang formal antara
produk obat uji dan produk obat pembanding (baik inovator ataupun produk obat yang
sudah dinyatakan kesetaraan biologiknya). Jadi bioekivalensi merupakan perbandingan
dari bioavailabilitas dari berbagai bentuk sediaan.

Dilihat dari segi farmakokinetika, studi biovailabilitas dapat menyediakan


informasi tambahan yang berguna yaitu metabolisme, transportasi, distribusi, dan
eliminasi zat aktif, kesesuaian dosis, efek makanan terhadap absorpsi atau penyerapan zat
aktif, dan sebagainya. Dilihat dari segi kinerja produk obat, merupakan penunjuk berhasil
tidaknya suatu formulasi obat yang dilakukan pada saat pengujian untuk membuktikan
keamanan dan khasiat obat. Yang perlu diperhatikan dalam studi ini adalah perbedaan luas
di bawah kurva konsentrasi paracetamol dalam plasma vs waktu (AUC) yang teramati,
yang dinilai sebagai perbedaan efisiensi absorpsi obat karena adanya perbedaan kualitas
produk obat yang dipengaruhi formulasi. Bioavailabilitas digambarkan sebagai profil
pemaparan sistemik (darah) yang didapat dari pengukuran konsentrasi zat aktif dalam
plasma darah sepanjang rentang waktu tertentu, setelah pemberian produk obat
kepada hewan uji. Parameter bioavailabilitas yang dibandingkan untuk penilaian
bioekivalensi adalah AUC, Cmax dan tmax.

Dalam percobaan kali ini digunakan sediaan sirup paracetamol yang dibandingkan
untuk produk obat branded maupun paten, sirup dengan ukuran partikel obat yang
kecil yang sudah terlarut maka waktu untuk mencapai absorbsi lebih cepat dan dapat
dibandingkan satu dengan lainnya dalam waktu relatif singkat.
Sebelum perlakuan, dilakukan uji pendahuluan untuk paracetamol, yaitu
pembuatan deret baku, penentuan λ maks dan Operating time. Tujuan dibuat deret baku
untuk membandingkan kadar obat dalam darah kelinci yang diabsorbsi. Persamaan kurva
baku digunakan sebagai acuan untuk menghitung kadar obat didalam darah kelinci. Dibuat
baku parasetamol dengan menimbang seksama parasetamol sebanyak 100 mg dan
dilarutkan dilarutkan dalam 100,0 ml aquadest sehingga didapatkan larutan baku induk
dengan konsentrasi 1000 µg/ml (ppm). Kemudian dari larutan induk dibuat deret baku
dengan konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, 600, dan 700 µg/ml. Kemudian ditentukan
panjang gelombang maksimum dan operating timenya. Dilakukan penentuan λ maks
adalah untuk mengetahui λ yang memberikan serapan optimum bagi paracetamol,
didapatkan λ maks 436,4 nm, sedangkan tujuan dilakukannya penetuan Operating Time
adalah untuk mengetahui waktu dimana reaksi warna antara Paracetamol, Asam
sulfamat 15% dan NaOH yang ditambahkan terjadi sempurna dan stabil sehingga
memberikan serapan maksium pada λ maks. Didapatkan Operating Time untuk
paracetamol adalah 10 menit. Kedua hal ini dilakukan untuk memperkecil kesalahan
pembacaan absorbansi dan penentuan konsentrasi yang didapat, sehingga hasil yang
didapat nantinya akan valid. Sertelah itu dilakukan pengukuran absorbansi dari deret baku
dan di buat kurva deret baku, sehingga didapatkan persamaan regresi liniernya. Persamaan
yang didapat yaitu y = 0,000982 x + 0,004571.

Setelah itu, hewan uji kelinci disiapkan dengan menimbang berat badan dan
dilakukan perhitungan dosis. Dibuat 2 kelompok perlakuan, kelompok pertama diberikan
sirup parasetamol generic secara per oral dan kelompok kedua diberikan sirup parasetamol
branded secara peroral. Setelah pemberian sediaan, dilakukan sampling darah melalui
vena telinga pada menit ke- 0 (blangko), 10, 20, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180 dan
210 menit. Darah diambil melalui vena telinga kelinci yang ditoreh menggunakan scalpel,
darah yang keluar ditampung dalam ependrof yang telah diberi heparin, dengan tujuan
agar darah tidak menggumpal sehingga mudah dalam pengambilan darah dengan pipet
mikro. Heparin berfungsi sebagai antikoagulan dan juga dapat menjernihkan plasma yang
berlipid. Setelahnya ditambahkan TCA 20% yang berfungsi untuk mengendapkan protein
dalam darah, untuk menghomogenkan campuran darah dan TCA 20% digunakan vortex.
Kemudian disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm. Hal ini bertujuan
untuk memisahkan plasma dengan protein dimana sel darah merah terletak di bawah
tabung, sel darah putih berada di atasnya membentuk lapisan buffy coat, plasma darah
berada di atas lapisan tersebut (beningan/supernatan). Hal ini sesuai dengan prinsip
sentrifuge yaitu adanya gaya sentrifugasi yang memutar molekul dengan gaya sentrifugal
dan dengan kecepatan tertentu sehingga molekul dengan BM yang paling tinggi
mengendap di dasar tabung sentrifuge.

Beningan yang diperoleh yakni supernatan yang sudah tidak mengandung protein
diambil 1,50 ml dan dimasukan dalam labu takar 10,0 ml, kemudian di tambahkan 0,5 ml
HCL 6 N dan 1,0 NaNO2 10% dicampur baik-baik dan didiamkan 15 menit dalam
penangas es dengan suhu kurang dari 15 derajad celcius dalam praktikum menggunakan
suhu 10 derajat celcius untuk menghentikan reaksi terjadinya gas NO. Reaksi ini disebut
reaksi diazonium, dimana nantinya akan terbentuk garam Diazonium NaNO2. Dalam
reaksi ini, terjadi reaksi eksotermis sehingga seteleh perlakuan, campuran harus didiamkan
dalam air es. Gas yang terbentuk kemudian dihilangkan dengan penambahan 1,0 ml Asam
sulfamat 15% melalui dinding tabung dengan perlahan. Hal ini dilakukan karena adanya
gelembung udara NO2 yang terbentuk dan akan mengganggu pembacaan absorbansi.
Tahap selanjutnya, untuk membentuk reaksi warna, maka ditambahkan 3,5 ml NaOH
10% dan ditambahkan dengan aquadest hingga tanda batas labu takar 10,0 ml. Setelah
penambahan pereaksi warna ini didiamkan selama 10 menit, sesuai dengan operating time
yang didapat. Kemudian seluruh sampel dibaca pada spektrofotometri dengan λ maks
yaitu 436,4 nm.

Setelah didapatkan data absorbansi dari tiap sampel, selanjutnya dilakukan


perhitungan kadar obat dalan darah menggunakan persamaan regresi linier. Setelah itu,
ditentukan parameter farmakokinetik dari tiap tiap fase. Parameter yang dihitung yaitu T 1/2
eliminasi, Tmax, Cmax, dan AUC. AUC dihitung menggunakan rumus trapezium. Dari
hasil perhitungan didapatkan data profil farmakokinetik sirup parasetamol generic yaitu:
T1/2 eliminasi = 210/menit, Tmax = 21,7727 menit, Cmax = 166,5493 µg/ml, dan AUC =
29213,1761. Sedangkan data profil farmakokinetik sirup parasetamol branded yaitu: T1/2
eliminasi = 238,9655/menit, Tmax = 21,0570 menit, Cmax = 159,3912 µg/ml, dan AUC =
31530,32. Dari data AUC tersebut, dapat dibandingkan bioekivalen obat dalam
sirup paracetamol Generik dan parasetamol Branded. Sehingga didapatkan nilai BA
relative yaitu 1,0793 dan persentase BA relative 107,93 %. Dari data nilai bioavailabilitas
relatif di atas, dapat ditentukan menurut literatur Pedoman Uji Bioekivalen Badan POM RI
(2004) dengan ketentuan 0,80 < X (bioavalabilitas) < 1,25. Maka dapat disimpulkan
bahwa sirup parasetamol branded bioekivalen terhadap sirup parasetamol generic.
Perbedaan bentuk sediaan sangatlah berpengaruh terhadap bioavaibilitas suatu
bahan obat, terutama terhadap perbedaan pelepasan dan kecepatan melarut zat aktif dari
sediaan sehingga digunakan sediaan yang sama yaitu sirup, baik sebakai pembanding
(Generik) maupun sebagai produk uji (Branded). Di mana kecepatan dan proses tersebut
dapat memengaruhi kecepatan dan efisiensi absorpsi zat aktif di dalam tubuh. Semakin
cepat pelepasan bahan obat maka semakin cepat absorbsi dari sediaan dan semakin besar
bioavailabilitasnya. Dengan mengetahui jumlah relatif obat yang diabsorpsi dan kecepatan
obat berada dalam sirkulasi sistemik, dapat diperkirakan tercapai tidaknya efek terapi yang
dikehendaki menurut formulasinya. Dengan demikian, bioavailabilitas dapat digunakan
untuk mengetahui faktor formulasi yang dapat mempengaruhi efektivitas obat. Dimana
bahan obat yang mudah larut dalam cairan tubuh akan mudah berdifusi menembus
membrane mukosa usus dan kemudian masuk ke sistemik. Pada sediaan sirup ukuran
partikel obatnya lebih kecil sehingga waktu untuk mencapai absorbsi lebih cepat.

VIII. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan didapatkan data profil farmakokinetik sirup parasetamol
generic yaitu: T1/2 eliminasi = 210/menit, Tmax = 21,7727 menit, Cmax = 166,5493 µg/ml,
dan AUC = 29213,1761. Sedangkan data profil farmakokinetik sirup parasetamol branded
yaitu: T1/2 eliminasi = 238,9655/menit, Tmax = 21,0570 menit, Cmax = 159,3912 µg/ml,
dan AUC = 31530,32. Dari data AUC tersebut, dapat dibandingkan bioekivalen obat
dalam sirup paracetamol Generik dan parasetamol Branded. Sehingga didapatkan nilai BA
relative yaitu 1,0793 dan persentase BA relative 107,93 %. Dari data nilai bioavailabilitas
relatif di atas, dapat ditentukan menurut literatur Pedoman Uji Bioekivalen Badan POM RI
(2004) dengan ketentuan 0,80 < X (bioavalabilitas) < 1,25. Maka dapat disimpulkan
bahwa sirup parasetamol branded bioekivalen terhadap sirup parasetamol generic.
IX. Daftar Pustaka

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia

Aiache, J.M., Devissaguet, Guyot Hermann, A.M .1993. Farmasetika 2 Biofarmasi.


Surabaya : Airlangga University Press
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Shargel, L dan Andrew B.C.YU. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan
Edisi II. Surabaya : Airlangga University Press
Tjay,Tan Hoan & Kirana Rahardja.2007.Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, Efek-
Efek Sampingnya Edisi VI.Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Semarang, 10 November 2021


Dosen Pembimbing, Praktikan

apt. Ungsari Rizky Eka P, M.Sc. Ignatia Alifra T.


NIM : 1041911074

apt. Ika Puspitanigrum, M.Sc.

apt. Novi Elisa, M. Farm.

Venty Olivia Nuari, A.Md.

Anda mungkin juga menyukai