Anda di halaman 1dari 14

APLIKASI FARMAKOKINETIKA

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
KPBI 2013/2014
JASDEEP KAUR GILL
260110132013
MOHD NAZREEN
260110132015
NUR FAIZAH
260110132016
SITI NUR ZAHARAH
260110132019
RITA SUZYANTI
260110132021
SHALOME SHOBANI
260110132025
DOSEN: Prof. Dr. Ahmad Muhtadi,
MS., Apt.

Latar Belakang
Ilmu farmakokinetika merupakan ilmu multidisipliner yang
merangkum matematik dan ilmu faal tetapi (sediaan) obat
merupakan objek dari ilmu farmakokinetika (Hakim, 2007).
Model farmakokinetik sendiri dapat memberikan penafsiran yang
lebih teliti tentang hubungan kadar obat dalam plasma dan
respons farmakologik (Shargel, 1988).
Data farmakokinetik obat, yang meliputi berbagai parameter
farmakokinetik, yaitu bioavailabilitas oral, volume distribusi,
waktu paruh dan bersihan (clearance) dalam keadaan fisiologik
maupun patologik (Setiawati, 2007).

Distribusi

Absorpsi

Proses
Farmakokinetik
Metabolisme

Ekskresi

Fase
Farmakokinetik
Invasi
Proses invasi ialah
proses yang
berlangsung pada
pengambilan suatu
bahan obat ke dalam
organisme (absorpsi,
distribusi).

Eliminasi
Proses eliminasi
merupakan proses
yang menyebabkan
penurunan
konsentrasi obat
dalam organisme
(metabolisme,
ekskresi).

Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari
tempat pemberian ke dalam darah. Bergantung pada
cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah
saluran cerna (mulut sampai dengan rectum), kulit,
paru, otot, dan lain-lain.

Distribusi
Obat akan ditranspor lebih lanjut bersama aliran
darah dalam sistem sirkulasi. Akibat landaian
konsentrasi darah terhadap jaringan, bahan obat
mencoba untuk meninggalkan pembuluh darah dan
terdistribusi keseluruhan organisme.
Penetrasi dari pembuluh darah ke dalam jaringan dan
dengan demikian distribusinya, seperti halnya
absorpsi, bergantung pada banyak peubah.

Metabolisme
Metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut
lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui
ginjal atau empedu.
Reaski metabolisme terdiri dari reaksi fase I dan reaksi fase II.
Reaksi fase I terdiri dari oksidasi, reduksi, dan hidrolisis,
yang mengubah oabt menjadi lebih polar dengan akibat
menjadi inaktif, lebih aktif, atau kurang aktif.
Reaksi fase II merupakan reaksi konyugasi dengan substrat
endogen: asam glukuronat, asam sulfat, asam asetat, atau
asam amino, dan hasilnya menjadi sangat polar.

Eliminasi
Ekskresi suatu obat dan metabolitnya menyebabkan penurunan konsentrasi
bahan berkhasiat dalam tubuh.
Pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan oleh
ginjal melalui air seni disebut ekskresi. Selain itu ada pula beberapa cara
lain, yaitu:
a.Kulit - bersama keringat, misalnya paraldehida dan bromida (sebagian).
b.Paru-paru - melalui pernapasan, biasanya hanya zat-zat terbang, seperti
alkohol, paraldehida, dan anastetika (kloroform, halotan, siklopropan).
c.Empedu - ada obat yang dikeluarkan secara aktif oleh hati dengan empedu,
misalnya fenolftalein (pencahar).

Aplikasi Farmakokinetika
Melalui data absoprsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi tersebut
mempunyai peran penting dalam aplikasi
farmasi klinis.

Penentuan
dosis
pemakaian

Penentuan
frekuensi
pemberian
obat

Obat akan memberikan efek terapi jika kadar obat dalam


plasma sudah mencapai area terapi yaitu diatas MEC
(minimum effective concentration) dan dibawah MTC
(minimum toxic concentrstion).
Penentuan dosis obat ditentukan dari data kadar obat
dalam plasma dengan mencari nilai konsentrasi maksimum
obat dalam plasma (C max).
(Shargel, 1988)

Penentuan kapan seseorang itu harus minum lagi obat


dapat ditentukan dengan melihat nilai t eliminasi obat
dan nilai clearance obat.
(Shargel, 1988)

Pengaturan
dosis ganda

Untuk memperpanjang aktivitas terapeutik.


Kadar plasma obat ini harus dipertahankan di dalam batas
yang sempit untuk mencapai efektivitas klinik yang
maksimal.
Parameter-parameter farmakokinetik diperoleh dari kurva
kadar plasma-waktu yang didapat melalui dosisi tunggal.
(Shargel,
1988)

Pengaturan
infuse
intravena

Berperan dalam pengaturan kecepatan tetesan cairan


infus.
Jika obat diberikan dengan laju yang tinggi akan diperoleh
kadar tunak yang lebih tinggi tetapi waktu yang
diperlukan untuk mencapai keadaan tunak tetap sama
(Shargel,
1988)

Penyesuaian
dosis

Fungsi kerja ginjal dapat dilihat dari nilai clearance yaitu


volume darah yang dapat dibersihkan dari obat dalam
satu satuan waktu.
Penyesuaian dosis obat kemudiaan didasarkan atas nilai
clearance obat tersebut
(Shargel, 1988)

DAFTAR PUSTAKA

Barbour, Nancy P., Lipper, Robert A., 2007. Introduction to


Biopharmaceutics and its Role in Drug Development in
Biopharmaceutical Application in Drug Development. Informa
Healthcare: USA, New York.
Hakim, L. 2007. Farmakokinetika. UGM Press: Yogyakarta.
Setiawati, Arini., F.D Suryatna., Gan, Sulistia., 2007. Pengantar
Farmakologi dalam Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Gunawan,
Sulistia Gan (editor)., Departemen Farmakologik dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.
Shargel, L. and Andrew, A. 1988. Biofarmasetika dan
Farmakokinetika Terapan. Penerjemah: Fasich dan Siti Sjamsijah.
Edisi II. Surabaya:
Airlangga University Press. Hal. 86-112

Anda mungkin juga menyukai