Anda di halaman 1dari 50

MENYIAPKAN PELAYANAN

ONKOLOGI FARMASI DI RUMAH


SAKIT

Dr. Rizka Andalusia, MPharm., Apt.


Rizka Andalusia

HISFARSI SULAWESI SELATAN, Juli 2018


Pergeseran Paradigma Pelayanan
Farmasi

Pelayanan Pelayanan
Berorientasi Berorientasi
Kepada Kepada
Produk Pasien

• Keselamatan Pasien (Patient Safety)


• Peningkatan Kualitas Hidup pasien
(Quality of Life)
Pelayanan Berfokus Kepada Pasien

Dokter

Analis Apoteker
Laboratorium

Pasien &
Keluarga

Fisioterapi Radiografer

Ahli Gizi
Prinsip Pelayanan Berfokus Pada Pasien

Martabat & Berbagi Partisipasi Pasien TextKolaborasi


in here
Respek Informasi dan Keluarga

• Menghargai pilihan pasien • Pemberi layanan Keputusan dan pilihan Pasien dan keluarga mitra
• Mendengarkan pendapat menginformasikan terapi melibatkan dari pemberi layanan
dan pandangan secara lengkap kepada pasien dan keluarga kesehatan dalam
• Mempertimbangkan pasien dan keluarga pengembangan dan
kultur, kepercayaan dan • Pasien dan Keluarga implementasi layanan
nilai-nilai menerima informasi kesehatan
tepat dan akurat
PERAWATAN PADA PASIEN KANKER

Pembedahan,
Terapi Utama
Kemoterapi, Radiasi
Perawatan Pasien
Kanker
Nyeri, ES
Terapi Penunjang kemoterapi, Nutrisi,
Infeksi, Paliatif
PELAYANAN ONKOLOGI FARMASI

Manajemen •Pengadaan
•Penyimpanan
•Pendistribusian
Logistik •Pemusnahan

Safe Handling •Aman


•Bermutu
of Cytotoxic
Pelayanan •Monitoring terapi
•Penatalaksanaan Efek Samping
Farmasi Klinik •Pelayanan penunjang ( Nyeri, Nutrisi, paliatif)
TERAPI PENUNJANG PADA PASIEN
KANKER

Terapi Nyeri Infeksi Nutrisi

Efek Samping
Rehabilitasi
Paliatif Kemoterapi
Medik
dan Radiasi
EFEK SAMPING KEMOTERAPI

Alopecia
Mucositis

Pulmonary fibrosis
Nausea/vomiting Cardiotoxicity
Diarrhea
Local reaction
Cystitis
Sterility Renal failure
Myalgia Myelosuppression
Neuropathy
Phlebitis
NYERI PADA PASIEN KANKER

 Nyeri merupakan simptom yang sering terjadi pada


pasien kanker
 60 – 90% pasien kanker mengalami sensasi nyeri.
 Derajat nyeri meningkat bersamaan dengan
progresivitas dari penyakit
 Jenis nyeri yang dialami : nociceptive maupun
neuropatic
PENYEBAB NYERI KANKER

 Progresivitas penyakit
 Infeksi dan Inflamasi
 Terapi pada kanker :
 Pembedahan
 Radiasi
 Kemoterapi
 Psychologic atau emotional problems
PENATALAKSANAAN NYERI KANKER

Non
Farmakologik Farmakologik

Analgesik non Interventional


Opioid terapi

Opioid analgesik Radiasi

Ajuvan Psikologik
TERAPI FARMAKOLOGIK

Codein NSAID Anti konvulsan

Morphin Ketorolac TCA

Oxycodon Celecoxib As.Pamidronat

Fentanyl Tramadol Anti spasmodik


TERAPI FARMAKOLOGIK

Non
Parenteral
Parenteral

Arround
The Clock As needed
(ATC)
 Pain should be considered the
“fifth vital sign”
(2001 initiative in USA)
 Patients should be assessed for Pain: the
pain every time pulse, blood 5th vital
pressure, core temperature,
and respiration are measured
sign
 Mandatory for hospital
accreditation

American Pain Society Quality Improvement Committee. JAMA. 1995;1847–1880.


Pain management – principles and options

Alternate
Psycho-social therapy Co-analgesics
support

Non-Opioid Opioids for


analgesics mild pain

Opioids for Treatment for


severe pain PAIN side effects

1. Bond MR. Pain – its nature and treatment. Churchill Livingstone , 2006;
2. White A, et al. Rheumatology 2007;46(3):384-390.; 15
3. Krismer M, et al. Best Pract Res Clin Rheumatol 2007;21(1):77-91.
PRINSIP PENATALAKSANAAN NYERI

Individual Treatment
•Dosis sesuai titrasi, jenis analgesik, rute
pemberian
Monitoring : Efikasi Vs. ES
•Assesmen awal dan lanjutan
•Waspada ES : GI bleeding, depresi
pernafasan, konstipasi
WHO STEP LADDER ANALGESIK
DALAM PENATALAKSANAAN NYERI KANKER

Pain
persisten
or
increase
Penanganan Obat Kemoterapi
Yang Aman di Rumah Sakit
SIKLUS PELAYANAN KEMOTERAPI

SELEKSI PENGADAAN
( D, F) (F)

MONITORING PENYIMPANAN
(D, F, N ) (F)

ADMINISTERING PRESCRIBING
(N) (D)

DISPENSING
(F)
KERJASAMA ANTAR BAGIAN

Dokter

Perawat
Admission Rawat
Jalan/Inap

Perawat
Ruang Farmasi
kemoterapi
Mengapa Diperlukan ?

1. Akibat fatal jika terjadi kesalahan pemberian kemoterapi


(medication error)
2. Alur pemberian kemoterapi melibatkan multidisplin
sehingga membutuhkan proses komunikasi yang baik dan
jelas
3. Penyiapan regimen kemoterapi memiliki tingkat kesulitan
lebih tinggi dibanding penyiapan obat lainnya
4. Dosis dan regimen kemoterapi bersifat individualized
5. Pelayanan Kemoterapi semakin meningkat (BPJS)
Tujuan Safe Handling Cytostatic

 Keamanan Pasien terjamin → mengurangi


medication error
 Personal dan lingkungan yang terlibat, terlindung
dari paparan bahan berbahaya
 Produk terlindung dari kontaminasi mikroba (
teknik aseptis ) →Mutu terjamin
 Efisiensi biaya dan efisiensi waktu perawat
Pengadaan Obat

 Obat kemoterapi anti kanker umumnya mahal


 Perlu efisiensi : Tidak over stock atau out of stock
 Aspek yang harus dipertimbangkan :
 Keaslian → menjamin keamanan digunakan oleh pasien
 Kesesuaian produk dengan persyaratan yang ditentukan
 Harga
 Jumlah dan jenis obat yang harus disediakan.
Penyimpanan Obat

 Syarat dan kondisi penyimpanan tertentu sesuai


dengan persyaratan.
 Penandaan High Alert
 Perhatikan LASA
 FEFO → mencegah kadaluarsa
PEMBERIAN KEMOTERAPI

 Keamanan pemberian kemoterapi dimulai dengan


treatment plan :
 Identifikasi pasien
 TB / BB / BSA
 Diagnosis
 Regimen kemoterapi
 Jumlah siklus
 Hasil laboratorium ( CBC / LFT / RFT )
Apa yang perlu diperhatikan ?

 Penghitungan dosis
 Pemantauan waktu / siklus
 Pemilihan pelarut sesuai dengan rute pemberian dan
sifat karakteristik obat
 Rekonstitusi dengan tepat dan aman
 Stabilitas sediaan
 Pemberian sesuai dengan rute yang tepat
Benar Pasien

 Nama dan no. rekam medik sudah sesuai


 assessment pasien apakah perlu penyesuaian dosis
dan apakah pasien layak di kemoterapi :
 Fungsi darah ( Hb, Leukosit, Trombosit )
 Fungsi ginjal ( creatinine clearance )
 Fungsi liver ( SGPT dan SGOT )
 Fungsi Jantung ( EF, TD )
Benar Obat

 Apakah obat yang dipilih sudah sesuai


 Regimen dan jenis obat
 Satu pabrik mempunyai kemasan yang sama untuk
beberapa jenis obat. ( look alike )
 Nama yang hampir sama. ( Sound alike )
 Cisplatin dan carboplatin
 Doksorubicin dan daunorubicin
Benar Dosis

 Cek kembali dosis obat apakah sudah sesuai.


 Perhitungan dosis obat sitostatika :
Perhitungan luas permukaan tubuh
Berat (Kg) x Tinggi (cm)

3600
 Perhitungan dosis berdasarkan AUC
( menggunakan rumus calvert )

Dosis = Target AUC ( eGFR + 25 )


Benar Rute Pemberian

 Pemberian dapat secara :


 Intra vena → bolus, iv drip ( perhitungkan waktu
pemberian ), perhatikan risiko ekstravasasi.
 Intra thecal → VINCRISTINE TIDAK BOLEH IT
 Per oral : sesudah makan / sebelum makan
Waspada Terhadap Efek Samping

 National Patient Safety Agency di Inggris tahun 2001


menyatakan adverse event adalah kejadian yang
membahayakan pasien karena pemberian terapi dan bukan
karena penyakitnya sendiri.
 Mengingat obat kemoterapi sangat toksik kemungkinan
terjadinya adverse event sangat besar.
 Adverse event yang terjadi dapat berupa efek samping
yang dapat diprediksi maupun yang tidak diprediksi.
 Tujuan utama dari monitoring efek samping adalah untuk
mencegah keparahan dari risiko kejadian yang tidak
dikehendaki dan menghindari pengulangan kejadiaan pada
penderita.
Benar Cara Penyiapan

 Perhitungan kelarutan obat dan pemilihan jenis pelarut


yang sesuai.
 Waktu stabilitas sediaan setelah dilarutkan
 Kondisi penyimpanan setelah obat dilarutkan.
 Penyiapan bentuk sediaan sesuai dengan rute
pemberian
 Terjaminnya keamanan pengemasan sampai obat habis
terpakai.
Insidens Paparan

 Falck dkk, th.1979 melaporkan bahwa perawat yang bekerja pada ward
kemoterapi tanpa perlindungan yang memadai menunjukkan aktivitas
mutagenik yang signifikan lebih besar dari pada control subject.
 Tahun 1983 Sotaniemi, dkk. Melaporkan adanya kerusakan liver pada 3
orang perawat yang bekerja pada ward oncology.
 Di dua rumah sakit di Italy telah dilakukan penelitian ditemukan
cyclophosphamide dan ifosfamide dalam urine perawat dan staf farmasi
yang tidak mengikuti peraturan khusus dalam menangani obat-obat kanker.
 Lim.S., 1998, Princess Margareth Hospital, Menghitung penghematan biaya
obat sebesar $ 250.000/tahun dan penghematan waktu perawat sebesar
330 jam/bulan.
 Taxis,K.,Barber,W.,2003, terdapat 249 kesalahan perawat dalam penyiapan
obat iv dari 430 sediaan iv baik dalam hal preparasi maupun pemberian
kepada pasien
Kegiatan Yang Menimbulkan Paparan

 Rekonstitusi obat
 Pemberian Obat Sitostatika
 Penanganan pasien ekskreta
 Menghitung obat oral / meracik obat oral
 Penanganan obat sisa
 Dekontaminasi dan pembersihan tempat preparasi
obat.
Cara Terjadinya Paparan

Inhalasi → uap yang timbul pada saat preparasi

Absorpsi → tumpahan langsung pada anggota badan

Ingestion → perlindungan yang tidak memadai, serbuk ikut tertelan

Injection → tertusuk jarum pada saat preparasi atau administrasi


Cara Terjadinya Paparan
Obat Sitostatika Yang dapat
menguap
Sumber Kontaminasi

• Permukaan vial → jika terjadi kebocoran


• Tumpahan → dipermukaan meja tempat
pencampuran, bed pasien, lantai kamar perawatan,
wadah-wadah tempat pencampuran
• Uap atau semburan cairan → saat membuka vial atau
ampul, menarik jarum dari vial, keluarnya cairan pada
saat mensetarakan ukuran.
• Excreta pasien
Paparan Pada Saat Preparasi
Penanganan Obat Sitostatika Yang Aman

• Kebijakan
• Standar Prosedur Operasional
• Fasilitas
• Personal
• Quality assurance
• Training dan Validasi
• Penanganan Kecelakaan
Standar Prosedur Operasional

 Fasilitas fisik yang dibutuhkan untuk melindungi operator


dan produk
 Perlengkapan pelindung yang melindungi operator dan
produk
 Personal yang mengerjakan
 Prosedur rekonstitusi obat dan teknik khusus yang
diperlukan.
 Prosedur pembuatan label
 Pengemasan
 Transportasi
 Pembuangan limbah cytotoxic
 Prosedur penanganan kecelakaan
Ruangan HC

• Clean room
• Area penyimpanan
• Area administrasi
• Area desinfeksi
• Area ganti pakaian
• Ruang antara
• Pass through window
• Laminar Air flow (LAF)/ Biological Safety cabinet
(BSC)
Ruangan HC
 Ruang rekonstitusi dilengkapi dengan CDSC (
cytotoxic Drug Safety Cabinet )
 Terdapat ruang untuk mengganti pakaian dan
menggunakan PPE yang terpisah dari ruang
rekonstitusi
 Ruang rekonstitusi harus dibuat dengan dinding
dan lantai yang dapat dicuci, dinding dilapis cat
yang dapat dicuci, tidak bersudut.
 Mempunyai tekanan negative
 Suhu dan kelembaban terkontrol
 Akses untuk masuk kedalam ruangan dibuat
terbatas dan hanya personal yang terlatih saja
yang boleh masuk.
Personal Protective Equipment (PPE)

•Terbuat dari material tidak tembus air dan tidak melepaskan serat (polyethilene coated)
Gown / Coverall •Lengan panjang an bermanset

Head Covering

Footware

•Nitril gloves bagian dalam


Glove •Sarung tangan steril bagian luar

Protective eyeware / •Menutup rapat mata


Goggles

Masker •Masker Respiratori


Personal
 Personal yang akan terlibat dalam preparasi obat sitostatika
harus mendapatkan pelatihan yang memadai tentang teknik
aseptic dan penanganan obat sitostatika.
 Petugas wanita yang sedang hamil atau merencanakan untuk
hamil tidak dianjurkan untuk terlibat dalam rekonstitusi obat
sitistatika
 Petugas wanita yang sedang menyusui tidak dianjurkan terlibat
dalam rekonstitusi obat sitostatika
 Petugas yang sedang sakit atau mengalami infeksi pada kulit
harus diistirahatkan dari tugas ini.
 Setiap petugas yang akan terlibat dalam rekonstitusi obat
sitostatika seminggu sebelumnya harus mendapat pemeriksaan
laboratorium
Personal

 Petugas tidak diperbolehkan menggunakan perhiasan


dan kosmetik yang berlebihan
 Setiap petugas harus mendapatkan pemahaman
mengenai potensial hazard dari obat sitostatika yang
dikerjakan
 Harus dilakukan re-test atau validasi minimal 1 tahun
sekali.
 Petugas tidak boleh makan, minum didalam ruangan
HC
Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan secara periodik


setiap 6 bulan, jika terdapat kelainan hasil pemeriksaan
harus diteliti lebih dalam .
 Pemeriksaan laboratorium juga harus dilakukan jika terjadi
paparan obat sitostatik.
 Semua hasil harus didokumentasikan
 Jenis Pemeriksaan :
1. Complete blood count
2. Liver Function Test
3. Renal Function Test
Pengelolaan Limbah

 Seluruh personal yang kontak dengan disposal obat sitotoksik


harus mengetahui prosedur pengelolaan limah sitotoksik.
 Ekskresi pasien yang mendapat obat sitotoksik mungkin
mengandung senyawa obat atau metabolit aktif nya → double
fushing di toilet selama 3 – 4 hari setelah kemo.
 Needle dan syringe yang kontaminasi, IV line, dll. harus di buang
dalam wadah buangan khusus → yang tidak tembus jarum
 Semua barang-barang yang terkontaminasi harus dibuang
dalam container dengan label “ HANYA UNTUK SAMPAH
SITOSTATIKA” di seal, dan dibuang sesuai dengan aturan yang
ada untuk bahan limbah medis atau limbah berbahaya.
ORGANISASI PROFESI

Himpunan Seminat Farmasi Rumah


Sakit Indonesia

Anda mungkin juga menyukai