Klinis
Non-Klinis/Manajemen
Klinis Pemilihan
Pemantauan Efek Terapi Obat (PKPO 7 EP a)
Perencanaan PKPO 2
Rekonsiliasi Obat (PKPO 4) Pengadaan
Pemantauan Efek Samping Obat (PKPO 7 EP b)
Penyimpanan (PKPO 3; 3.1;3.2;3.3)
Pengkajian Resep (PKPO 5.1) Distribusi
Edukasi dan Konseling Obat (PKPO 4.1 EP e,
Dispensing PKPO 5
PKPO 6.1 EP b)
• Komunikasi
• Kolaborasi
• Proses yang terstandar • Koordinasi
• Integrasi
Standar PAP 1
Pelayanan dan
asuhan yang
seragam
diberikan
untuk
semua pasien
sesuai
peraturan
perundang-
undangan.
KESERAGAMAN:
• Akses
• Alokasi sumber daya
• Pemberian asuhan
kefarmasian
• Formulir-formulir
Standar PP 2
Rumah sakit melakukan pengkajian ulang bagi semua pasien dengan
interval waktu yang ditentukan untuk kemudian dibuat rencana asuhan
lanjutan.
Standar PP 2 EP d
Terdapat bukti pengkajian ulang
oleh PPA lainnya dilaksanakan
dengan interval sesuai regulasi
rumah sakit.
Standar AKP 3 EP d
Pencatatan perkembangan
pasien didokumentasikan
para PPA di formulir catatan
pasien terintegrasi (CPPT).
Standar PAP 2
prasarana
yang dimiliki.
Standar PAP 4
Pasien
mendapatkan
pengelolaan
nyeri yang
efektif.
Kendala dalam manajemen nyeri
ASUHAN KEFARMASIAN:
• Farmakoterapi nyeri PAP 5 EP b
• Farmakoterapi simptomatis: Asuhan menjelang akhir kehidupan
anoreksia/cachexia, mual, muntah, ditujukan terhadap kebutuhan
konstipasi, diare, delirium, cemas, psikososial, emosional, kultural
depresi, dyspnea, insomnia, dan spiritual pasien dan keluarganya.
xerostomia, mucositis
Standar HPK 1.2
Rumah sakit memberikan pelayanan yang menghargai martabat pasien,
menghormati nilai-nilai dan kepercayaan pribadi pasien serta
menanggapi permintaan yang terkait dengan keyakinan agama dan
spiritual.
HPK 1.2 EP b:
Rumah sakit menghormati keyakinan
spiritual dan budaya pasien serta nilai-nilai
yang dianut pasien.
Standar HPK 1.3
Rumah sakit menjaga privasi pasien dan kerahasiaan informasi dalam
perawatan, serta memberikan hak kepada pasien untuk memperoleh
akses dalam informasi kesehatan mereka sesuai perundang-undangan
yang berlaku.
HPK 1.3 EP b:
ELEMEN PENILAIAN:
c. Pasien diberikan informasi mengenai hasil asuhan
dan tata laksana yang diharapkan.
d. Pasien diberikan informasi mengenai kemungkinan
hasil yang tidak dapat diantisipasi dari terapi dan
perawatan.
Standar KE 4
Standar KE 4
a. Terdapat bukti bahwa edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga
telah diberikan dengan cara dan bahasa yang mudah dipahami.
b. Terdapat bukti bahwa pasien/keluarga telah dijelaskan mengenai hasil
pengkajian, diagnosis, rencana asuhan, dan hasil pengobatan, termasuk
hasil pengobatan yang tidak diharapkan.
c. Terdapat bukti edukasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan cara
cuci tangan yang aman, penggunaan obat yang aman, penggunaan
peralatan medis yang aman, potensi interaksi obat-obat dan obat-
makanan, pedoman nutrisi, manajemen nyeri, dan teknik rehabilitasi, serta
edukasi asuhan lanjutan di rumah.
Standar KE 5
Standar KE 5
Metode
PRINSIP edukasi dipilih
FARMAKOTERAPI dengan mempertimbangkan nilai
NYERI:
yang dianut serta preferensi pasien dan keluarganya,
untuk memungkinkan terjadinya interaksi yang memadai
antara pasien, keluarga pasien dan staf.
Elemen Penilaian:
b. Proses pemberian edukasi di dokumentasikan dalam rekam medik sesuai dengan
metode edukasi yang dapat diterima pasien dan keluarganya.
c. Materi edukasi untuk pasien dan keluarga selalu tersedia dan diperbaharui secara
berkala.
d. Informasi dan edukasi disampaikan kepada pasien dan keluarga dengan
menggunakan format yang praktis dan dengan bahasa yang dipahami pasien dan
keluarga.
Standar KE 7
Standar KE 7
PRINSIP FARMAKOTERAPI
Profesional NYERI:
Pemberi Asuhan (PPA) mampu
memberikan edukasi secara efektif.
Elemen Penilaian:
b. PPA telah memberikan edukasi yang efektif kepada pasien dan keluarga
secara kolaboratif.
PAB Perawatan bedah yang mencakup implantasi alat medis
7.4 direncanakan dengan pertimbangan khusus tentang bagaimana
memodifikasi proses dan prosedur standar.
1. Rumah sakit telah mengidentifikasi jenis alat implan yang termasuk dalam
cakupan layanannya.
2. Kebijakan dan praktik mencakup poin a) – h) pada maksud dan tujuan.
3. Rumah sakit mempunyai proses untuk melacak implan medis yang telah
digunakan pasien.
4. Rumah sakit menerapkan proses untuk menghubungi dan memantau
pasien dalam jangka waktu yang ditentukan setelah menerima
pemberitahuan adanya penarikan/recall suatu implan medis.
a) Pemilihan implan berdasarkan peraturan perundangan.
b) Modifikasi surgical safety checklist utk memastikan ketersediaan implan di
kamar operasi dan pertimbangan khusus utk penandaan lokasi operasi.
c) Kualifikasi dan pelatihan setiap staf dari luar yang dibutuhkan untuk
pemasangan implan (staf dari pabrik/perusahaan implan untukmengkalibrasi).
d) Proses pelaporan jika ada kejadian yang tidak diharapkan terkait
implan.
e) Proses pelaporan malfungsi implan sesuai dgn standar/aturan
pabrik.
f) Pertimbangan pengendalian infeksi yang khusus.
g) Instruksi khusus kepada pasien setelah operasi.
h) kemampuan penelusuran (traceability) alat jika terjadi penarikan
kembali (recall) alat medis misalnya dengan menempelkan barcode
alat di rekam medis.
PROGRAM NASIONAL
D
Prognas 3 EP 5:
Rumah sakit merencanakan dan mengadakan penyediaan ART.
TERIMA KASIH