Anda di halaman 1dari 8

Artikel Riset Jurnal Kefarmasian Indonesia

Vol.6 No.2 Agustus 2016:129-136


p-ISSN: 2085-675X
e-ISSN: 2354-8770

Formulasi dan Uji Penetrasi Sediaan Gel Transfersom yang Mengandung


Kojyl 3 Amino Propil Fosfat sebagai Pencerah Kulit

Formulation and Penetration Test of Gel Transfersome Containing Kojyl 3 Amino


Propyl Phosphate as Skin Lightening

Septia Andini1*, Mahdi Jufri 2, Joshita Djajadisastra2


1
Universitas Pakuan, Bogor, Indonesia
2
Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia.
*E-mail: septiaandini85@gmail.com

Diterima: 30 Juni 2016 Direvisi: 21 Juli 2016 Disetujui: 26 Agustus 2016

Abstrak
Kojyl 3 APPA merupakan senyawa yang digunakan untuk pencerah kulit. Kojyl 3 APPA memiliki kelarutan
yang baik didalam air. Sifat hidrofilik ini menyebabkan kojyl 3 APPA sukar berpenetrasi melalui kulit.
Transfersom merupakan sistem pembawa yang dapat meningkatkan penetrasi efektivitas penghantaran obat.
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi, mengkarakterisasi dan mengevaluasi sediaan transfersom yang
mengandung kojyl 3 APPA. Selanjutnya transfersom diformulasi dalam sediaan gel. Terhadap sediaan gel
tersebut dilakukan uji stabilitas fisik dan uji penetrasi in vitro yang dibandingkan terhadap gel kojyl 3 APPA
yang tidak dibuat transfersom. Sediaan gel transfersom secara fisik terbukti stabil pada penyimpanan suhu
kamar, suhu rendah dan suhu tinggi. Uji penetrasi in vitro menunjukkan penetrasi kojyl 3 APPA dari sediaan
gel transfersom sebesar 11,16% sedangkan untuk gel non transfersom sebesar 8,02%.
Kata kunci: Transfersom; Kojyl 3 APPA; Uji penetrasi

Abstract
Kojyl 3 APPA is a compound used for skin lightening. Kojyl 3 APPA has a good solubility in water. This causes
the hydrophilic nature kojyl 3 APPA difficult to penetrate through the skin. Transfersom is a carrier system that
can improve the effectiveness of drug penetration. This study aims to formulate, characterize and evaluate
transfersom preparations containing kojyl 3 APPA. Further more transfersom formulated in a gel formulation.
Preparation gel was tested its physical stability and in vitro penetration test against non transfersom kojyl 3
APPA. Transfersom gel formulation is physically proven stable at room temperature, low temperature and high
temperature storage. In vitro penetration tests showed that kojyl 3 APPA penetration loaded in transfersom gel
was 11,16% while for non transfersom gel 8,02%.
Keywords: Transfersome; Kojyl 3 APPA; Penetration test

129
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(2):129-136

PENDAHULUAN fosfolipid dan surfaktan. Transfersom


memiliki struktur dari gugus hidrofilik dan
Melanogenesis adalah proses
hidrofobik, sehingga dapat digunakan
pembentukan melanin oleh melanosit yang
sebagai pembawa molekul obat dengan
terjadi di folikel rambut dan kulit.
berbagai kelarutan.5 Transfersom juga
Peningkatan jumlah melanin yang
memiliki kelebihan jika dibandingkan
abnormal pada epidermis dapat
dengan liposom konvensional yaitu vesikel
menyebabkan hiperpigmentasi.
transfersom memiliki kemampuan
Beberapa penyebab hiperpigmentasi
deformabilitas sehingga mudah
yaitu radiasi sinar ultraviolet, hormon
berpenetrasi yang mudah melalui pori yang
wanita dan faktor genetik.1 Indonesia
lebih kecil dibandingkan ukuran droplet itu
merupakan daerah tropis yang banyak
sendiri.6
memperoleh sinar matahari dibandingkan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
daerah lainnya. Paparan sinar matahari
oleh Alomrani et.al, menyatakan bahwa
yang berlebihan pada kulit manusia dapat
dengan menggunakan carboxyfluorescein
menyebabkan kerusakan pada sel-sel kulit
sebagai model obat dengan kelarutan yang
sehingga kulit akan terlihat lebih gelap,
baik didalam air, tetapi permeabilitasnya
terasa kasar dan lebih mudah berkerut.2
sangat rendah. Carboxyfluorescein yang
Kosmetika yang dapat mencerahkan kulit
dimasukkan kedalam transfersom
dan melindungi dari sinar ultraviolet serta
menunjukkan peningkatan penetrasi
meminimalkan efek pemaparan sinar
carboxyfluorescein yang lebih baik
ultraviolet dibutuhkan untuk mengatasi hal
dibandingkan dengan sediaan liposom
tersebut.
konvesional.7
Produk pencerah kulit yang ditawarkan
Saat ini kojyl 3 APPA yang diformulasi
di pasaran yang, biasanya mengandung
dalam pembawa transfersom belum diteliti,
senyawa-senyawa tertentu dengan
oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
beberapa keunggulan. Salah satu senyawa
untuk pengembangan formula transfersom
tersebut adalah asam kojat. Asam kojat
yang mengandung kojyl 3 APPA. Pada
merupakan senyawa yang digunakan
penelitian ini kojyl 3 APPA diformulasi
sebagai pencerah kulit. Namun sifatnya
dalam pembawa transfersom yang akan
yang tidak stabil menimbulkan
dibuat dalam sediaan gel, dengan
permasalahan dalam sediaan kosmetika.3
menggunakan fosfolipid (fosfatidilkolin
Oleh karena itu dikembangkan salah satu
kedelai) sebagai pembentuk vesikel, serta
senyawa yang merupakan hasil dari
surfaktan (tween 80) untuk meningkatkan
sintesis asam kojat dengan 2,6
elastisitas dari vesikel. Terhadap sediaan
oxazaphospory chlorida, yaitu kojyl 3
gel transfersom tersebut akan dilakukan uji
amino propil phosphate (Kojyl 3APPA).
penetrasi in vitro dan dibandingkan dengan
Gillbro dan Olsson mengemukakan bahwa
sediaan gel kojyl 3 APPA tanpa dibuat
kojyl 3 APPA pada suhu 50˚C pada
transfersom.
rentang pH 2-8 selama 3 minggu
menunjukkan stabilitas yang baik
dibandingkan dengan asam kojat. Kojyl 3 METODE
APPA memiliki kelarutan yang sangat baik Alat dan Bahan
didalam air sehingga menyebabkan kojyl 3 Alat yang digunakan timbangan
APPA sulit berpenetrasi kekulit. Untuk itu analitik, mikro pipet, Delsa Nano-c
sebagai alternatif mengatasi permasalahan particle size analyzer Beckmann,
tersebut, kojyl 3 APPA diformulasikan pengaduk magnetik,sel difusi Franz
menjadi sediaan transfersom.4 dengan volume reseptor 13 ml,
Transfersom merupakan salah satu refrigerator, sonikator, sentrifugator,
teknologi nano vesikel yang mulai viskometer Brookfield, pH meter, KCKT,
dikembangkan. Transfersom tersusun atas oven, lemari pendingin, pengaduk

130
Formulasi dan Uji Penetrasi....(Septia Andini, dkk)

magnetik, termometer, alat-alat gelas dan meneteskan sampel pada carbon coated
alat bedah. copper grid sebanyak satu tetes lalu
Bahan yang digunakan kojyl 3 APPA (PT. dikeringkan pada suhu ruang, setelah
DwiPar Loka Ayu), fosfatidilkolin kedelai kering dianalisa dengan TEM.5
(GMBH Lipoid Jerman), tween 80
(Brataco chemical), Karbopol 940 Distribusi Ukuran Partikel Transfersom
(Lubrizol chemical), Akuademineralisata dan Zeta Potensial
(Brataco chemical), Propilen glikol Penetapan distribusi ukuran partikel
(Brataco chemical), Metil paraben dan zeta potensial dengan metode light
(Brataco chemical), Natrium metabisulfit scattering (pemendaran cahaya) dengan
(Brataco chemical) etanol 96% (Merck), alat Particle size analyzer (PSA) pada suhu
NaOH (Merck). Hewan coba: tikus betina 25˚C. Larutan akuades dimasukkan
galur Sprague dawley dengan berat ±200 g kedalam fluid tank sebagai base line,
berumur 8 -10 minggu. kemudian sampel dimasukkan kedalam
fluid tank tetes demi tetes hingga
Prosedur kerja konsentrasi mencukupi, setelah itu akan
Formulasi Transfersom terukur ukuran partikel globul-globul
Ketiga formula dibuat dengan metode transfersom. Pengukuran distribusi ukuran
modifikasi hidrasi lapis tipis. Transfersom partikel dilakukan sebelum dan sesudah
dibuat dengan cara mencampurkan sonikasi.5
fosfatidilkolin kedelai, tween 80.
Campuran kemudian dilarutkan kedalam Efisensi Penjerapan
diklorometana. Larutan kemudian Efisiensi penjerapan diukur dengan
dievaporasi dengan menggunakan rotary memisahkan kojyl 3 APPA yang tidak
evaporator selama 1 jam pada suhu 40˚C terjerap dengan menggunakan
dengan kecepatan 150 rpm untuk sentrifugator dengan kecepatan 12000 rpm
menghilangkan pelarut organik. Labu pada suhu 4˚C. Kemudian akan terbentuk
kemudian dilepaskan dari rotary supernatan dan endapan. Supernatan yang
evaporator lalu dialiri dengan gas nitrogen mengandung kojyl 3 APPA bebas diukur
dan didiamkan selama 24 jam dalam kadarnya menggunakan KCKT dengan
keadaan tertutup, kemudian dilakukan fase gerak larutan asetonitril 50% dalam
hidrasi lapis tipis dengan melarutkan natrium phosphat 50mM dengan laju alir
buffer fosfat dan kojyl 3 APPA. Labu 0,8 ml/menit pada panjang gelombang 254
diletakkan pada rotary evaporator suhu nm.5 Efisiensi penjerapan (EE) diukur
40oC dengan kecepatan 150 rpm serta dengan menggunakan persamaan berikut:
dengan bantuan glass beads agar mudah
terkelupas. Suspensi yang dihasilkan ( )
dipindahkan dari rotary evaporator
kemudian didiamkan hingga dingin pada
suhu 4oC selama 24 jam. Pemurnian Uji deformabilitas
transfersom dilakukan dengan sentrifugasi Uji deformabilitas diukur dengan
kecepatan 12000 rpm selama 1 jam. metode ekstruksi. Transfersom diekstruksi
melalui membran filter dengan ukuran
Karakterisasi Transfersom diameter pori 400 nm. Jumlah suspensi
Morfologi Bentuk Vesikel yang diekstrusi dalam 5 menit diukur
Morfologi karakteristik dan ukuran volumenya. Indeks deformabilitas (E)
transfersom dilihat dengan TEM dihitung dengan persamaan berikut:2
(Transmission Electron Microscope) atau E = j× (rv/rp)2
mikroskop elektron transmisi. Tahap j: tingkat penetrasi , rv: volume ekstruksi,
pengerjaan TEM adalah dengan rp: diameter pori.

131
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(2):129-136

Formulasi Sediaan Gel Uji Stabilitas


Setelah semua bahan ditimbang, gel Uji stabilitas sediaan gel meliputi
dibuat dengan mencampurkan karbopol warna, bau, homogenitas, pH dan sineresis
940 dengan aquademineralisata bebas CO2 dievaluasi pada suhu rendah, suhu kamar
sampai karbomer terbasahi, kemudian dan suhu tinggi selama 12 minggu dengan
ditambahkan NaOH sampai terbentuk gel pengamatan setiap 2 minggu sekali serta
dengan konsistensi yang cukup dan pH gel dilakukan cycling test sebanyak 6 siklus.8
masuk pada rentang pH sediaan kulit.
Metil paraben dilarutkan dalam propilen Uji Penetrasi Invitro Menggunakan Sel
glikol dan natrium metabisulfit dilarutkan Difusi Franz
dalam sisa akuademineralisata bebas CO2. Uji penetrasi sediaan gel dilakukan
Kedua campuran tersebut kemudian menggunakan kulit tikus bagian abdomen
dicampurkan kedalam karbomer yang dengan sel difusi Franz (luas area difusi
sudah mengental, selanjutnya dilakukan 1,77 cm2, volume kompartemen 13 ml,
homogenisasi dengan homogenizer kompartemen reseptor diisi dapar fosfat
kecepatan sekitar 500 rpm sampai 1000 pH 7,4 dengan suhu 37±0,5˚C). Tikus yang
rpm yang ditingkatkan secara bertahap. digunakan pada percobaan telah
mendapatkan surat keterangan lulus kaji
Penggabungan Formulasi Transfersom ke etik (ethical approval) dari Komite Etik
dalam Formulasi Gel. Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran
Setelah basis gel jadi, suspensi Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto
transfersom dimasukkan kedalam basis gel Mangunkusumo. Kulit abdomen yang telah
dengan pengadukan perlahan dicukur bulunya dan dibersihkan dari
menggunakan homogenizer dengan lemak dari kompartemen donor dan
kecepatan pengadukan sekitar 500 rpm kompartemen reseptor dengan posisi
selama 30 menit. lapisan tanduk menghadap ke atas.
Gel transfersom kojyl 3 APPA dan gel
Evaluasi Sediaan Gel tanpa transfersom kojyl 3 APPA ditimbang
Pengamatan Organoleptis, Pengamatan masing-masing sebanyak 1 gram dan
Homogenitas dan Pengukuran pH. diaplikasikan pada kulit. Sebanyak 0,5 ml
Pengamatan organoleptis terhadap, sampel diambil dari kompartemen reseptor
warna, bau dan homogenitas serta secara periodik selama 8 jam
pengukuran pH dari sediaan gel.8 menggunakan syringe dan digantikan
sejumlah yang sama larutan dapar fosfat
Penentuan Viskositas Dan Sifat Alir pH 7,4. Sampel yang diperoleh diukur
Pengukuran dilakukan dengan serapannya dengan menggunakan KCKT
viskometer Brookfield. Gel transfersom pada panjang gelombang 254 nm.8
dituang ke dalam wadah beaker glass,
selanjutnya spindle dipasang. Kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN
spindle diturunkan ke dalam sediaan Karakterisasi Fisik Transfersom Kojyl 3
hingga batas yang ditentukan. Pengukuran APPA
dilakukan dengan viskometer Brookfield Morfologi Vesikel
dengan kecepatan diatur mulai 0,5 ; 2 ; 4 ; Hasil evaluasi menggunakan TEM
10 dan 20 rpm, lalu dibalik dari 20 ; 10 ; 4 dengan perbesaran 40.000 kali dan 80.000
; 2 dan 0,5 rpm. Data yang diperoleh kali menunjukkan bentuk vesikel yang
diplotkan terhadap tekanan geser bulat dengan ukuran partikel yang
(dyne/cm2) dan kecepatan geser (/sec). bervariasi. Gambar ukuran partikel dengan
Pemeriksaan viskositas dilakukan pada menggunakan TEM dapat dilihat pada
minggu ke-0 dan minggu ke-12 dengan Gambar 1.
penyimpanan pada suhu kamar.8

132
Formulasi dan Uji Penetrasi....(Septia Andini, dkk)

Distribusi Ukuran Partikel semakin besar pula indeks


Penentuan distribusi ukuran vesikel deformabilitasnya.9
bertujuan untuk mempelajari pola
penyebaran ukuran partikel yang Efisiensi Penjerapan.
dikelompokkan berdasarkan ukuran Penentuan efisiensi penjerapan
partikel yang sama. Dari ketiga formula dilakukan untuk mengetahui jumlah zat
transfersom yang dibuat dihasilkan ukuran aktif yang terjerap didalam transfersom.
vesikel yang berbeda, berturut-turut yaitu Hasil efisiensi penjerapan menunjukkan
75,90 nm; 87,10 nm dan 64,79 nm. bahwa formula 1 memiliki efisiensi
Penentuan indeks polidispersitas sediaan penjerapan 70,78%, formula 2 sebesar
juga dilakukan pada sediaan transfersom 64.52% dan formula 3 sebesar 64,29%.
dengan menggunakan Particle analyzer Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
Delsa Nano C yang bertujuan untuk makin besar fosfolipid yang digunakan
melihat persebaran ukuran partikel yang semakin besar pula efisiensi
terjadi dalam sistem nanopartikel. penjerapannya. Fosfolipid merupakan
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan komponen utama pembentuk vesikel.
nilai indeks polidipersitas untuk tiap Semakin tinggi fosfolipid yang digunakan
formula berturut-turut dari formula 1, 2 maka semakin banyak vesikel yang
yaitu 0,256 : 0,258 : dan 0,261. Nilai terbentuk, sehingga penjerapan zat aktif
indeks polidispersitas yang kecil juga diharapkan semakin optimal.9
menunjukkan sebaran ukuran partikel yang
merata.9 Formulasi Sediaan Gel
Transfersom yang diformulasikan
Pengukuran Deformabilitas kedalam sediaan gel adalah formula 1 yang
Pengujian deformabilitas bertujuan merupakan formula yang optimal
untuk untuk mengetahui elastisitas dari berdasarkan hasil karakterisasi morfologi
transfersom yang dibuat. Pada pengujian vesikel yang sferis, ukuran partikel yang
deformabilitas menunjukkan formula 1 kecil (75,90 nm) serta efisiensi penjerapan
memiliki indeks deformabilitas sebesar paling tinggi (70,78%). Suspensi
12,13±2,86 , formula 2 sebesar 13,73±2,71 transfersom yang dimasukkan kedalam gel
dan formula 3 sebesar 14,76±2,25. Dari setara dengan 2% kojyl 3 APPA dalam gel
hasil tersebut menunjukkan bahwa tanpa transfersom
semakin besar surfaktan yang digunakan

Gambar 1. Morfologi transfersom formula 1 (mengandung kojyl 3 APPA 2%) (a) TEM
pada perbesaran 40.000 kali, (b) TEM pada perbesaran 80.000 kali

133
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(2):129-136

Evaluasi Sediaan Fisik Gel. Pengamatan Uji Stabilitas


Organoleptis, Homogenitas dan pH Hasil pengamatan organoleptis kedua
Gel transfersom kojyl 3 APPA formula sediaan gel pada suhu rendah
memiliki warna transparan, tidak berbau, (4˚±2˚C), suhu kamar (27˚±2˚C) dan suhu
homogen dan memiliki pH 5,86. Gel tanpa tinggi (40˚±2˚C) yang dilakukan selama 12
transfersom kojyl 3 APPA memiliki warna minggu tidak menunjukkan adanya
transparan, berbau khas fosfatidilkolin, sineresis, tidak terjadi perubahan warna
homogen dan memiliki pH 5,87. dan bau. Nilai pH kedua formula sediaan
gel menunjukkan nilai yang relatif stabil.
Penentuan Viskositas dan Sifat Alir Perubahan pH untuk kedua formula
Viskositas sediaan gel transfersom sediaan gel yang disimpan selama 12
dengan menggunakan spindel 5 pada minggu pada tiga suhu yang berbeda
kecepatan 20 rpm adalah 1,92 x 104cps dan secara umum mengalami penurunan,
viskositas sediaan gel tanpa transfersom namun masih berada pada kisaran pH
yaitu 1,76 x 104 cps. Sifat aliran pada balance yaitu 4,5-6,5 dan tidak terjadi
kedua formula yaitu plastis tiksotropik perubahan yang cukup besar pada setiap
yaitu apabila kurva aliran ini tidak melalui minggunya. Cycling test dilakukan untuk
titik (0,0), tetapi memotong sumbu mengetahui apakah terjadi pembentukan
shearing stress dan menunjukkan adanya kristal serta untuk mengetahui terjadinya
pemecahan struktur yang tidak terbentuk sineresis.11 Pada kedua formula diuji
dengan segera jika stress dikurangi atau menunjukkan bahwa kedua formula
dihilangkan.10 mempunyai hasil yang stabil, tidak
terbentuk kristal serta tidak terjadi
sineresis.

Gambar 2. Hasil jumlah kumulatif zat aktif kojyl 3 APPA yang terpenetrasi
dari sediaan gel transfersom dan sediaan gel

134
Formulasi dan Uji Penetrasi....(Septia Andini, dkk)

Gambar 3. Fluks sediaan gel dengan transfersom dan gel tanpa transfersom

Uji Penetrasi Invitro Menggunakan Sel 25,33±4,72 µgcm2jam-1 dan nilai fluks
Difusi Franz sediaan gel transfersom kojyl 3 APPA
Pengujian penetrasi sediaan gel secara adalah 37,74±3,67µgcm-2jam-1, dari hasil
in vitro dengan menggunakan sel difusi ini menunjukkan bahwa formula sediaan
franz ini bertujuan untuk mengetahui gel tranfersom memiliki kecepatan
jumlah kojyl 3 APPA yang dapat penetrasi obat yang lebih tinggi.15 Hasil
berpenetrasi melalui kulit selama interval fluks dari kedua sediaan gel dapat dilihat
waktu tertentu. Jumlah kumulatif kojyl 3 pada Gambar 3.
APPA yang berpenetrasi dan nilai fluks
nya selama 8 jam dapat dilihat pada KESIMPULAN
Gambar 2. Dari grafik tersebut dapat Formulasi transfersom kojyl 3 APPA
terlihat bahwa gel transfersom kojyl 3 dengan perbandingan fosfatidilkolin :
APPA memiliki nilai jumlah kumulatif tween 80 (90:10) menjadi formula yang
yang terpenetrasi lebih besar dibandingkan dipilih untuk dibuat dalam sediaan gel
dengan sediaan gel tanpa transfersom.12 karena memiliki efisiensi penjerapan yang
Hasil penetrasi sediaan gel transfersom paling besar, stabilitas fisik baik dan daya
kojyl 3 APPA adalah 727,98 ± 1,02 penetrasi paling besar.
µg/cm2 dan sediaan gel tanpa transfersom
kojyl 3 APPA adalah 630,99 ± 21,52 UCAPAN TERIMAKASIH
µg/cm2. Berdasarkan hasil tersebut jumlah
kojyl 3 APPA yang berpenetrasi lebih Peneliti berterima kasih kepada Lipoid
banyak ialah pada sediaan gel transfersom GmBH, Jerman yang telah membantu
kojyl 3 APPA. Vesikel transfersom dapat sumbangan (free gift) penyediaan soy
dengan baik berpenetrasi ke dalam kulit, phosphatidylcholine Phospholipon® 90G
hal ini terkait dengan sifat deformabilitas dan kepada PT.Dwipar Lokaayu yang telah
vesikel transfersom kojyl 3 APPA memberikan sumbangan Kojyl 3 APPA.
sehingga memberikan kemampuan
penetrasi yang lebih baik berdasarkan DAFTAR RUJUKAN
mekanisme penetrasinya.13,14 Hasil jumlah 1. Maurya, Sho Datta, Shweta, Vijay, Ram,
obat yang terpenetrasi dari kedua sediaan Aklavya, Ghansyam. 2010. Enhanced
dapat dilihat pada gambar 2. Perhitungan Transdermal Delivery of Idinavir Sulfate
yang diperoleh untuk nilai fluks gel tanpa via Transfersomes. Pharmacia Global
transfersom kojyl 3 APPA adalah International Journal of Comprehensive
Pharmacy. 2010;1(1):1-7.

135
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(2):129-136

2. Misnadiarly AS. Faktor-faktor yang 9. Kuncari E, Iskandarsyah, Praptiwi.


Berpengaruh pada Kesehatan Kulit. Cermin Evaluasi dan uji stabilitas fisik dan
Dunia Kedokteran.2006;152:43 seneresis sediaan gel yang mengandung
3. Kim D, Hwang B, Kim L, Chang. minoksidil, apigenin dan perasan herba
Development of 5-[(3-aminopropyl) seledri (Apium graveolens L). Buletin
phosphinooxy]-2-(hydroxymethyl)-Hypran- Penelitian Kesehatan. 2014;42(4):213-22
4-one as a Novel Whitening Agent. Cherm 10. Martin A, Swarbick, Cammarata. Farmasi
Pharm Bull. 2003;51:113-16. Fisik Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press,
4. Gillbro JM, Olsson MJ. The melanogenesis 2009
and mechanisms of skin-lightening agents – 11. Badran M, Abdelaziz E. Formulation,
existing and new approaches. International characterization and invitro skin penetration
Journal of Cosmetic Science. of charged flexible liposomes containing
2011;33(3):210-21 carboxyfluoroscein as hydrophilic model
5. Prajapati TS, Patel CG, Patel CN. drug. Asian Journal of Pharmaceutical and
Transfersoms: A vesicular carrier system Health Science. 2012; 3:640-47.
for transdermal drug delivery. Asian 12. Sachan R, Parashar T, Singh V, Singh G,
Journal of Biochemical and Pharmaceutical Tyagi S, Patel C, Gupta A. Drug carrier
Research. 2011;1(2):507-24 transfersomes: A novel tool for transdermal
6. Walve JR, Bakliwal SR, Rane BR, Pawar drug delivery system. International Journal
SP. Transfersomes: a surrogated carrier for of Research and Development in Pharmacy
transdermal drug delivery system. Shahada. and Life Sciences. 2013;2(2):309-16.
International Journal of Applied Biology 13. Sarmah PJ, Kalita B, Sharma AK.
and Pharmaceutical Technology. 2011;2 Transfersomes based transdermal drug
(1):204-13. delivery: an overview. IJAPR.
7. Alomrani AH, Al Agamy MH, Badran 2013;4(12):2555-63.
MM. In vitro skin penetration and 14. Rane BR, Gujarathi NA. Transfersomes
antimycotic activity of itraconazole loaded and protransfersome: ultradeformable
niosomes: Various non-ionic surfactants. vesicular system. Novel Approaches for
Journal of Drug Delivery Science and Drug Delivery. 2016 Jul 15:149.
Technology. 2015;28:37-45. 15. Marwah H, Garg T, Rath G, Goyal AK.
8. Sugiyati R. Formulasi dan uji penetrasi in Development of transferosomal gel for
vitro sediaan gel transfersom mengandung trans-dermal delivery of insulin using
kofein dengan efek lipolisis dalam iodine complex. Drug delivery. 2016 Jun
penanganan antiselulit [tesis]. Jakarta, 12;23(5):1636-44.
Universitas Indonesia; 2015.

136

Anda mungkin juga menyukai