SHIFT/KELOMPOK NILAI
A/1
Disusun Oleh:
FAKULTAS FAKAR
KEDIRI
2022/2023
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA
Dosen Pengampu :
FAKULTAS FAKAR
KEDIRI
2022/2023
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN PRAKTIKUM 3
BAB II MONOGRAFI BAHAN 4
A. MONOGRAFI BAHAN TABLET INTI4
a. PARACETAMOL 4
b. AMYLUM MANIHOT 5
c. LACTOSA 6
d. GELATIN 7
e. TALKUM 8
f. MAGNESIUM STEARAT 9
B. MONOGRAFI BAHAN PENYALUT TABLET FILM 10
A. HYDROXY PROPYL METHYL CELLULOSE 10
B. POLYETHYLEN GLYCOL 4000 11
C. NATRIUM LAURIL SULFATE 11
D. TITANIUM DIOXIDE 12
BAB III METODE PENELITIAN 14
A. ALAT 14
B. BAHAN 14
C. PROSEDUR KERJA 15
a. PROSES PENCAMPURAN BAHAN 15
b. UJI EVALUASI GRANUL 16
c. UJI EVALUASI TABLET 17
BAB IV FORMULASI 19
A. USULAN FORMULA 19
B. KESIMPULAN FORMULA 20
C. CARA PENIMBANGAN FORMULA 21
BAB V HASIL EVALUASI 22
BAB VI PENUTUP 28
A. PEMBAHASAN 28
B. KESIMPULAN 29
DAFTAR PUSTAKA 30
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Farmakope Indonesia Edisi VI (2020), tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Selain mengandung zat
aktif, dalam pembuatan tablet diperlukan bahan tambahan yaitu bahan pengisi,
pengikat, penghancur, pelicin dan pewarna. Bahan pengikat memegang peranan
penting dalam pembuatan tablet yaitu untuk menjamin penyatuan bersama dari
partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Kompaktibilitas tablet dapat dipengaruhi
oleh tekanan kompresi maupun bahan pengikat. Bahan pengikat yang biasa digunakan
adalah gula, amilum, gelatin, tragakan, povidon (PVP), gom arab dan zat lain yang
sesuai (Voight, 1984).
Menurut Howard C. Ansel, tablet ada beberapa macam yaitu: tablet tablet
kompresi, tablet kompresi ganda, tablet salut gula, tablet salut selaput, tablet salut
enterik, tablet diwarnai coklat, tablet sublingual/bukal, tablet effervescent, tablet
kunyah, tablet triturate. Tablet salut selaput disalut dengan selaput tipis dari polimer
yang tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet.
a. Tablet merupakan sediaan yang utuh untuk ketetapan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling rendah.
b. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
c. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di
usus atau produk lepas lambat.
d. Tablet merupakan sediaan yang paling ringan dan kompak.
e. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,
mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik. (Lachman, halaman 646).
a. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada
sifat fisikokimianya.
1
b. Obat yang memiliki sifat fisikokimia yang buruk tidak mungkin di formulasi dan
di fabrikasi dalam bentuk tablet.
c. Obat yang rasanya pahit, bau yang tidak dapat dihilangkan, atau peka terhadap
oksigen, sebelum dikempa memerlukan penyalutan terlebih dahulu. (Lachman,
halaman 646)
Komponen formulasi tablet terdiri dari bahaan berkhasiat (API) dan bahan
pembantu (eksipien). Bahan eksipien yang digunakan dalam mendesain formulasi
tablet dapat dikelompokkan berdasarkan fungsionalitas eksipien sebagai berikut :
a. Pengisi (diluent) : berupa bahan inert yang digunakan untuk mengisi ketersediaan
akhir tablet.
b. Pengikat (binder) : digunakan untuk meningkatkan sifat kohesifitas serbuk dalam
pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk masa kohesi.
c. Penghancur (desintegran) : untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat setelah
ditelan pasien.
d. Pelincir (lubrikan) : untuk mengurangi friksi yang meningkat pada antarmuka
tablet dan dinding ceakan logam selama pengempaan.
e. Pelicin (glidan) : untuk meningkatkan aliran granul dari hoper ke dalam lobang
lumpang (Goeswin, halaman 288-291).
B. Rumusan Masalah
1. Apa komponen penyusun tablet salut film?
2. Bagaimana pengaruh penggunnaan amylum manihot sebagai desintegran?
C. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui komponen penyusun tablet salut selaput.
2. Mengetahui pengaruh penggunnaan Amylum Manihot sebagai desintegran.
2
BAB II
MONOGRAFI BAHAN
Pemerian Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. (FI VI)
Nama Kimia N- (4- hydroxyphenyl) acetamide, N-(4-hydroxyphenyl)
ethanamide
Struktur Kimia
3
Kegunaan Zat Aktif (Analgesik dan Antipiretik)
Alasan Pemilihan Sebagai zat aktif yang berfungsi sebagai analgesic dan
Bahan antipiretik, serta memiliki sifat antiinflamasi dengan efek
terbatas.
Daftar Pustaka Farmakope Indonesia Edisi III
Farmakope Indonesia Edisi IV
Farmakope Indonesia Edisi VI
Codek halam 988
b. AMYLUM MANIHOT
4
selalu dibuat baru. Pati harus disimpan dalam wadah kedap
udara ditempat sejuk dan kering.
Inkompatibilitas Pati tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat. Berwarna
senyawa inklusi terbentuk dengan yodium.
Penyimpanan Dalam tempat sejuk dan kering.
Kegunaan Desintegran
Alasan Pemilihan Memiliki kemampuan yang baik dalam mempercepat proses
disintegrasi tablet, tidak bereaksi secara kimia dengan
Bahan
paracetamol.
Daftar Pustaka Handbook Pharmaceuthical Exipient Edisi VI.
c. LACTOSA
5
paracetamol
Daftar Pustaka Farmakope Indonesia Edisi III
Handbook Of Pharmaceuthical Exipient Edisi VI
d. GELATIN
6
demikian menunjukkan sifat kimia karakteristik bahan-bahan
tersebut, misalnya gelatin mungkin dihidrolisis oleh
kebanyakan system proteolitik untuk menghasilkan asam
amino komponen.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik dan di tempat sejuk.
Kegunaan Pengikat
Alasan Pemilihan Menutupi rasa pahit dari paracetamol, memiliki sifat fisik
Bahan yang baik, tidak ada reaksi kimia bila bercampur dengan
paracetamol
e. TALKUM
Pemerian Serbuk halus, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit,
bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu.
Nama Kimia magnesium silikat hidrat
Struktur Kimia
7
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan Glidant
Alasan pemilihan Meningkatkan laju aliran partikel bahan dalam cetakan,
mencegah adhesi atau penggumpalan antara partikel-partikel
bahan
bahan, tidak bereaksi secara kimia dengan bahan-bahan
tersebut dan tidak mempengaruhi stabilitas atau aktivitas
obat.
f. MAGNESIUM STEARAT
Pemerian serbuk halus, licin, putih, dan mudah melekat pada kulit, bau
lemah khas.
Nama Kimia Asam oktadekanoat.
Struktur Kimia
8
B. BAHAN PENYALUT TABLET SALUT FILM
a. HYDROXY PROPYL METHYL CELLULOSE
9
b. POLYETHYLEN GLYCOL 4000
Pemerian serbuk licin putih atau potongan putih gading, praktis tidak
berbau, tidak berasa.
Nama Kimia POLYETHYLEN GLYCOL 4000
Struktur Kimia
10
Alasan pemilihan Memiliki kompatibilitas yang baik, memberikan fleksibilitas
bahan dan kekuatan yang baik pada film salut (untuk melentur dan
menyesuaikan dengan bentuk tablet tanpa pecah atau retak),
mempengaruhi laju pelepasan zat aktif (vitamin C) dari salut
film
11
bahan mencegah terjadinya pengerutan atau pecahnya film,
meningkatkan kualitas penyalutan film.
d. TITANIUM DIOXIDE
12
Penyimpanan Tempat penyimpanan yang kering, sejuk, dan terlindung dari
sinar matahari langsung; suhu penyimpanan sekitar 15-25°C
(59-77°F); Jauhkan TiO2 dari sumber panas atau api terbuka,
serta bahan kimia yang bersifat oksidator, dan bahan kimia
yang tidak kompatibel.
Kegunaan Pengkilap
Alasan pemilihan Membantu meningkatkan penampilan visual tablet, memiliki
bahan kemampuan untuk menyerap dan memantulkan sinar UV,
memiliki sifat hidrofobik yang dapat membantu melindungi
tablet dari kelembaban dan stabil secara kimia.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. ALAT
Alat yang digunakan:
1. Mortir dan stamper.
2. Gelas ukur.
3. Lap.
4. Kompor.
5. Panci.
6. Oven.
7. Jangka Sorong.
8. Flow tester granul.
9. Moisture ballance.
10. Single punch.
11. Friability tester.
12. Disintegration tester.
13. Hardness tester.
B. BAHAN
Bahan yang digunakan:
1. Asetamenophen/Paracetamol.
2. Amylum manihot.
3. Gelatin
4. Lactosa.
5. Talkum.
6. Magnesium stearate.
14
C. PROSEDUR KERJA
a. Proses Pencampuran Bahan
Menyetaraan Neraca
Menimbang Gelatin
Tambahkan mucilago gelatin sedikit demi sedikit ke bahan serbuk yang ada di mortir
tablet disalut
Evaluasi tablet (Uji Keseragaman Bobot, Uji Keseragaman Ukuran, Uji Waktu Hancur)
b. Evaluasi Granul
1. Uji Organoleptis Granul
15
2. Uji Kadar Air
4. Sudut Diam
Catat hasilnya.
16
5. Uji Kompresibilitas
Melakukan pemampatan.
Rumus %Kompresibilitas:
c. Evaluasi Tablet
1. Uji Ogranoleptis Tablet
2. Uji Keregasan
17
3. Uji Kekerasan
Saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada suatu
angka sebagai penunjuk
4. Uji Kehancuran
Pasang keranjang
Angkat keranjang
18
BAB IV
FORMULA
A. USULAN FORMULA
19
B. KESIMPULAN FORMULA
Bobot tablet = 350mg
Jumlah tablet = 50tablet
20
C. PENIMBANGAN FORMULA
21
BAB V
HASIL EVALUASI
A. EVALUASI GRANUL
I. UJI ORGANOLEPTIS
FORMULA KONTROL
FORMULA I FORMULA II FORMULA III
NEGATIF
1,50% 4,36% 6% 0,55%
FORMULA I −1 h −1 28,47 mm
tan = tan = 37,4°
r 37,15 mm
FORMULA II −1 h −1 22,1 mm
tan = tan = 31,67°
r 35,71 mm
FORMULA III −1 h −1 25,87 mm
tan = tan = 36,68°
r 33,58 mm
22
FORMULA KONTROL NEGATIF −1 h −1 22,5 mm
tan = tan = 37,19°
r 33,58 mm
V. UJI KOMPAKTIBILITAS
FORMULA I 33 ml−28 ml
x 100% = 17%
28 ml
FORMULA II 37 ml−35 ml
x 100% = 5,7%
35 ml
FORMULA III 38 ml−35 ml
x 100% = 8,5%
35 ml
FORMULA KONTROL NEGATIF 35 ml−33 ml
x 100% = 6,06%
33 ml
B. EVALUASI TABLET
I. UJI ORGANOLEPTIS
23
NEGATIF
45,5 N 30,5 N 25,3 N 43,5 N
FORMULA I
(bobot rata – rata = 0,54g)
NO BOBOT TABLET %PENYIMPANGAN
.
1. 0,54g 0,54−0,54
x 100% = 0%
0,54
2. 0,54g 0,54−0,54
x 100% = 0%
0,54
3. 0,53g 0,53−0,54
x 100% = -1,8%
0,54
4. 0,53g 0,53−0,54
x 100% = -1,8%
0,54
5. 0,55g 0,55−0,54
x 100% = 1,8%
0,54
6. 0,55g 0,55−0,54
x 100% = 1,8%
0,54
7. 0,53g 0,53−0,54
x 100% = -1,8%
0,54
8. 0,54g 0,54−0,54
x 100% = 0%
0,54
9. 0,54g 0,54−0,54
x 100% = 0%
0,54
24
10. 0,53g 0,53−0,54
x 100% = -1,8%
0,54
FORMULA II
(bobot rata – rata = 0,55)
NO BOBOT TABLET %PENYIMPANGAN
.
1. 0,55g 0,55−0,55
x 100% = 0%
0,55
2. 0,57g 0,57−0,55
x 100% = 3,6%
0,55
3. 0,56g 0,56−0,55
x 100% = 1,8%
0,55
4. 0,54g 0,54−0,55
x 100% = -1,8%
0,55
5. 0,55g 0,55−0,55
x 100% = 0%
0,55
6. 0,57g 0,57−0,55
x 100% = 3,6%
0,55
7. 0,54g 0,55−0,54
x 100% = 1,8%
0,54
8. 0,56g 0,56−0,55
x 100% = 1,8%
0,55
9. 0,54g 0,54−0,55
x 100% = -1,8%
0,55
10. 0,56g 0,56−0,55
x 100% = 1,8%
0,55
FORMULA III
(bobot rata-rata = 0,54g)
NO BOBOT TABLET %PENYIMPANGAN
.
1. 0,54g 0,54−0,54
x 100% = 0%
0,54
2. 0,53g 0,53−0,54
x 100% = -1,8%
0,54
3. 0,55g 0,55−0,54
x 100% = 1,8%
0,54
25
4. 0,54g 0,54−0,54
x 100% = 0%
0,54
5. 0,55g 0,55−0,54
x 100% = 1,8%
0,54
6. 0,54g 0,54−0,54
x 100% = 0%
0,54
7. 0,54g 0,54−0,54
x 100% = 0%
0,54
8. 0,53g 0,53−0,54
x 100% = -1,8%
0,54
9. 0,55g 0,55−0,54
x 100% = 1,8%
0,54
10. 0,53g 0,53−0,54
x 100% = -1,8%
0,54
26
VI. KESERAGAMAN UKURAN TABLET
FORMULA I FORMULA II
NO. Diameter Ketebalan NO. Diameter Ketebalan
1. 12mm 4,17mm 1. 12,11mm 4,91mm
2. 12,03mm 4,80mm 2. 12mm 4,51mm
3. 12,04mm 4,74mm 3. 11,97mm 4,89mm
4. 12mm 4,17mm 4. 12,02mm 4,8mm
5. 12mm 4,17mm 5. 12,08mm 4,39mm
6. 12,1mm 4,81mm 6. 12,06mm 4,52mm
7. 12,07mm 4,52mm 7. 11,97mm 4,62mm
8. 12,08mm 4,97mm 8. 12,04mm 4,93mm
9. 12,18mm 4,60mm 9. 12,03mm 4,67mm
10. 12,01mm 4,84mm 10. 12,03mm 4,84mm
Rata-rata= Rata-rata= Rata-rata= Rata-rata=
12,11mm 4,57mm 12,03mm 4,7mm
Keseragaman Ukuran Tablet: Keseragaman Ukuran tablet:
4 4
(t) = x 4,57mm = 6,9mm (t) = x 4,7mm = 6,26mm
3 3
(d) = 3 x 4,57mm = 13,71mm (d) = 3 x 4,7mm = 14,1mm
13,71mm 14,1 mm
Ukuran tablet: = 1,9 kali Ukuran tablet: = 2,25 kali
6,9mm 6,26 mm
FORMULA III FORMULA KONTROL NEGATIF
NO. Diameter Ketebalan NO. Diameter Ketebalan
1. 11,98mm 4,73mm 1. 12,04mm 4,99mm
2. 12,13mm 4,96mm 2. 12,02mm 4,86mm
3. 12,05mm 4,91mm 3. 12,08mm 4,43mm
4. 12,07mm 4,72mm 4. 12,03mm 4,75mm
5. 12,08mm 4,68mm 5. 12,01mm 4,63mm
6. 11,99mm 4,84mm 6. 12,13mm 4,44mm
7. 12,10mm 4,89mm 7. 12,11mm 4,88mm
8. 12,05mm 45,4mm 8. 12,07mm 4,87mm
27
9. 11,90mm 4,91mm 9. 12,10mm 4,73mm
10. 11,87mm 4,62mm 10. 12,06mm 4,67mm
Rata-rata = Rata-rata = Rata-rata = Rata-rata =
12,06mm 4,78mm 12,06mm 4,72mm
Keseragaman Ukuran Tablet: Keseragaman Ukuran Tablet:
4 4
(t) = x 4,78mm = 6,37mm (t) = x 4,72mm = 6,29mm
3 3
(d) = 3 x 4,78mm = 14,34 (d) = 3 x 4,72mm = 14,16mm
14,34 mm 14,16 mm
Ukuran tablet: = Ukuran tablet: =
6,37 mm 6,29 mm
2,25 kali 2,25 kali
28
BAB V
PENUTUP
A. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan proses penyalutan tablet paracetamol
dengan salut film. Keuntungan dari salut film ini yaitu memperbaiki tampilan tablet,
memperlama waktu release tablet/waktu disolusi, dan sebagai perlindungan terhadap
lingkungan luar, misalnya terhadap cahaya dan udara luar. Setelah dilakukan
penyalutan film pada tablet, tablet di uji penyalutan terlebih dahulu yaitu seperti uji
organoleptis, keseragaman bobot, kekerasan, uji waktu hancur dan kerapuhan.
Hasil uji kekerasan tablet menunjukkan, kekerasan tablet Formula I adalah
yang tertinggi dengan nilai 45,5 Newton (4,64 Kp). Formula Kontrol Negatif
memiliki kekerasan yang cukup tinggi juga dengan nilai 43,5 Newton (4,44 Kp).
Sementara itu, Formula II memiliki kekerasan sedang dengan nilai 30,5 Newton (3,11
Kp), dan Formula III memiliki kekerasan yang paling rendah dengan nilai 25,3
Newton (2,58 Kp).
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa Formula I dan Formula
Kontrol Negatif memiliki kekerasan yang memenuhi persyaratan atau bahkan
melebihi batas minimum yang ditetapkan. Namun, Formula II dan Formula III
memiliki kekerasan di bawah batas minimum yang diharapkan, yang dapat
menimbulkan kekhawatiran terkait kepadatan dan kemampuan tablet untuk bertahan
dalam penggunaan atau pengemasan yang normal..
Pada pengujian waktu hancur tablet ini bertujuan untuk mengetahui berapa
lama tablet tersebut hancur menjadi molekul-molekul yang siap untuk didistribusikan
di dalam tubuh. Untuk formula I 13 menit, formula II 11 menit, formula III 9 menit
dan kontrol negatif 15 menit. Hal ini sesuai dengan yang disyaratkan Farmakope
Indonesia Edisi 3, yaitu waktu hancur untuk tablet salut adalah kurang dari 15 menit.
Pengujian kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialami selama pengemasan, pengiriman dan penyimpanan. Tablet
dikatakan baik apabila kerapuhannya tidak lebih dari 1%. Pada pengujian kerapuhan
pada beberapa tablet paracetamol, diperoleh hasil kerapuhan untuk masing-masing
formula, yaitu formula I yaitu 0,84%, formula II yaitu 2%, formula III 3,8% dan
29
kontrol negatif 2,41%. Untuk formula II dan III tidak memenuhi persyaratan
dikarenakan bahan desintegran lebih tinggi dibandingkan Formula I, dan untuk
Formula Kontrol Negatif tidak menggunakan bahan desintegran.
Bobot tablet dipersyaratkan tidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobot
menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 10% dan tidak satu kapsul pun
yang bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 25% (PerKa
BPOM No.12 tahun 2014 (BPOM, 2014). Pada hasil uji keseragaman bobot tablet
paracetamol Formula I; Formula II; Formula III; dan Formula Kontrol Negatif lebih
dari tidak ada yang memenuhi syarat keseragaman bobot tablet.
Pengujian Selanjutnya yaitu keseragaman ukuran Tablet, Keseragaman ukuran
tablet diperoleh dengan tebal dan diameter tablet menggunakan jangka sorong. Pada
tablet paracetamol rata – rata tebal tablet formula I adalah 4,57mm; Formula II
4,7mm; Formula III 4,78mm; dan Kontrol Negatif 4,72mm. Sedangkan untuk
diameter pada Formula I 12,11mm: Formula II 12,03mm; Formula III 12,06mm;
Formula Kontrol Negatif 12,06mm. Ukuran tablet dari formula I, II, III, dan Kontrol
Negatif memenuhi ukuran syarat yang tertera pada Farmakope Indonesia III, yakni
diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3
kali tebal tablet.
B. KESIMPULAN
Hasil evaluasi sediaan tablet paracetamol yang telah kelompok kami buat, pada
hasil uji waktu alir granul, kompatibilitas granul, waktu hancur tablet, keseragaman
ukuran tablet, dan kerapuhan tablet memenuhi persyaratan. Sedangkan untuk kadar air
granul, dan keseragaman bobot tablet tidak memenuhi persyaratan. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tablet paracetamol formula I, II, III, dan Kontrol Negatif dapat
dinyatakan tidak lolos. Hal ini dikarenakan kadar air granul dan rata – rata
penyimpangan keseragaman bobot Formula I, II, III, dan Kontrol negatif banyak yang
tidak memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan.
30
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI, 2014, Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia, Indonesia, p. 1–25.
Depkes RI., 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Depkes RI., 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Depkes RI., 2020. Farmakope Indonesia, Edisi VI. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Lachaman, L., H. A. Liberman dan J.L. kanig (1986). Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi Ketiga. Jakarta : UI Press.
Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktik Farmasi Industri,
Jilid II, Diterjemahkan oleh Suyatmi, S, Jakarta, UI Press, 187, 651-652, 702.
Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi IV, Diterjemahkan oleh Soendani
Noerono Soewandhani, R., UGM Press, Yogyakarta, 156-233.
Yunarto N. Formulation of Peperomia pellucida (L) Kunth extract tablet . Health Science
Journal of Indonesia. 2013;4(1):32-6.
31