Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN TUGAS KHUSUS

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


FORMULASI TABLET CLOPIDOGREL DENGAN METODE
GRANULASI BASAH
DI LEMBAGA FARMASI TNI ANGKATAN LAUT
(LAFI AL) DRS. MOCHAMMAD KAMAL
Jl. Bendungan Jatiluhur No. 1 Jakarta Pusat
Periode 22 Juli-16 Agustus 2019

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
1. Ari Widianingsih (O1B1 18 003)
2. Elen Pronawati L. (O1B1 18 005)
3. Hasfia Hisa Rahim (O1B1 18 008)
4. Idham (O1B1 18 009)
5. Mistriyani (O1B1 18 016)
6. Nur Salimah Taano (O1B1 18 021)
7. Rahmawati (O1B1 18 026)
8. Rifka Hardianti (O1B1 18 029)
9. Sandryany (O1B1 18 032)
10. Syam Febriantara (O1B1 18 035)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tablet
Menurut Farmakope Indonesia edisi V tablet merupakan sediaan
padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Selain
bahan pengisi, bahan tambahan lain yang biasa digunakan dalam
pembuatan tablet adalah bahan pengikat, penghancur, pembasah, pelican
ataau bahan lainnya yang cocok. Berdasarkan metode pembuatannya,
dapat diklarifikasikan sebagai tablet cetak ataau tablet kempa. Suatu
tablet, harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi
persyaratan
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/ mekanik
4. Keseragaaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
6. Harus staabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet memiliki
keuntungan antara lain:
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan
bentuk sediaan oral yang paling ringan daan paling kompak),
memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis
zat aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik
dari semua bentuk sediaan oral; untuk ketepatan ukuran serta
variabilitas kandungan yang paling rendah).
3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume
yang kecil
4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih
staabil
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sangat sulit larut dalam
air
6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam
tablet
7. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan
tertinggaal di tenggorokan, terutamaa bilaa bersalut yang
memungkinkan pecah/hancurnyaa tablet tidak segera terjadi
8. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat,
lepas terkendali)
9. Tablet dapat disalutkan untuk menutupi zat aktif, menutupi rasa
dan bau yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enteri )
10. Dapat diproduksi besar – besaran, sederhana, cepaat sehingga
biaya produksinya lebih rendah
11. Pemakaian oleh penderita lebih mudah
12. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memeliki sifat
pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang
paling baik
Disamping keuntungan diatas sediaan tablet juga mempunyai
beberapa kerugian, antara lain :
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam
keadaan tidak sadar/ pingsan )
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
a) Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat,
karena sifat amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis ;
b) Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob ), lambat melarut,
dosisnya cukup besar atau tinggi, absorbs optimumnya tinggi
melalui saluran cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan
sulit atau tidak mungkin diformulasi atau dipabrikasi dalam
bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavaibilitas obat
cukup ) harus diformulasi sedemikian rupa );
c) Zat aktif yang rasanya pahit, zaat aktif dengan bau yang tidak
dapat dihilangkan, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen,
atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi
atau penyalutan dahulu sebelum dikempa. Dalam keadaan ini
sediaan kapsul menjadi lebih baik serta lebih murah dari pada
tablet.
1. Komponen Tablet
a. Zat Berkhasiat
Bahan berkhasiat umumnya berupa zat tunggal, dapat pula
berupa campuran dari beberapa zat berkhasiat, tergantung dari
tujuan pengobatan. Dalam keadaan campuran, dengan zat
taambahan lain harus diperhatikan interaksi kimia- fisika yang
mungkin terjadi sehingga mengubah kestabilan obat. Umumnya
pemilihan bahan berkhasiat bentuk amort lebih baik daripada
bentuk Kristal karena bentuk amort lebih mudah larut.
Bahan – bahan berkhasiat keras umumnya memiliki dosis
yang kecil dan diperlukan bahan pembantu yang lain. Tetapi ada
juga beberapa jenis tablet yang dapat dicetak langsung tanpa
menggunakan bahan pembantu misalnya : NaCL, KCL, heksamin,
dan lain – lain. Untuk formulasi zat berkhasiat dalam tablet yang
baik perlu memperhatikan :
a. Sifat fisiska kimia obat
b. Sifat farmakokinetik obat
c. Bioavaibilits obat
Dari data–data tersebut dapat ditentukan metod
pembuatannya, sehingga dapat dihasilkan tablet yang memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan.
b. Bahan Tambahan/ Eksipien
Zat atau senyawa lain yang ditambahkan selain bahan aktif
biasa disebut sebagai eksipien. Syarat – syarat yang harus
dipenuhi oleh eksipien adaalah sebagai berikut :
a. Harus bersifat non tosksik dan dapaat diterima oleh regulasi
yang diterapkan oleh semua Negara dimana produk akan
dipasarkan.
b. Secara komersial mudah didapat
c. Bersifat inert.
d. Stabil secara fisik dan kimia baaik eksipiennya sendiri maupun
secara dikombinasikan dengan obat dan komponen tablet
lainnya.
e. Bebas dari agen mikrobiologi pathogen
f. Tidak mengurangi bioavailabilitas bahan aktif obat.
Eksipien yang umum digunakan adalah bahan pengisi
(diluents), pengikat (binders), disintegran, lubrikan, anti-adheren,
glida, pewarna, pemanis dan sebagainya.
1. Pengisi/Filler
Merupakan bahan tambahan yang diperlukan sebagai
pemenuhan massa tablet, khususnya untuk bahan berkhasiat
dengan dosis kecil. Bahan pengisi adalah zat inert yang
ditambahkan dalam formula tablet yang ditunjukan untuk
membuat tablet sesuai yang diharapkan. Karena jumlah atau
presentasenya dalam sediaan tablet Pling besar karena
pemilihan bahan pengisi ini harus benar diperhatikan terutama
sifat- sifat atau karakteristik dari bahan pengsi tersebut dan
juga harus disesuaikan dengan zat aktif yang digunakan dan
metode pembuatannya.
Bahan pengisi harus memenuhi beberapa criteria, yaitu :
a) Harus non- toksik dan dapat memenuhi peraturan-
peraturan dari wilayah dimana produk akan dipasarkan
b) Harus tersedia dalam jumlah yang cukup disemua Negara
tempat produk itu dibuat
c) Harganya terjangkau
d) Tidak boleh memiliki kontraindikasi dengan bahan –
bahan lainnya
e) Inert
f) Stabil secara fisik dan kimia
g) Harus bebes dari mikroba
h) Tidak boleh menggangu warna dan bioavailabilitas.
Beberapa zat pengisi yang umumnya digunakan adalah :
laktosa, amilum, manitol, sorbitol, Avicel PH 101 dan 102,
kalsium sulfat dihidrat, sukrosa dekstein.
2. Pengikat/Binder
Binder merupakan bahan tambahan yang dibutuhkan untuk
memberikan sifat kohesif terhadap serbuk sehingga dapat
memebentuk struktur tablet yang kompak setelah percetakan.
Bahan pengikat menyatukan partikel serbuk ke dalam butiran
granula. Pemilihan bahan pengikat tergantung pada besarnya
bahan kohesi (ikat) yang diinginkan untuk membentuk granul
dan kompatibilitas dengan bahan lainnya. Pertimbangan lain
yang juga ppenting adalah dengan kadar penggunaan yang
tidak menggangu waktu hancur tablet. Peningkatan bahan
pengikat yang berlebihan saat pembuatan granul akan
menyebabkan granul yang dihasilkan terlalu keras. Bahan
pengikat sebaiknya mudah larut dalam air namun tidak
higroskopis. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk
kering, pasta (mucilage), cairan atau larutan. Beberapa dalam
bahan pengikat yang umum digunakan : akasia, gelatin, gelatin
– akasia, glukosa, PVP, amilum pasta amilum.
3. Penghancur / Disintegrant
Disintegrant bermanfaat untuk mempermudah hancurnya
tablet. Disentegrant dapat ditambahkan sebelum granulasi,
selama tahap lubrikasi, atau pada kedua tahap tersebut,
sebelum kompressi. Fungsi bahan penghancur adalah untuk
memudahkan tablet pecah atau hancur. Syarat suatu bahan
dapaat digunakan sebagai bahan penghancur antara lain
memungkinkan terjadinya proses kapilarisasi cairaan, mudah
mengembang dan meningkatkan pembahasan tablet.
Beberapa bahan penghancur yang umum digunakan :
starch USP, amilum jagung, amilum tergelatinasi, starch 1500,
avicel,asam alginate, primogel/ explotab, gom arab, PVP, Na
CMC, HPMC.
4. Lubricant, anti adherent dan glidan
Bahan pelicin ditambahkan ke dalam granul sebelum
pencetakan dimulai. Umumnya bersifat hidrofob yang dapat
menghalangi penetrasi air ke dalam tablet. Masalah utama
yang sering dihadapai dalam pembuatan tablet secara
kompresi yaitu laju alir, adhesi dengan punch dan die, serta
pelepasan tablet dari ruang die. Senyawa yang dapat
memperbaiki ketiga hal tersebut adalah lubrikaan. Kerja
lubrikan dibutuhkan setelah kompresi tablet didalam die dan
tepi tablet pada proses pengeluaran tablet. Ketiadaan lubrikan
akan menyebabkan kesulitan dalam pengeluaran tablet.
Beberapa contoh lubrikan diantaranya : Mg/Ca stearat, talk,
stearic acid, corn starch, asam borat, steril/setil alcohol, PEG,
paraffin dan lain – lain. Anti adherent berfungsi mencegah
sticking terhadap punch atau dinding die. Beberapa contoh
anti adheren yaitu talk, aerosol, Mg/Ca stearat, PEG , corn
starch. Glidant berfungsi memperbaiki karakteristik aliran
granul. Beberapa contoh glidant yang dapat digunakan
diantaranya : talk, corn starch, syloid, aerosol, Na- laurel sulfat
dan lain- lain
Beberapa bahan pelincir yang umum digunakan :
Pelincir % per Glidan Anti Lubrikan
Formula adheren
Mg 1 atau - Baik Sangat baik
stearate kurang
Talk 1-5 Baik Sangat Rendah
baik
Asam 1-5 - Rendah Baik
stearate
Lilin 3-5 - Rendah Sangat baik
Amilum 5-10 Sangat Sangat Rendah
jagung baik baik

5. Zat tambahan lain


Zat tambahan yang diditambahkan pada proses pembuatan
granul bertujuan untuk meningkatkan penampilan tablet secara
fisik sehingga memenuhi nilai estetika, menyenangkan pasien,
menutupi baud an rasa obat yang tidak menyenangkan. Zat
tambahan ini dapaat berupa zay pewarna, pengharum, dan
pemanis uyang memenuhi syarat sebagai bahan aditif pada
makanan. Zat tambahan lain juga berfungsi sebagai adsorben
misalnya aerosol yang daoat menyerap uap air atau air.
Penambahan aerosol biasanya paada bahan berkhasiat yang
sangat labil terhadap pengaruh udara air.
a. Pewarna (coloring agent)
Pewarna digunakan untuk meningkatkan nilai estetika
sediaan dan mempermudah indentifikasi sediaan. Zat
warna yang digunakan daalam sediaan farmasi dibagi 2
kategori : 1 ) zaat warna yang laarut, 2 ) zat warna yang
tidak larut dalaam air.
Contoh :
 Lake alumunium dari zat warna yang laarut dalam air
 Polimer onorganik seperti besi oksidan titanium
dioksida
Pada penyalutan lapis tipis dengan pelarut organic
dihindari pemakaian zat warna larut dalaam air, karena
tidak larut dalam system pelarut yang digunakan. Untuk
tujuan tersebut digunakan pigmen terutama lake
alumunium dengan zat warnaa pigmen tersebut akan
dihasilkan penyalutan yang sangat baik.
b. Pemanis (sweetening agent)
Pemanis yang paling popular digunakan adalah :
1. Manitol
2. Laktosa
3. Crystalline sorbitol
4. Pemanis buatan : sakarin, Ca sakarin, Aspartam
Pada chewable tablets sering digunakan manitol atau
crystalline sorbitol sebagai diluents dan sweetening agent.
2. Jenis – jenis sediaan Tablet
Berdasarkan prinsip pembuatannya, tablet dibedakan atas :
1. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan, dimana suatu tekanan tinggi
diberikan padaa serbuk atau granul, menggunakan pons/cetakan
baja.
2. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan
tekanan rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung
padaa pembetukan Kristal yang terbentuk selama pengeringan,
tidak bergantung padaa kekuatan yang diberikan.
Sedangkan berdasarkan tujuaan penggunaan dan prinsip
pembuataannya, tablet terdiri dari :
1. Tablet Kempa Untuk Tujuan Saluran Pencernaan
1) Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi
tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri ataau
kombinasi dengan bahan eksipien seperti pengisi,
pengikat, ataau disintegrator.
2) Tablet Kempa Ganda
Tablet konvesional yang dikompresi lebih dari satu siklus
kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas
2 ataau lebih lapisan. Disebut juga sebagai berlaapis.
Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang bersifat
inkompatibel.
3) Tablet Lepas Lambat atau Lepas Terkendali
Tablet yang pelepasannya zat aktifnya dikendalikan atau
dimodifikasi sehingga tablet tersebut memberikan dosis
awal yang cukup untuk terapi dan disusul oleh dosis
pememliharaan sehingga jumlah/konsentrasi zat aktif
dalam darah cukup untuk periode waktu tertentu (misal
tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dan sebagainya).
4) Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Tablet yang pelepasan zat aktifnya ditunda pada daerah
tertentu. Tablet enteric yang paling umum adalah tablet
kempa yang disalut dengan suatu zaat yang tahan cairan
lambung ataau reaksi asam, akan tetapi dapat terlarut
dalam usus halus.
5) Tablet Salut Gula
Tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapisan gula,
baik berwarna atau tidak. Tujuannya adalah untuk
melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2
lembab), menutupi rasa dan bau tidak enak, dan
meningkatkan penampilan tablet.
6) Tablet Salut Selaput
Tablet kempa yang disalut oleh lapisan tipis, berwarna
atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air dan
hancur cepat dalaam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu
berkali- kali.
7) Tablet Effervescent
Tablet kempa yang jiak kontak dengan air menjadi berbuih
karena menghasilkan gas CO2. Tablet ini haarus dilarutkan
dalam air terlebih daahulu sebelum diminum.
8) Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien
yang harus dikunyah sebelum ditelan.
2. Tablet Kempa Untuk Penggunaan dalam Rongga Mulut
a) Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuk oval yang ditempatkan
diantara gusi dan pipi. Biasanya keras dan berisi hormone.
Bekerja sistemik, tererosi ataau terdisolusi ditempa
tersebut dalaam waktu yang lama (secara perlahan).
b) Tablet Subligual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakan dibawaah
lidah. Biasaanya berisi obaat untuk penyempitan pembulu
darah ke jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat
terlarut agar segera member efek terapi. Diabsorbsi oleh
selaput lender mulut.
c) Tablet Hisap
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat pewarna raasa
atau bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat daalaam
mulut untuk tujuan local pada selaput lendir mulut.
d) Dental Cones (kerucut gigi)
Suatu tablet yang cukup kecil, dirancaang untuk
ditempatkan di dalam akar gigi yang kosong setelah
pencabutan gigi. Tujuannya untuk mencegah pertumbuhan
bakteri ditempat yang kosong tersebut menggunakan
antibakteri yang dilepaskan secara perlahan. Selain itu,
dimaksudkan juga untuk mengurangi pendaraahan.
Pembawa yang umum digunakan adalaah natrium
bikarbonat, NaCL, atau suaatu asaam amino.
3. Tablet Kempa yang Digunakan melalui Lubang Tubuh
a) Tablet Rektal
Tablet kempa mengandung zat aktif yang akan digunakan
secara rectal (dubur) dengan tujuan penggunaan untuk
kerja local atau sistemik.
b) Tablet Vagina
Tablet kempa yang terbentuk telur (ovula) yang dimasukan
ke dalam vagina dan terjadi disolusi dan pelepasan zaat
aktif di dalam vaagina. Biasanya mengandung antiseptic
atau astringen. Digunakan untuk infeksi local dalam
vagina ayaau mungkin juga untuk pemeberian steroid
dalam pengobatan sistemek.
4. Tablet Kempa Untuk Implantasi
Dibuat berdasarkan teknik aseptic dan mesin pembuat
tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan
(untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan ).
5. Tablet Cetak Untuk Penggunaan lain
a) Tablet Triturat untuk Dispensing
Tablet yang dihaluskan terlebih dulu atau disipkan
untuk tujuan penggunaan tertentu. Tablet kempa atau cetak
berbentuk kecil, umumnya silindris, digunakan untuk
memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk
peracikan obat. Digunakan sebagai tablet sublingual atau
dilepaskan di atas lidah dan ditelan dengan air minum.
b) Tablet Sublingual
Tablet cetak ataau kempa yang dibuat dari bahan
mudah larut/melarut sempurna daalam air. Umumnya
digunaakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalaam
ampul dengan penambahaan pelarut.
c) Tablet Dispensing
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik
obat bentuk sediaan padat/ cair. Dimaksudkan untuk
ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh
ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu
laarutan obat dengan konsentrasi tertentu.
3. Metode Pembuatan Tablet
Sediaan tablet dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu
kempa langsung, granulasi kering dan granulasi basah. Metode
pembuatan tablet yang dipilih tergantung pada bahan aktif yang akan
dibuat menjadi sediaan padat, dimana harus diketahui data
praformulasi bahan aktif, yaitu meliputi stabilitas terhadap cahaya,
suhu, kelembapan, stabilitas larutan (pH, interaksi dengan bahan
tambahan), dan sifat fisiika kimia (ukuran partikel, densitas,
kompresibilitas, bentuk partikel, sifat kristal, titik leleh, warna, rasa,
bau). Sebelum dilakukan pencetakan tablet, biasanya dilakukan
granulasi terlebih dahulu terhadap bahan-bahan tablet kecuali cetak
pada cetak langsung yang menggunakan bahan-bahan khusus yang
telah diolah atau diberi perlakuan khusus, sehingga mudah memenuhi
persyaratan granul tablet. Proses granulasi adalah proses penting pada
tahap pembuatan tablet.
Granulasi bertujuan untuk:
a. Memperbaiki sifat aliran tablet
b. Meningkatkan sifat kohessi bahan hingga sifat kohesi lebih kuat
daripada sifat adhesinya.
c. Menhomogenkan bahan, berkhasiat dengan campuran bahan
tambahan tablet.
d. Mengurangi fines atau serbuk yang dapat mebuat tablet menjadi
rapuh.
e. Mengurangi ruang-ruang kosong berisi udara yang dapat
mengakibatkan tablet menjadi tidak kompak rapuh
f. Memperkecil sudut kontak sehingga tablet mudah dibasahi dan
mudah memenuhi syarat waktu hancur
1. Kempa Langsung (Direct Compression)
Merupakan metode pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui
perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini yang paling murah,
praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan
pada kondisi zat aktif yang memiliki dosis kecil, serta zat aktif
tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Secara umum
sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah:
sifat alirnya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya Kristal dan
mampu menciptakan adhesivitas dan kohesivitas dalam massa
tablet.
2. Granulasi Kering (Slugging/Dry Granulation)
Merupakan metode tablet dengan memproses pertikel zat aktif
dan eksipient dengan mengempa campuran bahan kering menjadi
massa padat dan selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan
partikel yang lebih besar dari serbuk semula (granul). Granulasi
kering ditujukan untuk zat-zat yang tidak tahan pemanasan dan
tidak terurai dengan adanya air, serta kompresibilitasnya bagus,
meskipun laju alirnya tidak baik.
Keuntungan granulasi kering:
a. Untuk zat aktif yang sensitive terhadap air dan panas
b. Tahap yang dilakukan lebih sedikit dibandingkan granulasi
basah.
Kekurangan granulasi kering:
a. Zat aktif dan eksipien harus memiliki sifat kohesif yang baik
Tahap – tahapan pada proses granulasi kering
a) Penghalusan zat aktif dan eksipien
b) Pencampuraan bahan sampai homogen, kecuali lubrikan
dan external disintegrant.
c) Pencetakan massa No. 2 menjadi tablet besar dank eras
(slugging)
d) Pengayakan dan pengadukan slug untuk mendapatkan
bentuk granul yang daya alirnya lebih seragam dari
campuran awal
e) Penambahan lubrikan external disintegrant. aduk homogen
f) Pencetakan tablet
3. Granulasi Basah (wet Granulation)
Merupakan metode pembuatan tablet dengan memproses
campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang
lebih besar dengan menambahkan cairaan pengikat dalam jumlah
yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.
Metode ini digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan
panas, tahan air, namun kompresibilitas dan laju airnyaa kurang
baik.
Keuntungan granulasi basah adalah :
a) Penanganan mekanis massa tablet lebih mudah untuk
menghasilkan campuran yang baik
b) Sifat alir meningkat karena ukuran dan spherisitas meningkat
c) Keseragaman denistas meningkat
d) Mengurangi kemungkinan udara terperangkap saat pentabletan
karena jumlah fines berkurang
Kekurangan granulasi basah :
a) Melibatkan banyak tahap pengerjaan sehingga membutuhkan
ruang kerja, waktu dan peralatan yang lebih banyak.
b) Kemungkinan kehilangan bahan lebih besar kaarena massa
melekat di dalaam granul
Tahap – tahap metode granulasi basah
a) Pembuatan larutan pengikat
b) Penghalusan zat aktif dan eksipien
c) Pencampuran semua bahan, kecuali larutan pengikat, lubrikan,
dan external disintegralt
d) Penambaahan larutan pengikat ke dalam campuran serbuk
sedikit demi sedikit hingga diperoleh massa yang basah (untuk
menentukan campuran tersebut sudah basah adalah dengan
menekan massa pada telapak tangan dan menjatuhkannya
kembali kedalam wadah. Jika campuraan tersebut dan
menjatuhkan kembali kedalam wadah. Jikaa caampuran
tersebut hancur ketika dijatuhkan, maka massa tersebut sudah
basah dan siap diayak )
e) Pengayakan massa no 4 dengan ayakan 6-12 mesh
f) Pengeringan massa didalam oven
g) Pengayakan granul dengan ayakan 14 – 20 mesh
h) Pencetakan tablet.
B. Clopidogrel
Clopidogrel termasuk antiplatelet golongan thieonopiridin, berkhasiat
dalam pencegahan dan pengobatan stroke, penyakit jantung koroner dan
angina pectoris. Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor adenosis
dispofat (ADP) dimembran trombosit sehingga mencegah terjadinya
agregasi trombosit yang merupakan penyebab dari penyumbatan pembulu
darah arteri diotak dan jantung (Adiwijaya.2011).
Trombosit merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar di
dunia, baik di Negara maju maupun Negara berkembang, insiden
penyakit yang terkait dengan trombosit semakin meningkat setiap
tahunya, selain peningkatan angka mortalitas dan morbilitas, menurunnya
produktivitas kerja serta hilangnya hari kerja juga merupakan hal yang
menyebabkkan peningkatan pembiayaan kesehatan yang terkait dengan
trombosit ini.
Trombosit adalah pembentukan massa abnormal di dalam pembulu
darah yang berasal dari komponen darah. Pada keadaan normal tidak
terdapat bekuan dalam pembulu darah.
Obat anti agregasi trombosit dan anti koangulan merupakan obat yang
digunakan untuk mengobati dan mencegah terjadinya trombosit arteri.
Obat anti agregasi trombosit yang beredar dimasyarakat terdiri atas
beberapa golongan, yaitu golongan anti tromboksan A2 seperti aspirin,
inhibitor reseptor P2Y12 seperti ticlopidin, clopidogrel, prasugrel, dan
ticagrelor, golongan anti glikoprotein IIb/IIIa seperti abciximab, dan
golongan anti phosphodiesterase seperti dipiridamol dan cilostazol.
Clopidogrel merupakan abat anti agregasi trombosit yang telah
digunakan secara luas sejak 2 dekade terakhir. Dosis harian clopidogrel
adalah 75 mg atau pada sindrom koroner akut dosis awal clopidogrel
adalah 300 mg dan kemudian dianjurkan setelah pemberian oral namun
tidak langsung terdeteksi dalam plasma manusia. Clopidogrel adalah
inaktif Pradrug yang diserap dalam usus dan teroksidasi menjadi
metabolit aktif (clopi-H4) melalui beberapa enzim CYP 450 pada hati.
Enzim CYP2C19 merupakan enzim utama yang bertanggung jawab
dalam metabolisme prodrug clopidogrel menjadi metabolit aktif. Hasil
metabolism prodrug clopidogrel hanya 15% dari prodrug yang menjadi
agen aktif (clopi –H4) dan sisanya sebanyak 85% dihidrolisis menjadi
senyawa tidak aktif.
Monografi clopidogrel baik sebagai bahan baku maupun sediaan
tablet tidak terdapat dalam farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995.
Dalam United Stuate Pharmacopeia (USP) edisi ke-34 tahun 2011,
penetapan kadar clopidogrel dalam sediaan tablet dapat dilakukan dengan
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan spektrofotometri ultraviolet.
Menurut Moffa (2014). Penetapan kadar clopidogrel dilakukan dengan
kromatografi gas-mass spektrofotometri (GCMS). Selain itu, dapat juga
ditentukan kadarnya dengan spektrofotometri visible menggunakan
pereaksi warna feri klorida ( FeCl3 ), fenantrolin, kalium permanganate, (
KMnO4 ) dan solokrom hitam T ( SBT ) ( Anupama, 2011 )
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil Clopidogrel
Clopidogrel, basa lemah yang dikenal secara kimia sebagai metil (S)-
α- (2chlorophenyl) 6,7-dihydrothieno [3,2-c] pyridine-5 (4H) asetat sulfat.
Praktis tidak larut dalam air pada pH netral, bebas larut dalam buffer
berair pada pH 1, dan dalam metanol, sedikit larut dalam metilen klorida,
dan praktis tidak larut dalam etil eter. Clopidogrel adalah penghambat
aktivasi dan agregasi trombosit melalui pengikatan ireversibel dari
metabolit aktifnya ke kelas P2Y12 dari reseptor ADP pada trombosit.
Blokade menghambat agregasi trombosit dengan menghalangi aktivasi
jalur glikoprotein IIb / IIIa. Penghambatan trombosit dapat ditunjukkan 2
jam setelah dosis tunggal clopidogrel oral, tetapi onset kerjanya lambat
(sehingga dosis pemuatan 300 mg diikuti oleh 75 mg sekali sehari).
Metabolit aktif memiliki eliminasi setengah hidup sekitar enam jam dan
bertindak dengan membentuk jembatan disulfida dengan reseptor ADP
platelet (Kumar, et al., 2016)
B. Aspek Farmakologi clopidogrel
CYP2C19 adalah clopidogrel. Clopidogrel, merupakan obat anti-
platelet yang sering digunakan dalam pengobatan penyakit
kardiovaskular, yang akan dimetabolisme dalam tubuh oleh berbagai
enzim hati.
Enzim CYP2C19 merupakan salah satu enzim hati utama sebagai
aktivator yang terlibat dalam mengkonversi clopidogrel ke dalam bentuk
metabolit aktifnya, enzim CYP2C19 merupakan enzim yang sangat
polimorfik dengan lebih dari 25 gen. Berdasarkan gen yang berbeda,
variasi aktivitas dari enzim CYP2C19 ini juga menyebabkan efek
metabolisme yang berbeda, yang dikategorikan ke dalam 4 fenotip
utama: Ultra rapid metabolizer (UM), Normal metabolizer (NM),
intermediet metabolizer (IM) dan Poor metabolizer (PM).
1. Farmakokinetik clopidogrel (Martindale 33st, 2002)
Farmakokinetik clopidogrel sangat cepat, tetapi tidak terserap
secara keseluruhan pada pemberian oral penyerapannya hanya sekitar
50%. Obat ini secara luas di metabolisme dihati setelah penyerapan,
terutama untuk derivat asam karboksilat yang tidak aktif. Metabolit
aktif merupakan derivat dari thiol tetapi belum dapat diidentifikasi
dalam plasma. Clopidogrel dan derivat asam karboksilat terikat
dengan protein yang tinggi. Clopidogrel dan metabolitnya
dieksresikan secara merata dalam urin dan feses.
2. Penggunaan dan administrasi clopidogrel
Clopidogrel adalah antiplatelet golongan Thienopyridine, Obat
yang membantu darah mengalir lancar kedalam tubuh. Dengan
penggunaan dan kerja yang sama diberikan secara profilaksis sebagai
alternative dari pemberian aspirin pada pasien yang beresiko
gangguan tromboemboli seperi infark miokard, penyakit arteri perifer
dan stroke. Pemberian prodrug melalui mulut dalam bentuk bisulfat,
dosis biasanya 75 mg sekali sehari.
3. Dosis dan Indikasi (Medscape.com)
Dosis dan kekuatan: tablet 75 mg, 300 mg.
Indikasi :
a. Sindrom Koroner Akut
Angina tidak Stabil, peningkatan segmen Non Stemi (NSTEMI)
Dosis pemuatan 300 mg, memulai tanpa dosis pemuatan akan
menunda pembentukan efek antiplatelet. Dalam waktu beberapa
hari mengikuti dosis pemuatan maka diberikan 75 mg/hari PO
hingga 12 bulan. Setelah 12 bulan dapat dikombinasikan dengan
aspirin sebagai terapi jangka panjang (75-100 mg/hari). Setelah
penempatan STEN, maka disesuaikan secara individual
tergantung terapi antiplatelet ganda jangka panjang (DAPT).
b. Penyakit Arteri Koroner
75 mg PO/hari
c. Stroke Kardioembolik
Profilaksis untuk antikoagulan 75 mg/hari PO
d. Pemasangan Arteri Karotid (Off-Label)
300 mg PO ditambah aspirin 81-325 mg dosis sehari sekali,
sebelum stenting arteri karotis (CAS), kemudian 75 mg/ hari PO
ditambah Aspirin 81-325 mg/ hari selama 30 hari setelah CAS.
Alternatif : 300- 600 mg PO sekali, kemudian 75 mg/hari selama
4 hari sebelum CAS dengan kombinasi aspirin 81-325 mg / hari.
4. Efek Samping
Pendarahan pada otak dan gastrointestinal (saluran pencernaan), Nyeri
abdominal (perut), konstipasi dan pruritus (ruam atau gatal), infeksi
pernapasanatas, sesak napan, batuk, nyeri dada, udema.
(Anonim,2010)
C. BCS (Biopharmaceutics Classification System)
Sistem klasifikasi biofarmasi (BCS), clopidogrel dikategorikan
sebagai agen kelas II (larut dalam air dan sangat permeabel) kelarutannya
sangat rendah (misalnya 0,0099 mg/ml) dan memiliki bioavailabilitas
yang sangat rendah. Ketersediaan hayati oral clopidogrel sangat rendah
(kurang dari 50%), karena kelarutan dalam air yang buruk. Oleh karena
itu, obat ini dipilih untuk memformulasi tablet yang cepat larut dengan
metode kompresi langsung. (Kumar, et al., 2016)
D. Uraian Bahan
a. Clopidogrel Bisulfate (Depkes RI, 2014)
Nama Lain : Clopidogrel Bisulfat
Berat Molekul : 419,90
Rumus Molekul : C16H16ClNO2S.H2SO4
Struktur :
Pemeriaan : Serbuk, putih sampai hamper putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam metanol,
praktis tidak larut dalam eter
Penetapan Kadar : Kromatografi cair kinerja tinggi, mengandung
tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari
101,5% C16H16ClNO2S.H2SO4, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Identifikasi : Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium
bromida P menunjukkan maksimum hanya
pada bilangan gelombang yang sama seperti
Klopidogrel Bisulfat BPFI. Waktu retensi
puncak utama kromatogram Larutanuji sesuai
dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh
pada Penetapan kadar
Susut pengeringan : Tidak lebih dari 0,5%, lakukan pengeringan
pada suhu 105°selama 2 jam
Sisa pemijaran : Tidak lebih dari 0,1%.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan pada suhu
ruang terkendali.
b. Primojel (Excipient,2009 : 663)
Nama Resmi : Sodium Starch Glycolate
Struktur :

Nama lain : Carboxymethyl starch, sodium salt;


carboxymethylamylum natricum;
Explosol; Explotab; Glycolys;
Primojel; starch carboxymethyl ether,
sodium salt; Tablo; Vivastar P.
Pemerian : serbuk putih atau hampir putih, bebas
mengalir dan sangat higroskopis
Kelarutan : tidak larut dalam metilen clorida
Khasiat : Zat penghancur
Range : 2-8%
Incompabilitas : Dengan Asam asorbat
c. Mg Stearat (Excipients, 2009 : 404)
Nama Resmi : Magnesium Stearat
Berat Molekul : 591.24
Rumus Molekul : C36H70MgO4
Struktur :

Titik Lebur : 117°C-150°C


Pemerian : Serbuk putih terang, tidak berasa, bulk
yang memiliki BJ rendah
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam
etanol 95% dan eter, sedikit larut
dalam benzene hangat dan etanol 95%
hangat
Khasiat : Lubrikan
Stabilitas : Sangat stabil diudara
Range : 0,25-0,5%
Inkompabilitas : Asam kuat, basa kuat dengan garam
besiHindari pencampurandengan
bahan pengoksidasi kuat.
d. Talkum ( FI Edisi III, hal. 391 dan Effionora, 2012)
Nama Resmi : TALCUM
Nama Lain : Talk
pH : 7-10% untuk 20% w/v larutan
terdispersi
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, mudah
melekat pada kulit, bebas dari butiran,
warna putih/putih kelabu.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam
dan basa, pelarut organic, serta air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan
disimpan pada tempat yang dingin dan
kering
Khasiat : Sebagai glidant
Stabilitas : Merupakan bahan yang stabil dan
dapat disterilkan dengan pemanasan
pada suhu 160°C selama tidak kurang
dari 1 jam
Incompabilitas : talc dapat bereaksi dengan senyawa
ammonium kuartener
Range : 1-10%
e. Laktosa (Excipient, 2009 : 364-366 )
Nama Lain : Capsulac, granulac, lactochem,
lactosum monohydricum,
monohydrate, pharmatose, prismalac,
sachelac, sorbolac, spherolac, super
tab 30 gr, tablettose.
Berat Molekul : 360,31
Rumus Molekul : C12H22O11
Pemerian : Dalam bentuk padat, laktosa terlihat
memiliki variasi bentuk isomeric,
tergantung pada kristalisasi dan
kondisi pengeringan. Laktosa
berwarna putih atau tidak berwarna
dalam bentuk kristalnya maupun
serbuk. Tidak berbau, rasa manis
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform,
etanol, dan eter. Larut dalam air dan
semakin meningkat kelarutannta
dengan pemanasan
Range : 20-25%
Khasiat : sebagai pengisi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
f. PVP (Poly vinyl pyrrolidone)
(Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Ed hal. 581)

N O

CH CH 2
Rumus bangun: n
Pemerian : Serbuk putih, agak putih atau tidak berbau,
serbuk higroskopis.
Kelarutan : Mudah larut dalam suasana asam, sukar larut
dalam etanol 95%, methanol dan asam asetat.
Kegunaan : Bahan pengikat
Konsentrasi :0,5 – 5 %
OTT : Bercampur dengan garam anorganik, bahan
alam dan bahan kimia lain.
Stabilitas : Stabil dalam lingkaran kecil pemansan antara
110 -130°C.
g. Amilum maydis (Exipients, 2009 : 688-695)
Pemerian :Serbuk halus, putih, tidak berbau dan tidak
berasa
Kelarutan :Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam
etanol dingin (95%P). Pati membengkak
ketika dalam air 5-10% pada suhu 3780. Pati
menjadi larut dalam air panas pada suhu diatas
suhu gelatinisasi.
Range : Dicukupkan 400 mg sebagai pengisi
Kegunaan : Bahan pengisi
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat.
h. Ponceau 4R (Martindale Ed.36, 1472)
Nama Resmi : Ponceau 4R
Nama lain : Brilliant Ponceau 4RC, Brilliant Scarlet, Cl
Food Red 7, Coccine Nouvelle, Cochineal Red
A, Colour Index No. 16255, E124, 7-hydroxy-
8-(4-sulphonato 1-naphthylazo) naphthalene-
1,3-disulphonate
RM/BM : C20H11N2Na3O10S3/604,5
Struktur :

Pemeriaan : Tepung merah mudah larut dalam air dan


memberikan larutan warna merah jingga
Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam gliserol
dan glikol, mudah larut dalam alcohol 95%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
E. Evaluasi Clopidogrel
1. Evaluasi Granul
a. Kadar Air
 Alat : Heating Drying Oven
 Caranya :
a. Timbang seksama 5,0 gram granul
b. Panaskan dalam lemari pengering sampai bobot konstan
(1050 C) selama 2 jam
 Perhitungan
𝑊𝑜 − 𝑊1
= 𝑥 100 %
𝑊𝑜
W0 = Bobot granul awal
W1 = Bobot setelah pengeringan
 Persyaratan : 2-4 %
b. Uji Sifat Alir (Aulton, 1988;Liebermann & Lachman, 1986)
Uji sifat alir terdapat dua metode untuk mengujinya yang
perrtama dengan metode corong dan yang kedua yaitu metode
sudut istirahat. Prinsip dari metode sudut istirahat ini yaitu
pengukuran sudut yang terbentuk dari lereng tumbuhan granul
yang mengalir bebas dari corong terhadap suau bidang datar.
 Alat : corong alat uji waktu alir
 Caranya :
a. timbang seksama 25 gram granul tempatkan pada corong
alat
b. uji waktu alir dalam keadaan tertutup
c. buka penutupnya biarkan granul mengalir
d. catat waktu (gunakan stopwatch)
e. lakukan sebanyak 3 kali
f. kemudian untuk mengukur sudut isirahat dengan
menghitung jari-jari dan tinggi dari tumpukan granul
setelah metode corong.
g. Kemudian masukan dalam rumus, dan didapat α yang
menentukan kecepatan alir dari suatu granul tersebut
 Persyaratan : 100 gram granul waktu alirnya tidak lebih dari
10 detik (> 10 g/detik). Metode sudut istrahat ini mempunyai
nilai α = arc tag h/r, dimana :
α 25-35o = sangat mudah mengalir
α 30-38o = mudah mengalir
α >38o = kurang mengalir

c. Uji Kompresibilitas (FI IV 1995)


 Alat : Jolting Volumeter
 Caranya :
1. Timbang 100 g granul masukkan ke dalam gelas ukur dan
dicatat volumenya,
2. kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan
dengan alat uji, catat volume uji sebelum dimampatkan
(Vo)
3. volume setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali
(V).
 Perhitungan :
V0−V500
I= x 100%
V0

Keterangan :
I = indeks kompresibilitas (%);
Vo = volume granul sebelum dimampatkan (mL);
V500 = volume granul setelah dimampatkan sebanyak 500
kali ketuk (mL).
Syarat : tidak lebih dari 20%.

2. Evaluasi Tablet
a. Keseragaman ukuran tablet
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1
1/3 tebal tablet.
 alat : Jangka Sorong
 caranya : Menggunakan 20 tablet kemudian diukur
diameter dan ketebalan tablet tersebut, kemudian dihitung
rata-ratanya.
b. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
Farmakope Indonesia memberi aturan cara uji keseragaman
bobot dan batas toleransi yang masih dapat diterima, yaitu tablet
tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan.
Caranya :
1) Timbang 20 tablet satu per satu, hitung bobot rata-ratanya dan
penyimpangan bobot rataratanya. Persyaratan keseragaman
bobot terpenuhi jika tidak lebih dari dua tablet yang masing-
masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar
dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak satu pun
tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya
lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom B.
2) Apabila tidak mencukupi dari 20 tablet, dapat digunakan 10
tablet, tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih
dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom B.
Bobot Rata-Rata Penyimpangan Bobot Rata-Rata Dalam %
A B
25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg – 150 mg 10 % 20 %
151 mg – 300 mg 7,5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5% 10

c, Waktu hancur
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas
waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Uji
waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan
aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna
bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan
masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas.
 Alat : Disintegration Tester
 Caranya :
a. Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan
dalam tiap tube,
b. Ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan ke ranjang
tersebut dalam medium air dengan suhu 37o ± 20C.
c. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya
merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid).
d. Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling
terakhir hancur.
 Pernyaratan : waktu hancur untuk tablet tidak bersalut
adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut
nonenterik kurang dari 30 menit. Sementara untuk tablet salut
enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam
medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa
(Sulaiman, 2007).

d, Kekerasan
Uji ini digunakan untuk mengetahui kekerasan tablet agar
tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet erat
hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet, dan waktu
hancur tablet.
 .Alat : Hardness Tester
 Caranya : ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan
alat herdness tester, kemudian hitung rata-rata dan standard
deviation (SD)
 Persyaratan : ukuran yang didapat per tablet minimal 4
kg/cm2 maksimal 10 kg/cm2

F. Keregasan (friability)
Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet digunjang.
Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada
waktu tablet akan dilapisi (coating). Kerapuhan merupakan parameter
yang menggambarkan kekuatan permukaan tablet dalam melawan
berbagai perlakuan yang menyebabkan abrasi pada permukaan tablet.
 Alat : Friability Tester.
 Caranya : Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih
dahulu dibebas debukan dan ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran (4
menit). Tablet tersebut selanjutnya ditimbang kembali, dan dihitung
prosentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
 Persyaratan : Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1
%.
F

G. Uji Disolusi
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat
penting artinya bagi ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari
kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap
ke dalam tubuh. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk
padat atau semi padat, seperti kapsul, tablet atau salep (Ansel, 1985).
Bagian-bagian pada alat :
1. Motor pengaduk dengan kecepatan yang sudah diubah
2. Keranjang baja stainlees berbentuk silinder atau dayung untuk di
tempelkan ke ujung batang pengaduk .
3. Bejana dari gelas atau bahan lain yang inert dan transparan dengan
volume 1000 ml, bertutup dan ditengahnya terdapat tempat untuk
menempelkan pengaduk, dan ada lubang tempat mengaduk pada tiga
tempat dua untuk memindahkan sampel dan satu untuk menempatkan
thermometer.
4. Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media
disolusi dalam bejana.
Uji Disolusi
H. Uji Disolusi Terbanding
Uji Disolusi Terbanding. Uji disolusi terbanding dilakukan dengan
menggunakan tiga medium disolusi yang berbeda yaitu medium asam
klorida pH 1,2; medium dapar sitrat pH 4,5; dan medium dapar fosfat pH
6,8, dengan masing-masing sebanyak 900 ml dengan suhu 37 ± 0,5οC.
Uji dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi tipe 2 (tipe dayung)
dengan kecepatan kelajuan putaran berdasarkan British Pharmacopeia
guideline selama 60 menit. Pengambilan sampel sebanyak 5 ± 0.1 ml
secara manual akan dilakukan pada menit ke 10, 15, 30, 45 dan 60 dan
cairan akan diganti dengan volume yang sama untuk memastikan volume
disolusi selalu konstan. Sampel kemudian akan diukur kadarnya dengan
menggunakan spektrofotometer UV. Untuk setiap produk tablet
dilakukan pengujian sebanyak 12 unit sediaan pada masing-masing
medium uji.
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN

A. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Lembaga Farmasi TNI
Angkatan Laut (LAFIAL) Drs. Mochamad Kamal, Jakarta, Pada bulan
Juli-Agustus 2019.
B. Bahan
Clopidogrel B, Amylum, PVP (polivinil pirolidin), Primogel, Mg.
stearate, Talk, Laktosa ad, Aqua bebas CO2.
C. Alat
Timbangan analitik, stopwatch, corong, oven, cetak tablet Cad Mach,
Friability tester, Disintegration tester, Hardness Tester, dan alat gelas
lainnya.
D. Metode Penelitian
1. Rancangan Formula
2. Pembuatan Granul
3. Evaluasi Granul
a. Kadar Air
b. Waktu alir
c. Kompresibiltas
4. Pencetakan tablet
5. Evaluasi tablet
a. Keseragaman bobot
b. Kekerasan tablet
c. Uji waktu hancur
d. Keregasan Tablet
E. Prosedur Penelitian
1. Pemeriksaan clopidogrel dilakukan sesuai dengan Farmakope
Indonesia edisi V dan bahan tambahan dilakukan menurut Handbook
of Pharmaceutical Exipient.
2. Rancangan Formula
Di dalam penelitian ini akan dilakukan pembuatan tablet dengan semi
granulasi dasar menggunakan formula sebagai berikut :
Tabel 1. Formula Tablet Clopidogrel Dengan Metode Semi
Granulasi Dasar
No. Bahan Formula
1 Clopidogrel B. 97,8 g
2 Amylum 25 g
3 PVP 7,5 g Fase Dalam
4 Pewarna (ZW phoneau 4R) 0,025 g
5 Primogel 7,5 g
6 Mg. stearate 2,5 g Fase Luar
7 Talk 2,5 g
8 Laktosa 107,2 g
*formula di atas dengan bobot 250 mg

3. Pembuatan Granul
a. Pembuatan Granul Fase Dalam
Semua bahan yang akan digunakan ditimbang. Buat larutan
PVP dalam air 20 mL dan larutan pewarna dalam air 10 mL.
Campur Clopidogrel (zat aktif), amilum (bahan pengisi), laktosa
(bahan pengisi), Pewarna, aduk hingga homogen. Kemudian
tambahkan larutan PVP hingga terbentuk massa yang dapat
dikepal. Adonan tersebut kemudian diayak dengan ayakan mesh
nomor 12 dan hasilnya disimpan pada wadah untuk selanjutnya
dikeringkan dalam oven selama 1-2 jam dengan suhu 50°C.
Granul yang sudah kering, kemudian dilakukan evaluasi terhadap
granul.
b. Pembuatan Granul Fase Luar
Semua bahan yang digunakan ditimbang, campurkan bahan-
bahan fase luar tersebut. Tambahkan sedikit demi sedikit ke dalam
fase dalam, kemudian homogenkan campuran tersebut, Kemudian
dilakukan pengujian granul kadar air, uji waktu alir, bobot jenis
mampat, kompresibilitas.
4. Evaluasi Granul
a. Kadar Air/Susut Pengeringan
Granul yang telah dikeringkan diitimbang sebanyak 0,5 gram
dan 1 gram, kemudian dimasukan ke dalam alat Moisture Balance
selama 20 menit pada suhu 100°C. Kemudian ditimbang kembali
untuk mengetahui susut pengeringan granul.
b. Waktu Alir
Granul ditimbang sebanyak 100 gram kemudian granul
tempatkan pada corong, uji waktu alir dalam keadaan tertutup
kemudian buka penutupnya biarkan granul mengalir, catat waktu
(gunakan stopwatch). dilakukan sebanyak 3 kali. Kecepatan aliran
dihitung dengan membagi bobot granul dengan waktu yang
dibutuhkan granul untuk melewati corong (gram/detik).
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
Kecepatan Alir = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)

Kemudian untuk mengukur sudut isirahat dengan menghitung


jari-jari dan tinggi dari tumpukan granul setelah metode corong.
Kemudian masukan dalam rumus, dan didapat α yang menentukan
kecepatan alir dari suatu granul tersebut.
Tabel 2. Sudut Istirahat (α)
Sudut Istirahat (α) Keterangan
<200 Sifat alir sangat baik
200-300 Sifat alir baik
300-340 Sifat alir cukup
>400 Sifat alir sangat buruk

c. Bobot Jenis Mampat/ Kompresibilitas


Granul ditimbang sebanyak 100 gram, granul masukkan ke
dalam gelas ukur dan dicatat volumenya, kemudian granul
dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji, catat
volume uji sebelum dimampatkan (Vo) dan volume setelah
dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V). Perhitungan :
V0−V500
I= V0
x 100%
Keterangan :
I = indeks kompresibilitas (%);
Vo = volume granul sebelum dimampatkan (mL);
V500 = volume granul setelah dimampatkan sebanyak 500
kali ketuk (mL).
Tabel 3. Nilai Kompresibilitas
Nilai Kompresibilitas Keterangan
5-12% Sifat alir sangat baik untuk granul
12-18% Sifat baik untuk serbuk granul
18-23% Sifat alir cukup untuk serbuk granul
23-33% Sifat alir kurang baik
33-38% Sifat alir sangat kurang baik
>38% Sifat alir sangat buruk

5. Pencetakan Tablet
Pencetakan dilakukan dengan mesin cetak Rotary Multi Punch
dengan mengatur bobot tablet dan kekerasan yang diinginkan.
Sebelumnya granul clopidogrel telah dicampurkan terlebih dahulu
dengan bahan tambahan fase luar yaitu primogel, talkum dan Mg
stearat dengan mengatur bobot tablet dan kekerasan yang diinginkan.
6. Evaluasi Tablet
a. Keseragaman bobot
Percobaan dilakukan dengan menggunakan 20 tablet secara
acak, lalu ditimbang masing-masing tablet. Hitung rata-rata dan
penyimpangan terhadap bobot rata-rata. Apabila tablet ditimbang
satu per satu. Farmakope Indonesia menyatakan yang lebih besar
dari kolom A dan tidak boleh ada satu tabletpun yang mempunyai
penyimpangan lebih besar dari kolom B yang tertera di dalam
Farmakope Indonesia.
Tabel 4. Batas Penyimpangan Bobot Tablet Menurut Farmakope Indonesia
Penyimpangan bobot rata-rata dalam 5%
Bobot Rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg-150 mg 10% 20%
151 mg-300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%

b. Kekerasan Tablet
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat uji
kekerasan stokes monsato. Diambil 10 tablet secara acak, diukur
kekerasannya dengan cara meletakkan sebuah tablet diantara
pengapit tetap dengan plat datar yang diam, kemudian tablet
dijepit dengan memutar alat penekan. Angka yang ditunjukkan
oleh jarum pada skala dinyatakan sebagai titik nol. Alat penekan
diputar kembali sampai tablet adalah selisih skala terukur saat
tablet pecah dengan skala yang dianggap sebagai titik nol.
Kekerasan tablet adalah harga rata-rata ke-10 tablet dan variasi
kekerasan di lihat dari harga SD. United states pharmacopeia
(USP) menyatakan kekerasan tablet antara 4-8 kg/cm2.
c. Uji waktu hancur
Uji waktu hancur dilakukan terhadap 6 tablet. Tablet
dimasukkan ke dalam masing-masing keranjang, masukkan satu
cakram pada tiap tabung kemudian alat dijalankan. Gunakan air
bersuhu 370 ± 20 sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan
cairan lain dalam masing-masing monografi, angkat keranjang dan
amati semua tablet. Semua tablet harus hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya. Tidak kurang 16 dari 18 tablet
yang diuji harus hancur sempurna. Kecuali dinyatakan lain, waktu
yang di perlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih
dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut.
d. Uji Keregasan
Keregasan tablet dapat ditentukan dengan menggunakan alat
friability tester. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm,
tablet dijatuhkan setinggi 6 inci pada setiap putaran, dijalankan
sebanyak 100 putaran. Tablet ditimbang sebelum dan sesudah
diputar, kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari
0,8% sampai 1% (Voight, 1995).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Granulasi basah
a. Evaluasi granul
1) Uji laju alir granul atau flow rate
a) Sebelum penambahan fase luar
Dik : Waktu alir = 13.21 detik
Berat serbuk = 100 gr
Diameter = 6.7 cm
Tinggi (h) = 3.2 cm
Dit : Kecepatan alir?
Sudut diam?
Penyelesaian :
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 (𝑔𝑟)
 Kecepatan alir = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)
100 𝑔𝑟
= 13.21 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

= 7.57 gr/detik
Jadi, laju alir yang diperoleh yaitu 7.57 gr/detik,
dimana rentang 4 -10 gr/detik, sehingga sifat alir granul
dinyatakan baik (memenuhi persyaratan).
 Sudut diam.
ℎ 3.2
Tan α = 𝑟 = 6.7 = 0.49

α = tan-1 0.49 = 26.10


Jadi, sudut diam yang diperoleh yaitu 26.10○ tidak
lebih dari 25 - 30○, sehingga sudut diam granul
dikatakan sangat baik (memenuhi persyaratan).
b) Setelah penambahan fase luar
Dik : Waktu alir = 11.02 detik
Berat serbuk = 100 gr
Diameter = 6.5 cm
Tinggi (h) = 3.2 cm
Dit : Kecepatan alir?
Sudut diam?
Penyelesaian :
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 (𝑔𝑟)
 Kecepatan alir = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)
100 𝑔𝑟
= 11.02 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

= 9.07 gr/detik
Jadi, laju alir yang diperoleh yaitu 9.07 gr/detik,
dimana rentang 4 -10 gr/detik, sehingga sifat alir granul
dinyatakan baik (memenuhi persyaratan).
 Sudut diam
ℎ 3.2
Tan α = 𝑟 = 6.5 = 0.49

α = tan-1 0.49 = 26.10


Jadi, sudut diam yang diperoleh yaitu 26.10○ tidak
lebih dari 25 - 30○, sehingga sudut diam granul
dikatakan sangat baik (memenuhi persyaratan).
2) Uji kompresibilitas atau uji kemampuas
a) Sebelum penambahan fase luar
Dik : Bobot serbuk = 100.002 gr
Volume awal = 149 mL
Volume setelah ketukan = 130 mL
Dit : % Kompresibilitas ….?
Penyelesaian :
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘
 Bj nyata = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑙
100.002 𝑔𝑟
= 149 𝑚𝐿

= 0.67 gr/mL
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘
 Bj mampet = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛
100.002 𝑔𝑟
= 130 𝑚𝐿
= 0.77 gr/mL

𝐵𝑗 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑒𝑡−𝐵𝑗 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎
% Kompresibilitas = × 100%
𝐵𝑗 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑒𝑡
0.77−0.67
= × 100%
0.77

= 12.98%
Jadi, kompresibilitas yaitu 12.98% tidak lebih dari
11 – 15, sehingga kompresibilitas granul dikatakan
baik (memenuhi persyaratan).
b) Setelah penambahan fase luar
Dik : Bobot serbuk = 100.005 gr
Volume awal = 130 mL
Volume setelah ketukan = 127 mL
Dit : % Kompresibilitas ….?
Penyelesaian :
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘
 Bj nyata = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑙
100.005 𝑔𝑟
= 130 𝑚𝐿

= 0.77 gr/mL
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘
 Bj mampet = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑙
100.005 𝑔𝑟
= 127 𝑚𝐿

= 0.80 gr/mL
𝐵𝑗 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑒𝑡−𝐵𝑗 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎
% Kompresibilitas = × 100%
𝐵𝑗 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑒𝑡
0.80−0.77
= × 100%
0.80

= 3.75%
Jadi, kompresibilitas yaitu 3.75%, dimana rentang
nilai kompresibilitas yang di katakan sangat baik yaitu
≤ 10 (memenuhi persyaratan).
3) Uji Lost On Drying (LOD)
Dik : Bobot serbuk = 0.5 gr
Suhu = 100°C
Waktu = 20 menit
Dit : LOD?
Jawaban LOD : 3,33%
Jadi LOD memenuhi syarat yaitu 2 – 5%
b. Evaluasi tablet
1) Uji kekerasan tablet
Tablet Hasil pengujian
1 6.35
2 5.82
3 7.52
4 6.61
5 5.83
6 7.47
7 5.68
8 6.14
9 8.62
10 8.21
Rata-rata 6,825
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan didapatkan
nilai keseragaman tablet yaitu 6.825 kg, dengan nilai
persyaratan 4 – 8 kg dikatakan baik (memenuhi persyaratan).
2) Uji keragaman tablet
Tablat Hasil Pengujian Tablet Hasil Pengujian
1 0.2663 26 0.2510
2 0.2664 27 0.2487
3 0.2480 28 0.2604
4 0.2633 29 0.2639
5 0.2530 30 0.2538
6 0.2566 31 0.2587
7 0.2576 32 0.2660
8 0.2462 33 0.2540
9 0.2650 34 0.2661
10 0.2599 35 0.2555
11 0.2497 36 0.2587
12 0.2534 37 0.2525
13 0.2556 38 0.2621
14 0.2514 39 0.2566
15 0.2426 40 0.2660
16 0.2647 41 0.2604
17 0.2509 42 0.2618
18 0.2572 43 0.2622
19 0.2535 44 0.2474
20 0.2685 45 0.2429
21 0.2617 46 0.2518
22 0.2704 47 0.2574
23 0.2497 48 0.2575
24 0.2604 49 0.2505
25 0.2594 50 0.2682
X 0.2573
5% = teratas
5
= 100 × 250 mg = 12.5 + 250 mg = 262.5 = 13 tablet

5% = terbawah
5
= 100 × 250 mg = 12.5 – 250 mg = 237.5 = 37 tablet

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan didapatkan


nilai rata-rata bobot tablet yaitu 0.2573 gram.
3) Uji keregasan tablet
Dik : Bobot 20 tablat
Bobot awal = 5,1280 gr
Bobot akhit = 5,1227 gr
Dit : % Freabilitas?
Penyelesaian :
𝑊0−𝑊1
F= × 100%
𝑊0
5.1280−5.1227
= × 100%
5.2180

= 0.103%
Nilai persyaratan freabilitas yaitu < 1% hal ini
menunjukkan kerapuhan yang baik. Dimana presentase
kerapuhan yang baik yaitu tidak lebih dari 1% (memenuhi
persyaratan)
4) Uji waktu hancur
Tablet Waktu hancur (menit)
1 3 menit 41 detik
2 5 menit 5 detik
3 4 menit 46 detik
4 5 menit 6 detik
5 5 menit 7 detik
6 5 menit 24 detik
Waktu hancur rata-rata yaitu 4 menit 21 detik, dengan nilai
persyaratan yaitu 15 menit, tablet tersebut memiliki waktu
hancur yang baik (memenuhi persyaratan).
B. Pembahasan
Clopidogrel, basa lemah yang dikenal secara kimia sebagai metil (S)-
α- (2chlorophenyl) 6,7-dihydrothieno [3,2-c] pyridine-5 (4H) asetat sulfat.
Praktis tidak larut dalam air pada pH netral, bebas larut dalam buffer
berair pada pH 1, dan dalam metanol, sedikit larut dalam metilen klorida,
dan praktis tidak larut dalam etil eter. (Kumar, et al., 2016)
Clopidogrel merupakan zat yang memiliki sifat tahan terhadap panas
dan tahan air. Namun, memiliki laju air yang buruk. Sehingga kami
memilih metode granulasi basah dalam formulasi ini. Bahan-bahan
tambahan yang kami pilih dalam pembuatan tablet clopidogrel adalah
PVP (polivinil pirolidin), amilum, laktosa, primogel, Magnesium Stearate
dan Talk.
PVP (Polivinil Pirilidin) dipilih sebagai zat pengikat dalam formulasi
ini agar terbentuk fines yang lebih sedikit dan kompatibilitas yang baik
karena sifat dari PVP yang memiliki daya alir baik serta sudut diamnya
kecil. Laktosa kami gunakan sebagai bahan pengisi karena kandungan
airnya lebih sedikit serta tidak menarik air dari udara. Amylum digunakan
sebagai penghancur fase dalam serta Magnesium stearate sebagai
lubricant digunakan untuk mengurangi gesekan antara obat dan mesin
cetak. Primogel digunakan sebagai penghancur fase luar, dan Talk
sebagai pelincir.
Pada pembuatan tablet clopidogrel, terlebih dahulu dibuat fase dalam
dengan mencampur zat aktif Clopidogrel, amilum (bahan pengisi), laktosa
(bahan pengisi), Pewarna, hingga homogen. Kemudian tambahkan larutan
PVP hingga terbentuk massa yang dapat dikepal. Adonan tersebut
kemudian diayak dengan ayakan mesh nomor 12 dan hasilnya
dikeringkan dalam oven selama 1-2 jam dengan suhu 50°C. dari proses
ini menghasilkan Granul yang sudah kering. Granul tersebut kemudian
dievaluasi dengan uji Lost On Drying (LOD) dimana granul ditimbang
seberat 500 mg dan 1000 mg. Granul dimasukkan dalam alat moisture
balance selama 20 menit pada suhu 100°C. Didapatkan nilai 3,33% untuk
granul dengan berat 500mg. Kemudian, untuk granul 1000mg didapatkan
nilai LOD sebesar 3,92%. Sedangkan untuk syarat granul yang bisa
digunakan ialah granul yang memiliki nilai LOD antara 2-5%. Sehingga
granul ini telah memenuhi syarat LOD.
Tahap selanjutnya adalah mencampurkan granul dengan fase luar
yang berupa Magnesium stearat, Talk, dan Primogel hingga homogen.
Pencampuran ini ditujukan agar Clopidogrel mendapatkan laju alir yangy
lebih baik. Campuran ini kemudian diuji waktu alir dan
kompresibilitasnya.
Pada uji waktu alir dalam pembuatan tablet Clopidogrel diperoleh
nilai waktu alir sebesar 9.07 gr/detik dengan sudut diam 26,10°.
Berdasarkan hasil uji waktu alir, granul kami termasuk dalam kategori
baik karena termasuk dalam 4-10 gr/detik. Sedangkan sudut diam granul
ini termasuk dalam granul yang sangat baik karena memiliki nilai sudut
diam yang berada diantara 25-30°.
Tahap akhir dari uji granul yang kami lakukan ialah uji
kompresibilitas. Uji ini kami lakukan untuk mengetahui kemampuan
granul untuk tetatp kompak meski dilakukan tekanan. Uji kompresibilitas
dilakukan dengan menggunakan alat tapped density dengan 500 ketukan.
Setelah melakukan uji kompresibilitas, didapatkan hasil bahwa granul ini
memiliki nilai 3,75%. Sehingga kami menyimpulkan bahwa granul ini
memiliki kompresibilitas yang sangat baik karena memiliki nilai
kompresibilitas dibawah 10%.
Uji terhadap granul telah selesai dilakukan, dan kami menyimpulkan
bahwa granul telah siap di cetak. Setelah tablet dicetak tablet Clopidogrel,
kami melakukan uji terhadap tablet tersebut untuk mengetahui apakah
tablet yang dihasilkan telah memenuhi syarat. Adapun uji yang dilakukan
ialah uji keseragaman bobot, uji keregasan, uji kekerasan, dan uji waktu
hancur.
Pada tablet Clopidogrel yang telah dicetak, kami melakukan uji
keseragaman bobot tablet karena tablet tersebut memiliki ukuran tablet
250mg dan zat aktif sebesar 75mg. Berdasarkan 25 bobot tablet yang
ditimbang, tablet clopidogrel memiliki berat rata-rata tablet sebesar
0.2573 gram dengan berat terbesar 0.2664 gram dan berat terkecil 0.2480
gram. Maka dapat kami simpulkan bahwa tablet clopidogrel memiliki
perbedaaan bobot yang dapat ditoleransi.
Uji keregasan tablet merupakan parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet terhadap tekanan mekanis, serta goncangan yang
berpotensi merusak tablet. Maka uji dilakukan pada 20 tablet clopidogrel
yang diambil secara acak lalu ditimbang dan dimasukkan dalam alat
friability tester selama 4 menit dengan 100 putaran. Kemudian
dibandingkan antara berat tablet sebelum dan setelah dilakukan uji pada
mesin friablility tester. Presentase yang harus dimiliki tablet yaitu
dibawah 1%, sedangkan tablet clopidogrel mendapatkan nilai 0,103%
sebagai nilai keregasannya. Sehingga tablet clopidogrel dapat dinyatakan
memenuhi syarat keregasan tablet.
Pada tahap selanjutnya, dilakukan uji kekerasan tablet yang dilakukan
dengan sampel 10 tablet clopidogrel. Uji kekerasan tablet diukur
menggunakan alat Hardness tester satu persatu tablet untuk mengetahui
kekerasan rata-rata dari tablet clopidogrel. Setelah proses selesai,
didapatkan nilai rata-rata kekerasan tablet clopidogrel sebesar 6.825 kg.
sehingga salah satu syarat tablet dikatakan baik telah terpenuhi karena
syarat kekerasan tablet diantara 4 – 8 kg telah.
Evaluasi terakhir yang kami laksanakan ialah uji waktu hancur yang
diambil sampel dari 6 tablet clopidogrel. Masing-masing dari keenam
tablet ini dimasukkan dalam keranjang berisi air dengan suhu 37±2°C.
Waktu hancur tablet clopidogrel diketahui dengan menghitung rata-rata
waktu hancur dari keenam tablet clopidogrel. Berdasarkan proses uji yang
telah dilalui, diketahui wajtu hancur tablet clopidogrel yaitu 4 menit 21
detik. Maka tablet clopidogrel dikatakan baik karena memenuhi nilai
waktu hancur tablet yang menyaratkan 15 menit sebagai waktu hancur
yang baim bagi sebuah tablet.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tablet clopidogrel yang dibuat dengan metode granulasi basah
telah memenuhi syarat.
B. Saran
Disarankan melanjutkan uji disolusi terbanding dan penetepan
kadar zat aktif
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition,


Rowe R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London,
Pharmaceutical Press and American Pharmacist Assosiation.
Anonim. (2002). In S. C. Sweetman, Martindale, The Complete Drug
Reference 33st (pp. 863). London: The Pharmaceutical Press.
Ansel, Howard C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4.
Jakarta : Penerbit UI Press.
Chawla, G. dan Bansal, A. K. (2008). Improved dissolution of a poorly water
soluble drug insolid dispersions with polymeric and non-polymeric
hydrophilic additives. Acta Pharm. 58 (2008) 257-274.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. (1979). Farmakope
Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. (1995). Farmakope
Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Kumar, G. A, Choudhary, R. K., dan Chaitanya, C. (2011). Enhancement of
solubility and dissolution rate of irbesartan by solid dispersion
technique Asian J. Pharm. Clin. Res., Vol 4.
Lachman, L, Herbert, A.L dan Joseph, L. K. (1994). Teori dan Praktek
Industri Farmasi, edisi 3. Terj. Siti Suyatmi. Jakarta : Penerbit UI Press
Lakshmi, A. P. et al. (2012). Formulation Development of Irbesartan (Poorly
Water-Soluble Drug) Immediate Release Tablets. International
Research Journal of Pharmacy, 3 (2).
Medscape, 2019, Drug Interaction Checker, (online),
(http://www.reference.medscape.com/drug-interactionchecker), diakses
tanggal 5 Agustus 2019.
Sehgal et al,.(2012). Fast Dissolving Irbesartan tablets containing solid
dispersions of Irbesartan. Novel Science International Journal of
Pharmaceutical Science.
Santosh Aruna, et al,.(2011). Solid Dispersions-An Approach To Enhance
The Dissolution Rate of Irbesartan. International Journal of Research
in Pharmacy and Chemistry, 1 (4).
Siregar, Charles, J. P. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai