Penyusun :
Tim Dosen Matakuliah Liquid & Semisolid
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat-Nya maka buku Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid
dan Semisolid ini dapat terselesaikan penyusunannya oleh dosen pengampu di
Program Studi D3 Farmasi, Politeknik Harapan Bersama Tegal.
Buku Petunjuk Praktikum ini dipersiapkan dalam rangka membantu
pengadaan sarana pendidikan terutama dalam Praktikum Teknologi Sediaan
Liquid dan Semisolid. Dalam praktik mata kuliah ini ini, peserta didik mampu
memahami cara pembuatan obat yang baik, mempelajari preformulasi untuk
merancang formulasi sediaan cair dan masa lembek, dan menguji hasil sediaan
yang dibuat sesuai persyaratan, mengetahui dan memahami cara pemeliharaan
peralatan dalam industri farmasi.
Selanjutnya penyusun membuka diri atas saran dan kritik demi perbaikan
dan penyempurnaan buku petunjuk praktikum ini. Semoga buku petunjuk ini
dapat bermanfaat menuntun para praktikan sebelum melakukan praktikum
mata kuliah Teknologi Sediaan Liquid. Aamiin.
Penyusun
Halaman
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
FORMAT LAPORAN.......................................................................................................1
PERCOBAAN I...................................................................................................................2
PERCOBAAN II.................................................................................................................13
PERCOBAAN III................................................................................................................19
PERCOBAAN IV...............................................................................................................28
PERCOBAAN V.................................................................................................................42
PERCOBAAN VI...............................................................................................................47
PERCOBAAN VII..............................................................................................................52
PERCOBAAN VIII............................................................................................................56
1. Tujuan
2. Dasar teori
Minimal 2 lembar dan cntumkan literaturnya.
3. Formula
Terdiri dari resep standard dan formula yang dibuat
4. Monografi zat
A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan
sediaan syrup dan kontrol sifat fisiknya.
B. Dasar Teori
Definisi : Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau perngganti
gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel,
1989). Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain
yang berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan
sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain
(Syamsuni, 2007). Sirup adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok
yang di dalamnya ditambahkan obat atau zat wewangi, merupakan larutan
jerni berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol
yang lain dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi
pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkn kelarutan obat
(Anonim, 1978).
BAHAN PEMBANTU
a. Anticaploking agent
Mencegah kristalisasi gula di cup botol umumnya digunakan alcohol
plyhydric seperti gliserol, sorbitol, atau propilenglikol. (Aulton, 254-267).
Kosentrasi penggunaan bahan-bahan tersebut dapat dibaca di handbook of
pharmaceutical excipients.
b. Pewangi (Flavouring agent)
Digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dan membuat agar obat dapat
diterima oleh pasien terutama anak-anak.
c. Zat pewarna
Ditambahkan ke dalam sediaan oral cair untuk menutupi penampilan yang
tidak menarik atau meningkatkan penerimaan pasien. Pemakaian zat
warna juga harus dipertimbangkan kelarutan, stabilitas, ketercampuran
dan kosentrasi zat warna dalam sediaan.
D. FORMULASI
Contoh:
Dextrometorphan
DL= - /15-30 mg
umur 2-5 tahun
2 tahun
DL 1XP = -
2
1XH = X 30mg = 4,3 mg
2+12
DT dimisalkan 3 x 1 cth (ditentukan oleh peformula)
1XP = 15 mg x 1 cth = 15 mg (tiap 5ml = cth, dilihat dari contoh formula
dextrometorphan diatas)
1XH =3 x 15 = 45 mg
% Dosis
1XP = -
DT 45
1XH = DM X 100% = 4,3 X 100% = 1046%
DT 1XP = 15 X ¼ = 3,75 mg
1XH = 2 X 3,75 mg = 7,5 mg
% Dosis
1XP = -
11,25
1XH = 10,71 X 100% = 105 % (≠ OD atau sesuai)
Kesimpulan : dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan takaran
dosis untuk umur 2-5 tahun = 2-3 X ¼ cth sehari
umur 6-12 tahun
6 tahun
DL 1XP = -
6
1XH = X 30mg = 10 mg
6+12
DT dimisalkan 2 x ½ cth (ditentukan oleh peformula)
1XP = 15 mg x ½ cth (tiap 5ml dilihat dari contoh formula dextrometorphan
diatas) =7,5mg
1XH =2 x 7,5 = 15 mg
% Dosis
1XP = -
DT 15
1XH = DM X 100% = 10 X 100% = 150%
G. CARA KERJA
Pada umumya sediaan syrup haruslah jernih (tidak ada partikel) maka dari itu
cara kerja pembuatan syrup yang perlu diperhatikan adalah homogenitas dan
kelarutan zat.
H. EVALUASI SEDIAAN
Uji sifat fisik sediaan syrup antara lain:
1. Organoleptis
Uji ini mengevaluasi sediaan dari segi bentuk, bau, rasa, dan warna.
2. pH
dilakukan dengan menggunakan pH meter atau stik pH untuk mengetahui
pH sediaan.
3. Kejernihan
Dilakukan dengan mengamati larutan sediaan yang sudah dimasukan
kedalam tabung reaksi diamati dibawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus
kerah bawah tabung. Suatu cairan dikatakan jernih jika kejernihanya sama
dengan air.
4. Berat Jenis
Menurut FI ed IV hal 1030 uji berat jenis dilakukan dengan cara
Menimbang piknometer kering dan bersih
o
Memasukan sampel kedalam piknometer atur suhu 25
o
Selanjutnya diamkan hingga suhu menjadi 20
o
Mengatur suhu kembali menjadi 25
Menimbang pikno+sampel, catat hasil penimbangan kemudian hitung
BJ tersebut.
5. Viskositas
Menrut martin dalam bukunya Farmasi fisika hal 1098 rumus viskositas
menggunakan viskosimeter ostwald sebagai berikut :
1 1. 1
=
2 2. 2
Keterangan :
1 = viskositas sampel (cp) 1 = waktu alir sampel (dtk)
2 = viskositas air (cp) 2 = waktu alir air (dtk)
1 = berat jenis sampel (g/ml)
2 = berat jenis air(g/ml)
Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 12
Tabel Hasil evaluasi
Replikasi t air (detik) t sampel (detik)
1
2
3
Rata-rata
6. Volume terpindahkan
Menurut FI ed IV hal 1089 dirancang untuk menjamin bahwa
sediaan yang dikemas persentase kehilangan tidak kurang dari 95%. Akan
tetapi ketentuan volume uji terpindahkan minimal adalah 30 botol.
Rumus = 100 %
A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan
sediaan elixir dan kontrol sifat fisiknya.
B. Dasar Teori
Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau
yang sedap, mengandung atau selain obat dan zat tambahan seperti pemanis,
pengawet, pewarna, pewangi dan zat tambahan lainya. Bila dibandingkan
dengan syrup, elixir biasanya kurang manis dan kurang kental karena
mengandung gula lebih rendah sehingga kurak efektif dalam menutupi rasa
obat yang kurang menyenangkan. Karena elixir bersifat hidroalkohol, maka
dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air maupun alcohol dalam
larutan elixir. Disamping itu elixir mudah dibuat maka dari itu elixir lebih
disukai. Kadar etanol dalam elixir berfariasi mulai dari yang terendah 3 %
dan paling tinggi 44%. Pada umumnya elixir mengandung 5-10% etanol.
D. Formula
Langkah pembuatan formula bisa dibaca di percoban 1.
Tema Sediaan Elixir yang dibuat pada percobaan kali ini antara lain:
1. Elixir Paracetamol
2. Elixir Ambroxol
3. Elixir Bromhexine
E. Cara Kerja
Pada umumya sediaan elixir haruslah jernih (tidak ada partikel) sama seperti
syrup. maka dari itu cara kerja pembuatan elixir yang perlu diperhatikan
adalah homogenitas dan kelarutan zat.
Secara umum cara kerja pembuatan sediaan syrup sebagai berikut ;
F. EVALUASI SEDIAAN
Uji sifat fisik sediaan elixir antara lain:
1. Organoleptis
Uji ini mengevaluasi sediaan dari segi bentuk, bau, rasa, dan
warna. 2. pH
dilakukan dengan menggunakan pH meter atau stik pH untuk mengetahui
pH sediaan.
3. Kejernihan
Dilakukan dengan mengamati larutan sediaan yang sudah dimasukan
kedalam tabung reaksi diamati dibawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus
kerah bawah tabung. Suatu cairan dikatakan jernih jika kejernihanya sama
dengan air.
4. Berat Jenis
Menurut FI ed IV hal 1030 uji berat jenis dilakukan dengan cara
Menimbang piknometer kering dan bersih
o
Memasukan sampel kedalam piknometer atur suhu 25
o
Selanjutnya diamkan hingga suhu menjadi 20
o
Mengatur suhu kembali menjadi 25
M
ρ= V
Keterangan :
ρ = berat jenis
M = Massa (g)
V = Volume (ml)
5. Viskositas
Menrut martin dalam bukunya Farmasi fisika hal 1098 rumus viskositas
sebagaii berikut :
1 1. 1
=
2 2. 2
Keterangan :
1 = viskositas sampel (cp) 1 = waktu alir sampel (dtk)
2 = viskositas air (1 cp) 2 = waktu alir air (dtk)
1 = berat jenis sampel (g/ml)
2 = berat jenis air(g/ml)
6. Volume terpindahkan
Menurut FI ed IV hal 1089 dirancang untuk menjamin bahwa
sediaan yang dikemas persentase cairan yang tersisa tidak kurang dari
95%. Akan tetapi ketentuan volume uji terpindahkan minimal adalah 30
botol.
Rumus = 100 %
A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang
pembuatan sediaan suspensi dan kontrol sifat fisiknya.
B. Dasar Teori
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat , tidak larut
dan terdispersi dalam cairan pembawa (Fornas ed II 1978,hal 333). Sediaan
suspense berdasarkan penggunaan dibagi menjadi 3 macam antara lain :
1. Suspensi oral : sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditunjukan untuk penggunaan oral
2. Suspensi topical : sedian cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair ditujukan untuk pemakaian kulit.
3. Suspensi tetes telinga : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel
halus yang ditunjukan untuk pemakaian diteteskan telinga bagian luar.
4. Suspense optalmik : sediaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada
mata.
Syarat pembuatan sediaan suspense menurut FI ed III antara lain :
1. Zat terdispersi harus halus dan tidak mengendap
2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspense
4. Kekentalan suspense tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang.
FORMULA UMUM
E. Cara Kerja
1. Menyetarakn timbangan dan menyiapkan bahan yang akan di timbang
2. Menimbang bahan sesuai takaran
3. Bahan akatif yanag akan digunakan dikembangkan terlebih dahulu.
Misalkan menggunakan Na-CMC sebagai suspending agent maka
dikembangkan dengan cara membuat stok hdrokoloid dengan
menaburkan serbuk Na-CMC secara perlahan-lahan dan sedikit demi
sedikit kedalam mortar yang sudah berisi air panas, setelah semua bahan
serbuk Na-CMC terbasahi diamkan 15 menit lalu aduk dengan cepa.
4. Jika terdapat pembasah, maka bahan aktif dihaluskan dengan
penambahan sedikit demi sedikit aduk sampai homogeny kemudian
tambahkan ke mucilage yang sudah dibuat.
5. Selanjutnya tambahkan bahan excipients lainya kedalam larutan diatas
(jika ada bahan tambahan serbuk seperti pengawet, pendapar dll maka
dilarutkan terlebih dahulu sebelum di campur)
6. Bahan penwangi, pewarna ditambhakan diakhir pembuatan.
7. Memsaukan sediaan yang sudah jadi kedalam boto, beri etiket.
F. EVALUASI SEDIAAN
Uji sifat fisik sediaan suspensi antara lain:
1. Organoleptis
Uji ini mengevaluasi sediaan dari segi bentuk, bau, rasa, dan warna.
2. pH
1 1. 1
2 =2. 2
Keterangan :
1 = viskositas sampel (cp) 1 = waktu alir sampel (dtk)
2 = viskositas air (cp) 2 = waktu alir air (dtk)
1 = berat jenis sampel (g/ml)
2 = berat jenis air(g/ml)
5. Volume terpindahkan
Menurut FI ed IV hal 1089 dirancang untuk menjamin bahwa
sediaan yang dikemas persentase kehilangan tidak kurang dari 95%. Akan
tetapi ketentuan volume uji terpindahkan minimal adalah 30 botol.
6. Volume sedimentasi
Menurut Lachman, dalam bukunya yang berjudul teori dan praktiek
Farmasi industry, ed III Hal 492-493, prinsip dari sedimentasi
perbandingan antara volume akhir Vu sedimen dengan volume Vo sebelum
terjadi pengendapan. Semakin besar nilai Vu semakin baik
suspendibilitasnya.
Cara kerja :
- sediaan dimasukan kedalam tabung sedimentasi yang berskala
- volume yang diisikan merupakan volume awal (Vo)
- setelah beberapa waktu/beberapa hari diamati volume akhir dengan
terjadinya sedimentasi. Volume tarakhir tersebut diuku (Vu).
- Hitung volume sedimentasi
Keterangan ;
F = Volume sedimentasi
Vo = volume awal
Vu = Volume akhir
A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang
pembuatan sediaan emulsi dan kontrol sifat fisiknya.
B. Dasar Teori
Emulsi adalah suatu disperse dimana fasa terdispersi dari bulatan-
bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak
bercampur. Dalam batasan emulsi, fasa terdispersi dianggap sebagai fasa
dalam dan medium pendispersi dianggap sebagai fasa luar atau kontinu
(Ansel, Hal.376).
Telah menjadi ketentuan umum : bahwa yang disebut sebagai sediaan
“ emulsi ” adalah menunjukkan pada sediaan cair yang dimaksudkan untuk
penggunaan oral. Emulsi untuk penggunaan eksternal biasanya langsung
disebut sebagai cream (sediaan semisolid), lotion atau liniment (sediaan
liquid).
Keuntungan Sediaan Emulsi (Ansel, Hal.376)
a. Pemakaian oral (biasanya tipe M/A) bertujuan untuk :
- Menutupi rasa mi yak yang tidak enak
- Lebih mudah dicerna dan diabsorpsi karena ukuran minyak diperkecil
- Meningkatkan efikasi minyak mineral sebagai katalisator bila
diberikan dalam emulsi (minyak mineral sebagai katartik)
- Ketersediaan hayati lebih baik karena sudah dalam bentuk terlarut
(mudah diabsorpsi ukuran partikel minyak kecil)
b. Memperbaiki penampilan sediaan karena merupakan campuran yang
homogeny secara visual
c. Meningkatkan stabilitas obat yang lebih mudah terhidrolisa dalam air
d. Pembuataan sediaan yang depoterapi
- Penetrasi dan absorpsi dapat dikontrol
- Kerja emulsi lebih lama
1. Uji pengenceran
Tergantung pada bahan yang akan diencerkan. Jika emulsi minyak
dalam air, maka diencerkan dengan air. Begitu juga sebaliknya jika
emulsi air dalm minyak diencerkan dengan minyak
2. Uji konduktifitas
Air merupakan penghantar listrik yang baik. Jikasepasang elektroda
dihubunngkan dengan sebuah lampu dan sumber listrik, kemudian
dimasukkan ke dalam emulsi. Apabila lampunya menyala maka tipe
emulsi minyak dalam air dan jika lampunya tidak menyala maka tipe
emulsi air dalam minyak
3. Uji kelarutan warna
Suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari emulsi dan zat
warna yang larut minyak akan ditarik oleh fase minyak.
Contoh : methylen blue larut dalam air, jika dimasukkan dalam emulsi
menimbulkan warna maka terbentuk emulsi tipe minyak dalam air.
Begitu juga untuk pewarna Sudan III larut dalam minyak, jika
EMULGATOR
FORMULA UMUM
3. Metode Botol
Cocok untuk memebuat emulsi minyak yang mudah menguap (minyak
atsiri) dan mempunyai viskositas rendah (minyak yang tidak kental karena
E. EVALUASI SEDIAAN
Uji sifat fisik sediaan emulsi antara lain:
1. Organoleptis
Uji ini mengevaluasi sediaan dari segi bentuk, bau, rasa, dan warna.
2. pH
dilakukan dengan menggunakan pH meter atau stik pH untuk mengetahui
pH sediaan.
3. Berat Jenis
Menurut FI ed IV hal 1030 uji berat jenis dilakukan dengan cara
Menimbang piknometer kering dan bersih
o
Memasukan sampel kedalam piknometer atur suhu 25
o
Selanjutnya diamkan hingga suhu menjadi 20
o
Mengatur suhu kembali menjadi 25
Menimbang pikno+sampel, catat hasil penimbangan kemudian hitung
BJ tersebut.
M
ρ= V
Keterangan :
ρ = berat jenis
M = Massa (g)
V = Volume (ml)
4. Viskositas
Menrut martin dalam bukunya Farmasi fisika hal 1098 rumus viskositas
sebagaii berikut :
1 1. 1
=
2 2. 2
Rumus = 100 %
Cara kerja :
- sediaan dimasukan kedalam tabung sedimentasi yang berskala
- volume yang diisikan merupakan volume awal (Vo)
- setelah beberapa waktu/beberapa hari diamati volume akhir dengan
terjadinya sedimentasi. Volume tarakhir tersebut diuku (Vu).
- Hitung volume sedimentasi
Keterangan ;
F = Volume sedimentasi
Vo = volume awal
Vu = Volume akhir
A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang jenis
sediaan salep.
B. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Salep yang ideal mempunyai karakteristik stabil
dalam penyipanan maupun saat pemakaian, lunak, mudah dipakai,
menggunakan dasar salep yang cocok, terdistribusi merata, tidak menghambat
penyembuhan luka, sesuai pH kulit (sekitar 6-7) dan tidak terlalu banyak
komponen dasar salep.
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat
kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar
salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air
(Syamsuni,2006).
2. Dasar salep serap, adalah dasar salep yang dapat menyerap air. Terdiri
dari :
- adeps lanae , lanolinum
- unguentum simplex , terdiri dari campuran 30 bagian cera flava ,
dan 70 bagian oleum sesami ( minyak wijen)
- hydrophillic petrolatum, dengan pembuatan sebagai berikut
Tiap 100g mengandung :
vaselin album 86
Cera alba 8
Stearyl alcohol 3
Cholesteroli 3
4. Dasar salep yang dapat larut dalam air, terdiri dari PEG, atau
campuran PEG
a. Polyethilenglikol oi ntment (USP)
Tiap g mengandung
PEG 4000 40%
PEG 400 60%
b. Tragachanta
c. P.G.A
d. CMC,HPMC dan golongan celulosa lainnya
(e) Gelones Spumae adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya
: (Jelly) cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin
digunakan terutama pada membran mukosa
sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari
campuran sederhana minyak dan lemak dengan
titik lebur yang rendah.
E. EVALUASI SEDIAAN
Uji Sediaan
A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan
sediaan unguenta dan kontrol sifat fisiknya.
B. Dasar Teori
Salep berlemak umumnya menggunakan basis golongan hidrokarbon yang
bersifat bebas air. Preparat yang mengandung air masih bisa di campurkan
dalam basis ini, akan tetapi relatif kecil karena bila berlebihan akan sulit
bercampur. Basis ini cenderung stabil dan tidak di pengaruhi oleh waktu
(Anwar E, 2012).
Selain basis hidrokarbon, pembuatan salep berlemak juga dapat
menggunakan basis absorpsi (basis serap). Basis ini memungkinkan
panambahan sedikit larutan berair ke dalamnya. Basis ini dibentuk dengan
penambahan zat yang bercampur dengan hidrokarbon dan zat yang memiliki
gugus polar. Sama halnya basis hidrokarbon, basis ini tidak mudah dicuci
dengan air.
Formula
Tema Sediaan Salep yang dibuat pada percobaan kali ini antara lain:
1. Salep Kloramfenikol
2. Salep Gentamicin
3. Salep Hidrokortison
D. CARA KERJA
Cara kerja pembuatan salep mengacu pada prinsip peraturan dasar
pembuatan salep
2. pH
Uji pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui pH krim apakah bersifat
asam, netral atau basa dan mengamati adanya perubahan pH yang
mungkin terjadi selama penyimpanan. Para meter pH untuk kulit yaitu
4,5- 6,5 (Voigt, 1994).
3. Homogenitas
Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
harus menunjukan susunan yang homogen. Uji homogenitas dilakukan
untuk mengetahui apakah pencampuran masing- masing komponen
dalam pembuatan salep tercampur merata (Depkes RI, 1979).
Cara kerja:
Mengambil sediaan krim kemudian mengoleskan ke kaca preparat
4. Daya Sebar
Daya sebar merupakan karakteristik sifat fisik yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan daya sebar sediaan pada kulit yang diolesi.
Semakin luas daya sebar sediaan, maka semakin baik penyebaran
sediaan. Faktor yang mempengaruhi daya sebar sediaan adalah viskositas
sediaan dimana semakin tinggi viskositas, maka daya sebar akan semakin
kecil. Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui kelunakan massa krim
pada waktu dioleskan pada kulit yang diobati (Ihsanudin, 2014).
Cara kerja (Garg et al., 2012) :
Daya sebar diukur dengan cara menimbang krim sebanyak 1 gram
Meletakkan di tengah lempeng bulat berskala
Meletakan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat
125 gram,
Mendiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter sebarnya
6. Daya Proteksi
Dilakukan untuk mengetahui kemampuan proteksi atau perlindungan
terhadap pengaruh asing dari luar seperti debu, polusi dan sinar matahari.
yang mengurangi efektifitas dari krim. Semakin lama waktu yang
dibutuhkan semakin baik daya proteksi krim yang dihasilkan.
Cara Kerja
Menyiapkan dua kertas saring masing-masing sisinya 5x5 cm.
Menetesi kertas saring dengan indikator PP 1%, biarkan hingga kering
(Kertas saring pertama).
Menyiapkan kertas saring kedua diberi garis ukuran 2,5 x 2,5 cm yang
dilapisi dengan lilin di keempat sisinya.
Kertas saring kedua ditumpuk pada kertas saring pertama yang sudah
diberi krim (0,5 gram).
Kemudian dikertas saring kedua ditetesi dengan larutan KOH 1 N.
Diamati beberapa saat, jika tidak timbul warna pink, berarti basis krim
memiliki daya proteksi yang baik. Waktu pengamatan maksimal
dibatasi selama 5 menit.
A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan
sediaan pasta gigi dan kontrol sifat fisiknya.
B. Dasar Teori
Pasta merupakan sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Kelompok pertama dibuat
dari gel fase tunggal mengandung air, misalnya Pasta Natrium
Karboksimetilselulosa, kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya, Pasta
Zink Oksida, merupakan salep yang padat, kaku, yang tidak meleleh pada suhu
tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi (Ditjen
POM, 1995).
Menurut Anief (1997), pasta dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
- Pasta berlemak, adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat
padat (serbuk).
- Pasta kering, adalah pasta bebas lemak mengandung lebih kurang 60%
zat padat (serbuk).
- Pasta pendingin, adalah serbuk minyak lemak dan cairan berair, dikenal
dengan salep tiga dara.
- Pasta dentifriciae, adalah campuran kental terdiri dari serbuk dan
glycerinum yang digunakan untuk pembersih gigi. Contoh dari pasta ini
adalah pasta gigi.
PASTA GIGI
Pasta gigi merupakan bahan semi aqueous yang digunakan bersama-sama sikat
gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh permukaan gigi serta
memberi rasa nyaman pada rongga mulut. Penambahan aroma akan
memberikan rasa nyaman dan menyegarkan pada rongga mulut (Putri MH et
all, 2010).
Definini menurut American Council on Dental Therapeutics (1970) yaitu
uatu bahan yang digunakan dengan sikat gigi untuk membersihkan tempat-
tempat yang tidak dapat dicapai. Menyikat gigi menggunakan pasta gigi
dianjurkan dua kali sehari, yaitu sesudah makanan dan sebelum tidur.
C. KOMPOSISI UMUM
Zat aktif Pewarna
Bahan abrasif Perasa
Pelembab (humektan) Pengawet
Pengikat Pelarut
Diterjen Terapeutik
A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan
sediaan gel dan kontrol sifat fisiknya.
B. Dasar Teori
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus
cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai
kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase
terdispersi (Ansel, 1989). Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada
produk obat-obatan, kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses industri.
Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo, sediaan
pewangi dan pasta gigi (Herdiana, 2007).
Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik
meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-
bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa,
karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis
dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat dengan proses peleburan,
atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang
dari gel (Lachman., dkk, 1994).
Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel
hidrofilik. 1. Dasar gel hidrofobik
Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila
ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara
kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara
spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus
(Ansel, 1989).
KOMPONEN GEL
Gelling Agen
Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk
jarningan yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Polimer hidrofilik
pementuk gel secara spesifik digunakan untuk preparasi sediaan semisolid
bebas lemak, termasuk sedsiaan dental, dermatologi, nasal, rektal dan geli
vaginal.
d. Pendapar
Merupakan material yang ketika dilarutkan dalam suatu pelarut senyawa
ini mampu mempertahankan pH ketika suatu asam atau basa
ditambahkan. Pemilihan dapar yang cocok tergantung dari pH dan
mempunyai toksisitas dan kapasitas dapar yang diingikan. Dapar harus
dapat tercampur dan mempunyai toksisitas yang rendah (Lachman, 1994).
Contoh bahan dapar yang sering digunakan antara lain ; karbonat, sitrat,
glukonat, laktat, fosfat dan borat. Khusus untuk borat biasanya digunakan
pada sediaan topical.
e. Antioksidan
Antioksidan yang ideal bersifat nontosik,ontiritan, efektif pada kosentrasi
rendah larut dalam fase pembawa dan stabil.
Contoh antioksidan:
Asam askorbat (pH stabil 5,4, kosentrasi penggunaan 0,01-0,1%)
Asam sitrat 0,01-1%
Na- metabisulfit
Na-sulfite
(Handbook of exipient)
A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan
sediaan krim dan kontrol sifat fisiknya.
B. Dasar Teori
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung
tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada
2 yaitu: krim tipe air dalam minyak (A/M) dan krim minyak dalam air (M/A).
Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumya berupa surfaktan
surfaktan anionik, kationik dan nonionik (Anief, 2008).
Sifat umum sediaan semi padat terutama krim ini adalah mampu melekat
pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum
sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim yang digunakan sebagai obat
umumnya digunakan untuk mengatasi penyakit kulit seperti jamur, infeksi
ataupun sebagai anti radang yang disebabkan oleh berbagai jenis penyakit
(Anwar, 2012). Selain sebagai obat, krim juga dapat digunakan sebagai
perawatan kulit atau biasa disebut sediaan kosmetik seperti pelembab
pencerah wajah dan jenis kosmetik lainnya.
PENGGOLONGAN KRIM
Krim digolongkan menjadi dua tipe, yakni:
1. Tipe a/m, yakni air terdispersi dalam minyak. Contohnya cold cream. Cold
cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk memberi rasa
dingin dan nyaman pada kulit.
a. Lanolin cream suatu bentuk emulsi tipe A/M yang mengandung air 25%
dan digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit dan mudah dipakai.
b. Cold cream suatu emulsi tipe A/M dibuat dengan pelelehan cera alba,
Cetaceum dan Oleum Amydalarum ditambahkan larutan boraks dalam air
panas, diaduk sampai dingin. Dasar salep ini harus dibuat baru dan
digunakan sebagai pendingin, pelunak dan bahan pembawa obat.
c. Vanishing cream, sebagai dasar untuk kosmetik dengan tujuan pengobatan
kulit. (Anief, 1994)
FASE KOMPONEN
Fase Minyak Hidrokarbon:
Parafin cair, petrolatum, paraffin padat dan lain-lain
Lemak dan Minyak
Minyak zaitun, almond oil, castor oil, trigliserida sintetik
dan lain-lain
Wax :
Beeswax, lanolin, carnauba wax dan lain-lain
Asam lemak
Asam stearat, asam oleat, asam palmitat, asam isostearat dan
lain-lain
Alkohol:
Stearil alkohol, kolesterol, behenil alkohol,oktildodekil
alkohol dan lain-lain
Fase Air Humektan:
Gliserin, propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol,
dipropilen glikol, manitol, PEG glikosida, PCA dan lain-lain
Agen penebal:
Pektin, derivat selulosa, xanthan, gom, Na Alginat,
karaginan dan lain-lain
Alkohol:
Etananol, isopropanolol
Surfaktan Anionik:
{Emulgator) Na Lauril Sulfat, TEA Lauril Sulfat, Karbomer, garam-
garam N-Asilamino dan lain-lain
Kationik:
Dialkil dimetil amonium klorida, Benzalkonium klorida,
Setrimid
Non-Ionik:
Ester-ester glikol dan gliserol
-Gliserin monostearat
-Propilen glikol
Ester-ester sorbitan
Polisorbat
Polivinil alkohol
Penggunaan Konsentrasi(%)
Emollient topical creams 10-30
Topical emulsions 4-25
Topical ointments Hingga 100
Sumber : Rowe et al., 2009
Minyak/ lemak (Anwar, 2012)
Minyak dalam sediaan krim biasanya berfungsi sebagai pelembab kulit,
pewamgi dan pelindung kulit. Minyak yang biasa digunakan dalam sediaan krim
diantaranya : minyak zaitun, minyak coklat, minyak kelapa, minyak jarak dan
lain-lain.
Kelompok asam lemak
a. Asam stearat
Penggunaan asam stearat dalam formulasi topikal krim digunakan
sebagai pengemulsi dan agen pelarutan. Asam stearat dalam penggunaannya
biasanya dinetralkan dengan alkali atau triethanolamin.
FASE CAIR
Merupakan komponen penyusun krim yang bersifat hidrofilik. Pada
keadaan normal (tanpa emulgator) zat ini tidak bercampur dengan fase minyak.
Salah satu bahan fase air meliputi humektan dan zat penegntal. Humektan
digunakan untuk meminimalkan hilangnya air dari sediaan yang mengakibatkan
kekeringan pada sediaan sehingga penggunaan humektan juga dapat
meningkatkan kualitas usapan pada saat pemakaain.
Bahan humektan berkerja dengan cara menarik kelembaban udara di
lingkungan sekitar ke permukaan kulit sehingga akan meningkatkan kadar air
b. Sorbitol
Sorbitol dapat menaikkan kemampuan bahan aktif untuk menembus kulit
dan waktu aktivitasnya. Sorbitol sebagai humektan mempunyai sifat relatif
EMULGATOR/ SURFAKTAN
Zat pengemulsi (emulgator) harus mempuyai kualitas tertentu. Salah
satunya, ia harus dapat dicampurkan dengan bahan formulatif lainnya dan tidak
boleh terurai dalam preparat (Ansel, 1989). Zat pengemulsi merupakan komponen
yang paling penting agar memperoleh emulsa yang stabil. Semua emulgator
bekerja dengan membentuk film (lapisan) di sekeliling butir-butir tetesan yang
terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan
terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Daya kerja emulsifier (zat
Zat pengemulsi dapat dibagi menjadi duagolongan, yaitu emulsifier alami dan
emulsifier buatan.
a. Emulsifier alami Umumnya dapat diperoleh dari tanaman, hewan atau mikroba
yang diperoleh dengan cara eksudat, ekstraksi dan fermentasi. Eksudat
diperoleh dari cairan atau getah pada tanaman. Misalnya gum arab, gum pati,
dan gum tragakan. Hasil ekstraksi biasanya paling banyak diperoleh dari
rumput laut. Sedangkan hasil fermentasi banyak diperoleh dari
mikroorganisme baik. Salah satu gum yang penting dari hasil fermentasi ini
adalah xanthangum.
b. Emulsifier buatan
Yaitu emulsifier alami telah dilakukan sintesis elmusifier buatan seperti ester
dari polioksietilena sorbitan dengan asam lemak yang dikenal sebagai
Tween/Span yang dapat membentuk emulsi m/a. Sabun juga merupakan
emulsifier buatan yang terdiri dari garam natrium dengan asam lemak. Sabun
dapat menurunkan tegangan permukaan air dan meningkatkan daya pembersih
air(Winarno, 1992).
Ketidakstabilan krim ada tiga jenis yaitu flokulasi creaming, dan koalesen.
a. Flokulasi
Flokulasi merupakan penggabungan globul-globul yang dipengaruhi oleh
muatan pada permukaan globul yang teremulsi. Ketidakstabilan seperti ini
dapat diperbaiki dengan pengocokan karena masih terdapatnya film antar
permukaan globul. Meskipun dapat diperbaiki, terjadinya flokulasi dapat
menyebabkan peningkatan terjadinya creaming (Ancel, 1989).
b. Creaming
Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-
beda pada emulsi. Karena dipengaruhi gaya gravitasi, partikel yang memiliki
kerapatan lebih rendah akan naik ke permukaan dan sebaliknya. Krim yang
mengalami creaming dapat didispersikan kembali dengan mudah, dan dapat
membentuk suatu campuran yang homogen dengan pengocokan, karena globul
minyak masih dikelilingi oleh suatu lapisan pelindung dari emulgator. Akan
tetapi terjadinya creaming harus tetap dihindari karena dapat meningkatkan
potensi terjadinya cracking (Ansel, 1989).
c. Cracking
Cracking merupakan pemisahan fase dispersi dan fase terdispersi dari suatu
emulsi yang berhubungan dengan terjadinya coalescence. Coalescence sendiri
merupakan penggabungan antar fase terdispersi atau globul disebabkan oleh
rusaknya lapisan pelindung emulgator. Hal ini menyebabkan sulit untuk
didispersikan kembali dengan pengocokan, bahkan jika jumlah terjadinya
coalescence melebihi batas tertentu maka pendispersian kembali tidak dapat
dilakukan. Cracking dapat terjadi dikarenakan oleh creaming, temperatur
ekstrim, adanya mikroorganisme, penambahan emulgator yang berlawanan,
dan penguraian atau pengendapan emulgator (Ansel, 1989).
d. Inversi
Fenomena terjadi saat fase dalam menjadi fase luar atau sebaliknya. Pada krim
minyak dalam air, fase inversi menyebabkan krim berubah menjadi fase
C. FORMULA
Formula umum Krim
Zat aktif Emolien
Minyak Pengawet
Emulgator Antioksidan
Humektan Pendapar
Aquadestilata