Anda di halaman 1dari 74

PETUNJUK PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID & SEMISOLID

Penyusun :
Tim Dosen Matakuliah Liquid & Semisolid

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI D3 FARMASI
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
TAHUN 2017/2018

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid i


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat-Nya maka buku Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid
dan Semisolid ini dapat terselesaikan penyusunannya oleh dosen pengampu di
Program Studi D3 Farmasi, Politeknik Harapan Bersama Tegal.
Buku Petunjuk Praktikum ini dipersiapkan dalam rangka membantu
pengadaan sarana pendidikan terutama dalam Praktikum Teknologi Sediaan
Liquid dan Semisolid. Dalam praktik mata kuliah ini ini, peserta didik mampu
memahami cara pembuatan obat yang baik, mempelajari preformulasi untuk
merancang formulasi sediaan cair dan masa lembek, dan menguji hasil sediaan
yang dibuat sesuai persyaratan, mengetahui dan memahami cara pemeliharaan
peralatan dalam industri farmasi.
Selanjutnya penyusun membuka diri atas saran dan kritik demi perbaikan
dan penyempurnaan buku petunjuk praktikum ini. Semoga buku petunjuk ini
dapat bermanfaat menuntun para praktikan sebelum melakukan praktikum
mata kuliah Teknologi Sediaan Liquid. Aamiin.

Tegal, 1 Februari 2018

Penyusun

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid ii


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

TATA TERTIB PRAKTIKUM........................................................................................iv

FORMAT LAPORAN.......................................................................................................1

PERCOBAAN I...................................................................................................................2

PERCOBAAN II.................................................................................................................13

PERCOBAAN III................................................................................................................19

PERCOBAAN IV...............................................................................................................28

PENDAHULUAN SEDIAAN SEMISOLID.............................................................37

PERCOBAAN V.................................................................................................................42

PERCOBAAN VI...............................................................................................................47

PERCOBAAN VII..............................................................................................................52

PERCOBAAN VIII............................................................................................................56

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid iii


TATA TERTIB PENGGUNAAN LABORATORIUM
1. Praktikan wajib datang minimal 15 menit sebelum praktikum dilaksanakan
2. Praktikan yang datang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan
mengikuti praktikum
3. Wajib memakai jas laboratorium dan dipakai sebelum praktikan memasuki
laboratorium
4. Praktikum wajib membawa alat perlengkapan praktikum dan buku kelengkapan
praktikum
5. Praktikkan dilarang makan,minum, merokok, berhias, bersenda gurau, dan
menggunakan HandPhone
6. Praktikan tidak diperkenankan duduk di kursi pada saat praktikum sedang
berjalan tanpa izin dari dosen pengampu
7. Harus ikut menjaga dan merawat fasilitas laboratorium
8. Harus membersihkan dan marapikan alat setelah digunakan
9. Harus melaporkan segera kepada teknisi/penanggungjawab laboratorium jika
terjadi kondisi yang tidak aman, kecelakaan, atau kerusakan alat
10. Harus bekerja dilaboratorium dengan mematuhi dan memenuhi standar bekerja di
laboratorium yang baik, seperti tidak memipet dengan mulut, tidak mencium dan
melihat kimia secara langsung dan lain-lain
11. Harus menuliskan bahan habis/ kerusakan alat yang digunakan
12. Jangan meninggalkan alat bekerja sendiri tanpa pengawasan
13. Kerusakan alat karena kecerobohan pengguna harus ditanggung oleh pengguna
yang bersangkutan baik pada saat melakukan praktikum atau penelitian
14. Tidak diperkenankan membuang sisa bahan/larutan/sampel/media/kultur kedalam
saluran air
15. Praktikan diperbolehkan meninggalkan laboratorium setelah praktikum
dinyatakan selesai dan laboratorium dalam keadaan bersih
16. Dosen dan seluruh staf laboratorium berhak menegur dan memberikan sanksi
pada praktikan yang tidak mematuhi Tata Tertib Penggunaan Laboratorium

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid iv


FORMAT LAPORAN

1. Tujuan
2. Dasar teori
Minimal 2 lembar dan cntumkan literaturnya.
3. Formula
Terdiri dari resep standard dan formula yang dibuat
4. Monografi zat

Semua bahan yang terdapat pada formula diuraikan mulai dari


pemerian, kelarutan, kegunaan dalam formula, dan konsentrasi standar.
5. Perhitungan dosis
Lihat contoh percobaan I
6. Perhitungan bahan Lihat
contoh percobaan I
7. Cara kerja pembuatan sediaan
8. Cara kerja evaluasi sediaan
9. Hasil evaluasi sediaan
10. No registrasi sediaan
11. Pembahansan
12. Kesimpulan
13. Dapus

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 1


PERCOBAAN I
PEMBUATAN SEDIAAN SYRUP

A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan
sediaan syrup dan kontrol sifat fisiknya.

B. Dasar Teori
Definisi : Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau perngganti
gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel,
1989). Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain
yang berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan
sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain
(Syamsuni, 2007). Sirup adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok
yang di dalamnya ditambahkan obat atau zat wewangi, merupakan larutan
jerni berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol
yang lain dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi
pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkn kelarutan obat
(Anonim, 1978).

Keuntungan dan kerugian sirup bentuk sediaan sirup (Pharmaceutics,


The Science of dosage Form Design, Aulton, 254-255)
Keuntungan:
1. Lebih mudah ditelan dibandingkan dengan sediaan padat sehingga
mudah digunakan untuk bayi, anak, dewasa dan lanjut usia
2. Segera diabsorbsi karena sudah berada dalam bentuk larutan
3. Obat secara homogeny terdistribusi keseluruh sediaan
4. Mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan
(contohnya Aspirin, KCL) karena segera diencerkan oleh isi
lambung.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 2


Kerugian :
1. Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan
sediaan tablet atau kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis
2. Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuan mikroorganisme,
oleh karena itu memerlukan penambahan pengawet.
3. Ketepatan dosis tergantung pasien untuk menakar
4. Rasa obat yang kurang menyenangkan akan lebih terasa jika
diberikan dalam bentuk larutan dibandingkan dalam bentuk padat.

FORMULA UMUM SYRUP


Zat aktif -Pengawet
Pembasah -Antioksidan
Solubilizer -Pemanis (sweetening agent)
Pengental -pewarna (dye)
Anticaplocing agent -Pewangi (flavouring aget)
Dapar

BAHAN PEMBANTU
a. Anticaploking agent
Mencegah kristalisasi gula di cup botol umumnya digunakan alcohol
plyhydric seperti gliserol, sorbitol, atau propilenglikol. (Aulton, 254-267).
Kosentrasi penggunaan bahan-bahan tersebut dapat dibaca di handbook of
pharmaceutical excipients.
b. Pewangi (Flavouring agent)
Digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dan membuat agar obat dapat
diterima oleh pasien terutama anak-anak.
c. Zat pewarna
Ditambahkan ke dalam sediaan oral cair untuk menutupi penampilan yang
tidak menarik atau meningkatkan penerimaan pasien. Pemakaian zat
warna juga harus dipertimbangkan kelarutan, stabilitas, ketercampuran
dan kosentrasi zat warna dalam sediaan.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 3


d. Pengawet
Pengawet yang digunakan itu harus nontoxic, tidah berbau, stabil dan
dapat bercampur dengan komponen formula lain. Biasanya pemakaia
pengawet dalam suatu formula sering dikombinasi, hal ini karena
penggunaan bahan pengawet secara kombinasi adalah dalam rangka
meningkatkan kemampuan spectrum antimikroba, efek yang sinergis
memungkinkan penggunaan pengawet dalam jumlah kecil singga kadar
toksisitasnya menurun dan mengurangi terjadinya resistensi.
Contoh bahan pengawet;
 Asam dan garam benzoate (0,01- 0,1 %)
 Asam dan garam sorbet (0,05-0,2%)
 Methylparaben (0,015-0,2%)
 Propilparaben (0,01-0,02%)
Penggunaan metylparaben dan propylparaben jika dikombinasikan
kosentrasi pemakaian metilparaben 0,18 dan propilparaben 0,02.
(Handbook of excipient)
e. Antioksidan
Antioksidan yang ideal bersifat nontosik,ontiritan, efektif pada kosentrasi
rendah larut dalam fase pembawa dan stabil.
Contoh antioksidan:
 Asam askorbat (pH stabil 5,4, kosentrasi penggunaan 0,01-0,1%)
 Asam sitrat 0,01-1%
 Na- metabisulfit
 Na-sulfite
(Handbook of exipient)
f. Pemanis
Pemanis merupakan bahan yang berfungsi menutupi rasa yang kurang
disukai pasien.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 4


Contoh bahan pemanis
 Sukrosa
Sukrosa membentuk larutan tidak berwarna yang stabil di pH 4-8.
Pemakaian sukrosa dalam kadar tinggi dapat memberikan rasa manis
yang dapat menutupi rasa pahit /asin dari beberapa senyawa obat serta
dapat pula berfungsi dalam peningkatan viskositas.
 Sorbitol, manitol, gliserol, xytol
Merupakan pemanis yang biasa digunakan untuk penderita dibetes
mellitus, namun dalam dosis tinggi dapat menyebabkan diare. Selain
sebagai bahan pemanis sorbitol juga dapat digunakan sebagai bahan
pengental.
 Aspartam
Bahan ini umum digunakan untuk makanan dan minuman. Aspartame
ini bisa terhidrolisis ketika dipanaskan pada suhu tinggi sehingga rasa
manisnya bisa hilang.
 Thaumatin
Snyawa ini merupakan senyawa paling manis, penggunaanya kadang
dikombinasikan dengan gula karena suka terasa pahit dan rasa logam
stelah mengonsumsi pemanis ini.
g. Dapar
Menurut Lachman dalam bukunya yang berjudul The Theori and practice
of industrial pharmacy edisi III menjelaskan yang dimaksud dapar atau
buffer adalah suatu material yang ketika dilarutkan dalam suatu pelarut
senyawa ini mampu mempertahankan pH ketika suatu asam atau basa
ditambahkan. Pemilihan dapar yang cocok tergantung dari pH dan
mempunyai toksisitas dan kapasitas dapar yang diingikan. Dapar harus
dapat tercampur dan mempunyai toksisitas yang rendah.
Contoh bahan dapar yang sering digunakan antara lain ; karbonat, sitrat,
glukonat, laktat, fosfat dan borat. Khusus untuk borat biasanya digunakan
pada sediaan topical.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 5


h. Pembasah (humectan)
Penambahan bahan pembasah seringkali digunakan pada sediaan
suspense, akan tetapi dalam sediaan sirup terkadang juga dipakai. Fungsi
bahan ini sendiri untuk menurunkan tegangan dipermukaan bahan dengan
air dengan meningkatkan disperse bahan yang tidak larut. Salah satu
bahan yang sering digunakan sebagai bahan pembasah yaitu :gliserin,
propilenglikol, polietilenglikol, dll.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan Zat Aktif Bahan Zat Tambahan
Gelas ukur Paracetamol metylparaben Gliserin
Beakerglass Suqqus Liq Propylparaben Sorbitol
Mortir stamfer Amonicloridum Na/As benzoate Propilenglikol
Cawan uap Diphenhidramin Hbr Ethanol Aquadest
Piknometer Syrup simplex
Viskometer Ostwald Asam Askorbat
Tabung reaksi

D. FORMULASI

Untuk merancang formula terlebih dahulu menentukan resep standar sesuai


dengan tema syrup yang akan dibuat yang selanjutnya dimodifikasi oleh
praktikan tanpa keluar dari ketentuan fungsi dan standar yang telah ditetapkan
literature.
Tema Sediaan Syrup yang dibuat pada percobaan kali ini antara lain:
1. Syrup Paracetamol
2. Syrup OBH
3. Syrup Diphenhidramin Hbr
Adapun contoh formulasi sediaan syrup seperti dibawah ini.
Syrup Dextrometorphan (Tema)

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 6


Resep Standar Dekstrometorfan
FN edisi II Hal 219
Tiap 5ml mengandung :
Dextromethorphani Hydrobromidum 15 mg
Sirup Simplek hingga 5 ml

Formula yang dibuat


Tiap 5 ml mengandung
NAMA BAHAN KOSENTRASI STANDAR DAFTAR PUSTAKAN
Dextromethorphan 15 mg 15mg/5ml FN ed II Hal, 100
Sorbitol 15% 15- 30 % HB of Excipient, hal 679
Gliserol 10% ≤ 20% HB of Excipient, hal 283
Asam Askorbat 0,1% 0,01-0,1% Excipient, 1994, hal 15
Na benzoate 0,1% 0,01-0,1% HB of Excipient, hal 61
Aquadest ad 5 ml
Sediaan dibuat 60 ml

E. PERHITUNGAN PENIMBANGAN BAHAN


Misal sediaan dibuat 60 ml, maka :
Dextromethorphan = 15 mg/5ml x 60ml= 180 mg
Sorbitol 15 % = 15/100 x 60 ml = 9 ml
Gliserol 10 % = 10/100 x 60 ml = 6 ml
Asam Askorbat 0,1 % = 0,1/100 x 60 ml = 0,06 g
Na Benzoat 0,1% = 0,1/100 x 60 ml = 0,06 g
Auadest ad 60 ml = 60 – (9+6+0,06+0,06) = 44,88 ml

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 7


F. PERHITUNGAN DOSIS
Dosis pemakai tiap takaran ditentukan oleh peformula dengan perhitungan
mengacu pada DM, DL atau DP. Perhitungan dosis yang disarankan yaitu
untuk umur 2-5 thn, 6-12 thn dan diatas 12 thn (dewasa). Takaran dosis yang
dipakai yaitu tiap 5 ml (cth), 8 ml (cp) dan 15 ml (C.),

Contoh:
Dextrometorphan
DL= - /15-30 mg
 umur 2-5 tahun
2 tahun
DL 1XP = -
2
1XH = X 30mg = 4,3 mg
2+12
DT dimisalkan 3 x 1 cth (ditentukan oleh peformula)
1XP = 15 mg x 1 cth = 15 mg (tiap 5ml = cth, dilihat dari contoh formula
dextrometorphan diatas)

1XH =3 x 15 = 45 mg
% Dosis
1XP = -
DT 45
1XH = DM X 100% = 4,3 X 100% = 1046%

CATATAN : Pada % DL tidak lebih dari 200 %, maka % dosis


perhitungan diatas disimpulkan over dosis, sehingga
pada Dosis Terapi harus diturunkan agar didapat
takaran yang sesuai. Jika ≠ OD maka perhitungan
dilanjutkan.

Penurunan Dosis Terapi


Dimisalkan DT = 2 X ¼ cth , maka

DT 1XP = 15 X ¼ = 3,75 mg
1XH = 2 X 3,75 mg = 7,5 mg

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 8


% Dosis
1XP = -
DT 7,5
1XH = DM X 100% = 4,3 X 100% = 174%
CATATAN : Pada % DL tidak lebih dari 200 %, maka % dosis
perhitungan diatas disimpulkan tidak over dosis atau
sesuai.
5 tahun
DL 1XP = -
5
1XH = 5+12 X 30mg = 10, 71 mg
DT dimisalkan 3 x ¼ cth
1XP = 15 mg X ¼ = 3,75 mg
1XH = 3 X 3,75 mg = 11,25 mg

% Dosis
1XP = -
11,25
1XH = 10,71 X 100% = 105 % (≠ OD atau sesuai)
Kesimpulan : dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan takaran
dosis untuk umur 2-5 tahun = 2-3 X ¼ cth sehari
 umur 6-12 tahun
6 tahun
DL 1XP = -
6
1XH = X 30mg = 10 mg
6+12
DT dimisalkan 2 x ½ cth (ditentukan oleh peformula)
1XP = 15 mg x ½ cth (tiap 5ml dilihat dari contoh formula dextrometorphan
diatas) =7,5mg

1XH =2 x 7,5 = 15 mg
% Dosis
1XP = -
DT 15
1XH = DM X 100% = 10 X 100% = 150%

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 9


12 tahun
DL 1XP = -
12
1XH = 20 X 30mg = 18 mg
DT dimisalkan 3 x ½ cth
1XP = 15 mg X ½ cth = 7,5 mg
1XH = 3 X ½ cth = 22,5 mg
% Dosis
1XP = -
22,5
1XH = 18 X 100% = 125 %

Kesimpulan : dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan takaran


dosis untuk umur 6-12 tahun = 2-3 X ½ cth sehari

12 tahun > (dewasa)


DL 1XP = -
1XH = 30 mg
DT dimisalkan 3 x 1 cth
1XP = 15 mg X 1 cth = 15 mg
1XH = 3 X 1 cth = 45 mg
% Dosis
1XP = -
45
1XH = 30 X 100% = 150 %

Kesimpulan : dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan takaran


dosis untuk umur 12 tahun > = 3 X 1 cth sehari

G. CARA KERJA
Pada umumya sediaan syrup haruslah jernih (tidak ada partikel) maka dari itu
cara kerja pembuatan syrup yang perlu diperhatikan adalah homogenitas dan
kelarutan zat.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 10


Secara umum cara kerja pembuatan sediaan syrup sebagai berikut ;
1. Menyetarakan timbangan
2. Menyaiapkan bahan yang akan ditimbang
3. Menimbang semua bahan
4. Jika ada bahan serbuk, masukan terlebih dahulu kedalam mortir kemudian
larutkan dengan bahan pelarut yang cocok.
5. Memasukan semua bahan cair secara bergantian aduk ad homogeny
6. Memasukan kedalam wadah beri etiket.

H. EVALUASI SEDIAAN
Uji sifat fisik sediaan syrup antara lain:
1. Organoleptis
Uji ini mengevaluasi sediaan dari segi bentuk, bau, rasa, dan warna.
2. pH
dilakukan dengan menggunakan pH meter atau stik pH untuk mengetahui
pH sediaan.
3. Kejernihan
Dilakukan dengan mengamati larutan sediaan yang sudah dimasukan
kedalam tabung reaksi diamati dibawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus
kerah bawah tabung. Suatu cairan dikatakan jernih jika kejernihanya sama
dengan air.
4. Berat Jenis
Menurut FI ed IV hal 1030 uji berat jenis dilakukan dengan cara

Menimbang piknometer kering dan bersih
 o
Memasukan sampel kedalam piknometer atur suhu 25
 o
Selanjutnya diamkan hingga suhu menjadi 20
 o
Mengatur suhu kembali menjadi 25

Menimbang pikno+sampel, catat hasil penimbangan kemudian hitung
BJ tersebut.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 11


M
ρ= V
Keterangan :
ρ = berat jenis M
= Massa (g) V =
Volume (ml)
Table hasil evaluasi
Air
Replikasi Pikno Kosong (a) Pikno + isi (b) Massa air (b-a)
1
2
3
Rata-rata
Sampel
Replikasi Pikno Kosong (a) Pikno + isi (b) Massa sampel (b-a)
1
2
3
Rata-rata

5. Viskositas
Menrut martin dalam bukunya Farmasi fisika hal 1098 rumus viskositas
menggunakan viskosimeter ostwald sebagai berikut :

1 1. 1
=
2 2. 2
Keterangan :
1 = viskositas sampel (cp) 1 = waktu alir sampel (dtk)
2 = viskositas air (cp) 2 = waktu alir air (dtk)
1 = berat jenis sampel (g/ml)
2 = berat jenis air(g/ml)
Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 12
Tabel Hasil evaluasi
Replikasi t air (detik) t sampel (detik)
1
2
3
Rata-rata

6. Volume terpindahkan
Menurut FI ed IV hal 1089 dirancang untuk menjamin bahwa
sediaan yang dikemas persentase kehilangan tidak kurang dari 95%. Akan
tetapi ketentuan volume uji terpindahkan minimal adalah 30 botol.

Rumus = 100 %

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 13


PERCOBAAN II
PEMBUATAN SEDIAAN ELIXIR

A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan
sediaan elixir dan kontrol sifat fisiknya.

B. Dasar Teori
Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau
yang sedap, mengandung atau selain obat dan zat tambahan seperti pemanis,
pengawet, pewarna, pewangi dan zat tambahan lainya. Bila dibandingkan
dengan syrup, elixir biasanya kurang manis dan kurang kental karena
mengandung gula lebih rendah sehingga kurak efektif dalam menutupi rasa
obat yang kurang menyenangkan. Karena elixir bersifat hidroalkohol, maka
dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air maupun alcohol dalam
larutan elixir. Disamping itu elixir mudah dibuat maka dari itu elixir lebih
disukai. Kadar etanol dalam elixir berfariasi mulai dari yang terendah 3 %
dan paling tinggi 44%. Pada umumnya elixir mengandung 5-10% etanol.

Tujua pembuatan elixir


1. Mempertinggi kelarutan zat berkhasiat
2. Homogenitas lebih terjamin
3. Zat berkhasiat lebih terabsorbsi dalam keadaan terlarut
4. Sediaan berasa manis dan aroma lebih sedap
5. Dapat digunakan oleh orang yang sukar menelan obat terutama anak-
anak.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 14


Pada pembuatan elixir penting diperhatikan kelarutan suatu zat salah
satunya dengan penggunaan pelarut campuarn. Penggunaan pelarut
campuran dapat meningkatkan kelarutan zat dengan melihat kelarutan
maksimum pada masing-masing pelarut. Pemilihan pelarut campuarn
cukup sulit karena sifat toksisitas dan iritasinya. Kombinasi pelarut yang
sering digunakan dalam sediaan farmasi adalah campuran alcohol dan air
atau pelarut lain yang sesuai antara lain sorbitol, gliserin,propilenglikol
dan sirupus simplek.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan elixir


1. Pertumbuhan Kristal yang disebabkan oelh perubahan suhu,
keseragaman ukuran, dll.
2. Ketercampuran zat aktif dengan pelarut campur ataupun zat tambahan
untuk menghindari terjadinya pengendapan. Dasar pemilihan pelarut
campur ; tosisitas, kelarutan, ketercampuran bahan.
3. Untuk penambahan bahan sirupus simplek lebih dari 30 % harus
diperhatikan terjadinya caploking pada tutup botol sediaan. Karena itu
perlu diberikan anticaploking seperti gliserol, sorbitol dll.
Penambahan gliserol dalam dosis tinggi perlu diperhatikan karena
dapat menyebabkan diare.
4. Dalam peningkatkan penerimaan perlu diberikan peningkatan rasa
dengan penambahan pemanis dalam sediaan, disamping itu
ditambahkan rasa dan warna yang sesuai.
5. Untuk sediaan oral pemilihan zat aktif perlu memperhatikan pemerian
(rasa,bau). Pemanis yang digunakan umunya antara lain: gula, sirupus
simplek, sorbitol, siklamat, aspartame.
6. Karena ada komponen air yang mudah dijadikan media pertumbuahn
mikroorganisme maka perlu ditambahkan pengawet biasanya nipagin,
nipasol dan na benzoate.
7. Antar warna dan essen yang ditambahkan harus ada kesesuaian.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 15


FORMULA UMUM ELIXIR

Zat aktif -Pengawet


Pembasah -Antioksidan
Solubilizer utama (etanol dan air) -Pemanis (sweetening agent)
Solubilizer tambahan - Dapar
Pengental -pewarna (dye)
Anticaplocing agent -Pewangi (flavouring aget)

C. Bahan dan Alat


Alat Bahan Zat Aktif Bahan Zat Tambahan
Gelas ukur Paracetamol metylparaben Gliserin
Beakerglass Ambroxol Propylparaben Sorbitol
Mortir stamfer Bromhexine Na/As benzoate Propilenglikol
Cawan uap Ethanol Aquadest
Piknometer Syrup simplex
Viskometer Ostwald Asam Askorbat
Tabung reaksi

D. Formula
Langkah pembuatan formula bisa dibaca di percoban 1.
Tema Sediaan Elixir yang dibuat pada percobaan kali ini antara lain:
1. Elixir Paracetamol
2. Elixir Ambroxol
3. Elixir Bromhexine
E. Cara Kerja
Pada umumya sediaan elixir haruslah jernih (tidak ada partikel) sama seperti
syrup. maka dari itu cara kerja pembuatan elixir yang perlu diperhatikan
adalah homogenitas dan kelarutan zat.
Secara umum cara kerja pembuatan sediaan syrup sebagai berikut ;

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 16


1. Menyetarakan timbangan
2. Menyaiapkan bahan yang akan ditimbang
3. Menimbang semua bahan
4. Bahan aktif dihaluskan dalam mortar kemudian dilarutkan dengan pelarut
utama (campuran etanol+air). Jika kelarutan zat aktif tinggi tambahkan
pelarut pembawa.
5. Jika ada zat tambahan serbuk, masukan terlebih dahulu kedalam mortir
kemudian larutkan dengan bahan pelarut yang cocok.
6. Memasukan semua bahan (usahakan semuabahan terlarut) secara
bergantian aduk ad homogeny
7. Memasukan kedalam wadah beri etiket.

F. EVALUASI SEDIAAN
Uji sifat fisik sediaan elixir antara lain:
1. Organoleptis
Uji ini mengevaluasi sediaan dari segi bentuk, bau, rasa, dan
warna. 2. pH
dilakukan dengan menggunakan pH meter atau stik pH untuk mengetahui
pH sediaan.
3. Kejernihan
Dilakukan dengan mengamati larutan sediaan yang sudah dimasukan
kedalam tabung reaksi diamati dibawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus
kerah bawah tabung. Suatu cairan dikatakan jernih jika kejernihanya sama
dengan air.
4. Berat Jenis
Menurut FI ed IV hal 1030 uji berat jenis dilakukan dengan cara

Menimbang piknometer kering dan bersih
 o
Memasukan sampel kedalam piknometer atur suhu 25
 o
Selanjutnya diamkan hingga suhu menjadi 20
 o
Mengatur suhu kembali menjadi 25

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 17


 Menimbang pikno+sampel, catat hasil penimbangan kemudian hitung
BJ tersebut.

M
ρ= V
Keterangan :
ρ = berat jenis
M = Massa (g)
V = Volume (ml)

5. Viskositas
Menrut martin dalam bukunya Farmasi fisika hal 1098 rumus viskositas
sebagaii berikut :

1 1. 1
=
2 2. 2
Keterangan :
1 = viskositas sampel (cp) 1 = waktu alir sampel (dtk)
2 = viskositas air (1 cp) 2 = waktu alir air (dtk)
1 = berat jenis sampel (g/ml)
2 = berat jenis air(g/ml)
6. Volume terpindahkan
Menurut FI ed IV hal 1089 dirancang untuk menjamin bahwa
sediaan yang dikemas persentase cairan yang tersisa tidak kurang dari
95%. Akan tetapi ketentuan volume uji terpindahkan minimal adalah 30
botol.

Rumus = 100 %

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 18


PERCOBAAN III
PEMBUATAN SEDIAAN SUSPENSI

A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang
pembuatan sediaan suspensi dan kontrol sifat fisiknya.

B. Dasar Teori
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat , tidak larut
dan terdispersi dalam cairan pembawa (Fornas ed II 1978,hal 333). Sediaan
suspense berdasarkan penggunaan dibagi menjadi 3 macam antara lain :
1. Suspensi oral : sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditunjukan untuk penggunaan oral
2. Suspensi topical : sedian cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair ditujukan untuk pemakaian kulit.
3. Suspensi tetes telinga : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel
halus yang ditunjukan untuk pemakaian diteteskan telinga bagian luar.
4. Suspense optalmik : sediaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada
mata.
Syarat pembuatan sediaan suspense menurut FI ed III antara lain :
1. Zat terdispersi harus halus dan tidak mengendap
2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspense
4. Kekentalan suspense tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 19


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam suspense (Lachman Practice, 479-491)
1. Kecepatan sedimentasi
Untuk sediaan farmasi tidak terlalu mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai
sebagai pegangan supaya suspense stabil tidak cepat mengendap.
2. Pembasahan serbuk
Untuk menurunkan tegangan permukaan, maka perlu dipakai wetting
agent atau surfaktan
3. Floatasi (terapung)
Disebabkan oleh
a. Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan
b. Adanya adsorsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi
dengan penambahan humektan
Humektan adalah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat.
Mekanisme humektan: mengganti lapisan udara yang ada
dipermukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi.
contoh : gliserin, propilenglykol.
4. Pertumbuhan Kristal
Larutan air suatu suspense sebenarnya merupakan larutan jenuh. Bila
terjadi perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan Kristal. Hal ini dapat
dihalangi dengan penambahan surfaktan.
5. Pengaruh gula (sukrosa)
a. Suspending agent dengan larutan gula : viskositas akan naik
b. Adanya batas konsentrasi gula dalam campuran dengan suspending
agent bila batas ini dilalui polimer akan menurun
c. Konsentrasi gula yang besar juga dapat menyebabkan kristalisasi yang
cepat
d. Gula cair 25% mudah ditumbuhi bakteri, sehingga dibutuhkan
pengawet (tidak lebih dari 30%, hati-hati terjadinya cap locking)

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 20


METODE PEMBUATAN SUSPENSI
1. Metode Dispersi
Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat
kedalam mucilage yang telah terbentuk, kemudian baru diencerkan. Perlu
diketahui bahwa kadang kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersi
serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau
kontaminan pada serbuk.
2. Metode Praesipitasi
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organic yang
hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organic
diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan
halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Cairan organic tersebut
adalah etanol, propilenglikol dan polietilenglikol.

SISTEM PEMBUATAN SUSPENSI


1. Sistem Flokulasi
Dalam system flokulasi partikel terflokulasi terikat lemah, cepat
mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah
tersuspensi kembali.
2. Sistem deflokulasi
Dalam system deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan dan
akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya
terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.

FORMULA UMUM

Zat aktif -Pengawet


Suspending agent - Dapar
Pembasah (humectan) -Antioksidan
Solubilizer -Pemanis (sweetening agent)
Anticaplocing agent -pewarna (dye)
Pewangi (flavouring aget)

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 21


BAHAN PENSUSPENSI ( Art of compounding, hal 300)
Bahan ini berfungsi memperlambat pengendapan, mencegah penurunan
partikel dan mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak. Cara kerja
bahan ini meningkatkan kekentalan , akan tetapi peningkatan yang berlebih
akan mempersulit sekonstruksi dengan pengocokan. Suspensi yang baik
mempunyai kekentalan yang sedang dan partikel terlindungi dari gumpalan
atau aglomerasi. Hal ini dapat dicapai dengan mencegah muatan partikel
biasanya muatan partikel ada pada media air atau sediaan hidrofil.
Dalam pemilihan bahan pensuspensi ada bebrapa factor yang diperhatikan
yaitu :
1. Pengguanaan bahan oral
2. Komposisi kimia
3. Stabilitas pembawa
4. Produk, sumber, inkompatibilitas dari suspending agent

Contoh bahan suspending agent


1. Golongan plisakarida
Acacia gum, tragakan, alginate starc (the science of dosage form desaign,
Aulton, 275-276, HB Excipients, 1,16,197,541, 581, 622, 654, 691)
2. Golongan selulosa
Metil selulosa, hidroksil etil selulosa, Na-CMC, HPMC, Avicel (the
science of dosage form desaign, Aulton, 275-276, HB Excipients, 95, 97,
112, 283, 287, 289, 386)
3. Golongan tanah liat
Bentonit, alumunium magnesium silikat, hectocrite, veegum (Aulton, 277,
HB Excipients, 42, 343)
4. Golongan sintetik
Carbomer (carboxyvinyl polymer), carboxypolymethylene,
colloidalbsilicon doxide.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 22


CARA PNGEMBANGAN SUSPENDING AGENT
a. Akasia
Larutan akasia dalam air membentuk mucilage kental ( 1 bagian bobot :
10 bagian air).
b. Bentonite (sering digunakan untuk pemakai luar)
Menurut martindale ed 28 hal 950, bentonite ditaburkan dipermukaan air
panas dan didiamkan selama 24 jam kemudian distiner setelah bentonite
terbasahi sempurna. Van duin : bentonite ditambahkan sedikit demisedikit
kedalam air yang telah dihangatkan.
c. CMC Na (Husa’s, hal 167)
Pembuatan pengembangan Na CMC dibuat sama seperti untuk
hidrokoloid yaitu dibuat disperse stok hidrokoloid dengan menaburkan
serbuk Na CMC secara perlahan-lahan kedalam air yang diaduk dengan
cepat.
d. Guar gum (husa’s,165)
Guar gum dapat dikembangkan dalam air dengin atau air panas dan akan
terdispersi membentuk larutan koloidal.
e. Hidroksi Etil Selulosa (Husa’s, hal 167)
Terdapat dua cara yaitu ;
- dibuat disperse stok hidrokoloid dengan menaburkan serbuk Na CMC
secara perlahan-lahan kedalam air yang diaduk dengan cepat.
- Pencampuran kering antar hidrokoloid dan suspensinoid (zat yang
disuspensikan), diikuti penambahan air. Cara ini dai[akai jika hidrasi
dapat dicapai dengan mudah atau waktu yang tersedia cukup.
Kecepatan hidrasi dari campuran kering ini dapat ditingkatkan dengan
triturasi menggunakan humektan seperti gliserol, sorbitol sebelum
ditambahkan.
f. Metil Selulosa (Husa’s, hal 166)
Pengembangan MC dapat dilakukan dengan mendispersikan metal
selulosa dalam 1/3 air mendidih atau dengan mendidihkannya bersama-
sama. Diamkan selama 30 menit ( perhatikan serbuk ketika didispersikan,

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 23


bila tidak sempurna akan membentuk gumpalan yang sukar terdispersi.
Kemudian sisa air ditambahkan dalam keadaan dingin (air es) dan produk
di stirrer sampai homogeny disperse MC dalam air akan berwarna putih
gelam jika disimpan pada suhu ruangan, dan akan bening kembali bila
disimpan di refrigerator. Cara lain yang dapat dilakukan dengan MC
ditambahkan terhadap sekitar 2 kali volume air mendidihnya sambil di
stirrer. Lanjutkan selama 2 jam dan kemudian sisa air ditambahkan.
Diamkan mucilage selama 16 jam.
g. Na Alginat
Dispersi alginate dengan mencampurkan dulu 2-4% alcohol, gliserol, gula
atau zat pendispersi lain yang cocok atau dengan cara mendispersikan Na
Alginat dengan air, diaduk dengan kecepatan tinggi untuk menghindari
penggumpalan. Panas tidak boleh digunakan karena dapat menguraikan
polimer.
h. Tragakan
Mucilago tragakan dalam pembuatannya (van duin) mengandung 2 % dan
dibuat dengan jalan menggerus dahulu serbuk tragakan dengan air
sebanyak 20 kali sampai diperoleh suatu massa yang homogeny dan
kemudian mengencerkannya dengan sisa air

C. Bahan dan Alat


Alat Bahan Zat Aktif Bahan Zat Tambahan
Gelas ukur Kloramfenikol metylparaben Gliserin
Beakerglass Metronidazol Propylparaben Sorbitol
Mortir stamfer Ibuprofen Na/As benzoate Propilenglikol
Cawan uap Ethanol Aquadest
Piknometer Syrup simplex PGA
Viskometer Ostwald Asam Askorbat MC
Tabung reaksi CMC Karbomer

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 24


D. Formula
Langkah pembuatan formula bisa dibaca di percoban 1.
Tema Sediaan Suspensi yang dibuat pada percobaan kali ini antara lain:
1. Suspensi Kloramfenikol
2. Suspensi Metronidazol
3. Suspensi Ibuprofen

E. Cara Kerja
1. Menyetarakn timbangan dan menyiapkan bahan yang akan di timbang
2. Menimbang bahan sesuai takaran
3. Bahan akatif yanag akan digunakan dikembangkan terlebih dahulu.
Misalkan menggunakan Na-CMC sebagai suspending agent maka
dikembangkan dengan cara membuat stok hdrokoloid dengan
menaburkan serbuk Na-CMC secara perlahan-lahan dan sedikit demi
sedikit kedalam mortar yang sudah berisi air panas, setelah semua bahan
serbuk Na-CMC terbasahi diamkan 15 menit lalu aduk dengan cepa.
4. Jika terdapat pembasah, maka bahan aktif dihaluskan dengan
penambahan sedikit demi sedikit aduk sampai homogeny kemudian
tambahkan ke mucilage yang sudah dibuat.
5. Selanjutnya tambahkan bahan excipients lainya kedalam larutan diatas
(jika ada bahan tambahan serbuk seperti pengawet, pendapar dll maka
dilarutkan terlebih dahulu sebelum di campur)
6. Bahan penwangi, pewarna ditambhakan diakhir pembuatan.
7. Memsaukan sediaan yang sudah jadi kedalam boto, beri etiket.

F. EVALUASI SEDIAAN
Uji sifat fisik sediaan suspensi antara lain:
1. Organoleptis
Uji ini mengevaluasi sediaan dari segi bentuk, bau, rasa, dan warna.
2. pH

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 25


dilakukan dengan menggunakan pH meter atau stik pH untuk mengetahui
pH sediaan.
3. Berat Jenis
Menurut FI ed IV hal 1030 uji berat jenis dilakukan dengan cara

Menimbang piknometer kering dan bersih
 o
Memasukan sampel kedalam piknometer atur suhu 25
 o
Selanjutnya diamkan hingga suhu menjadi 20
 o
Mengatur suhu kembali menjadi 25

Menimbang pikno+sampel, catat hasil penimbangan kemudian hitung
BJ tersebut.
M
ρ= V
Keterangan :
ρ = berat jenis
M = Massa (g)
V = Volume (ml)
4. Viskositas
Menrut martin dalam bukunya Farmasi fisika hal 1098 rumus viskositas
sebagaii berikut :

1 1. 1
2 =2. 2
Keterangan :
1 = viskositas sampel (cp) 1 = waktu alir sampel (dtk)
2 = viskositas air (cp) 2 = waktu alir air (dtk)
1 = berat jenis sampel (g/ml)
2 = berat jenis air(g/ml)
5. Volume terpindahkan
Menurut FI ed IV hal 1089 dirancang untuk menjamin bahwa
sediaan yang dikemas persentase kehilangan tidak kurang dari 95%. Akan
tetapi ketentuan volume uji terpindahkan minimal adalah 30 botol.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 26


Rumus = 100 %

6. Volume sedimentasi
Menurut Lachman, dalam bukunya yang berjudul teori dan praktiek
Farmasi industry, ed III Hal 492-493, prinsip dari sedimentasi
perbandingan antara volume akhir Vu sedimen dengan volume Vo sebelum
terjadi pengendapan. Semakin besar nilai Vu semakin baik
suspendibilitasnya.

Cara kerja :
- sediaan dimasukan kedalam tabung sedimentasi yang berskala
- volume yang diisikan merupakan volume awal (Vo)
- setelah beberapa waktu/beberapa hari diamati volume akhir dengan
terjadinya sedimentasi. Volume tarakhir tersebut diuku (Vu).
- Hitung volume sedimentasi

Keterangan ;
F = Volume sedimentasi
Vo = volume awal
Vu = Volume akhir

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 27


PERCOBAAN IV
PEMBUATAN SEDIAAN EMULSI

A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang
pembuatan sediaan emulsi dan kontrol sifat fisiknya.

B. Dasar Teori
Emulsi adalah suatu disperse dimana fasa terdispersi dari bulatan-
bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak
bercampur. Dalam batasan emulsi, fasa terdispersi dianggap sebagai fasa
dalam dan medium pendispersi dianggap sebagai fasa luar atau kontinu
(Ansel, Hal.376).
Telah menjadi ketentuan umum : bahwa yang disebut sebagai sediaan
“ emulsi ” adalah menunjukkan pada sediaan cair yang dimaksudkan untuk
penggunaan oral. Emulsi untuk penggunaan eksternal biasanya langsung
disebut sebagai cream (sediaan semisolid), lotion atau liniment (sediaan
liquid).
Keuntungan Sediaan Emulsi (Ansel, Hal.376)
a. Pemakaian oral (biasanya tipe M/A) bertujuan untuk :
- Menutupi rasa mi yak yang tidak enak
- Lebih mudah dicerna dan diabsorpsi karena ukuran minyak diperkecil
- Meningkatkan efikasi minyak mineral sebagai katalisator bila
diberikan dalam emulsi (minyak mineral sebagai katartik)
- Ketersediaan hayati lebih baik karena sudah dalam bentuk terlarut
(mudah diabsorpsi ukuran partikel minyak kecil)
b. Memperbaiki penampilan sediaan karena merupakan campuran yang
homogeny secara visual
c. Meningkatkan stabilitas obat yang lebih mudah terhidrolisa dalam air
d. Pembuataan sediaan yang depoterapi
- Penetrasi dan absorpsi dapat dikontrol
- Kerja emulsi lebih lama

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 28


Tipe emulsi
Berdasarkan fase terdispersinya emulsi terbagi ( Art of Compounding, hal
315) :
a. Emulsi minyak dalam air (M/A atau O/W)
b. Emulsi air dalam minyak (A/M atau W/O)

Jika dalam pembuatan emulsi menggunakan emulgator surfaktan dapat


terjadi emulsi dengan system komplek, dimana system tersebut mirip
jenis emulsi A/M atau M/A maka disebut Mutiple emultion. Emulsi yang
strukturnya tidak dapat dikenali karena fase air dan fase minyak sangat
homogeny disebut Dual emultion.

Penentuan Tipe Emulsi (Remington Pharmaceutical Science/ RPS 18 th :


300)

1. Uji pengenceran
Tergantung pada bahan yang akan diencerkan. Jika emulsi minyak
dalam air, maka diencerkan dengan air. Begitu juga sebaliknya jika
emulsi air dalm minyak diencerkan dengan minyak
2. Uji konduktifitas
Air merupakan penghantar listrik yang baik. Jikasepasang elektroda
dihubunngkan dengan sebuah lampu dan sumber listrik, kemudian
dimasukkan ke dalam emulsi. Apabila lampunya menyala maka tipe
emulsi minyak dalam air dan jika lampunya tidak menyala maka tipe
emulsi air dalam minyak
3. Uji kelarutan warna
Suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari emulsi dan zat
warna yang larut minyak akan ditarik oleh fase minyak.
Contoh : methylen blue larut dalam air, jika dimasukkan dalam emulsi
menimbulkan warna maka terbentuk emulsi tipe minyak dalam air.
Begitu juga untuk pewarna Sudan III larut dalam minyak, jika

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 29


dimasukan kedalam emulsi dan memberikan warna maka terbentuk
emulsi tipe air dalam minyak.
4. Uji fluoresensi
Minyak jika dipaparkan pada sinar UV akan berfluoresensi. Jika emulsi
dipaparkan pada lampu UV dan semuanya berfluoresensi / berpendar
maka emulsi tipe air dalam minyak. Tetapi jika emulsi dipaparkan pada
lampu UV dan fluoresensinya berbintik – bintik maka emulsi tipe
minyak dalam air
5. Uji arah creaming
Creaming adalah pemisahan antara 2 fase. Jika arah creamingnya ke
bawah maka tipe emulsi yang terbentuk adalah air dalam minyak.
Tetapi jika arah creaming ke atas maka tipe emulsi yang terbentuk
adalam minyak dalam air
6. Uji kertas saring / COCl2
Kertas saring yang dijenuhkan dengan COCl2 dan dikeringkan (biru)
berubah menjadi merah muda, bila emulsi minyak dalam air
ditambahkan. Jika kertas saring ditetesi sampel membentuk cincin air
maka dikatakan emulsi minyak dalam air, sebaliknya bila tidak terdapat
cincin air maka dikatakan emulsi air dalam minyak (Ansel).

EMULGATOR

Untuk mencegah penggabungan kembali globl-globul diperlukan suatu zat


yang dapat membentuk lapisan film diantar globul-globul tersebut sehingga
proses penggabungan menjadi terhalang, zat tersebut adalah zat pengemulsi.
Pemilihan emulgator harus memnuhi persyaratan :
a. Dapat tercampur dengan formula lain
b. Tidak mengganggu stabilitas atau efikasi dari zat terapetik
c. Harus stabil
d. Tidak toksik pada penggunaan (jumlah penggunaannya)
e. Berbau, berasa dan berwarna lemah

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 30


Jenis emulgator dapat dibedakan beberapa macam yaitu ;
1. Golongan Poliskarida
a. Gom Arab/ Gom Akasia
Penggunaan sebagai emulgator dengan konsentrasi 10-20% dan
sebagai suspending agent 5-10% (HB Excipients).
b. Tragakan
Tragakan merupakan eksudat gom kering yang diperoleh dengan
penorehan batang Asragalus gummifer.1 g tragakan serbuk
dicampur dengan 50 ml air akan menghasilkan mucilage yang
bening.tragakan 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu
serbuk tragakan kemudian menambahkan air sebanyak 20 x
hingga diperoleh suatu massa yang homogeny.
c. Na Alginat
Cocok untuk penggunaan sebagai zat pengental dan stabilator
suspense. Penggunaan sebagai emulgator dan suspending agent 1-
5%.
2. Turunan selulosa
a. Metilselulosa
Merupakan turunan selulosa rantai panjang ynag rata-rata
memiliki dua gugus hidroksik pada setiap unit heksosa yang
termetilasi. Penggunaan sebagai emulgator 1-5% dan suspending
agent 1-2%
b. Na CMC
Digunakan untuk suspending agent atau emulgator dengan
konsentrasi 0,25-1%.
c. Avicel
Ada dua bentuk avicel yang digunakan dalam bidang farmasi yaitu
yang dapat membentuk disperse koloid dalam air dan yang tidak
terdispersi dalam air.
d. Hidroksil Etil Selulosa (HB
Excipients) Dll

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 31


3. Polimer Sintetik
Carbomer sering digunakan pada sediaan suspense, tetapi dapat juga
digunakan sebagai emulgator, carbomer sangat higroskropis dan harus
disimpan sekering mungkin untuk mempermudah proses dan
keakuratan penimbangan. Sebagai suspending agent digunakan
kosentrasi 0,5-1 % dan emulgator 0,1-0,5%.

FORMULA UMUM

Zat aktif -Pengawet


Emulgator - Pewangi (flavouring aget)
Pembawa (minyak dan air) - Dapar
Pembasah (humectan) -Antioksidan
Solubilizer -Pemanis (sweetening agent)
Anticaplocing agent -pewarna (dye)

C. Bahan dan Alat


Alat Bahan Zat Aktif Bahan Zat Tambahan
Gelas ukur Minyak Kedelai Metylparaben Gliserin
Beakerglass Minyak Jarak Propylparaben Sorbitol
Mortir stamfer Minyak Jagung Na/As benzoate Propilenglikol
Cawan uap Ethanol Aquadest
Piknometer Syrup simplex PGA
Viskometer Ostwald Asam Askorbat MC
Tabung reaksi CMC Karbomer
Objeck glass

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 32


D. CARA KERJA
Menurut Howard C. Ansel edisi 4, cara kerja pembuatan sediaan emulsi
dibedakan menjadi 3 yaitu Metode continental (gom kering), Metode
Inggris (gom basah) dan metode botol.
1. Metode Kontinental (gom kering) prosesnya cepat
a. Membuat emulsi primer/awal/utama lebih dahulu dengan perbandingan
minyak : air : emulgator = 4 : 2 : 1
Cara pembuatan : masukan emulgator /gom dalam mortar , tambahkan
minyak, aduk hingga tercampur baik. Tambahkan sekaligus air, aduk
cepat hingga terbentuk emulsi utama stabil dan mengeluarkan bunyi
khas pada pergerakan alu.
b. Tambahkan bahan formulatif lain ( pewangi, pemanis, pengental,
anticapolking, pelarut dll dilarutkan dahulu jika ada bahan serbuk
kemudian masukan kedalam emulsi utama).
c. Jika semuanya telah tercampur, masukan kedalam wadah kemudian
evaluasi sediaan.

2. Metode Inggris (gom basah) prosesnya lama


Cocok untuk membuat emulsi dari minyak-minyak yang sangat kental.
a. Emulgator (missal CMC, Tilosa, Veegum, Bentonit) dikembangkan
terlebih dahulu sesuai sifatnya.
b. Membuat emulsi primer/awal/utama lebih dahulu dengan perbandingan
minyak : air : emulgator = 4 : 2 : 1
Cara pembuatan : 1 bagian emulgator /gom dicampur dengan 2 bagian
air hingga terbentuk mucilage. Tambahkan minyak sedikit-demisedikit
aduk cepat dan kekentalan dijaga dengan menambahkan air.
c. Setelah terbentuk emulsi teruskan pengocokan selama 1-3 menit. Jika
semuanya telah tercampur, masukan kedalam wadah kemudian
evaluasi sediaan.
d. Tambahkan bahan formulatif lain ( pewangi, pemanis, pengental,
anticapolking, pelarut dll dilarutkan dahulu jika ada bahan serbuk
kemudian masukan kedalam emulsi utama).
e. Sisa air ditambahkan sedikit demi sedikit sambil diaduk cepat sampai
mencapai volume yang diinginkan.

3. Metode Botol
Cocok untuk memebuat emulsi minyak yang mudah menguap (minyak
atsiri) dan mempunyai viskositas rendah (minyak yang tidak kental karena

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 33


percikan /semburan dapat dicegah. Satu bagian emulgator kering
dimasukan dalam botol dan tambahkan 2 bagian air sekaligus, kocok
hingga terbentuk emulsi. Tambahkan fese luar sisa sedikait demi sedikit,
kocok setiap penambahan.

E. EVALUASI SEDIAAN
Uji sifat fisik sediaan emulsi antara lain:
1. Organoleptis
Uji ini mengevaluasi sediaan dari segi bentuk, bau, rasa, dan warna.
2. pH
dilakukan dengan menggunakan pH meter atau stik pH untuk mengetahui
pH sediaan.
3. Berat Jenis
Menurut FI ed IV hal 1030 uji berat jenis dilakukan dengan cara

Menimbang piknometer kering dan bersih
 o
Memasukan sampel kedalam piknometer atur suhu 25
 o
Selanjutnya diamkan hingga suhu menjadi 20
 o
Mengatur suhu kembali menjadi 25

Menimbang pikno+sampel, catat hasil penimbangan kemudian hitung
BJ tersebut.
M
ρ= V
Keterangan :
ρ = berat jenis
M = Massa (g)
V = Volume (ml)
4. Viskositas
Menrut martin dalam bukunya Farmasi fisika hal 1098 rumus viskositas
sebagaii berikut :

1 1. 1
=
2 2. 2

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 34


Keterangan :
1 = viskositas sampel (cp) 1 = waktu alir sampel (dtk)
2 = viskositas air (cp) 2 = waktu alir air (dtk)
1 = berat jenis sampel (g/ml)
2 = berat jenis air(g/ml)
5. Volume terpindahkan
Menurut FI ed IV hal 1089 dirancang untuk menjamin bahwa
sediaan yang dikemas persentase kehilangan tidak kurang dari 95%. Akan
tetapi ketentuan volume uji terpindahkan minimal adalah 30 botol.

Rumus = 100 %

6. Volume sedimentasi/ dispersitas emulsi/ Creaming


Menurut Lachman, dalam bukunya yang berjudul teori dan praktiek
Farmasi industry, ed III Hal 492-493, prinsip dari sedimentasi
perbandingan antara volume akhir Vu sedimen dengan volume Vo sebelum
terjadi pengendapan. Semakin besar nilai Vu semakin baik dispersitasnya.
Creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan-tetesan terdispersi
berdasarkan densitas dari fase internal dan fase eksternal.

Cara kerja :
- sediaan dimasukan kedalam tabung sedimentasi yang berskala
- volume yang diisikan merupakan volume awal (Vo)
- setelah beberapa waktu/beberapa hari diamati volume akhir dengan
terjadinya sedimentasi. Volume tarakhir tersebut diuku (Vu).
- Hitung volume sedimentasi

Keterangan ;
F = Volume sedimentasi
Vo = volume awal
Vu = Volume akhir

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 35


7. Tipe Emulsi
a. Uji kertas saring / COCl2
Kertas saring yang dijenuhkan dengan COCl2 dan dikeringkan
(biru) berubah menjadi merah muda, bila emulsi minyak dalam air
ditambahkan. Jika kertas saring ditetesi sampel membentuk cincin
air maka dikatakan emulsi minyak dalam air, sebaliknya bila tidak
terdapat cincin air maka dikatakan emulsi air dalam minyak
b. Uji kelarutan warna
Suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari emulsi dan
zat warna yang larut minyak akan ditarik oleh fase minyak.
Contoh : methylen blue larut dalam air, jika dimasukkan dalam
emulsi menimbulkan warna maka terbentuk emulsi tipe minyak
dalam air. Begitu juga untuk pewarna Sudan III larut dalam
minyak, jika dimasukan kedalam emulsi dan memberikan warna
maka terbentuk emulsi tipe air dalam minyak.
c. Uji pengenceran
Metode ini tergantung pada kenyataan bahwa suatu emulsi M/A
dapat diencerkan dengan air dan emulsi A/M dengan minyak. Saat
minyak ditambahkan, tidak akan bercampur ke dalam emulsi dan
dan akan nampak nyata pemisahannya. Tes ini secara benar
dibuktikan bila penambahan air atau minyak diamati secara
mikroskop.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 36


PENDAHULUAN
SEDIAAN SEMISOLID

A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang jenis
sediaan salep.

B. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Salep yang ideal mempunyai karakteristik stabil
dalam penyipanan maupun saat pemakaian, lunak, mudah dipakai,
menggunakan dasar salep yang cocok, terdistribusi merata, tidak menghambat
penyembuhan luka, sesuai pH kulit (sekitar 6-7) dan tidak terlalu banyak
komponen dasar salep.
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat
kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar
salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air
(Syamsuni,2006).

Penggolongan dasar salep berdasarkan bahan pembawa/basis (Widodo,


2012) sebagai berikut :

1). Dasar Salep Hidrokarbon


Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin
putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapat
dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang
kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup.
Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar
dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.

2). Dasar Salep Serap


Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama
terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk
emulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan
kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat
bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep
ini juga berfungsi sebagai emolien.

3). Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air.


Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep
hidrofilik (krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 37


dengan air, karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga
lebih dapat diterima untuk dasar kosmetika. Beberapa bahan obat dapat
menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini dari pada dasar salep
hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat
diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada
kelainan dermatologik.

4). Dasar Salep Larut Dalam Air


Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak
keuntungannya seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak
mengandung bahan tak larut dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat
atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.

Beberapa contoh bahan berdasarkan penggolongannnya


1. Dasar salep hidrokarbon, terdiri dari :
- Vaselin putih ( vaselin album )
- Vaselin kuning (vaselin flavum )
- Campuran vaselin dengan cera flava dan cera alba
- Parafin encer (paraffin liquid)
- Parafin padat (paraffin solid)
- Jelene
- Minyak- minyak tumbuhan

2. Dasar salep serap, adalah dasar salep yang dapat menyerap air. Terdiri
dari :
- adeps lanae , lanolinum
- unguentum simplex , terdiri dari campuran 30 bagian cera flava ,
dan 70 bagian oleum sesami ( minyak wijen)
- hydrophillic petrolatum, dengan pembuatan sebagai berikut
Tiap 100g mengandung :
vaselin album 86
Cera alba 8
Stearyl alcohol 3
Cholesteroli 3

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 38


3. Dasar salep dapat dicuci dengan air, terdiri dari:
a. Dasar salep emulsi o/w, seperti vanishing cream
R/ vanishing cream
Tiap 100g mengandung :
Lanolinum 2,0
Cethylalcohol 1,0
Paraffin liquid 5,0
Acid Stearic 9,0
Kalium Hydroxid 0,5
Propylene glycol 5,0
Aquadest 77,5

b. Emulsifying ointment B.P


Tiap 1000g mengandung :
R/ Emilsifying wax 300
Vaselin album 500
Paraffin liquid 200
Emulsifying wax
R/ Ceotosreatyl alcohol 90
Natrium lauryl sulfat 10
Aquadest 4ml

c. Hydrophilic ointment, dibuat dari minyak mineral , Stearyl lcohol ,


emulgator, dan aquadest.

4. Dasar salep yang dapat larut dalam air, terdiri dari PEG, atau
campuran PEG
a. Polyethilenglikol oi ntment (USP)
Tiap g mengandung
PEG 4000 40%
PEG 400 60%
b. Tragachanta
c. P.G.A
d. CMC,HPMC dan golongan celulosa lainnya

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 39


Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas
dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar
salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan.
Misalnya obat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep
hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat
tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mangandung air.

C. Cara Pembuatan Salep


Menurut Syamsuni, 2012 (Ilmu Resep) dan Widodo H, 2012 (Ilmu
Meracik Obat Untuk Apoteker) secara umum pembuatan salep sebagai
berikut :
(1) Peraturan Salep Pertama
Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan
kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.

(2) Peraturan Salep Kedua


Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan-
peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang
digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang
dipakai dikurangi dari basis.

(3) Peraturan Salep Ketiga.


Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak
dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan
pengayak B40.

(4) Peraturan Salep Keempat


Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus
digerus sampai dingin.

D. Penggolongan Salep Menurut Konsistensinya


Menurut widodo H, 2012 dalam bukunya Ilmu Meracik Obat Untuk Apoteker,
kosistensi salep dibagi sebagai berikut :

(a) Unguenta : adalah salep yang mempunyai konsistensi


seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa
tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 40


(b) Cream : adalah salep yang banyak mengandung air,
mudah diserap kulit. Suatu tipe yang dapat
dicuci dengan air.

(c) Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari


50% zat padat (serbuk). Suatu salep tebal
karena merupakan penutup atau pelindung
bagian kulit yang diberi.

(d) Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung


persentase tinggi lilin (waxes), sehingga
konsistensinya lebih keras.

(e) Gelones Spumae adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya
: (Jelly) cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin
digunakan terutama pada membran mukosa
sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari
campuran sederhana minyak dan lemak dengan
titik lebur yang rendah.

E. EVALUASI SEDIAAN

Uji Sediaan

Unguenta Pasta Gigi Gel Krim Lotion


Organoleptis V V V V V
pH V V V V V
Homogenitas V V V V V
Daya Sebar V V V V V
Daya Lekat V V V V V
Viskositas V V V V V
Daya Proteksi V V V V V
Tipe Emulsi - - - V V

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 41


PERCOBAAN V
PEMBUATAN SEDIAAN UNGUENTA
(Salep Berlemak)

A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan
sediaan unguenta dan kontrol sifat fisiknya.

B. Dasar Teori
Salep berlemak umumnya menggunakan basis golongan hidrokarbon yang
bersifat bebas air. Preparat yang mengandung air masih bisa di campurkan
dalam basis ini, akan tetapi relatif kecil karena bila berlebihan akan sulit
bercampur. Basis ini cenderung stabil dan tidak di pengaruhi oleh waktu
(Anwar E, 2012).
Selain basis hidrokarbon, pembuatan salep berlemak juga dapat
menggunakan basis absorpsi (basis serap). Basis ini memungkinkan
panambahan sedikit larutan berair ke dalamnya. Basis ini dibentuk dengan
penambahan zat yang bercampur dengan hidrokarbon dan zat yang memiliki
gugus polar. Sama halnya basis hidrokarbon, basis ini tidak mudah dicuci
dengan air.

Contoh Bahan Basis Hidrokarbon


1. Petrolatum (Vaselin)
Basis golongan hidrokarbon ini dapat digunakan dalam basis tunggal atau
juga dikombinasi dengan bahan yang lain membentuk basis salep yang
0 0
baik. Zat ini melebur pada suhu 38 –60 C, memiliki struktur yang lembut,
berwarna kuning dan tidak berbau. Vaselin album (vaselin putih) berasal
dari petrolatum yang sudah melalui proses sehingga arna kuning hilang
menjadi arna putih.

Penggunaan Petrolatum Konsentrasi (%)


Emollient topical creams 10–30
Topical emulsions 4–25
Topical ointments Up to 100
Sumber : Rowe, 2009

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 42


2. Basi Salep Kuning (Yellow Ointment)
Setiap 100g mengandung 5% lilin kuning (cera flava) dan 95%
petrolatum. Basis ini biasa disebut basis sederhana (simple oinment)
3. Basis Salep Putih
Basis ini mengandung 5% lilin putih (cera alba) dan 95% petrolatum putih
(vaselin album).
4. Parafin Luquid
Paraffin liquid merupakan minyak mineral hidrokarbon yang
mengandung jumlah rantai C14 – C18. Pemerian paraffin liquid berupa
cairan minyak kental tembus cahaya atau agak buram; tidak berwarna atau
putih; tidak berbau; tidak berasa; agak berminyak. Paraffin liquid ketika
digunakan sebagai bahan tambahan dapat digunakan sebagai basis, emolien
dan pembasah. Penggunaan sebagai basis sediaan semisolid, tidak dapat
digunakan secara tunggal, kombimnasi basis lain yang cocok akan
membentuk basis yang baik.
Penggunaan paraffin liquid dalam sediaan farmasi, baik sebagai zat aktif
maupun sebagai pembawa, perlu ditambahkan antioksidan. Paraffin liquid
merupakan senyawa hidrokarbon yang dapat teroksidasi menjadi senyawa
peroksida dan kemudian terurai.

Penggunaan Konsentrasi (%)


Ophthalmic ointments 3.0–60.0
Topical emulsions 1.0–32.0
Topical lotions 1.0–20.0
Topical ointments 0.1–95.0
Sumber : Rowe, 2009

Contoh Bahan Basis Absorpsi


Basis salep absorpsi dibagi dalam 2 tipe, yaitu bentuk anhidrat (parafin
hidrofilik dan lanolin anhidrat [adeps lanae]) dan bentuk emulsi (lanolin dan
cold cream) yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan tambahan. Adeps
lanae ialah lemak murni dari lemak bulu domba, keras dan melekat sehingga
sukar dioleskan, mudah mengikat air. Adeps lanae hydrosue atau lanolin ialah
adeps lanae dengan kandungan air 25-27% (Yanhendri, 2012)

Petrolatum hidrofilik merupakan bahan yang mempunyai kemampuan


mengabsorpsi air dengan membentuk emulsi air dalam minyak. Beberapa
contoh bahan petrolatum hidrofilik misalnya stearat alkohol, lilin putih dan
vaselin album.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 43


FORMULA UMUM
Zat aktif -Pengawet
Basis salep - Dapar
Emolien -Antioksidan
Solven /cosolven
Pembasah

C. Bahan dan Alat


Alat Bahan Zat Aktif Bahan Zat Tambahan
Gelas ukur Kloramfenikol Metylparaben
Mortir stamfer Gentamicin Propylparaben
Cawan uap Hidrokortison Na/As benzoate
Kaca arloji Ethanol
Daya lekat Gliserin
Objeck glass Sorbitol
Kertas pH Propilenglikol
Dan bahan lain yang cocok

Formula
Tema Sediaan Salep yang dibuat pada percobaan kali ini antara lain:
1. Salep Kloramfenikol
2. Salep Gentamicin
3. Salep Hidrokortison

D. CARA KERJA
Cara kerja pembuatan salep mengacu pada prinsip peraturan dasar
pembuatan salep

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 44


E. EVALUASI SEDIAAN
Uji sifat fisik sediaan salep antara
lain: 1. Organoleptis
Uji ini mengevaluasi sediaan dari segi bentuk, bau, rasa (tekstur), dan
warna.

2. pH
Uji pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui pH krim apakah bersifat
asam, netral atau basa dan mengamati adanya perubahan pH yang
mungkin terjadi selama penyimpanan. Para meter pH untuk kulit yaitu
4,5- 6,5 (Voigt, 1994).

3. Homogenitas
Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
harus menunjukan susunan yang homogen. Uji homogenitas dilakukan
untuk mengetahui apakah pencampuran masing- masing komponen
dalam pembuatan salep tercampur merata (Depkes RI, 1979).
Cara kerja:
 Mengambil sediaan krim kemudian mengoleskan ke kaca preparat

 Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x apakah ada


partikel kasar dalam sediaan.
 Jika masih terdapat pertikel kasar maka dapat dikatakan
sediaan tersebut belum tercampur homogen.

4. Daya Sebar
Daya sebar merupakan karakteristik sifat fisik yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan daya sebar sediaan pada kulit yang diolesi.
Semakin luas daya sebar sediaan, maka semakin baik penyebaran
sediaan. Faktor yang mempengaruhi daya sebar sediaan adalah viskositas
sediaan dimana semakin tinggi viskositas, maka daya sebar akan semakin
kecil. Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui kelunakan massa krim
pada waktu dioleskan pada kulit yang diobati (Ihsanudin, 2014).
Cara kerja (Garg et al., 2012) :
 Daya sebar diukur dengan cara menimbang krim sebanyak 1 gram
 Meletakkan di tengah lempeng bulat berskala
 Meletakan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat
125 gram,
 Mendiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter sebarnya

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 45


5. Daya Lekat
Daya lekat merupakan karakteristik sifat fisik sediaan yang bertujuan
untuk mengetahui lamanya sediaan melekat pada mukosa kulit dalam
waktu tertentu. Parameter yang diperhatikan dalam uji daya lekat ini
adalah dimana semakin tinggi waktu lekatnya, maka semakin tinggi pula
daya lekat sediaan. (Zulkarnain et al., 2013).
Cara Kerja (Yovita, 2016).
 Menimbang 1 gram sampel
 Meletakan pada lempengan dan ditutup lempengan berikutnya
 Memberi beban sebesar 1000 gram sampai 5 menit
 Setelah lima menin mengangkat benban, dibarengi dengan mulai
mengukur lamanya melekat menggunakan stopwatc dan mencatat
hasilnya.

6. Daya Proteksi
Dilakukan untuk mengetahui kemampuan proteksi atau perlindungan
terhadap pengaruh asing dari luar seperti debu, polusi dan sinar matahari.
yang mengurangi efektifitas dari krim. Semakin lama waktu yang
dibutuhkan semakin baik daya proteksi krim yang dihasilkan.
Cara Kerja
 Menyiapkan dua kertas saring masing-masing sisinya 5x5 cm.
 Menetesi kertas saring dengan indikator PP 1%, biarkan hingga kering
(Kertas saring pertama).
 Menyiapkan kertas saring kedua diberi garis ukuran 2,5 x 2,5 cm yang
dilapisi dengan lilin di keempat sisinya.
 Kertas saring kedua ditumpuk pada kertas saring pertama yang sudah
diberi krim (0,5 gram).
 Kemudian dikertas saring kedua ditetesi dengan larutan KOH 1 N.
 Diamati beberapa saat, jika tidak timbul warna pink, berarti basis krim
memiliki daya proteksi yang baik. Waktu pengamatan maksimal
dibatasi selama 5 menit.

Munculnya noda merah pada kertas saring disebabkan adanya interaksi


antara fenolftalien dan senyawa basa (KOH 0,1 N). Dari hasil reaksi
fenolftalien dan KOH 0,1 N akan menghasilkan warna merah pada bekas
tetesan KOH 0,1 N (Lila N.D, 2012)

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 46


PERCOBAAN VI
PEMBUATAN SEDIAAN PASTA
(Pasta Gigi)

A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan
sediaan pasta gigi dan kontrol sifat fisiknya.

B. Dasar Teori
Pasta merupakan sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Kelompok pertama dibuat
dari gel fase tunggal mengandung air, misalnya Pasta Natrium
Karboksimetilselulosa, kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya, Pasta
Zink Oksida, merupakan salep yang padat, kaku, yang tidak meleleh pada suhu
tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi (Ditjen
POM, 1995).

Menurut Anief (1997), pasta dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
- Pasta berlemak, adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat
padat (serbuk).
- Pasta kering, adalah pasta bebas lemak mengandung lebih kurang 60%
zat padat (serbuk).
- Pasta pendingin, adalah serbuk minyak lemak dan cairan berair, dikenal
dengan salep tiga dara.
- Pasta dentifriciae, adalah campuran kental terdiri dari serbuk dan
glycerinum yang digunakan untuk pembersih gigi. Contoh dari pasta ini
adalah pasta gigi.

PASTA GIGI

Pasta gigi merupakan bahan semi aqueous yang digunakan bersama-sama sikat
gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh permukaan gigi serta
memberi rasa nyaman pada rongga mulut. Penambahan aroma akan
memberikan rasa nyaman dan menyegarkan pada rongga mulut (Putri MH et
all, 2010).
Definini menurut American Council on Dental Therapeutics (1970) yaitu
uatu bahan yang digunakan dengan sikat gigi untuk membersihkan tempat-
tempat yang tidak dapat dicapai. Menyikat gigi menggunakan pasta gigi
dianjurkan dua kali sehari, yaitu sesudah makanan dan sebelum tidur.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 47


Menurut Bayuarti (2006), pasta gigi yang baik adalah yang tidak
menyebabkan gigi abrasi, tambalan berubah warna atau mengganggu
keseimbangan bakteri mulut. Awalnya syarat pasta gigi tidak begitu
diperhatikan, tetapi sekarang syarat-syarat tersebut menjadi penting dan
terutama ditekankan pada isi atau kandungannya.
Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
- Menyegarkan mulut
- Tidak berbahaya, lembut dan cocok untuk digunakan
- Stabil selama penyimpanan

JENIS PASTA GIGI


Jenis-jenis Pasta Gigi Ada beberapa jenis pasta gigi yaitu pasta gigi anti
karies, pasta gigi anti plak, pasta gigi pemutih dan pasta gigi herbal.
a. Pasta gigi anti karies Pasta gigi yang beredar dipasaran umumnya
mengandung flour dalam bentuk Natrium fluoride (NaF), Stanium
Flouride (SnF), dan Sodium monoflorofosfat (NaMNF). Pasta gigi
Flouride efektif dalam mencegah dan mengendalikan karies gigi. Flour
dapat menghambat demineralisasi enamel dan meningkatkan
remineralisasi. Flour sangat berperan penting dalam kesehatan gigi
(Agoes,2012).
b. Pasta gigi anti plak Selama dua tahun terakhir, banyak pasta gigi yang
diformulasikan mengandung senyawa antimikroba untuk mencegah
atau mengurangi plak, kalkulus, dan karies gigi. Salah satu senyawa
antimikroba tersebut adalah triklosan dan Na Borat (Agoes,2012).
c. Pasta gigi pemutih Senyawa yang ada dalam pasta gigi yang berfungsi
sebagai pemutih antara lain yaitu enzim, peroksida, surfaktan, sitrat,
pirofosfat, dan hexametaphosfat (Agoes,2012).
d. Pasta gigi anti hipersensitivitas Hipersensitivitas dentin merupakan
suatu kondisi dari gigi yang sakit, berupa rasa sakit yang singkat dan
tajam, diakibatkan dentin yang tersingkap dalam menerima stimulus
yang berasal dari luar. Jenis bahan desensitisasi yang digunakan dalam
pasta gigi adalah Potassium citrate dan Stronsium chloride
(Agoes,2012).

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 48


BAHAN TAMBAHAN (Agoes,2012).
1. Bahan abrasif
Merupakan bahan utama pada pasta gigi, menyusun 20- 50%
kandungan pasta gigi. Bahan abrasif berfungsi untuk membersihkan dan
memoles permukaan gigi tanpa merusak email, dan mencegah akumulasi
stain. Bahan yang sering digunakan antara lain Natrium bikarbonat, Kalsium
karbonat dan Kalsium sulfat.
2. Bahan pelembap
Merupakan bahan yang digunakan sebagai pencegah penguapan air dan
mempertahankan kelembapan pasta. Bahan yang sering digunakan antara
lain gliserin, sorbitol, dan air. Bahan pelembap ini menyusun 10- 30%
kandungan pasta gigi.
3. Bahan pengikat
Merupaka bahan yang berfungsi sebagai pengikat semua bahan dan
membantu memberi tekstur pada pasta gigi. Bahan yang sering digunakan
antara lain karboksimetil selulosa, hidroksimetil selulosa, dan carrageenan.
Bahan pengikat biasanya digunakan pada konsentrasi 0,9-2,0% dari
formulasi.
4. Deterjen/Pembusa
Merupakan bahan yang berfungsi sebagai penurun tegangan permukaan
dan melonggarkan ikatan debris dengan gigi yang akan membantu gerakan
pembersihan sikat gigi. Bahan yang sering digunakan antara lain Natrium
Lauryl Sulfat (SLS) dan Natrium N-Lauryl Sarcosinate. Bahan ini biasanya
digunakan pada konsentrasi 0,5-2,0%.
5. Bahan pengawet
Merupakan bahan yang berfungsi sebagai pencegah kontaminasi bakteri
dan mempertahankan keaslian produk. Bahan yang biasa digunakan adalah
formalin,alcohol dan natrium benzoat.
6. Bahan pemberi rasa
Merupakan bahan yang berfungsi sebagai penutup rasa bahan-bahan
lain yang kurang enak, terutama SLS dan memenuhi selera pengguna.
Bahan yang sering digunakan antara lain peppermint, menthol, eucalyptus
dan sakarin.
7.Pelarut
Merupakan bahan yang berfungsi sebagai pelarut pada sebagian bahan
dan mempertahankan konsistensi dari pasta gigi.
8. Bahan terapeutik
Merupakan bahan aktif yang memiliki fungsi terapi bagi kesehatan gigi
dan mulut, antara lain :

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 49


a. Fluorida, berfungsi sebagai anti karies dan berfungsi sebagai
remineralisasi karies awal. Bahan yang sering digunakan antara lain
natrium monofluorofosfat dan natrium fluorida.
b. Bahan densitasi, berfugsi untuk mengurangi atau menghilangkan
sensitivitas dentin dengan cara efek desensitisasi langsung pada serabut
syaraf. Bahan yang biasa di gunakan antara lain Strontium klorida,
Strontium asetat, Kalium nitrat dan Kalium sitrat.
c. Bahan anti-kalkulus, berfungsi sebagai penghambat mineralisasi plak dan
mengubah ph untuk mengurangi pembentukan kalkulus. Bikarbonat
ditambahkan untuk mengurangi keasaman plak gigi.

C. KOMPOSISI UMUM
Zat aktif Pewarna
Bahan abrasif Perasa
Pelembab (humektan) Pengawet
Pengikat Pelarut
Diterjen Terapeutik

D. CARA KERJA (secara umum)


1. Mengembangkan bahan pengikat sesuai sifatnya, hingga terbentuk mucilago
(Camp. 1)
2. Bahan serbuk yang larut dalam air atau etanol dilarutkan terlebih dahulu (a)
3. Bahan serbuk yang tidak larut dalam air atau etanol dibasahi terlebih dahulu
dengan bahan pembsah (b)
4. Mencampurkan bahan a dan b ad homogen (camp. 2)
5. Mencampurkan campuran 2 ke dalam campuran 1 aduk ad homogen.
6. Menambahkan bahan tambahan cair yang lain ad homogen

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 50


D. EVALUASI SEDIAAN
Uji sifat fisik sediaan pasta gigi antara lain:
1. Organoleptis
2. pH
3. Homogenitas
4. Viskositas
5. Pembentukan Busa
Tingkat pembentukan busa yang terkendali selama penyikatan gigi
diperlukan untuk membantu pensuspensian, dan busa melonggarkan partikel
makanan pada saat penyikatan gigi. Pada saat yang sama

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 51


PERCOBAAN VII
PEMBUATAN SEDIAAN GEL

A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan
sediaan gel dan kontrol sifat fisiknya.

B. Dasar Teori
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus
cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai
kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase
terdispersi (Ansel, 1989). Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada
produk obat-obatan, kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses industri.
Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo, sediaan
pewangi dan pasta gigi (Herdiana, 2007).
Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik
meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-
bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa,
karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis
dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat dengan proses peleburan,
atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang
dari gel (Lachman., dkk, 1994).

Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel
hidrofilik. 1. Dasar gel hidrofobik
Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila
ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara
kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara
spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus
(Ansel, 1989).

2. Dasar gel hidrofilik


Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik
yangbesar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase
pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik
menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak
adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik
biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 52


(Ansel, 1989). Gel hidrofilik umummnya mengandung komponen bahan
pengembang, air, humektan dan bahan pengawet (Voigt, 1994).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi gel :


1. Penampilan gel : Transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang
terdispersi.
2. Geling agen yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi
dengan komponen lain dalam formulasi.
3. Penggunaan geling agen golongan polisakaida perlu penambahan pengawet,
sebab golongan geling agen ini rentan terhadap pertumbuhan mikroba.
4.Konsentrasi polimer atau geling agen harus tepat, sebab dapat terjadi
penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulakan syneresis (air
mengambang di atas pemukaan gel)
5. Pemilihan pelarut tidak boleh bersifat melarutkan gel.


KOMPONEN GEL
Gelling Agen
Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk
jarningan yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Polimer hidrofilik
pementuk gel secara spesifik digunakan untuk preparasi sediaan semisolid
bebas lemak, termasuk sedsiaan dental, dermatologi, nasal, rektal dan geli
vaginal.

Contoh bahan geling agent diantaranya :


1. Golongan plisakarida
Acacia gum, tragakan, alginate starc (the science of dosage form
desaign, Aulton, 275-276, HB Excipients, 1,16,197,541, 581, 622,
654, 691)
2. Golongan selulosa
Metil selulosa, hidroksil etil selulosa, Na-CMC, HPMC, Avicel (the
science of dosage form desaign, Aulton, 275-276, HB Excipients, 95,
97, 112, 283, 287, 289, 386)
3. Golongan tanah liat
Bentonit, alumunium magnesium silikat, hectocrite, veegum (Aulton,
277, HB Excipients, 42, 343)
4. Golongan sintetik
Carbomer (carboxyvinyl polymer), carboxypolymethylene,
colloidalbsilicon doxide.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 53



Bahan tambahan a.
Pengawet
meskipun beberapa basis gel resisten terhadap mikroba, tetapi semua gel
mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai
antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan
inkompatinilitasnya dengan geling agen. Beberapa contoh yang biasa
digunakan dengan gelling agen yaitu Na Benzoat, metilparaben,
propilparaben.
b. Bahan higroskopis
Bahan ini bertujuan untuk mencegah kehilangan air, contoh gliserol,
propilenglikol dan sorbitol.
c. Bahan peningkat penetrasi
Tujuan peningkatan penetrasi adalah untuk mempercepat secara
reversibel pengurangan barier stratum korneum tanpa merusak sel dan
bekerja secara reversibel.

d. Pendapar
Merupakan material yang ketika dilarutkan dalam suatu pelarut senyawa
ini mampu mempertahankan pH ketika suatu asam atau basa
ditambahkan. Pemilihan dapar yang cocok tergantung dari pH dan
mempunyai toksisitas dan kapasitas dapar yang diingikan. Dapar harus
dapat tercampur dan mempunyai toksisitas yang rendah (Lachman, 1994).
Contoh bahan dapar yang sering digunakan antara lain ; karbonat, sitrat,
glukonat, laktat, fosfat dan borat. Khusus untuk borat biasanya digunakan
pada sediaan topical.
e. Antioksidan
Antioksidan yang ideal bersifat nontosik,ontiritan, efektif pada kosentrasi
rendah larut dalam fase pembawa dan stabil.
Contoh antioksidan:
 Asam askorbat (pH stabil 5,4, kosentrasi penggunaan 0,01-0,1%)
 Asam sitrat 0,01-1%
 Na- metabisulfit
 Na-sulfite
(Handbook of exipient)

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 54


C. FORMULA
Formula umum Gel
Zat aktif
Basis
Humektan
Antioksidan
Enhecer
Pengawet
Penambah volume/berat
*Zat aktif yang dipakai dalam percobaan : Na Diklofenak, Klindamicin

D. CARA KERJA (secara umum)


1. Mengembangkan bahan pengikat sesuai sifatnya, hingga terbentuk mucilago
(Camp. 1)
2. Bahan serbuk yang larut dalam air atau etanol dilarutkan terlebih dahulu (a)
3. Bahan serbuk yang tidak larut dalam air atau etanol dibasahi terlebih dahulu
dengan bahan pembsah (b)
4. Mencampurkan bahan a dan b ad homogen (camp. 2)
5. Mencampurkan campuran 2 ke dalam campuran 1 aduk ad homogen.
6. Menambahkan bahan tambahan cair yang lain ad homogen
D. EVALUASI SEDIAAN
1. Organoleptis
2. pH
3. Homogenitas
4. Daya Sebar (baca pada percobaan V)
5. Daya Lekat
6. Daya Proteksi
7. Viskositas

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 55


PERCOBAAN VIII
PEMBUATAN SEDIAAN KRIM

A. Tujuan
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan
sediaan krim dan kontrol sifat fisiknya.

B. Dasar Teori
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung
tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada
2 yaitu: krim tipe air dalam minyak (A/M) dan krim minyak dalam air (M/A).
Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumya berupa surfaktan
surfaktan anionik, kationik dan nonionik (Anief, 2008).
Sifat umum sediaan semi padat terutama krim ini adalah mampu melekat
pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum
sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim yang digunakan sebagai obat
umumnya digunakan untuk mengatasi penyakit kulit seperti jamur, infeksi
ataupun sebagai anti radang yang disebabkan oleh berbagai jenis penyakit
(Anwar, 2012). Selain sebagai obat, krim juga dapat digunakan sebagai
perawatan kulit atau biasa disebut sediaan kosmetik seperti pelembab
pencerah wajah dan jenis kosmetik lainnya.

PERSAYARATAN KRIM (Widodo, 2013)


Sebagai obat luar, krim harus memenuhi beberapa persyaratan berikut:
a. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim harus
bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar.
b. Lunak. Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk yang
dihasilkan menjadi lunak serta homogen.
c. Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui dasar
krim padat atau cair pada penggunaan.

PENGGOLONGAN KRIM
Krim digolongkan menjadi dua tipe, yakni:
1. Tipe a/m, yakni air terdispersi dalam minyak. Contohnya cold cream. Cold
cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk memberi rasa
dingin dan nyaman pada kulit.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 56


2. Tipe m/a, yakni minyak terdispersi dalam air. Contohnya, vanishing cream.
Vanishing cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk
membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak (Widodo, 2013).

a. Lanolin cream suatu bentuk emulsi tipe A/M yang mengandung air 25%
dan digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit dan mudah dipakai.
b. Cold cream suatu emulsi tipe A/M dibuat dengan pelelehan cera alba,
Cetaceum dan Oleum Amydalarum ditambahkan larutan boraks dalam air
panas, diaduk sampai dingin. Dasar salep ini harus dibuat baru dan
digunakan sebagai pendingin, pelunak dan bahan pembawa obat.
c. Vanishing cream, sebagai dasar untuk kosmetik dengan tujuan pengobatan
kulit. (Anief, 1994)

BAHAN EKSIPIEN UTAMA PENYUSUN KRIM (Anwar, 2012)

FASE KOMPONEN
Fase Minyak Hidrokarbon:
Parafin cair, petrolatum, paraffin padat dan lain-lain
Lemak dan Minyak
Minyak zaitun, almond oil, castor oil, trigliserida sintetik
dan lain-lain
Wax :
Beeswax, lanolin, carnauba wax dan lain-lain
Asam lemak
Asam stearat, asam oleat, asam palmitat, asam isostearat dan
lain-lain
Alkohol:
Stearil alkohol, kolesterol, behenil alkohol,oktildodekil
alkohol dan lain-lain
Fase Air Humektan:
Gliserin, propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol,
dipropilen glikol, manitol, PEG glikosida, PCA dan lain-lain
Agen penebal:
Pektin, derivat selulosa, xanthan, gom, Na Alginat,
karaginan dan lain-lain
Alkohol:
Etananol, isopropanolol
Surfaktan Anionik:
{Emulgator) Na Lauril Sulfat, TEA Lauril Sulfat, Karbomer, garam-
garam N-Asilamino dan lain-lain
Kationik:
Dialkil dimetil amonium klorida, Benzalkonium klorida,
Setrimid
Non-Ionik:
Ester-ester glikol dan gliserol
-Gliserin monostearat
-Propilen glikol
Ester-ester sorbitan
Polisorbat
Polivinil alkohol

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 57


FASE MINYAK

Hidrokarbon
a. Paraffin liquidum
Berbentuk cairan kental, transparan, tidak berwarna, berfluorosensi,
hampir tidak berbau dan berasa. Penggunaan dalam krim biasanya 1-32%
(Anwar, 2012).
b. Parafin padat
Paraffin adalah campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan yang
diperoleh dari minyak tanah. Senyawa berbentuk hablur tembus cahaya atau
agak buram; tidak berwarna atau putih; tidak berbau; tidak berasa; agak
berminyak. Paraffin tidak larut dalam air maupun dalam etanol, tetapi
mudah larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap dalam
hampir semua jenis minyak lemak hangat, serta sukar larut dalam etanol
mutlak (Rowe et al., 2009).
c. Vaselin kuning
Berbentuk masa semisolid dengan warna kuning muda hingga
kuning, agak transparan, berminyak, tidak berwarna, berfluorosensi, tidak
berbau dan berasa. Vaselin kuning bersifat mudah terbakar dengan titik
0 0
didih di atas 100 F (37 C). Penggunaan vaselin dalam krim :

Penggunaan Konsentrasi(%)
Emollient topical creams 10-30
Topical emulsions 4-25
Topical ointments Hingga 100
Sumber : Rowe et al., 2009


Minyak/ lemak (Anwar, 2012)
Minyak dalam sediaan krim biasanya berfungsi sebagai pelembab kulit,
pewamgi dan pelindung kulit. Minyak yang biasa digunakan dalam sediaan krim
diantaranya : minyak zaitun, minyak coklat, minyak kelapa, minyak jarak dan
lain-lain.

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 58



Kelompok Waxes (Rowe et al., 2009). a.
White wax
White wax adalah bentuk lilin kuning yang diputihkan
secara kimia dan digunakan dalam aplikasi yang serupa: misalnya, untuk
meningkatkan konsistensi krim dan salep, dan untuk menstabilkan emulsi
air dalam minyak.
b. Yellow wax
Yellow wax digunakan dalam makanan, kosmetik, dan
produk kembang gula. Penggunaan utamanya adalah dalam formulasi
farmasi topikal, di mana itu digunakan pada konsentrasi 5-20%, sebagai
zat pengaku pada salep dan krim. Yellow wax juga digunakan dalam
emulsi karena itu memungkinkan air untuk dimasukkan ke dalam emulsi
air-dalam-minyak.
c. Spermaceti wax/ cetaceum
Spermaceti wax adalah zat pengeras, pengemulsi dan
emolien yang digunakan dalam krim dan salep sebagai pengganti
spermaceti alami.

Sumber : Rowe et al., 2009


Kelompok asam lemak
a. Asam stearat
Penggunaan asam stearat dalam formulasi topikal krim digunakan
sebagai pengemulsi dan agen pelarutan. Asam stearat dalam penggunaannya
biasanya dinetralkan dengan alkali atau triethanolamin.

Sumber : Rowe et al., 2009

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 59


b. Asam oleat
Asam oleat digunakan sebagai agen pengemulsi dalam makanan
dan sediaan topikal farmasi. Selain itu, juga dapat digunakan untuk
meningkatkan penetrasi bahan obat.

Kelompok alkohol (lemak alkohol)
Kelompok ini merupakan alkohol yang bersifat seperti lemak sehingga
digunakan sebagai bahan pengemulsi dan penstabil sifat fisik krim. Bahan jenis
ini dapat bergabung dengan air dan bahan-bahan hidrofil , serta resisten
terhadap oksidasi. Alkohol lemak tinggi rantai lurus meliputi : lauril alkohol,
setil alkohol dan stearil alkohol.
a. Stearil alkohol
Stearil alkohol sering digunakan dalam sediaan topikal farmasi
kosmetik seperti krim dan salep. Stearil alkohol dapat meningkatkan
viskositas, stabilitas suatu emulsi dan meningkatkan penetrasi bahan obat
pada sediaan transdermal. Selain itu stearil alkohol dapat digunakan sebagai
penahan air.
b. Cetyl alkohol
Cetyl alcohol secara luas digunakan dalam kosmetik dan formulasi
farmasi seperti supositoria, dosis padat yang pelepasan obatnya dimodifikasi
dalam bentuk, emulsi, losion, krim, dan salep. Penggunaan cetyl alkohol
dalam emulsi semipadat biasanya dikombinasikan dengan emulsifier cair
untuk mencegah penggabungan tetesan. Oleh karena itu, cetyl alcohol
kadang-kadang disebut sebagai penghalusan konsistensi sediaan.

Sumber : Rowe et al., 2009

FASE CAIR
Merupakan komponen penyusun krim yang bersifat hidrofilik. Pada
keadaan normal (tanpa emulgator) zat ini tidak bercampur dengan fase minyak.
Salah satu bahan fase air meliputi humektan dan zat penegntal. Humektan
digunakan untuk meminimalkan hilangnya air dari sediaan yang mengakibatkan
kekeringan pada sediaan sehingga penggunaan humektan juga dapat
meningkatkan kualitas usapan pada saat pemakaain.
Bahan humektan berkerja dengan cara menarik kelembaban udara di
lingkungan sekitar ke permukaan kulit sehingga akan meningkatkan kadar air

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 60


dalam kulit. Humektan dapat menarik air dari udara sekitar dengan kelembaban
mencapai 80%. Kemampuan humektan dalam menyerap air akan menghidrasi
lapisan korneum, jaringan kulit mengembang, ukuran pori-pori menjadi besar
sehingga permeabilitas stratum korneum meningkat dan penembusan zat aktif
akan melintasi lapisan bagian dalam kulit.
Gliserin, sorbitol dan propilen glikol merupakan contoh bahan yang dapat
digunakan sebagai humektan. Ketiga bahan tersebut selain sebagai humektan juga
dapat meningkatkan penetrasi bahan obat. Gliserin memiliki pengaruh yang lebih
besar dibanding sorbitol dan propilenglikol terhadap daya hambat bakteri S.
aureus. Sedangkan gliserin dan sorbitol memiliki pengaruh yang sama terhadap
daya hambat bakteri P. aeruginosa (Santoso, 2018).

Contoh bahan humektan


a. Gliserin
Gliserin merupakan humektan yang paling efektif karena memiliki
kemampuan untuk meningkatkan absorbsi air dari lapisan dermis ke lapisan
epidermis atau mengabsorbsi air dari lingkungan ketika kelembabannya lebih
tinggi dari kulit. Humektan merupakan skin conditioning agents yang dapat
meningkatkan kelembaban kulit. Fungsinya adalah sebagai komponen
higroskopis yang menarik air dan mengurangi jumlah air yang menguap dari
permukaan kulit. penggunaan gliserin sebagai humektan umumnya sampai
30%. Gliserin pada konsentrasi tinggi menimbulkan efek iritasi pada kulit dan
lebih disukai konsentrasi gliserin 10-20 % (Jellinek, 1970 diacu dalam santoso,
2018).

Sumber : Rowe et al., 2009

b. Sorbitol
Sorbitol dapat menaikkan kemampuan bahan aktif untuk menembus kulit
dan waktu aktivitasnya. Sorbitol sebagai humektan mempunyai sifat relatif

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 61


inert dan kompatibel dengan beberapa bahan tambahan. Sorbitol juga memiliki
fungsi yang sama dengan gliserin yaitu untuk menarik air dari lingkungan ke
sistem agar kestabilan sediaan tetap terjaga . Konsentrasi sorbitol sebagai
humektan yaitu (0,5%-15%).

Sumber : Rowe et al., 2009


c. Propilen glikol
Sama seperti gliserin dan sorbitol, humektan propilenglikol mampu
berikatan dengan air membentuk ikatan hidrogen sehingga mampu mengikat
air. Propilenglikol selain digunakan sebagai humektan juga dapat digunakan
sebagai pelarut, ekstraktan, pengawet, disinfektan pelarut, agen penstabil,
kosolven larut air dan antimikroba pada berbagai sediaan. Propilenglikol lebih
mudah melarutkan beberapa senyawa daripada gliserin seperti kortikosteroid,
fenol, sulfa, alkaloid dan flavonoid.

Sumber : Rowe et al., 2009

EMULGATOR/ SURFAKTAN
Zat pengemulsi (emulgator) harus mempuyai kualitas tertentu. Salah
satunya, ia harus dapat dicampurkan dengan bahan formulatif lainnya dan tidak
boleh terurai dalam preparat (Ansel, 1989). Zat pengemulsi merupakan komponen
yang paling penting agar memperoleh emulsa yang stabil. Semua emulgator
bekerja dengan membentuk film (lapisan) di sekeliling butir-butir tetesan yang
terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan
terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Daya kerja emulsifier (zat

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 62


pengemulsi) terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik
padaminyak maupun air (Anief, 1996).

Zat pengemulsi dapat dibagi menjadi duagolongan, yaitu emulsifier alami dan
emulsifier buatan.
a. Emulsifier alami Umumnya dapat diperoleh dari tanaman, hewan atau mikroba
yang diperoleh dengan cara eksudat, ekstraksi dan fermentasi. Eksudat
diperoleh dari cairan atau getah pada tanaman. Misalnya gum arab, gum pati,
dan gum tragakan. Hasil ekstraksi biasanya paling banyak diperoleh dari
rumput laut. Sedangkan hasil fermentasi banyak diperoleh dari
mikroorganisme baik. Salah satu gum yang penting dari hasil fermentasi ini
adalah xanthangum.

b. Emulsifier buatan
Yaitu emulsifier alami telah dilakukan sintesis elmusifier buatan seperti ester
dari polioksietilena sorbitan dengan asam lemak yang dikenal sebagai
Tween/Span yang dapat membentuk emulsi m/a. Sabun juga merupakan
emulsifier buatan yang terdiri dari garam natrium dengan asam lemak. Sabun
dapat menurunkan tegangan permukaan air dan meningkatkan daya pembersih
air(Winarno, 1992).

Sistem kesimbangan hidrofil-lipofil (hydrophile-lipophile balance, HLB)

Surfaktan atau amfifil, menurunkan tegangan antarmuka minyak-air dan


membentuk film monomolekuler. Sifat-sifat aktif dari molekul surfaktan disebut
kesimbangan hidrofil-lipofil (hydrophile-lipophile balance, HLB). Keseimbangan
dari sifat hidrofilik dan sifat lipofilik dari suatu pengemulsi menentukan apakah
akan dihasilkan suatu emulsi m/a atau a/m.
Umumnya emulsi m/a terbentuk jika kesimbangan hidrofil-lipofil dari
pengemulsi berkisar antara 9-12, dan terbentuk emulsi a/m jika jaraknya berkisar
antara 3-6.. Fase dimana zat aktif permukaan itu lebih larut adalah fase kontinu.
Jenis zat pengemulsi dengan harga kesimbangan hidrofil-lipofil yang tinggi lebih
suka larut di dalam air dan menghasilkan terbentuknya suatu emulsi m/a. Keadaan
sebaliknya terjadi dengan surfaktan yang memiliki kesimbangan hidrofil-lipofil
rendah, yang cenderung untuk membentukemulsi a/m (Martin, et al., 1993).

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 63


KETIDAKSTABILAN KRIM

Ketidakstabilan krim ada tiga jenis yaitu flokulasi creaming, dan koalesen.
a. Flokulasi
Flokulasi merupakan penggabungan globul-globul yang dipengaruhi oleh
muatan pada permukaan globul yang teremulsi. Ketidakstabilan seperti ini
dapat diperbaiki dengan pengocokan karena masih terdapatnya film antar
permukaan globul. Meskipun dapat diperbaiki, terjadinya flokulasi dapat
menyebabkan peningkatan terjadinya creaming (Ancel, 1989).

b. Creaming
Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-
beda pada emulsi. Karena dipengaruhi gaya gravitasi, partikel yang memiliki
kerapatan lebih rendah akan naik ke permukaan dan sebaliknya. Krim yang
mengalami creaming dapat didispersikan kembali dengan mudah, dan dapat
membentuk suatu campuran yang homogen dengan pengocokan, karena globul
minyak masih dikelilingi oleh suatu lapisan pelindung dari emulgator. Akan
tetapi terjadinya creaming harus tetap dihindari karena dapat meningkatkan
potensi terjadinya cracking (Ansel, 1989).
c. Cracking
Cracking merupakan pemisahan fase dispersi dan fase terdispersi dari suatu
emulsi yang berhubungan dengan terjadinya coalescence. Coalescence sendiri
merupakan penggabungan antar fase terdispersi atau globul disebabkan oleh
rusaknya lapisan pelindung emulgator. Hal ini menyebabkan sulit untuk
didispersikan kembali dengan pengocokan, bahkan jika jumlah terjadinya
coalescence melebihi batas tertentu maka pendispersian kembali tidak dapat
dilakukan. Cracking dapat terjadi dikarenakan oleh creaming, temperatur
ekstrim, adanya mikroorganisme, penambahan emulgator yang berlawanan,
dan penguraian atau pengendapan emulgator (Ansel, 1989).
d. Inversi
Fenomena terjadi saat fase dalam menjadi fase luar atau sebaliknya. Pada krim
minyak dalam air, fase inversi menyebabkan krim berubah menjadi fase

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 64


sebaliknya yaitu air dalam minyak. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan
temperatur, penambahan elektrolit, perubahan rasio volume fase dispersi atau
terdispersi, dan dengan mengubah emulgator(Ancel, 1989).

C. FORMULA
Formula umum Krim
Zat aktif Emolien
Minyak Pengawet
Emulgator Antioksidan
Humektan Pendapar
Aquadestilata

*Zat aktif yang akan digunakan dalam percobaan : Aciklovir, Klindamicin

D. CARA KERJA SECARA UMUM (Santoso,2018)


1. Fase minyak dalam bentuk padat menggunakan cawan di atas waterbatch
0
dengan suhu 60 C dilebur terlebih dahulu.
2. Fase air dipanaskan beberapa drajat di atas suhu titik leleh fase minyak.
3. Hasil peleburan dimasukan ke dalam mortir hangat sambil menambahkan
air suling sedikit demi sedikit secara bergantian aduk sampai homogen.
4. Bila terdapat bahan obat atau bahan tambahan dalam bentuk serbuk
terlebih dahulu dilarutkan atau dibasahi dengan pelarut atau pembasah
yang cocok, kemudian campurkan kedalam fase emulsi yang telah
homogen (point 3).

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 65


E. EVALUASI SEDIAAN
1. Organoleptis 7. Tipe emulsi krim (baca pada percobaan IV)
2. pH 8. Viskositas
3. Homogenitas
4. Daya Sebar (baca pada percobaan V)
5. Daya Lekat
6. Daya Proteksi

Praktikum Teknologi Sediaan Liuid dan Semisolid 66

Anda mungkin juga menyukai