Anda di halaman 1dari 35

PETUNJUK PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SEMIPADAT DAN CAIR


(PROGRAM S1)

LABORATORIUM
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SEMIPADAT DAN CAIR

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2022
UNIVERSITAS PANCASILA
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA

PERSETUJUAN MATERI PRAKTIKUM

Mata Praktikum : Teknologi Farmasi Sediaan Semipadat dan Cair


Semester IV
Beban SKS 1
Tahun Akademik : 2021 / 2022

Jakarta, 22 Februari 2022

Mengetahui, Disetujui oleh :

Wakil Dekan I Dosen Koordinator

Dr. apt. Dian Ratih L, M.Biomed. Dr. apt. Kartiningsih, M.Si.

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... 3


TATA TERTIB LABORATORIUM .................................................................................................. 4
FORMAT LAPORAN RESMI........................................................................................................... 5
CARA PENULISAN PROPOSAL PRAKTIKUM ............................................................................. 6
MATERI SIRUP ................................................................................................................................ 7
MATERI ELIKSIR ............................................................................................................................ 8
MATERI GARGARISMA DAN FACE LOTIO .............................................................................. 12
MATERI SUSPENSI ....................................................................................................................... 13
MATERI SUSPENSI REKONSTITUSI........................................................................................... 15
MATERI EMULSI .......................................................................................................................... 18
MATERI KRIM............................................................................................................................... 20
MATERI SALEP ............................................................................................................................. 23
MATERI GEL DAN EMULGEL..................................................................................................... 25
PUSTAKA....................................................................................................................................... 35

3
TATA TERTIB LABORATORIUM

1. Setiap Praktikan harus datang tepat waktu dan harus mengisi daftar hadir.
2. Jika tidak masuk harus memberikan surat keterangan sebab tidak masuk praktikum. Bagi
yang tidak mengikuti praktikum tanpa surat keterangan, untuk selanjutnya tidak
diperkenankan mengikuti praktikum.
3. Selama mengikuti praktikum harus tertib, tenang dan memakai baju praktikum yang bersih
dengan nama masing-masing praktikan.
4. Setiap selesai melakukan praktikum, hasilnya harus dikumpulkan dan disahkan oleh
asisten yang bertugas.
5. Sebelum melakukan praktikum, praktikan wajib membuat laporan sementara yang akan
dipraktikumkan dan disahkan oleh asisten yang bertugas.
6. Setiap kali praktikum harus membuat laporan hasil praktikum dan harus dikumpulkan
sehari sebelum praktikum berikutnya.
7. Mahasiswa yang belum menyerahkan laporan hasil prakrikum yang telah dilakukan, tidak
diperbolehkan melanjutkan praktikumnya.
8. Sebelum meninggalkan laboratorium, diharuskan membersihkan, mengembalikan bahan
dan alat praktikum ke tempat semula dalam keadaan tertutup dan memperhatikan alat-alat
yang dipakai dalam keadaan bersih dan baik.
9. Praktikan yang memecahkan atau menghilangkan alat praktikum, wajib mengganti paling
lambat dalam waktu 1 minggu.
10. Bagi praktikan yang tidak dapat hadir di hari praktikumnya, diwajibkan mengganti
praktikum di hari lain.
11. Hal – hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur lebih lanjut dengan
pengumuman tersendiri.
12. Dilarang makan dan minum di dalam laboratorium.

Dosen Pembimbing Praktikum,


• Dr. apt. Kartiningsih, M.Si.
• Dr. apt. Siti Umrah Noor, M.Si
• Dr. rer. nat.apt. Deni Rahmat, M.Si
• Dr. apt. Faizatun, M.Si
• apt. Anarisa Budiati, S.Farm., M.Farm.
• apt. Safira Nafisa, S. Farm., M.Si.

4
FORMAT LAPORAN RESMI
(1 kelompok 1 laporan diketik dan dikumpulkan dalam bentuk pdf
dan dibuat dalam bentuk power point untuk dipresentasikan)

PADA COVER BERISI :


PRAKTIKUM KE :
JUDUL MATERI PRAKTIKUM :
TANGGAL PRAKTIKUM :
GRUP DAN KELOMPOK PRAKTIKUM :
KETUA DAN ANGGOTA KELOMPOK PRAKTIKUM :

ISI LAPORAN :
o TUJUAN
o TEORI DASAR
o DATA PREFORMULASI
o FORMULA
o PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
o PEMBUATAN
o EVALUASI DAN TABULASI DATA
o PEMBAHASAN
o KEMASAN (FOTOKOPI BROSUR DAN ETIKET DI TEMPEL)
o KESIMPULAN DAN SARAN
o DAFTAR PUSTAKA
o **DOKUMENTASI SAAT DAN/ATAU HASIL PRAKTIKUM

5
CARA PENULISAN PROPOSAL PRAKTIKUM
(1 kelompok 1 laporan, dibuat dalam bentuk power point untuk
dipresentasikan)

1. Judul Praktikum
2. Tujuan
3. Teori dasar
4. Data Preformulasi zat aktif dan eksipien
5. Formula lengkap
6. Perhitungan dan Penimbangan
7. Pembuatan
8. Evaluasi dan Tabulasi Data
9. Rancangan Kemasan
10. Daftar Pustaka

6
MATERI SIRUP
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia terlarut, terdispersi secara
molekuler dalam pelarut. Sirup merupakan larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar
tinggi. Pada sediaan sirup obat mengandung bahan berkhasiat yang larut dalam air. Sediaan sirup obat
mengandung pemanis, dapat mengandung pengawet, pengental, pemberi rasa, dan pewarna. Salah satu
pemanis yang dapat digunakan yaitu sirupus simpleks yaitu larutan sukrosa hampir jenuh dalam air.
Disamping sukrosa dan gula lain, senyawa poliol tertentu seperti sorbitol atau gliserin dapat digunakan
dalam larutan oral untuk menghambat penghabluran dan untuk mengubah kelarutan, rasa, dan sifat lain
zat pembawa.

Ø TUJUAN
- Mengetahui cara pembuatan dan komposisi bahan dalam sediaan sirup.

Ø FORMULA
- Bahan berkhasiat (larut dalam air)
- Eksipien :
1. Pemanis
2. Anticaplocking
3. Pengawet
4. Thickening agent
5. Flavouring agent (pemberi rasa dan pewarna)
6. Pelarut (aquades)

CARA PEMBUATAN EVALUASI SIRUP


1. Organoleptik
2. pH larutan
3. Bobot jenis
4. Viskositas dan sifat alir
5. Volume terpindahkan
6. Stabilitas

7
MATERI ELIKSIR
Eliksir adalah larutan yang mengandung hidroalkohol (kombinasi dari air dan etil alkohol) yang jernih
dan manis yang biasanya diberi rasa untuk menambah kesukaan. Dibandingkan sirup, eliksir biasanya
kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah, sehingga kurang
efektif dalam menutupi rasa senyawa obat. Sifat hidroalkohol eliksir mampu mempertahankan
komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan yang larut dalam alkohol dibandingkan sirup.
Penting untuk diketahui bahwa pengenceran larutan oral dengan air yang mengandung kosolven seperti
etanol, dapat menyebabkan pengendapan bahan terlarut. Jika terdapat kosolven, pengenceran larutan
pekat perlu berhati-hati.

Untuk dapat menyatakan sebagai eliksir, larutan harus mengandung etanol. Namun karena kadar etanol
tinggi dapat menimbulkan efek farmakologi jika diberikan secara oral, dapat digunakan kosolven lain
seperti gliserin dan propilen glikol, untuk mengurangi jumlah etanol yang diperlukan. Konsentrasi
alkohol (etanol 96%) yang terdapat dalam sediaan OTC oral berdasarkan FDA: (Sumber: Remington
Pharmaceutical Science hal. 746)
Anak < 6 tahun : maksimal 0,5%
Anak 6-12 tahun : maksimal 5%
Anak > 12 tahun atau dewasa : maksimal 10%

Ø TUJUAN
Mengetahui cara pembuatan sediaan eliksir dengan melihat pengaruh penambahan pelarut
campur terhadap kelarutan suatu zat.

Ø FORMULA
- Bahan berkhasiat (sukar larut dalam air)
- Eksipien
1. Pelarut campur (kosolven)
2. Surfaktan (jika zat aktif tidak larut dalam kosolven)
3. Dapar
4. Pengawet
5. Pemanis
6. Flavouring agent (pemberi rasa dan pewarna)

Kombinasi pelarut campur yang banyak digunakan


Alkohol
Air
Gliserin
Propilen glikol
Sorbitol solutio
Polietilen glikol

8
Ø CONTOH FORMULA
Parasetamol 120 mg/5 mL
Etanol 10%
Propilen glikol 15%
Sirup simplex 15%
Na benzoat 0,1%
Air ad 200 mL

Catatan
a. Menentukan konstanta dielektrika (ϵ) zat aktif
b. Menentukan komponen pelarut campur berdasarkan konstanta dielektrika zat aktif (dari
percobaan).
Caranya :
1. Sejumlah tertentu zat aktif yang sesuai dengan dosisnya dilarutkan di dalam pelarut yang
sesuai. Misal parasetamol dilarutkan di dalam alkohol.
2. Teteskan air melalui buret sedikit – sedikit sambil terus dikocok sampai tepat terbentuk
endapan. Catat volume air yang dibutuhkan.

Ø PERHITUNGAN
· Data (dari pustaka) :
Konstanta dielektrika air : 78,54
Konstanta dielektrika alkohol : 24,30
Konstanta dielektrika gliserin : 42,50

· Konstanta dielektrika zat aktif (berdasarkan percobaan)


Parasetamol : 120 mg
Alkohol : 5 mL
Air : 19,3 mL (diperoleh dari buret)
,
ϵ =( ,
24,30) + ( 78, 54)
,
ϵ = 5 + 62,37 = 67,37

· Menghitung konstanta dielektrika campuran air + pelarut yang digunakan (berdasarkan


pustaka)
ϵ pelarut campur = % pelarut x ϵ masing – masing pelarut
contoh : 10% alkohol + 20% gliserin + 70% air

ϵ pelarut campur = ( 24,30) + ( 42,50) + ( 78,54)

= 2,43 + 8,5 + 54,98 = 65,9

9
Ø CARA PEMBUATAN

Ø PERHITUNGAN ELIKSIR

Formula (volume total 200 mL)


Parasetamol 120 mg/ 5 mL = 4,8 gr
Etanol 10% (%v/v) = 20 mL
Propilen glikol 5% (%v/v) = 10 mL
Sirupus simplex 20% = 40 gr
Na. benzoat 0,2% = 0,4 gr
Air ad 100%

*) bahwa pelarut campur dinyatakan dalam % v/v sedangkan komponen lain dalam % b/v.
Untuk menghitung jumlah air yang dibutuhkan maka harus dihitung dulu % pelarut campur.

% pelarut campur = 100% - (2,4% + 20% +0,2%)


= 77,4%
Berat pelarut campur = 77,4% X 200 mL = 154,8 gr
Maka berat air = berat pelarut campur – (berat etanol + berat propilen glikol)
= 154,8 gr – {(vol etanol x BJ etanol) + (vol pro. glikol x BJ pro glikol)}
= 154,8 – {(20 x 1,59) + (10 x 2,6)}
= 154,8 – (31,8 + 26) = 97 gr = 97 mL
Volume total pelarut campur = (20 + 10 + 97) = 127 mL
Kd pelarut campur = {(97/127) Kd air + (20/127) Kd etanol + (10/127) kd propilen glikol)}

10
Ø EVALUASI
1. Organoleptik
2. Berat jenis
3. pH larutan
4. Stabilitas
5. Kejernihan
Sediaan disimpan pada suhu kamar selama 1 minggu (amati tingkat kejernihan)
6. Volume terpindahkan

11
MATERI GARGARISMA DAN FACE LOTIO
Gargarisma adalah sediaan larutan yang berisi bahan berkhasiat sebagai antiseptik.
Face lotio adalah suatu sediaan larutan yang digunakan pada luar tubuh atau topikal yang berisi bahan
berkhasiat sebagai antiseptik / astringent.

Ø TUJUAN
Mengetahui cara pembuatan sediaan gargarisma / face lotio dengan melihat pengaruh penambahan
pelarut campur dan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat.

Ø FORMULA
Gargarisma
- Bahan berkhasiat (antiseptik)
- Eksipien :
1. Pelarut campur
2. Surfaktan
3. Pengawet
4. Pemanis
5. Pewangi
6. Pewarna

Ø CARA PEMBUATAN
Bahan – bahan
tidak larut air
Larutkan
Bahan – bahan Campur
larut air Kosolven / surfaktan

Tambah sisa air suling

Ø EVALUASI Larutan obat


Ø Organoleptik
Ø pH larutan
Evaluasi
Ø Bobot jenis
Ø kejernihan
Ø Stabilitas

Catatan : pembuatan sediaan face lotion prinsipnya sama dengan gargarisma (dalam formula
biasanya ditambah penyengar)

12
MATERI SUSPENSI
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase
cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi termasuk kelompok suspensi suspensi oral dan
suspensi topikal. Istilah Lotio banyak digunakan untuk golongan suspensi topikal untuk pemakaian
pada kulit. Suspensi harus dikocok baik sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat
yang merata dalam pembawa, hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat.

Ø TUJUAN
- Mengetahui cara pembuatan dan komposisi bahan dalam sediaan suspensi.
- Mengetahui dan mengamati pengaruh pembasah dan cara pengembangan bahan pensuspensi
yang digunakan.

Ø FORMULA
- Bahan berkhasiat (kelarutan rendah)
- Eksipien
1. Bahan pensuspensi (suspending agent)
2. Pembawa
3. Bahan pembasah (jika bahan berkhasiat bersifat hidrofob)
4. Pengawet
5. Pewarna, pewangi
6. Dapar (jika diperlukan)
7. Pemanis, perasa (oral)
8. Zat pembuat endapan terflokulai (flocculating agent)
9. Anti busa

Ø CARA PEMBUATAN

13
Ø EVALUASI
1. Organoleptik
2. Ukuran partikel
3. Volume sedimentasi/kecepatan sedimentasi
4. Volume terpindahkan (oral)
5. Sifat alir dan viskositas
6. Berat jenis
7. pH
8. Disolusi (dispensasi)

14
MATERI SUSPENSI REKONSTITUSI
Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, namun beberapa merupakan campuran padat dapat
berupa serbuk atau granul yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai
segera sebelum digunakan. Alasan pembuatan suspensi rekonstitusi atau suspense kering adalah
masalah stabilitas. Waktu simpan sediaan yang telah direkonstitusi lebih pendek dibandingkan saat
masih berada dalam bentuk keringnya.

Ø TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan dan formula sediaan suspensi kering.
2. Mengamati pengaruh metode pembuatan granul atau serbuk kering dan konsentrasi bahan
pembasah/pensuspensi terhadap karakteristik fisik suspensi.

Ø FORMULA
1. Bahan berkhasiat sukar larut yang umumnya kurang atau tidak stabil di dalam media air.
2. Bahan tambahan

Sering Jarang
Suspending agent Anticaking Agent
Wetting Agent Flocculating Agent
Sweetener Solid diluent
Pengawet Antifoaming agent
Perasa Granule binder
Pewarna Granule Disintegrant
Glidan
Antioksidan

Ø CONTOH FORMULA
Formula suspensi kering eritromisin etilsuksinat 200 mg/5 mL sebanyak 400 mL dengan
volume 60 mL perbotol

Bahan baku Kadar Penimbangan (g)


Eritromisin etilsuksinat 200 mg/5mL 16
Sorbitol (serbuk) 10 % 40
CMC Na 1% 4
Sukrosa 30 % 120
Natrium benzoat 0,1 % 0,4
Zat warna 0,01 % 0,04
Essens 0,01 % 0,04
Total massa serbuk 180,48

PVP 1% Terhadap total massa serbuk


Aerosil 0,8 % Terhadap total massa granul yang
diperoleh bila sifat alir granul
kurang baik
15
Perhitungan:
Volume total yang akan dibuat (teoritis) 400 mL
Volume sediaan perbotol 60 mL
Total massa serbuk 180,48 g
Jumlah PVP yang digunakan 1 % x 180,48 g = 1,8 g
Total massa granul (teoritis) 180,48 + 1,8 = 182,28 g
Setelah proses granulasi dan pengeringan, total 175 g
massa granul yang diperoleh (praktek)
Volume total yang akan dibuat (praktek) 175/182,28 x 400 mL = 384 mL
Jumlah botol suspensi yang diperoleh 384/60 = 6,4 botol
Jumlah aerosil bila aliran kurang baik 0,8% x 175 g = 1,40 g
Total bobot granul + aerosil 175 +1,40 = 176,4 g
Bobot yang ditimbang untuk dimasukkan per botol 176,4 gram /6,4 botol
= 27,6 gram/botol

Volume total yang akan dibuat (praktek) = 384 mL


384 mL 60 mL (diserahkan = granul) sebanyak 27,6 gram

324 mL (direkonstitusi untuk evaluasi 250 mL untuk viskositas,


25 mL untuk sedimentasi)

Ø CARA PEMBUATAN

16
Ø EVALUASI
1. Organoleptik
2. Ukuran partikel (metode ayakan)
3. Kecepatan aliran granul/serbuk
4. Volume sedimentasi/kecepatan sedimentasi
5. Volume terpindahkan (oral)
6. Sifat alir dan viskositas
7. Berat jenis
8. pH
9. Waktu rekonstitusi
10. Disolusi (dispensasi)

17
MATERI EMULSI
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika yang mengandung paling sedikit
dua fase cair yang tidak bercampur, satu diantaranya didispersikan sebagai globul dalam fase cair lain.
Sistem ini dibuat stabil dengan bantuan suatu zat pengemulsi atau emulgator. Jika minyak adalah fase
terdispersi dan air adalah fase pendispersi maka disebut emulsi tipe M/A (Minyak dalam Air) atau
O/W (Oil in Water).

Ø TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan dan formula sediaan emulsi

Ø FORMULA
1. Bahan berkhasiat
- Bahan padat yang dapat larut dalam air atau dalam minyak
- Bahan cair yang berbentuk minyak atau yang dapat tersatukan dengan air
2. Eksipien
- Emulgator
- Pengawet
- Antioksidan
- Pemanis (oral)
- Pewarna, pewangi/essens

Ø CARA PEMBUATAN

18
Emulgator dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kerja dan sumbernya.
a. Berdasarkan mekanisme kerjanya:
· Golongan surfaktan
Contoh: Tween 80, Na Lauril sulfat, Span 80
· Koloid hidrofil
Contoh: CMC-Na, Gom acacia, tragacant
· Zat terbagi halus
Contoh: bentonite

b. Berdasarkan sumbernya:
· Bahan alam
Contoh: Gom acacia, tragacant
· Sintetis
ContohL Tween 80

Ø EVALUASI :
Evaluasi sediaan emulsi meliputi :
1. Organoleptik
2. Volume sedimentasi
3. Penentuan tipe emulsi
4. Penetuan pH
5. Viskositas dan sifat alir
6. Ukuran globul (metode mikroskop)
7. Uji daya sebar (untuk sediaan topikal)
8. Volume terpindahkan (oral)

19
MATERI KRIM

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan terlarut atau terdispersi
dalam bahan dasar yang sesuai. Krim, diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam
air. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat untuk pemakaian luar

Ø TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan dan formula sediaan krim
2. Mengamati pengaruh basis terhadap karakteristik sediaan

Ø FORMULA
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan formulasi sediaan semi solid:
1. Struktur kulit
2. Prinsip formulasi sediaan semi solid
3. Cara pembuatan

Formula umum sediaan krim terdiri dari:


1. Zat aktif

2. Basis
Pemilihan basis krim tergantung dari jenis aktivitas farmakologi yang diinginkan,
kompatibilitas dengan komponen lain, stabilitas fisikokimia dan mikrobiologi produk,
kemudahan dalam pembuatan, penuangan, dan ketersebaran, lamanya waktu kontak,
kemungkinan terjadinya reaksi hipersensitivitas, dan kemudahan pencucian krim di daerah
pemberian

3. Bahan tambahan
a. Emulgator
b. Pengawet
c. Pelembab
d. Antioksidan
e. Dapar
f. Pengkompleks
g. Peningkat penetrasi

20
Ø CARA PEMBUATAN

Keterangan:
· Jika zat aktif tahan terhadap pemanasan (termostabil) dapat dilarutkan pada fasa air/fasa
minyak (tergantung kelarutan) sebelum basis terbentuk
· Jika terdapat bahan eksipien yang tidak stabil terhadap pemanasan, maka dilarutkan pada
fasa air/fasa minyak (tergantung kelarutan) dan dimasukkan setelah basis terbentuk

Ø CONTOH FORMULA

Perhatikan perbedaan penulisan/formula terhadap perhitungan basis:

1) Formula A
Dibuat krim sebanyak 200 gram
Bahan Kadar (%) Penimbangan (g)
Zat aktif 2 4
BHT 0,02 0,04
Asam stearat 25 50
Adeps lanae 5 10
TEA 1,5 3
Gliserin 7 14
Aquades Ad 100 200 – (4+0,04+50+10+3+14) = 118,96

21
2) Formula B
Dibuat krim sebanyak 200 gram

Bahan Kadar (%) Penimbangan (g)


Zat aktif 2 4
BHT 0,02 0,04
Basis krim Ad 100 Ad 200
M/A (Van Duin) (100-2-0,02= 97,98%) (97,98% x 200 g = 195,96 g)

Formula basis krim M/A (Van Duin Hal 121)


Asam stearat 25 %
Adeps lanae 5%
TEA 1,5 %
Gliserin 7%
Aquades ad 100 %

Maka penimbangan bahan basis


Bahan Kadar (%) Penimbangan (g)
Asam stearat 25 25/100 x 195,96 = 49
Adeps lanae 5 5/100 x 195,96 = 9,8
TEA 1,5 1,5/100 x 195,96 = 2,94
Gliserin 7 7/100 x 195,96 = 13,7
Aquades Ad 100 61,5/100 x 195,96 = 120,52
(100-25-5-1,5-7=61,5%)

Ø EVALUASI
1. Organoleptik
2. Uji Homogenitas
3. Penetapan pH
4. Viskositas
5. Penentuan tipe emulsi
6. Uji pelepasan
7. Uji Daya Sebar

22
MATERI SALEP
Salep adalah sediaan semisolid yang ditujukan untuk pemakaian luar pada kulit atau membran mukosa.
Salep dapat mengandung obat ataupun tidak. Salep yang tidak mengandung obat digunakan karena
memiliki efek fisik sebagai pelindung, emolien, atau lubrikan.Bahan obat dapat larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok.

Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok : dasar salep senyawa
hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dan dasar salep larut dalam
air. Salep obat menggunakan salah satu dari dasar salep tersebut.

Ø TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan dan formula sediaan salep
2. Mengamati pengaruh basis terhadap karakteristik sediaan salep

Ø FORMULA
Formula umum sediaan salep terdiri dari:
1. Zat aktif
2. Dasar salep
3. Bahan tambahan
a. Pelembab
b. Antioksidan

Berdasarkan komposisinya, dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Dasar salep hidrokarbon


Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat
dicampurkan ke dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat
dengan kulit dan bertindak sebagai penutup (occlusive dressing). Dasar salep hidrokarbon
digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak mengering dan tidak tampak
berubah dalam waktu lama. Contohnya petrolatum, white petrolatum, white oinment, dan
yellow oinment.

2. Dasar salep serap/absorpsi


Dasar salep absorpsi dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu: (a). Yang memungkinkan percampuran
larutan berair, hasil dari pembentukan emulsi air dan minyak (misalnya: Petrolatum Hidrofilik
dan Lanolin Anhidrida). (b). Yang sudah menjadi emulsi air minyak (dasar emulsi),
memungkinkan bercampurnya sedikit penambahan jumlah larutan berair (misalnya: Lanolin
dan Cold Cream). Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak menyediakan derajat
penutupan seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak. Seperti dasar salep berlemak, dasar
salep absorpsi tidak mudah dihilangkan dari kulit oleh pencucian air.

23
3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air merupakan emulsi minyak dalam air yang dapat
dicuci dari kulit dan pakaian dengan air. Atas dasar ini bahan tersebut sering dikatakan sebagai
bahan dasar salep “tercuci air”.

4. Dasar salep larut air


Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar
salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air
dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam.
Contoh salep ini adalah salep PEG.

Ø CARA PEMBUATAN

Peraturan-peraturan pembuatan salep Peraturan-peraturan pembuatan salep terdiri dari (Anonim, 1995):
1) Peraturan salep pertama “Zat-zat yang dapat larut dalam campuran-campuran lemak, dilarutkan
kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan”.
2) Peraturan salep kedua “Bahan-bahan yang dapat larut dalam air. Jika tidak ada peraturan-
peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air, diharapkan jumlah air yang digunakan dapat
diserap seluruhnya oleh basis salep, jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis”.
3) Peraturan salep ketiga “Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak
dan air harus diserbuk lebih dahulu, kemudian diayak dengan ayakan no.B.40 (no.100)”.
4) Peraturan salep keempat “Salep-salep yang dibuat dengan melelehkan, campurannya harus
diaduk sampai dingin”

Ø CONTOH FORMULA

Kloramfenikol 2%
Parafin liq 5%
Vaselin album ad 100%

Ø EVALUASI
· Organoleptik
· Homogenitas
· Viskositas
· Daya sebar
· Uji pelepasan

24
MATERI GEL DAN EMULGEL

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil
atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel biasanya bersifat transparan atau
tembus cahaya, terdiri dari larutan atau dispersi dari satu atau lebih zat aktif dalam basis hidrofilik.
Emulgel adalah emulsi baik O/W (M/A) maupun W/O (A/M) yang dicampurkan dengan gelling agent.
kelebihan emulgel antara lain memiliki daya hantar obat yang baik seperti gel maupun emulsi. Gelling
agent ditambahkan dalam fase air yang mengubah emulsi menjadi emulgel. Sistem O/W secara
langsung menjerat obat-obat lipofilik sedangkan sistem W/O menjerat obat-obat hidrofobik

Ø TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan dan formula sediaan sgel
2. Mengamati pengaruh basis terhadap karakteristik sediaan gel

Ø FORMULA
Formula umum sediaan gel terdiri dari:
R/ Zat aktif
Basis gel
Bahan tambahan
- Peningkat penetrasi
- Peningkat konsistensi
- Pengawet
- Pendapar
- Antioksidan
- Pengompleks
Contoh:
Piroksikam 1%
HPC(M) 4%
Etanol 65%
Propilen glikol 10%
Air ad 100%

Formula umum sediaan emulgel:


R/ Zat Aktif
Fasa air
Fasa minyak Preparasi emulsi sebagai pembawa
Agen pengemulsi
Gelling agent à Preparasi gel (basis gel
Peningkat penetrasi à meningkatkan permeabilitas kulit

25
Dengan eksipien lain misalnya :
Pengawet
Humektan atau pembasah
Antioksidan
Dapar
Pengompleks

Ø CARA PEMBUATAN GEL

Ø EVALUASI
· Organoleptik
· Homogenitas
· Viskositas
· Daya sebar
· Penetapan pH
· Uji pelepasan

26
UJI PELEPASAN SEDIAAN SEMISOLID

Perhitungan faktor koreksi


Sampel yang telah diambil diganti dengan air berarti terjadi perubahan konsentrasi. Perubahan konsentrasi
ini harus dikoreksi dengan faKtor koreksi agar didapat hasil yang akurat.

Cara menghitung faktor koreksi


Misal:
Salep mengandung zat A 1%
Uji pelepasan menggunakan 10 g salep
Sampel diambil tiap 15 menit sebanyak 10 mL.

15 menit
Dari hasil sampling kadar yang didapat 10 mg dalam medium 500 mL. Jadi dalam 10 mL sampel yang
dibuang mengandung zat aktif
(10/500) x 10 mg = 0,2 mg (merupakan faktor koreksi untuk menit berikutnya)

30 menit
Dari hasil sampling kadar yang didapat 25 mg dalam medium 500 mL.

27
LAMPIRAN

28
JADWAL KEGIATAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI
SEDIAAN SEMIPADAT DAN CAIR
SEMESTER GENAP
TAHUN AJARAN 2021/2022

Tentatif

Pertemuan Kegiatan/
Tanggal Pelaksanaan
ke- Pokok Bahasan

1-4 Maret 1 Responsi praktikum Daring

-Presentasi proposal Sirup Krim kel 1 dan 2


7-11 Maret 2 -Presentasi tugas eval industri kel 3 (semisolid) dan 4 Daring
(larutan)

Praktikum I (Kel 1 dan 2) Sirup, krim Luring


14-18 Maret 3
Presentasi proposal Emulsi oral dan salep kel 3 dan 4 Daring

Praktikum II (Kel 3 dan 4) Emulsi oral, salep Luring


21-25 Maret 4
Presentasi proposal Suspensi oral dan gel kel 1 dan 2 Daring

Praktikum III (Kel 1 dan 2) Suspensi oral dan gel Luring


28 Mar- 1
5
Apr
Presentasi proposal eliksir dan emulgel kel 3 dan 4 Daring

Praktikum IV (Kel 3 dan 4) Elixir, emulgel


Luring

4-8 April 6 Presentasi tugas eval industry kel 1 (emulsi) dan 2


(suspensi) Daring

11-15 April 7 Presentasi hasil praktikum kel 1 dan 2


Daring

18-29 April UTS kuliah

29
2-3 Mei Idul Fitri

9-13 Mei Presentasi hasil praktikum kel 3 dan 4


8 Daring

Presentasi tugas suspensi rekonstitusi, obat tetes


16-20 Mei 9 Daring
hidung, face lotion, emulsi topikal kel 1 dan 2

Presentasi tugas suspensi topikal, emulsi topikal,


23-27 Mei 10 Daring
obat tetes oral, gargarisma kel 3 dan 4

30 Mei – 3
Review materi UTS dan UAS
11 Daring
Juni

6-10 Juni UTS


12 Daring

13-17 Juni UAS


13 Daring

20-24 Juni Remedial


14 Daring

30
MATERI PRAKTIKUM LURING

Sirup

Kelas Zat Aktif Kelompok Pemanis


A Difenhidramin HCl 1 Sirupus simpleks
B Ephedrin HCl 2 Sorbitol
C Amonium Klorida
D Promethazin HCl
E Triprolidin HCl

Krim

Kelas Zat Aktif Kelompok 1 Zat Aktif Kelompok 2


A Asam salisilat Eritromisin
B Vitamin E Gentamisin Sulfat
C Vitamin C Hidrokortison
D Kalamin Klindamisin HCl
E Prometazin HCl Nistatin

Suspensi oral

Kelompok Zat Aktif Kelas Suspending Agent


1 AlOH + MgOH A Vegum
2 Sulfametoksazol B PGA
C NaCMC
D HPCM
E HPMC

Gel

Zat Aktif Kelompok Basis


Piroksikam 1 A, B HPC(M) 4% : Propilen glikol
1 C, D HPC(M) 3% : Gliserin
1E Na CMC 4% : Propilen glikol
2 A, B HPMC 4% : Propilen glikol
2 C, D Na CMC 3% : Gliserin
2E HPMC 3% : Gliserin

31
Eliksir

Kelas Zat Aktif Kelompok Emulgator dan basis gel


A, B, C Parasetamol 3 Air : Etanol : Gliserin
D, E Teofilin 4 Air : Etanol : Propilenglikol

Emulgel

Kelas Zat Aktif Kelompok Emulgator dan basis gel


A, B, C Na diklofenak 3 Span 80 : Tween 80: HPMC
D, E Mikonazol nitrat 4 Span 80 : Tween 80: Na CMC

Emulsi oral

Kelompok 3 Zat Aktif Kelompok 4 Zat Aktif


A Minyak ikan A Vitamin D3 + A
B Parafin liq B Vitamin A
C Ol. Ricini C Vitamin D3
D Vitamin D3 D Minyak ikan
E Vitamin A E Ol. Ricini

Salep

Kelas Zat Aktif Kel Basis salep


A, B, C Kloramfenikol 3 A, D Vaselin + paraffin solid + adeps lanae
D, E Gentamisin sulfat 3 B, E Vaselin + cera flava +paraffin liq
3C Vaselin + paraffin liq
4 A, D PEG 4000 : PEG 400 (40 : 60)
4 B, C, E PEG 4000 : PEG 400 (30 : 70)

32
MATERI PRAKTIKUM DARING

Emulsi Topikal

Kelas Zat Aktif Kelompok Emulgator


A Olium Oliv (10% topikal) 1 Span 80 : Tween 80 : Propilenglikol 15%
B Castrol Oil (10% topikal) 2 Span 80 : Tween 80 : HPMC 1,5%
C Parafin Cair (7,5% Topikal) 3 Span 80 : Tween 80 : HPMC 2%
D Olium Cocos (15% Topikal) 4 Span 80 : Tween 80 : Na CMC 1%
E Olium Oliv (15% topikal)

Suspensi Rekonstitusi

Kelas Zat Aktif Kelompok Suspending Agent


A Ampisilin 1 ABC PGA
B Amoksisilin 1 DE Tragakan
C Erytromycin Etil Suksinat 2 Na CMC
D Erytromycin Stearat
E Cefadroxil

Obat Tetes Hidung

Kelompok 1 Zat Aktif Kelompok 2 Zat Aktif


A Difenhidramin HCl A Oxymetazolin HCl
B Epinefrin bitartrat B Gentamisin
C Oxymetazolin HCl C Difenhidramin HCl
D Efedrin HCl D Epinefrin bitartrat
E Gentamisin E Efedrin HCl

Face Lotio

Kelas Zat Aktif Kelompok Pelarut Campur


A, D Zink Klorida 1 Etanol : Gliserin : Air
B, E Zink Sulfat 2 Etanol : Propilenglikol : Air
C Potasium Alumunium Sulfat

Oral drops

Kelas Zat Aktif Kelompok Pemanis


A, E Cetirizine HCl 1 Sirupus simpleks
B Pseudoefedrin HCl 2 Sorbitol
C, D Ambroxol HCl
33
Gargarisma

Kelas Zat Aktif Kelompok Pelarut Campur


A, E Timol 3 Etanol : Gliserin : Tween 80
B Mentol 4 Etanol : Sorbitol : Tween 80
C Klorheksidin
D Resorsinol

Suspensi Topikal

Kel Zat Aktif Kelas Suspending Agent


3 Sulfur precipita A Veegum
4 Zink Oksida B PGA
C HPCM
D Na CMC
E HPMC

34
PUSTAKA

1. Farmakope Indonesia Ed. VI dan Farmakope-Farmakope Negara lain serta


NationalFormulary.
2. Ekstra Farmakope (Martindale) dan Codex.
3. Pharmaceutical Dosage Form dan Drug Delivery System, Ansel. Th. 2005.
4. Remington’s Pharmaceutical Sciences. Th. 2006.
5. AHFS : American Hospital Formulary Services (Drug Information th 2010).
6. USP terbaru
7. Physical Pharmacy, Martin Th. 2006.
8. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Th. 2009.
9. Chemical Stability of Pharmaceutical, Connors, K.A. 1986.
10. Drug Stability, Third edition, Cartensen Th. 2000.

35

Anda mungkin juga menyukai