Disusun Oleh
Kelompok 6 Rabu Siang
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
DESEMBER 2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas kuliah Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Dalam penyusunan
makalah ini, kami mengangkat topik mengenai Injeksi Glukosa. Makalah ini akan
membahas mengenai teori dasar, praformulasi, formulasi, dan evaluasi dari sediaan
yang kami rancang.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama Ibu Erny Sagita S.Farm.,
Apt. selaku evaluator sediaan steril yang kami rancang, Bapak Imih Suhaimi selaku
laboran laboratorium teknologi sediaan steril, serta pihak-pihak lain yang telah
membantu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi sempurnanya laporan ini. Akhir kata, kami mengharapkan semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kami khusunya dan para pembaca umumnya.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
c. Tonisitas
Sebuah larutan dapat dikatakan isotonik jika larutan parenteral yang
mempunyai tekanan osmosis sama dengan plasma darah. Jika larutan
parenteral mempunyai tekanan osmosis lebih rendah daripada tekanan
osmosis plasma darah disebut larutan hipotonis, sedangkan jika tekanan
osmosisnya lebih tinggi disebut larutan hipertonis
Sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan hipotonis, akan
mengembang dan akhirnya akan pecah karena masuknya air ke dalam
sel (hemolisis) . Sedangkan jika sel darah merah diletakkan ke dalam
larutan hipertonis, maka sel akan kehilangan air dan menciut. Untuk
mengurangi kerusakan jaringan dan iritasi, mencegah hemolisis, serta
5
Osmolaritas Tonisitas
(mOsmol/liter)
>350 Hipertonik
329 – 350 Sedikit hipertonik
270 – 328 Isotonis
250 – 269 Sedikit hipotonis
0 – 249 Hipotonis
d. Kelebihan Pengisian
Setiap larutan sediaan parenteral harus diisikan dalam jumlah berlebih
untuk menjamin jumlah pemberian cairan secara lengkap. Kehilangan
disebabkan oleh pengeluaran gelembung udara pada saat pemberian
dan antisipasi tertinggalnya cairan dalam wadah yang digunakan
selama proses pembuatan. Kelebihan volume dalam kemasan sediaan
parenteral memungkinkan pengguna (dokter, perawat) menggunakan
volume sesuai kebutuhan (jadi tidak kurang)
Kelebihan volume yang direkomendasikan untuk LVP pada tabel
berikut.
Tabel 2.2 Kelebihan volume yang direkomendasikan untuk LVP
2.2 Infus
Infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
pirogen dan sedapat mungkin isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke
6
dalam vena dalam volume relatif banyak. Berikut ini tabel penggunaan LVP untuk
intravena:
Tabel 2.3 Penggunaan LVP untuk Intravena
Ringer’laktat Hartmann’s
NaCl 0,6
KCl 0,03 6,0-7,5 Pengganti cairan & elektrolit
CaCl2 0,02
Na Laktat 0,5 Asidosis metabolit
Natrium 1,4 Asidosis metabolit
Bikarbonat 5 Asidosis metabolit
Amonium 2,14 4,5-6,0 Hipokloremia
klorida
Na. laktat m/6 Na. laktat 6/4 molar 6,0-7,3 Asidosis metabolit
7
Fruktosa 10
&elektrolit Kalori, pengganti cairan
Gula invert 5 4
Alkohol
5% D/W 5 4,5 Sedatif analgetik kalori
Sedatif analgetik kalori
5%D/W dalam 5
N.S.S
Wadah jenis ini mempunyai sifat yang inert dengan biaya pembuatan
yang terjangkau.
c) Kemasan Kaca Tipe III
USP merekomendasikan wadah jenis ini untuk sediaan injeksi karena
aman dalam penyimpanan. Sediaan injeksi yang dimaksudkan disini
adalah sediaan dengan volume kecil yang dibuat secara aseptis. Wadah
ini biasanya disterilisasi dengan sterilisasi kering.
d) Kemasan Kaca tipe NP
Wadah ini untuk produk selain parenteral. Pada dasarnya tipe I, II dan
III memiliki spesifikasi yang mirip tipe NP juga. Beberapa kemasan
yang berwarna memenuhi ciri-ciri tipe NP tetapi tidak tipe III. Apabila
produk obat bereaksi dengan kemasan tipe III, maka sebaiknya
digunakan kemasan tipe I atau II.
Tidak ada permukaan yang kasar, retakan kecil, dan ujung yang
sumbing.
d. Kualitas Kaca
Bebas dari cords (bagian yang lebih tebal dibandingkan dengan bagian
yang lain), bebas dari partikel kristal, bebas dari gelembung kecil dan
blisters (gelembung besar biasanya ada di permukaan)
e. Keseluruhan Kemasan
Kekerasan wadah dan daya tahan terhadap perubahan suhu. Dengan
memperhatikan aspek-aspek tersebut, kita dapat memastikan efisiensi
pengisian, proses, penyimpanan dan pendistribusian produk steril tanpa
kerusakan apapun.
Pengisian
USP merekomendasikan sediaan parenteral yang memiliki volume 50 ml
atau lebih dapat diisi dengan volume tambahan sebanyak 2% bagi cairan encer dan
3% bagi cairan yang kental. Akan tetapi dalam penerapannya kadang-kadang
sediaan LVP tidak mengikuti peraturan ini. Pipet fillers dan sistem volume transfer
cup dapat digunakan pada pengisian sediaan yang berkecepatan rendah atau volume
kecil. Kemasan plastik yang fleksibel biasanya diisi menggunakan volumetric
displacement systems yang terdiri atas silinder dan piston. Cairan diambil dengan
jumlah yang tepat lalu dimasukkan ke dalam wadah. Metode pengisian yang lain
adalah digabung saat proses pencetakan kemasan. Setelah kemasan dicetak dan
sudah jadi maka proses pengisian dilakukan. Volume pengisian harus selalu dicek
agar tidak ada perbedaan volume. Uji ini dilakukan biasanya setelah penyegelan.
Penyegelan
Penyegelan kemasan bervariasi dan bergantung pada desain dan komposisi
kemasan itu sendiri. Kemasan kaca inravena membutuhkan tutup karet dan bagian
kosong di atas cairan dialiri gas (Nitrogen atau Karbondioksida). Pengisian vakum
dapat dilakukan dengan mengisi larutan yang panas dan menyegel rapat
menggunakan alat mekanik. Tutup segel aluminium sering digunakan pada leher
botol. Hal yang harus diperhatikan adalah tekanan penyegelan tidak boleh terlalu
kuat atau terlalu lemah.
Kemasan Plastik untuk Sediaan Parenteral
11
➢ Poliolefin
Jenis polimer ini merupakan bahan termoplastik untuk sediaan LVP.
Dibentuk dari polimerisasi monomer hidrokarbon tak jenuh etilen atau
propilen atau dengan kopolimerisasi bahan dengan tidak lebih dari 25%
homolog (C4 sampai C10) atau dengan asam karboksilat atau dengan ester.
Beberapa bahan tambahan ditambahkan bersama dengan polimer untuk
mengoptimasi sifat fisika, kimia, dan mekanik plastik agar dapat digunakan
sesuai dengan fungsinya. Plastik diperbolehkan mengandung antioksidan,
satu atau lebih lubrikan atau antiblocking agent, dan opacifying agent
seperti titanium dioksida. Serbuk, beads, granul, atau setelah transformasi,
lembaran plastik dengan ketebalan yang berbeda-beda. Bahan ini tidak larut
dalam air, larut dalam hidrokarbon aromatik panas, dalam heksan, dan
dalam metanol. Plastik mulai meleleh pada suhu antara 65ºC - 165ºC. Dalam
industri LVP terdapat 3 plastik poliolefin yang banyak digunakan yaitu
polipropilen, polietilen dan kopolimer etilen dan propilen.
1. Polipropilen
Propilen sangat stabil terhadap reaksi kimia dari pelarut organik
asam dan basa kuat pada suhu ruang. Banyak tersedia di pasaran karena
paling murah untuk diproduksi. Polipropilen terdiri dari homopolimer
propilen atau kopolimer propilen dengan tidak lebih dari 25% etilen atau
terdiri dari campuran polipropilen yang mengandung tidak lebih dari
25% polietilen. Plastik ini mungkin mengandung bahan tambahan.
Beberapa bahan tambahan ditambahkan bersama dengan polimer
untuk mengoptimasi sifat fisika, kimia, dan mekanik plastik agar dapat
digunakan sesuai dengan fungsinya. Plastik diperbolehkan mengandung
antioksidan, satu atau lebih lubrikan atau antiblocking agent, dan
opacifying agent seperti titanium dioksida.
Beads, granul, serbuk, atau setelah pembuatan, lembaran transparan
dengan berbagai tingkat ketebalan. Praktis tidak larut dalam air, larut
dalam hidrokarbon aromatik panas, praktis tidak larut dalam etanol,
dalam heksan, dan dalam metanol. bahan plastik ini mulai meleleh pada
temperatur di bawah 120ºC.
13
2. Polietilen
Biasa dalam bentuk LDPE (Low Density Polietilen). Dalam
aplikasinya biasa digunakan yang bentuk linier yaitu LLDPE (Linier
Low Density Polietilen). Ada HDPE (High Density Polietilen) yang
memiliki kerapatan 0,95-0,97 g/cm3 sehingga mempunyai titik lebur
yang lebih tinggi dibandingkan LDPE.
a) Politetilen tanpa bahan tambahan
Politetilen tanpa bahan tambahan diperoleh dari polimerisasi etilen
di bawah tekanan tinggi dengan adanya oksigen atau inisiator
pembentukan radikal bebas yang digunakan sebagai katalis. Beads,
granul, serbuk, atau setelah pembuatan, lembaran transparan dengan
berbagai tingkat ketebalan. Praktis tidak larut dalam air, larut dalam
hidrokarbon aromatik panas, praktis tidak larut dalam etanol, dalam
heksan, dan dalam metanol. bahan plastik ini mulai meleleh pada
temperatur di bawah 65ºC. Berat jenis relatifnya adalah 0,910
sampai 0,937.
b) Polietilen dengan bahan tambahan
Polietilen dengan bahan tambahan diperoleh dari polimerisasi etilen
dibawah tekanan dengan adanya katalis atau dengan kopolimerisasi
etilen dengan tidak lebih dari 25% homolog alkali (C3 – C10).
Beberapa bahan tambahan ditambahkan bersama dengan polimer
untuk mengoptimasi sifat fisika, kimia, dan mekanik plastik agar
dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Plastik diperbolehkan
mengandung antioksidan, satu atau lebih lubrikan atau antiblocking
agent, dan opacifying agent seperti titanium dioksida. Serbuk,
beads, granul, atau setelah transformasi, lembaran plastik dengan
ketebalan yang berbeda-beda. Bahan ini tidak larut dalam air, larut
dalam hidrokarbon aromatik panas, dalam heksan, dan dalam
metanol. Plastik mulai meleleh pada suhu antara 70ºC - 140ºC
3. Kopolimer etilen dan propilen
Kopolimer jenis ini dapat digunakan sebagai wadah LVP. Mampu
menciptakan barrier kelembaban bagi produk sehingga mampu bertahan
14
Kelarutan : Larut 1:1 dalam air dan 1:200 dalam alkohol; larut
dalam gliserol; praktis tidak larut dalam eter dan
CHCl3.
Osmolaritas : Larutan 5,05% b/v dalam air isoosmotik dengan
serum.
Cara Sterilisasi : Larutan dekstrosa disterilisasi secara autoklaf atau
filtrasi.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan kedap.
Stabilitas : Pada kelembaban relatif antara 35-85% dengan suhu
250C, dekstrosa anhidrat akan mengabsorbsi
sejumlah kelembaban dan membentuk dekstrosa
monohidrat pada kelembaban yang lebih tinggi.
Inkompatibilitas : Terjadi penguraian pada pemanasan, penurunan
kerjernihan larutan intravena dekstrosa jika dicampur
dengan senyawa sianokobalamin, kanamisin sulfat,
natrium novobiosin atau natrium warfarin.
Kegunaan : Sebagai sumber kalori dalam tubuh.
Alasan Pemilihan : Sebagai sumber utama karbohidrat dalam sediaan
karena sediaan infus glukosa parenteral mengandung
karbohidrat sebagai sumber kalori dalam tubuh.
b. NaCl
• Pemerian: bubuk kristal putih atau tak berwarna; memiliki rasa
garam.
• Kegunaan : elektrolit, tonicity agent
• Kelarutan
• pH = 6,7 -7,3
• Inkompatibilitas :
18
20
21
4. 2. 1. Perhitungan Osmolaritas
Untuk sediaan dengan rute pemberian secara parenteral, perlu
dilakukan perhitungan osmolaritas untuk mengetahui apakah seiaan
tersebut isotonis terhadap darah. Berikut rumus osmolaritas.
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚� = 𝑔𝑔/𝐿𝐿
𝐿𝐿 𝑥𝑥 1000 𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥ℎ 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖
𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
Berikut perhitungan osmolaritas dari tiap bahan yang digunakan.
55gram/1,12L
Dekstrosa = x 1000 x 1 = 277,47 mOsmol/L
180.2
9,46 gram/1,1L
NaCl = x 1000 x 2 = 294,32 mOsmol/L
58,44
0,330gram/1,1L
KCl = x 1000 x 2 = 8,048 mOsmol/L
74,55
0,528 gram/1,02L
CaCl2 = x 1000 x 3 = 9,79 mOsmol/L
147,02
4. 2. 2. Perhitungan Miliequivalent
Selain melakukan perhitungan osmolaritas, juga perlu
dilakukan perhitungan miliequivalent dari ion-ion dalam elektrolit
yang digunakan. Berikut rumus perhitungan miliequivalen.
𝑔𝑔
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚/𝐿𝐿 = 𝐿𝐿 𝑥𝑥 1000 𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥
𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧
5.1 KemasanPrimer
Kemasan Primer yang digunakan ialah botol kaca 500 mL.
24
25
BAB VI
HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN
1. Uji pH
Tujuan : untuk mengetahui pH sediaan
Alat : pH-meter dan kertas indikator universal
Cara kerja :
• Menggunakan pH meter :
1. Dibilas elektoda dengan menggunakan aquadest, keringkan dengan menggunakan
tissue.
2. Alat pH-meter dikalibrasi dengan menggunakan buffer pH 4 dan 7.
3. Dibilas kembali elektroda dengan menggunakan aquadest, keringkan dan masukkan
ke dalam larutan sediaan. Catat besarnya pH yang tertera pada alat.
• Menggunakan kertas inidikator universal :
Diambil sedikit bagian larutan sediaan, kemudian celupkan atau oleskan pada kertas
indikator universal, dibandingkan hasil perubahan warna indikator pada sediaan dengan
warna standar pH.
Hasil :
• Menggunakan pH-meter = 5,02
Persyaratan : Rentang pH infus ringer laktat = 3,5-5,5
Kesimpulan : Memenuhi persyaratan pH larutan yang dapat diterima tubuh melalui vena
berlatar belakang hitam dan putih, harus benar-benar bebas dari partikel kecil
yang dapat dilihat dengan mata.
Hasil : Tidak terdapat partikel-partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata.
Kesimpulan : Sediaan jernih.
Gambar 6.2 Pengamatan Kejernihan sediaan dengan latar putih dan latar hitam
Post Process Control (PPC)
1. Organoleptis
Bentuk : Larutan jernih
Warna : Sedikit kekuningan
2. Uji Keseragaman Volume
Tujuan : Untuk mengetahui keseragaman volume antar sediaan
Cara kerja : Diletakkan sejajar pada permukaan yang rata, kemudian dilihat keseragaman
volume secara visual.
Hasil : Volume sediaan seragam
3. Uji Kebocoran Kemasan
Tujuan : Untuk memastikan tidak ada kebocoran pada kemasan sehingga sterilitas
sediaan tetap terjaga
Cara kerja : Membalikkan posisi botol (bagian tutup berada dibawah dan bagian dasar botol
berada diatas), lalu diamati apakah ada larutan yang keluar atau tidak.
Hasil : Tidak ada larutan yang keluar dari kemasan
4. Tes pirogen
Hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian banyak, karena lebih dari 15 ml
cairan yang mengandung pirogen dapat menimbulkan demam.
Uji tes pirogen dilakukan dengan menggunakan kelinci yang memenuhi syarat (kelinci
yang selama seminggu sebelum pengujian tidak menunjukkan penurunan berat badan).
Lakukan pengujian dengan menggunakan sekelompok hewan percobaab yang terdiri dari 3
ekor kelinci, hangatkan sediaan uji hingga suhu larutan yang diuji lebih kurang 38,5°C dan
32
suntikkan perlahan-lahan ke dalam vena auricularia tiap kelinci. Waktu penyuntikkan tidak
melebihi 4 menit dan volume larutan yang diuji tidak kurang 0,5 ml dan tidak lebih 10 ml per
kg berat badan. Jika gagal dapat diulangi hingga 4 kali, tiap kali menggunakan sekelompok
terdiri dari 3 ekor kelinci.
Daftar Hasil Uji Pirogen
3 1,20° 2,7°
6 2,80° 4,3°
9 4,5° 6,0°
12 6,6° 6,6°
isopropyl miristat, zat padat, kapas murni, perban, pembalut, benang bedah, dan bahan
sejenisnya, alat kesehatan steril, alat suntik kosong atau terisi steril.
b. Prosedur Uji Menggunakan Penyaring Membran
Teknik penyaringan membran digunakan untuk bahan cair yang dapat diuji dengan cara
inokulasi langsung ke dalam media uji. Jumlah uji tidak kurang dari volume dan jumlah
seperti yang tertera pada Pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi.
Peralatan unit penyaring membran yang sesuai terdiri dari:
• Satu perangkat yang dapat memudahkan penanganan bahan uji secara aseptik,
• Membran yang telah diproses yang dapat dipindahkan secara aseptik untuk inokulasi
ke dalam media yang sesuai atau, satu perangkat yang dapat ditambahkan media steril
ke dalam penyaringnya dan membran inkubasi in situ.
Membran yang sesuai umumnya mempunyai porositas 0.45 μm, dengan diameter lebih
kurang 47 mm, dan kecepatan penyaringan air 55 ml sampai 75 ml per menit pada tekanan
70 cmHg. Unit keseluruhan dapat dirakit dan disterilkan bersama dengan membran
sebelum digunakan, atau membran dapat disterilkan terpisah dengan cara apa saja yang
dapat mempertahankan karakteristik penyaring dan menjamin sterilitas penyaring dan
perangkatnya.
Jika bahan uji berupa minyak, membran dapat disterilkan terpisah, dan setelah melalui
pengeringan, unit dirakit secara aseptik. Adapun jenis-jenis bahan cair yang dapat diuji
dengan penyaring membran adalah sebagai berikut: cairan yang dapat bercampur dengan
pembawa air (kurang dari 100 ml per wadah), zat padat yang dapat disaring, salep dan
minyak yang larut dalam isopropyl miristat, zat padat yang tidak dapat disaring, alat
kesehatan, alat suntik kosong, padatan untuk injeksi selain antibiotik, padatan antibiotik
untuk injeksi, padatan, bulk, campuran antibiotik, produk aerosol steril, alat-alat dengan
label steril.
• Media yang digunakan:
1) Media tioglikolat cair
2) Media tioglikolat alternatif (untuk alat yang mempunyai lumen kecil)
3) Soybean-Casein Digest Medium
• Bakteriostatik dan Fungistatik
Sebelum melakukan uji sterilitas cara inokulasi langsung terhadap suatu bahan,
tetapkan tingkat aktivitas bakteriostatik dan fungistatik dengan prosedur berikut:
1. Buat pengenceran biakan bakteri dan jamur tidak kurang dari galur mikroba seperti
yang tertera pada Uji Fertilitas.
34
2. Inokulasi media uji sterilitas dengan 10 mikroba hingga 100 mikroba viabel,
gunakan volume media seperti yang tertera dalam Tabel Jumlah untuk bahan cair
pada Pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi.
3. Tambahkan sejumlah tertentu bahan ke dalam setengah dari jumlah wadah yang
mengandung inokulum dan media.
4. Inkubasi wadah pada suhu dan kondisi seperti yang tertera pada tabel selama tidak
kurang dari 7 hari.
36
37
volume, uji kebocoran. Uji-uji lainnya tidak dapat dilakukan karena keterbatasan
alat dan waktu.
Pengujian pH dilakukan menggunakan pH meter dan diperoleh hasil 5,02.
Hal ini memenuhi persyaratan rentang pH infus ringer glukosa seperti yang tertera
pada Farmakope Indonesia Ed. 4 hal. 747, bahwa rentang pH infus ringer glukosa
adalah 3,5-5,5. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa sediaan infus yang kami
buat memenuhi persyaratan pH sediaan.
Sementara uji kejernihan dilakukan secara visual dengan menaruh sediaan
pada tempat berlatar belakang hitam dan putih dibawah pencahayaan yang baik.
Dapat dilihat bahwa sediaan kami jernih, tidak terdapat partikel-partikel kecil yang
dapat dilihat oleh mata.
Dari uji-uji yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa formulasi
sediaan LVP yang dibuat oleh praktikan tergolong baik dan memenuhi persyaratan
pH dan kejernihan.
DAFTAR PUSTAKA
38