DI SUSUN OLEH
KELOMPOK II
1. FITRIANI
2. HARDIANTI LA HAIRUN
3. SAHARIA RUSTAM
UNIVERSITAS MEGAREZKY
Assalamualaikum. Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, kelompok kami dapat menyelesaikan makalah Keterampilan Klinik
Praktek Keb 1 yang berjudul “Pengertian, Jenis dan Prosedur Penyuntikan” dengan tepat
pada waktu yang telah diberikan.
Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu kita dalam mempelajari
dan memahami mata kuliah ini. Pada kesempatan ini kelompok kami banyak terima kasih
kepada ibu Rahmawati, S.ST.,M.Keb selaku dosen pengapu di mata kuliah Keterampilan
Klinik Praktek Keb 1 namun kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi
tercapainya perbaikan ataupun kekurangan dalam makalah ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
BAB I................................................................................................................iii
BAB II ............................................................................................................. 1
PEMBAHASAN ............................................................................................. 1
BAB III............................................................................................................
PENUTUP.......................................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Injeksi yang sering disebut sebagai ‘shot’ atau ‘jab’ dalam bahasa Inggris adalah
proses memasukkan cairan ke tubuh menggunakan jarum. Dalam praktik medis, cairan yang
kerap dimasukkan ke tubuh melalui injeksi adalah obat dan vitamin. Jarum yang digunakan
adalah jarum hipodermik dan jarum suntik.Dalam dunia medis pula, injeksi kerap dikenal
sebagai teknik pemberian obat melalui parenteral, yaitu pemberian melalui rute selain saluran
pencernaan. Ini meliputi injeksi subkutan, intramuskular, intravena, intraperitoneal,
intrakardiak, intraartikular, dan intrakavernosa. Suntikan umumnya diberikan satu kali pada
suatu waktu, meski dapat digunakan untuk pemberian obat secara terus-menerus dan dalam
kasus tertentu. Bahkan, ketika diberikan satu kali pada waktu tertentu, pengobatannya
mungkin bersifat jangka panjang, yang kemudian disebut sebagai injeksi depot Jika obat
perlu diberikan secara berulang, kateter yang menetap biasanya lebih disukai daripada injeksi.
Injeksi adalah salah satu prosedur perawatan kesehatan yang cukup umum. Sebagian besar
dilakukan dalam rangka perawatan kuratif, sedangkan sebagian kecilnya untuk imunisasi,
atau transfusi darah.
Tindakan injeksi atau suntik adalah jenis tindakan medis yang sering dikerjakan.
Lebih dari 90 persen tindakan ini dikerjakan untuk tujuan terapeutik, sementara lima hingga
sepuluh persen sisanya digunakan untuk tindakan preventif termasuk keluarga berencana.
Tindakan injeksi harus dikerjakan secara aman dan dikerjakan oleh tenaga ahli yang sudah
terlatih. Kebersihannya juga wajib dijaga karena penggunaan alat secara berulang menjadi
sumber transmisi virus.
injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parental, suntikan
dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir
(Lukas, 2006). Pada sediaan injeksi proses sterilisasi sangat penting karena cairan tersebut
langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi
yang dapat terjadi dengan mudah, sediaan injeksi yang paling rentan terkena kontaminasi
mikroorganisme adalah sediaan injeksi dosis ganda karena penggunaan nya secara berulang –
ulang. Sediaan dosis ganda dipersyaratkan mampu steril selama 28 hari terhitung sejak
penusukan pertama, beberapa usaha yang dilakukan untuk mempertahankan sterilitas sediaan
dengan wadah dosis ganda antara lain dengan melakukan penambahan pengawet antimikroba
(Ansel, 2005). Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk injeksi harus dilakukan dengan
sangat hati – hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) mensyaratkan pula tiap wadah akhir injeksi harus diamati satu
persatu secara fisik. Selanjut nya, dapat dilakukan penolakan pada wadah yang menunjukkan
pencemaran bahan asing yang terlihat secara visual. Obat yang dibuat sebagai obat suntik
tergantung pada sifat obat itu sendiri dengan memperhitungkan sifat kimia dan fisika, serta
pertimbangan terapetik tertentu. Dalam pembuatan obat suntik syarat utamanya adalah obat
harus steril, tidak terkontaminasi bahan asing, dan disimpan dalam wadah yang menjamin
sterilitas (Lukas, 2006).Pada sediaan injeksi dosis ganda yang dapat digunakan adalah
difenhidramin hidroklorida yang merupakan antihistamin antagonis reseptor H1 yang
berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui
mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptornya Benzil alkohol adalah salah satu
pengawet yang digunakan dalam berbagai macam formulasi farmasi. Benzil alkohol bersifat
bakteriostatik dan digunakan sebagai pengawet antimikroba melawan bakteri Gram-positif,
jamur, kapang dan khamir. Laporan efek samping dari benzil alkohol dalam penggunaannya
sebagai eksipien termasuk toksisitas setelah pemberian intravena, neurotoksisitas pada pasien
yang diberikan benzil alkohol dalam preparasi intratekal, hipersensitivitas meskipun jarang
terjadi, dan sindrom toksik yang fatal pada bayi premature. Pengawet benzil alkohol cukup
aktif terhadap bakteri gram positif, dan kurang aktif terhadap bakteri gram negative.
Pengawet benzil alkohol bekerja dengan cara merusak mikroorganisme, terhadap toksisitas
primernya, artinya diarahkan kembali pada kerja racun sel, yang dikembangkan pada dinding
sel atau juga pada bagian dalam sel (Rowe et al, 2009). Setiap zat antimikroba dapat bersifat
pengawet, meskipun demikian semua zat antimikroba adalah zat yang beracun. Untuk
melindungi konsumen secara maksimum, pada penggunaan harus diusahakan agar pada
kemasan akhir kadar pengawet yang masih efektif lebih rendah dari kadar yang dapat
menimbulkan keracunan pada manusia. Pengawet antimikroba adalah zat yang ditambahkan
pada sediaan obat untuk melindungi sediaan terhadap kontaminasi mikroba. Pengawet
digunakan terutama pada dosis ganda untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat
masuk secara tidak sengaja selama atau setelah proses produksi (Depkes RI, 1995). Uji
efektivitas pengawet antimikroba bertujuan untuk menunjukkan efektivitas pengawet
antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda dengan dasar atau bahan pembawa
air yang dicantumkan pada etiket (Depkes RI, 1995). Uji dan kriteria untuk efektivitas berlaku
untuk produk dalam kemasan asli dan wadah yang belum dibuka. Uji efektivitas pengawet
dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme tertentu, yaitu Candida albicans (ATCC No.
10231), Aspergillus niger (ATCC No. 16404), Escherichia coli (ATCC No. 8739),
Pseudomonas aeruginosa (ATCC No. 9027), dan Staphylococcus aureus (ATCC No. 6538)
(Anonim, 2008). Dari uraian diatas akan dilakukan penelitian tentang uji efektifitas pengawet
benzyl alkohol 2 % v/v pada sediaan injeksi difenhidramin hidroklorida dosis ganda (terhadap
pertumbuhan Bakteri (Staphylococcus aureus). Dengan menggunakan metode pengujian
inokulum yaitu dengan menggunakan cara mikrobiologi dengan medium pertumbuhan
tertentu.
B. RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian Penyuntikan
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan steril berupalarutan,
emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikanterlebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melalui kulit ataumelalui selaput lendir.(FI.III.1979)
Injeksi yang sering disebut sebagai ‘shot’ atau ‘jab’ dalam bahasa Inggris adalah
proses memasukkan cairan ke tubuh menggunakan jarum. Dalam praktik medis, cairan yang
kerap dimasukkan ke tubuh melalui injeksi adalah obat dan vitamin. Jarum yang digunakan
adalah jarum hipodermik dan jarum suntik.
Dalam dunia medis pula, injeksi kerap dikenal sebagai teknik pemberian obat melalui
parenteral, yaitu pemberian melalui rute selain saluran pencernaan. Injeksi parenteral meliputi
injeksi subkutan, intramuskular, intravena, intraperitoneal, intrakardiak, intraartikular, dan
intrakavernosa.
Suntikan umumnya diberikan satu kali pada suatu waktu, meski dapat digunakan
untuk pemberian obat secara terus-menerus dan dalam kasus tertentu. Bahkan, ketika
diberikan satu kali pada waktu tertentu, pengobatannya mungkin bersifat jangka panjang,
yang kemudian disebut sebagai injeksi depot.
Jika obat perlu diberikan secara berulang, kateter yang menetap biasanya lebih disukai
daripada injeksi. Injeksi adalah salah satu prosedur perawatan kesehatan yang cukup umum.
Sebagian besar injeksi dilakukan dalam rangka perawatan kuratif, sedangkan sebagian
kecilnya untuk imunisasi, atau transfusi darah.1
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbukyang
harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yangdisuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atauselaput lendir.Dalam
FI.ed.IV, sediaan steril untuk kegunaan parenteral dicantumkan menjadi 5jenis yang berbeda:
B. Macam-Macam Injeksi
RYALINO CHRISTOHER.2022
Syamsuni.2002
Injeksi intramuskular Adalah tindakan menyuntikkan obat ke dalam otot yang
terperfusi baik, sehingga akan mampu memberikan efek sistemik dalam waktu
yang singkat, dan juga biasanya mampu menyerap dalam dosis yang besar. Lokasi
penyuntikan harus dipertimbangkan dengan mengingat kondisi fisik pasien, usia
pasien, dan jumlah obat yang akan diberikan. Apabila pada lokasi suntikan yang
diinginkan terdapat pembengkakan, peradangan, infeksi, ataupun terdapat lesi
dalam bentuk apapun, penyuntikan di lokasi ini harus dihindari.
Terdapat lima lokasi penyuntikan intramuscular yang sudah terbukti bahwa
obatnya akan diabsorbsi dengan baik oleh tubuh.
1. Pada daerah lengan atas (deltoid)
Mudah dan dapat dilakukan pada berbagai posisi, namun
kekurangannya area penyuntikan paling kecil, dan jumlah obat yang
ideal paling kecil (antara 0,5-1 ml).
Jarum disuntikkan kurang lebih 2,5 cm tepat di bawah tonjolan
acromion.
Organ penting yang mungkin terkena adalah a.brachialis atau n.radialis.
Hal ini terjadi apabila kita menyuntik lebih jauh ke bawah daripada
yang seharusnya.
Minta pasien untuk meletakkan tangannya di pinggul (seperti gaya
seorang peragawati), dengan demikian tonus ototnya akan berada
kondisi yang mudah untuk disuntik dan dapat mengurangi nyeri.
2. Pada daerah dorsogluteal (gluteus maximus)
Paling mudah dilakukan, namun angka terjadi komplikasi paling tinggi.
Hati-hati terhadap n.sciatus dan a.glutea superior
Gambarlah garis imajiner horizontal setinggi pertengahan glutea,
kemudian buat dua garis imajiner vertical yang memotong garis
horizontal tadi pada pertengahan pantat pada masing-masing sisi.
Suntiklah di regio glutea pada kuadran lateral atas.
Volume suntikan ideal antara 2-4 ml.Minta pasien berbaring ke
samping dengan lutut sedikit fleksi.
3. Pada daerah ventrogluteal (gluteus medius)
Letakkan tangan kanan Anda di pinggul kiri pasien pada trochanter
major (atau sebaliknya). Posisikan jari telunjuk sehingga menyentuh
SIAS. Kemudian gerakkan jari tengah Anda sejauh mungkin menjauhi
jari telunjuk sepanjang crista iliaca. Maka jari telunjuk dan jari tengah
Anda akan membentuk huruf V.
Suntikan jarum di tengah-tengah huruf V itu, maka jarum akan
menembus m. gluteus medius.
Volume ideal antara 1-4ml.4
4. Pada daerah paha bagian luar (vastus laterasis)
RYALINO CHRISTOHER.2022
Pada orang dewasa, m. vastus lateralis terletak pada sepertiga tengah
paha bagian luar.
Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya perlu ditarik
atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang
tepat.
Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml).
5. Pada daerah paha bagian depan (rectus femoris)
Pada orang dewasa, m. rectus femoris terletak pada sepertiga tengah
paha bagian depan.
Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya perlu ditarik
atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang
tepat.
Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml).
Lokasi ini jarang digunakan, namun biasanya sangat penting untuk
melakukan auto-injection, misalnya pasien dengan riwayat alergi berat
biasanya menggunakan tempat ini untuk menyuntikkan steroid injeksi
yang mereka bawa kemana-mana.
c. Injeksi IntravenusIstilah intravenus (IV) berarti diinjeksikan ke dalam vena.
Ketika tidak adaabsorpsi, puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera,
dan efekyang diinginkan dari obat diperoleh hampir sekejap. Injeksi Intravenus ini
padaumumnya berupa larutan,dapat mengandung cairan noniritan yang bisa
bercampur dengan air, volumenya 1ml sampai 10ml. Injeksi intravenus yang
diberikan dalam volume besar umumnya lebih dari 10ml,disebut Infus. Emulsi
minyak-air dapat diberikan intravenus jika dilakukan
pemeriksaanyangtelititerhadapukuranbutirminyak.Sediaanberupaemulsi air-
minyak, tidak boleh disuntikkan dengan cara ini. Jika volumedosis tunggal lebih
dari 15 ml, injeksi intravenus tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih
dari 10 ml, harus bebas pitrogen.
Intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung langsung
ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsum,
kalium,) nutrient (biasanya glukosa), Vitamin atau obat.
d. Injeksi Subkutan atau HipodermaSubkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan
di bawah kulit.Parenteral diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi
onsetlambat dengan daya serap sedikit daripada yang diberikan dengan IV
atauAKU. Umumnya larutan isotonus dengan kekuatan sedemikian rupa hingga
volume yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Dapat ditambahkan
vasokonstriktor seperti epinetrina untuk melokalisir efek obat. Jika tidakmungkin
disuntikkan volume infus yang diinjeksikan 31 sampai 41 sehari masihdapat
disuntikkan secara subkutan dengan penambahan hialuronidasekedalam diinjeksi
atau jika sebelumnya disuntik hialuronidase.
Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorpsi
oleh tubuh dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption).
Biasanya volume obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per sekali suntik.
Injeksi subkutan dilakukan dengan menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat dari
permukaan kulit. Kulit sebaiknya sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan
subkutis dari jaringan otot. Peragallo & Dittko (1997) menggunakan CT scan
dalam penelitian mereka dan menemukan bahwa injeksi subkutan sering kali
masuk ke jaringan otot, terutama bila dilakukan pada daerah abdomen atau paha.
Hal ini berbahaya karena insulin yang disuntikkan ke otot akan diserap lebih cepat
oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan terjadi goncangan kadar glukosa darah
yang dapat membawa pasien ke kondisi hipoglikemia.
e. Injeksi intra-arteriDisuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute
intravenaketika aksi segera diinginkan di daerah perifer tubuh.5
f. Injeksi IntrakardialDisuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan saat
kehidupanterancam dalam keadaan darurat seperti gagal jantung.
g. Injeksi Intraserebral alInjeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi
lokalsebagaimana penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.
h. Injeksi IntraspinalInjeksi ke dalam kanal tulang belakang menghasilkan
konsentrasi tinggi dari obatdi daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik
sepertileukemia.
i. Injeksi Intraperitoneal dan intrapleuralMerupakan rute yang digunakan untuk
pemberian berupa vaksin rabies.Rute ini juga digunakan untukpemberian larutan
dialisis ginjal.
j. Injeksi Intra-artikularInjeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan
seperti obatantiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusakatau teriritasi.
k. Injeksi Intrasisternal dan peridualInjeksi ke dalam sisterna intracranial dan
durameter pada urat spinal.Keduanya merupakan cara yang sulit dilakukan,
dengan kritisuntuk diinjeksi.
l. Injeksi Intrakutan (ic)Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam
epidermis di bawahstratum korneum. Rute ini digunakan untuk memberi volume
kecil (0,1-0,5ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin
m. Injeksi Intratekal atau Injeksi Subaraknoid, Injeksi Introsisterna dan
InjeksiPeredumLarutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau
anestesilumbar oleh larutan yang diinjeksikan ke dalam ruang subarachnoid.
Cairanserebrospinal biasanya diam pada mulanya untuk mencegah
peningkatanvolume cairan dan pengaruh tekanan dalam saraf tulang belakang.
Volume1-2 ml biasa digunakan. Larutan umumnya tidak boleh lebih dari 20
ml.Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk membuat anestesi untuk bergerak
atau turun dalam kanaltulang belakang, sesuai keadaan tubuhpasien. Jenisinjeksi
ini tidak boleh mengandung bakterisida dan diracikdalam wadahdosis tunggal.
6. Volume Parenteral Besar
Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena dan subkutanyang secara
normal digunakan.
a. Injeksi Intravena
RYALINO CHRISTOHER.2022
1) Injeksi Intravena Rute keuntungan ini adalahjenis-jenis cairan yang lebih
disuntikkan banyakdan bahkanbahanlarangan tambahanyak digunakan
IVdaripadamelaluiSC,
2) volume cairan yang besar dapat disuntikkan relatif lebih cepat;
3) efeksistemik dapat segera dicapai;
4) kadar darah dari obat yang terus-menerus disiapkan, dan
5) kebangkitan secara langsung untuk membuka vena untuk pemberian obat rutin
dan penggunaan dalam situasi darurat yang disiapkan.
Kerugiannya meliputi :
Umumnya digunakan minyak untuk injeksi (olea pro injection)misalnya Ol. Sesami,
Ol. Olivarum, Ol. Arachidis.8
(7) Memenuhi syarat sebagai Olea Pinguiayaitu cairan jernih atau massa padat yang menjadi
jernih diatas suhu leburnya dan tidak berbau asing atau tengik Obat suntik dengan pembawa
minyak.
f)Sebagai stabilisator.
Tidak boleh ditambahkan bahan pewarna, jika hanya mewarnai sediaan akhir.
Pemilihan dan penggunaan bahan tambahan harus hati-hati untuk injeksi yang diberikan lebih
dari 5 ml. Kecuali dinyatakan lain yang berlaku sebagai berikut:
Zat yang mengandung raksa dan surfaktan kationik , tidak lebih dari 0,01
Golongan Klorbutanol, kreosol dan fenol tidak lebih dari 0,5 %
Belerang dioksida atau sejumlah setara dengan Kalium atau Natrium
Sulfit, bisulfit atau metabisulfit, tidak lebih dari 0,2 %
D. Cara Pembuatan Obat Suntik
Pencampuran obat suntik dan penanganan sediaan sitostatika seharusnya dilakukan oleh
apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, tetapi kenyataannya sebagian besar masih
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan lain dengan sarana dan pengetahuan yang sangat terbatas,
sedangkan pekerjaan kefarmasian tersebut memerlukan teknik khusus dengan latarbelakang
pengetahuan antara lain sterilitas, sifat fisikokimia dan stabilitas obat, ketidaktercampuran
obat serta risiko bahaya pemaparan obat. Selain hal tersebut diperlukan juga sarana dan
prasarana khusus yang menunjang pekerjaan hingga tujuan sterilitas, stabilitas dan
ketercampuran obat dapat tercapai.
Cara Pembuatan Obat Suntik
Persiapan pembuatan obat suntik :
1. Perencanaan
Direncanakan dulu, apakah obat suntik itu akan dibuat secara aseptik atau dilakukan
sterilisasi akhir ( nasteril ).10
Pada pembuatan kecil-kecilan alat yang digunakan antara lain pinset, spatel, pengaduk
kaca, kaca arloji yang disterilkan dengan cara dibakar pada api spiritus. Ampul, Vial atau
flakon beserta tutup karet, gelas piala, erlemeyer, corong yang dapat disterilkan dalam oven
1500 selama 30 menit ( kecuali tutup karet, didihkan selama 30 menit dalam air suling atau
menurut FI.ed.III ). Kertas saring, kertas G3, gelas ukur disterilkan dalam otoklaf. Untuk
pembuatan besar-besaran di pabrik, faktor tenaga manusia juga harus direncanakan.
2. Perhitungan dan penimbangan
Perhitungan dibuat berlebih dari jumlah yang harus didapat, karena dilakukan
penyaringan, kemudian ditimbang. Larutkan masing-masing dalam Aqua p.i yang sudah
dijelaskan cara pembuatannya, kemudian dicampurkan.
3. Penyaringan
Lakukan penyaringan hingga jernih dan tidak boleh ada serat yang terbawa ke dalam
filtrat. Pada pembuatan kecil-kecilan dapat disaring dengan kertas saring biasa sebanyak 2
kali , lalu disaring lagi dengan kertas saring G3.
4. Pengisian ke dalam wadah
Cairan :
Farmakope telah mengatur volume tambahan yang dianjurkan.
Bubuk kering :
Jumlah bubuk diukur dengan jalan penimbangan atau berdasarkan volume, diisi
melalui corong.
Pengisian dengan wadah takaran tunggal dijaga supaya bagian yang akan ditutup
dengan pemijaran, harus bersih, terutama dari zat organik, karena pada penutupan zat organik
tersebut akan menjadi arang dan menghitamkan wadah sekitar ujungnya .
Membersihkan bagian leher wadah dapat dilakukan dengan :
a. Memberi pelindung pada jarum yang dipakai untuk mengisi wadah.
b. Menyemprot dengan uap air pada mulut wadah obat suntik yang dibuat
dengan pembawa berair.
5. Penutupan Wadah
Wadah dosis tunggal :
Ditutup dengan cara melebur ujungnya dengan api hingga tertutup kedap.
20,0 ml
0,50 ml ( 3% ) 0,70 ml ( 7% )
30,0 ml
0,60 ml ( 3% ) 0,90 ml ( 4,5% )
50, ml atau lebih
0,80 ml ( 2,6 % ) 1,20 ml ( 4% )
2,00 ml ( 4% ) 3,00 ml ( 6% )
2. Ethanol 96%
Sinonim Alkohol
Berat Molekul 46,7
Kelarutan Dapat bercampur dengan kloroform,eter, gliserin dan
air.
Fungsi Sebagai pelarut, disinfektan dan anti mikroba
OTT Bereaksi dengan bahan pengoksidasi kuat dan
warnanya akan keruh jika bercampur dengan alkali.
Sterilisasi Aseptis
Pemerian Larutan jernih tidak berwarna,mengalir dan cairan
folatil, bau yang khas.
g. Formula Akhir
R/ Diazepam 10 mg
Propilenglikol 12 %
Etanol 96% 5%
NaOH qs
HCl qs
API ad 2 ml
h. Perhitungan Bahan
Perhitungan Kd
Kd total
72 = (%alkohol x Kd alkohol) + (% propilenglikol x Kd Propilenglikol) +
(%api x Kd air )
72 = ( 5/100 x 25.7) + ( x/100 x 33) + (100-5-x/100 x 80)
72 = (128,5 /100) + ( 33x/100) + (7600-80x/100)
72 = (7728,5 – 47x/100)
X = 528,5/47
= 11,24 % = 12 %
Propilenglikol yang dibutuhkan untuk 1 ampul
P = m/v à v= m/p = 0,24 g /1,038 g/ml = 0,23 ml
Etanol yang dibutuhkan untuk 1 ampul
P = m/v à v= m/p = 0,1 g /0,83 g/ml = 0,12 ml
Pengkajian Formulasi
Volume yang akan dibuat
( n+2 ) x V + 6 ml
= ( 3+2 ) x 2,15 + 6 ml
= 16,75 ml ≈ 25 ml
Diazepam yang dibutuhkan
10 mg/2 ml x 25 ml = 125 mg = 1,25 g
Propilenglikol yang dibutuhkan
0,23 ml/2 x 25 ml = 2,875 mlà Etanol yang dibutuhkan
0,12 ml/2 ml x 25 ml = 1,5 ml
i. Langkah Pembuatan
a. Penyiapan Aqua Pro Injeksi (API)
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Menyiapkan aqua bebas CO2 dan O2 dengan memanaskan aqua destilata selama 30
menit terhitung sejak mendidih lalu dialiri gas nitrogen.
Sedangkan untuk pembebasan oksigen, pemanasan ditambah 10 menit lagi sejak
mendidih.
A. KESIMPULAN
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
menusuk jaringan ke dalam otot atau melalui kulit. Pemberian injeksi merupakan prosedur
invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.
Dan obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya : Injeksi Subkutan (SC), Injeksi Intramuskular (IM), Injeksi Intradermal (ID),
Injeksi Intravena (IV).
B. SARAN
Diharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam makalah ini dan kita selaku
mahasiswa harus lebih memahami tentang sediaan injeksi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.halodoc.com/kesehatan/injeksi
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/44342840/tehnik_injeksi-with-cover-page-
v2.pdf?Expires=1669550468&Signature=N0JM8Ee6H-
1tcLTUREN34j8ZJKIiAzQ6i0Q6142HH3INvJSdVEEwXaJN7QrgaPw6y79WEF0gQ1bP945e
S~kHbF4yHLxFEzOhjYRVqOG8HV~5Xb~eQxYHgsFqgvJry8hMBPGqgZMkQvb8bIGg0f
R6aCRGbmVMLgjM2ePLLk4DLdpaDPoEp8iMGSKHUEC9MANM1xW5VBQbG7K2dwU
udClIg~9a8WkP6g5BkAmggvdPLf6vp0CTWcik2jtl3h-DzcpWXTvNim-KnAhC-
uUZNOv7ckS6s6qHXaNEYF~2NhhTXKTL7pqD~~AoOHSeNTGe7k~iNugkh~LquYQbtOP
X8qvHKQ__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
https://repository.ump.ac.id/959/3/LUTVIAN%20FIRMAN%20SYAH%20BAB%20II.pdf
http://majakoesoemasari.blogspot.com/2011/08/injeksi-intravena.html
http://www.google.com/http://altruisticobserver.wordpress.com/2011/12/24/tempatinjeksi-
subkutan-intramuskular/
https://farmalkes.kemkes.go.id/2014/12/pedoman-pencampuran-obat-suntik-dan-penanganan-
sediaan-sitostatika/
(http://kamuskesehatan.com/arti/heparin/)
(http://www.ahlinyalambung.com)
(http://www.farmasiku.com)
https://ahdaini.wordpress.com/2012/04/08/preformulasi-injeksi-diazepam/