Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENGRTIAN, JENIS DAN PROSEDUR PENYUNTIKAN

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK II

1. FITRIANI
2. HARDIANTI LA HAIRUN
3. SAHARIA RUSTAM

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, kelompok kami dapat menyelesaikan makalah Keterampilan Klinik
Praktek Keb 1 yang berjudul “Pengertian, Jenis dan Prosedur Penyuntikan” dengan tepat
pada waktu yang telah diberikan.
Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu kita dalam mempelajari
dan memahami mata kuliah ini. Pada kesempatan ini kelompok kami banyak terima kasih
kepada ibu Rahmawati, S.ST.,M.Keb selaku dosen pengapu di mata kuliah Keterampilan
Klinik Praktek Keb 1 namun kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi
tercapainya perbaikan ataupun kekurangan dalam makalah ini.

Makassar, 25 November 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I................................................................................................................iii

PENDAHULUAN .......................................................................................... iii

A. Latar Belakang ............................................................................................ iii

B. Rumusan Masalah........................................................................................ iii

C. Tujuan ......................................................................................................... iii

BAB II ............................................................................................................. 1

PEMBAHASAN ............................................................................................. 1

A. Pengertian Penyuntikan ..............................................................................

B. Macam-macam Penyuntikan (Injeksi) ........................................................

C. Susunan Isi (Komposisi) Penyuntikan (injeksi) ..........................................`

D. Cara Pembuatan Obat Suntik.......................................................................

E. Keuntngan dan Kerugian Sediaan Injeksi....................................................

BAB III............................................................................................................

PENUTUP.......................................................................................................

A. Kesimpulan .................................................................................................

B. Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Injeksi yang sering disebut sebagai ‘shot’ atau ‘jab’ dalam bahasa Inggris adalah
proses memasukkan cairan ke tubuh menggunakan jarum. Dalam praktik medis, cairan yang
kerap dimasukkan ke tubuh melalui injeksi adalah obat dan vitamin. Jarum yang digunakan
adalah jarum hipodermik dan jarum suntik.Dalam dunia medis pula, injeksi kerap dikenal
sebagai teknik pemberian obat melalui parenteral, yaitu pemberian melalui rute selain saluran
pencernaan. Ini meliputi injeksi subkutan, intramuskular, intravena, intraperitoneal,
intrakardiak, intraartikular, dan intrakavernosa. Suntikan umumnya diberikan satu kali pada
suatu waktu, meski dapat digunakan untuk pemberian obat secara terus-menerus dan dalam
kasus tertentu. Bahkan, ketika diberikan satu kali pada waktu tertentu, pengobatannya
mungkin bersifat jangka panjang, yang kemudian disebut sebagai injeksi depot Jika obat
perlu diberikan secara berulang, kateter yang menetap biasanya lebih disukai daripada injeksi.
Injeksi adalah salah satu prosedur perawatan kesehatan yang cukup umum. Sebagian besar
dilakukan dalam rangka perawatan kuratif, sedangkan sebagian kecilnya untuk imunisasi,
atau transfusi darah.

Tindakan injeksi atau suntik adalah jenis tindakan medis yang sering dikerjakan.
Lebih dari 90 persen tindakan ini dikerjakan untuk tujuan terapeutik, sementara lima hingga
sepuluh persen sisanya digunakan untuk tindakan preventif termasuk keluarga berencana.
Tindakan injeksi harus dikerjakan secara aman dan dikerjakan oleh tenaga ahli yang sudah
terlatih. Kebersihannya juga wajib dijaga karena penggunaan alat secara berulang menjadi
sumber transmisi virus.

injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parental, suntikan
dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir
(Lukas, 2006). Pada sediaan injeksi proses sterilisasi sangat penting karena cairan tersebut
langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi
yang dapat terjadi dengan mudah, sediaan injeksi yang paling rentan terkena kontaminasi
mikroorganisme adalah sediaan injeksi dosis ganda karena penggunaan nya secara berulang –
ulang. Sediaan dosis ganda dipersyaratkan mampu steril selama 28 hari terhitung sejak
penusukan pertama, beberapa usaha yang dilakukan untuk mempertahankan sterilitas sediaan
dengan wadah dosis ganda antara lain dengan melakukan penambahan pengawet antimikroba
(Ansel, 2005). Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk injeksi harus dilakukan dengan
sangat hati – hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) mensyaratkan pula tiap wadah akhir injeksi harus diamati satu
persatu secara fisik. Selanjut nya, dapat dilakukan penolakan pada wadah yang menunjukkan
pencemaran bahan asing yang terlihat secara visual. Obat yang dibuat sebagai obat suntik
tergantung pada sifat obat itu sendiri dengan memperhitungkan sifat kimia dan fisika, serta
pertimbangan terapetik tertentu. Dalam pembuatan obat suntik syarat utamanya adalah obat
harus steril, tidak terkontaminasi bahan asing, dan disimpan dalam wadah yang menjamin
sterilitas (Lukas, 2006).Pada sediaan injeksi dosis ganda yang dapat digunakan adalah
difenhidramin hidroklorida yang merupakan antihistamin antagonis reseptor H1 yang
berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui
mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptornya Benzil alkohol adalah salah satu
pengawet yang digunakan dalam berbagai macam formulasi farmasi. Benzil alkohol bersifat
bakteriostatik dan digunakan sebagai pengawet antimikroba melawan bakteri Gram-positif,
jamur, kapang dan khamir. Laporan efek samping dari benzil alkohol dalam penggunaannya
sebagai eksipien termasuk toksisitas setelah pemberian intravena, neurotoksisitas pada pasien
yang diberikan benzil alkohol dalam preparasi intratekal, hipersensitivitas meskipun jarang
terjadi, dan sindrom toksik yang fatal pada bayi premature. Pengawet benzil alkohol cukup
aktif terhadap bakteri gram positif, dan kurang aktif terhadap bakteri gram negative.
Pengawet benzil alkohol bekerja dengan cara merusak mikroorganisme, terhadap toksisitas
primernya, artinya diarahkan kembali pada kerja racun sel, yang dikembangkan pada dinding
sel atau juga pada bagian dalam sel (Rowe et al, 2009). Setiap zat antimikroba dapat bersifat
pengawet, meskipun demikian semua zat antimikroba adalah zat yang beracun. Untuk
melindungi konsumen secara maksimum, pada penggunaan harus diusahakan agar pada
kemasan akhir kadar pengawet yang masih efektif lebih rendah dari kadar yang dapat
menimbulkan keracunan pada manusia. Pengawet antimikroba adalah zat yang ditambahkan
pada sediaan obat untuk melindungi sediaan terhadap kontaminasi mikroba. Pengawet
digunakan terutama pada dosis ganda untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat
masuk secara tidak sengaja selama atau setelah proses produksi (Depkes RI, 1995). Uji
efektivitas pengawet antimikroba bertujuan untuk menunjukkan efektivitas pengawet
antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda dengan dasar atau bahan pembawa
air yang dicantumkan pada etiket (Depkes RI, 1995). Uji dan kriteria untuk efektivitas berlaku
untuk produk dalam kemasan asli dan wadah yang belum dibuka. Uji efektivitas pengawet
dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme tertentu, yaitu Candida albicans (ATCC No.
10231), Aspergillus niger (ATCC No. 16404), Escherichia coli (ATCC No. 8739),
Pseudomonas aeruginosa (ATCC No. 9027), dan Staphylococcus aureus (ATCC No. 6538)
(Anonim, 2008). Dari uraian diatas akan dilakukan penelitian tentang uji efektifitas pengawet
benzyl alkohol 2 % v/v pada sediaan injeksi difenhidramin hidroklorida dosis ganda (terhadap
pertumbuhan Bakteri (Staphylococcus aureus). Dengan menggunakan metode pengujian
inokulum yaitu dengan menggunakan cara mikrobiologi dengan medium pertumbuhan
tertentu.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud dengan penyuntikan?


2. Apa sja macam-macam penyuntikan?
3. Bagaimana susunan isi (komposisi) penyuntikan (injeksi)
4. Bagaimana cara pembuatan obat suntik?
5. Apa sja keuntngan dan kerugian sediaan injeksi?
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian penyuntikan


2. Untuk mengetahui macam-macam penyuntikan
3. Untuk mengetauhui susunan isi (komposisi) penyuntikan (injeksi)
4. Untuk menegtahui cara pembuatan obat suntik
5. Untuk mengetahui keuntngan dan kerugian sediaan injeksi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyuntikan

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan steril berupalarutan,
emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikanterlebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melalui kulit ataumelalui selaput lendir.(FI.III.1979)

Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksiyang


dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obatdalam air yang bisa
diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikankarena berbahaya yang dapat
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darahkapiler.(FI.IV.1995)

Injeksi yang sering disebut sebagai ‘shot’ atau ‘jab’ dalam bahasa Inggris adalah
proses memasukkan cairan ke tubuh menggunakan jarum. Dalam praktik medis, cairan yang
kerap dimasukkan ke tubuh melalui injeksi adalah obat dan vitamin. Jarum yang digunakan
adalah jarum hipodermik dan jarum suntik.

Dalam dunia medis pula, injeksi kerap dikenal sebagai teknik pemberian obat melalui
parenteral, yaitu pemberian melalui rute selain saluran pencernaan. Injeksi parenteral meliputi
injeksi subkutan, intramuskular, intravena, intraperitoneal, intrakardiak, intraartikular, dan
intrakavernosa.

Suntikan umumnya diberikan satu kali pada suatu waktu, meski dapat digunakan
untuk pemberian obat secara terus-menerus dan dalam kasus tertentu. Bahkan, ketika
diberikan satu kali pada waktu tertentu, pengobatannya mungkin bersifat jangka panjang,
yang kemudian disebut sebagai injeksi depot.

Jika obat perlu diberikan secara berulang, kateter yang menetap biasanya lebih disukai
daripada injeksi. Injeksi adalah salah satu prosedur perawatan kesehatan yang cukup umum.
Sebagian besar injeksi dilakukan dalam rangka perawatan kuratif, sedangkan sebagian
kecilnya untuk imunisasi, atau transfusi darah.1

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbukyang
harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yangdisuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atauselaput lendir.Dalam
FI.ed.IV, sediaan steril untuk kegunaan parenteral dicantumkan menjadi 5jenis yang berbeda:

1. Sediaan berupa larutan dalam air/minyak/pelarut organik yang laindigunakan untuk


diinjeksi, diberi tanda dengan nama, Injeksi. Dalam FI.ed.III disebut berupa
Larutan.Misalnya :
-Inj.Vit.C, injeksi aqua pro pelarutnya
-Inj.Minyak kamper, pelarutnya Olea neutralisata ad injeksi

Dr. Rizal fadli 2022


-Inj.Luminal, pelarutnya Sol Petit atau propilenglikol dan air
2. Sediaan padat kering (untuk dilarutkan) atau cairan pekat tidak mengandungdapar,
pengencer atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelahnya
penambahansolusiyangsesuaimemenuhipersyaratandiinjeksi, diinjeksiditandaidengan
nama (steril)Dalam FI.ed..III disebut zat padat kering jika akan disuntikkanditambah zat
pembawa yang cocok dan steril, hasilnya merupakan larutanyang memenuhi syarat
minuman jentik. Misalnya: Inj. DihidrostreptomisinSulfat (steril)
3. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutanyang
memenuhi persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang
sesuai, ditandai dengan nama (Steril untuk Suspensi).Dalam FI.ed.III disebut zat padat
kering jika akan disuntikkan ditambah zat pembawa yang cocok dan steril, hasilnya
adalah suspensiyang memenuhi syarat suspensi steril. Misalnya : Inj.Prokain Penisilin
G(steril untuksuspensi)
4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidakdisuntikkan
secara intravena atau ke dalam saluran tulang belakang, ditandai dengan nama(Suspensi
Steril) Dalam FI.ed.III disebut Suspensi steril ( zat padat yang telah disuspensikan
dalam pembawa yang cocok dan steril) .Misalnya : Inj. Suspensi Hydrocortisone Acetat
steril
5. Sediaan berupa emulsi, mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau bahan
tambahan lain, ditandai dengan nama (Untuk Injeksi).Dalam FI.ed.III disebut bahan
3
obat dalam pembawa cair yang cocok, hasilnya merupakan emulsi yang memenuhi
semua persyaratan emulsi steril. Misalnya: Inj. Minyak Penisilin untuk diinjeksikan.

B. Macam-Macam Injeksi

1. Volume Kecil Parenteral


a. Injeksi Intraderma atau Intrakutan
Istilah intraderma (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan"dermis"
yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketikasisi anatominya
mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul
betulkecil.MakanyapenyerapandaridiinjeksidisinilambatdanDibatasi dengan efek
sistemik yang dapat dibandingkan karena daya serapnyaterbatas, maka
penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obatyang sensitif atau
untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme.Umumnya larutan atau
suspensi dalam air, digunakan untuk mendiagnosa,volume lebih kurang 100 ml
sampai 200 ml.
b. Injeksi IntramuskulusIstilah intramuskular (IM) digunakan untuk diinjeksikan ke
dalam obat.Rute intramuskular menyiapkan kecepatan aksi serangan sedikit lebih
normaldaripada rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan. Injeksi
Intramuskulus merupakan larutan atau suspense dalam air atau dalamminyak,
volume sedapat mungkin tidak lebih dari 4ml. penyuntikan volume besar
dilakukan dengan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.

RYALINO CHRISTOHER.2022
Syamsuni.2002
Injeksi intramuskular Adalah tindakan menyuntikkan obat ke dalam otot yang
terperfusi baik, sehingga akan mampu memberikan efek sistemik dalam waktu
yang singkat, dan juga biasanya mampu menyerap dalam dosis yang besar. Lokasi
penyuntikan harus dipertimbangkan dengan mengingat kondisi fisik pasien, usia
pasien, dan jumlah obat yang akan diberikan. Apabila pada lokasi suntikan yang
diinginkan terdapat pembengkakan, peradangan, infeksi, ataupun terdapat lesi
dalam bentuk apapun, penyuntikan di lokasi ini harus dihindari.
Terdapat lima lokasi penyuntikan intramuscular yang sudah terbukti bahwa
obatnya akan diabsorbsi dengan baik oleh tubuh.
1. Pada daerah lengan atas (deltoid)
 Mudah dan dapat dilakukan pada berbagai posisi, namun
kekurangannya area penyuntikan paling kecil, dan jumlah obat yang
ideal paling kecil (antara 0,5-1 ml).
 Jarum disuntikkan kurang lebih 2,5 cm tepat di bawah tonjolan
acromion.
 Organ penting yang mungkin terkena adalah a.brachialis atau n.radialis.
Hal ini terjadi apabila kita menyuntik lebih jauh ke bawah daripada
yang seharusnya.
 Minta pasien untuk meletakkan tangannya di pinggul (seperti gaya
seorang peragawati), dengan demikian tonus ototnya akan berada
kondisi yang mudah untuk disuntik dan dapat mengurangi nyeri.
2. Pada daerah dorsogluteal (gluteus maximus)
 Paling mudah dilakukan, namun angka terjadi komplikasi paling tinggi.
 Hati-hati terhadap n.sciatus dan a.glutea superior
 Gambarlah garis imajiner horizontal setinggi pertengahan glutea,
kemudian buat dua garis imajiner vertical yang memotong garis
horizontal tadi pada pertengahan pantat pada masing-masing sisi.
Suntiklah di regio glutea pada kuadran lateral atas.
 Volume suntikan ideal antara 2-4 ml.Minta pasien berbaring ke
samping dengan lutut sedikit fleksi.
3. Pada daerah ventrogluteal (gluteus medius)
 Letakkan tangan kanan Anda di pinggul kiri pasien pada trochanter
major (atau sebaliknya). Posisikan jari telunjuk sehingga menyentuh
SIAS. Kemudian gerakkan jari tengah Anda sejauh mungkin menjauhi
jari telunjuk sepanjang crista iliaca. Maka jari telunjuk dan jari tengah
Anda akan membentuk huruf V.
 Suntikan jarum di tengah-tengah huruf V itu, maka jarum akan
menembus m. gluteus medius.
 Volume ideal antara 1-4ml.4
4. Pada daerah paha bagian luar (vastus laterasis)

RYALINO CHRISTOHER.2022
 Pada orang dewasa, m. vastus lateralis terletak pada sepertiga tengah
paha bagian luar.
 Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya perlu ditarik
atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang
tepat.
 Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml).
5. Pada daerah paha bagian depan (rectus femoris)
 Pada orang dewasa, m. rectus femoris terletak pada sepertiga tengah
paha bagian depan.
 Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya perlu ditarik
atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang
tepat.
 Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml).
 Lokasi ini jarang digunakan, namun biasanya sangat penting untuk
melakukan auto-injection, misalnya pasien dengan riwayat alergi berat
biasanya menggunakan tempat ini untuk menyuntikkan steroid injeksi
yang mereka bawa kemana-mana.
c. Injeksi IntravenusIstilah intravenus (IV) berarti diinjeksikan ke dalam vena.
Ketika tidak adaabsorpsi, puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera,
dan efekyang diinginkan dari obat diperoleh hampir sekejap. Injeksi Intravenus ini
padaumumnya berupa larutan,dapat mengandung cairan noniritan yang bisa
bercampur dengan air, volumenya 1ml sampai 10ml. Injeksi intravenus yang
diberikan dalam volume besar umumnya lebih dari 10ml,disebut Infus. Emulsi
minyak-air dapat diberikan intravenus jika dilakukan
pemeriksaanyangtelititerhadapukuranbutirminyak.Sediaanberupaemulsi air-
minyak, tidak boleh disuntikkan dengan cara ini. Jika volumedosis tunggal lebih
dari 15 ml, injeksi intravenus tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih
dari 10 ml, harus bebas pitrogen.
Intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung langsung
ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsum,
kalium,) nutrient (biasanya glukosa), Vitamin atau obat.
d. Injeksi Subkutan atau HipodermaSubkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan
di bawah kulit.Parenteral diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi
onsetlambat dengan daya serap sedikit daripada yang diberikan dengan IV
atauAKU. Umumnya larutan isotonus dengan kekuatan sedemikian rupa hingga
volume yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Dapat ditambahkan
vasokonstriktor seperti epinetrina untuk melokalisir efek obat. Jika tidakmungkin
disuntikkan volume infus yang diinjeksikan 31 sampai 41 sehari masihdapat
disuntikkan secara subkutan dengan penambahan hialuronidasekedalam diinjeksi
atau jika sebelumnya disuntik hialuronidase.
Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorpsi
oleh tubuh dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption).
Biasanya volume obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per sekali suntik.
Injeksi subkutan dilakukan dengan menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat dari
permukaan kulit. Kulit sebaiknya sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan
subkutis dari jaringan otot. Peragallo & Dittko (1997) menggunakan CT scan
dalam penelitian mereka dan menemukan bahwa injeksi subkutan sering kali
masuk ke jaringan otot, terutama bila dilakukan pada daerah abdomen atau paha.
Hal ini berbahaya karena insulin yang disuntikkan ke otot akan diserap lebih cepat
oleh tubuh dan sebagai akibatnya akan terjadi goncangan kadar glukosa darah
yang dapat membawa pasien ke kondisi hipoglikemia.
e. Injeksi intra-arteriDisuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute
intravenaketika aksi segera diinginkan di daerah perifer tubuh.5
f. Injeksi IntrakardialDisuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan saat
kehidupanterancam dalam keadaan darurat seperti gagal jantung.
g. Injeksi Intraserebral alInjeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi
lokalsebagaimana penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.
h. Injeksi IntraspinalInjeksi ke dalam kanal tulang belakang menghasilkan
konsentrasi tinggi dari obatdi daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik
sepertileukemia.
i. Injeksi Intraperitoneal dan intrapleuralMerupakan rute yang digunakan untuk
pemberian berupa vaksin rabies.Rute ini juga digunakan untukpemberian larutan
dialisis ginjal.
j. Injeksi Intra-artikularInjeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan
seperti obatantiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusakatau teriritasi.
k. Injeksi Intrasisternal dan peridualInjeksi ke dalam sisterna intracranial dan
durameter pada urat spinal.Keduanya merupakan cara yang sulit dilakukan,
dengan kritisuntuk diinjeksi.
l. Injeksi Intrakutan (ic)Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam
epidermis di bawahstratum korneum. Rute ini digunakan untuk memberi volume
kecil (0,1-0,5ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin
m. Injeksi Intratekal atau Injeksi Subaraknoid, Injeksi Introsisterna dan
InjeksiPeredumLarutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau
anestesilumbar oleh larutan yang diinjeksikan ke dalam ruang subarachnoid.
Cairanserebrospinal biasanya diam pada mulanya untuk mencegah
peningkatanvolume cairan dan pengaruh tekanan dalam saraf tulang belakang.
Volume1-2 ml biasa digunakan. Larutan umumnya tidak boleh lebih dari 20
ml.Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk membuat anestesi untuk bergerak
atau turun dalam kanaltulang belakang, sesuai keadaan tubuhpasien. Jenisinjeksi
ini tidak boleh mengandung bakterisida dan diracikdalam wadahdosis tunggal.
6. Volume Parenteral Besar
Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena dan subkutanyang secara
normal digunakan.
a. Injeksi Intravena

RYALINO CHRISTOHER.2022
1) Injeksi Intravena Rute keuntungan ini adalahjenis-jenis cairan yang lebih
disuntikkan banyakdan bahkanbahanlarangan tambahanyak digunakan
IVdaripadamelaluiSC,
2) volume cairan yang besar dapat disuntikkan relatif lebih cepat;
3) efeksistemik dapat segera dicapai;
4) kadar darah dari obat yang terus-menerus disiapkan, dan
5) kebangkitan secara langsung untuk membuka vena untuk pemberian obat rutin
dan penggunaan dalam situasi darurat yang disiapkan.

Kerugiannya meliputi :

1) gangguan kardiovaskuler dan parudari semenanjunggakatanvolumecairan


dalam sistem sirkul asi mengikuti persembahan cepat volume cairan dalam
jumlah besar;
2) perkembangan potensial tromboflebitis;
3) kemungkinan infeksi local atau sistemik dari kaleng minuman atau teknik
injeksi septik, dan
4) racun cairan berair.
b. Injeksi Subkutan6
Penyuntikan subkutan (hipodermolisis) menyiapkan sebuah alternatifketika
rute intravena tidak dapat digunakan. Volume cairan besar secararelatif dapat
digunakan tetapi diinjeksi harus diberikan secara lambat.Dibandingkan dengan rute
intravena, absorpsinya lebih lambat, lebih nyeridan tidak menyenangkan, jenis cairan
yang digunakan lebih kecil (biasanyaDibatasi untuk larutan isotonis) dan lebih
terbatas zat tambahannya.

C. Susunan isi (Komposisi) Injeksi

1. Bahan obat / zat berkhasiat


2. Zat pembawa / zat pelarut
3. Bahan pembantu / zat tambahan
4. Wadah dan tutup

1. Bahan o ba t / zat berkhasiat pada


a. Menuhi syarat yang tercantum sesuai monografinya masing-masing dalam
Farmakope.
b. Pada etiketnya tercantum :pi(injeksi pro)
c. Obat yang beretiketpa (proanalisa) walaupun secara kimiawi terjaminkualitasnya,
tetapi belum tentu memenuhi syarat untukdiinjeksi.
2. Zat Pembawa atau Zat Pelarut
Dibedakan menjadi 2 bagian:

a) Zat pembawa air

RYALINO CHRISTOHER.2022 LUTVIAN FIRMAN SYAH 2016


Umumnya digunakan air untuk diinjeksi. Selain itu bisa puladigunakan injeksi NaCl,
injeksi glukosa, injeksi NaCl komposit,Sol Petit. Menurut FI.ed.IV, zat pembawa
mengandung air,menggunakan udara untuk diinjeksikan,sebagai zat pembawa injeksi
harusmemenuhi syarat Uji pirogen dan uji Endotoksin Bakteri. NaCl dapatditambahkan untuk
memperoleh isotonik. Kecuali dinyatakan lain,Injeksi NaCl atau Ringer injeksi dapat
digunakan untuk pengganti airuntuk diinjeksi.Air untuk diinjeksi ( aqua pro injection ) dibuat
dengan cara menyuling kembali air suling segar dengan alat kaca netral atau wadah logam
yangdilengkapi dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang, sulinganselanjutnya
ditampung dalam wadah yang cocok dan segera digunakan.Jika dimaksudkan sebagai pelarut
serbuk untuk injeksi, harus disterilkandengan cara Sterilisasi A atau C segera setelah
diwadahkan.Air untuk diinjeksikan bebas udara dibuat dengan mendidihkan air untukInjeksi
segar selama tidak kurang dari 10 menit sambil mencegahhubungan dengan udara
sesempurna mungkin, beralih dan segeradigunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk
untuk injeksi ,harus disterilkan dengan cara sterilisasi A, segera setelah diwadahkan.

b) Zat pembawa tidak berair7

Umumnya digunakan minyak untuk injeksi (olea pro injection)misalnya Ol. Sesami,
Ol. Olivarum, Ol. Arachidis.8

Pembawaan air tidak diperlukan apabila :9

(1) Bahan obatnya sukar larut dalam air

(2) Bahan obatnya tidak stabil /terurai dalam udara.

(3) Dikehendaki efek depo terapi.

Syarat-syarat minyak untuk diinjeksi adalah:

(1) Harus jernih pada suhu 10°

(2) Tidak berbau asing/tengik

(3) Bilangan asam 0,2 - 0,9

(4) Bilangan iodium 79 - 128

(5) Bilangan penyabunan 185 - 200

(6) Harus bebas minyak mineral

(7) Memenuhi syarat sebagai Olea Pinguiayaitu cairan jernih atau massa padat yang menjadi
jernih diatas suhu leburnya dan tidak berbau asing atau tengik Obat suntik dengan pembawa
minyak.

dr. Meva Nareza 2022


3. Bahan Pembantu/Zat Tambahan

Ditambahkan pada pembuatan injeksi dengan maksud:

a)Untuk mendapatkan pH yang optimal

b)Untuk mendapatkan larutan yang isotonis

c)Untuk mendapatkan larutan isoioni

d)Sebagai zat bakterisida

e)Sebagai pemati rasa setempat (anestetik lokal)

f)Sebagai stabilisator.

Menurut FI.ed.IV, bahan tambahan untuk mempertinggi stabilitas dan efektivitas


harus memenuhi syarat antara lain tidak berbahaya dalam jumlah yang digunakan,tidak
mempengaruhi efek terapetik atau tanggapan pada uji penetapan kadar.

Tidak boleh ditambahkan bahan pewarna, jika hanya mewarnai sediaan akhir.
Pemilihan dan penggunaan bahan tambahan harus hati-hati untuk injeksi yang diberikan lebih
dari 5 ml. Kecuali dinyatakan lain yang berlaku sebagai berikut:

 Zat yang mengandung raksa dan surfaktan kationik , tidak lebih dari 0,01
 Golongan Klorbutanol, kreosol dan fenol tidak lebih dari 0,5 %
 Belerang dioksida atau sejumlah setara dengan Kalium atau Natrium
Sulfit, bisulfit atau metabisulfit, tidak lebih dari 0,2 %
D. Cara Pembuatan Obat Suntik
Pencampuran obat suntik dan penanganan sediaan sitostatika seharusnya dilakukan oleh
apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, tetapi kenyataannya sebagian besar masih
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan lain dengan sarana dan pengetahuan yang sangat terbatas,
sedangkan pekerjaan kefarmasian tersebut memerlukan teknik khusus dengan latarbelakang
pengetahuan antara lain sterilitas, sifat fisikokimia dan stabilitas obat, ketidaktercampuran
obat serta risiko bahaya pemaparan obat. Selain hal tersebut diperlukan juga sarana dan
prasarana khusus yang menunjang pekerjaan hingga tujuan sterilitas, stabilitas dan
ketercampuran obat dapat tercapai.
Cara Pembuatan Obat Suntik
 Persiapan pembuatan obat suntik :
1. Perencanaan
Direncanakan dulu, apakah obat suntik itu akan dibuat secara aseptik atau dilakukan
sterilisasi akhir ( nasteril ).10
Pada pembuatan kecil-kecilan alat yang digunakan antara lain pinset, spatel, pengaduk
kaca, kaca arloji yang disterilkan dengan cara dibakar pada api spiritus. Ampul, Vial atau
flakon beserta tutup karet, gelas piala, erlemeyer, corong yang dapat disterilkan dalam oven
1500 selama 30 menit ( kecuali tutup karet, didihkan selama 30 menit dalam air suling atau
menurut FI.ed.III ). Kertas saring, kertas G3, gelas ukur disterilkan dalam otoklaf. Untuk
pembuatan besar-besaran di pabrik, faktor tenaga manusia juga harus direncanakan.
2. Perhitungan dan penimbangan
Perhitungan dibuat berlebih dari jumlah yang harus didapat, karena dilakukan
penyaringan, kemudian ditimbang. Larutkan masing-masing dalam Aqua p.i yang sudah
dijelaskan cara pembuatannya, kemudian dicampurkan.
3. Penyaringan
Lakukan penyaringan hingga jernih dan tidak boleh ada serat yang terbawa ke dalam
filtrat. Pada pembuatan kecil-kecilan dapat disaring dengan kertas saring biasa sebanyak 2
kali , lalu disaring lagi dengan kertas saring G3.
4. Pengisian ke dalam wadah
Cairan :
Farmakope telah mengatur volume tambahan yang dianjurkan.
Bubuk kering :
Jumlah bubuk diukur dengan jalan penimbangan atau berdasarkan volume, diisi
melalui corong.
Pengisian dengan wadah takaran tunggal dijaga supaya bagian yang akan ditutup
dengan pemijaran, harus bersih, terutama dari zat organik, karena pada penutupan zat organik
tersebut akan menjadi arang dan menghitamkan wadah sekitar ujungnya .
Membersihkan bagian leher wadah dapat dilakukan dengan :
a. Memberi pelindung pada jarum yang dipakai untuk mengisi wadah.
b. Menyemprot dengan uap air pada mulut wadah obat suntik yang dibuat
dengan pembawa berair.
5. Penutupan Wadah
Wadah dosis tunggal :
Ditutup dengan cara melebur ujungnya dengan api hingga tertutup kedap.

Dit. Pengelolah dan Pelayanan Kefarmasian 2014


Wadah dosis ganda :
Ditutup dengan karet melalui proses pengurangan tekanan hingga karet tertarik ke
dalam. Tutup karet dilapisi dengan tutup alumunium.
6. Penyeterilan ( Sterilisasi )
Sterilisasi menurut Fi.ed.III dan IV.dapat dilakukan sesuai dengan
persyaratan masing-masing monografinya dan sifat dari larutan obat
suntiknya.
7. Uji sterilitas pada teknik aseptic
Sediaan steril selalu dilakukan Uji Sterilitas sebelum sediaan itu diedarkan ke pasaran.
Uji Sterilitas dapat dilakukan sebagai berikut :
Ke dalam salah satu wadah dimasukkan medium biakan bakteri sebagai ganti cairan
steril. Tutup wadah dan eramkan pada suhu 320 selama 7 hari. Jika terjadi pertumbuhan
kuman, menunjukkan adanya cemaran yang terjadi pada waktu pengisian bahan steril ke
dalam wadah akhir yang steril.
 Pembuatan larutan injeksi :
Dalam garis besar cara pembuatan larutan injeksi dibedakan :
1. Cara aseptic :
Digunakan kalau bahan obatnya tidak dapat disterilkan, karena akan
rusak atau mengurai.
Caranya :
Zat pembawa, zat pembantu, wadah, alat-alat dari gelas untuk pembuatan, dan yang
lainnya yang diperlukan disterilkan sendiri-sendiri. Kemudian bahan obat, zat pembawa, zat
pembantu dicampur secara aseptik dalam ruang aseptik hingga terbentuk larutan injeksi dan
dikemas secara aseptik.
2. Cara non-aseptik ( NASTERIL ).
Dilakukan sterilisasi akhir, Caranya :
Bahan obat dan zat pembantu dilarutkan ke dalam zat pembawa dan dibuat larutan
injeksi. Saring hingga jernih dan tidak boleh ada serat yang terbawa ke dalam filtrat larutan.
Masukkan ke dalam wadah dalam keadaan bersih dan sedapat mungkin aseptik, setelah
dikemas, hasilnya disterilkan dengan cara yang cocok.
 Pemeriksaan
Setelah larutan injeksi ditutup kedap dan disterilkan, perlu dilakukan pemeriksaan
kemudian yang terakhir diberi etiket dan dikemas. Pemeriksaan meliputi :
1. Pemeriksaan kebocoran.
2. Pemeriksaan sterilitas.
3. Pemeriksaan pirogenitas
4. Pemeriksaan kejernihan dan warna..
5. Pemeriksaan keseragaman bobot.
6. Pemeriksaan keseragaman volume.
Pemeriksaan 1 - 4 tersebut di atas disebut Pemeriksaan hasil akhir produksi.
1. Pemeriksaan kebocoran
Untuk mengetahui kebocoran wadah, dilakukan sebagai berikut :
a. Untuk injeksi yang disterilkan dengan pemanasan.
(i) Ampul :
disterilkannya dalam posisi terbalik dengan ujung yang dilebur disebelah bawah.
Wadah yang bocor, isinya akan kosong / habis atau berkurang setelah selesai sterilisasi.
(ii) Vial :
setelah disterilkan , masih dalam keadaan panas, masukkan ke dalam larutan metilen
biru 0,1 % yang dingin. Wadah yang bocor akan berwarna biru, karena larutan metilen biru
akan masuk ke dalam larutan injeksi tersebut.
b. Untuk injeksi yang disterilkan tanpa pemanasan atau secara aseptik / injeksi berwarna
Diperiksa dengan memasukkan ke dalam eksikator dan divakumkan. Wadah yang
bocor, isinya akan terisap keluar.
2. Pemeriksaan steri litas
Digunakan untuk menetapkan ada tidaknya bakteri, jamur dan ragi yang hidup dalam
sediaan yang diperiksa. Dilakukan dengan teknik aseptik yang cocok. Sebelum dilakukan uji
sterilitas, untuk zat-zat :
a. Pengawet : larutan diencerkan dahulu, sehingga daya pengawetnya sudah tidak bekerja lagi.
b. Antibiotik : daya bakterisidanya diinaktifkan dulu, misalnya pada Penicillin ditambah
enzym Penicillinase.
Menurut FI. ed.III, pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :
a. Dibuat perbenihan A untuk memeriksa adanya bakteri yang terdiri dari:
 Perbenihan thioglikolat untuk bakteri aerob , sebagai pembanding digunakan Bacillus
subtilise atau Sarcina lutea.
 Perbenihan thioglikolat yang dibebaskan dari oksigen terlarut dengan memanaskan
pada suhu 1000 selama waktu yang diperlukan, untuk bakteri anaerob, sebagai
pembanding digunakan Bacteriodes vulgatus atau Clostridium sporogenus.
b. Dibuat perbenihan B untuk memeriksa adanya jamur dan ragi, untuk itu dipakai
perbenihan asam amino, sebagai pembanding digunakan Candida albicans.
Penafsiran hasil : zat uji dinyatakan pada suhu 300 – 320 selama tidak kurang dari 7 hari, tidak
terdapat pertumbuhan jasad renik.
3. Pemeriksaan Pirogen
Pirogen : Berasal dari kata Pyro dan Gen artinya pembentuk demam/panas. Pirogen
adalah Zat yang terbentuk dari hasil metabolisme mikroorganisme (bangkai mikroorganisme)
berupa zat eksotoksin dari kompleks Polisacharida yang terikat pada suatu radikal yang
mengandung unsur Nitrogen dan Posfor, yang dalam kadar 0,001 – 0,01 gram per kg berat
badan, dapat larut dalam air, tahan pemanasan, dapat menimbulkan demam jika disuntikkan.
(reaksi demam setelah 15 menit sampai 8 jam). Pirogen bersifat termolabil. Larutan injeksi
yang pemakaiannya lebih dari 10 ml satu kali pakai, harus bebas pirogen.
Cara menghilangkan pirogen:
1. Untuk alat/zat yang tahan terhadap pemanasan (jarum suntik, alat suntik dll.) dipanaskan
pada suhu 2500 selama 30 menit
2. Untuk aqua p.i (air untuk injeksi) bebas pirogen:
a. Dilakukan oksidasi :
 Didihkan dengan larutan H2O2 1 % selama 1 jam
 1liter air yang dapat diminum, ditambah 10 ml larutan KMnO4 0,1 N dan 5 ml
larutan 1 N, disuling dengan wadah gelas, selanjutnya kerjakan seperti pembuatan
Air untuk injeksi.
b. Dilakukan dengan cara absorpsi :
Saring dengan penyaring bakteri dari asbes. Lewatkan dalam kolom Al2O3 Panaskan
dalam Arang Pengabsorpsi 0,1 % ( Carbo adsorbens 0,1% pada suhu 60 0 selama 5 – 10 menit
( literatur lain 15 menit ) sambil sekali-sekali diaduk, kemudian disaring dengan kertas saring
rangkap 2 atau dengan filter asbes.
Cara mencegah terjadinya pirogen :
1. Air suling segar yang akan digunakan untuk pembuatan air untuk injeksi harus segera
digunakan setelah disuling.
2. Pada waktu disuling jangan ada air yang memercik
3. Alat penampung dan cara menampung air suling harus seaseptis mungkin
Sumber pirogen:
1. Air suling yang telah dibiarkan lama dan telah tercemar bakteri dari udara.
2. Wadah larutan injeksi dan bahan-bahan seperti glukosa, NaCl dan Na-sitrat.
Uji pirogenitas :
Dengan mengukur peningkatan suhu badan kelinci percobaan yang disebabkan
penyunikan i.v sediaan uji pirogenitas. Jumlah kelinci percobaan bisa 3, 6, 9, 12 ( secara
detailnya lihat FI.ed.II )
4. Pemeriksaan kejernihan dan warna
Diperiksa dengan melihat wadah pada latar belakang hitam-putih, disinari dari
samping. Kotoran berwarna akan kelihatan pada latar belakang putih, kotoran tidak berwarna
akan kelihatan pada latar belakang hitam.
5. Pemeriksaan keseragaman bobot
Hilangkan etiket 10 wadah; Cuci bagian luar wadah dengan air; Keringkan pada suhu
1050; Timbang satu per satu dalam keadaan terbuka ; Keluarkan isi wadah; Cuci wadah
dengan air, kemudian dengan etanol 95 % ; keringkan lagi pada suhu 1050 sampai bobot tetap;
Dinginkan dan kemudian timbang satu per satu.
Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas yang tertera , kecuali satu
wadah yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas yang tertera.
Syarat keseragam bobot seperti pada tabel berikut ini.

Bobot yang tertera pada Batas penyimpangan ( % )


etiket
Tidak lebih dari 120 mg 10,0
Antara 120 mg dan 300 7,5
mg 5,0
300 mg atau lebih

6. Pemeriksaan keseragaman volume


Untuk injeksi dalam bentuk cairan, volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih
dari volume yang ditetapkan. Kelebihan volume yang dianjurkan tertera dalam daftar berikut
ini.
Volume pada etiket Volume tambahan yang dianjurkan

Cairan encer Cairan kental

0,5 ml 0,10 ml ( 10% ) 0,12 ml ( 24% )


1,0 ml
0,10 ml ( 10% ) 0,15 ml ( 15% )
2,1 ml
0,10 ml ( 7,5% ) 0,25 ml ( 12,5% )
5,0 ml

10,0 ml 0,3 ml ( 6% ) 0,50 ml ( 10% )

20,0 ml
0,50 ml ( 3% ) 0,70 ml ( 7% )
30,0 ml
0,60 ml ( 3% ) 0,90 ml ( 4,5% )
50, ml atau lebih
0,80 ml ( 2,6 % ) 1,20 ml ( 4% )

2,00 ml ( 4% ) 3,00 ml ( 6% )

 Syarat - Syarat Obat Suntik


Syarat berikut hanya berlaku bagi injeksi berair :
1. Harus aman dipakai, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis. Pelarut dan
bahan penolong harus dicoba pada hewan dulu, untuk meyakinkan keamanan pemakaian
bagi11
manusia.
2. Jika berupa larutan harus jernih, bebas dari partikel-partikel padat, kecuali yang berbentuk
suspensi.
3. Sedapat mungkin lsohidris, yaitu mempunyai pH = 7,4, agar tidak terasa sakit dan
penyerapannya optimal.
4. Sedapat mungkin Isotonik, yaitu mempunyai tekanan osmose sama dengan tekanan osmose
darah / cairan tubuh, agar tidak terasa sakit dan tidak menimbulkan haemolisa. Jika terpaksa
dapat dibuat sedikit hipertonis, tetapi jangan hipotonis.

dr. Meva Nareza 2022


5. Harus steril, yaitu bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen maupun yang apatogen,
baik dalam bentuk vegetatif maupun spora.
6. Bebas pirogen, untuk larutan injeksi yang mempunyai volume 10 ml atau lebih sekali
penyuntikan.
7. Tidak boleh berwarna kecuali memang zat berkhasiatnya berwarna.
 Penandaan menurut FI.ed.IV
Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan
dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml.
Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda volume 100
ml atau kurang.
Penandaan : Pada etiket tertera nama sediaan, untuk sediaan cair tertera persentase
atau jumlah zat aktif dalam volume tertentu, untuk sediaan kering tertera jumlah zat aktif,
cara pemberian, kondisi penyimpanan dan tanggal kadaluwarsa, nama pabrik pembuat dan
atau pengimpor serta nomor lot atau nomor bets yang menunjukkan identitasnya. Wadah
injeksi yang akan digunakan untuk dialisis, hemofiltrasi atau cairan irigasi dan volume lebih
dari 1 liter , diberi penandaan bahwa sediaan tidak digunakan untuk infus intravena. Untuk
injeksi yang mengandung antibiotik : juga harus tertera kesetaraan bobot terhadap U.I dan
tanggal kadaluwarsanya. Injeksi untuk hewan ditandai untuk menyatakan khasiatnya.
Pengemasan; Sediaan untuk pemberian intraspinal, intrasisternal atau pemakaian peridural
dikemas hanya dalam wadah dosis tunggal.
 Cotoh Formulasi Sediaan Injeksi
a. Formulasi Injeksi Diazepam
1. Sediaan Parenteral Volume Kecil

a. Data Zat Aktif


1. Diazepam
Nama Zat Aktif Diazepam
Daftar Obat
Sinonim Diatsepaami; Diazépam; Diazepám; Diazepamas;
Diazepamum;
LA-III; NSC-77518; Ro-5-2807; Wy-3467. 7-Chloro-
1,3-dihydro-1-methyl-5-phenyl-2 H -1,4-
benzodiazepin-2-one.
Berat Molekul 284,74
Kelarutan Agak sukar larut dalam air, tidak larut dalam etanol,
mudah larut dalam kloroform
Pemerian Serbuk hablur, putih/ hampir putih, tidak berbau/
hampir tidak berbau, mula-mula tidak mempunyai
rasa kemudian pahit
pH pH 6,2-7
Injeksi diazepam= 6,2-6,9
Titik Lebur 130-1340C
Dosis Oral DM = 40 mg/h
Injeksi = 2-10 mg (IM dan IV)
Khasiat Sedatifum
Efek Samping Mengantuk, berkunang-kunang, ataksia, kelelahan,
erubsi pada kulit, edema, mual dan konstipasi, sakit
kepala, amnesia, hipotensi
Sterilisasi Larutan steril dari diazepam dalam API atau pelarut
lain yang cocok.sterilkan dengan cara filtrasi.
Kontraindikasi Penderita hipersensitif, bayi di bawah 6 bulan, wanita
hamil dan menyusui, depresi pernapasan, glaukoma,
gangguan pulmonary akut, keadaan phobia.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya

b. Data Zat Tambahan


1. Propilenglikol

Sinonim Dihidroksipropan, metil etilen glikol, propan 1,2


Diol
Berat Molekul 76,09
Kelarutan Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, ethanol,
gliserin dan air. Larut dalam eter. Dan tidak dapat
bercampur dengan minyak mineral.
Fungsi Sebagai pelarut, humektan, disinfektan dan anti
mikroba.
OTT Dengan bahan pengoksidasi kuat seperti potasium
Permangat
Sterilisasi Autoklaf
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya

2. Ethanol 96%
Sinonim Alkohol
Berat Molekul 46,7
Kelarutan Dapat bercampur dengan kloroform,eter, gliserin dan
air.
Fungsi Sebagai pelarut, disinfektan dan anti mikroba
OTT Bereaksi dengan bahan pengoksidasi kuat dan
warnanya akan keruh jika bercampur dengan alkali.
Sterilisasi Aseptis
Pemerian Larutan jernih tidak berwarna,mengalir dan cairan
folatil, bau yang khas.

c. Formula Standar dari Fornas


Formularium Nasional
Injeksi Diazepam
Komposisi:
Tiap ml mengandung :
1. Diazepam 5 mg
2. Aqua pro injections 1 ml
Penyimpanan: Dalam wadah dosis tunggal atau dosis ganda, terlindung dari cahaya
Dosis: 2-10 mg (im dan iv) jika perlu diulang 2-4 jam
Catatan:
1. Air untuk injeksi dapat diganti dengan propilenglikol
2. disterilkan cara sterilisasi A atau C
d. Tak Tersatukan Zat Aktif (OTT) –
e. Usul Penyempurnaan Sediaan
Zat aktif diazepam dilarutkan dalam pelarut campur untuk meningkatkan daya
kelarutan diazepam dan menstabilkan sediaan.
f. Alat dan Cara Sterilisai
N0 Nama alat Jumlah Cara sterilisasi Waktu
1 Erlenmeyer 1 Oven 170◦ C 30 menit
2 Gelas ukur 1 Autoklaf 115-116◦C 30 menit
3 Beaker glass 1 Oven 170◦ C 30 menit
4 Spatula 1 Oven 170◦ C 30 menit
5 Batang pengaduk 1 Oven 170◦ C 30 menit
6 Kaca arloji 1 Oven 170◦ C 30 menit
7 Cawan penguap 1 Oven 170◦ C 30 menit
8 Pinset 1 Oven 170◦ C 30 menit
9 Jarum suntik 1 Autoklaf 115-116◦C 30 menit
10 Vial 1 Oven 170◦ C 30 menit

g. Formula Akhir
R/ Diazepam 10 mg
Propilenglikol 12 %
Etanol 96% 5%
NaOH qs
HCl qs
API ad 2 ml

h. Perhitungan Bahan
 Perhitungan Kd
Kd total
72 = (%alkohol x Kd alkohol) + (% propilenglikol x Kd Propilenglikol) +
(%api x Kd air )
72 = ( 5/100 x 25.7) + ( x/100 x 33) + (100-5-x/100 x 80)
72 = (128,5 /100) + ( 33x/100) + (7600-80x/100)
72 = (7728,5 – 47x/100)
X = 528,5/47
= 11,24 % = 12 %
 Propilenglikol yang dibutuhkan untuk 1 ampul
P = m/v à v= m/p = 0,24 g /1,038 g/ml = 0,23 ml
 Etanol yang dibutuhkan untuk 1 ampul
P = m/v à v= m/p = 0,1 g /0,83 g/ml = 0,12 ml
 Pengkajian Formulasi
Volume yang akan dibuat
( n+2 ) x V + 6 ml
= ( 3+2 ) x 2,15 + 6 ml
= 16,75 ml ≈ 25 ml
 Diazepam yang dibutuhkan
10 mg/2 ml x 25 ml = 125 mg = 1,25 g
 Propilenglikol yang dibutuhkan
0,23 ml/2 x 25 ml = 2,875 mlà Etanol yang dibutuhkan
0,12 ml/2 ml x 25 ml = 1,5 ml

i. Langkah Pembuatan
a. Penyiapan Aqua Pro Injeksi (API)
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Menyiapkan aqua bebas CO2 dan O2 dengan memanaskan aqua destilata selama 30
menit terhitung sejak mendidih lalu dialiri gas nitrogen.
Sedangkan untuk pembebasan oksigen, pemanasan ditambah 10 menit lagi sejak
mendidih.

b. Pembuatan sediaan injeksi diazepam


1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Membungkus semua alat ke dalam kertas perkamen untuk dilakukan proses sterilisasi
awal (aseptis). Sterilisasi bahan pelarut campur.
3. Setelah semua alat dibungkus rapi, kemudian dimasukkan ke dalam alat sterilisasi,
oven dan autoklaf selama 30 menit
4. Setelah proses sterilisasi selesai, selanjutnya semua alat dan bahan yang telah
disterilisasi dibawa ke dalam white area untuk dibuka dan melakukan proses
penimbangan di grey area
5. Menimbang semua bahan-bahan yang dibutuhkan
6. Membuat pelarut campur, yang terdiri dari campuran propilenglikol, etanol 96% dan
API
7. Melarutkan zat aktif dengan pelarut campur sedikit demi sedikit ad larut
8. Setelah larut, campuran zat aktif dengan pelarut dicek pH, apakah telah memenuhi
syarat pH injeksi diazepam antara 6 – 6,9
9. Setelah nilai pH memenuhi standar, selanjutnya menambahkan sisa pelarut campur ke
dalam campuran zat aktif
10. Memasukkannya ke dalam vial dengan menggunakan spuit dan Selanjutnya diberikan
etiket.
E. Keuntngan dan Kerugian Sediaan Injeksi
1. Keuntungan Sediaan Injeksi
a. Dapat dicapai efek fisiologis segera, untuk kondisi penyakit tertentu (jantung
berhenti)
b. Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi oral (sakit jiwa
atau tidak sadar)
c. Pemberian parenteral memberikan kemungkinan bagi dokter untuk mengontrol obat,
karena pasien harus kembali melakukan pengobatan
d. Pengobatan parenteral merupakan salah satu cara untuk mengoreksi gangguan
serius cairan dan keseimbangan elektrolit.
e. Bekerja cepat , misalnya pada injeksi Adrenalin pada schock anfilaksis.
f. Dapat digunakan jika : obat rusak jika kena cairan lambung, merangsang jika ke
cairan lambung, tidak diabsorpsi secara baik oleh cairan lambung.
g. Kemurnian dan takaran zat khasiat lebih terjamin
h. Dapat digunakan sebagai depo terapi
2. Kerugian Sediaan Injeksi
a. Pemberian sediaan parenteral harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan
membutuhkan waktu pemberian yang lebih lama
b. Pemberian obat secara parenteral sangat berkaitan dengan ketentuan prosedur
aseptik dengan rasa nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak selalu dapat dihindari
c. Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk
menghilangkan/merubah efek fisiologisnya karena obat telah berada dalamsirkulasi
sistemik
d. Harganya relatif lebih mahal, karena persyaratan manufaktur dan pengemasan
e. Persyaratan sediaan parenteral tentang sterilitas, bebas dari partikulat, bebas dari
pirogen, dan stabilitas sediaan parenteral harus disadari oleh semua personel yang
terlibat. .
f. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk mengembalikan efek
fisiologisnya..
g. Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh pasien, terutama bila
sulit untuk mendapatkan vena yang cocok untuk pemakaian i.v.
h. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk mengatur dosis.
i. Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian sebab udara atau
mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. Efek sampingnya dapat berupa reaksi
infeksi pada bagian yang diinjeksikan.12

dr. Meva Nareza 2022


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
menusuk jaringan ke dalam otot atau melalui kulit. Pemberian injeksi merupakan prosedur
invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.
Dan obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya : Injeksi Subkutan (SC), Injeksi Intramuskular (IM), Injeksi Intradermal (ID),
Injeksi Intravena (IV).

B. SARAN

Diharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam makalah ini dan kita selaku
mahasiswa harus lebih memahami tentang sediaan injeksi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/kesehatan/injeksi

Syamsuni.2002. Ilmu Resep. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran

https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/44342840/tehnik_injeksi-with-cover-page-
v2.pdf?Expires=1669550468&Signature=N0JM8Ee6H-
1tcLTUREN34j8ZJKIiAzQ6i0Q6142HH3INvJSdVEEwXaJN7QrgaPw6y79WEF0gQ1bP945e
S~kHbF4yHLxFEzOhjYRVqOG8HV~5Xb~eQxYHgsFqgvJry8hMBPGqgZMkQvb8bIGg0f
R6aCRGbmVMLgjM2ePLLk4DLdpaDPoEp8iMGSKHUEC9MANM1xW5VBQbG7K2dwU
udClIg~9a8WkP6g5BkAmggvdPLf6vp0CTWcik2jtl3h-DzcpWXTvNim-KnAhC-
uUZNOv7ckS6s6qHXaNEYF~2NhhTXKTL7pqD~~AoOHSeNTGe7k~iNugkh~LquYQbtOP
X8qvHKQ__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA

https://repository.ump.ac.id/959/3/LUTVIAN%20FIRMAN%20SYAH%20BAB%20II.pdf

http://majakoesoemasari.blogspot.com/2011/08/injeksi-intravena.html

http://www.google.com/http://altruisticobserver.wordpress.com/2011/12/24/tempatinjeksi-

subkutan-intramuskular/

https://farmalkes.kemkes.go.id/2014/12/pedoman-pencampuran-obat-suntik-dan-penanganan-
sediaan-sitostatika/

(http://kamuskesehatan.com/arti/heparin/)

(http://www.ahlinyalambung.com)

(http://www.farmasiku.com)

https://ahdaini.wordpress.com/2012/04/08/preformulasi-injeksi-diazepam/

Anda mungkin juga menyukai