Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STABILITAS OBAT

PENGARUH BAHAN PENGEMAS TERHADAP STABILITAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Stabilitas Obat

Disusun Oleh :

Nama : Rizky Ali Nurrohman

NIM : 2148201028

Prodi : S1/5

Dosen Pengampu : apt. Desti Kamelia, M.S.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES MUHAMMADIYAH KUNINGAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan untuk kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Kuningan, 8 November 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................1
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................3
A. Latar Belakang .................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................4
C. Tujuan ..............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................5
A. Kemasan Secara Umum ....................................................................................................5
1. Tujuan dan Manfaat Kemasan ..........................................................................................6
a. Tujuan Kemasan ...............................................................................................................6
b. Manfaat Kemasan .............................................................................................................7
2. Syarat Kemasan ................................................................................................................7
a. Macam-macam Kemasan ..................................................................................................8
b. Kemasan Sediaan Farmasi ................................................................................................9
c. Jenis-jenis Bahan Pengemas ........................................................................................... 10
d. Rancangan Kemasan ...................................................................................................... 11
e. Reaksi yang dapat terjadi pada kemasan ......................................................................... 12
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 14
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satuh jwnis obat atau kebih dalam pekarut
air suling kecuali dinyatakan kain, dinaksudkan untuk digunakan sebagai obat dalam,obat luar
atau untuk dinasukkan ke dalam rongga tubuh. Untuk larutan steril yang digunakan sebagai obat
luar harus memenuhi syarat yang tetera pada injectiones. Sesuai dengan penggunaan, larutan
dibagi menjadi: Larutan steril, Larutan tak steril, Larutan antiseptika.
Kadang kadang dibedakan namanya, tetapi tidak ada perbedaan prinsip dalam pengertian,
bila yang terlarut adalah hanya satu jenis obat yang dilarutkan disebut mikstura, sebagai contoh:
solutio citratis magnesici dan mixtura brometorum.
Pengemasan merupakan suatu metode yang memberikan kenyamanan, identifikasi,
penyajian, dan perlindungan terhadap suatu sediaan obat sampai dikonsumsi. Pengemasan
produk farmasi dilakukan dengan beberapa teknik yang sesuai dengan peranan dan fungsi dari
kemasan produk yang akan diproduksi, seperti Strip packaging, Blister pack, Pengemasan bulk
produk dan teknik pengemasan lain yang memiliki fungsi dan kelebihan masing-masing.
Proses pengemasan merupakan salah satu tahapan penting dalam pembuatan sediaan
farmasi. Tahapan ini juga ikut mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir. Bahkan
belakangan ini, faktor kemasan dapat menjadi gambaran ukuran bonafiditas suatu
produk/perusahaan farmasi (Kurniawan, 2012). Untuk menjamin stabilitas produk, harus
ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu
dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder
pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas (Voigt, 1995).
Kemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau
mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas / dibungkusnya.
Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup dan selubung sebelah luar, artinya keseluruhan bahan
kemas, dengannya obat ditransportasikan dan/atau disimpan (Voigt, 1995). Menurut undang-
undang pasal 24 menyatakan bahwa Pengemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan
dilaksanakan dengan menggunakan bahan kemasan yang tidak membahayakan kesehatan
manusia dan/atau dapat mempengaruhi berubahnya persyaratan mutu, keamanan, dan
kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan.

a. Larutan steril meliputi :


1. larutan untuk penggunaan luar sebagai pengobatan luka atau kulit terbuka
2. larutan iritasi kandungan kemih.
3. larutan intraperitoneum.
3
b. Baik alat maupun larutannya disterilkan dalam wadah yang steril. Larutan tidak
steril meliputi :

1. Larutan obat dalam, baik larutan yang langsung diminum atau yang harus diramu lebih
dulu.
2. Larutan obat untuk kulit utuh dan
3. Larutan hemosialisa. Pada pembuatan larutan supaya dihindari sedapat mungkin adanya
kontaminasi oleh bakteri dan jasad renik yang lain. Larutan antiseptik, mudah sekali
dicemari oleh jasad renik yang telah resisten.

Oleh karena itu air yang digunakan harus air suling atau air yang baru dididihkan,
wadahnya harus betul betul bersih dan tidak menggunakan tutup gabus. Larutan
antiseptik tidak boleh digunakan lebih dari satu mingu sejak tutup dibuka.larutan yang
digunakan sebagai antiseptikum untuk mata yang luka atau dimasukkan ke dalam rongga
tubuh harus disterilkan duklu. Larutan antiseptik yang steril di dalam wadah tertutup
mudah dibedakan dengan wadah untuk laeutan teansfusi ternasuk larutan infusi. Pada
etiket harus tertera : larutan steril, tidak disuntikan.

b. Sistem pelarut dan zat terlarut


1. Sirup
2. Eliksir
3. Spirit
4. Air aromatik
5. Tingtur

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam pengemas ?
2. Apa saja jenis bahan pengemas ?
3. Apa saja rancangan pengemas ?
4. Bagaimana reaksi yang dapat terjadi pada kemasan ?

C. Tujuan
1. Mengetahui macam-macam pengemas.
2. Mengetahui jenis bahan pengemas.
3. Mengetahui apa saja rancangan pengemas.
4. Mengetahui reaksi yang dapat terjadi pada kemasan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kemasan Secara Umum

Kemasan adalah pembungkus atau wadah yang biasa dimanfaatkan untuk mencegah atau
meminimalisasi adanya kerusakan pada barang yang dibungkus. Adapun definisi pengemasan
adalah suatu proses memberi wadah atau pembungkus untuk suatu produk. Produk yang dikemas
biasanya adalah produk yang akan didistribusikan, disimpan, dijual, dan digunakan. Pengemasan
juga berfungsi sebagai sarana informasi dan pemasaran yang baik, terutama jika didesain dengan
kreatif dan menarik sehingga mudah diingat oleh konsumen. Kemasan memiliki peranan penting
pada sebuah produk yang akan dijual. Selain bisa menambah nilai estetika, desain kemasan juga
bisa menarik perhatian sekaligus bahan promosi, selain itu produk yang sudah memasuki proses
kemas biasanya juga bisa bertahan lebih lama serta bisa melindungi produk itu sendiri dari
bahaya kerusakan saat proses pendistribusian.
Pengemasan produk pangan dilakukan selain berfungsi sebagai wadah penyimpanan juga
diharapkan berperan untuk melindungi produk yang dikemas dari kontaminasi kotoran atau
mikroorganisme dari lingkungan. Selain itu, kemasan juga berfungsi untuk menghindari
kerusakan fisik dan biologis maupun kerusakan kimia, sehingga bahan pangan yang dikemas
memiliki umur simpan yang lebih panjang daripada bahan pangan yang tidak dikemas. Hal
tersebut semakin disadari dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
keamanan pangan yang mendorong aplikasi kemasan tidak hanya sebagai wadah makanan tetapi
juga kemasan yang dapat memberi informasi tentang produk pangan tersebut, mempertahankan
kualitas produk pangan yang dikemas hingga memperpanjang umur simpan produk terkemas
(Coma 2008).
Kemasan aktif adalah salah satu kemajuan teknologi kemasan yang menggabungkan
bahan tertentu ke dalam sistem kemasan agar dapat berinteraksi dengan produk yang dikemas
atau lingkungan dalam kemasan tersebut yang diharapkan dapat memperpanjang umur simpan,
mempertahankan sifat organoleptik bahan, serta menjamin keamanan pangannya (Suppakul et al
2003).
Konsep kemasan aktif dimaksudkan untuk merasakan perubahan lingkungan internal dan
memberi respon sesuai dengan fungsi yang diharapkan. Teknologi kemasan aktif mencakup
beberapa tindakan fisik, kimia, atau biologis yang dapat berinteraksi antara bahan kemasan,
produk yang dikemas, dan / atau headspace dari kemasan dengan tujuan tertentu. Inovasi yang
menarik dalam kemasan aktif adalah kemasan antimikroba. Sistem pengemasan antimikroba
berdasarkan pada aplikasi bahan pengemasan dengan agen antimikroba yang tergabung dalam

5
matriks kemasan dan / atau menggunakan polimer antimikroba. Saat sistem pengemasan
memperoleh aktivitas antimikroba, sistem pengemasan (atau bahan) membatasi atau mencegah
pertumbuhan mikroba dengan memperpanjang periode jeda dan mengurangi tingkat
pertumbuhan atau mengurangi jumlah mikroorganisme yang hidup.
Senyawa antimikroba memiliki efektivitas yang berbeda-beda ditentukan oleh sifat
afinitas dari senyawa antimikroba tersebut. Pemanfaatan fungsinya sebagai senyawa antimikroba
juga akan berubah ketika bahan aktif tersebut telah diinkorporasi pada bahan pengemas. Proses
inkorporasi yang dilakukan dalam pembuatan kemasan antimikroba akan menyebabkan
terjadinya proses perpindahan massa antar bahan, yaitu bahan pengemas dan bahan aktif yang
digunakan.
Teknik-teknik dikembangkan dalam upaya mengoptimalkan potensi bahan aktif yang
digunakan ketika telah terinkorporasi pada matriks kemasan. Fungsi penggunaan kemasan
antimikroba akan tercapai jika selama proses pengemasan aktifitas penghambatan
mikroorganisme dapat berlangsung hingga produk dikonsumsi. Pada penlitian ini digunakan
teknik inkorporasi yang berbeda untuk mengetahui pengaruh efektivitas dan stabilitas bahan
antimikroba sebagai kemasan aktif.

Ada pula fungsi kemasan yang dikemukakan oleh para ahli, salah satunya adalah Simora.
Berikut adalah fungsi kemasan menurut Simora :
1) Fungsi Protektif : Maksud dari fungsi protektif adalah kemasan berfungsi sebagai
pelindung atau keamanan produk dari sesuatu yang dapat merusaknya, misalnya cuaca
atau pada saat proses distribusi. Kemasan yang mampu melindungi produk dengan baik
akan mencegah kerusakan dan risiko cacat yang bisa merugikan pembeli atau penjual.
2) Fungsi Promosional Kemasan : Kemasan bisa menjadi media promosi atau pemasaran.
Anda bisa membuatnya semenarik mungkin dari berbagai sisi, seperti warna, desain,
ukuran, dan lain-lain.

1. Tujuan dan Manfaat Kemasan

Kenapa sebuah produk harus dikemas memiliki alasannya tersendiri. Menurut Louw dan
Kimber (2007), setidaknya terdapat tujuh manfaat dan tujuan dari kemasan suatu produk dan
berikut penjelasannya.

a. Tujuan Kemasan
1) Barrier Protection : Kemasan memiliki manfaat untuk melindungi produk dari hambatan
oksigen uap air, debu, dan kotoran lainnya yang berpotensi merusak isi produk.
2) Physical Production : Kemasan dibuat dengan tujuan untuk melindungi prouk dari suhu,
getaran, guncangan, tekanan, dan lainnya yang ada di sekitarnya.

6
3) Information Transmision : Biasanya kemasan juga menjadi media untuk memberi
informasi mengenai cara menggunakan transportasi, daur ulang, dan membuang kemasan
tersebut.
4) Containment or Agglomeration : Pengemasan bertujuan sebagai penelompokkan agar
proses penanganan dan distribusi menjadi lebih efisien.
5) Reducing Theft : Kemasan pada produk dapat mencegah pencurian dengan melihat
kerusakan fisiknya atau selisih jumlahnya.
6) Convenience : Kemasan adalah salah satu fitur yang mampu menambah kenyamanan
dalam distribusi, penanganan, tampilan, pembukaan, penutup kembali, penjualan, dan
penggunaan yang dapat dilakukan kembali.
7) Marketing :Desain kemasan yang menarik dapat dimanfaatkan oleh pelaku marketing
untuk mendorong calon membeli agar mau membeli produk tersebut.

b. Manfaat Kemasan
1) Kemasan bermanfaat seagai tempat untuk suatu produk selama proses pengiriman, mulai
dari pembuatan hinga sampai ke tangan konsumen.
2) Kemasan bisa mencegah kerusakan sekaligus mengawetkan produk. Misalnya,
melindungi dari sinar matahari secara langsung, kelembaban udara, oksigen, pemcemaran
dari virus atau kumas, dan benturan.
3) Pengemasan produk bisa digunakan sebagai media petunjuk bagi konsumen melalu
informasi atau tanda yang terdapat pada kemasannya.
4) Kemasan dapat meningkatkan fungsi produk, contohnya menyederhanakan penghitungan
produk berdasarkan kemasannya dan memudahkan dalam estimasi pengiriman serta
penyimpanan produk tersebut.
5) Memperluas pemakaian dan pemasaran suatu produk. Misalnya penjualan saos atau sirup
yang mengalami peningkatan setelah dilakukan penerapan kemasan dengan botol.

2. Syarat Kemasan

Agar memiliki fungsi yang maksimal, kemasan harus dibuat sesuai dengan kualifikasi
persyaratan sebagai berikut :
1) Memiliki daya kemas yang baik guna memudahkan proses penanganan, distribusi,
alokasi, penyimpanan, dan penyusunan produk.
2) Kemasan harus mampu mengamankan isi produknya dari berbagai risiko dari luar, seperti
perlindungan dari sinar matahari, kelembapan udara, bau asing, gesekan, benturan, dan
kontaminasi mikroorganisme.
3) Desainnya memiliki daya tarik tersendiri sehingga konsumen berkeinginan untuk
membelinya.

7
4) Kemasan harus memprioritaskan pengenalan produk, informasi, tampilan, warna, dan
keindahan bahannya.
5) Memiliki persyaratan ekonomi yang berarti kapasitas dapat mencukupi keinginanpasar,
sasaran masyarakat, dan tujuan pembeli.
6) Kemasan harus memiliki ukuran, bentuk, dan bobot yang sesuai dengan pola standar
yang ada. Selain itu juga harus mudah dibuat atau dicetak dan bisa didaur ulang kembali.

a. Macam-macam Kemasan
Setidaknya jenis pengemasan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori seperti yang akan
dijelaskan di bawah ini :
1. Berdasarkan Struktur Isi
Jenis kemasan yang berdasarkan pada struktur isi merupakan suatu wadah yang
dibuat sesuai dengan isinya. Jenis kemasan ini masih dibagi lagi menjadi tiga :
a) Kemasan Primer : Kemasan primer adalah lapisan pertama yang membungkus dan
bersentuhan langsung dengan produk. Kemasan ini dapat memiliki efek langsung
pada stabilitas dan umur simpan produk. Kemasan primer dapat berbentuk blister,
strip, vial, ampul, botol dan sebagainya.
b) Kemasan Sekunder : Kemasan sekunder berada di lapisan kedua setelah kemasan
primer. Kemasan ini berfungsi untuk menambah proteksi terhdap kemasan dan dapat
digunakan untuk mengelompokkan kemasan primer bersama. Kemasan sekunder
dapat berbentuk kotak, karton, baki injeksi, dan sebagainya.
c) Kemasan Tersier : Kemasan tersier digunakan untuk mengemas produk yang telah
ada dalam kemasan sekunder dan berfungsi saat proses distribusi atau pengiriman
produk. Kemasan tersier dapat berbentuk dus, kontainer, barel, dan sebagainya
(Pareek et.al, 2014).

2. Berdasarkan Frekuensi Penggunaan


Sama seperti sebelumnya, kemasan yang didasarkan pada frekuensi penggunaan
juga dibagi lagi menjadi beberapa jenis.
a) Kemasan Disposable Kemasan disposable merupakan kemasan sekali pakai yang
digunakan sekali saja kemudian dibuang. Contohnya adalah bungkus dari plastik,
bungkus kertas, bungkus yang terbuat dari daun pisang, dan lain-lain.
b) Kemasan Multi Trip Kemasan multi trip dapat digunakan lebih dari satu kali oleh
konsumen dan ada juga yang dapat dikembalikan kepada agen penjual supaya bisa
digunakan kembali. Contoh dari kemasan jenis ini adalah botol minuman.
c) Kemasan Semi Disposable Kemasan semi disposable adalah kemasan yang tidak
perlu dibuang karena bisa dipakai untuk hal lain oleh konsumen, contohnya adalah
kaleng biskuit.

8
3. Berdasarkan Tingkat Kesiapan Pemakaian
Berdasarkan tingkat kesiapan pakainya, kemasan dibbagi menjadi dua jenis :
a) Kemasan Siap Rakit Kemasan siap rakit harus melewati tahap perakitan terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk membungkus produk, misalnya plastik, kertas
kemas, aluminium, dan lain sebagainya.
b) Kemasan Siap Pakai Sesuai dengan namanya, kemasan siap pakai sudah siap untuk
diisi produk dan bentuknya sudah sempurna sejak diproduksi. Contoh kemasan dari
jenis ini di antaranya adalah botol atau kaleng.

b. Kemasan Sediaan Farmasi


Menurut keputusankepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor HK.00.05.4.1745, wadah adalah kemasan yang bersentuhan langsung dengan isi.
Menurut SK Menkes No.193/Kab/B/VII/71 peraturan tentang pembungkus dan penandaan
wadah, wadah adalah salah satu komponen yang penting untuk sediaan farmasi, karena
ketidaksesuaian wadah akan mempengaruhi obat secara keseluruhan termasuk kestabilan dan
efek terapi obat. Menurut USP, wadah adalah alat untuk menampung suatu obat, atau mungkin
dalam hubungan langsung dengan obat tersebut.

Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup, dan selubung sebelah luar, artinya keseluruhan
bahan kemas, dengannya obat ditransportasikan dan/atau disimpan. Kemasanadalah penyatuan
dari bahan yang dikemas (bahan yang diisikan) dan pengemas. Bahan kemas yang kontak
langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan sebagai bahan kemas primer, sebaliknya
pembungkus selanjutnya seperti kotak terlipat, karton dan sebagainya dinamakan bahan kemas
sekunder.

Pembagian wadah untuk injeksi dibagi menjadi dua macam yaitu:


1) Wadah dosis tunggal, adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan
jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal
dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap steril.
Contoh: ampul.
2) Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya
perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau kemurnian
bagian yang tertinggal. Contoh vial atau botol serum.

Dalam industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi kelengkapan
suatu produk. Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan sifat-sifat fisika dan kimia
dari produk itu, keperluan melindunginya, dan tuntutan pemasarannya. Secara umum, hal-hal
penting yang harus diperhatikan dari wadah adalah:
1) Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan
2) Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah
3) Penutup wadah harus bisa mencegah isi

9
4) Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah
5) Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap yang
akan mempengaruhi penampilan dan bau produk.
6) Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya
7) Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat
wadah dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui
dinding wadah serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah
8) Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik

Berdasarkan pertimbangan tentang kondisi penutupan dalam Farmakope Indonesia,


penyimpan obat dikelompokkan :
1) Wadah tertutup baik, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari zat padat dari luar
dan dari hilangnya obat pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanandan
distribusi yang lazim.
2) Wadah tertutup baik terlindung dari cahaya
3) Wadah tertutup rapat, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari kontaminasi cairan-
cairan, zat padat atau uap dari luar, dari hilangnya obat tersebut, dan dari pengembangan,
pencairan, atau penguapan pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan, dan
distribusi yang lazim. Suatu wadah tertutup rapat ditutup kembali sehingga kemampuan
yang sama seperti sebelum dibuka.
4) Wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya

Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan dengan
bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya, seperti kotak terlipat, karton dan
sebagainya dinamakan sebagai bahan kemas sekunder. Untuk menjamin stabilitas produk, harus
ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu
dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder
pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas. Fungsi dari kemasan farmasi yang paling
utama adalah menjaga khasiat obat yang dikemas, sehingga khasiatnya mampu bertahan dalam
waktu yang cukup lama sebelum dikonsumsi. Sesuai dengan fungsi utamanya, yang terpenting
adalah daya lindung kemasannya sendiri terhadap hal-hal yang dapat mempengaruhi penurunan
khasiat obat.

c. Jenis-jenis Bahan Pengemas

1) Kemasan kertas
2) Kemasan gelas
3) Kemasan logam (kaleng)
4) Kemasan plastik
5) Komposit (kertas/plastik)

10
6) Edible Packaging (kemasan yang bersifat ramah lingkungan karena dapat dimakan)
7) Biodegradabale packaging (kemasan yang mampu didaur ulang secara alami oleh
mikroba dalam tanah).

d. Rancangan Kemasan
Merancang atau mendesain sebuah kemasan produk tergantung pada tingkat kreativitas
dari desainernya. Beberapa hal tersebut antara lain:

1) Label harus mudah dimengerti

Label kemasan produk harus memuat kata-kata, kalimat, nama, logo dan gambar
yang mudah dimengerti oleh konsumen.

2) Terdapat informasi yang relevan

Sebuah label harus memuat informasi yang relevan dan diperlukan. Ada beberapa hal
yang wajib tercantum dalam sebuah label produk, antara lain:

1) Nama produk
2) Stempel atau Merk Dagang (Trade mark)
3) Komposisi bahan baku yang digunakan
4) Netto atau volume bersih
5) Nama produsen
6) Nama distributor
7) Nomor registrasi atau izin dari Dinas Kesehatan (Dinkes)
8) Logo halal
9) Kode produksi
10) Waktu kedaluwarsa

Model kemasan produk kreatif haruslah mendukung pemasaran sehingga calon


konsumen mudah mengingat dengan produk dijual. Ada enam faktor yang berpengaruh dalam
menentukan kemasan produk antara lain:

1) Warna (colour)
2) Bahan (material)
3) Bentuk (form)
4) Ukuran (size)
5) Logo (brand)
6) Topografi (text)

11
e. Reaksi yang dapat terjadi pada kemasan

Migrasi yang terjadi pada suatu kemasan terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Global Migrasi

Global migrasi merupakan hasil perpindahan semua komponen dari suatu


kemasan dimana tidak dibedakan komponen tersebut berbahaya atau tidak bagi kesehatan
manusia. Sumber bahan, jenis senyawa dan zat yang bermigrasi dari suatu kemasan dapat
berupa residu reaksi polimerisasi (monomer, katalis, pelarut dll), bahan-bahan tambahan
(stabilizer, plasticizer, filler) serta logam-logam berat termigrasi ( Pb, Cd, Hg, Cr6+).

2) Spesifik migrasi

Berbeda dengan global migrasi, pada spesifik migrasi komponen yang berpindah
dari suatu kemasan kedalam produk sudah diketahui dan membahayakan bagi kesehatan
manusia. Contoh dari spesifik migrasi ini adalah monomer-monomer dari
kemasan seperti Monomer VCM (Vinil Chloride Monomer) pada Kemasan PVC dan
Monomer Stirena pada kemasan Polystirena.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi migrasi, diantara nya:

a) Durasi kontak antara kemasan dengan produk


b) Suhu kontak antara kemasan dengan produk.
c) Luas permukaan kontak
d) Bahan pangan yang agresif

Migrasi dapat meningkat apabila waktu kontak antara kemasan dengan produk yang
dikemas meningkat. Semakin lama suatu produk dikemas dengan menggunakan suatu jenis
kemasan memungkinkan migrasi yang terjadi semakin besar. Migrasi juga dipercepat dengan
adanya panas. Bila suhu ditingkatkan, migrasi akan lebih tinggi. Bahan yang berbeda seharusnya
digunakan dalam kondisi yang berbeda. Hal ini dikarenakan masing-masing jenis kemasan
pangan terutama plastik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda. Selain waktu kontak dan
suhu, tipe pangan juga berpengaruh terhadap migrasi yang dihasilkan. Tipe pangan yang
tercantum dalam Peraturan Kepala BPOM RI No. HK 03.1.23.07.11.6664 tahun 2011 tentang
batas kemasan pangan mengacu pada tipe pangan yang digunakan di US FDA. Tipe pangan
tersebut diklasifikasikan menjadi pangan berair, asam, beralkohol dan berlemak. Tipe pangan ini
sangat penting untuk diketahui dalam menentukan simulan pangan yang akan digunakan pada
saat pengujian migrasi. Ada beberapa standar acuan yang digunakan untuk menentukan ambang
batas migrasi yang diperbolehkan, diantara nya Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) No. HK. 03.1.23.07.11.6664 tahun 2011, standar EU, dan standar Hygiene.

12
Selain itu, ada juga beberapa Standar Nasional Indonesia (SNI) yang sudah diterbitkan untuk
beberapa jenis kemasan pangan, seperti SNI 7323-2008 : Plastik- Wadah makanan dan Minuman
– Polystyrene Foam, SNI 19-4370-2004 : Botol Plastik untuk AMDK, SNI 12-4259-2004 : Gelas
Plastik untuk AMDK dan SNI 8218-2015 : Kertas dan Karton Untuk Kemasan Pangan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Macam-macam kemasan meliputi berdasarkan struktur isi : kemasan primer, kemasan


sekunder, dan kemasan tersier; Berdasarkan frekuensi penggunaan : kemasan disposable,
kemasan multi trip, dan kemasan semi disposable; Berdasarkan tingkat kesiapan pemakaian :
kemasan siap rakit pakai dan kemasan siap pakai. Jenis bahan pengemas meliputi Kemasan
kertas, Kemasan gelas, Kemasan logam (kaleng), Kemasan plastik, Komposit (kertas/plastik),
Edible Packaging (kemasan yang bersifat ramah lingkungan karena dapat dimakan), dan
Biodegradabale packaging (kemasan yang mampu didaur ulang secara alami oleh mikroba dalam
tanah). Rancangan kemasan meliputi Label harus mudah dimengerti dan Terdapat informasi
yang relevan. Reaksi yang dapat terjadi pada kemasan meliputi global migrasi dan
spesifik migrasi.

B. Saran

Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (terjemahan). UI press. Jakarta.
Kurniawan, Dhadhang W, dan Sulaiman, Teuku NS. 2012. Teknologi Sediaan Farmasi.
Purwokerto: Laboratorium Farmasetika Unsoed.
Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia, 1990. Risalah Seminar Pengemasan
dan Transportasi dalam Menunjang Pengembangan Industri, Distribusi dalam
Negeri dan Ekspor Pangan. S.Fardiaz dan D.Fardiaz (ed). Jakarta.
Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Voight,R.1995.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Pareek et.al. Pharmaceutical Packaging: Current Trend ad Future. Int J of Pharmaceutical
Sciences. 2014. Vol. 6 (6).
Coma, V., 2008. Bioactive Packaging Technologies for Extended Shelf Life Of Meat Based
Products.
Suppakul. P., Miltsz. J., Sonneveld. K., Bigger. S.W., 2003. Active packaging technologies with
an emphasis on antimicrobial packaging and its applications. Journal of Food Science;
68:408-420.

15

Anda mungkin juga menyukai