Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEMASAN FARMASI

“KEMASAN PRODUK SEDIAAN OBAT CAIR NON STERIL”

Dosen : Teti Indrawati,.M.S,.Apt

Disusun Oleh :

Mega Sari 16334065


Suhendar Permana 16334067

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020/ 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan untuk kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Jakarta, April 2020

Penulis

2
DFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTRA ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4


1.2 Tujuan ............................................................................................................. 4
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kemasan secara umum ..................................................................................... 6
2.2 Tujuan dan Manfaat Kemasan ......................................................................... 6
2.2.1 Tujuan Kemasan .................................................................................. 7
2.2.2 Manfaat Kemasan ................................................................................ 7
2.3 Syarat Kemasan ............................................................................................... 8
2.4 Jenis-Jenis Kemasan ......................................................................................... 8
2.5 Berdasarkan Frekuensi Penggunaan ................................................................ 9
2.6 Berdasarkan Tingkat Kesiapan Pemakaian ...................................................... 9
2.7 Kemasan Sediaan Farmasi ............................................................................... 9

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Kemasan primer ............................................................................................. 12
3.1.1 Kemasan gelas ................................................................................... 12
3.1.2 Kemasan plastik ................................................................................. 13
3.1.3 Kemasan Metal .................................................................................. 15
3.1.4 Kemasan Elastik ................................................................................ 16
3.2 Eliksir ............................................................................................................. 17

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 19
4.2 Saran ............................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satuh jwnis obat atau kebih dalam
pekarut air suling kecuali dinyatakan kain, dinaksudkan untuk digunakan sebagai obat
dalam,obat luar atau untuk dinasukkan ke dalam rongga tubuh. Untuk larutan steril yang
digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tetera pada injectiones. Sesuai
dengan penggunaan, larutan dibagi menjadi: Larutan steril, Larutan tak steril, Larutan
antiseptika.
Kadang kadang dibedakan namanya, tetapi tidak ada perbedaan prinsip dalam
pengertian, bila yang terlarut adalah hanya satu jenis obat yang dilarutkan disebut mikstura,
sebagai contoh: solutio citratis magnesici dan mixtura brometorum. Larutan steril meliputi :
1. larutan untuk penggunaan luar sebagai pengobatan luka atau kulit terbuka 2. larutan iritasi
kandungan kemih. 3. larutan intraperitoneum.
Baik alat maupun larutannya disterilkan dalam wadah yang steril. Larutan tidak steril
meliputi : 1. larutan obat dalam, baik larutan yang langsung diminum atau yang harus diramu
lebih dulu. 2. larutan obat untuk kulit utuh dan 3. larutan hemosialisa. Pada pembuatan
larutan supaya dihindari sedapat mungkin adanya kontaminasi oleh bakteri dan jasad renik
yang lain. Larutan antiseptik, mudah sekali dicemari oleh jasad renik yang telah resisten.
Oleh karena itu air yang digunakan harus air suling atau air yang baru dididihkan, wadahnya
harus betul betul bersih dan tidak menggunakan tutup gabus. Larutan antiseptik tidak boleh
digunakan lebih dari satu mingu sejak tutup dibuka.larutan yang digunakan sebagai
antiseptikum untuk mata yang luka atau dimasukkan ke dalam rongga tubuh harus disterilkan
duklu. Larutan antiseptik yang steril di dalam wadah tertutup mudah dibedakan dengan
wadah untuk laeutan teansfusi ternasuk larutan infusi. Pada etiket harus tertera : larutan steril,
tidak disuntikan. Sistem pelarut dan zat terlarut 1. sirup 2. eliksir 3. spirit 4. air aromatik 5.
Tingtur.

1.2 Tujuan

1) Mengetahui wadah kemasan produk sediaan obat cair non steril.


2) Mengetahui jenis kemasan produk sediaan obat cair non steril.

4
3) Mengetahui apa saja yang tertera pada kemasan produk sediaan obat cair non steril.
4) Mengetahui contoh kemasan produk sediaan obat cair non steril.

1.3 Rumusan Masalah


1) Apa wadah yang digunakan pada kemasan produk sediaan obat cair non steril?
2) Apa jenis kemasan produk sediaan obat cair non steril yang digunakan?
3) Apa yang harus tertera pada kemasan produk sediaan obat cair non steril?
4) Bagaimana contoh untuk kemasan produk sediaan obat cair non steril?

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemasan secara umum


Kemasan adalah pembungkus atau wadah yang biasa dimanfaatkan untuk mencegah
atau meminimalisasi adanya kerusakan pada barang yang dibungkus. Adapun definisi
pengemasan adalah suatu proses memberi wadah atau pembungkus untuk suatu produk.
Produk yang dikemas biasanya adalah produk yang akan didistribusikan, disimpan, dijual,
dan digunakan. Pengemasan juga berfungsi sebagai sarana informasi dan pemasaran yang
baik, terutama jika didesain dengan kreatif dan menarik sehingga mudah diingat oleh
konsumen. Kemasan memiliki peranan penting pada sebuah produk yang akan dijual. Selain
bisa menambah nilai estetika, desain kemasan juga bisa menarik perhatian sekaligus bahan
promosi, selain itu produk yang sudah memasuki proses kemas biasanya juga bisa bertahan
lebih lama serta bisa melindungi produk itu sendiri dari bahaya kerusakan saat proses
pendistribusian.
Ada pula fungsi kemasan yang dikemukakan oleh para ahli, salah satunya adalah
Simora. Berikut adalah fungsi kemasan menurut Simora :

1) Fungsi Protektif : Maksud dari fungsi protektif adalah kemasan berfungsi sebagai
pelindung atau keamanan produk dari sesuatu yang dapat merusaknya, misalnya
cuaca atau pada saat proses distribusi. Kemasan yang mampu melindungi produk
dengan baik akan mencegah kerusakan dan risiko cacat yang bisa merugikan pembeli
atau penjual.
2) Fungsi Promosional Kemasan : Kemasan bisa menjadi media promosi atau
pemasaran. Anda bisa membuatnya semenarik mungkin dari berbagai sisi, seperti
warna, desain, ukuran, dan lain-lain.

2.2 Tujuan dan Manfaat Kemasan


Kenapa sebuah produk harus dikemas memiliki alasannya tersendiri. Menurut Louw
dan Kimber (2007), setidaknya terdapat tujuh manfaat dan tujuan dari kemasan suatu produk
dan berikut penjelasannya.

6
2.2.1 Tujuan Kemasan

1) Barrier Protection : Kemasan memiliki manfaat untuk melindungi produk dari


hambatan oksigen uap air, debu, dan kotoran lainnya yang berpotensi merusak isi
produk.
2) Physical Production : Kemasan dibuat dengan tujuan untuk melindungi prouk dari
suhu, getaran, guncangan, tekanan, dan lainnya yang ada di sekitarnya.
3) Information Transmision : Biasanya kemasan juga menjadi media untuk memberi
informasi mengenai cara menggunakan transportasi, daur ulang, dan membuang
kemasan tersebut.
4) Containment or Agglomeration : Pengemasan bertujuan sebagai penelompokkan agar
proses penanganan dan distribusi menjadi lebih efisien.
5) Reducing Theft : Kemasan pada produk dapat mencegah pencurian dengan melihat
kerusakan fisiknya atau selisih jumlahnya.
6) Convenience : Kemasan adalah salah satu fitur yang mampu menambah kenyamanan
dalam distribusi, penanganan, tampilan, pembukaan, penutup kembali, penjualan, dan
penggunaan yang dapat dilakukan kembali.
7) Marketing :Desain kemasan yang menarik dapat dimanfaatkan oleh pelaku marketing
untuk mendorong calon membeli agar mau membeli produk tersebut.

2.2.2 Manfaat Kemasan

1) Kemasan bermanfaat seagai tempat untuk suatu produk selama proses pengiriman,
mulai dari pembuatan hinga sampai ke tangan konsumen.
2) Kemasan bisa mencegah kerusakan sekaligus mengawetkan produk. Misalnya,
melindungi dari sinar matahari secara langsung, kelembaban udara, oksigen,
pemcemaran dari virus atau kumas, dan benturan.
3) Pengemasan produk bisa digunakan sebagai media petunjuk bagi konsumen melalu
informasi atau tanda yang terdapat pada kemasannya.
4) Kemasan dapat meningkatkan fungsi produk, contohnya menyederhanakan
penghitungan produk berdasarkan kemasannya dan memudahkan dalam estimasi
pengiriman serta penyimpanan produk tersebut.
5) Memperluas pemakaian dan pemasaran suatu produk. Misalnya penjualan saos atau
sirup yang mengalami peningkatan setelah dilakukan penerapan kemasan dengan
botol.

7
2.3 Syarat Kemasan
Agar memiliki fungsi yang maksimal, kemasan harus dibuat sesuai dengan kualifikasi
persyaratan sebagai berikut :

1) Memiliki daya kemas yang baik guna memudahkan proses penanganan, distribusi,
alokasi, penyimpanan, dan penyusunan produk.
2) Kemasan harus mampu mengamankan isi produknya dari berbagai risiko dari luar,
seperti perlindungan dari sinar matahari, kelembapan udara, bau asing, gesekan,
benturan, dan kontaminasi mikroorganisme.
3) Desainnya memiliki daya tarik tersendiri sehingga konsumen berkeinginan untuk
membelinya.
4) Kemasan harus memprioritaskan pengenalan produk, informasi, tampilan, warna,
dan keindahan bahannya.
5) Memiliki persyaratan ekonomi yang berarti kapasitas dapat mencukupi keinginan
pasar, sasaran masyarakat, dan tujuan pembeli.
6) Kemasan harus memiliki ukuran, bentuk, dan bobot yang sesuai dengan pola standar
yang ada. Selain itu juga harus mudah dibuat atau dicetak dan bisa didaur ulang
kembali.

2.4 Jenis-Jenis Kemasan


Setidaknya jenis pengemasan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori seperti yang
akan dijelaskan di bawah ini :

1) Berdasarkan Struktur Isi

Jenis kemasan yang berdasarkan pada struktur isi merupakan suatu wadah yang dibuat
sesuai dengan isinya. Jenis kemasan ini masih dibagi lagi menjadi tiga :

a) Kemasan Primer : Kemasan primer adalah bahan pembungkus yang menjadi wadah
langsung bahan makanan. Contohnya yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-
hari adalah kaleng susu, botol minuman, plastik snack, dan sebagainya.
b) Kemasan Sekunder : Definisi dari kemasan sekunder adalah pembungkus yang
memiliki fungsi untuk memberi perlindungan terhadap kelompok kemasan lainnya.
Contohnya adalah kotak kardus yang digunakan sebagai pembungkus kaleng susu
atau kotak kayu untuk menyimpan buah.

8
c) Kemasan Tersier : Kemasan tersier merupakan pembungkus yang berfungsi untuk
menyimpan atau melindungi produk selama proses distribusi atau pengiriman.

2.5 Berdasarkan Frekuensi Penggunaan


Sama seperti sebelumnya, kemasan yang didasarkan pada frekuensi penggunaan juga
dibagi lagi menjadi beberapa jenis.

a) Kemasan Disposable Kemasan disposable merupakan kemasan sekali pakai yang


digunakan sekali saja kemudian dibuang. Contohnya adalah bungkus dari plastik,
bungkus kertas, bungkus yang terbuat dari daun pisang, dan lain-lain.
b) Kemasan Multi Trip Kemasan multi trip dapat digunakan lebih dari satu kali oleh
konsumen dan ada juga yang dapat dikembalikan kepada agen penjual supaya bisa
digunakan kembali. Contoh dari kemasan jenis ini adalah botol minuman.
c) Kemasan Semi Disposable Kemasan semi disposable adalah kemasan yang tidak
perlu dibuang karena bisa dipakai untuk hal lain oleh konsumen, contohnya adalah
kaleng biskuit.

2.6 Berdasarkan Tingkat Kesiapan Pemakaian


Berdasarkan tingkat kesiapan pakainya, kemasan dibbagi menjadi dua jenis :

a) Kemasan Siap Rakit Kemasan siap rakit harus melewati tahap perakitan terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk membungkus produk, misalnya plastik, kertas
kemas, aluminium, dan lain sebagainya.
b) Kemasan Siap Pakai Sesuai dengan namanya, kemasan siap pakai sudah siap untuk
diisi produk dan bentuknya sudah sempurna sejak diproduksi. Contoh kemasan dari
jenis ini di antaranya adalah botol atau kaleng.

2.7 Kemasan Sediaan Farmasi

Menurutkeputusankepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia


Nomor HK.00.05.4.1745, wadah adalah kemasan yang bersentuhan langsung dengan isi.
Menurut SK Menkes No.193/Kab/B/VII/71 peraturan tentang pembungkus dan penandaan
wadah, wadah adalah salah satu komponen  yang penting untuk sediaan farmasi, karena
ketidaksesuaian wadah akan mempengaruhi obat secara keseluruhan termasuk kestabilan dan
efek terapi obat. Menurut USP, wadah adalah alat untuk menampung suatu obat, atau
mungkin dalam hubungan langsung dengan obat tersebut.

9
Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup, dan selubung sebelah luar, artinya
keseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransportasikan dan/atau
disimpan.  Kemasanadalah penyatuan dari bahan yang dikemas (bahan yang diisikan) dan
pengemas. Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan
sebagai bahan kemas primer,  sebaliknya pembungkus selanjutnya seperti kotak terlipat,
karton dan sebagainya dinamakan bahan kemas sekunder.
Pembagian wadah untuk injeksi dibagi menjadi dua macam yaitu:
1) Wadah dosis tunggal, adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan
jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis
tunggal dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan
tetap steril. Contoh: ampul.
2) Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan
isinya perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau
kemurnian bagian yang tertinggal. Contoh vial atau botol serum
Dalam industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi kelengkapan
suatu produk. Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan sifat-sifat fisika dan
kimia dari produk itu, keperluan melindunginya, dan tuntutan pemasarannya. Secara umum,
hal-hal penting yang harus diperhatikan dari wadah adalah:
1) Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan
2) Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi  wadah
3) Penutup wadah harus bisa mencegah isi
4) Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah
5) Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap yang
akan mempengaruhi penampilan dan bau produk.
6) Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya
7) Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat
wadah dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui
dinding wadah serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah
8) Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik
Berdasarkan pertimbangan tentang kondisi penutupan dalam Farmakope Indonesia,
penyimpan obat dikelompokkan :
1) Wadah tertutup baik, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari zat padat dari
luar dan dari hilangnya obat pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan
dan distribusi yang lazim.

10
2) Wadah tertutup baik terlindung dari cahaya
3) Wadah tertutup rapat, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari kontaminasi
cairan-cairan, zat padat atau uap dari luar, dari hilangnya obat tersebut, dan dari
pengembangan, pencairan, atau penguapan pada kondisi pengangkutan, pengapalan,
penyimpanan, dan distribusi yang lazim. Suatu wadah tertutup rapat ditutup kembali
sehingga kemampuan yang sama seperti sebelum dibuka.
4) Wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya
Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan dengan
bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya, seperti kotak terlipat, karton dan
sebagainya dinamakan sebagai bahan kemas sekunder. Untuk menjamin stabilitas produk,
harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali
menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan
kemas sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas. Fungsi dari kemasan
farmasi yang paling utama adalah menjaga khasiat obat yang dikemas, sehingga khasiatnya
mampu bertahan dalam waktu yang cukup lama sebelum dikonsumsi. Sesuai dengan fungsi
utamanya, yang terpenting adalah daya lindung kemasannya sendiri terhadap hal-hal yang
dapat mempengaruhi penurunan khasiat obat.

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kemasan primer


3.1.1 Kemasan gelas
Gelas umumnya digunakan untuk kemasan dalam farmasi, karena memiliki mutu
perlindungan yang unggul, ekonomis, dan wadah tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk.
Gelas pada dasarnya bersifat inert secara kimiawi, tidak permeable, kuat, keras dan disetujui
FDA. Gelas tidak menurun mutunya pada penyimpanan, dan dengan sistem penutupan
seperlunya dapat menjadi penghalang yang sangat baik terhadap hampir setiap unsur, kecuali
sinar. Gelas berwarna dapat memberi pelindungan terhadap cahaya bila diperlukan.
Kekurangan utama dari gelas sebagai kemasan adalah karena mudah pecah dan berat.
1) Komposisi gelas
      Gelas terutama tersusun dari pasir (silica yang hampir murni), soda abu (natrium
karbonat), batu kapur (kalsium karbonat), dan cullet (pecahan gelas yang dicampur
dengan batch pembuatan dan berfungsi sebagai bahan penyatu untuk seluruh
campuran).  Kation yang paling umum didapatkan dalam bahan gelas farmasi adalah silicon,
alumunium, boron, natrium, kalium, kalsium, magnesium, zink, dan barium. Satu-satunya
anion yang penting adalah oksigen. Boron oksida ditambahkan untuk membantu proses
pencairan. Timah dalam jumlah kecil membuat gelas jernih dan berkilau. Alumina
(Alumunium oksida) sering digunakan menambah kekerasan dan keawetan serta menambah
ketahanan terhadap reaksi kimia.
2) Tipe Gelas
Gelas yang digunakan untuk kemasan dalam mengemas sediaan farmasi digolongkan
menjadi empat kategori tergantung pada bahan kimia dari gelas tersebut dan kemampuannya
untuk mencegah peruraian, yaitu
o Tipe I – borosilicate glass (gelas borosilikat dengan daya tahan tinggi)
Pada proses pembuatan sebagian besar alkali dan kation tanah diganti oleh boron
dan atau alumunium serta zink. Mempunyai daya tahan kimiawi yang sangat baik
sehingga tidak mempengaruhi preparat parenteral yang sangat peka, lebih baik
daripada gelas natrium karbonat. Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral.
o Tipe II – treated soda lime glass (gelas soda kapur yang diproses)

12
Adalah gelas soda kapur silikat yang sudah mengalami pengerjaan permukaan pada
bagian yang berhubungan dengan isinya dan mempengaruhi preparat farmasi yang
dikemas. Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral bersifat asam dan netral
o Tipe III – regular soda lime glass (gelas soda kapur biasa)
Adalah gelas soda kapur silikat yang mempunyai daya tahan kimiawi yang cukup
sehingga tidak mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Biasanya tidak
digunakan untuk sediaan parenteral, kecuali jika data uji stabilitas yang sesuai
menunjukkan bahwa kaca Tipe III memenuhi untuk sediaan parenteral yang dikemas
di dalamnya.
3.1.2 Kemasan plastik
Bahan plastik telah banyak digunakan sebagai wadah untuk berbagai produk. Saat ini,
plastik juga telah dikembangkan untuk pengemasan produk-produk parenteral termasuk
cairan infus dan injeksi volume kecil. Plastik yang digunakan sebagai wadah untuk berbagai
produk, baik sediaan farmasi maupun produk lainnya, harus memiliki kriteria berikut:
1) Komponen produk yang bersentuhan langsung dengan bahan plastik tidak diadsorpsi
secara signifikan pada permukaan plastik tersebut dan tidak bermigrasi ke atau
melalui plastik
2) Bahan plastik tidak melepaskan senyawa-senyawa dalam jumlah yang dapat
mempengaruhi stabilitas produk atau dapat menimbulkan risiko toksisitas
Terdapat dua jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan sediaan parenteral, yaitu :
1) Termoset, yaitu jenis plastik yang stabil pada pemanasan dan tidak dapat dilelehkan
sehingga tidak dapat dibentuk ulang. Plastik termoset digunakan untuk membuat
penutup wadah gelas atau logam.
2) Termoplastik, yaitu jenis plastik yang menjadi lunak jika dipanaskan dan akan
mengeras jika didinginkan. Dengan kata lain, termoplastik adalah jenis plastik yang
dapat dibentuk ulang dengan proses pemanasan. Polimer termoplastik digunakan
dalam pembuatan berbagai jenis wadah sediaan farmasi.

Tabel 1: Contoh plastik yang digunakan untuk wadah sediaan parenteral


Sterile plastic device Plastic material
Container for blood products Polyvinyl chloride
Disposable syringe Polycarbonate, polyethylene, polypropylene
Irrigating solution container Polyethylene, polyolefins, polypropylene
IV infusion fluid container Polyvinyl chloride, polyester, polyolefins
Administration set Acrylonitrile butadiene styrene

13
Nylone (spike)
Polyvinyl chloride (tube)
Polymethylmetachrylate (needle adapter)
Polypropylene (clamp)
Catheter Teflon, polypropylene

Beberapa keuntungan penggunaan plastik untuk kemasan adalah sebagai berikut :


o Fleksibel dan tidak mudah rusak/pecah
o Lebih ringan
o Dapat disegel dengan pemanasan
o Mudah dicetak menjadi berbagai bentuk
o Murah
Di samping keuntungan-keuntungan di atas, penggunaan plastik untuk kemasan juga
memiliki berbagai kerugian, antara lain sebagai berikut :
o Kurang inert dibandingkan gelas tipe I
o Beberapa plastik mengalami keretakan dan distorsi jika kontak dengan beberapa
senyawa kimia
o Beberapa plastik sangat sensitif terhadap panas
o Kurang impermeabel terhadap gas dan uap seperti gelas
o Dapat memiliki muatan listrik yang akan menarik partikel
o Zat tambahan pada plastik mudah dilepaskan ke produk yang dikemas
o Senyawa-senyawa seperti zat aktif dan pengawet dari produk yang dikemas dapat
tertarik
Wadah plastik untuk sediaan farmasi dibuat dari satu atau lebih polimer dengan berbagai
bahan tambahan. Dengan penambahan bahan tambahan, karakteristik penampilan dari
polimer dapat diperbaiki. Bahan tambahan tersebut dapat berupa cairan, padatan atau serbuk
halus. Bahan tambahan yang digunakan tergantung dari jenis polimer dan metode produksi
yang digunakan. Bahan tambahan yang umumnya digunakan dalam wadah plastik adalah
antioksidan, stabilizer, lubricant, plastikizer, pengisi, dan pewarna.

3.1.3 Kemasan Metal


1) Kemasan Metal

14
Penggunaan pengemas metal dalam farmasi relatif terbatas, akan tetapi bentuk dan sifat
tertentu dari kemasan metal menyebabkan kemasan metal sukar diganti dengan kemasan lain.
Kontener metal digunakan terutama bila diperlukan kekuatan dan sifat dapat dikempa dari
material kemasan, yang merupakan reaktifitas terhadap bermacam gas dan bahan kimia. Tiga
metal yang biasa digunakan untuk kemasan farmasi ialah timah, aluminium, dan baja. Oleh
karena mudah teroksidasi dan membentuk korosi (karat), baja harus digalvanisasi atau disalut
dengan  epoksi sebelum digunakan. Aplikasinya terutama untuk tromol atau drum, ruahan
material dimana diperlukan kekuatan yang besar. Metal dapat pula dibentuk menjadi silinder
bertekanan tinggi untuk menyimpan produk gas.
Timah sering digunakan untuk produksi kaleng erosol dengan cara electroplating
menjadi bentuk lembaran baja untuk meningkatkan resistensi terhadap korosi dan untuk
memfasilitasi penyolderan. Sebaliknya aluminium digunakan dalam bentuk murni sebagai
foil. Aluminium foilsering digunakan sebagai lapisan impermeable dalam laminat multilapis
yang dapat menyertakn pula kertas dan plastik. Foil aluminium dapat dibentuk menjadi
kontener kaku, kontener semi kaku, konstruksi olister atau laminat. Metal memberikan
sejumlah keuntungan dibandingkan dengan bahan pengemas lain. Seperti gelas, metal
haampir secara total imepermeabel terhadap gas dan air. Sebagai tambaha, kontener metal
sangat kuat dan tahan remuk. Untuk aplikasi yang memerlukan pengempaan seperti tube
kolapsibel, metal memberikan kemudahan dalam pembuatan dan penggunaan. Metal dapat
pula dibentuk menjadi sistem penghantaran obat yang lebih kompleks,seperti inhaler
bertahanan dosis, inhaler serbuk kering, alat untuk pemberian aerosol, bahkan jarum yang
siap untuk digunakan.
Kekurangan utama dari kemasan metal terikat dengan biaya dan kontrol kualitas. Metal
lebih mahal harganya, dan lebih sulit untuk dibentuk menjadi kemasan yang dapat
dimanfaatkan. Untuk bentuk foil (lembaran tipis), banyak dihasilkan kemasan cacat
dikarenakan adanya lubang halus yang terbentuk selama proses pembuatan sehingga sifatnya
sangat tidak menguntungkan sebagai penghalang (terutama pada foil yang sangat tipis).
Produk obat harus selalu dipantau sehingga tidak ada cacat kemasan yang dapat mengganggu,
terutama pada obat oftalmik. Seperti pada polimerisasi kebanyakan plastik, metal dapat pula
diberi atau dicampur logam untuk meningkatan karakteristiknya sebagai pengemas, atau
tabung disalut dengan resin. Sampai saat ini USP belum memberikan persyaratan pengujian
untuk pengemas logam.
3.1.4 Kemasan Elastik

15
Elastik( elastomer) pada bidang farmaseti, terutama digunakan sebagai material tutup
untuk botol infus dan botol tembusan serta material slang (juga untuk terpi infus). Elastik
adalah bahan yang berbentuk dari zat-zat organik, padat, didominasi oleh polimer tinggi,
yang menunjukan sifat seperti karet elastis. Termasuk ke dalamnya adalah seluruh produk
karet alam dan karet sintetis serta bahan sejenis karet. Elastisitasaret dapat dikarateristikan
sebagai berikut : Melalui gaya tarik dari yang relatif rendah ( 0,1-1 N/mm 2, 1-10 kp/cm2)
akan terjadi peregangan kuat, dan pengerasan sebesar 10-100 kali. Elastik dalam keadaan
tidak meregang adalah amorf, pada saat meregang muncul sifat kristalinitasnya. Eksistensi
dari rantai molekul panjang, barjalin  antara sesamnya, sangat menetukan sifat elastis karet
polimer tinggi.
1) Bahan pembantu
Melalui vulkanisasi karet mentah, artinya melalui penamahn belerang dan pemanasan dengan
disertai tekanan, karet akan memperoleh elastistasnya, kekompakan dan daya tahannya
terhadap pengaruh panas. Tergantung jumlah dari penambahan belerang, dapat dibuat karet
lunak(5-10 %) dan karet keras (30-50% belerang). Produk karet sintetis juga dapat
divulkanisasi. Dalam waktu yang sama digunakan sejumlah bahan, yang menentukan kualitas
produk akhir. Diantaranya yang dapat disebutkan antara lain:
a) Katalisator Senyawa ini mempercepat proses polimerisasi ( misalnya peroksida
sebagai suplier oksigen).
b) Pempercepat vulkanisasi, Dalam hal ini  digunakan senyawa nitrogen organik atau
belerang seperti amin sekunder, santogenat, ditiokarbamat, tiazol atau bahan
anorganik, seperti magnesium oksida, kalsium hidroksida, antimon trisulfida, atau
antimon pentasulfida.
c) Inhibitor, Senyawa ini berfungsi untuk mengakhiri proses vulkanisasi yang
dikendalikan secara katalik setelah mencapai kekerasan yang dikehendaki (misalnya
garam timbal,nikel dan besi).
d) Stabilisator atau bahan pelindung proses penuaan, Dalam hal ini  khusus digunakan
senyawa fenol dan amina, misalnya hidrokinon, pirogalol, fenil naftilamin,
fenilendiamin.
e) Modifikasi, Senyawa ini berfungsi sebagai vahan pengeras, pembuat lunak, atau
pengendap pori, misalnya parafin cair,ftalat, dan sebagai zat yang memepunyai
pengaruh penting terhadap sifat produk akhir.

16
f) Bahan pengisi, Senyawa ini digunakan hanya untuk bahan peregang, tetapi sering
juga untuk memperbaiki sifat mekanis, kemantapan terhadap gesekan. Sebagai contoh
disebutkan kapur, jelaga, pasir, asbes, seng oksida dan barium sulfida.
g) Bahan pewarna, Dalam hal termasuk pigmen atau bahan pewarna sejati. Juga dapat
disarankan penambahan bahan pelindung cahaya, penutup bau dan dalam kasus
khusus juga bahan yang sulit terbakar.
2) Sifat dan kecocokan secara farmasetik
Sifat yang menonjol dari karet alam, khusus elastisitasnya, sangat
menyulitkan   proses  standarisasinya. Sabagai produk alam, komposisi karet mentah sangat
bervariasi tergantung dari daerah asalnya dan telah bervariasi  dari satu perkebunan ke
perkebunan lain. Dari segi ini, jenis karet sintetis ( misalnya produk polimerisasi dari
butadiena, metilbutadiena, 2- klorbutadiena)dinyatakan lebih eksak. Jenis karet sintetisdapat
dibuat menjadi keras dan untuk memperoleh sifat yang dikehendaki diperlukan penambahan
beberapa bahan pembantu, yang juga digunakan untuk meracik karet alam. Syarat
kecocokannya sebagai material tutup pada wadah untuk larutan injeksi dan infus
adalah bahan jenis karet ( atau jenis bahan sintetis) harus memiliki sifat elastis yang
mencukupi sehingga menjamin penutupan wadah panas, penyimpanan dingin.

3.2 Eliksir
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap,
mengandung selain obat juga zat tambahan seperti gula dan atau pemanis lainnya, zat warna,
zat wewangi dan zat pengawet ; digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama
digunakan etanol yang dimaksudkan untuk meningkatkan kelarutan obat. Dapat ditambahkan
gliserol, sorbitol dan propilenglikol ; sebagai pengganti gula dapat digunakan sirop gula
(Depkes RI, 1977).
Eliksir merupakan produk yang kurang umum. Eliksir umumnya mengandung obat
yang paten seperti antibiotik, antihistamin dan sedatif, dan diformulasikan dengan rasa yang
enak dan biasanya sangat stabil. Jika perlu rasa pahit dan rasa yang memabukkan (nauseous)
ditutupi dengan flavour, dan pewarna buatan dapat ditambahkan untuk memberikan
penampilan yang menarik (Depkes RI, 1977). Eliksir merupakan produk yang jernih, tidak
seperti mixtura yang seringkali keruh akibat dari minyak atau bahan tumbuhan lain yang
tersuspensi. Kejernihan dapat dicapai dengan pemilihan pembawa yang tepat dan beberapa
hal dalam pembuatannya (Depkes RI, 1977).

17
Larutan adalah sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut,
misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka
penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman
dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur. Bentuk
sediaan larutan digolongkan menurut cara pemberiannya, misalnya larutan oral, mengandung
satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut
dalam air atau campuran kosolven air (Depkes RI, 1995).
Pengenceran larutan oral dengan air yang mengandung kosolven seperti etanol, dapat
menyebabkan pengendapan bahan terlarut. Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula
lain kadar tinggi, dinyatakan sebagai sirup. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air dikenal
sebagai sirup atau sirup simpleks. Penggunaan istilah sirup juga digunakan untuk bentuk
sediaan cair lain yang dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk suspensi oral.
Disamping sukrosa dan gula lain, senyawa poliol tertentu seperti sorbitol dan gliserin dapat
digunakan dalam larutan oral untuk menghambat penghabluran dan untuk mengubah
kelarutan, rasa dan sifat lain zat pembawa. Umumnya juga ditambahkan anti mikroba untuk
mencegah pertumbuhan bakteri, jamur dan ragi. Larutan oral yang mengandung
etanol sebagai kosolven dinyatakan sebagai eliksir (Depkes RI, 1995).

BAB IV
PENUTUP

18
4.1 Kesimpulan
Kemasan adalah pembungkus atau wadah yang biasa dimanfaatkan untuk mencegah
atau meminimalisasi adanya kerusakan pada barang yang dibungkus. Adapun definisi
pengemasan adalah suatu proses memberi wadah atau pembungkus untuk suatu produk.
Produk yang dikemas biasanya adalah produk yang akan didistribusikan, disimpan, dijual,
dan digunakan. Pengemasan juga berfungsi sebagai sarana informasi dan pemasaran yang
baik, terutama jika didesain dengan kreatif dan menarik sehingga mudah diingat oleh
konsumen.
Larutan adalah sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut,
misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka
penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman
dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap,
mengandung selain obat juga zat tambahan seperti gula dan atau pemanis lainnya, zat warna,
zat wewangi dan zat pengawet ; digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama
digunakan etanol yang dimaksudkan untuk meningkatkan kelarutan obat. Dapat ditambahkan
gliserol, sorbitol dan propilenglikol ; sebagai pengganti gula dapat digunakan sirop gula
(Depkes RI, 1977).

4.2 Saran
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

19
1) Anonim.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Departemen Kesehatan RI.Jakarta.
Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan
2) Makanan RI. Materi Talkshow di RRI tentang Kemasan Pangan. 2008.
Goeswin,Agoes.2009.Sediaan farmasi Steril. ITB Press.Bandung.
3) Kurniawan, Dhadang Wahyu & Teuku Nanda, S.S . (2012) Teknologi Sediaan
Farmasi. Purwokerto : Laboratorium Farmasetika Unsoed.
4) Jawad, F. J. (2008). A Study on the Stability of Different Frusemide Liquid Dosage
Formulas : Oral Solution, Syrup, Elixir, Suspension and Emulsion. Copharm. 17(2).
Pages 1-8.
5) Lachman, L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI Press. Halaman
462-464.
6) Rowe, R. C. (1989). Handbook Of Pharmaceutical Excipients. Sixth Editio London :
Pharmaceutical Press. Pages 50, 390.

20

Anda mungkin juga menyukai