KELAS A
DOSEN:
Prof. Dr. Teti Indrawati, MS. Apt
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11
1. Vivi Hikmawati (18330723)
2. Maghfirah Novi Zindriany (18330725)
3. Dian Qatrunnada (18330731)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan idenya sehingga makalah ini dapat disusun.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
4.2 Saran........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Dalam proses pengemasan suatu produk, kemasan primer sangatlah
diperhatikan. Kemasan primer merupakan wadah yang langsung menyentuh
bahan produk. Sehingga perlu diperhatikan kemungkinan interaksi antara
kemasan primer dengan material kemasan produk farmasi, seperti halnya:
pelepasan bahan kimia dari perlengkapan material kemasan, pelepasan
partikel yang terlihat maupun tak terlihat serta degradasi komponen kemasan
yang akan terjadinya kontak fisik dengan produk farmasi (DMK, 2017).
Maka dari itu, perlu diperhatikan wadah yang cocok bagi sediaan suplemen
tersebut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemasan
2.1.1 Pengertian Kemasan
Menurut Kotler & Keller (2009:27) Pengemasan adalah
kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai
sebuah produk. Kemasan dapat mencakup sampai tiga tigkat bahan.
Cologne Cool Water bisa dikemas dalam botol (kemasan primer) yang
diletakkan dalam kotak kardus (kemasan sekunder) didalam kotak
kardus bergelombang (kemasan pengiriman) yang berisi enam lusin
kotak.
Sedangkan menurut Simamora (2007) pengemasan ialah
aktivitas perancangan dan pembuatan petikemas atau pembungkus
sebuah produk. Petikemas atau pembungkus itu disebut kemasan.
Kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat
yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan
tujuannya.
Banyak pemasar menyebutkan kemasan sebagai “P” kelima
bersama dengan harga (price), produk (product), tempat (place), dan
promosi (promotion). Namun pemasar juga memperlakukan kemasan
sebagai elemen dari strategi produk. Kemasan merupakan bagian dari
produk yang memiliki peranan penting. Menurut William J. Staton yang
dikutip oleh Sunyoto (2013) mendefinisikan kemasan sebagai sebuah
kegiatan merancang dan memproduksi bungkus suatu produk. Ada 3
alasan kemasan diperlukan:
1. Memenuhi sasaran keamanan dan kemanfaatan. Maksudnya adalah
produk yang diberi kemasan selain kesan “resmi” sebuah produk,
juga menambah ketertarikan konsumen untuk melakukan pembelian.
Namun yang lebih penting dari kedua hal tersebut, didalam kemasan
produk ada identitas perusahaan. Identitas produk misalnya
komposisi bahan, cara perawatan, cara pemakaian dan efek
3
penggunaan produk. Dengan adanya identitas produk, para
konsumen yang mau membeli atau baru sebatas melihat, tentu saja
akan membaca dan terbantu informasi mengenai produk tersebut.
2. Membantu program pemasaran. Dengan kemasan yang menarik,
konsumen akan memberikan apresiasi positif, walaupun belum tentu
memberi produk tersebut. Namun paling tidak kemasan produk yang
menarik telah diterima oleh konsumen. Hanya saja proses
pengambilan keputusan membeli konsumen kadang-kadang
memerlukan waktu.
3. Meningkatkan volume dan laba perusahaan. Secara langsung jika
terjadi pembelian produk yang meningkat, akan berpengaruh pada
laba perusahaan. Semakin banyak volume penjualan dan semakin
menurun kegiatan promosi, keuntungan yang didapat akan
mengalami kenaikan dan peristiwa tersebut berlaku untuk
kebalikannya.
2.1.2 Fungsi Kemasan
Alma (2007:120) kemasan juga mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai tempat atau wadah
2. Kemasan harus menarik dan diharapkan orang akan tertarik untuk
mencoba sehingga akhirnya diharapkan menjadi langganan
3. Kemasan dapat melindungi baik pada waktu masih di gudang,
dalam pengangkatan maupun dalam pengedaran di pasar
4. Praktis, mudah dibawa, mudah dibuka dan ditutup kembali, ringan
dan sebagainya
5. Menimbulkan Harga Diri. Biasanya kemasan yang menarik secara
otomatis akan dapat menimbulkan harga diri
6. Ketepatan Ukuran. Ukuran harus pula diperhatikan sebab hal ini
erat hubungannya dengan harga
7. Pengangkutan. Dalam pembuatan kemasan harus pula diperhatikan
terhadap ongkos angkut barang.
4
2.1.3 Jenis Kemasan
Menurut Saladin (2007) Jenis kemasan terdiri dari :
1. Kemasan Primer, yaitu wadah yang langsung menyentuh bahan
produk.
2. Kemasan Sekunder, yaitu bahan yang melindungi kemasan primer
dan dibuang bila produk hendak dipakai. Fungsi utamanya
melindungi kelompok-kelompok kemasan lain.
3. Kemasar tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah
kemasan primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan
untuk pelindung selama pengangkutan juga untuk menyimpan,
untuk pengiriman atau identifikasi.
Selain itu, Robertson (2006) mengatakan bahwa suatu kemasan
mempunyai dua jenis, yakni Active Packaging dan Intelligent
Packaging. Dimana Active Packaging berfungsi hanya sebagai
pembungkus untuk melindungi makanan tetapi ada pengaruhnya
terhadap makanan tersebut, sedangkan Intelligent Packaging selain
sebagai wadah makanan juga dapat memberikan suatu informasi
mengenai konten apa yang ada didalamnya yang dibutuhkan oleh
konsumen.
2.1.4 Bahan Kemasan
Bahan kemasan yang dipergunakan untuk membuat kemasan akan
sangat berpengaruh terhadap desain dan bentuk kemasan yang akan
dibuat sekaligus akan berpengaruh terhadap kemasan produk yang
dikemas, misalnya: suatu produk yang berupa cairan tidak akan aman
atau dapat dikemas dalam bentuk kertas, produk-produk yang tidak
tahan terhadap sinar ultraviolet, tidak akan baik bila dikemas dalam
plastik atau kaca transparan.
Menurut Syarif dan Irawati yang dikutip oleh Octavia (2011)
membagi kemasan menjadi beberapa golongan sebagai berikut :
1. Gelas. Mudah pecah, transparan (sehingga tidak cocok untuk
produk yang tidak tahan pada sinar ultraviolet).
5
2. Metal. Biasanya dibuat dari alumunium. Kemasan dari logam
mempunyai kekuatan yang tinggi sehingga cocok untuk mengemas
produk-produk yang membutuhkan kemasan yang muat, misal :
untuk mengemas produk yang membutuhkan tekanan udara yang
cukup ini untuk pendorong keluarnya produk tersebut dari kaleng
kemasan.
3. Kertas. Kemasan dari kertas ini tidak tahan terhadap kelembaban
dan air. Jadi bahan kemasan kertas tidak cocok untuk mengemas
produk-produk yang memiliki kadar air tinggi atau dalam keadaan
cair.
4. Plastik. Kemasan ini dapat berbentuk film, kantung, wadah, dan
bentuk lainnya seperti botol kaleng, stoples dan kotak. Penggunaan
plastik sebagai kemasan semakin luas karena ongkos produk relatif
murah, mudah dibentuk dan dimodifikasi.
6
dan/atau dapat mempengaruhi berubahnya persyaratan mutu, keamanan dan
kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
(2). Ketentuan lebih lanjut mengenai pengemasan sediaan farmasi dan alat
kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri.
Pasal 25
(1). Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang mengalami kerusakan kemasan
yang langsung bersentuhan dengan produk sediaan farmasi dan alat
kesehatan,dilarang untuk diedarkan.
(2). Sediaan farmasi dan alat kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dimusnahkan sesuai dengan ketentuan mengenai pemusnahan sediaan farmasi
dan alat kesehatan.
Ketentuan umum pengemasan produk farmasi, menurut DMK (2017):
1. Kemasan yang definisikan sebagai komponen yang memiliki kemasan
berbeda (Botol, vial, closure, cap, ampoule, blister) yang terdapat
disekitar produk farmasi dari awal produk hingga penggunaanya, terdapat
beberapa aspek pengemasan yang harus di perhatikan :
a. Fungsi Kemasan
b. Pemilihan material kemasan
c. Pengujian material kemasan yang dipilih
d. Pengisian dan Penataan kemasan
e. Sterilisasi
f. Penyimpanan dan Stabilitas kemasan.
2. Material kemasan produk farmasi yang menggunakan material cetak,
tidak semua kemasan tersebut dapat digunakan sebagai kemasan terluar
untuk melakukan pengiriman. Sebagian dari kemasan harus melalukan
pengemasan tambahan dengan kemasan sekunder. Berikut material yang
pada umum nya digunakan sebagai kemasan primer produk farmasi :
7
3. Pengirim harus dapat membedakan kemasan primer dan sekunder.
Komponen kemasan primer berupa (botol, vials, closures, blister, dll),
kemasan tersebut dapat langsung bersentuhan fisik dengan produk
farmasi, sedangkan komponen kemasan sekunder tidak dapat (ex.
Lapisan alumunium, kemasan box/kardus). Penggunaan kemasan primer
dan sekunder tergantung pada tingkatan dimana perlindungan dan
perlakuan khusus diperlukan, kompatibilitas dengan isi, metode
pengisian dan biaya, namun Over the Counter (OTC) atau penanganan
khusus pengiriman obat harus di sertakan, dengan tujuan keamanan dan
kenyamaan bagi kemasan yang dikirim, khususnya dari segi ukuran,
berat, tata cara pembukaan/ penutupan kemasan {jika terdapat}, dan tata
cara pemakaian).
8
single-dose (Dosis tunggal) dan multi-dose (Dosis ganda). Tipe kemasan
terdiri dari well-closed, tightly – closed, hermetically closed atau light
resistant (daya tahan terhadap cahaya/sinar matahari), sebagaimana yang
terdapat pada daftar istilah.
6. Diluar dari kemasan primer dan sekunder, terdapat dua jenis kemasan
khusus yang digunakan pada pengiriman barang tertentu, sebagai berikut:
a. Kemasan Unit Dosis, kemasan ini menjamin pengiriman produk
farmasi lebih aman dan mengurangi resiko kerusakan pada obat,
selain itu pengemasan lebih praktis untuk pihak penerima.
Pengemasan ini sangat berguna sebagai standar pengemasan
pengiriman obat, dan dapat berguna untuk obat
b. Kelengkapan Kemasan, harus terdapat media penulisan dengan
tujuan untuk memudahkan proses administrasi dan menjadikannya
standar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Jenis
kemasan yang gunakan untuk proses administrasi cenderung lebih
mudah di akses seperti prefilled syringes, droppers, transdermal
delivery systems, pumps and aerosol sprays. Media / label kosong
untuk pengemasan harus di cantumkan sebagai data penulisan detail
obat yang akan dikirim seperti data singkat jenis obat yang akan di
kirim, dan jumlah yang akan dikirim.
9
a. Pelepasan bahan kimia dari perlengkapan material kemasan.
b. Pelepasan partikel yang terlihat maupun tak terlihat
c. Mampunya material kemasan yang dapat menampung resapan dari
produk farmasi khususnya yang bersifat cairan
d. Reaksi kimia antara produk farmasi dengan material kemasan
e. Degradasi komponen kemasan yang akan terjadinya kontak fisik dengan
produk farmasi
f. Pengaruh proses manufaktur (Misalnya Sterilisasi) pada kemasan
Menurut Syarif dan Irawati yang dikutip oleh Octavia (2011) membagi
kemasan menjadi beberapa golongan sebagai berikut:
1. Kaca, bersifat transparan dan memiliki ketahanan sangat baik terhadap
cairan dan gas yang reaktif. Kaca terbagi atas 4 tipe dengan sifat yang
berbeda-beda, yaitu sebagai berikut:
a. Tipe I, merupakan bahan yang paling inert, koefisien ekspansi termal
terendah, digunakan untuk ampul dan vial pada sediaan parenteral.
b. Tipe II, bersifat tidak inert (mempengaruhi sediaan), kemasan sekali
pakai, dibuat lebih tahan terhadap pencucian dengan SiO2 serta
memiliki titik leleh Tipe II < Tipe I. Digunakan untuk sediaan
parenteral.
c. Tipe III, Memiliki tingkat natrium dan kalsium oksida seperti tipe II,
tetapi mengandung oksida terlarut lebih tinggi dari unsur lain, cukup
inert serta kaca tipe III hanya digunakan untuk cairan anhidrat dan
produk kering.
d. Tipe IV, Untuk Non Parenteral (oral & topikal)
10
2. Logam aluminium, diproduksi dengan elektrolisis bauksit serta memiliki
ketahanan terhadap korosi.
No Kelebihan Kekurangan
1 Aluminium tahan panas 100 kali lebih baik dari Secara alami buram dan
kaca dan 400 kali lebih baik dari plastik. tidak transparan.
(Lachman, 1994)
3. Blister
4. Pengemasan bulk produk
5. Pembungkus Lapisan Tipis
Pembungkus Lapisan Tipis dikategorikan dalam tipe-tipe berikut:
(Lachman, 1994)
a. Pembungkus yang ujungnya dilipat.
b. Pembungkus yang disegel seperti sirip ikan.
c. Pembungkus yang dapat mengerut.
6. Plastik
Plastik adalah bahan kemasan cepat saji untuk makanan, obat-
obatan, dan produk lainnya yang tak terhitung jumlahnya. Plastik terus
menerus menggantikan bahan-bahan lain yang lebih tradisional pada
kemasan obat.
Faktor penguraian penggunaan plastik pada obat :
11
Resiko kesehatan yang merugikan dari obat yang dikemas tidak benar
lebih besar daripada untuk produk lain.
Makanan terproses jauh lebih intensif berkonsentrasi pada efisiensi
biaya kemasan dan inovasi kemasan daripada produsen obat
(Lachman, 1994).
Dilarang menggunakan kemasan pangan dari plastik daur ulang
sebelum diperiksa keamanannya dan mendapat persetujuan dari Kepala
BPOM.
2.4 Label atau Tanda yang Tertera pada Kemasan Primer Sediaan Farmasi
Semua produk farmasi/obat-obatan yang harus di identifikasi
menggunakan label, sesuai perseyaratan dan ketentuan yang diatur oleh
undang-undang nasional, dan IATA, harus mengikuti panduan informasi
sebagai berikut : (DMK, 2017)
1. Nama dagang.
Nama yang diberikan oleh industri farmasi sebagai salah satu
identitas produknya atau dengan istilah lain merupakan merk dagang
produk. Nama obat yang biasanya dituliskan paling mencolok di
kemasan obat.
2. Nama generik.
Nama resmi zat obat yang telah ditetapkan dalam farmakope. Harus
dicantumkan di kemasan obat sesuai dengan Permenkes No. 524
tahun 2005. Harus tercantum dengan ukuran huruf ≥80% dari nama
dagang dan dicantumkan tepat dibawah nama dagang. Contoh :
Amplodipineparacetamol, chlorpheniramine maleat (CTM), asam
mefenamat, amoksisilin, guafenesin, dexamethason, captopril,
Piroxicam, antalgin, ranitidin, dan cefadroxil.
3. Bentuk sediaan.
Bentuk sediaan adalah bentuk obat itu sendiri, ada tablet, kapsul,
kaplet, sirop, eliksir, suspensi, krim, gel, suppositoria, dsb.
12
4. Tanda khusus untuk obat.
Tanda khusus ini harus tercantum dan telah diatur sejak lama
dengan SK Menkes No.2380 tahun 1983. Tanda ini berupa lingkaran
berwarna sesuai dengan golongan obatnya.
5. Komposisi
Komposisi pada kemasan obat = komposisi zat – zat yang
berkhasiat. Karena itu komposisi yang tercantum pada kemasan obat
lebih sedikit daripada komposisi pada kemasan produk makanan yang
juga mencantumkan zat – zat tambahan yang digunakan.
Pengecualian untuk beberapa bahan yang harus tampil pada
komposisi obat, contohnya adalah alkohol sesuai dengan SK KBPOM
No.131 tahun 2003
6. Indikasi.
7. Kontraindikasi
8. Efek samping
9. Interaksi obat.
Interaksi obat merupakan suatu keadaan dimana efek obat berubah
dengan adanya penggunaan obat lain, makanan, minuman, atau zat
kimia di lingkungan. Informasi tentang interaksi obat di kemasan obat
biasanya menuliskan kemungkinan apa saja yang mempengaruhi efek
obat tersebut.
10. Cara kerja obat
Cara kerja obat yang dituliskan berkaitan dengan efek farmakologi
obat, yaitu suatu kerja obat dalam tubuh. Istilah – istilah yang tertulis
pada bagian ini bermacam – macam, ada yang mudah dimengerti,
adapula yang menggunakan istilah medis, seperti analgesik, antasida,
dekongestan, laksatif dan masih banyak lagi.
11. Aturan pakai.
Aturan pakai menginformasikan tentang penggunaan obat. Contoh:
1 kapsul 3 kali sehari atau ada pula yang menuliskannya 3 kali sehari 1
kapsul.
13
12. Peringatan
Untuk obat – obat bebas terbatas, sesuai yang diatur dalam SK
Menkes Nomor 6355 tahun 1969. Ada 6 jenis tanda peringatan sebagai
berikut:
14
2.5 Suplemen Makanan
2.5.1 Pengertian Suplemen Makanan
Menurut Surat Keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan tahun 1996, suplemen makanan didefinisikan sebagai produk
yang digunakan untuk melengkapi makanan, mengandung satu atau lebih
bahan makanan, yaitu a),vitamin b),mineral c),tumbuhan atau berasal dari
tumbuhan d),asam amino e),bahan yang digunakan untuk meningkatkan
kecukupan gizi, f),konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak/ kombinasi
dari beberapa bahan sebagaimana tercantum dalam butir a, b, c, d dan e.
Menurut Geoffrey P.Webb (2006) definisi suplemen makanan
secara umum, yaitu:
a. Sesuatu yang dikonsumsi secara oral dalam dosis tertentu dalam
bentuk pil, kapsul, bubuk, atau cairan.
b. Sesuatu yang diharapkan dapat ditambahkan ke dalam pola makan
yang normal.
c. Sesuatu yang telah dinyatakan dapat memengaruhi kesehatan pada
label kemasan maupun pada media promosi (brosur atau katalog), dan
sesuatu yang termasuk ke dalam tiga kategori:
1. Mengandung zat gizi penting, seperti vitamin, makro mineral,
mikro mineral, asam lemak esensial dan asam amino.
2. Mengadung zat metabolit alami dan atau secara alami terkandung
di dalam makanan tetapi tidak termasuk ke dalam zat gizi utama.
3. Beberapa tambahan yang berasal dari ekstrak tumbuhan ataupun
hewan yang mengandung unsur-unsur zat gizi atau secara
farmakologi dinyatakan dapat memberikan efek bagi kesehatan
seperti bawang putih, ginseng, gingko biloba, dan royal jelly.
2.5.2 Penggolongan Suplemen Makanan
Terdapat beberapa jenis suplemen makanan yang beredar di
masyarakat. Penggolongan suplemen makanan berdasarkan fungsinya
terdiri dari (Vita Health, 2006):
15
1. Obat metabolit untuk menghambat nafsu makan (anoreksigenikum).
Anoreksigenikum memiliki fungsi untuk menghambat nafsu makan
sehingga sering di-klaim dapat menurunkan berat badan seseorang.
2. Obat untuk menurunkan lemak dan kolesterol (antilipidemikum).
Antilipidemikum berfungsi untuk menurunkan lemak dan kolesterol,
suplemen makanan ini sering digunakan untuk mencegah penyakit-
penyakit yang timbul akibat tingginya kadar lemak dan kolesterol di
dalam tubuh.
3. Obat untuk memperbaiki status gizi (dietikum). Dietikum memiliki
fungsi memperbaiki status gizi, suplemen makanan dietikum sering
digunakan untuk menambah berat badan ataupun untuk
meningkatkan nafsu makan.
4. Pembangkit tenaga dan semangat. Suplemen makanan pembangkit
tenaga dan semangat pada umumnya mengandung vitamin, mineral
dan sari-sari tumbuhan (herbal) seperti gingseng dan jahe.
5. Obat untuk memperbaiki sistem metabolik organ tertentu. Suplemen
makanan yang berfungsi untuk memperbaiki sistem metabolik organ
tertertentu antara lain seperti membantu metabolik karbohidrat,
lemak, pembentukan struktur kolagen dan lain-lain. Pada umumnya
suplemen makanan mengandung iodium, tembaga, mangan, zinc dan
lain-lain.
Suplemen makanan menurut kandungannya dapat dibedakan menjadi
(Yuliarti, 2008):
1. Asam amino
Beberapa asam amino termasuk esensial karena tidak
diproduksi oleh tubuh, misalnya arginin, lisin, metionin, fenilalanin,
treonin, triptofan, valin, leusin, isoleusin, dan histidin. Sedangkan
asam amino penting dari kelompok non esensial adalah taurin,
karnitin, sistein, sistin, GABA (Gama Amino butyric Acid) dan
glutation. Asam amino tersebut memiliki fungsi sebagai antioksidan;
glutation, sebagai detoksifikasi yang bekerja mengikat dan
menetralkan xenobiotik (istilah umum untuk semua jenis toksin), dan
16
beberapa asam amino lainnya bekerja pada pengandalian sistem
saraf pusat; GABA.
2. Hormon
Hormon adalah sistem endokrin pengendali fungsi metabolisme
tubuh; mengatur tingkat energi, kecepatan aktivitas enzim,
penyerapan dan transformasi mineral penting. Fungsi lain hormon
adalah mengendalikan pertumbuhan, fungsi seksual, dan tekanan
darah. Penggunaan suplemen senyawa ini sebaiknya di bawah
pengawasan dokter.
3. Enzim
Fungsi utama enzim adalah proses pemecahan dan penyerapan
nutrisi dari makanan. Namun ada juga enzim yang berfungsi sebagai
antioksidan untuk membantu sistem imun. Enzim terdiri dari dari
suatu komponen protein tertentu (disebut apoenzim) yang bergabung
dengan suatu kofaktor pembentuk enzim (umumnya vitamin atau
mineral).
4. Antioksidan
Antioksidan adalah substansi yang menetralkan radikal bebas.
Sedangkan radikal bebas adalah agen pengoksidasi kuat yang dapat
merusak sistem pertahanan tubuh dengan akibat kerusakan sel dan
penuaan dini. Diet sehat. Lebih banyak mengandung antioksidan
menguntungkan, karena terdapat kombinasi yang memberikan efek
sinergi.
5. Flavonoid
Flavonoid disebut juga sebagai vitamin P, adalah kelompok
pigmen atau zat warna pada buah, bunga dan daun, yang berfungsi
sebagai antioksidan yang paling utama. Efektifitas antioksidan dari
flavonoid dilaporkan beberapa kali lebih kuat dibandingkan dengan
vitamin C dan E. Dari penelitian dilaporkan sebagian besar falvonoid
berfungsi menurunkan risiko dari beberapa bentuk kanker dan
penyakit kardiovaskular. Beberapa kelompok flavonoid yang
memberikan efekantioksidan yang kuat adalah:
17
a. Kuersetin, rutin dan mirisetin yang menangkap radikal bebas
superoksida dan menghambat oksidasi kolesterol baik dan
b. Antosianidin dan flavonoid lain umumnya mengikat logam berat
yang membantu pembentukan radikal bebas.
6. Karotenoid
Karotenoid adalah kelompok besar senyawa karoten yang
dijumpai sebagai pigmen (zat warna) pada sayuran dan buah, dan
berfungsi sebagai antioksidan yang kuat. Karotenoid yang paling
banyak ditemui dan memiliki fungsi yang penting adalah beta
karoten. Sumber yang kaya akan karotenoid adalah sayuran
berwarna hijau tua dan buah-buahan berwarna oranye.
7. Asam lemak esensial
Asam lemak esensial adalah asam lemak yang dibutuhkan
untuk kelancaran metabolisme tubuh dan disebut juga sebagai
vitamin F. Asam emak esensial merupakan bahan dasar
pembentukan prostaglandin; senyawa yang mirip hormon yang
membantu mengaktifkan sistem imun. Kebutuhan asam lemak
esensial ini meningkat pada saat tubuh membutuhkan
pengembangan dan reparasi, yaitu pada anak yang sedang tumbuh,
wanita hamil, atau mengalami infeksi dan luka bakar dan bila
asupan asam lemak esensial tidak memadai akibatnya dapat
memperparah disfungsi sistem imun.
8. Vitamin
Vitamin adalah zat esensial yang diperlukan untuk membantu
kelancaran penyerapan zat gizi dan proses metabolisme tubuh.
Beberapa vitamin tertentu bila diberikan dalam dosis tinggi
mempunyai efek antioksidan yang membantu sistem imunitas
tubuh dalam menetralkan racun yang berasal dari radikal bebas dan
kuman penyakit. Beberapa vitamin lain mempunyai efek
penyembuhan, sebagai kebalikan dari defisiensi yang terjadi akibat
kekurangan vitamin tersebut.
18
9. Mineral
Dalam jumlah kecil beberapa mineral dibutuhkan tubuh untuk
menjaga agar organ tubuh berfungsi dengan normal. Mineral yang
paling banyak digunakan dalam bentuk suplemen adalah kalsium,
zat besi, selenium, zink dan yodium.
19
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Wadah
Wadah merupakan kemasan yang bersentuhan langsung dengan isi,
dimana berfungsi sebagai tempat penyimpanan produk yang digunakan dalam
menyimpan, pengemasan dan pengiriman. Benda- benda yang di simpan
dalam wadah dilindungi dengan berada dalam srukturnya. Wadah dan
sumbatannya dapat mempengaruhi bahan yang tersimpan didalamnya baik
secara kimia maupun secara fisika yang dapat merubah bentuk, khasiat dan
mutu serta kemurnian dari suatu produk sehingga tidak memenuhi
persyaratan baku (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979). Wadah merupakan
salah satu komponen yang penting dalam sediaan farmasi, karena apabila
wadah yang tidak sesuai dapat mempengaruhi obat secara keselurahan
termasuk kestabilan dan efek terapi obat.
Wadah pada suplemen harus dapat melindungi isi terhadap pengaruh
dari luar, menjamin mutu, keutuhan dan keaslian dari isinya. Wadah juga
harus dibuat dengan mempertimbangkan keamanan pemakai dan dibuat dari
bahan yang tidak mengeluarkan atau dapat menghasilkan bahan yang
berbahaya atau bahan yang dapat menggangu kesehatan dan kestabilan mutu.
Tutup wadah dan pembungkus harus memenuhi persyaratan untuk
melindungi wadah selama peredaran, wadah dapat diberi pembungkus yang
harus terbuat dari bahan yang dapat melindungi wadah selama di peredaran.
(Hanna ,2009).
Kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai
sebuah produk disebut sebagai proses pengemasan. Kemasan adalah suatu
benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang dikemas dan dapat
memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Jenis kemasan terdiri
dari: Kemasan Primer, yaitu wadah yang langsung menyentuh bahan produk;
Kemasan Sekunder, yaitu bahan yang melindungi kemasan primer dan
dibuang bila produk hendak dipakai. Fungsi utamanya melindungi kelompok-
20
kelompok kemasan lain.; dan kemasan tersier, kuartener yaitu kemasan untuk
mengemas setelah kemasan primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini
digunakan untuk pelindung selama pengangkutan juga untuk menyimpan,
untuk pengiriman atau identifikasi.
21
Adapun untuk kemasan primer juga harus diperhatikan material
yang digunakan sebagai wadah dari kemasan primer. Berikut material
yang pada umum nya digunakan sebagai kemasan primer produk farmasi :
22
Nama yang diberikan oleh industri farmasi sebagai salah satu
identitas produknya atau dengan istilah lain merupakan merk dagang
produk.
3. Nama generik.
Nama resmi zat obat yang telah ditetapkan dalam farmakope. Harus
dicantumkan di kemasan obat sesuai dengan Permenkes No. 524 tahun
2005. Harus tercantum dengan ukuran huruf ≥80% dari nama dagang dan
dicantumkan tepat dibawah nama dagang.
4. Bentuk sediaan.
Bentuk sediaan adalah bentuk obat itu sendiri, ada tablet, kapsul,
kaplet, sirop, eliksir, suspensi, krim, gel, suppositoria, dsb.
5. Tanda khusus untuk obat.
Tanda khusus ini harus tercantum dan telah diatur sejak lama dengan
SK Menkes No.2380 tahun 1983. Tanda ini berupa lingkaran berwarna
sesuai dengan golongan obatnya.
6. Komposisi
Komposisi pada kemasan obat harus mencakup komposisi zat – zat
yang berkhasiat. Karena itu komposisi yang tercantum pada kemasan
obat lebih sedikit daripada komposisi pada kemasan produk makanan
yang juga mencantumkan zat–zat tambahan yang digunakan.
7. Indikasi
Kegunaan suatu obat pada kondisi tertentu untuk memberikan efek
penyembuhan atau efek farmakologis dari obat tersebut.
8. Kontraindikasi
Suatu kondisi atau faktor yang berfungsi sebagaialasan mencegah
timbulnya tindakan medis tertentu karena bahaya yang di dapatkan oleh
pasien
9. Efek samping
Suatu dampak atau pengaruh yang merugikan yang tidak
diinginkan yang timbul dari suatu hasil pengobatan.
10. Interaksi obat
23
Interaksi obat merupakan suatu keadaan dimana efek obat berubah
dengan adanya penggunaan obat lain, makanan, minuman, atau zat
kimia di lingkungan.
11. Cara kerja obat
Cara kerja obat yang dituliskan berkaitan dengan efek farmakologi
obat, yaitu suatu kerja obat dalam tubuh
12. Aturan pakai
Aturan pakai menginformasikan tentang penggunaan obat
13. Peringatan
14. Nomor batch/lot.
Nomor ini merupakan suatu identitas produksi yang diberikan oleh
industri farmasi terhadap suatu obat dalam satu satuan produksi.
24
,konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak/ kombinasi dari beberapa bahan
lainnya.
Terdapat beberapa jenis suplemen makanan yang beredar di masyarakat.
Penggolongan suplemen makanan berdasarkan fungsinya terdiri dari (Vita
Health, 2006):
1. Obat metabolit untuk menghambat nafsu makan (anoreksigenikum).
Sering di-klaim dapat menurunkan berat badan seseorang.
2. Obat untuk menurunkan lemak dan kolesterol (antilipidemikum),
suplemen makanan ini sering digunakan untuk mencegah penyakit-
penyakit yang timbul akibat tingginya kadar lemak dan kolesterol di dalam
tubuh.
3. Obat untuk memperbaiki status gizi (dietikum). Suplemen ini sering
digunakan untuk menambah berat badan ataupun untuk meningkatkan
nafsu makan.
4. Pembangkit tenaga dan semangat, umumnya mengandung vitamin,
mineral dan sari-sari tumbuhan (herbal) seperti gingseng dan jahe.
5. Suplemen makanan yang berfungsi untuk memperbaiki sistem metabolik
organ tertentu antara lain seperti membantu metabolik karbohidrat, lemak,
pembentukan struktur kolagen dan lain-lain. Pada umumnya suplemen
makanan mengandung iodium, tembaga, mangan, zinc dan lain-lain.
Salah satu contoh kemasan primer pada produk suplemen adalah produk
Curcuma plus syrup anak. Produk ini adalah suplemen penambah nafsu
makan memiliki fungsi memperbaiki status gizi. Curcuma plus tergolong
kedalam suplemen makanan dietikum yang sering digunakan untuk
menambah berat badan ataupun untuk meningkatkan nafsu makan.
Kemasan primer yang digunakan botol kaca, penggunaan botol kaca
sebagai kemasan primier sangat bagus, kemasan botol menjadi bahan
pelindung yang sangat baik dari kontaminasi bau dari luar sehingga citra rasa
produk dapat terjaga.
Fungsi dari kemasan yakni menjaga produk dari degradasi luar yang
terutama di pengaruhi oleh lingkungan, udara, cahaya dan kelembapan
.kemasan yang baik adalah kemasan yang berbahan innert karena tidak
25
mengkontaminasi produk dan dan menghindari migrasi zat berbahaya dari
produk. Bahan yang sangat baik digunakan sebagi kemasan primer adalah
kaca, botol kaca, alluminium foil, kertas dan plastik (Ramos et al, 2015).
Berikut adalah gambar dari kemasan primer dari Curcuma plus Syrup
26
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat
yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan
tujuannya. Wadah merupakan kemasan yang bersentuhan langsung
dengan isi, dimana berfungsi sebagai tempat penyimpanan produk yang
digunakan dalam menyimpan, pengemasan dan pengiriman. Jenis
kemasan terdiri dari: Kemasan Primer, Sekunder, tersier, dan kuartener.
Kemasan primer merupakan wadah yang langsung menyentuh bahan
produk.
2. Kemasan primer pada suplemen harus melindungi isi terhadap pengaruh
dari luar, menjamin mutu, keutuhan dan keaslian dari isinya. Kemasan
harus dibuat mempertimbangkan keamanan pemakai dan dibuat dari
bahan yang tidak mengeluarkan atau dapat menghasilkan bahan yang
berbahaya atau bahan yang dapat menggangu kesehatan dan kestabilan
mutu. Jenis bahan yang dapat langsung bersentuhan fisik dengan produk
farmasi berupa botol, vials, closures, blister. Sedangkan komponen
kemasan farmasi dapat berupa botol, vial, closure, cap, ampoule, blister.
3. Label atau Tanda yang Tertera pada Kemasan Primer Sediaan Farmasi
menurut undang-undang nasional, dan IATA adalah: Nama dagang
27
sebagai identitas produk, nama generik/nama resmi zat obat yang telah
ditetapkan dalam farmakope, bentuk sediaan adalah bentuk obat itu
sendiri dalam suplemen contohnya suspense/sirup, tanda khusus untuk
obat sesuai dengan golongan obatnya, komposisi, indikasi,
kontraindikasi, efek samping, interaksi obat, cara kerja obat, aturan
pakai, peringatan untuk obat–obat bebas terbatas, nomor batch/lot, nomor
registrasi, nama dan alamat industri farmasi, tanggal kadaluwarsa
4. suplemen makanan didefinisikan sebagai produk yang digunakan untuk
melengkapi makanan, mengandung satu atau lebih bahan makanan, yaitu
vitamin, mineral, tumbuhan atau berasal dari tumbuhan, asam amino,
bahan yang digunakan untuk meningkatkan kecukupan gizi, konsentrat,
metabolit, konstituen, ekstrak/ kombinasi. Contoh kemasan primer pada
produk suplemen adalah produk Curcuma plus syrup anak sebagai
suplemen penambah nafsu makan memiliki fungsi memperbaiki status
gizi. Kemasan primer yang digunakan botol kaca, penggunaan botol kaca
sebagai kemasan primier sangat bagus, kemasan botol menjadi bahan
pelindung yang sangat baik dari kontaminasi bau dari luar sehingga citra
rasa produk dapat terjaga. Selain dari fungsi utama penggunaan botol
kaca untuk melindungi produk. Penggunaan botol kaca juga dapat
memudahkan dan memberi kenyaman serta kemudahan pada konsumen
4.2. Saran
Bagi mahasiswa farmasi diharapkan setelah membaca makalah kami dapat
mengetahui kriteria kemasan primer serta dapat membantu mengawasi dan
mencegah kemasan yang tidak sesuai pada suplemen
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Ross, J. W., Weill, P., & Robertson, D. (2006). Enterprise architecture as
strategy: Creating a foundation for business execution. Harvard business
press.
Saladin, D. (2007). Intisari Pemasaran & Unsur-unsur Pemasaran. Bandung:
Linda Karya.
Simamora, H. (2007). Manajemen Pemasaran Internasional Jilid II Edisi 2.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Stadler, R., Auschra, C., Beckmann, J., Krappe, U., Voight-Martin, I., & Leibler,
L. (1995). Morphology and thermodynamics of symmetric poly (A-block-B-
block-C) triblock copolymers. Macromolecules, 28(9), 3080-3097.
Sunyoto, D. (2013). Teori, kuesioner & analisis data untuk pemasaran dan
perilaku konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syarief, R. dan A. Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian.
Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.
Vitahealth. (2006). Seluk-beluk pengobatan alternatif dan komplementer. Jakarta:
PT Buana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia)
Webb, G. P. (2011). Dietary supplements and functional foods. John Wiley &
Sons.
Yuliarti, N. (2008). Food Suplement: Panduan Mengkonsumsi Makanan
Tambahan untuk Kesehatan Anda. Yogyakarta: Banyu Media.
30