Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEMASAN PRIMER UNTUK KOSMETIK

Dosen :

Prof. Dr. Teti Indrawati, MS, Apt.

Disusun Oleh Kelompok 12 :

Anis Novia Anjarini (18330733)

Eva Tri Apriani (18330734)

Annisa Azura (18330736)

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL


PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
2020
i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
yang berjudul “KEMASAN PRIMER UNTUK KOSMETIK” dengan lancar.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan para pembaca. Penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Untuk itu, penyusun mengharapkan adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Melalui kata pengantar ini penyusun terlebih dahulu meminta maaf dan memohon
pemakluman bila mana terdapat kesalahan pada makalah ini. Dan dengan ini penulis
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga dapat
memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Jakarta, April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGHANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................2

1.3 Tujuan .................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................3

2.1 Pengertian Kemasan Secara Umum ....................................................................3

2.2 Kemasan Sediaan Farmasi ..................................................................................3

2.3 Fungsi dan Peranan Kemasan .............................................................................4

2.4 Label atau Tanda Yang Tertera pada Kemasan Primer Kosmetik ......................4

2.4.1 Persyaratan Penandaan ...............................................................................5

2.4.2 Hal-hal Yang Harus Dicantumkan Pada Etiket Secara Umum ..................5

2.4.3 Hal-hal Yang Harus Dicantumkan Pada Etiket Sediaan Kosmetik ...........5

2.4.4 Hal-hal Yang Harus Dicantumkan Pada Bungkus Luar dan Wadah Obat
Jadi atau Obat Paten
.....................................................................................................................
5

2.5 Jenis-jenis Kemasan Primer Untuk Kosmetik ....................................................6

2.5.1 Jenis-jenis Kemasan Primer Berdasarkan Bahan Pembuat Kemasan ..............7

2.5.2 Pertimbangan Pemilihan Kemasan ..................................................................9

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................10

ii
3.1 Defenisi wadah.....................................................................................................10

3.2 Jenis Kemasan Primer Yang Digunakan .............................................................11

3.3 Sesuatu Yang Harus Tertera Pada Kemasan Primer ...........................................11

3.4 Contoh Kemasan Primer Untuk Kosmetik .........................................................11

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................14

4.1 Kesimpulan .........................................................................................................14

4.2 Saran ...................................................................................................................15

Daftar Pustaka .......................................................................................................................16

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesungguhnya tampilan kemasan suatu produk memberikan pengaruh dimata
konsumen, karena melalui kemasan tersebut konsumen mendapatkan pesan dari isi produk di
dalamnya, baik melalui tulisan informasi yang tertera dikemasan tersebut, maupun dari
tampilan suatu kemasan yang memberikan citra atau kesan tersendiri dimata konsumen
sehingga konsumen dapat memutuskan untuk membeli atau tidak membeli suatu produk
(Apriyanti,2018).
Kotler (2011:332) menyebutkan desain adalah totalitas fitur yang mempengaruhi
bagaimana sebuah produk terlihat, terasa, dan berfungsi untuk konsumen. Dimana desain
menawarkan manfaat fungsional dan estetika dan menarik rasional dan emosional kita.
Sedangkan kemasan pada dasarnya mengacu kepada objek fisik itu sendiri seperti karton,
container atau bungkusan. Sedang mengemas merupakan tindakan membungkus atau
menutup suatu barang atau sekelompok barang (Klimchuck, 2006:34). Desain kemasan
adalah bisnis kreatif yang mengkaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan
elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan (Klimchuck,
2006:33).
Berdasarkan struktur sistem kemas, suatu kemasan dibagi menjadi 3 jenis yaitu
kemasan primer, kemasan sekunder, dan kemasan tersier serta kuarter. Kemasan primer
digunakan untuk langsung mewadahi produk olahan. Kemasan sekunder berfungsi untuk
melindungi kelompok kemasan primer. Sedangkan kemasan tersier dan kuarter merupakan
kemasan yang digunakan apabila masih dibutuhkan pengemasan setelah kemasan primer dan
sekunder (Hantoro, 2018).
Menurut pemkes RI No. 1176/MenKes/Per/VIII/2010 yang dimaksud kosmetika adalah
bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut
terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Bahan-bahan yang
dipakai untuk mempercantik diri berupa berupa dari bahan-bahan alami dan bahan-bahan
yang baik digunakan untuk manusia. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat
perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik
serta industrinya baru mulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Traggono, 2007).

1
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
nomor HK.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Tata Cara Pengajuan
Notifikasi Kosmetika, penggolongan kosmetika terbagi kedalam 20 jenis sediaan seperti,
krim, masker wajah, alas bedak, bedak, sabun mandi, sediaan wangi-wangian, sediaan mandi,
deodorant, untuk rambut, sediaan cukur, sediaan rias wajah dan muka, rias bibir, perawatan
gigi dan mulut, rias kuku, organ kewanitaan bagian luar, sediaan tabis surya, pencerah kulit,
izin edar kosmetika berupa Notifikasi (permenkes 1176 tentang Notifikasi kosmetika)
notifikasi berlaku selama 3 tahun, setiap kostumer yang beredar wajib memenuhi standar atau
persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan sesuai ketentuan peraturan perundangan-
undangan.
Kemasan primer untuk kosmetik dapat dibedakan berdasarkan bentuk kemasan dan
bahan pembuat kemasan itu sendiri. Berdasarkan bentuk kemasannya, kemasan primer untuk
kosmetik terbagi menjadi kemasan pot, kemasan tube, kemasan sachet, dan kemasan botol
(Hasyimzoem,2014).
Penandaan adalah keterangan yang lengkap mengenai khasiat, keamanan, cara
penggunaannya serta informasi lain yang dianggap perlu dicantumkan pada etiket, brosur dan
kemasan primer sekunder yang disertakan pada obat (Kemenkes, 2008). Etiket atau label
adalah tanda yang berupa tulisan, dengan atau tanpa gambar yang dilekatkan, dicetak, diukir,
dicantumkan dengan cara apapun pada wadah atau pembungkus (Kemenkes, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan:
1. Apa yang dimaksud dengan wadah produk sediaan farmasi kemasan kosmetik?
2. Apa jenis kemasan primer yang digunakan untuk sediaan farmasi kosmetik?
3. Apa yang harus tertera pada kemasan primer sediaan kosmetik?
4. Bagaimana contoh kemasan primer pada kosmetik?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian wadah atau kemasan kosmetik
2. Mengetahui apa jenis kemasan primer yang digunakan pada kosmetik
3. Mengetahui dan menyebutkan apa yang harus tertera pada kemasan primer kosmetik
4. Menyebutkan contoh kemasan primer pada kosmetik

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kemasan Secara Umum


Kemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau
mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas atau dibungkus.
Pengemas diartikan wadah, tutup dan selubung sebelah luar, artinya keseluruhan bahan
kemas, dengannya obat ditransportasikan dan disimpan (Voight, 1995).
Pengemasan merupakan suatu metode yang memberikan kenyamanan, identifikasi,
penyajian, dan perlindungan terhadap suatu sediaan obat sampai dikonsumsi. Pengemasan
produk farmasi dilakukan dengan beberapa teknik yang sesuai dengan peranan dan fungsi
dari kemasan produk yang akan diproduksi, seperti Strip packaging, Blister pack,
pengemasan bulk dan teknik pengemasan lainnya yang memiliki fungsi dan kelebihan
masing-masing.
Proses pengemasan merupakan salah satu tahapan penting dalam pembuatan sediaan
farmasi. Tahapan ini juga ikut mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir. Bahkan
belakangan ini, faktor kemasan dapat menjadi gambaran ukuran bonafiditas suatu produk
atau perusahaan farmasi (Kurniawan, 2012). Untuk menjamin stabilitas produk, harus
ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang sering kali menyatu
dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas
sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas (Voight, 1995)
2.2 Kemasan Sediaan Farmasi
Menurut undang-undang pasal 24 menyatakan bahwa Pengemasan sediaan farmasi
dan alat kesehatan dilaksanakan dengan menggunakan bahan kemasan yang tidak
membahayakan kesehatan manusia dan dapat mempengaruhi berubahnya persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan) :
a. Kemasan primer
yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan yang dikemas.
Misalnya kaleng susu, botol minuman, strip atau blister, ampul, vialdan lain-lain.
b. Kemasan sekunderyaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-
kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam
kaleng,kotak kayu untuk buah yang dibungkus dan sebagainya.

3
c. Kemasar tersier
yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder atau tersier.
Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya jeruk
yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam karduskemudian dimasukkan ke
dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas (Juliantidan Nurminah 2006).
2.3 Fungsi dan Peranan Kemasan
Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi produk
dari kerusakan-kerusakan sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan. Secara
umum fungsi pengemasan pada bahan pangan adalah :
1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen agar
produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran
2. Melindungi dan mengawetkan produk seperti melindungi dari sinar ultraviolet,
panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan
mikrobayang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.
3. Sebagai identitas produk dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai
alatkomunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat
padakemasan.
4. Meningkatkan efisiensi misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan
berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan
penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan..
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, Melindungi pengaruh buruk dariproduk di
dalamnya misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam,
atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yangdapat
menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-
produk lain di sekitarnya (Julianti dan Nurminah 2006).
2.4 Label atau Tanda Yang Tertera Pada Kemasan Primer Kosmetik
Penandaan adalah keterangan yang lengkap mengenai khasiat, keamanan, cara
penggunaannya serta informasi lain yang dianggap perlu dicantumkan pada etiket, brosur dan
kemasan primer sekunder yang disertakan pada obat (Kemenkes, 2008).
Penandaan dan informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan untuk
melindungi masyarakat yang tidak obyektif, tidak lengkap serta menyesatkan.
Etiket atau label adalah tanda yang berupa tulisan, dengan atau tanpa gambar yang
dilekatkan, dicetak, diukir, dicantumkan dengan cara apapun pada wadah atau pembungkus
(Kemenkes, 2010).

4
2.4.1 Persyaratan Penandaan
a. Jelas dan mudah di baca
b. Menggunakan huruf ukurannya sepadan dengan luas etiket
c. Menggunakan warna kontras terhadap latar belakang
d. Tidak di kaburkan oleh lukisan atau gambar
e. Bagian penandaan harus cukup luas untuk mencantumkan keterangan-
keterangan, agar terlihat jelas dan tidak berdesakan
f. Jika penandaan ditempelkan langsung pada wadah obat harus sedemikian rupa
sehingga tidak mudah rusak karena air, gesekan, pengaruh udara atau sinar
matahari
g. Apabila di tulis dalam bahasa asing, maka harus di sertai keterangan kegunaan,
cara kerja, dan keterangan lain dalam bahasa Indonesia
2.4.2 Hal-Hal Yang Harus Dicantumkan Pada Etiket Secara Umum
a. Nama produk dan merek dagang
b. Komponen pokok sediaan farmasi
c. Tanda peringatan atau efek samping
d. Nama dan badan usaha yang memproduksi atau memasukan sediaan farmasi
e. Tata cara penggunaan
f. Batas waktu kadaluwarsa untuk sediaan farmasi tertentu
2.4.3 Hal-Hal Yang Harus Dicantumkan Pada Etiket Sediaan Kosmetika
a. Identitas
b. Nama dan usaha produsen
c. Komposisi
d. Susunan kuantitatif bahan berbahaya atau berkhasiat sebagai obat
e. Nomor pendaftaran
f. Kode produksi
g. Kegunaan dan cara penggunaan
h. Tanda lain yang di tetapkan oleh menteri
2.4.4 Hal-Hal Yang Harus Dicantumkan Pada Bungkus Luar dan Wadah Obat
Jadi atau Obat Patent
a. Nama jenis atau nama dagang obat
b. Bobot netto atau volume obat
c. Komposisi obat dan susunan kuantitatif zat-zat berkhasiat
d. Nomor pendaftaran

5
e. Indikasi sesuai dengan yang di daftarkan
f. Cara penggunaan
g. Dosis
h. Nomor batch
i. Kontraindikasi yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dicantumkan
j. Nama pabrik dan alamatnya
k. Cara penyimpanan, batas kadaluwarsa
l. Tanda-tanda lain yang dianggap perlu
2.5 Jenis-jenis kemasan primer untuk kosmetik berdasarkan bentuk kemasan
a. Pot
Kemasan pot dapat terbuat dari bahan plastik, logam atau kaca. Umumnya kemasan
pot digunakan untuk sediaan kosmetik yang dapat digunakan berulang dalam jangka
waktu yang cukup panjang dengan mengoleskan sediaan kebagian tubuh yang
dituju.
b. Tube
Tube adalah sebuah wadah untuk sediaan semisolid, isi dalam tube dapat
dikeluarkan melalui lubang dengan menekan bagian pada kemasan.
Berdasarkan lapisan bahan:
- Tube lapis tunggal (single-layer tubes)
- Tube berlapis-lapis (laminated tubes)
- Sebenarnya, tube berlapis hampir sama dengan tube lapis tunggal. Perbedaannya
hanya terletak pada badan tube. Bahan pada tube berlapis terbuat dari 6-10 lapis
bahan, termasuk satu lapis aluminium, yang digunakan untuk membuat badan
tube.
c. Sachet
Kemasan sachet umumnya dibuat dari bahan plastik yang dilapisi dengan
logamseperti aluminium/ timah dan digunakan sebagai kemasan sediaan semisolid/
kosmetik dengan volume yang relatif kecil.
Sachet ditutup dengan metode penutup yang dipanaskan sehingga bahan dari sachet
tersebut akan meebur dan menutup sempurna bahan pembuat sachet dari laminasi
plastik atau aluminium (Traggono, 2007).
2.5.1 Jenis-jenis kemasan primer berdasarkan bahan pembuat kemasan
a. Plastik

6
Kemasan berbahan plastik merupakan kemasan sediaan semisolid
yang paling ekonomis karena yang harganya relatif murah dan dapat
disesuaikan menjadi berbagai bentuk.
 Kelebihan plastik:
Bobotnya ringan, cukup mudah dibentuk, tidak mudah pecah,
permukaannya dapatlangsung diberi keterangan produk, terdapat berbagai
jenis pilihan bahan dasar plastik, harga relatif murah.
 Kekurangan plastik:
Stress cracking (terkait densitas politen yang rendah dan beberapa stress
cracking agents), panelling/ cavitation (distorsi pada wadah akibat
mengabsorpsi gas dari luar), beberapa jenis plastik sulit diprint pada
permukaannya, dan ketahanan terhadap tekanan buruk.
b. Logam
Penggunaan logam pada produk sediaan farmasi relatif terbatas
karena bersifat mudah teroksidasi dan korosif. Logam digunakan sebagai
material kemasan yang memiliki bentuk dan sifat yang sukar diganti dengan
kemasan lain. Logam yang paling banyak digunakan sebagai kemasan
sediaan farmasi adalah aluminium. Aluminium foil dapat dibentuk menjadi
wadah kaku, wadah semi kaku, atau laminat.
 Tipe logam
- Aluminium
Tidak berbau, tidak berasa, non-toksik, dapat disterilkan, ringan, baik
untuk melindungi sediaan dari oksidasi dan kontaminasi
microorganisme, mungkin terjadinya korosi sehingga dapat
mengkontaminasi sediaan.
- Timah
Kemasan untuk salep yang tidak mengandung bahan reaktif, beberapa
bahan salep seperti fenol, bensoet dan asam salisilat akan merusak
timah, sediaan yang mengandung air atau bahan reaktif harus
menggunakan logam yang sudah dilapisi plastik tipis pada bagian
dalam untuk mencegah terjadinya korosi dan perkaratan.
- Stainless steel
Daya tahan kimia dan pemanasan yang baik, harga lebih mahal.

7
 Kelebihan dan kekurangan logam
- Kelebihan
Dapat mencegah keringnya sediaan dengan mencegah hilangnya bahan
yang mudah menguap, tidak pecah.
- Kekurangan
Sifatnya yang korosif sehingga dapat mengkontaminasi sediaan, harga
mahal, membutuhkan pelapis bahan inert pada bagian dalam untuk
mencegah kontak antara logam dengan sediaan yang mengandung air
atau bahan reaktif.
c. Gelas
Merupakan salah satu bahan pengemas yang pada dasarnya bersifat
inert secara kimiawi, tidak permeabel, kuat, keras, dan disetujui oleh FDA.
Gelas tidak menurun mutunya pada penyimpanan dan dengan sistem
penutupan yang secukupnya dapat menjadi suatu penghalang yang sangat
baik terhadap hampir semua unsur kecuali cahaya.
- Type I-Borosilicate glass (gelas borosilikat)
Daya tahan tinggi, inert, mahal, diperlukan untuk sediaan yang
mengandung asam kuat dan basa.
- Type II-Treated soda-lime glass (gelas soda kapur yang diproses)
Lebih inert dari tipe 1, ketahanan yang rendah terhadap perubahan suhu,
harga lebih murah dari pada tipe 1.
- Type III-Regular soda lime glass (gelas soda kapur biasa)
Wadah tidak mengalami pengolahan, memiliki tingkat ketahanan yang
sedang terhadap zat kimia.
- Type NP-General purpose soda lime glass (gelas soda kapur untuk
penggunaan umum)
Produk non parenteral yang ditunjukan untuk pemakaian oral atau topikal.
Kelebihan dan kekurangan gelas
- Kelebihan:
Inert, transparan, mudah dibersihkan, memiliki kekerasan yang baik

8
- Kekurangan:
Sifatnya yang fragille (mudah pecah) dan bobot cukup berat (Traggono,
2007).

2.5.2 Pertimbangan pemilihan kemasan


 Pemilihan jenis kemasan
- Kemasan tidak memiliki efek buruk pada produk
- Produk tidak memiliki efek buruk pada kemasan, misalnya dapat
mempengaruhi kandungan maupun fungsi dari produk.
 Aspek yang harus diperhatikan dalam pemilihan kemasan
- Fungsi kemasan
- Pengujian material yang dipilih
- Sterilisasi
- Pemilihan bahan kemasan
- Pengisian dan perakitan
- Penyimpanan dan stabilitas
 Pertimbangan pemilihan pot plastik
- Kelebihan
Lebih murah, tahan pecah, dan aman bagi pemakai, tetapi pemilihannya
harus diperhatikan karena dapat terjadi perembesan dan reaksi kimia.
- Kekurangan
Permeabel, sehingga terkadang ada komponen-komponen krim yang
bermigrasi keluar melewat dinding pot plastik. Hal ini menyebabkan
berubahnya formulasi krim dan dapat merusak wadah, sebagian tidak inert
(ikut bereaksi) untuk beberapa bahan (Traggono, 2007).

9
BAB III
PEMBAHASAN

Pada pembahasan kali ini akan dibahas tentang kemasan primer untuk kosmetika, dan
yang akan dibahas yaitu:
3.1 Kemasan Kosmetika
Pengemasan merupakan suatu proses pembungkusan, pewadahan atau pengepakan
suatu produk dengan menggunakan bahan tertentu sehingga produk yang ada didalamnya
bisa tertampung dan terlindungi. Pengemasan ini merupakan salah satu cara untuk
mengawetkan atau memperpanjang umur dari produk kosmetik yang terdapat di dalamnya.
Pengemasan produk farmasi sediaan kosmetik dilakukan dengan beberapa teknik yang sesuai
dengan jaminan mutu kemasan kosmetika, seperti jaminan perlindungan isi (uji perlindungan
terhadap cahaya, permeabilitas, perlindungan bau), jaminan kecocokan bahan (uji ketahanan
kimia, terhadap matahari, uji antikorosi), jaminan keamanan bahan, jaminan fungsi (terhadap
manusia, fungsi fisik), keamanan penggunaan(lingkungan), jaminan disposability (mudah
dibuang, aman dimusnahkan).
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi
siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual dan dipakai. Proses
pengemasan merupakan salah satu tahapan penting dalam pembuatan sediaan farmasi.
Tahapan ini juga ikut mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir. Bahkan belakangan
ini, faktor kemasan dapat menjadi gambaran ukuran bonafiditas suatu produk/perusahaan
farmasi (Kurniawan, 2012).
Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap
bahan kemasan primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik
berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak berpengaruh
terhadap stabilitas (Voigt, 1995). Kemasan telah menjadi pembawa untuk komunikasi dan
penjualan. Kemasan adalah faktor penting dalam keputusan pembelian dan selain itu kemasan
juga memiliki banyak fungsi seperti melindungi barang dari lingkungan, menarik konsumen
dan memberi informasi kepada pelanggan.
3.2 Jenis Kemasan Primer Yang Digunakan Pada Kosmetika

10
Sediaan kosmetik dapat berupa krim, salep, bedak, masker dan lain-lain. Produk
kosmetik dibuat dalam batch, dibawah pengawasan pengaturan pemerintah, yaitu Cara
Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) atau GMP (Good Manufacturing Practice) pada
dasarnya memiliki prinsip alur atau proses produksi yang sesuai, seperti pencampuran,
pemompaan, pemindahan panas, filtrasi, dan pengisian. Penerapan CPKB merupakan
persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan yang
diakui dunia internasional. Pada proses topikal pengemasan primer dapat dilakukan pengisian
ke dalam tube, pot, sachet.
Adapun jenis-jenis kemasan primer yang digunakan pada sediaan kosmetik:
a. Pot
Kemasan pot dapat terbuat dari bahan plastik, logam atau kaca. Umumnya kemasan
pot digunakan untuk sediaan kosmetik yang dapat digunakan berulang dalam jangka waktu
yang cukup panjang dengan mengoleskan sediaan kebagian tubuh yang dituju. Kemasan pot
berbahan plastik merupakan kemasan sediaan semisolid yang paling ekonomis karena yang
harganya relatif murah dan dapat disesuaikan menjadi berbagai bentuk. Sedangkan kemasan
pot berbahan logam dapat digunakan sebagai material kemasan yang memiliki bentuk dan
sifat yang sukar diganti dengan kemasan lain. Logam yang paling banyak digunakan sebagai
kemasan sediaan farmasi adalah aluminium. Aluminium foil dapat dibentuk menjadi wadah
kaku, wadah semi kaku, atau laminat dan kemasan pot berbahan gelas merupakan salah satu
bahan pengemas yang pada dasarnya bersifat inert secara kimiawi, tidak permeabel, kuat,
keras. Pot berbahan gelas tidak menurun mutunya pada penyimpanan dan dengan sistem
penutupan yang secukupnya dapat menjadi suatu penghalang yang sangat baik terhadap
hampir semua unsur kecuali cahaya.

Logam Kaca/gelas Plastik

b. Tube
Tube adalah sebuah wadah untuk sediaan semisolid, isi dalam tube dapat dikeluarkan
melalui lubang dengan menekan bagian pada kemasan. Dengan kemasan tube ini,
kontaminasi dengan udara atau polusi disekitar bisa diminalisasi sehingga tak mengganggu

11
isi dari produk tersebut. Tube memiliki dua jenis kemasan yaitu: tube berbahan plastik dan
tube berbahan logam. Tube berbahan plastik merupakan jenis kemasan yang mudah dibentuk,
tahan lama, berkualitas tinggi dan memberikan keamanan untuk konsumen, sedangkan tube
berbahan logam yang dilapisi dengan epoksi dapat meningkatkan kompatibilitas dan stabilitas
produk serta tahan dari korosi dan resiko untuk terkena kontaminasi sedikit karena metal tube
tidak “suck back”.

Plastik Logam

c. Sachet
Kemasan sachet umumnya dibuat dari bahan plastik yang dilapisi dengan logam
seperti aluminium/ timah dan digunakan sebagai kemasan sediaan semisolid/ kosmetik
dengan volume yang relatif kecil. Sachet ditutup dengan metode penutup yang dipanaskan
sehingga bahan dari sachet tersebut akan meebur dan menutup sempurna bahan pembuat
sachet dari laminasi plastik atau aluminium (Traggono, 2007).

Plastik Aluminium
3.3 Yang Harus Tertera Pada Kemasan Primer Kosmetik
 Yang Harus Dicantumkan Pada Etiket Secara Umum
a. Nama produk dan merek dagang
b. Komponen pokok sediaan farmasi

12
c. Tanda peringatan atau efek samping
d. Nama dan badan usaha yang memproduksi atau memasukan sediaan farmasi
e. Tata cara penggunaan
f. Batas waktu kadaluwarsa untuk sediaan farmasi tertentu
 Yang Harus Dicantumkan Pada Etiket Sediaan Kosmetika
a. Identitas
b. Nama dan usaha produsen
c. Komposisi
d. Susunan kuantitatif bahan berbahaya atau berkhasiat sebagai obat
e. Nomor pendaftaran
f. Kode produksi
g. Kegunaan dan cara penggunaan
h. Tanda lain yang di tetapkan oleh menteri
3.4 Contoh Kemasan Primer Untuk Kosmetik
Ada beberapa contoh kemasan primer untuk kosmetika yaitu seperti:
a. Pot

Logam Kaca/gelas

Plastik
b. Tube

13
Plastik Logam

c. Sachet

Plastik

Aluminium

14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan:
Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Kemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah
atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas
atau dibungkus. Pengemas diartikan wadah, tutup dan selubung sebelah luar,
artinya keseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransportasikan dan
disimpan. Adapun pengemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan
dilaksanakan dengan menggunakan bahan kemasan yang tidak
membahayakan kesehatan manusia dan dapat mempengaruhi berubahnya
persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
2. Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak
produkdengan kemasan) dibagi menjadi 3 jenis kemasan yaitu: kemasan
primer, kemaan skunder, dan kemasan tersier.
3. Kemasan primer yaitu, kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus
bahan yang dikemas. Misalnya kaleng susu, botol minuman, strip atau blister,
ampul, vialdan lain-lain.
4. Jenis-jenis kemasan primer yang digunakan untuk kosmetika yaitu berupa:
- Pot: digunakan untuk sediaan kosmetik yang dapat digunakan berulang
dalam jangka waktu yang cukup panjang dengan mengoleskan sediaan
kebagian tubuh yang dituju.

15
- Tube: digunakan sebuah wadah untuk sediaan semisolid, isi dalam tube
dapat dikeluarkan melalui lubang dengan menekan bagian pada kemasan.
- Sachet: digunakan sebagai kemasan sediaan semisolid/ kosmetik dengan
volume yang relatif kecil.
5. Pada kemasan primer harus di perhatikan sesuatu yang memang wajib di
cantumkan pada sebuah kemasan, dimana sesuatu hal yang harus tertera pada
sebuah kemasan primer yaitu berupa label atau penandaan.
6. Etiket atau label merupakan tanda yang berupa tulisan, dengan atau tanpa
gambar yang dilekatkan, dicetak, diukir, dicantumkan dengan cara apapun
pada wadah atau pembungkus.
4.2 Saran:
1. Mahasiswa bidang minat farmasi, berdsarkan hasil diskusi kelompok kami, kami
menyarankan hendaknya mahasiswa dapat mempertahankan dan berupaya
meningkatkan lagi kemampuan pengetahuan dengan menggali wawasan dan
pengetahuan dengan memanfaatkan sumber daya berupa makalah yang telah
kelompok kami susun hasil diskusi kami.
2. Untuk mahasiswa bidang farmasi diharapkan lebih mengenal lagi bahwa kemasan
dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang
ada di dalamnya, dan melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti ME. 2018. Pentingnya Kemasan Terhadap Penjualan Produk Perusahaan. Jurnal
lppmunindra, Vol. 10, No.1, ISSN 2085-2266.

[BPOM] Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. Petunjuk Operasional
Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik. 2010. Direktorat Standarisasi Obat
Tradisional Kosmetik Dan Produk Komplemen.

Hantoro MR, dkk. 2018. Eksplorasi Desain Kemasan Berbahan Bambu sebagai Produk Oleh-
oleh Premium dengan Studi Kasus Produk Makanan UKM Purnama Jati Jember. Jurnal
Sains dan Seni ITS,Vol. 7, No 1, ISSN 2337-3520.

Klimchuck, Mariane Rosner; Krasovec, Sandra. A. 2006. Desain Kemasan. Jakarta :


Erlangga.

Kotler,P., Keller, K.L. 2011. Marketing Management. Jilid 1. Edisi14 .New Jersey : Prentice
Hall.Erlangga.

Kurniawan, Dhadhang W, dan Sulaiman, Teuku NS. 2012. Teknologi Sediaan Farmasi.
Purwokerto: Laboratorium Farmasetika Unsoed.

[PERMENKES] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


445/MenKes/Per/V/1998.

17
[PERMENKES] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
965/Menkes/SK/XI/1992.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Tentang Registrasi Obat Nomor
1010 Pasal 1 No. 9. Jakarta: Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1998. Tentang Pengamanan Sediaan


Farmasi dan Alat Kesehatan. Nomor 72 Pasal 26 ayat 1. Jakarta: Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Tentang Izin Edar Alat Kesehatan
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Nomor 1190 Pasal 1 No. 12. Jakarta:
Indonesia.

Traggono. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengantar Kosmetik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Voight, 1995. Buku Pelajaran Teknologi farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

18

Anda mungkin juga menyukai