Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEMASAN FARMASI

KEMASAN PRIMER SEKUNDER DAN TERTIER UNTUK


OBAT BETA LAKTAM DAN NON BETA LAKTAM

Kelompok 10

EIS HANDAYATI 18334743

SITI INAYAH ALMAULA 18334754

Dosen
Prof. Dr. Teti Indrawati, MS,. Apt

FMIPA JURUSAN FARMASI


INSTITUT SAINS dan TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat serta
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Kemasan
Primer Sekunder Dan Tertier Untuk Obat Obat Beta Laktam dan Non Beta
Laktam “. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Kemasan Farmasi.
Makalah ini membahas mengenai definisi kemasan primer, sekunder,
tersier serta fungsi dan peranan kemasan. Pada kesempatan ini kami tak lupa
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen mata kuliah Kemasan Farmasi yaitu Profesor Ibu Teti Indrawati
2. Seluruh anggota kelompok 10
3. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Demikianlah harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaatserta
menambah pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.Adanya saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah
selanjutnya sangat dihargai, kami mengucapkan terima kasih.

Jakarta , Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
2.1 Kemasan Secara Umum.............................................................................................3
2.2 Kemasan Sediaan Farmasi........................................................................................4
2.3 Sediaan Obat Beta Laktam dan Non Beta Laktam................................................6
2.4 Yang harus ada pada Kemasan Obat Farmasi.......................................................8
BAB III..................................................................................................................................................9
3.1 Karakteristik Sediaan Beta Laktam dan Non Beta Laktam 9
3.2 Kemasan Primer yang digunakan untuk Sediaan Obat Beta Laktam dan Non
Beta Laktam...........................................................................................................................9
3.3 Yang harus tertera pada kemasan primer sediaan obat beta laktam dan non
beta laktam.............................................................................................................................9
3.4 Contoh Kemasan Primer Produk Beta-Laktam dan Non Beta-Laktam.................10
3.5 Kemasan Sekunder dan tertier yang digunakan untuk Sediaan Obat Beta Laktam
dan Non Beta Laktam 10
BAB IV................................................................................................................................................11
5.1 Kesimpulan...............................................................................................................11
5.2 Saran..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan kemas primer adalah bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang
dikemas-produk antara lain: strip/ blister, botol, ampul, vial, plastik dan lain-lain. Bahan
kemas sekunder adalah pembungkus selanjutnya, biasanya dikenal dengan inner box. Bahan
kemasan tertier adalah pembungkus setelah sekunder biasanya berupa outer box.Untuk
menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas
primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan
semi padatan.Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas.

Material yang digunakan memiliki sifat yang berbeda.Contohnya gelas, porselen,


logam, produk selulosa (kertas, lem, gelas sel).Jenis gom, gabus, bahan sintetis dan lain-
lain.Sebagai jenis pengemas khusus adalah kemasan pengaman bagi anak-anak.Jenis ini
berfungsi untuk menghalangi atau menyulitkan pengambilan obat oleh anak kecil, sehingga
bahaya keracunan obat dapat dihindari.Syarat ini direalisasikan misalnya pada larutan tetes
melalui mekanisme penutup ganda.Kemasan sekali pakai diistilahkan dengan kemasan satu
dosis.Bahan pengemas yang biasa digunakan sebagai sediaan steril yaitu Gelas, Plastik,
Elastik / karet, dan metal/logam.

Antibiotik beta laktam adalah antibiotik yang mengandung cincin beta laktam di
dalam strukturnya.Mereka mengandung molekul nitrogen yang melekat pada karbon
beta.Mereka adalah antibiotik spektrum luas seperti turunan penisilin, sefalosporin,
monobaktam, karbapenem, dll.Antibiotik ini menghambat biosintesis dinding sel bakteri dan
dengan demikian menghancurkan patogen bakteri.Sedangkan Antibiotik non beta laktam
adalah obat atau zat antimikroba yang tidak mengandung cincin beta laktam dalam struktur
molekulnya.Antibiotik ini kurang kuat dibandingkan dengan antibiotik beta
laktam.Chloramphenicol adalah antibiotik bakteriostatik, yang merupakan laktam non beta.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana karakteristik obat dan sediaan obat beta laktam dan non beta laktam ?
2. Bagaimana kemasan primer sediaan obat beta laktam dan non beta laktam ?
3. Bagaimana kemasan sekunder sediaan obat beta laktam dan non beta laktam ?

1
4. Bagimana kemasan tertier sediaan obat beta laktam dan non beta laktam ?
5. Bagimana rancangan kemasan primer, sekunder dan tertier :
a) Apa jeniskemasan primer, sekunder dan tertier yang digunakan untuk sediaan obat
beta laktam dan non beta laktam ?
b) Apa yang harus tertera pada kemasan primer sekunder dan tertier pada sediaan
obat beta laktam dan non beta laktam ?
c) Bagaimana contoh untuk kemasan primer sekunder dan tertier pada obat beta
laktam dan non beta laktam ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik obat dan sediaan obat beta laktam dan non beta
laktam.
2. Untuk mengetahui kemasan primer sediaan obat beta laktam dan non beta laktam.
3. Untuk mengetahui kemasan sekunder sediaan obat beta laktam dan non beta laktam.
4. Untuk mengetahuikemasan tertier sediaan obat beta laktam dan non beta laktam.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemasan Secara Umum


Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna,
citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat
dipasarkan.Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim,
mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di
pasar (Klimchuk dan Krasovec, 2006).

Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan
mendorong penjualan.Kemasan adalah bagian pertama produk yang dihadapi pembeli
dan mampu menarik atau menyingkirkan pembeli.Pengemasan suatu produk biasanya
dilakukan oleh produsen untuk dapat merebut minat konsumen terhadap pembelian
barang. Produsen berusaha memberikan kesan yang baik pada kemasan produknya
dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda dengan produsen lain yang
memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar yang sama.

Menurut Kotler & Keller (2009), pengemasan adalah kegiatan merancang dan
memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah
aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk
produk.Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk.Namun,
sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran
(Rangkuti, 2010).

Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:


1. Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng
susu, botol minuman, dll).
2. Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok
kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak
kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus dan sebagainya.
3. Kemasan Tersier dan Kuarter, yaitu kemasan yang diperlukan untuk menyimpan,
pengiriman atau identifikasi. Kemasan tersier umumnya digunakan sebagai
pelindung selama pengangkutan.

3
Menurut Louw dan Kimber (2007), kemasan dan pelabelan kemasan mempunyai
beberapa tujuan, yaitu:
1. Physical Production. Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan, tekanan
dan sebagainya.
2. Barrier Protection. Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan
sebagainya.
3. Containment or Agglomeration. Benda-benda kecil biasanya dikelompokkan
bersama dalam satu paket untuk efisiensi transportasi dan penanganan.
4. Information Transmission. Informasi tentang cara menggunakan transportasi, daur
ulang, atau membuang paket produk yang sering terdapat pada kemasan atau
label.
5. Reducing Theft. Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak
secara fisik (menunjukkan tanda-tanda pembukaan) sangat membantu dalam
pencegahan pencurian. Paket juga termasuk memberikan kesempatan sebagai
perangkat anti-pencurian.
6. Convenience. Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi, penanganan,
penjualan, tampilan, pembukaan, kembali penutup, penggunaan dan digunakan
kembali.
7. Marketing. Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk mendorong
calon pembeli untuk membeli produk.

2.2 Kemasan Sediaan Farmasi


a. Strip packaging (Kemasan Strip)
Strip packaging merupakan teknik pengemasan yang sudah berlangsung lebih
dari seperempat abad. Semua solid form dibidang farmasi termasuk pill, tablet, capsul,
lozenges, dikemas dengan system ini. Tetapi yang paling umum menggunakan cara ini
adalah tablet dan capsul.

Metodenya adalah mengemas dengan dua lapisan atas/bawah, dan kemudian di


seal dan di cut. Pemilihan dari material harus tepat, agar tidak ada migrasi dari produk
keluar. Produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian dibentuk kemasan dan
mewadahi produk tersebut. Ukuran dan kedalaman dari mold tersebut harus cukup

4
untuk menampung produk dan membentuk kantong, dan jangan sampai produk
tertekan. Perlu dicek bahwa heat seal cukup efektif

b. Blister pack (Kemasan Blister)


Bentuk kemasan ini mampu menyediaakan perlindungan yang sangat baik
terhadap keadaan sekitarnya, disertai dengan penampilan estetis yang menyenangkan
dan efisien.Juga memberikan kemudahan pemakaian, aman terhadap anak-anak dan
tahan terhadap usaha pemalsuan.

Kemasan blister dibentuk dengan melunakkan suatu lembaran resin


termoplastik dengan pemanasan, dan menarik (dalam vakum) lembaran plastic yang
lembek itu kedalam suatu cetakan. Sesudah mendingin lembaran dilepas dari cetakan
dan berlanjut ke berbagai pengisian dari mesin kemasan. Blister setengah keras yang
terjadi sebelumnya diisi dengan produk dan ditutup dengan bahan untuk bagian
belakang yang dapat disegel dengan pemanasan.

Bahan untuk bagian belakangnya, atau tutupnya, dapat dari jenis yang bisa
didorong atau jenis yang dapat dikelupas. Untuk jenis blister yang bisa didorong,
bahan untuk bagian belakangnya biasanya aluminium foil yang diberi lapisan yang
dapat disegel panas. Lapisan pada foil harus sesuai dengan bahan blister untuk
memperoleh segel yang memuaskan, baik untuk perlindungan produk maupun untuk
perlindungan pemalsuan.

c. Pengemasan bulk produk


Kemasan ini dapat dibuat dengan berbagai cara, tetapi biasanya dibentuk
dengan menumpuk produk seperti sandwich di antara lapisan tipis plastic yang dapat
diberi bentuk dengan panas, dapat memanjang atau dapat mengerut dengan pemanasan
dan bahan yang kaku untuk bagian belakangnya. Hal ini umumnya dilakukan dengan
memanaskan/melunakan lapisan tipis plastik dan membuat kantung dengan
menariknya dalam vakum melalui cara yang sama seperti pembuatan blister dalam
kemasan blister.

Produk dijatuhkan ke dalam kantung, yang kemudian disegel menjadi bahan


yang keras seperti piring kertas yang dipanaskan-disegel-diberi lapisan. Jika memakai

5
bahan yang dapat mengerut karena panas, kemasan dilewatkan ke dalam corong panas,
yang mengerutkan lapisan tipis menjadi gelembung atau member kulit pada produk,
sehingga menempel erat pada karton yang ada di bagian belakangnya

d. Pengikat (Ban) yang Mengerut


Konsep ini menggunakan sifat polimer yang dapat mengembang dan mengerut
karena pemanasan, biasanya PVC. Polimer yang dapat mengerut karena panas
diproses sebagai pipa terarah dalam diameter sedikit lebih besar dari tutup dan lingkar
leher botol yang akan disegel. Bahan yang dapat mengerut karena panas dipasok
kepada pengisi botol sebagai pipa yang ada cetakan huruf/gambar dan dapat dilipat,
baik sudah dipotong menurut panjang tertentu atau dalam bentuk gulungan untuk
pekerjaan otomatis.Panjang pipa PVC yang sesuai diluncurkan melalui botol yang
sudah bertutup cukup longgar, sehingga dapat menyatukan tutup dan lingkar leher
botol. Botol kemudian digeser melalui lorong panas, yang mengerutkan pipa dengan
erat di sekeliling tutup dan botol, sehingga ban yang mengerut akan rusak bila tutup
dibuka. Agar mudah membukanya, ban yang mengerut dapat disertai dengan celah
yang dapat dirobek.

e. Pembungkus Lapisan Tipis


Pembungkus dari lapisan tipis telah digunakan secara luas selama bertahun-
tahun untuk produk yang memerlukan kemasan yang utuh, atau perlindungan terhadap
keadaan sekelilingnya.

f. Kertas Timah, Kertas, atau Kantung Plastik


Kantung yang fleksibel adalah konsep kemasan yang tidak hanya mampu
menyediakan kemasan yang tahan gangguan, tetapi melalui seleksi bahan yang sesuai,
juga menyediakan kemasan yang dapat memberi perlindungan yang sangat ampuh
terhadap keadaan sekitarnya.Kantung yang fleksibel biasanya dibentuk selama
pekerjaan pengisian produk, baik dengan peralatan bentuk pembentukan ventrikal
maupun horizontal, mengisi dan menyegel.

2.3 Sediaan Obat Beta Laktam dan Non Beta Laktam


Antibiotik beta laktam adalah antibiotik yang mengandung cincin beta laktam
di dalam strukturnya.Mereka mengandung molekul nitrogen yang melekat pada

6
karbon beta.Mereka adalah antibiotik spektrum luas seperti turunan penisilin,
sefalosporin, monobaktam, karbapenem, dll.Antibiotik ini menghambat biosintesis
dinding sel bakteri dan dengan demikian menghancurkan patogen bakteri.

Penggunaannya tinggi dibandingkan dengan antibiotik lain. Namun, bakteri


telah mengembangkan resistivitas antibiotik terhadap antibiotik beta laktam ini.Enzim
yang disebut beta laktamase telah memberi mereka multi-resistensi terhadap antibiotik
beta laktam.Maka, untuk mengatasi masalah ini, dokter meresepkan penghambat beta
laktamase dengan antibiotik beta laktam.Antibiotik beta laktam lebih aktif melawan
bakteri gram positif.Namun, antibiotik beta laktam dapat digunakan untuk bakteri
gram negatif juga.

Antibiotik non beta laktam adalah obat atau zat antimikroba yang tidak
mengandung cincin beta laktam dalam struktur molekulnya.Antibiotik ini kurang kuat
dibandingkan dengan antibiotik beta laktam.Penggunaannya menunjukkan hasil
pengobatan yang buruk.Para ilmuwan menganggap ini karena tingkat yang lebih
tinggi dari terapi empiris yang tidak sesuai pada kelompok non beta
laktam.Vankomisin adalah salah satu jenis antibiotik non beta laktam, yang memiliki
struktur molekul yang sangat kompleks.Fosfomisin dan bacitracin adalah dua contoh
antibiotik non beta laktam lainnya. Daptomycin adalah antibiotik non beta laktam lain,
yang merupakan lipopeptida. Chloramphenicol adalah antibiotik bakteriostatik, yang
merupakan laktam non beta.

Beberapa peneliti telah menyebutkan bahwa kemanjuran antibiotik non beta


laktam dapat ditingkatkan ketika mereka menggunakan antibiotik beta laktam seperti
penisilin, dll. Itu karena, ketika mereka bersama-sama, mereka menunjukkan efek
sinergis terhadap patogen bakteri

Antibiotik beta laktam dan non beta laktam adalah dua jenis obat antimikroba
yang diresepkan untuk mencegah infeksi bakteri.Antibiotik beta laktam memiliki
cincin beta laktam dalam strukturnya sedangkan antibiotik non beta laktam tidak
memiliki cincin itu.Ini adalah perbedaan utama antara antibiotik beta laktam dan non
laktam beta.Selain itu, antibiotik beta laktam memiliki spektrum yang luas dan lebih
kuat daripada antibiotik non beta laktam.

7
Keduanya adalah Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah
infeksi bakteri.Mereka bisa bersifat bakterisidal atau bakteriostatik.Bakterisida
membunuh bakteri sementara antibiotik bakteriostatik menghambat atau menahan
pertumbuhan bakteri.Antibiotik beta laktam dan antibiotik non beta laktam terdiri dari
dua jenis, di antaranya, antibiotik beta laktam lebih kuat dan spektrum luas daripada
antibiotik bukan beta laktam.Ada cincin beta laktam dalam struktur molekul antibiotik
beta laktam sementara itu tidak ada dalam antibiotik non beta laktam.Ini adalah
perbedaan antara antibiotik beta laktam dan non beta laktam.

2.4 Yang harus ada pada Kemasan Obat Farmasi


Wadah dan pembungkus harus diberi penandaan yang berisi informasi yang
lengkap, objektif dan tidak menyesatkan.Penandaan harus berisi informasi yang sesuai
dengan penandaan yang telah disetujui pada pendaftaran.Penandaan selain yang
dimaksud harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Kepala Badan.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Sediaan Beta Laktam dan Non Beta Laktam


Karakteristik Antibiotik beta-laktam mempunyai struktur cincin beta-laktam,
yaitu penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, dan inhibitor beta-laktamase.
umumnya bersifat bakterisid, dan sebagian besar efektif terhadap organisme Gram-
positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis dinding sel bakteri,
dengan menghambat langkah terakhir dalam sintesis peptidoglikan, yaitu
heteropolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri

3.2 Kemasan Primer Sediaan Obat Beta Laktam dan Non Beta Laktam
Pengemasan primer dilakukan di ruang produksi (grey area) yang meliputi
stripping, pengemasan dalam plastic (hospital pack) serta filling sediaan liquida.
Untuk menjamin mutu hasil pengemasan maka selalu dilakukan IPC. IPC untuk
pengemasan primer meliputi pemeriksaan isi setiap kemasan (volume control) dan uji
kebocoran atrip atau botol. Pada uji kebocoran strip digunakan 4 strip sebagai sampel
uji, batas maksimal kebocoran yang diperbolehkan tergantung dari sifat produk distrip.
Tipe kemasan primer yang digunakan untuk sediaan obat beta laktam dan non beta
laktam :
 Tipe Fls : memakai kemasan primer kertas dan papan kertas
 Tipe Botol : memakai kemasan primer logam, gelas dan plastik
 Tipe serbuk : memakai kemasan primer film dan foil

3.3 Yang harus tertera pada kemasan primer sediaan obat beta laktam dan non beta
laktam.
Menurut Lachman (1994) penjelasan yang harus ada pada kemasan baik pada
kemasan beta laktam dan non beta laktam adalah sama pada jenis kemasan pada
umumnya tetapi yang harus dipertahikan adalah jenis obatnya. Karena hal ini sangat
penting mengingat pengaruhnya pada pengguna.

Wadah dan pembungkus harus diberi penandaan yang berisi informasi yang
lengkap, objektif dan tidak menyesatkan.Penandaan harus berisi informasi yang sesuai

9
dengan penandaan yang telah disetujui pada pendaftaran.Penandaan selain yang
dimaksud harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Kepala Badan.

3.4 Contoh Kemasan Primer Produk Beta-Laktam dan Non Beta-Laktam


Kemasan pada obat Beta Laktam dan Non Beta Laktam menggunakan
beberapa jenis tetapi yang paling sering digunakan adalah Strip packaging (Kemasan
Strip), Blister pack (Kemasan Blister),dan Pengemasan bulk produk karena semua
pengemasan ini akan memenuhi keriteria kebutuhan utama dari pengemasan pada
berbagai macam obat beta Beta Laktam dan Non Beta Laktam.

3.5 Kemasan Sekunder dan tertier yang digunakan untuk Sediaan Obat Beta
Laktam dan Non Beta Laktam
Pengemasan sekunder dan tertier dilakukan dalam ruangan black area yang meliputi
 Coding : pemberian nomor batch dan expired date pada etiket dan dos
 Pemberian brosur/insert
 Memasukkan hasil pengemasan kedalam box dan master box
Setelah tahap pengemasan sekunder maka dilakukan final inspection oleh bagian
QC meliputi :
 Penyiapan label
 Pelipetan insert
 Printing dus dan master box
 Pengepakan
 Pada tiap jalur pengemasan terdapat papan yang menunjukkan nama dan
nomor bets produk yang sedang dikemas. Setalah pengemasan selesai juga
dilakukan penimbangan master box sesuai dengan bobot yang ditentukan.
Master box yang sudah ditimbang ditempatkan diruang karantina, setelah
mendapat persetujuan dari bagian QC maka master box segera dipindahkan ke
gudang obat jadi. Jumlah produk yang diperoleh dan sisa kemasan yang tidak
terpakai didokumentasikan dalam harian kemas sekunder.

10
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Karakteristik Antibiotik beta-laktam mempunyai struktur cincin beta-laktam, yaitu
penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, dan inhibitor beta-laktamase.
umumnya bersifat bakterisid, dan sebagian besar efektif terhadap organisme Gram-
positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis dinding sel bakteri,
dengan menghambat langkah terakhir dalam sintesis peptidoglikan, yaitu
heteropolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri
b. Jenis Kemasan Primer yang digunakan untuk Sediaan Obat Beta Laktam dan Non
Beta Laktam adalah kertas dan papan kertas logam, gelas dan plastik, dan kemasan
primer film dan foil
c. Kemasan Sekunder digunakan untuk pembungkus selanjutnya, kemasan yang
melindungi kemasan primer biasanya berupa inner box.
d. Kemasan Tertier kemasan yang digunakan untuk menggabungkan seluruh kemasan
sekunder untuk mencegah kerusakan biasanya berupa outer box.
e. Penjelasan yang harus ada pada kemasan beta laktam dan non beta laktam adalah
harus diberi penandaan yang berisi informasi yang lengkap, objektif dan tidak
menyesatkan. Penandaan harus berisi informasi yang sesuai dengan penandaan yang
telah disetujui pada pendaftaran.
f. Kemasan pada obat Beta Laktam dan Non Beta Laktam menggunakan pengemasan
Strip packaging (Kemasan Strip), Blister pack (Kemasan Blister),dan Pengemasan
bulk.

5.2 Saran
Sebaikan pada saat pengemesan dilakukan pengecekan yang akurat dan dengan hati-hati agar
isi kemasan tidak hancur atau rusak. Ketelitian saat pengemasan haru dijadikan prioritas
karena kesalahan pengemasan akan berakibat sangat fatal

11
DAFTAR PUSTAKA

Klimchuk, Marianne dan Sandra A. Krasovec. 2006. Desain Kemasan. Jakarta:


Erlangga.

Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta:
Erlangga

Rangkuti, Freddy. 2005. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
Gramedia.

Louw, A. & Kimber, M. 2007.The Power of Packaging, The Customer Equity


Company. Jakarta: Gramedia.

Lachman, L., Lieberman, Herbert A., Kanig, Joseph L. 1994. Teori dan Praktek
Farmasi Industri III Ed.3.Jakarta : Universitas Indonesia Press

1
Diskusi Kelompok 10

"KEMASAN PRIMER SEKUNDER DAN TERTIER OBAT BETA LAKTAM


DAN NON BETA LAKTAM "

1. Kelompok 12 Anisa Rahmayani (19334706)


Apakah pada proses pengemasan baik primer, sekunder dan tertier
membutuhkan ruangan terpisah untuk obat beta laktam dan non beta
laktam? Jelaskan alasannya?
Iya, ruangan pengemasan baik primer, sekunder dan tertier membutuhkan
ruangan terpisah.Karena untuk memperkecil resiko bahaya medis yang
serius akibat terjadi pencemaran silang.

2. Kelompok 11 Sakinah Ayu Illahi (18334761)


Kenapa kontaminasi silang penisilin betalaktam dengan penisilin non beta
laktam harus dihindari?Sehingga harus fasilitas produksi terpisah?
Penisilin berbeda dengan antibiotic lainnya, penisilin mempunyai
karakteristik dapat menyebabkan alergi yang dapat mengganggu
kesehatan.Karena alergi penisilin dapat menyebabkan demam, gatal-gatal
dan asma.

3. Kelompok 12 Siti Nurhasanah (19334703)


Apakah ada yang membedakan suatu kemasan antibiotic dengan kemasan
umum lainnya?
Yang membedakan pada kemasan obat antibiotic terletak pada lambang
“K” dan nomor batch yang berbeda. Dan pada antibiotic syrup terdapat
tata cara oplos pada kemasan obat.

4. Pony Mulyasari 16334035


Dalam pembuatan injeksi cair nonbetalaktam secara aseptis apakah
pencampuran/pemrosesan bahan tambahan (eksipien) dan zat aktif
dilakukan di kelas A atau C?

2
Preparasi (penambahan/pencampuran dan pelarutan dilakukan di klas C.
Pengisian ke dalam wadah akhir (filling) di kelas A berlatar belakang
kelas B.

5. Farakh Shofa Adhilla 16334010


Untuk produk steril antibiotika, jika validasi media fill sudah memenuhi
syarat, apakah tetap harus dilakukan uji sterilitas?
Ya, keduanya harus dilakukan sebagai bagian dari CPOB.

Anda mungkin juga menyukai